4
KOLIZ, JUMAT, 11 APRIL 2008 PEMANASAN GLOBAL Kompleks IIAPCO Kebanjiran Warga Kompleks mulai kesusahan JAKARTA, KOLIZ- Warga kompleks berharap pemerintah mengatasi banjir, yang saat ini mulai rutin terjadi saat hujan deras tiba. Hal ini membuat banyak mobil warga yang tidak bisa masuk ke dalam area kompleks hingga hujan reda. Demikian diungkapkan salah satu polisi yang menjaga keamanan di Kompleks IIAPCO. Sudah dua tahun terakhir ini banjir mulai melanda Kompleks. Para warga sedikit demi sedikit mulai mencoba mengatasi masalah ini. Pak Deni, sebagai salah satu warga kompleks menekankan bahwa sebenarnya banjir tersebut terjadi karena adanya proses pembangunan gedung di daerah kemang. Hal inilah yang membuat air beranjak ke tempat yang lebih rendah, sebab daerah resapan air sudah tergusur dan diganti dengan gedung-gedung bertingkat. Banjir yang terjadi kemarin sore (10/4) merupakan salah satu buktinya. Banyak mobil-mobil yang berhenti di depan pos polisi karena tidak bisa masuk ke dalam kompleks, sebab air sudah terlalu tinggi, untuk dilalui mobil. Demikian diungkapkan Pak Nabiel kepada Koliz di Jakarta “Saya sendiri mencoba bersabar menunggu di dalam mobil karena mobil baru bisa jalan kalau air surut, padahal sudah banyak pekerjaan menumpuk yang harus dikerjakan di rumah,” katanya. Kawasan Kompleks IIAPCO memang termasuk daerah yang cukup baik. Dari tahun ke tahun belum pernah ada yang namanya kebanjiran. Sayangnya Allah memiliki kehendak lain, dua tahun terakhir ini banjir mulai memasuki area Kompleks IIAPCO. Para warga sudah bergotong royong menanam pohon untuk mencegah terjadinya banjir. Mereka juga secara bersama-sama mengumpulkan uang untuk pembesaran kali serta pembangunan tanggul di daerah kompleks. Namun sangat disayangkan kedua hal itu kurang fungsional, sebab banjir masih tetap merajalela. Ditanya soal banjir yang melanda Kompleks IIAPCO, Pak Kasno sebagai salah satu supir yang mengabdi pada penghuni kompleks menjelaskan bahwa “Jalan kompleks terlalu datar, kalau jalan itu ditinggiin banjir kemungkinan besar tidak akan terjadi dan tidak masuk ke rumah, kalau dibuat saluran yang besar dan di depan ada tanggul, ada jembatan harus ditinggiin. Kalau itu memang tidak bisa, solusinya yang lain pakai Kompleks IIAPCO, Kamis (10/4) disaat banjir sudah mulai surut, di hari senja.

BERITA-Kompleks IIAPCO Kebanjiran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BERITA-Kompleks IIAPCO Kebanjiran

KOLIZ, JUMAT, 11 APRIL 2008

PEMANASAN GLOBAL

Kompleks IIAPCO KebanjiranWarga Kompleks mulai kesusahanJAKARTA, KOLIZ- Warga kompleks berharap pemerintah mengatasi banjir, yang saat ini mulai rutin terjadi saat hujan deras tiba. Hal ini membuat banyak mobil warga yang tidak bisa masuk ke dalam area kompleks hingga hujan reda.

Demikian diungkapkan salah satu polisi yang menjaga keamanan di Kompleks IIAPCO. Sudah dua tahun terakhir ini banjir mulai melanda Kompleks. Para warga sedikit demi sedikit mulai mencoba mengatasi masalah ini.

Pak Deni, sebagai salah satu warga kompleks menekankan bahwa sebenarnya banjir tersebut terjadi karena adanya proses pembangunan gedung di daerah kemang. Hal inilah yang membuat air beranjak ke tempat yang lebih rendah, sebab daerah resapan air sudah tergusur dan diganti dengan gedung-gedung bertingkat.

Banjir yang terjadi kemarin sore (10/4) merupakan salah satu buktinya. Banyak mobil-mobil yang berhenti di depan pos polisi karena tidak bisa masuk ke dalam kompleks, sebab air sudah terlalu tinggi, untuk dilalui mobil. Demikian diungkapkan Pak Nabiel kepada Koliz di Jakarta “Saya sendiri mencoba bersabar menunggu di dalam mobil karena mobil baru bisa jalan kalau air surut, padahal sudah banyak pekerjaan menumpuk yang harus dikerjakan di rumah,” katanya.

Kawasan Kompleks IIAPCO memang termasuk daerah yang cukup baik. Dari tahun ke tahun belum pernah ada yang namanya kebanjiran. Sayangnya Allah memiliki kehendak lain, dua tahun terakhir ini banjir mulai memasuki area Kompleks IIAPCO. Para warga sudah bergotong royong menanam pohon untuk mencegah terjadinya banjir. Mereka juga secara bersama-sama mengumpulkan uang untuk pembesaran kali serta pembangunan tanggul di daerah kompleks. Namun sangat disayangkan kedua hal itu kurang fungsional, sebab banjir masih tetap merajalela.

Ditanya soal banjir yang melanda Kompleks IIAPCO, Pak Kasno sebagai salah satu supir yang mengabdi pada penghuni kompleks menjelaskan bahwa “Jalan kompleks terlalu datar, kalau jalan itu ditinggiin banjir kemungkinan besar tidak akan terjadi dan tidak masuk ke rumah, kalau dibuat saluran yang besar dan di depan ada tanggul, ada jembatan harus ditinggiin. Kalau itu memang tidak bisa, solusinya yang lain pakai pompa lalu airnya disedot, dengan pompa dikeluarkan airnya dan dibuang ke jalan,” katanya.

Memang dua tahun yang lalu sempat terjadi banjir yang cukup parah. Hal tersebut membuat beberapa penghuni rugi karena air sampai masuk ke dalam rumah mereka. Adapula yang harus mengungsi ke rumah tetangga yang datarannya lebih tinggi karena air sudah setinggi pinggang orang dewasa.

“Banjir dua tahun yang lalu merupakan banjir yang paling parah,” ungkap Pak Tardi. “Aku harus menunggu sampai air agak surut baru bisa pergi syuting, Dan waktu itu hampir saja syuting dibatalkan karena cuaca yang buruk” jawab Marini Zumarnis yang merupakan salah satu warga kompleks.

Ternyata tidak hanya para orang tua saja yang rugi, ternyata beberapa anak-anak sebagai salah satu penghuni Kompleks IIAPCO juga merasakan dampaknya. “Kita jadi harus bolos sekolah, karena banjir, dan mobil tidak bisa jalan,” ungkap kakak-beradik Nasha-Agazsi yang dua tahun lalu harus mengungsi ke rumah tetangga karena rumah mereka kebanjiran hingga air masuk ke dalam rumah.

Keadaan sekarang ini memang masih lebih baik dibandingkan dua tahun yang lalu. Tapi akankah dua tahun mendatang banjir akan jauh lebih baik? atau mungkin akan jauh lebih buruk dari dua tahun yang lalu?

Seluruh warga sudah melakukan upaya semampu mereka, namun apa mau dikata, saat ini dunia memang sudah SAKIT. Tidak heran jika banjir sudah mulai merajalela. Ini merupakan salah satu dampak dari pemanasan global yang semakin hari semakin parah. (NS)

Format Koran KOMPAS, 2008

Kompleks IIAPCO, Kamis (10/4) disaat banjir sudah mulai surut, di hari senja.

Page 2: BERITA-Kompleks IIAPCO Kebanjiran

KOLIZ, JUMAT, 11 APRIL 2008

PEMANASAN GLOBAL

Kompleks IIAPCO KebanjiranWarga Kompleks mulai kesusahan

JAKARTA, KOLIZ- Warga kompleks berharap pemerintah mengatasi banjir, yang saat ini mulai rutin terjadi saat hujan deras tiba. Ini membuat banyak mobil warga yang tidak bisa masuk ke dalam area kompleks hingga hujan reda.

Page 3: BERITA-Kompleks IIAPCO Kebanjiran

Demikian diungkapkan salah satu polisi yang menjaga keamanan di Kompleks IIAPCO. Sudah dua tahun terakhir ini banjir mulai melanda Kompleks. Para warga sedikit demi sedikit mulai mencoba mengatasi masalah ini.

Pak Deni, sebagai salah satu warga kompleks menekankan bahwa sebenarnya banjir tersebut terjadi karena adanya proses pembangunan gedung di daerah kemang. Hal inilah yang membuat air beranjak ke tempat yang lebih rendah, sebab daerah resapan air sudah tergusur dan diganti dengan gedung-gedung bertingkat.

Banjir yang terjadi kemarin sore (10/4) merupakan salah satu buktinya. Banyak mobil-mobil yang berhenti di depan pos polisi karena tidak bisa masuk ke dalam kompleks, sebab air sudah terlalu tinggi, untuk dilalui mobil. Demikian diungkapkan Pak Nabiel kepada Koliz di Jakarta “Saya sendiri mencoba bersabar menunggu di dalam mobil karena mobil baru bisa jalan kalau air surut, padahal sudah banyak pekerjaan menumpuk yang harus dikerjakan di rumah,” katanya.

Kawasan Kompleks IIAPCO memang termasuk daerah yang cukup baik. Dari tahun ke tahun belum pernah ada yang namanya kebanjiran. Sayangnya Allah memiliki kehendak lain, dua tahun terakhir ini banjir mulai memasuki area Kompleks IIAPCO. Para warga sudah bergotong royong menanam pohon untuk mencegah terjadinya banjir. Mereka juga secara bersama-sama mengumpulkan uang untuk pembesaran kali serta pembangunan tanggul di daerah kompleks. Namun sangat disayangkan kedua hal itu kurang fungsional, sebab banjir masih tetap merajalela.

Ditanya soal banjir yang melanda Kompleks IIAPCO, Pak Kasno sebagai salah satu supir yang mengabdi pada penghuni kompleks menjelaskan bahwa “Jalan kompleks terlalu datar, kalau jalan itu ditinggiin banjir kemungkinan besar tidak akan terjadi dan tidak masuk ke rumah, kalau dibuat saluran yang besar dan di depan ada tanggul, ada jembatan harus ditinggiin. Kalau itu memang tidak bisa, solusinya yang lain pakai pompa lalu airnya disedot, dengan pompa dikeluarkan airnya dan dibuang ke jalan,” katanya.

Memang dua tahun yang lalu sempat terjadi banjir yang cukup parah. Hal tersebut membuat beberapa penghuni rugi karena air sampai masuk ke dalam rumah mereka. Adapula yang harus mengungsi ke rumah tetangga yang datarannya lebih tinggi karena air sudah setinggi pinggang orang dewasa.

“Banjir dua tahun yang lalu merupakan banjir yang paling parah,” ungkap Pak Tardi. “Aku harus menunggu sampai air agak surut baru bisa pergi syuting, Dan waktu itu hampir saja syuting dibatalkan karena cuaca yang buruk” jawab Marini Zumarnis yang merupakan salah satu warga kompleks.

Ternyata tidak hanya para orang tua saja yang rugi, ternyata beberapa anak-anak sebagai salah satu penghuni Kompleks IIAPCO juga merasakan dampaknya. “Kita jadi harus bolos sekolah, karena banjir, dan mobil tidak bisa jalan,” ungkap kakak-beradik Nasha-Agazsi yang dua tahun lalu harus mengungsi ke rumah tetangga karena rumah mereka kebanjiran hingga air masuk ke dalam rumah.

Keadaan sekarang ini memang masih lebih baik dibandingkan dua tahun yang lalu. Tapi akankah dua tahun mendatang banjir akan jauh lebih baik? atau mungkin akan jauh lebih buruk dari dua tahun yang lalu?

Seluruh warga sudah melakukan upaya semampu mereka, namun apa mau dikata, saat ini dunia memang sudah SAKIT. Tidak heran jika banjir sudah mulai merajalela. Ini merupakan salah satu dampak dari pemanasan global yang semakin hari semakin parah. (NS)

Format Koran KOMPAS, 2008