67
I , .• 1 ' DIKLAT NASKAH AKADEMIS I NASKAIH AKADEMIS RANCANGAN luNDANG-UNDANG TEINTANG . PERBANl{AN SYARIAH:-.. ·· i I Dl OLEH : ! RENY AMIR, SH, MLI SAG, MAG RICKO WAHYUDI, SH ! M. IBRAHIM, SH ! SEKRETAR.IAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN: I RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN , NATIONAL LEGISLATIVEISTRENGTHENING PROGRAM . (NLSP) 2006 BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

BIDANG ARSIP DAN MUSEUMberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200205... · 2020. 2. 5. · D. Metode dan Pendekatan 8 · Bab II Kerangka Konseptual 10 ... c. Bentuk, Syarat

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • I ,

    .• 1 '

    DIKLAT PENYUSU~AN NASKAH AKADEMIS I

    NASKAIH AKADEMIS RANCANGAN luNDANG-UNDANG

    TEINTANG . PERBANl{AN SYARIAH:-.. · ·

    i

    I

    Dl SU~UN OLEH : !

    RENY AMIR, SH, MLI KHOFIATUZ~ADAH, SAG, MAG

    RICKO WAHYUDI, SH !

    M. NAJI~ IBRAHIM, SH !

    SEKRETAR.IAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN: I

    RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN , NATIONAL LEGISLATIVEISTRENGTHENING PROGRAM

    . (NLSP) JAK~RTA 2006

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • o·aftar lsi

    Naskah Akademis RUU Tentang Perbankan Syariah

    Bab I Pendahuluan 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Landasan Hukum 3

    C. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Naskah Akade~is 7

    D. Metode dan Pendekatan 8 ·

    Bab II Kerangka Konseptual 10

    A. Landasan Teori Perbankan Syariah sebagai Alternatif dari

    Perbankan Konvensional 10

    1. Kritik terhadap Teor' Ekonomi: Konvensional 10

    2. Ekonomi dengan Prinsip Syariah sebagai alternatif 12

    3. Fi.kih sebagai Penerapan Syariah 16

    B. Ekonomi Syariah sebagai Sistem 21 '

    1. Prinsip-prinsip umurh Ekonomi Syariah 21

    2. Nilaii-nilai Dasar Sistem Ekonomi Syariah 39

    a. Larangan Praktek Riba 39

    b. Kerjasama 43 I

    c. Jaminan Sdsial 43

    d. Zakat 43

    e. Peran Negara 44

    Bab Ill. Substansi Pengaturan Dalam! RUU Perbankan Syariah 46 i

    A. Asas-Asas_perbankan Syariah 46

    a. Semua Transaksi harus Terhindar dari Prak.tik Riba 46

    b. Transaksi yang dijalankan Berdasarkan Kemitraan

    dengan berbagi keu;ntungan dan Kerugian 47 I

    c. Transaksi Dilakukan! dengan Landasan Ridla 48

    d. Prinsip Usaha dan fSerdagangan yang Halal dan Baik 50

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • e. Prisip Mewajibkan Zakat 50

    B. Materi Pengaturan 51

    a. Ketentuan Menjadi Pengurus/Pengelola Bank Syariah 51

    b. Jenis-jenis Kegiatan Usaha yang Boleh Dilakukan 53

    c. Bentuk, Syarat dan Ketentuan Perjanjian Kontrak (Akad) 54

    d. Pihak yang Dapat Menggunakan Bank Syariah

    e. Penentuan Kesehatan Bank Syariah

    f. Pembentukan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan

    Dewan Syariah Nasional (DSN)

    g. Penyelesaian Sengketa dan Sanksi Perdata

    (Dispute Settlement)

    h. Sanksi Pidana dan Administratif

    Bab IV. Pentup

    A. Kesimpulan

    B. Saran

    Daftar Pustaka

    55

    56

    56

    58

    59

    61

    61

    62

    63

    11

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I. I

    I·'

    I

    I

    I .

    I

    I .

    I!

    A. Latar Belakang

    BABI PENDAHULUAN

    Bank syariah sebagai bank yang berdasarkan prinsip syariah atau

    hukum Islam dalam melaksanakan kegiatah usahanya yang meliputi

    penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha, atau pemberian jasa dalam

    lalu lintas pembayaran, mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak

    didirikan pertama kali di Indonesia pada tahun 1992. Bank syariah tumbuh

    pada saat bank konvensional, terutama bank swasta yang saat itu menjamur

    di timpa krisis . kepercayaan dan likuidasi. Sejak saat itu, bank dengan

    menggunakan sistem syariah tampil sebagai bank alternatif dalam

    mengembangkan ekonomi masyarakat. Bank syariah juga secara tidak

    langsung membantu meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional.

    Pada saat terjadi krisis keuangan, bank syariah dapat mengurangi problema

    systemic risk, dimana dalam system perbankan syariah, ada pembatasan

    kegiatan spekulasi dengan high risk, peniadaan unsure al-gharar serta

    pelarangan riba (prohibition of usury) melalui peniadaan bunga bank.

    Bank syariah di Indonesia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat yang meyakini bahwa bunga dalam bank konvensional tidak

    sesuai dengan nilai-nilai Islam. Jumlah umat Islam y(:lng besar di Indonesia

    menjadi potensi bagi pengembangan bank syariah. Mereka adalah captive

    market untuk bank syariah. Terbukti hingga saat ini, baik jumlah bank dan

    dana masyarakat yang dihimpun cukup besar. Secara institusional, dalam

    tahun 2004 jumlah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

    prinsip syariah meningkat menjadi 3 bank umum syariah, ,15 unit usaha

    syariah (UUS) dari bank umum konvensional dan 88 BPRS. Sedangkan total

    aset perbankan syariah pada tahun 2004 mencapai Rp. 15,31 triliun dan

    pembiayaan yang diberikan sebanyak Rp. 11 ,48 triliun.

    1

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • Dalam beberapa tahun ke depan industri perbankan syariah diprediksi

    masih akan berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi.

    Dana pihak ketiga yang dihimpun diperkirakan akan mencapai Rp. 20 triliun

    ' dengan jumlah pembiayaan sekitar Rp. 21 triliun- di akhir tahun 2005

    (Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2004, Direktorat

    Perbankan Syariah 81, 2005).

    Perkembangan yang pesat tersebut tentunya disebabkan oleh praktek

    operasional perbankan syariah yang kian berkembang sesuai dengan trend

    ekonomi yang ada. Praktek operasional perbankan syariah dalam

    mengimbangi perkembangan ekonomi tentunya membutuhkan penyesuaian

    dan inovasi. Penyesuaian dan ~novasi tersebut ternyata tidak semua dan

    tidak selalu dapat dilaksanakan. Salah satu faktornya. adalah landasan

    hukum positif yang tidak mendukun~g.

    Faktor hukum positif (dengan diundangkannya UU No. 10 Tahun 1998

    Tentang Perbankan) telah sejak lama menjadi diskursus para praktisi dan

    pengamat perbankan Syariah. Salah satu isu besar yang diperdebatkan

    adalah undang-undang tersebut tidak mengatur perbankan syariah secara

    ~eseluruhan. Dalam perkembangannya, timbul permasalahan praktek

    operasional perbankan syariah yang tidak mempunyai landasan yang kuat

    seperti permasalahan penyertaan modal, peran DSN dan. 13ank Indonesia,

    · Capital Adequate Ratio (CAR), standar akuntansi, penyelesaian sengketa,

    standar akad, proporsi bagi hasil dan pendirian bank syariah.

    Selain itu terdapat beberapa aturan dalam UU tersebut yang

    · mempersulit pengembangan bank syariah mengingat kekhasan karakteristik

    : bank syariah sendiri. Dalam Pasal 7 dan 10 menyebutkan bahwa bank umum

    termasuk bank umum syariah dilarang menyertakan modal kecuali pada bank

    : atau perusahaan lain di bidang keuangan. Padahal diharapkan bank syariah

    . dapat menjembatani sektor keuangan dengan sektor riil dengan melakukan

    · penyertaan modal pada perusahaan yang bergerak di sektor riil atau non

    keuangan.

    2

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • j.

    I,

    Praktisi perbankan syariah meyakini bahwa masalah regulasi

    merupakan masalah paling pokok yang dihadapi bank syariah. Masalah-

    masalah lain sebenarnya sebagian besar dapat teratasi apabila regulasi

    tentang perbankan syariah dibuat khusus. Landasan hukum yang ada selama

    ini yaitu UU No. 10 Tahun 1998 dianggap belum cukup menjadi landasan 1

    · bagi pengembangan bank syariah di masa yang akan datang~ ,

    I i Dari hal:-hal yang telah disampaikan tersebut ternyata perbankan

    syariah memiliki kekhususan operasional yang belum sepenuhnya diatur

    dalam Undang-undang perbankan. Kekhususan perbankan syariah tersebut

    dapat lihat dari aspek ekonomis makro yang menekankan pada faktor

    distribusi, pelarangan riba dan pelarangan kegiatan ekonomi yang tidak

    memberi manfaat secara nyata dalam sistem perekonomian. Sedangkan

    pada aspek ekonomis mikro menekankan faktor muamalah dan ibadah, yakni

    menekankan aspek kompetensi,. profesionalisme dan sikap amanah dalam

    pengelolaan bank syariah. Sedangkan pada aspek yuridis, kekhususannya

    terletak pada cakupa·nnya pada aspek syariah disamping hukum posistif.

    Mengingat karakteristik tersebut, maka untuk pengaturan perbankan syariah

    . I

    : perlu disusun undang-undang perbankan syariah tersendiri.

    ... B. Landasan Hukum

    . ,., .-. \ .·

    Naskah akademik · Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang

    Perbankan Syariah berisikan penjelasan secara akademik dan ilmiah untuk

    pembuatan RUU Perbankan Syariah. Untuk melihat keselarasan RUU yang

    akan dibuat dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, di

    1 bawah ini akan dikemukakan ketentuan hukum sebagai landasan yuridis,

    baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan RUU yang

    ! akan dibuat tersebut.

    3

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • ';',

    1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    Sesuai dengan ketentuan· yang berlaku di Indonesia bahwa UUD 1945

    merupakan sumber hukum dasar bagi penyusunan peraturan

    perundangan-undangan di bawahnya. Atas dasar itu, setiap aturan hukum

    yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan aturan hukum yang

    lebih tinggi. Oleh sebab itu, RUU Perbankan Syariah tidak boleh

    bertentangan dan harus berdasarkan pada ketentuan-ketentuan UUD

    1945.

    Landasan hukum yang dapat dijadikan sebagai dasar berpijak s~cara

    konstitusional tentang pengaturan perbankan syariah adalah Bab Ill Pasal

    23, Pasal 29, dan Pasal 33 UUD 1945. Dalam BAB VIII Pasal 23 ayat (3)

    jo. Pasal 23 D Perubahan keempat UUD 1945 ditegaskan bahwa macam

    dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Penjelasannya

    menegaskan bahwa hal ini penting karena kedudukan uang itu

    mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat, terutama sebagai alat

    penukar dan pengukur harga yang dapat mempermudah transaksi

    ekonomi. Sejalan dengan itu, perlu diatur kedudukan Bank Indonesia

    (Pasal 23 Perubahan Keempat UUD 1945), dan sebagai tindak lanjutnya

    perlu pula diatur dunia perbankan melalui undang-undang tersendiri

    (Undang-Undang No.1 0 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang

    No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).

    Upaya membuat pengaturan perbankan syariah didasarkan pula atas

    .landasan yang kuat, sejalan dengan isi Pasal 29 UUD 1945 yang

    menetapkan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa

    dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

    agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

    kepercayaannya itu. Penjelasannya menegaskan bahwa kepercayaan

    bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang mengandung arti

    bahwa setiap perilaku umat beragama, termasuk umat Islam dalam

    4

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • ------------~ ~--

    melakukan interaksi sosial (muamalah) harus dijiwai oleh nilai-nilai

    agamanya.

    Dengan berpijak pada pasal 29 tersebut, umat Islam dijamin oleh

    negara untuk melaksanakan ajaran agamanya. Dalam hal ini, negara

    wajib menegakkan hak-hak dasar umat Islam dengan mengatur hubungan

    hukum dalam bidang ekonomi yang didasarkan syariah. Apabila prinsip ini

    dikaitkan dengan Pasal 33 UUD 1945 beserta Perubahan keempatnya,

    maka diperlukan penjabaran dalam bentuk undang-undang organik yang

    mengatur sistem perekonomian nasional yang di antara subsistemnya

    adalah perbankan syariah.

    2. Undang-undang yang terkait, sebagai berikut :

    a. Undang-Undang tentang Perbankan.

    Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan membuka

    peluang kegiatan perbankan berdasarkan bagi hasil, seperti dijelaskan

    dalam Pasal 1 ayat 12, Pasal 6 huruf m, dan Pasal 13. Ketentuan

    mengenai sistem bagi hasil ini kemudian diubah dan ditambah dalam

    Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dengan secara lebih luas mengatur

    1, system perbankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam penjelasan umum

    Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dijelaskan bahwa peranan bank

    yang melakukan kegiatan usaha berdasar prinsip syariah perlu

    ditingkatkan untuk menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat,

    dengan tanpa mengabaikan pembinaan terhadap bank konvensional.

    Pengembangan perbankan dianggap perlu untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat yang menginginkan layanan jasa perbankan berdasarkan

    prinsip syariah, meningkatkan pergerakan dana yang tidak dapat diserap

    oleh bank konvensional, memperkuat sistem perbankan, menyediakan

    sarana bagi investor internasional untuk pembiayaan atas dasar prinsip

    syariah.

    Selama ini ada sejumlah kendala dalam pengembangan bank syariah,

    diantaranya belum lengkap dan memadai peraturan dan infrastruktur,

    5

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I

    I ,,

    I ..

    masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap sistem operasional

    perbankan syariah, dan teknologi yang belum memadai.

    b. Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia jo.

    Undang-Undang No. 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan

    Sistem Nilai Tukar.

    Kedua undang-undang ini mengatur arah · kebijakan moneter

    perbankan dan lalu lintas devisa yang terkait erat dengan kegiatan usaha

    bank. Bank Indonesia didirikan dengan tujuan untuk memelihara dan

    mencapai kestabilan nilai rupiah. Agar tujuan ini tercapai, Bank Indonesia

    menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, menjaga dan

    mengatur kelancaran system pembayaran, mengatur dan mengawasi

    bank. Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, Bank Indonesia

    menetapkan peraturan, memberi dan mencabut izin atas kelembagaan

    dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank

    dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangan yang berlaku.

    c. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

    Pada dasarnya semua produk perbankan syariah diikat dengan akad

    (perjanjian) yang dibuat oleh bank dengan nasabah. Secara realita,

    formulir akad itu dibuat oleh bank sebagai kontrak baku. Berdasarkan

    prinsip syariah, ketika seseorang menandatangani akad, kedua pihak

    yang bertranskasi harus mengetahui dan memahami isi akad yang akan

    mengikat mereka. Atas dasar ini, bank mempunyai kewajiban untuk

    menjelaskan isi akad yang terdapat dalam formulir baku itu agar nasabah

    memahami hak dan kewajiban yang1 akan mengikatnya. Menurut

    ketentuan syariah, apabila pihak nasabah merasa keberatan dengan isi

    akad yang dijelaskan pihak bank, ia mempunyai kesempatan untuk

    melakukan negoisasi (khiyar) sehingga terwujud kesepakatan yang

    didasarkan suka-sama suka ('antaradhin) dalam akad tersebut.

    6

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • Dalam penyusunan akad, bank syariah harus tunduk pada aturan

    kontrak baku yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan

    Konsumen. Sejalan dengan itu, semua akad yang bertentangan dengan

    aturan tersebut batal demi huk.um dan pelakunya dapat diancam dengan

    pidana.

    d. Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan

    Usaha Tidak Sehat ~

    Ketentuan yang terdapat dalam undang-undang ini berlaku bagi

    semua badan usaha, termasuk bank syariah. Undang-undang tersebut

    menegaskan antara lain larangan terhadap perbuatan-perbuatan tertentu

    dan perjanjian-perjanjian tertentu, seperti1 penguasaan pangsa pasar yang

    mengarah pada praktek monopoli~tik yang diantaranya dengan auisisi

    atau merger. Demikian pu~a dilarang melakukan praktek-praktek

    pemboikotan dan diskriminasi.

    C. Tujuan dan Manfaat Penyusunan. Naskah Akademis

    Penyusunan . Naskah Akademik Rancangan Undang-undang · tentang

    Perbankan Syariah bertujuan : untuk memberi alasan ilmiah mengenai

    signifikansi penyusunan RUU Perbankan Syariah. Konsep-konsep yang

    dituangkan dalam naskah ini didasarkan pada keinginan masyarakat menuju

    terwujudnya sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan dengan memberi

    argumentasi tentang landasan dan prinsip-prinsip syariah.

    Selain itu, disadari bahwa suatu undang-undang akan lebih

    implementatif bila ia beakar dari kebutuhan yang ada dimasyarakat dan

    1 mampu merepresentasi semua pihak yang terkait secara lebih proporsional.

    Berangkat dari proses dan tahapan yang akademis dan ilmiah, penyusunan

    naskah akademis ini ditujukan sebagai guideline bagi perancangan undang-

    undang perbankan syariah.

    7

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I

    i,

    D. Metode dan Pehdekatan

    Ada dua tahap yang ditempuh dalam penyusunan naskah akademik

    Rancangan Undang-undang Perbankan Syariah ini, yaitu; tahap penelitian

    lapangan dan tahap penyusunan naskah akademik. · · ·,

    Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosio-/ega/

    research yang bertujuan untuk memperoleh data primer. Data primer

    dip'eroleh melalui studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Studi

    kepustakaan dilakukan terhadap berbagai bahan kepustakaan mengenai

    perbankan syariah, baik terhadap peraturan perundang-undangan tentang

    perbankan (syariah), penelitian terdahulu, dan berbagai literatur, terutama

    yang terkait dengan wilayah penelitian.

    Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan

    sekaligus, pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dipakai untuk

    menggali informasi dari nara sumber/informan tentang permasalahan yang

    dihadapi perbankan syariah dengan regulasi yang ada saat ini. Data

    dikumpulkan dengan metode wawancara terstruktur berdasarkan suatu

    pedoman wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pendapat

    qari berbagai kalangan masyarakat tentang perlunya penyusunan perbankan

    syariah, baik praktisi perbankan syariah, akademisi, dewan syariah, tokoh

    masyarakt, LSM, dan masyarakat (nasabah bank syariah d.an nasabah bank

    konvensional). Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui pengetahuan

    dan pemahaman masyarakat/responden tentang keberadaan dan

    operasional perbankan syariah serta opini mereka tentang perlunya

    penyusunan UU perbankan syariah. Data dikumpulkan .dengan menyebar

    kuesioner kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan.

    Berdasarkan pendapat yang ditemukan di lapangan ternyata

    kecenderungan umum responden atau masyarakat menginginkan adanya

    undang-undang yang mengatur secara khusus tentang perbankan syariah.

    Undang-undang tersebut mengatur secara je~as tentang prinsip syariah, jenis

    8

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I,

    produk dan menjamin kenyamanan pelayanan bagi nasabah. Disamping itu,

    , undang-undang tersebut mengatur tentang keduduk~m. tugas dan peran

    Dewan Pengawas Syariah · (DPS) dan/atau Dewan Syariah Nasional· (OSN)

    secara jelas. Kelak dalam Undang-undang, hubungan kerja antara DPS dan

    DSN, hak dan kewajiban, standard penghargaan, pelibatan DPS dalam

    pelaksanaan transaksi antara pihak bank ·dengan nasabah dan sanksi

    terhadap pelanggaran fatwa seharusnya dinyatakan secara tegas. Disamping

    itu, dalam UU Perbankan juga diatur mengenai sanksi bagi bank syariah

    yang melanggar melanggar aturan prinsip syariah.

    Undang-undang tentang perbankan syariah yang tersendiri mempunyai

    peran sangat signifikan, terutama untuk menjawab berbagai kasus ban:k

    syariah yang memiliki karakteristik yang khas dalam pelaksanaan

    opersionalisasinya. Yang perlu diatur antara lain pelaksanaan operasional

    akad terutama pembiayaan, kedudukan DSN/DPS dalam struktur bank

    sehingga bisa lebih aktif mengawasi operasionalisasi secara syariah,

    standarisasi akad dan proses penyelesaian sengketa (dispute) serta

    pengadilan mana yang berwenang menanganinya.

    Selain itu, banyak responden yang berharap dalam Undang-undang

    perbankan syariah tersebut nanti mengatur beberapa hal yang belum diatur

    dalam UU No. 10 Tahun 1998, seperti jaminan equity dimana keberhasilan

    bank syariah tergantung dengan keberhasilan n~sabahnya, prudential

    regulasi, likuiditas dan perlu ada aturan tentang kerjasama antar bank syariah

    dalam hal penempatan dana. Selain itu aturan tentang standard penilaian

    kesehatan bank yang disamakan dengan bank konvensional dianggap tidak

    sesuai bila diterapkan juga pada bank syariah karena karakteristiknya yang

    berbeda.

    9

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • BABU

    KERANGKA KONSEPTUAL

    A. Landasan Teori Perbankan Syariah sebagai Alternatif dari Perbankan Konvensional

    1. Kritik terhadap Teori Ekonomi Konvensional

    Pada prinsipnya suatu teori ekonomi merupakan hasil abstraksi

    dari serangkaian fakta tentang usaha manusi~ (mikro) atau negara

    (makro) ~untuk mencapai kesejahteraan. Arus utama dari .teori

    ekonomi yang berkembang saat ini, berasal dari dua sistem ekonomi

    yang mempunyai pengarulh luas di dunia, yaitu sistem kapitalisme

    dan sosialisme.1 Sistem kapitalisme dimanifestasikan dalam teori-

    teori ekonomi Liberai-Kapitalistik, teori pertumbuhan Neo-Kiasikal.

    Sedangkan sistem sosialisme 1 dimanifestasikan dalam teori-teori

    Ekonomi Marxist dan Neo-Marxtst. Kedua sistem ekonomi ini lebih

    mement1ingkan kehidupan materialistik dan hedonisme.2

    Sistem kapitalisme dan sosialisme telah gagal memecahkan

    persoalan kebutuhan ekonomi manusia secara mendasar dan

    ternyata tidak dapat mewujudkan kesejahteraan. Kedua sistem

    ekonomi ini justru menimbulkan sejumlah persoalan, seperti

    ketidakstabilan moneter, bunga tinggi, laju inflasi melambung tinggi,

    defisit anggaran belanja, ketidamerataan distribusi pendapatan dan

    kekayaan sebagai pemicu utama gejolak sosial di masyarakat

    melebarnya disparitas antara berbagai negara dan kawasan yang

    diakibatkan oleh perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan

    1Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 4-5. 2 A.M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif. Islam, (Jakarta: Rajawali

    . Press, 1987), h. 12. · ·

    10

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • !,

    .,!1 l.

    '• :.

    'I

    teknologi atau karena sebab-sebab sosio ekonomi yang berujung

    kepada divergensi atau antagonisasi kondisi materiaL3

    Kedua model teori ekonomi tersebut juga menimbulkan tingkat

    pengangguran yang tinggi, kemiskinan massal, penurunan secara

    substansial kualitas kesejahteraan material manusia, sampai pada

    persoalan penggunaan sumberdaya alam (non-renewable resource)

    secara irrasional sehingga mengancam lingkungan dan peradaban

    manusia.

    Selain itu, paradigma teori ekonomi liberal dan sosialis yang

    memisahkan ·antara urusan keduniaan dengan urusan spiritual

    berakibat pada berkembangnya budaya permissive, hidup hedonistik,

    pandangan hidup yang sekuler dan sinkretis. Lebih jauh paradigma

    ekonomi tersebut yang menolak hakikat nilai-nilai kemanusian

    berimpli:kasi timbulnya kehampaan dalam perilaku manusia. Dalam

    situasi yang demikian, upaya untuk memperoleh kemakmuran dan

    kesejahteraan sulit untuk diwujudkan.

    Sejalan dengan 'itu, pada saat ini muncul kegelisahan

    paradigmatik di kalangan ekonom, bukan saja terjadi di negara

    berkembang, tetapi juga di negara-negara barat -yang maju sebagai

    tempat berkembangnya ilmu ekonomi kapitalis. Dalam kaitan ini,

    muncul gagasan dari para ekonom untuk mengkaji ulang paradigma

    ekonomi yang ada, bahkan melakukan perubahan paradigma dengan

    melahirkan suatu paradigma baru.

    Berbagai pakar ekonomi barat tampil memberikan kritikan dan

    mengung~~pkan kelemahan ekonomi yang · berlandaskan sistem

    kapitalis dan sosialis, diantaranya P .A Samuelson, Gunnar Myrdal,

    3Pheni Chalid, dk.k, Laporan Penelitian Potensi, Persepsi, Preferensi dan perilaku , Masyarakat Terhadap Bank Syariah di · DKI Jakarta dan Sekitarnya, (Jakarta:· UIN Syarif

    Hidayatullah dan BI, 2003 ), h. 19. · ·

    11

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • Harvey Leibenstein dan Kurt ·Dopier. Kelemahan paling mendasar

    dari paradigma teori ekonomi tersebut karena tidak mengambil

    dimensii moral, nilai-nilai sosial dan etika. Untuk menutupi kelemahan

    ini perlu dikembang~an pendekatan interdisipliner dalam mengamati

    fenomena ekonomi dan pendekatan holistik. Pendekatan holistik

    yang dimaksud diwujudkan dengan mengintegrasikan kebutuhan

    material dan spiritual manusia, interaksi antara sesama manusia,

    serta manusia dengan alam semesta.4

    2. Ekonomi dengan Prinsip Syariah sebagai Alternatif

    Mengingat sistem ekonomi _yang telah berkembang dalam

    kehidupan manusia, yaitu kapitalisme dan sosialisme, tidak mampu

    memberikan kesejahteraan materiali dan spiritual secara sekaligus,

    maka ekonomi dengan menggunakan prinsip syariah dapat dijadikan

    sebagai alternatif pEmcapaian kesejahteraan manusia tersebut.

    Sehubungan dengan itu, segala s_umber daya yang terdapat di alam

    semesta ini harus dapat dijadikan sebagai bahan untuk memberikan

    kemaslahatan dan kesejahteraan kepada manusia, bukan sebaliknya

    mendatangkan kerusakan dan permusuhan.

    Ekonomi Islam bersumber pada doktrin-doktrin hukum yang

    terdapat dalam ai-Quran dan hadis. Menurut kedua sumber ini,,

    konsep kesejahteraan dii dalam Islam didasarkan pada akeyakinan

    bahwa Allah merupakan satu-satunya tujuan, Pencipta dan Pemilik

    Mutlak (tauhid), manusia adalah kahlifah (pengemban) amanah darii

    Allah yang memberikan keadilan kepada seluruh manusia. Syariah

    merupakan nomra yang menerangi dan memberikan petunjuk kepada

    manusia dalam menjalani k,ehidupannya.

    4Umar Chapra, Islam and The Economic Challenge, (USA: lilT, 1992).

    12

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • 'i

    .• 11 '

    Melalui kedua sumber utama hukum Islam (ai-Quran dan hadis),

    umat Islam diberikan pedoman dan aturan yang disebut syariah.

    Syariah merupakan sumber aturan perilaku sekaligus memuat tujuan-

    tujuan dan strateginya. Tujuan-tujuan ini pul~ yang menjadi dasar

    konsep Islam tentang kesejahteraan manusia dan kehidupan ,yang

    baik. Kesejahteraan manusia belum terpenuhi. apabila hanya dalam . -·;

    bentuk materi semata, tetapi juga harus terpenuhinya kebutuhan

    yang bersifat spiritual.

    Dalam penilaian Syatibi tujuan utama syariah adalah

    mewujudkan kemaslahatan manusia dalam kehidupannya. Inti

    kemaslahatan yang ditetapkan Syari' adalah pemeliharaan lima hal

    pokok (al-Kulliyat ai-Khams). Semua bentuk tindakan seseorang yang

    mendukung pemeliharaan kelima aspek ini disebut mas/ahah. Begitu

    pula segala upaya yang berbentuk tindakan menolak kemudharatan

    terhadap kelima hal ini juga disebut mas/ahah. Karena itu, ai-Ghazali

    mendefinisikan maslahah sebagai mengambil manfaat dan menolak

    kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan syara'.5

    Pemeliharaan tujua~ syara' yang dimaksud ai-Ghazali adalah

    pemeliharaan ai-Kulliyat ai-Khams.

    Sejalan dengan prinsip maslahah sebelumnya, Syatibi

    menjelaskan bahwa kemaslahatan tidak dibedakan antara

    kemaslahatan dunia maupun kemaslahatan akhirat, karena kedua

    bentuk kemaslahatan ini selama bertujuan memelihara a/-Kulliyat ai-

    Khams; termasuk dalam ruang lingkup maslahah.6 Aqa tiga tingkatan

    \ 5 Abu Hamid al-Ghazali, al-Mustashfa fi Ilmi al-Ushul, (Beirut: Dar al-kutub al-l Ilmiyyah, 1983), h. 286.

    6Abu Ishaq Ibrahim ibn Musa ibn Muhammad al- Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushu a/-• Syari'ah, t.k.: Daribn Affi.n, 1997, Jilid 2, h. 17-18.

    13

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • kemaslahahatan, yaitu esensial (dharuriyat), sekunder (hajiyyat), dan

    komplementer (tahsiniyat).

    Kemaslahatan al-dharuriyat adalah suatu kemaslahatan yang

    berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia di dunia dan akhirat.

    Demikian penting kemaslahatan ini., apabila luput dalam kehidupan

    manusia akan terjadi kehancuran, bencana dan kerusakan terhadap

    tatanan kehidupan manusia. Kemaslahatan ini meliputi pemeliharan

    agama, diri, akal, keturunan dan harta.

    Pemeliharaan kelima kemaslahatan ini, menurut Syatibi,

    dilakukan melalui berbagai kegiatan kehidupan. Melalui ushu al-

    lbadat, pemeliharaannya dilakukan dengan menanamkan dan

    meningikatkan keimanan, mengucapkan dua kalimah al-syahadat,

    melaksanakan sholat, menunaikan zakat, puasa, haji dan

    sebagainya. Semua bentuk amalan ini ditujukan untuk pemeliharaan

    agama.

    Pemeliharaan diri dan akal manusia dilakukan melalui berbagai

    kegiatan adat, seperti makan, minum, berpakaian, dan memiliki

    rumah sebagai tempat tinggal dan melindungi diri dari berbagai

    gangguan. Sedangkan pemeliharaan keturunan dan harta dilakukan

    melalui kegiatan muamalat, melakukan interaksi dengan sesama

    manusia. Pemeliharaan kelima bentuk kemaslahatan ini juga

    terwujud dengan adanya ketentuan hukum jinayat dan perintah

    menegakkan yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar.7

    Kemaslahatan hajiyat adalah suatu kemaslahatan yang

    dibutuhkan man usia untuk menyempurnakan kemaslahatan. pokok

    mereka dan menghilangkan kesulitan yang dihadapi. Termasuk

    kemaslahatan ini semua ketentuan hukum yang mendatangkan

    7Syatibi, al-Muwafaqat, Jilid 2, h. 18-20.

    14

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • keringanan bagi manusia dalam kehidupannya. Bentuk keringanan

    dalam ibadah, tampak dari kebolehan meringkas (qashar) sholat dan

    berbuka puasa bagi orang yang musafir. Dalam muamalat,

    keringanan ini terwujud dengan dibolehkan berburu binatang halal,

    memakan makanan yang baik, dibolehkan melakukan jual beli salam

    (bay' sa/am), kerjasama pertanian (muzara'ah) dan perkebunan

    (musaqqah). Semua kegiatan ini disyari'atkan Allah guna

    memudahkan kehidupan manusia dan mendukung perwujudan

    kemaslahatan pokok di atas.8

    Kemaslahatan ini sering disebut dengan maslahat takmiliyat,

    yaitu suatu kemaslahatan yang sifatnya pelengkap dan keluasan

    terhadap kemaslahatan dharuriyat dan hajiyat. Kemaslahatan ini

    dimaksudkan untuk kebaikan dan kebagusan budi pekerti.

    Sekiranya, kemaslahatan ini tidak dapat diwujudkan dalam

    kehidupan, tidaklah sa-mpai menimbulkan kegoncangan dan

    kerusakan terhadap tatanan kehidupan manusia. Meskipun

    demikian, kemaslahatan ini tetap penting dan-dibut~hkan manusia.

    Misalnya, dalam ibadat,- keharusan bersuci, menutup au rat dan

    memakai pakaian yang indah dan bagus. Contoh kemaslahatan

    dalam adat, adanya adab dan tata cara makan dan kebiasaan

    membersihkan diri.

    Dari ketiga tingkatan kemaslahatan ini yang perlu diperhatikan

    seorang muslim adalah kualitas dan tingkat kepentingan

    kemaslahatan itu sehingga dapat ditentukan kemaslahatan yang

    harus diprioritaskan terlebih dahulu. Kemaslahatan dharuriyat harus

    lebih didahulukan dari hajiyat dan kemaslahatan hajiyat harus lebih

    didahulukan dari tahsiniyat.

    8Nasrun Harun, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. ke-2, h. 116.

    15

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • Ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip _syariah tidak

    hanya sebagai wahana untuk memelihara keseimbangan kehidupan

    ekonomi, tetapi diharapkan juga menjadi sarana untuk merelokasi

    sumber-sumber daya kepada orang-orang yang berhak dalam

    syariah. Dengan demikian, tujuan efisiensi ekonomi dan keadilan

    dapat dicapai secara sekaligus.9

    Menurut Chapra dengan keberhasilan mencapai tujuan

    ekonomi yang berlandaskan prinsip syariah akan terwujud

    lingkungan masyarakat yang sempurna. Hal ini tentu dapat dicapai

    melaluii usaha yang maksimal. Dalam hal ini, perlu ada strategi

    merestrukturisasi sistem sosio-ekonomi secara komprehensip.

    Restrukturisasi tersebut mesti diiringi dengan usaha memperbarui

    sistem politik, hukum, ekonomi dan sosial, dengan mengikutsertakan

    semua komponen warga negara. Melalui cara tersebut sangat

    dimungkinkan manfaat ekonomi yang menggunakan prinsip syariah

    dapat dinikmati dan dirasakan oleh semua ,lapisan masyarakat.10

    Diantara institusi publik yang perlu diretrukturisasi dan direformasi

    ialah lembaga keuangan dan perbankan yang disesuaikan dengan

    prinsip ekonomi syariah.

    3. Fikih sebagai Penerapan Syariah

    Dalam studi hukum Islam, kata syariah yang berasal dari bahasa

    Arab mempunyai beberapa arti, antara lain jalan ke tempat pengairan"

    atau '}alan yang diikutl', atau tempat lewat air disungai. Kata syari'ah

    muncul beberapa kali dalam AI-Qur'an, diantaranya surat ai-Maidah (5):

    48; ai-Syura (42): 13; dan ai-Jatsiyah (45): 18, yang mengandung arti

    "jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan". Dalam hal ini,

    9Chapra, Islamic Economic, h. 215 1°Chapra, Islamic Economic, h. 215.

    --------- ---

    16

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • !,

    agama yang ditetapkan Allah untuk manusia disebut syari'ah, dalam arti

    bahasa, karena umat Islam selalu melaluinya dalam kehidupan di dunia.

    Kesamaan syari'ah Islam dengan jalan air adalah dari segi bahwa siapa

    yang yang mengikuti syari'ah ia akan. mengalir dan bersih jiwanya. Allah

    menjadikan air sebagai penyebab kehidupan tumbuh-tumbuhan dan

    hewan sebagaimana Dia menjadikan syari'ah sebagai penyebab

    kehidupan jiwa insani.

    Para ahli fikih memahami istilah syariah sebagai "segala hukum

    dan aturan yang ditetapkan Allah bagi hamba-Nya untuk diikuti yang

    mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan antara

    manusia dengan manusia, dan hubungan antara manusia dengan

    lingkungan dan kehidupannya.

    Pada periode awal Islam, pengertian syari'ah meliputi seluruh

    ajaran Islam, baik akidah, akhlak maupun syari'ah dalam arti khusus

    (hukum Islam). Pada periode berikutnya, masa perkembangan hukum

    Islam dan masing-masing ilmu keislaman berdiri sendiri, istilah syari'ah

    hanya digunakan untuk masalah hukum Islam. Dalam hal ini, syari'ah

    adalah "Segala ketetapan Allah yang berhubungan dengan tingkah laku

    manusia di luar masalah akidah dan akhlak". Dengan demikian, syari'ah

    adalah nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah, baik

    menyangkut hubungan dengan Allah (ibadah) maupun hubungan

    sesama manusia (maumalah). Setiap muslim mempunyai kewajiban

    untuk menjalankan ajaran syariah dalam semua aspek kehidupannya.

    Selain istilah syariah, dalam terminologi hukum Islam dikenal pula

    istilah fiqh. Kata fiqh secara etimologi berasal dari kata fiqhan berarti

    paham atau mengerti. Sebagian ulama memahami bahwa kata fiqh

    bukan sekedar paham atau mengerti, tetapi paham secara mendalam

    untuk sampai kepadanya perlu mengerahkan pemikiran secara

    17

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I '!

    sungguh-sungguh. Orang yang memiliki pemahaman me~dalam tentang

    fiqh disebut faqih.

    Secara istilah, fiqh adalah hukum-hukum yang memberikan aturan

    teknis sebagai pelaksanaan dari syariah. 11 Jadi, istilah syariah

    mempunyai arti lebih luas dan umum, sedangkan fikih memiliki

    pengertian yang sempit dan bersifat teknis yang merupakan hasil

    interpretasi para ulama terhadap syariah. Mengingat fiqh sebagai hasil

    interpretasi atau ijtihad ulama ia dapat berubah, beragam dan

    dikembangkan mujtahid berikutnya. Kemungkinan berubahnya fiqh

    menggambarkan keelastisannya. Beragam fiqh melahirkan mazhab-

    mazhab fiqh sepanjang sejarah. Tegasnya, fiqh memiliki relativitas dari

    sisi kepada siapa fiqh tersebut dinisbahkan (dihubungkan), kepada

    imam Syafi'i, Abu Hanifah atau Malik. Relativitasnya pun dapat diamati

    dari kawasan mana fiqh tersebut dilahirkan, dari kawasan Madinah, lrak,

    Andalus atau kawasan lainnya.

    Secara garis besar, fikih dapat dibagi menjadi dua macam, fikih

    ibadah dan fikih muamalah. Fikih ibadah berisikan aturan hukum yang

    meliputi tingkah laku manusia dalam hubungan dengan Allah, seperti

    sholat dan puasa. Sementara fikih muamalah memuat aturan tentang

    hukum yang· mengatur perbuatan manusia yang berhubungan dengan

    11Cukup beragam definisi fikih yang dikemukakan para ulama, misalnya Syihab ai-Din Abu ai-Abbas Ahmad ibn Idris ai-Qarafi mendefinisikan fiqh secara terminologi yaitu mengetahui tentang hukum-bukum syara 'yang bersifat amaliyah berdasarkan dalil. Menurut ulama mazhab Syafi'i fiqh adalah ilmu tentang hukum syara' yang bersifat amaliyah, diperoleh melalui dalil-dali yang lerperinci. Sementara itu, kalangan Hanafiyyah mendefinisikan fiqh sebagai berikut: Fiqh adalah pengetahuan seseorang tentang apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Lihat Syihab al-Din Abu ai-Abbas Ahmad ibn Idris al-

    l Qarafi, Syarh Tankih al-Fushulfi Ikhtisar al-Mahsulfi al-Ushul, (Beirut: Dar ai-Fikr, 1973), Cet. ke-1, h. 17. Lihat pula Musthafa Said ai-Khin, Dirasah Tarikhiyah li al-Fiqh wa Ushuluhu wa al-Ittijahat allati Zaharatfiha, (Syiria: t.p., 1984), Cet. ke-1, h. 10.

    18

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • .!• '

    .. I

    persoalan keduniaan, misalnya hukum yang mnegatur tentang masalah

    ekonomi, politik, sosial dan budaya.12

    Menurut Ibn Taimiyah prinsip ibadah terkait dengan kemaslahatan

    agama, sedangkan muamalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan

    hid up manu~Ja di dunia. Atas dasar ini, yang menjadi prinsip penting

    dalam ibadah adalah tauqlf (tidak melakukar( sesuatu) sampai ada

    perintah dari Allah untuk melakukannya. Tanpa ada perintah Allah yang

    tertuang dalam syariat-Nya, ibadah tidak boleh dilakukan. Sementara

    dalam muamalah yang berisikan aturan untuk memenuhi kebutuhan

    hidup manusia, dilandaskan pada prinsip a/-'afw (kemaafan, kebolehan)

    segala sesuatu hingga ada larangan dari Allah. Apabila ada larangan

    dari Allah, muamalah itu tidak boleh difakukan muslim.13

    Mengingat hukum ibadah hanya wewenang mutlak Allah dan Nabi

    SAW menentukannya, terlarang melakukan suatu ibadah kecuali ada

    perintah dari Allah dan Nabi. Hukum ibadah ini dijelaskan dalam Quran

    dan hadis dengan nash-nash qath'i. Dalam Quran memang penjelasan

    tentang ibadah hanya bersifat umum, tetapi hadis memberikan

    penjelasan secara rinci. Oleh karena itu, lbadah tidak boleh ditambah

    dan dikurangi selain yang telah dijelaskan Allah dan dicontohkan Nabi

    SAW.

    Berbeda dengan ibadah, aturan muamalah sebagian besar

    ditetapkan dalam Quran dan hadis dalam bentuk prinsip-prinsip umum

    dan bersifat ,terbuka untuk menerima penafsiran. Sedikit sekali dari

    persoalan muamalah diatur dengan nash tegas, pasti (qath'l) dan terinci.

    Umumnya, persoalan muamalah diatur dengan nash zanni, sehingga ia

    12Abd al-Wahhab Khallaf, '1/mu Ushu al-Fiqh, (Kuwait: Dar al-Qalam, 1978), Cet. ke-12, h. 32-33

    13Ibn Taimiyah, Iqamah al-Dalil ala Ibthd/ a/-Tahli/, dalam Majmu' Fatawa Ibn Taimiyah, (Beirut: Dar al-Fikr, 14000H/1980 M), Juz UI,h. 272-3

    19

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I .

    termasuk kategori yang ma~qOI ma'na. Sejalan dengan itu, para ulama

    merumuskari kaidah fikih yang berbunyi: "Hukum asa/ bagi semua yang

    bermanfaat adalah bo/eh

    Menurut ai-But~i, yang dimaksud dengan manfaat meliputi semua

    yang mendukung pemeliharan a/-Kul/iyat ai-Khams, yaitu pemeliharaan

    terhadap diri, agama, keturunan, akal, dan h~rta. Di samping itu,

    manfaat dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang baik . atau

    dapat digunakan untuk merealisir kebaikan sekaligus menghindarkan

    kemudharatan, baik bagi individu maupun masyarakat. 14 Semua

    persoalan yang bermanfaat bagi manusia dan bukan termasuk dalam

    bidang ibadah termasuk ruang lingkup muamalah.

    Segala bentuk persoalan yang termasuk muamalah, hukumnya

    boleh selama tidak ada ketentuan nash yang melarang. Oleh karena itu,

    umat Islam mempunyai kesempatan luas untuk melakukan kegiatan

    muamalah selama tidak ada nash yang melarangnya. Disamping itu,

    ketentuan muamalah yang diatur dalam nash dengan prinsip-prinsip

    umum memberikan kesempatan luas bagi para ulama melakukan ijtihad

    agar dapat memberikan jawaban hukum terhadap berbagai persoalan

    muamalah yang selalu berkembang dalam kehidupan manusia.

    Sebagai upaya mewujiudkan kemaslahatan dalam kehidupan

    ekonmi, diantaranya dengan membuat aturan tetnag perbankan syariah

    secara tersendiri yang terpisah dari pengaturan perbankan

    konvensioanl. Pengelolaan perbankan yang sesuai dengan prinsip

    syariah bagi umat Islam merupakan bagian dari ibadah dalam artian

    luas, karena perbankan yang sesuai syariah atau perbankan syariah

    14Said, Ramadhan ai-Buthl, Dhawabit al-Maslahah fi al-Syari'ah al-Islamiyah, (Beirut: Muassah ai-Risalah, 1977), Cet. ke-3, h. 23

    20

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • ' ~ ' . .

    merupakan aplikasi dari keimanan ddalam tataran kehidupan manusia

    yang dipantulkan dari norma-norma dan ketentuan syariah.

    B. Ekonomi Syariah sebagai Sistem

    1. Prinsip-prinsip umum Ekonomi Syariah

    Ada sejumlah prinsip umum yang membentuk kerangka ekonomi

    syariah. Prinsip itu tersebut adalah tauhid, khilafah, keadilan,

    persamaan dan persaudaraan, Nubuwwah, Ma'ad (hasil).15

    a. Prinsip Tauhid

    Tauhid merupakan yang ajaran dasar Islam sekaligus

    fondasi Islam. Prinsip tauhid mengajarkan kepada manusia

    bahwa tiada yang patut disembah melainkan Allah dan tiada

    yang memiliki langit, bumi dan segala isinya melainkan Allah.

    Atas dasar ini, Allah merupakan pemilik mutlak semua sumber

    daya yang ada, bahkan termasuk manusia sendirL Dalam kaitan

    ini, segala yang dikuasai dan dimiliki man usia di dunia ini hanya

    sebagai amanah dari Allah.

    Prinsip tauhid juga menegaskan bahwa manusia diciptakan

    Allah untuk beribadah kepadanya. Oleh karena itu, semua

    aktifitas man usia dalam · hubunganya dengan alam (sumber

    daya) dan manusia (muamalah) harus dalam kerangka

    hubungan dengan Allah. Sejalan dengan itu, manusia akan

    mempertanggungjawabkan segala aktifitasnya kepada Allah,

    termasuk dalam kegiatan muamalah atau ekonomi dan bisnis.

    15Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), Cet. ke-1, h. 52-63 . . .

    21

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I

    ' ~ ' ' .

    b. Prinsip khilafah Prinsip khilafah menjelaskan bahwa manusia diciptakan

    sebagai pemimpin dan pemakmur bumi. Dengan kata lain, manusia

    merupakan wakil Allah di muka bumi (QS. 2:30). Sebagai

    pengemban amanah Allah di muka bumi, manusia diberikan

    kebebasan untuk memilih d~n berbuat dalarri-kehidupannya sesuai dengan ketentuan pemberi amanah. Prinsip khilafah menegaskan

    bahwa manusia memikul tanggungjawab untuk mewujudkan

    kemaslahatan di muka bumi. Nilai yang terdapat pada prinsip ini

    yang mnejadi landasan kehidupan kolektif manusia dalam islam.

    Fungis utamanya untuk menjaga keteraturan interaksi (muamalahO

    antar kelompok, termasuk dalam kegiatan ekonomi, agar

    kekacauan dapat dihilangkan atau dikurangi.

    Dari prinsip ini lahir sejumlah ketentuan liukum yang harus

    dipatuhi manusia dalam kehidupan, yaitu:

    1. Kewajiban menjunjung tinggi persaudaraan universal

    berdasarkan prinsip persamaan manusia dihadapan Allah

    dan tidak boleh ada perlakukan diskriminatif.

    2. Semua sumber daya yang ada di alam ini merupakan

    amanah Allah. Oleh karena itu, manusia hanya sebagai

    penerima amanah dari Allah, bukan pernilik mutlak. Manusia

    akan diminta pertanggungjawaban ata~s apa yang

    diamanahkan kepadanya

    3. Kewajiban manusia untuk hidup sederhana, tidak sombong,

    angkuh, tamak d_an mubazir.

    4. Kemerdekaan diri dan jiwa mnusia dalam kehidupan sosial

    karena sebagai khalifah, manusia hanya boleh tunduk . .

    kepada Allah. Atas da!Sar ini, tidak boleh ada penghambaan

    22

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • ! i

    kepada seseorang atau sesama makhluk, baik secara sosial,

    hukum, politik maupun ekonomi.16

    Konsep khilafah tidak hanya dilihat dari sisi individu manusia

    sebagai pemimpin, tetapi dapat diamati dalam skala lebih besar,

    yaitu diwujudkan melalui negara atau pemerintah. Pemerintah

    mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Peran utama

    peme~intah untuk menjamin perekonomian agar berjalan sesuai

    dengan ketetentuan syariah- dan untuk memastikan supaya tidak

    terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia. Ketentuan ini

    semua ditujukan agar terwujud kemaslahatan dan kesejahteraan

    dalam kehidupan manusia. Hal ini akan tercapai dengan

    pemeliharaan lima hal po.kok yang menjadi maqashid a/-syariah

    (tujuan-tujuan syraiah), yaitu agama, diri, keturunan, akal, dan

    harta.

    c. Prinsip Keadilan ('ad!) '

    Adil atau keadilan merupakan ajaran Islam yang penting.

    Dalam ai-Qur'an terdapat kata adlu atau yang seakar dengan

    kata · itu sebanyak 28 kaiL Ada beberapa makna kata adil.

    Pe~rtama, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kedua,

    keseimbangan antara hak dan kewajiban. Ketiga, · tidak

    menzalimi dan tidak dizalimi. Ketiga makna adil ini mengacu

    pada substansi yang sama, yaitu memperlaku manusia secara

    sama, proporsional dan seimbang.

    AI-Quran sebagai sumber utama ajaran memberikan

    dorongan keras kepada umatnya untuk menegakakan keadilan.

    Penegakan keadilan dan penghancuran ketidakadilan

    merupakan misi utama setiap Rasul utusan Allah (QS. 57:25).

    16 • ' Lthat Chapra, Islam and The Economic, h. 206-208

    23

    . " .. -·~ . .... . .

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I .

    Adil merupakan merupakan salah satu sifat Allah dan

    memerintahkan setiap muslim untuk menjadikannya sebagai

    idealisme moral (QS. 7:29; 16:90; 42:15). Mewujudkan keadilan

    dalam kehidupan mengantarkan muslim untuk lebih dekat

    kepada takwa (QS. 5:8).

    Berdasarkan nilai-nilai yang terdapat dalam keadilan,

    manusia dituntut untuk berlaku benar dalam ucapan dan

    perbuatan, memenuhi perjanjian yaqng telah dibuat dan

    memenuhi semua kewajiban (QS. 3:189, 2:177; 23:8, 5:1). Atas

    dasar keadilan, manusia diperintahkan untuk tidak mengurangi

    timbangan agar terhindar dari perbuatannienipu orang lain dan

    tidak menahan sesuatu yang seharusnya milik mereka (QS>

    6:152; 26:181-183).

    Prinsip keadilan ini yang harus dijalankan muslim dalam

    kegiatan ekonomi mereka. Adil dapat diterapkan dalam kegiatan

    ekonomi, seperti dalam· penentuan harga, kualitas produk,

    memelihara lingkungan agar tidak mengalami polusi, dan

    implikasi yang muncul akibat kebijakan usaha.

    Prinsip keadilan ini dijabarkan pula dengan dilarangnya

    praktek gharar (tipuan) dan masir Oudi). Gharar adalah suatu

    transaksi yang mengandung unsur ketidakpastian bagi kedua

    belah pihak yang melakukan transaksi sebagai akibat dari

    diterapkannya kondisi ketidakpastian dalam suatu transaksi

    yang secara lamiah seharusnya mengandung kepastian ..

    Sementara maisir adalah suatu permainan peluang

    ataupermainan ketangkasan, dimana salah satu pihak harus

    menanggung beban pihak lain sebagai suatu konsekwensi

    keuangan akibat hasil permainan tersebut.

    24

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • .: ..

    .. j.

    , I

    d. Prinsip pers,audaraan

    Islam menegaskan bahwa semua umat manusia adalah

    bersa~dara antara satu sama lain. Perbedaan dalam ras, warna

    kulit, suku dan bahasa bukan kriteria yang tepat untuk menilai

    dan rnenentukan seseorang lebih baik dari yang lain (QS.

    49:13).

    Dengan nilai-nilai yang terdapat dalam" persaudaraan

    mend,orong , manusia untuk melakukan kerjasama dalam

    kegiatan. ekonomi. Prinsip persaudaraan bukan meniadakan

    persaingan dalam kegiatan ekonomi dan usaha. Persaingan

    tetap dig~lakkan selama berlangsung secara sehat,

    meningkatkan efisiensi, dan mendukung uapya peningkatan

    kesejahteraan umat manu.sia (QS. 2: 148; 5:2).

    e. Prinsip kenabian (Nubuwwah)

    Nabi merupakan utusan allah untuk menyampaikan pesan-

    pesan Allah kepada manusia tentang bagaimana hiudp yang '

    baik. Nabi merupakan contoh dan model terbaik yang r:nesti

    diteladani manusia agar memperoleh keselamatan hidup di

    dunh3' dan akhirat. Bagi umat Islam, Allah mengutus Nabi

    Muhammad SAW. Sebagai manusia pilihan yang harus

    diteladani dalam semua aspek kehidupannya .. Ada sejumlah

    sifat Nabi SAW. yang perlu dijadikan model bagi umat Islam

    dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis.

    1. Shiddiq, yaitu bersifat benar dan jujur. Sif~t ini harus menjadi

    visi hidup setiap muslim, karena hidup kita berasal dari yang

    Maha benar. Oleh karena itu, setiap muslim dituntut

    menjalani hidup secara bernar agar ia dapat kembali kepada

    allah, Yang Maha Benar. Dari konsep shiddiq lahirlah

    25

    ... . , .. · .. ·

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • ' ~ ' .

    ekonomi dan bisnis yang didasarkan pada efektifitas

    (mencapai tujuan yang tepat dan benar) dan efisiensi

    (melakukan kegiatan dengan benar, yait~ memakai teknik

    dan metode yang tidak menyebabkan kemubaziran).

    2.. Amanah artinya dapat dipercayai. Ia merupakan misi hidup

    setiap muslim. Sifat ini akan membentuk diri muslim memiliki

    kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggungjawab.

    Kumpulan individu yang memiliki kredibilitas dan

    tanggungjawab tinggi akan melahirkan masyarakat yang

    . kuat yang didasarkan sa ling percaya antara anggotanya.

    Dalam kegiatan ekonomi dan bisnis sifat amanah

    memainkan peranan penting. Sebab, tanpa ada sifat

    · amanah kegiatan ekonomi dan bisnis akan mengalami

    kehancuran.

    3. Fathanah a~jnya kecerdikan, kebijaksanaan dan

    intelektualitas. Sifat ini merupakan strategi kehidupan

    ·.·.muslim. Sifat fathanah merupakan potensi paling berharga

    dan termahal yang hanya diberikan kepada manusia adalah

    akal. Dalam al-quran ditegaskan bahwa orang yang paling

    bertakwa adalah orang yang paling mengoptimalkan fungsi

    fikirnya (ulama) (QS. 35:28). Dengan memiliki. sifat lathanah

    akan mendorong pelaksanaan kegiatan ekonomi dan bisnis

    dengan mengerahkan segala potensi akal yang dimiliki

    untuk mencapai tujuan. Jujur, benar, kredibel dan

    bertanggungjawab belum cukup dalam melakukan kegiatan

    ekonomi dan bisnis. Para pelakua dituntut pula menjadi

    orang yang pintar dan cerdik supaya usaha efektif dan

    efisien dan agar tidak menjadi korban penipuan.

    26

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • 4. Tabligh yang mengandung makna komunikasi, keterbukaan,

    dan pemasaran. Sifat ini merupakan taktik hidup muslim.

    Pada dasarnya, setiap muslim mempunyai kewajiban untuk

    melakukan dakwah, yaitu mengajak, menyeru dan

    memberitahu. Apabila sifat ini melekat pada diri seorang

    muslim, terutama bagi mereka yang abergerak dalam bidang

    ekonomi dan bisnis _ akan membuatnya menjadi orang yang

    tangguh dan lihai dalam pemasaran. Hal ini dapat dipahami

    karena tabligh akan menurunkan prinsip-prinsip ilmu

    komunikasi, pemasaran,

    pembentukan opini massa,

    keterbukaan dan sebagainya.

    f. Prinsip ma 'ad (hasil)

    penjualan, . ,., ~ ,• periklanan,

    open management, iklim

    Secara literal kata ma'ad mengandung makna kembali.

    Prinsip ini mengajarkan kepada muslim hidup ini buklan hanya

    di dunia, tetapi akan berlanjut menuju akhirat. Tegasnya,

    setelah hidup di dunia, manusia akan kembali kepada Allah.

    Oleh karena itu, hidup di dunia sebagai ladang akhirat. Selam

    hidup di dunia manusia dituntut untuk selalu berjuang.

    - Perjuangan ini akan memdapat balasan dari Allah baik ketika di

    dunia maupun annti di akhirat. Segala bentuk kebaikan yang

    dilakukan manusia akan diballas dengan kebaikan pula dan

    segala bentuk perbuatan jahat akan dibalas hukuman yang

    setimpal. Atas dasar ini, kata ma'ad dapat diartikan sebagai

    imbalan atau ganjaran.

    Dengan memiliki sifat ma'ad seorang pelaku ekonomi dan

    bisnis akan berusaha untuk mendapatkan laba. Laba yang

    dicari bukan saja laba dunia, tetapi juag laba akhirat. lnilah

    27

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • !,

    alasannya kenapa konsep profit diakui dan diterima dalam

    Islam.

    Kelima prinsip umum ekonomi Islam yang dikemukakan di

    atas menurunkan tiga ciri sistem ekonomi Islam, yaitu

    kepemilikan mutijenis (Multitype Ownership) kebebasan

    bertindak dan berusaha (ai-Hurriyyah wa Mas'uliyyah) dan

    keadilan sosial (Social Justice). 17

    Pertama, kepemilikan multijenis (Multitype Ownership).

    Konsep kepemilikan ini lahir dari nilai tauhid dan adil: Sejalan

    dengan itu, Islam mengakui adanya kepemilikan swasta dan

    negara atau campuran antara keduanya. Hal ini tentu berbeda

    dengan sistem ekonomi sosialis yang hanya mengakui

    kepemilikan negara.

    Konsep tauhid menanamkan kepada setiap muslim untuk

    meyakini bahwa pemilik mutlak langit, bumi dan semua sumber

    daya ini adalah Allah. Allah disebut pula sebagai pemilik primer ..

    Sementara manusia diberikan amanah untuk mengelola dan

    memanfaatnya, sehingga ia diipandang sebagai pemilik

    sekunder. Dalam hal ini, ekonomi Islam mengakui kepemilikan

    swasta. Namun demi mewujudkan keadilan dan tidak ada

    perlakuan zalim sebagian orang kepada sebagian lainnya,

    maka cabang-cabang produksi dan terkait dengan kebutuhan

    orang banyak dikuasai oleh negara. Atas dasar ini, ekonomi

    Islam pun mengakui kepemilikan negara. Dalam sistem

    kepemilikan Islam pun diakui kepemilikan campuran, baik

    17Adiwarman, Ekonomi Mikro, h. 66-67.

    28

    ----------------

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • 'i

    I .

    .I:

    .:. '

    campuran swasta-negara, swasta domestik-asing, atau negara-

    asing.18

    Kedua, prinsip kebebasan dan tanggungjawab (ai-

    Hurriyyah wa Mas'uliyyah). Pada prinsipnya manusia diberikan

    Allah karunia berupa kebebasan untuk menggunakan

    potensinya secara optimal, tetapi tetap memperhatikan etika.

    Oleh karena itu, orang-orang yang bebas melakukan

    aktivitasnya yang didasarkan atas kemauan dan kesadarannya

    diharapkan dapat melahirkan sikap etis. Meskipun demikian,

    kebebasan belum dapat dijadikan sebagai jaminan bahwa

    seseorang akan bertindak secara etls:' oleh karena itu ia

    dituntut bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya.

    Kebebasan bagi setiap individu untuk . berbuat dalam

    kegiatan ekonomi dan bisnis lahir dari gabungan nilai-nilai

    nubuwwah (siddiq, amanah, fathanah, dan tabligh) dengan nilai

    keadilan dan khilafah. Adanya kebebasan setiap individu ini

    akan melahirkan mekanisme pasar dalam perekonomian.

    Dalam Islam, distorsi mekanisme pasar dikurangi dengan

    penghayatan nilai keadilan. Upaya mewujudkan nilai keadilan

    dalam ekonomi Islam ditandi dengan melarang semua yang

    akan merusak (mafsadah), riba (tambahan yang diperoleh

    secara zalim), gharar (ketidakpastian, uncertainty), tad/is

    (penipuan), dan maysir (perjudian, zero-sum game; seseorang

    memperoleh keuntungan dengan merugikan orang lain).

    Negara mempunyai peran penting untuk mengurangi,m

    bahkan menghapus semua bentuk market distortion tersebut.

    Dalam konteks ini, pemerintah melakukan pengawasan

    18 Adiwarman, Ekonomi Milcro, h. 66 ..

    29

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • J.

    terhadap kegiatan maumalah (ekonomi) pelaku-pelaku

    ekonomi dan bisnis dalam lingkuangan kekuasaanya untuk

    memberikan kepa~tian tidak dilanggarnya ketentuan syariah. Dengan demikian tidak akan ada orang yang menzalimi dan

    dizalim. Dalam situasi seperti itu akan tercipta iklim ekonmi dan

    bisnis yang sehat.

    Ketiga, keadilan sosial (Social Justice). Konsep ini sosial

    lahir dari nilai khilafah dan ma'ad. Dalam Islam, pemerintah

    mempunyai tanggungjawab untuk menjamin · pemenuhan . '

    kebutuhan dasar rakyatnya · dan menciptakan keseimaqa,ngan

    sosial antara kaya dan miskin.

    Untuk mampu menjalankan prinsip-prinsip · umum sistem

    ekonomi Islam yang disebut terdahulu, diperlukan manusia yang

    berperilaku, berakhlak secara profesional (ihsan dan itqan) dalam .i.

    bidang ekonomi. Orang yang akhlak tersebut diperlukan ketika ia

    sebagai produsen, konsumen, pengusaha, karyawan atau

    sebagai pejabat pemerintah. Hal ini menjadi panting karena

    betapun prinsip-prinsip ekonomi yang sesuai syariah unggul

    secara teoritis belum memberikan jaminan ekonomi yang

    menggunakan prinsip syariah itu akan maju dan unggul pula.

    Dengan menggunakan ungkapan berbeda, Yusuf Qardhawi

    mengemukakan beberapa prinsip umum ekonomi Islam. Ulama

    besar ini menyebutkan prinsip umum tersebut yang membuat

    sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem ekonomi lain

    (kap1italisme dan sosialisme) karena ia memiliki ciri khas dan

    kekhususan tersendiri. Menurut Qardhawi prinsip-prinsip itu yang

    memberikan spirit kepada ekonomi Islam, yaitu ekonomi ilahiyah,

    akhlak, kemanusiaan, dan pertengahan.

    . ". ::·. \ .·

    30

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I

    1. E'konomi llahiyah

    Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berlandaskan pada

    nilai-nilai ilahiyah karena titik berangkatnya dari Allah dengan

    tujuan mendapatkan ridha Allah dan dijalankan dengan cara-cara

    yang tidak bertentangan dengan syariat-Nya. Atas dasar ini,

    semua kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran,

    dan distribusi diikat dengan prinsip ilahiyah dan pada tujuan

    ilahiah. Manusia menjalankan produksi karena memenuhi

    perintah Allah sebagaimana diisyaratkan firman-Nya surat ai-Mulk

    ayat 15: "Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,

    maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian

    dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali

    setelah) dibangkitkan."

    Berlandaskan prinsip inilah, seorang, muslim melakukan

    aktifitas ekonomi, bisnis dan usaha. Dalam menjalankan aktifitas

    tersebut, ia merasa berada dalam bingkai ibadah kepada Allah.

    Jiwanya akan merasa tentram ketika ia mampu meningkatkan

    kualitas dan kuantitas akfititas tersebut karena taqwa dan

    taqarrubnya kepada Allah semakin bertambah.

    Seorang muslim dalam setiap kegiatan ekonomi (muamalah)

    selalu tunduk kepada aturan Allah. Ia tidak akan terlibat dalam

    usahanya dengan sesuatu yang haram, tidak akan menjalankan

    dan mendukung praktek riba, tidak melakukan penimbunan

    barang, tidak akan berlaku zalim, menipu, berjudi, mencuri,

    menyuap dan tidak mau menerima suap. Tegasnya, ia akan

    selalu melakukan kegiatan ekonomi pada ruang lingkup yang

    halal dan menjauhkan diri dari praktek-praktek haram serta

    menjaga diri seoptimal mungkin dari subhat.

    31

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • 'I

    Dalam akidah Islam, ekonomi bukan sebagai tujuan, tetapi

    kebutuhan manusia dan sarana yang tepat baginya untuk bisa

    hidup dan menca-pai tujuannya yang mulia, ridha Allah. Ekonomi

    adalah bag ian dari Islam. Ia bag ian yang dinamis dan, bag ian

    yang sangat penting, ,.tetapi bukan asas dan dasar bagi bangunan

    Islam dan bukan pula titik pangkalnya karena asas dan dasar

    Islam adalah akidah itu sendiri. Ekonomi adalah salah satu sistem

    Islam.

    Karakteristik ekonomi yang bercorak ilahiah ini adalah

    adanya pengawas internal atau hati nurani yang ditumbuhkan

    oleh iman di dalam hati setiap muslim sehingga merupakan

    pengawas yang paling dipercayaL lman ini mencegahnya

    memanipulasi sesuatu yang bukan haknya, memakan harta· drang

    lain dengan cara yang batil, tidak memanfa-atkan kelemahan dan

    keluguan orang lain dan kebutuhan orang yang terdesak untuk

    keuntungan dirinya.

    Keimanan seorang muslim akan pengawasah Tuhannya di

    dunia dan perhitungan amal perbuatannya di akhirat adalah suatu

    hal yang terbaik dan efektif. Kesadaran akan hal ini dalam

    nuraninya merupakan pengawas yang pertama dan utama, yang

    membuatnya tidak perlu kepada semua pengawas lainnya.

    Atas dasar itu, nilai-nilai iman adalah sesuatu yang mutlak

    dalam aktifitas perekonomian. Dalam alam kebebasan dan

    persaingan ekonomi, iman merupakan dorongan yang paling kuat

    untuk meningkatkan produksi, profesionalisasi pekerjaan, di mana

    berbagai sarana terbaik digunakan untuk mendapatkan hasil yang

    sebesar mungkin dengan -pembiayaan yang sekecil-kecilnya

    tanpa , menyalahi aturan agama dan aturan yang berlaku di

    tengah-tengah masyarakat.

    32

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • 2. Ekonomi Akhlak

    Seiring dengan tuntutan ajaran Islam, praktek ekonominya

    selalu berlandaskan pada nilai-nilai etika dan akhlak mulia.

    Akhlak merupakan sendi dan urat nadi kehidupan lslami dan

    praktek ekonominya. Islam tidak membolehkan pemeluknya

    dengan alasan mendahulukan kepentingan ekonomi

    mengorbankan nilai-nilai mulia dari ajaran agama. Padahal,

    dalam dunia modern saat ini banyak ditemukan sistem-sistem

    yang lebih mendahulukan usaha-usaha ekonomi, meskipun

    mengorbankan etika dan keimanan.

    Kesatuan antara ekonomi dan akhlak dapat diamati dalam

    setiap langkah-langkah ekonomi Islam, dalam produksi,

    distribusi, peredaran dan konsumsi. Masyarakat muslim tidak

    dapat bebas sebebas-besasnya dalam memproduksi barang,

    mendistribusikan, mengeluarkan dan . memgkdnsumsinya. Ia

    terikat oleh iman, akhlak dan hukum Islam. Meskipun

    mendatangkan keuntungan besar, ia tidak boleh memproduksi

    dan mengedarkan sesuatu yang haram, seperti khamar, sabu-

    sabu, putaw karena dapat membahayakan masyarakat dan

    melanggar larangan Allah. Bahkan, Nabi saw mengancam

    seluruh orang yang terlibat dalarn usaha haram ini: "Allah

    melaknat khamar, peminum, pemeras, penjual, pembeli, pembuat

    dan pengedarnya."

    Melakukan aktifitas ekonomi diperintahkan Islam, tetapi bila

    aktifitas tersebut melalaikan seseorang dari menjalankan perintah

    Allah, hukumnya berubah menjadi haram. Misainya, jual beli yang

    menyebabkan seseorang meninggalkan ibadah jum'at

    33

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • sebagaimana firman Allah dalam surat ai-Jumu'ah ayat 11: "Dan

    apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka

    bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu

    sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah

    adalah lebih baik darjpada permainan dan perniagaan", dan Allah

    Sebaik-baik Pemberi rezki. Ekonomi akhlak merupakan salah satu keunikan ekonomi

    Islam sehingga perpaduan. antara kedua ini mengundang rasa

    kagum dari berbagai tokoh dunia. G Birth menegaskan

    perpaduan ekonomi dan akhlak ini tidak terjadi secara kebetulan

    di dalam Islam yang tidak mengenal pemisahan antara hal-hal

    material dan hal-hal spiritual. Ia muncul dilandasi oleh semangat

    universalitas syariat Islam yang melarang setiap pertumbuhan

    dan pergembangan ekonomi yang tidak didasarkan pada nilai-

    nilai akhlak tersebut.

    Selanjutnya, seorang penulis Perancis terkenal , dalam

    bukunya: Islam dan Perkembangan Ekonomi mengatakan : "Islam

    merupakan sistem hidup yang aplikatif dan secara bersamaan

    mengandung nilai-nilai akhlak yang tinggi. Sistem ekonominya

    yang mengambil kekuatan dari wahyu ai-Qur'an, pasti ekonomi

    yang berakhlak. Akhlak ini mampu memberikan makna baru

    terhadap konsep nilai, dan mampu mengisi kekosongan pikiran

    yang nyaris muncul akibat alat industrialisasi."

    3. Ekonomi Kemanusiaan

    Dalam sistem ekonomi Islam, manusia adalah sebagai

    sasaran sekaligus menjadi sarana. Sasaran dan tujuan utama

    ls~am, merealisasikan kehidupan yang baik bagi manusia dengan

    34

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • segenap unsur dan pi!arnya dalam semua fase kehidupannya,.

    mulai dari masa kanak-kanak sampai masa tua dan dalam semua

    keadaan hidupnya, sehat dan sakit, kuat dan lemah, sebagai

    pribadi maupun sebagai masyarakat.

    Ekonomi Islam juga bertujuan memberikan peluang kepada

    manusia memenuhi kebutuhan hidup sebagaimana yang

    disyariatkan. Oleh sebab itu, manusia perlu mengikuti pola.

    kehidupan yang Robbani sekaligus manusiawi. Denganya,

    manusia akan mampu menjalankan kewajibannya kepada Tuhan,

    diri sendiri, keluarga dan manusia secara umum.

    Atas izin Allah, manusia berperan sebagai pelaku ekonomi.

    Dalam melaksanakan tugasnya, mereka dibekali Allah dengan

    sejumlah kemampuan. Karenanya, manusia wajib menggunakan

    kemampuan tersebut melakukan aktifitas ekonomi berupa kerja

    keras, berkreasi dan berinovasi.

    Melalui kegiatan ekonomi, manusia akan memperoleh

    kehidupan yang baik, terutama berkaitan dengan yang bersifat

    material. Islam menegaskan bahwa manusia boleh menikmati

    apa yang telah Allah berikan kepada mereka di bumi, baik berupa

    perhiasan maupun segala yang baik (tayyibat) selama berpegang

    pada aturan yang Allah halalkan dan menjauhi yang dilarang-Nya.

    Islam pun mengingatkan manusia agar jangan terlena

    dengan kesenangan material semata, apalagi sampai melalaikan

    perintah Allah. Peringatan ini dikemukakan Allah dalam surat ai-

    Taubah ayat 55 : "Janganlah harta benda dan anak-anak mereka

    menarik hatimu, sesungguhnya Allah menghendaki dengan

    memberi harta dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam

    kehidupan dunia."

    35

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • Bisa jadi harta benda bukan membawa kesenangan dan

    kebahagian bagi seseorang, tetapi justru membawa malapetaka

    bagi diri dan keluarganya. Karenanya, kesenangan

    sesungguhnya tidak tergantung kesenangan· material semata,

    tetapi perlu diikuti oleh kehidupan spiritual yang baik. Tidak jarang

    orang yang memiliki banyak makanan enak, minuman yang

    menyegarkan, pakaian yang megah, kenderaan yang mewah,

    rumah yang indah, istri yang cantik, tetapi ia belum merasakan

    kebahagian dan kesenangan.

    Landasan kehidupan yang baik adalah ketenangan jiwa,

    ketentraman hati dan kelapangan dada. Kondisi inilah yang

    membuat hidup menjadi bermakna, indah dan menarik.

    4. Ekonomi Pertengahan

    Ekonomi Islam mempunyai nilai-nilai pokok, yaitu nilai

    pertengahan atau ni-'lai keseimbangan. Ruh atau spirit ekonomi

    Islam adalah pertengahan yang adil, sebagaimana manusia yang

    hidup dengan ruh, di samping bentuk phisiknya yang bersifat

    material. Ruh ini pula yang menjadi faktor keistimewaan dan

    kemuliaan sistem ekonnomi Islam sehingga membedakannya dari

    sistem-sistem ekonomi lainnya, seperti kapitalis dan sosialis.

    Dalam sistem kapitalis, ruhnya jelas dengan mengkultuskan

    indiv1idu, kepentingan pribadi, dan kebebasan yang hampir-hampir

    bersifat mutlak dalam pemilikan, pengembangan, dan

    pembelanjaan harta. Berdasarkan pola pikir kemanfaatan

    individual yang tidak peduli dengan kepentingan orang lain

    selama ia tidak memberikan keuntungan, tidak peduli pula

    dengan kepentingan masyarakat apalagi bila bertentangan

    dengan kepentingan pribadinya. Perhatian utama seseorang

    36

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • hanya bertujuan kepada persaingan dengan lawan dan upaya

    mengalahkannya.

    Sistem kapitalis mengarahkan perhatian seseorang untuk

    memperoleh keuntungan materi sebesar mungkin dengan segala

    macam cara yang ditempuh, khususnya uang yang menjadi

    "tuhan" karena ia merupakan sarana mendapatkan kekuatan dan

    kesenagan, kebesaran, dan popularitas. Tempat yang paling

    berharga bagi "tuhan" ini adalah pasar dan bank.

    Dalam sistem ini, individu menjadi penggerak dan tujuan

    kegiatan ekonomi. Kewajiban negara memberikan kebebasan

    yang mutlak kepad~ rnasing-masing individu untuk melakukan

    aktifitas ekonomi, sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.

    lndividu pun bebas berusaha mendapatkan bagiannya,

    membuktikan kemampuan dan bakatnya, bertanggung jawab dan

    memperoleh hasil sesuai dengan usahanya, berupa keuntungan

    atau kerugian.

    Masing-masing individu dalam sistem' ini merasakan harga

    diri dan dapat mengembangkan segela potensi kepribadiannya,

    tetapi umumnya mereka dijangkiti penyakit egoisme, materialistis,

    pragmatis, dan rakus untuk memiliki segala sesuatu. Dalam

    kondisi ini, masyarakat lemah dan tertindas dibiarkan menjalani

    nasibnya tanpa mendapat bantuan dari mereka yang mampu

    tersebut.

    Berbeda dengan sistem sosialis, sistem ini memasung naluri

    individu untuk menjadi kaya dan memiliki banyak harta. Menu rut

    sistem ini, kemaslahatan masyarakat yang diwakili oleh negara

    37

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I. I I

    lebih utama dari kepentingan individu. Sistem ini tidak mengakui

    pemilikan individu karena yang terpenting adalah terwujudnya

    persaman dalam bidang ekonomi secara nyata di antara semua

    anggota masyarakat.

    Untuk merealisirkannya cita-citanya, sistem sosialis

    menyerahkanya kepada kekuasaan negara. Dalam sistem ini

    negara menjadi penggerak sekaligus pengarahnya. Dalam

    konteks ini, individu tidak boleh mencampuri aktifitas produksi,

    pertukaran dan yang sejenisnya sebagai . faktor utama yang

    menentukan. lndividu hanya berperan sebagai pelaksana

    perintah yang dikeluarkan oleh kekuasaan fertinggi.

    Sistem ekonomi Islam merupakan sistem pertengahan yang

    adil yang dengannya melahirkan ciri utama pemeluknya sebagai

    "umat pertengahan". Ciri khas pertengahan ini tergambar dari

    keseimbangan yang dibangun Islam di antara individu dan

    masyarakat, sebagaimana prinsisp Islam menyeimbangkan

    antara dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, idealisme dan fakta

    dan sebagainya. Dengan ekonomi Islam, masyarakat tidak akan teraniaya

    sebagaimana yang dilakukan sistem kapitalis. Ia tidak pula

    menganiaya hak-hak dan kebebasan individu, seperti yang

    diiakukan dalam sistem sosialis. Sistem ekonomi Islam berada di

    pertengahan kedua sistem ini, tidak mneyia-nyiakan dan tidak

    berlebih-lebihan, tidak melampai batas dan tidak pula merugikan.

    38

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • 1'

    , I

    .. :.

    2. Nilai-nilai Dasar Sistem Ekonomi:Syariah

    a. Larangan praktek riba

    Riba secara literal berarti tambahan, tumbuh dan berkembang.

    Namun, tidak setiap penambahan atau pertumbuhan itu dilarang /

    oleh Islam. Ibn Arabi ai-Maliki dalam bukunya Ahkam ai-Qur'an

    menjelaskan bahwa riba yang dimaksudkan dalam ai-Qur'an

    adalah setiap penambahan yang diambil tanpa ada satu transaksi

    pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah. Transaksi

    pengganti atau penyeimbang yang dimaksud yaitu transaksi bisnis

    atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan ters.ebut

    secara adil, seperti jual beli, gadai, sewa atau bagi hasil proyek.

    Dalam . syariah, riba secara teknis mengacu kepada ,, • .!. ...

    pembayaran "premi" yang harus dibayarkan peminjam kepada

    peminjam di samping pengembalian pokokistilah riba di samping

    pengembalian pokok sebagai syarat pinjaman atau perpanjangan

    batas jatuh tempo. Dalam pengertian ini riba memiliki persamaan

    makna dan kepentingan dengan bunga (interest) (Chapra, 2000:

    22).

    Dalam syariah, setidaknya ada dua bentuk riba: riba nasi'ah dan

    riba fadli. Riba nasi'ah banyak berkaitan dengan pennagguhan waktu

    yang diberikan kepada pengutang untuk membayar kembali utang

    dengan memberikan tambahan atau premi. Jadi, riba bentuk ini

    mengacu kepada bunga pada utang. Dalam hal ini, tidak ada

    perbedaan apakah prosentase keuntungan dari pokok itu bersifat tetap

    atau berubah, atau suatu jumlah tertentu yang dibayar di depan atau

    pada saat jatuh tempo, atau suatu pemberian atau suatu bentuk

    pelayanan yang diterima sebagai suatu persyaratan pinjaman.

    39

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • :.1.

    dr Sementara riba fadhl merupakan kelebihan pinjaman yang dibayar

    dalam segala jenis, berbentuk pembayaran tambahan oleh peminjam

    kepada kreditor dalam bentuk penukaran barang yang jenisnya sama

    (Rahman, 1995: 89).

    Pembahasan tentang riba fadhl muncul dalam beberapa hadis

    terhadap enam jenis barang, emas, perak gandum, -jelai, korma, dan

    garam, apabila masing-masingnya tidak ditukar dengan barang yang

    sama dan dengan takaran yang sama pula. Persoalan yang muncul,

    apakahKeenam barang ini mesti dipertukarkan dengan barang yang

    sa rna misalnya emas dengan emas, gandum dengan gandum

    Ayat ini turun pada tahun ke-3 Hijrah dengan misi menegaskan

    Ia rang an bagi orang-orang beriman memakan hasil · riba dan

    melakukan aktifitas yang terkait dengarmya. Kriteria berlipat ganda

    dalam ayat ini bukan syarat terjadinya riba. Tidaklah benar pendapat

    yang mengatakan bunga (usury atau interest) tergolong riba apabila

    berlipat ganda dan memberatkan, sedangkan, bila kecil dan dalam

    batas kewajaran bukan riba sehingga dapat ditolerir. Pengungkapan

    riba dengan berlipat ganda lebih menekankan pada sifat umum . '

    praktek pembungaan uang pada masa Nabi.

    Sepintas lalu, ayat di atas memang melarang riba yang berlipat

    ganda. Nart;lun, bila dikaji secara mendalam termasuk

    menghubungkannya dengan ayat-ayat tentang riba lainnya, seperti

    QS. 30: 39, 4: 160-161, dan 2: 278-279 secara komprehensif dan

    diikuti dengan pemahaman yang baik tentang tahapan hukum

    pelarangan riba secara menyeluruh, dapat dikesimpulkan bahwa riba

    dalam segala bentuk dan jenisnya diharamkan Islam. Setidaknya ada

    beberapa alasan yang dapat dikemukakan.

    Pertama,. Kriteria berlipat ganda dalam ayat 130 surat Ali lmran

    mesti dipahami sebagai hal (Jb ) atau sifat dari riba dan tidak

    40

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • dipahami sebagai syarat. Apabila dipahami sebagai syarat, akan

    menghasilkan kesimpulan yang keliru, dimana yang dikatakan riba bila

    berlibat ganda, jika kecil tidak termasuk r~iba. Abdullah Daraz, seorang

    pakar hukum Islam, memperkuat pendapat ini dan mengemukakan

    kelemahan . pendapat yang memahami riba sebagai · syarat.

    Menurutnya, dari sisi lingusitik kata u.-:.. berarti kelipatan. Sesuatu

    yang berlipat minimal 2 kali lebih besar dari semula, sedangkan u~ I

    adalah bentuk jamak dari kelipatan tadi. Minimal jamak dalam bahasa

    Arab adalah 3. Dengan demikian, u~ I berarti 3x2=6 kali. Sementara

    kata Uc.~ dalam ayat tersebut berfungsi sebagai ta'kid (~l:ill) atau

    bentuk penguatan.

    Berdasarkan alasan ini, apabila berlipat ~anda yang · dijadikan

    syarat terjadinya riba, maka sesuai dengan konsekuensi banasa,

    minimum harus 6 kali lipat atau sebanding dengan bunga 600%.

    Secara operasional dan akal sehat, angka ini mustahil terjadi dalam

    proses perbankan maupun simpan pinjam yang dilakukan masyarakat

    karena terlalu besar dan memberatkan.

    Dalam penilaian ibn Qayyim, pelarangan riba memiliki kedekatan

    yang erat dengan aspek moral. Dengan mengamati praktek riba pada

    masa pra Islam, kebanyakan terjadi karena ketidakmampuan kalangan

    miskin untuk membayar utangnya. 19 Atas dasar ini, para sarjana

    muslim sepakat melarang riba dengan harapan akan terjadi perubahan

    sosio-ekonomi secara mendasar. lni pula alasan logis yang dapat

    dikemukakan bahwa ternyata bukan hanya Islam yang melarang

    praktek riba, tetapi semua agama, termasuk Yahudi dan Kristen.

    Agama Yahudi pun melarang penganutnya melakukan praktek

    pengambilan bunga dalam kitab suci mereka. Dalam perjanjian lama

    19Khursid Ahmad (ed.), Elimination of Riba From the Economy, (Pakistan; Institute of Policy Studies, 1994), h. 44.

    41

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • (Old Testamen) mapun undang-undang Talmud, kitab Exodus Pasal

    22 ayat 25 ditegaskan: "Jika engkau meminjamkan uang kepada salah

    seorang dari umatku yang miskin diantara kamu, jangalah engkau

    berlaku seperti seorang p~nagih hutang dan janganlah engkau

    bebankan bunga uang padanya, melainkan engkau harus takut pada

    Allah-mu supaya saudaramu dapat hidup diantaramu".

    Dalam kitab Deuteronomy pasal 23 ayat 19 dinyatakan: "janganlah

    engkau membungakan uang terhadap saudaramu baik uang maupun '

    bahan makanan yang dapat dibungakan".

    Dalam agama Kristen juga dilarang melakukan praktek

    pengambilan bunga. Namun, larangan tersebut tidak dinyataka secara

    tegas dalam kitab suci agama !ni. Sebagian kalangan Kristen ada

    isyarat larangan praktek pengambilan bunga yang dapat ditemukan

    dalam Lukas 6:34-35 sebagai berikut: "Dan jika kamu meminjamkan

    sesuatu kepada orang karena kamu berharap akan menerima sesuatu

    darinya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan

    kepada orang berdosa supaya mereka menerima kembali sama

    banyak. Tetapi kamu kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada

    mereka dan pinjmakan dengan tidak. mengharapkan balasan, maka

    upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang

    Mahatinggi sebab ia baik terhadap yang tidak tahu berterima kasih dan

    terhadap orang-orang jahat".

    Dengan tidak ditemukan larangan secara tegas tentang praktik

    pengambilan bunga dalam kitab suci agama kristen melahirkan

    interpretasi yang berbeda dikalangan pemuka Kristen dalam persoalan

    ini. Para pendeta periode awal Kristen (abad I-XII) umumnya melarang

    dan mengharamkan bunga. Para sarjana Kristen (abad XII-XVII)

    mempunyai keinginan untuk menghalalkan .. b-t.~nga. Para reformis

    42

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • Kristen (abad XVI-tahun 1983) yang tampil menghalalkan bunga

    secara jelas.

    b. Kerjasama

    Kerjasama merupakan faktor penggerak utama ekonomi Islam.

    Dalam sistem ekonomi ini, seorang muslim, baik sebagai produsen,

    konsumen maupun distributor dalam menjalankan · kegiatan

    ekonominya dituntut untuk melakukan kerjasama sesuai dengan

    tuntunan Allah (QS. 5:2). Kerjsama diperintahkan Allah kepada muslim

    selama untuk .kebaikan dan bukan untuk melanggar aturan agama.

    c. Jaminan sosial

    Negara atau pemerintah mempunyai tanggungjawab penuh untuk

    menjamin tingkat kehidupan minimum warga negaranya dalam

    memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejalan dengan itu, Islam

    memberikan jaminan ada kepemilkikan masyarakat yang

    pemakaiannya diperuntukkan untuk kepentingan orang banyak. lni

    sejalan dengan hadis yang berbunyii: "masyarakat mempunyai hak

    yang sam a atas air, padang rum put dan a pi.

    Dengan berpijak pada hadis tersebut, maka semua industri yang

    berhubungan dengan produksi air, bahan tambang, dan bahan

    makanan harus dikelola oleh negara. Demikian pula dengan berbagai

    bahan bakar yang terkait dengan keperlua warga negara dalam negeri

    dan industrinya tidak bnoleh dikuasai oleh individu.

    d. Zakat

    Dalam Islam ada ketentuan yang menegaskan bahwa mereka yang

    memiliki harta mencapai nisab atau ukuran tertentu mempunyai

    kewajiban untuk mengeluarkan zakat. Dengan menunaikan zakat,

    berarti orang yang kaya telah mengeluarkan hak orang miskin dan

    43

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • mereka yang termasuk dalam asnaf yang delapan pada harta yang

    dimilikinya (QS. 9: 60).

    Ada beberapa bentuk harta yang wajib dizakatkan, yaitu emas dan

    perak, binatang ternak, perdagangan, pertanian, rikaz, dan zakat

    profesi. Menurut ketentuan hukum Islam, zakat dikenakan sebanyak

    2,5 % terhadap semua kekayaan yang tidak produktif, seperti uang

    kas, deposito, emas, perak dan permata, pendapatan bersih dari

    transaksi (net earning from transaction). dan pendapatan bersih dari

    investasi. Untuk pertanian dikenakan zakat dengan dua kemungkinan

    5 % a tau 1 0 %. Sedangkan untuk rikaz dikenakan zakat sebanyak 20

    %.

    e. Peran Negara

    Negara mempunyai peran penting dalam menegakkan prinsip-

    prinsip syariah dalam kegiatan eknomi, terutama keadilan diantara

    anggota masyarakat. Pemerintah harus mampu mencegah bentuk

    yang mendatangkan kerugian kepada anggota masyarakat tertentu

    yang disebabkan oleh pelanggaran anggota masyarakat lainnya.

    Dalam Islam, pemerintah dibolehkan menggunakan kekuasaan dan

    wewenangnya untuk mewujudkan keadailan dan mengutamakan

    kepentingan umum.

    Selain itu, ,pemerintah mempunyai kewajiban untuk menciptakan

    keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial, melaksanakan

    aturan-aturan yang telah disepakati dan mencegah terjadi

    penyelewengan terhadapnya. Hal ini dilakukan pemerintah untuk

    mewujudkan kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat. lni

    tentunya perlu. menjadi kebijakan yang dijalankan secara konsisten

    oleh pemerintah.

    Nilai-nilai dasar ekonomi Islam seperti yang dikemukakan di atas

    menjadi landasan bagi perbankan syariah dalam melakukan kegiatan

    44

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • dan usahanya. Berakar dari nilai-nilai dasar ini kemudian

    dikembangkan dan di implementasikan aturan-aturan yang bersifat

    normatif guna mengatur jalannya system perbankan yang sejalan dan

    senafas dengan nilai yang Islam komprehensif tersebut.

    45

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I I I'

    ! '

    BAB Ill

    SUBSTANSI PENGATURAN DALAM RUU PERBANKAN SYARIAH

    Substansi pengaturan berisikan asas-asas dan norma-norma hukum

    yang perlu dirumuskan dalam materi pokok peraturan hukum, yang bersifat

    mengatur, menyuruh, membolehkan, memaksa, melarang, dan memberikan

    sanski dan proses kegiatan penyelenggaraan perbankan syariah.

    1' Perbedaan secara teoritis dan karakter:istik dalam operasional perbankan

    syariah dari perbankan konvensionaf menghendaki pengaturannya pun

    , selain harus mengikuti ketentuan umum yang berlaku terhadap kegiatan

    ,, perbankan pada umumnya, juga menghendaki adanya pengaturan yang

    berisfat khusus, dimana hanya berlaku bagi perbankan syariah. Di bawah

    ini akan dijelaskari sejumlah materi pengaturan bank syariah yang diilhami

    oleh prinsip-prinsip atau asas-asas syariah yang menjadi landasan dalam <

    I' I

    operasionalisasinya.

    1. Asas-asas Perbankan Syariah

    a. Semua · transaksi harus terhindar dari praktek riba

    (usury/ interest)

    Persoalan riba terkait e~at dengan konsep tentang uang, terutama

    apabila dihubungkan dengan lembaga keuangan. Perbedaan sistem

    ekonomi lahir diantaranya karena perbedaan dalam pandangan tentang

    uang. Dalam ekonomi Islam uang mempunyai fungsi sebagai alat tukar

    (medium of change). Sementara dal'am ekonomi konvensional, uang

    dipandang sebagai komoditas, dimana uang diperjualbelikan. Disamping

    itu, ekonomi konvensional menganut prinsip money .demand for

    speculation, motif ini didasarkan pada alasan adanya tingkat bunga.

    Konsep bung a muncul dalam sistem ekonomi konvensional juga lahir 'dari

    konsep time value of moneytime value of money yang meniali uang dapat

    bertambah dan berkurang dalam jangka waktu tertentu .

    . L

    46

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • Dengan dijadikan uang sebagai komoditas pada perbankan

    konvensional memicu munculnya transaksi yang bersifat spekulatif dalam

    jangka pendek. lnilah yang mendorong terlepasnya keterkaitan antara

    sektor finasial dengan sektor riil, yang dalam situasi terntentu memberikan

    pengaruh terhadap input dan output barang yang dibutuhkan masyarakat.

    Kondisi ini juga tidak akan menc.iptakan perkembangan investasi riil dalam

    masyarakat.

    Sistem bunga yang diterapkan sistem perbankan konvensional

    memicu lahirnya sikap antagonistik antara dlebitor dan kreditor. Debitor

    selaku peminjam selalu menginginkan tingkat bunga yang rendah, tetapi

    sebaliknya kreditor menghendaki tingkat bunga yang tinggi. Apabila terjadi

    disparitas antara bunga penjaman dan simpanan, akan menimbulkan

    negatif spread di bank konvensional. Situasi inbi membuat bank

    mengahdapi resiko kekurangan likuiditas. Biasanya, jalan keluar yang

    ditempuh oleh bank meminta pinjaman dana kepada piahk otoritas

    moneter dan lainnya. Hal ini berimplikasi jumlah uang yang beredar

    semakin bertambah. Jika hal ini tidak diikuit dengan pertambahan jumlah

    barang atau jumlah barang tetap akan berdampak terjadinya implasi.

    b. Transaksi yang dijalankan berdasarkan kemitraan (syirkah) dengan berbagi keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing)

    Prinsip penting yang dijadikan dasar berpijak oleh perbankan syariah

    dalam menjalankan produk dan jasanya adallah kemitraan dengan bagi

    hasil dan rugi (profit and loss sharing). Dengan konsep ini, semua pihak

    yang ikut serta melakukan transaksi akan menerima keuntungan dan

    menanggung resiko secara bersamaan.

    Prinsip ini sebagai ganti :dari dilarangnya praktik riba dalam aktivitas

    ekonomi. Menurut penilaian Weitman, seorang penerima hadiah Nobel,

    konsep bagi hasil sebagai bentuk transaksi yang memberikan kebaikan

    dalam proses pembangunan, khususnya di perusahaan. Dengan

    pendekatan labour market, ia menganjurkan sistem penggajian

    47

    BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

  • I

    I

    menggunakan bentuk profit and loss sebagai ganti sistem penggajian

    konvensional. Sistem ini dipandang tahan terhadap stagflasi. Menurut

    Weitman, pada saat resei di mana pendapatan perusahaan turun, gaji

    sebagai biaya produksi dengan menggunakan sistem profit sharing dapat

    ditekan seh