Upload
adhil-yuser
View
198
Download
22
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT
SINGKONG
OLEH :
MHD. ADHIL YUSER (1110413023)
TRIO SANGGALA (1110412044)
NURUL FADILLAH (1110412049)
DOSEN :
LENI SYAFYAHYA, S.S.,M.Hum.
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kelangkaan bahan
bakar minyak. Kebutuhan bahan bakar minyak meningkat seiring majunya
pertumbuhan penduduk di Indonesia untuk memenuhi sarana tranportasi dalam
menjalankan berbagai aktivitas. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi baru untuk
menciptakan bahan bakar alternatif lain baik dari alam maupun dari limbah.
Limbah secara ekonomi tidak menguntungkan, tetapi beberapa limbah
yang mengandung senyawa tertentu dapat dimanfaatkan untuk diolah kembali
menjadi produk yang dapat menguntungkan. Salah satunya kulit singkong. kulit
singkong ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yang dapat dikonsumsi
pula oleh manusia. Presentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari
berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15%.
Indonesia termasuk negara penghasil singkong terbesar di dunia. Singkong
dapat diolah menjadi berbagai makanan unik, seperti tape dan kerupuk, sedangkan
kulit singkong bisa berpotensi untuk diproduksi menjadi bietanol yang digunakan
sebagai pengganti bahan bakar minyak. Teknologi pembuatan bioetanol dari
limbah kulit singkong melalui proses hidrolisa asam dan enzimatis merupakan
suatu alternatif mendukung untuk program pemerintah tentang penyediaan bahan
bakar non migas yang terbarukan yaitu bahan bakar nabati.
Pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong dapat dilakukan melalui
dua tahap yaitu proses hidrolisa asam yang kemudian dilanjutkan dengan proses
fermentasi. Proses hidrolisa dilakukan untuk mengubah selulosa dari kulit
singkong menjadi glukosa. Hidrolisis dengan asam akan memutuskan ikatan
polisakarida dan sekaligus memasukkan elemen H2O. Fermentasi alkohol
merupakan proses pembuatan alkohol dengan memanfaatkan aktivitas bakteri
(Saccharomyces cerevisiae).
1.2 Rumusan Masalah
Bioetanol didapatkan dengan cara fermentasi glukosa dengan bantuan ragi
agar fermentasi dapat berlangsung. Sebelum fermentasi dilahukan hidrolisis
pati untuk membentuk glukosa dengan bantuan enzim.
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
a. Merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
b. Memberitahukan kepada pembaca bahwa limbah dari alam seperti kulit
singkong dapat diolah menjadi bioetanol.
1.4 Manfaat
a. Dapat membuat bioetanol sendiri dengan bahan yang mudah didapatkan.
b. Menjadikan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit Singkong
Tanaman singkong (Manihot esculenta Crantz) termasuk ke dalam kingdom
Plantae, divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,
ordo Euphorbialis, famili Euphorbiacea, genus Manihot dan spesies Manihot
esculenta Crantz. Umbi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk
fungsinya sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Umbi ini biasanya
memiliki bentuk memanjang, daging umbi mengandung zat pati dan tiap tanaman
dapat menghasilkan 5-10 umbi (Rukmana, 1997).
Menurut Grace (1977), singkong merupakan tanaman tipikal daerah tropis.
Tanaman ini memerlukan tanah yang gembur dengan pH kurang lebih lima. Suhu
optimum pertumbuhan sekitar 25-27oC, bila suhu turun menjadi 15oC
pertumbuhan akan terhenti dan pada suhu 8-10oC tanaman ini akan mati.
Selanjutnya dikatakan singkong tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 150
meter di atas permukaan laut, meskipun ada beberapa varietas yang dapat tumbuh
pada ketinggian 1500 meter atau lebih di atas permukaan laut. Curah hujan yang
diperlukan rata-rata 500-5000 mm per tahun.
Kelebihan tanaman singkong dibandingkan dengan tanaman sumber
karbohidrat lainnya, yaitu :
1. Dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur.
2. Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi.
3. Masa panennya tidak diburu waktu sehingga bisa dijadikan lumbung
hidup, yakni dibiarkan di tempatnya untuk beberapa minggu.
4. Daun serta umbinya dapat diolah menjadi aneka makanan baik sebagai
makanan utama maupun selingan (lingga, 1989).
Singkong terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan paling luar disebut lapisan
epidermis berwarna coklat dan tipis. Lapisan kedua disebut lapisan dermis yang
agak tebal (2-3 mm) tapi masih dapat dikupas secara keseluruhan dari daging
umbi. Lapisan ketiga adalah daging umbi (Djaeni, 1987). Produksi tanaman
singkong di Indonesia secara keseluruhan mencapai 16.723.257 ton dan Jawa
Timur merupakan daerah yang paling banyak memproduksi singkong yaitu
sebesar 4.019.393 ton (Badan Pusat Statistik, 2002). Persentase jumlah limbah
kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan limbah kulit
bagian dalam 8-15% (Grace, 8 1977). Berdasarkan hal di atas bila dikonversi
jumlah kulit bagian dalam yang dapat dimanfaatkan sebesar 2.508.489 ton dari
produksi singkong di Indonesia. Kandungan nutrisi kulit singkong bagian dalam
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Kulit Singkong Bagian Dalam
Bahan Bahan Kering (%)
Bahan kering 86,50
Protein kasar 10,64
Serat kasar 9,48
Lemak kasar 5,24
Abu 3,21
BETN 71,43
TDN 79,87
Keterangan : Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2004)
2.2 Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia, tidak berwarna, larut dalam eter, air,
aseton, benzen, dan semua pelarut organik, memiliki bau khas alkohol, terbuat
dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan
mikroorganisme. Bioetanol dibuat dengan bahan baku bahan bergula seperti tebu,
nira aren, bahan berpati seperti jagung, dan ubi-ubian, bahan berserat yang berupa
limbah pertanian.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman, bahan anti
beku, bahan bakar, dan senyawa sintetis antara senyawa-senyawa organic lainnya.
Etanol sebagai pelarut banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetika, dan
resin maupun laboratorium. Di Indonesia, industri minuman merupakan pengguna
terbedar etanol, disusul berturut-turut oleh industri asam asetat, industri farmasi,
kosmetika, rumah sakit, dan industri lainnya. Sebagai bahan baku, etanol
digunakan untuk pembuatan senyawa asetaldehid, butadiene, dietil eter, etil asetat,
asam asetat, dan sebagainya. Penggunaan etanol sebagai bahan bakar, juga
mempunyai prospek yang cerah. Etanol dapat digolongkan sebagai bahan yang
dapati perbaharukan, karena dapat dibuat dari bahan baku yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Etanol murni (100%) dapat digunakan sebagai pencampur
pada bensin (gasoline). Etanol mempunyai angka oktan yang cukup tinggi,
sehingga dapat digunakan untuk menaikkan angka oktan.
Adapun tahap dalam pembuatan bioetanol :
1. Fermentasi
Proses fermentasi bertujuan untuk mengubah gula menjadi etanol/bioetanol
dengan menggunakan jasad renik biasanya ragi. Pada tahap ini pati berubah
menjadi glukosa. Selanjutnya dilakukan penambahan ragi agar dapat berkja
pada suhu optimum. Pada proses fermentasi diperoleh etanol dan CO2.
Reaksi yang terbentuk :
Pati H2O, enzim Glukosa
Glukosa ragi Etanol + CO2
2. Destilasi
Pemisahan secara destilasi pada prinsipnya adalah metode pemisahan yang
didasarkan karena adanya perbedaan titik didih antara komponen-komponen
yang akan dipisahkan. Secara teoritis bila perbedaan titik didih antara
komponen makin besar maka pemisahan dengan cara distilasi akan
berlangsung makin baik yaitu hasil yang diperoleh makin murni. Distilasi
digunakan untuk menarik senyawa organik yang titik didihnya di bawah
250oC. Pendistilasian senyawa dengan titik didih terlalu tinggi
dikhawatirkan akan merusak senyawa yang akan didistilasi diakibatkan
terjadinya oksidasi dan dekomposisi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode yang Digunakan
Adapun metode yang digunakan adalah metode fermentasi dan distilasi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat terdiri dari toples, labu destilasi, pendingin, pemanas, termometer, gelas
piala, gelas ukur, standar dan klem. Sedangkan bahan terdiri dari kulit
singkong, akuades, enzim -amilase, nutrien NPK dan ragi.
3.3 Preparasi Sample
Kulit singkong dikeringkan dengan cara dijemur. Lalu kulit singkong kering
dihaluskan dengan menggunakan lumpang dan alu.
3.4 Hidrolisa Pati Menjadi Glukosa
Kulit singkong yang telah dihaluskan sebanyak 25 gram, dicampurkan
dengan 250 mL akuades dan ditambahkan enzim -amilase. Diatur agar pH
campuran netral. Campuran kemudian dipanaskan pada suhu 90oC smbil
diaduk dengan kecepatan tinggi selama 30 menit sehingga didapatkan air dan
endapan yang digunakan untuk fermentasi.
3.5 Fermentasi
Sampel dimasukkan ke dalam toples lalu ditambahkan nutrien NPK sebanyak
5 gram dan ragi yang sudah dihaluskan. Kemudian diatur pH 5-6 pada suhu ±
30oC dan toples ditutup rapat. Setelah mencapai waktu tertentu maka
terbentuklah larutan di atas bubur singkong, lalu larutan disedot. Dilakukan
distilasi untuk memurnikan larutan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pembuatan bioetanol dari kulit
singkong. Awalnya kulit singkong dijemur yang bertujuan untuk menguapkan air
yang terkandung. Kemudian kulit singkong yang sudah kering dihaluskan untuk
mempercepat pembentukan gula pada saat hidrolisis. Hidrolisis dilakukan untuk
merombak senyawa pati menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu gula. Agar
hidrolisis cepat berlagsung ditambahkan enzim dan dilakukan pengadukan
sehingga nantinya didapatkan air dan endapan.
Fermentasi dilakukan dengan penyimpanan endapan yang sudah diberi
ragi. Fermentasi perlu diatur pH agar ragi mampu mengubah glukosa menjadi
etanol. Fermentasi dilakukan secara anaerob agar tidak terkontaminasi dari yang
menyebabkan bioetanol tidak terbentu. Ragi yang ditamabahkan berpengauh
kepada hasil. Selain itu juga bergantung kepada nutrien yang ditambahkan.
Semakin banyak ragi yang ditambahkan jika nutrien yang ditambahkan sedikit
maka bioetanol yang dihasilkan semakin sedikit karena bakteri yang mengurai
glukosa banyak yang mati.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Singkong banyak mengandung karbohidrat yang apabila dilakukan fermentasi
dengan menggunakan enzim akan menghasilkan bioetanol. Bioetanol dimurnikan
dengan tahap destilasi sehingga diperoleh bioetanol murni. Bioetanol dapat
dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pengganti bahan bakar minyak yang mulai
langka.
5.2 Saran
Bioetanol yang didapatkan sesudah fermentasi merupakan bioetanol murni.
Agar didapatkan bioetanol murni maka disarankan agar melakukan proses distilasi
terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Muhammad. 2009. “Bobot Potong, Bobot Karkas Dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Jantan Pada Berbagai Level Penambahan Kulit Singkong Dalam Ransum” Skripsi. Bogor : IPB.
Fitriana, Lila. 2009. “Analisa Kadar Bioetanol Hasil Fermentasi dari Pati Sagu (Metroxylon Sago) Asal Papua” Skripsi. Monokwari : Universitas Negeri Papua.
Ibrahim, Sanusi. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Susilowati, Chirilla. “Bioetanol dari Ampas dan Kulit Singkong” Jurnal. Semarang : Teknik Kimia Universitas Diponegoro.