Upload
zustila
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
http://geomatika07.wordpress.com/2008/01/31/perilaku-aneh-hewan-sebelum-
terjadi-bencana-alam/
Berbagai fenomena dan fakta tentang perilaku abnormal hewan sebelum
terjadinya gempa tertulis pula dalam artikel David Jay Brown yang berjudul
Etho-Geological
Forecasting. Disebutkan, seorang ahli geologi dari California,AS mengklaim
dapat memprediksi sebuah gempa dengan tingkat akurasi 75% melalui
penghitungan
jumlah hewan peliharaan (pets) yang hilang, penghitungan ini telah dilakukan
selama bertahun-tahun. Akhirnya, dapat disimpulkan, angka hilangnya hewan
peliharaan (anjing dan kucing) akan naik secara signifikan selama dua minggu
sebelum gempa. Kesimpulan ini terbukti ketika memprediksi gempa di Loma
Prieta,
Northern California, AS.Sebelum terjadinya gempa, beberapa hewan
menunjukkan perilaku abnormal dengan
pola tingkah laku yang khas pada setiap spesies. Ular merupakan hewan yang
biasa tidur di musim dingin (hibernate), namun ular ini akan keluar dari
lubangnya sebelum terjadinya gempa, kemudian membeku di atas permukaan
salju.
Tikus akan terlihat linglung (dazed) beberapa saat sebelum gempa, sehingga
dapat dengan mudah ditangkap tangan. Burung merpati akan memperlambat
terbangnya ketika akan menuju suatu tempat. Ayam akan menghasilkan telur
yang
sedikit, bahkan tidak bertelur sama sekali. Babi secara agresif saling
menggigit satu sama lain sebelum terjadinya gempa (Tributsch, 1982).
Lebah terlihat meninggalkan sarangnya dalam kondisi panik beberapa menit
sebelum gempa, dan tidak akan kembali ke sarangnya sampai 15 menit setelah
gempa berhenti. Bahkan hewan kecil seperti lintah (leechs), cumi-cumi (squid),
dan semut pun memperlihatkan perilaku abnormal sebelum terjadinya gempa
(Miller, 1996).
Fenomena terjadinya perilaku yang tidak lazim pada hewan sebelum terjadinya
gempa dapat dijelaskan dengan berbagai teori. Sebagian besar hewan memiliki
kapasitas pendengaran (auditory capacities) yang melebihi manusia. Selain itu,
hewan dapat memberikan reaksi terhadap pancaran suara ultra (ultrasound)
sebagai getaran mikroseismik dari patahan batuan.
Fluktuasi medan magnet bumi dapat menyebabkan perilaku abnormal pada
hewan.
Beberapa hewan memiliki sensitivitas terhadap variasi medan magnet bumi yang
terjadi di dekat pusat gempa (episenter). Perubahan medan magnet bumi dapat
memengaruhi proses migrasi burung-burung, dan menganggu kemampuan
navigasi
ikan. Selain itu, ion-ion yang bermuatan dapat keluar sebelum terjadinya gempa.
Hal ini menyebabkan partikel ion yang bermuatan listrik dapat mengubah
pemancar
gelombang saraf (neurotransmitter) dalam otak hewan.
"Animal's warning system"
Kemampuan hewan yang dapat mendeteksi sebuah gempa memberikan inspirasi
pada
manusia untuk membuat peralatan yang memiliki kemampuan serupa. Marsha
Adams,
seorang peneliti gempa di San Fransisco, AS mengklaim dirinya telah
mengembangkan sensor yang dapat menangkap sinyal elektromagnetik frekuensi
rendah dengan keakuratan 90%. Peralatan itu menangkap sinyal yang sama
dengan
sinyal yang ditangkap hewan. Beberapa hewan memiliki reseptor untuk
menangkap
getaran berfrekuensi tinggi dan rendah.
Sistem peringatan dini (early warning system) dengan menggunakan pengamatan
terhadap perilaku hewan memerlukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut.
Cina telah menjadi pioner dengan mendirikan stasiun percobaan (experimental
station) untuk memprediksi terjadinya gempa bumi menggunakan observasi
biologi
di Provinsi Xingtai pada tahun 1968. Jika sistem ini telah teruji dan
berkembang dengan baik, maka sistem ini dapat menghemat biaya dalam
membeli
berbagai instrumen dan peralatan untuk memprediksi gempa.**** (badBoyZ)