21
Pengaturan Suhu dan Demam Pebriyanti Salipadang 102013241 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 email : [email protected] Abstract Each cell requires energy to perform a variety of functions that are essential to its own survival and to carry out a special contribution to the maintenance of homeostasis.Among the factors that homeostasis is maintained is the willingness of the energy-rich nutrients to the cell and the temperature of the internal environment. The hypothalamus helps regulate food intake and help maintain body temperature. Food intake is very important to run the cell activity. All the energy used by cells eventually supplied from food.cell activity. Energy expenditure generates heat, which is important in the regulation of temperature.Man, usually located in a colder environment than the body, so it must be constantly generating heat to maintain body temperature.Humans also have a mechanism to cool the body when the body gets too much heat.The process of inflammation can lead to fever and the fever has several levels. Abstrak Setiap sel memerlukan energi untuk melakukan berbagai fungsi yang esensial guna kelangsungan hidupnya sendiri dan untuk melaksanakan kontribusi khusus bagi pemeliharaan homeostatis. Di antara faktor-faktor yang secara homeostatis dipertahankan adalah kesediaan nutrien kaya energi untuk sel dan suhu lingkungan internal. Hipotalamus membantu mengatur asupan makanan dan membantu mempertahankan suhu tubuh. Asupan makanan sangat penting untuk menjalankan aktivitas sel. Semua energi yang digunakan oleh sel akhirnya disediakan dari makanan. Pengeluaran energi menghasilkan panas, yang penting dalam regulasi suhu. Manusia, biasanya berada di lingkungan yang lebih dingin daripada tubuhnya, sehingga harus secara terus- menerus menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu tubuhnya. 1

Blok 11 Suhuu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok 11

Citation preview

Page 1: Blok 11 Suhuu

Pengaturan Suhu dan Demam

Pebriyanti Salipadang

102013241

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

email : [email protected]

Abstract

Each cell requires energy to perform a variety of functions that are essential to its own survival and to carry out a special contribution to the maintenance of homeostasis.Among the factors that homeostasis is maintained is the willingness of the energy-rich nutrients to the cell and the temperature of the internal environment. The hypothalamus helps regulate food intake and help maintain body temperature. Food intake is very important to run the cell activity. All the energy used by cells eventually supplied from food.cell activity. Energy expenditure generates heat, which is important in the regulation of temperature.Man, usually located in a colder environment than the body, so it must be constantly generating heat to maintain body temperature.Humans also have a mechanism to cool the body when the body gets too much heat.The process of inflammation can lead to fever and the fever has several levels.

Abstrak

Setiap sel memerlukan energi untuk melakukan berbagai fungsi yang esensial guna kelangsungan hidupnya sendiri dan untuk melaksanakan kontribusi khusus bagi pemeliharaan homeostatis. Di antara faktor-faktor yang secara homeostatis dipertahankan adalah kesediaan nutrien kaya energi untuk sel dan suhu lingkungan internal. Hipotalamus membantu mengatur asupan makanan dan membantu mempertahankan suhu tubuh. Asupan makanan sangat penting untuk menjalankan aktivitas sel. Semua energi yang digunakan oleh sel akhirnya disediakan dari makanan. Pengeluaran energi menghasilkan panas, yang penting dalam regulasi suhu. Manusia, biasanya berada di lingkungan yang lebih dingin daripada tubuhnya, sehingga harus secara terus-menerus menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Manusia juga memiliki mekanisme untuk mendinginkan tubuh jika tubuh mendapat terlalu banyak panas. Proses peradangan dapat menimbulkan demam dan demam memiliki beberapa tingkatan.

Pendahuluan

Manusia, biasanya berada di lingkungan yang lebih dingin daripada tubuhnya, sehingga harus

secara terus-menerus menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Manusia

juga memiliki mekanisme untuk mendinginkan tubuh jika tubuh mendapat terlalu banyak

panas. Suhu tubuh harus dipertahankan pada tingkat yang cukup konstan untuk mencegah

perubahan-perubahan tak diinginkan pada laju reaksi kimia di dalam sel dan mencegah

kerusakan pada protein-protein sel akibat panas. Melihat begitu pentingnya fungsi

homeostasis akan regulasi suhu maka pada makalah ini akan disampaikan penjelasan

1

Page 2: Blok 11 Suhuu

mengenai pengaturan suhu tubuh baik heat production maupun heat loss, dan mekanisme

terjadinya demam.

Isi

Pengaturan Suhu

Suhu jaringan dalam tubuh (dibawah kulit dan lapisan subkutan) atau suhu inti atau

core temperature akan tetap konstan dalam kisaran ± 0,6 oC meskipun suhu lingkungan

berfluktuasi. Suhu pada permukaan kulit disebut juga shell temperature. Kondisi tersebut

disebabkan karena manusia merupakan makhluk homoioterm. Suhu tubuh normal adalah 37,1 oC dengan rentangan 35,5-37,5 oC. Suhu inti yang terlalu tinggi dapat membunuh manusia

karena denaturasi protein, begitu juga dengan yang terlalu rendah yang dapat menginduksi

aritmia jantung. Suhu inti dapat bervariasi pada setiap individu tergantung beberap faktor

antara lain jam biologis, siklus menstruasi pada wanita, olahraga, usia, dan paparan pada suhu

ekstrim. 1,2,3

Nyatanya, tidak ada suhu tubuh yang benar-benar normal, karena suhu tiap organ

tubuh berbeda-beda. Suhu inti internal diangaap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek

pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi suhu inti manusia:

1. Irama biologis inheren (jam biologis), umumnya saat bangun tidur suhu tubuh lebih

rendah dari siang hari (bervariasi sekitar 1oC)

2. Pada wanita, daur haid mempengaruhi suhu tubuh. suhu inti rata-rata 0,5oC lebih tinggi

selama separuh terakhir siklus dari saat ovulasi ke haid.

3. Meningkat selama olahraga akibat produksi panas dari kontraksi otot

4. Suhu dapat berubah jika terpajan ke suhu yang ekstrim

Untuk mempertahankan suhu inti, diperlukan kandungan panas total tubuh yang

konstan. Pemasukan panas tubuh (heat intake) harus seimbang dengan pengeluaran panas

tubuh (heat loss).

Pemasukan panas tubuh terjadi melalui penambahan panas dari lingkungan eksternal

dan produksi panas internal (merupakan sumber utama panas tubuh).1 Panas internal

bersumber dari metabolisme energi. Pada kenyataannya, produksi panas (heat production)

lebih besar dari kebutuhan, sehingga harus dikeluarkan dari tubuh. Sedangkan pengeluaran

panas terjadi melalui pengurangan panas dari permukaan tubuh yang terpajan ke lingkungan

2

Page 3: Blok 11 Suhuu

eksternal.

Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran panas sering terganggu oleh:

1. Perubahan produksi panas internal

2. Perubahan suhu esternal

Jika suhu inti mulai turun, produksi panas ditingkatkan dan kehilangan panas

diminimalkan, sehingga suhu normal dapat dipulihkan. Sebaliknya, jika suhu mulai

meningkat diatas normal, hal tersebut dapat dikoreksi dengan meningkatkan pengurangan

panas, sementara produksi panas juga dikurangi.1

Pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan dapat terjadi dengan berbagai cara,

yaitu:

1. Radiasi, merupakan pemindahan energi panas dari permukaan tubuh yang hangat dalam

bentuk gelombang elektromagnetik atau gelombang panas, yang berjalan melalui ruang.

Saat energi pancaran mengenai suatu benda dan diserap, energi gerakan gelombang

dipindahkan menjadi panasi di benda tersebut. Perpindahan panas secara radiasi selalu dari

benda yang lebiih panas ke yang lebih dingin, seperti tubuh memperoleh tambahan panas

dari cahaya matahari, nyala api, dan lain sebagainya.4

2. Konduksi, adalah perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya, kemudian

berkontak langsung antara satu sama lain. Panas berpindah mengiktui penurunan gradien

termal dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin. Karena dipindahkan dari

molekul ke molekul. Kecepatan perpindahan panas melalui konduksi bergantung pada

perbedaan suhu antara benda-benda yang bersentuhan dan konduktivitas termal bahan-

bahan yang terlibat.4

3. Konveksi, mengacu pada perpindahan energi apnas melalui arus udara. Ketika tubuh

kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling yang lebih dingin, udara yang

berkontak langsung dengan tubuh akan menjadi lebih hangat. Hal tersebut terjadi karena

adanya perbedaan kepadatan udara.4

4. Evaporasi, merupakan metode terakhir pemindahan panas yang digunakan oleh tubuh.

ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah air

dari keadaan cair menjadi gas diserap di kulit sehingga tubuh menjadi lebih dingin.

Berkeringat merupakan suatu proses evaporatif aktif di bawah kontrol saraf simpatis.

Berkeringat yang menetes kemudian diseka tidak akan mengurangi panas. Faktor

terpenting yang menentukan tingkat evaporasi keringat adalah kelembaban relatif udara

sekeliling. Apabila kelembaban tinggi, kemampuan menyerap tambahan kelembaban dari

3

Page 4: Blok 11 Suhuu

kulit berkurang.4

Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh.1 Bekerja sebagai termoregulator

tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai

penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan

atau pengurangan panas sesuai keperluan.

4

Page 5: Blok 11 Suhuu

Gambar 1. Jalur Termoregulasi Utama.(Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, hal. 602)

Untuk membuat penyesuaian sehingga terjadi keseimbangan antara mekanisme

pengurangan panas dan penambahan panas serta konservasi panas, hipotalamus harus secara

terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor khusu

yang peka akan suhu. Reseptor tersebut disebut termoreseptor.1 Termoreseptor perifer

memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi akan perubah suhu

permukaan ke hipotalamus. Sedangkan termoreseptor sentral terdapat di hipotalamus dan

tempat lain di susunan saraf pusat serta organ-organ abdomen.1,4

Pada hipotalamus, diketahui ada dua pusat pengaturan suhu:

1. Regio posterior, diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-relfeks yang

memperantarai produksi panas dan konservasi panas

2. Regio anterior, diaktifkan oleh rasa hangat, memicu relfeks-relfeks yang memperantarai

pengurangan panas.

Mekanisme untuk menurunkan suhu yang dapat dilakukan oleh tubuh yakni sebagai

berikut2:

1. Vasodilatasi pembuluh darah di kulit dapat memperbanyak aliran darah dari dalam tubuh

menuju kulit sehingga akan makin banyak panas yang dilepaskan ke lingkungan. Melalui

vasodilatasi, pengeluaran panas dapat ditingkatkan hingga 8 kali kondisi normal.

2. Berkeringat meningkatkan laju pengeluaran panas melalui evaporasi.

3. Inhibisi kuat mekanisme yang meningkatkan produksi panas. Tubuh akan menghambat

mekanisme yang dapat memproduksi panas seperti menggigil dan termogenesis kimiawi.

Mekanisme untuk menaikkan suhu yang dapat dilakukan oleh tubuh yakni sebagai

berikut2:

1. Vasokonstriksi pembuluh darah di kulit dapat mengurangi aliran darah menuju kulit

sehingga makin sedikit panas yang dilepas ke lingkungan.

2. Piloereksi adalah berdirinya rambut di tubuh untuk menahan udara yang berkontak dengan

kulit sehingga akan terbentuk lapisan udara hangat yang berfungsi sebagai insulator.

Mekanisme ini terutama bekerja pada hewan, sedangkan pada manusia kurang efektif

5

Page 6: Blok 11 Suhuu

karena rambu relatif jarang tumbuh.

3. Peningkatan pembentukan panas oleh sistem metabolik. Contoh pembentukan panas yang

ditingkatkan adalah eksitasi produksi panas oleh persarafan simpatis, meningkatnya

sekresi tiroksin, dan menggigil. Menggigil diatur oleh pusat menggigil yang terdapat di

dorsomedial hipotalamus posterior yang dirangsang oleh perubahan suhu tubuh.

Aklimatisasi adalah adapatasi proses fisiologis terhadap berbagai keadaan lingkungan

yang terjadi secara alamiah. Apabila ditinjau dari segi suhu, aklimatisasi dapat dibagi dua

yaitu terhadap kondisi panas dan dingin. Caranya dapat dilakukan dengan melakukan

kegiatan berulang-ulang pada suhu tersebut selama 1 bulan.2

Aklimatisasi terhadap panas terbagi menjadi tiga fase antara lain fase adaptasi awal

(1-5 hari), maksimum (5-8 hari), dan adaptasi penuh (14 hari). Aklimatisasi tercapai apabila

toleransi kerja meningkat, suhu badan naik sedikit, dan pengeluaran keringat meningkat

dengan konsentrasi Na+ berkurang akibat sekresi aldosteron yang meningkat. Aklimatisasi

terhadap suhu dingin tercapai apabila laju metabolisme meningkat, kemampuan tubuh

sebagai insulator meningkat dengan bertambahnya jaringan adiposa tubuh, dan mampu

menahan suhu dingin tanpa menggigil.2

Aklimasi merupakan proses adaptasi yang terjadi secara artifisial atau di dalam

laboratorium. Aklimasi awal terjadi pada waktu 1-4 hari dan tercapai sepenuhnya setelah 10

hari.2

Basal Metabolic Rate (BMR)

Laju metabolik dan, karenanya, jumlah panas yang diproduksi bervariasi bergantung

pada beragam faktor, misalnya olahraga, rasa cemas, menggigil, dan asupan makanan.

Peningkatan aktivitas otot rangka adalah faktor yang dapat meningkatkan laju metabolik

paling besar. Bahkan peningkatan ringan tonus otot menyebabkan peningkatan laju metabolik

yang nyata, dan berbagai tingkat aktivitas fisik secara mencolok mengubah pengeluaran

energi dan produksi panas. Karena itu, laju metabolik seseorang ditentukan di bawah kondisi

basal terstandar yang diciptakan untuk mengontrol sebanyak mungkin variabel yang dapat

mengubah laju metabolik. Dengan cara ini, aktivitas metabolik yang diperlukan untuk

mempertahankan fungsi tubuh dasar saat istirahat dapat ditentukan. Karena itu, apa yang

disebut sebagai laju metabolik basal (basal metabolic rate, BMR) adalah cerminan dari “kecepatan

langsam” (“idling speed”) tubuh, atau laju pengeluaran energi internal minimal saat terjaga.

6

Page 7: Blok 11 Suhuu

BMR diukur di bawah kondisi khusus berikut:5

1. Yang bersangkutan harus beristirahat secara fisik, beristirahat setelah olahraga paling

sedikit 30 menit untuk menghilangkan kontribusi kontraksi otot terhadap produksi

panas.5

2. Yang bersangkutan harus beristirahat secara mental untuk memperkecil tonus otot

rangka (orang menjadi “tegang” jika cemas) dan mencegah peningkatan epinefrin,

suatu hormon yang dikeluarkan sebagai respons terhadap stres yang meningkatkan

laju metabolik.5

3. Pengukuran harus dilakukan pada suhu kamar yang nyaman sehingga yang

bersangkutan tidak mengigigil. Menggigil akan sangat meningkatkan laju metabolik.5

4. Yang bersangkutan jangan makan makanan apapun dalam 12 jam sebelum

pengukuran BMR untuk menghindari termogenesis makanan (termo artinya “panas”;

genesis artinya “produksi”) atau peningkatan wajib laju metabolik yang terjadi

sebagai konsekuensi asupan makanan. Peningkatan singkat (kurang dari 12 jam) laju

metabolik ini bukan disebabkan oleh aktivitas pencernaan tetapi peningkatan aktivitas

metabolik yang berkaitan dengan pemrosesan dan penyimpanan nutrien, terutama oleh

pabrik biokimia utama, hati.5

Laju produksi panas pada pengukuran BMR dapat ditentukan secara langsung dan tak

langsung. Pada kalorimetri langsung, yang bersangkutan duduk dalam suatu kamar

berinsulasi dengan air mengalir mengelilingi dinding. Perbedaan suhu air yang masuk dan

keluar kamar mencerminkan jumlah panas yang dibebaskan oleh yang bersangkutan dan

diserap oleh air sewaktu air mengalir melewati kamar. Meskipun memberikan pengukuran

langsung produksi panas namun metode ini tidak praktis karena kalorimeter kamar ini mahal

dan memakan banyak tempat. Karena itu, dikembangkan metode yang lebih praktis untuk

mengukur laju produksi panas secara tak langsung dan digunakan secara luas. Pada

kalorimetri tak langsung, hanya penyerapan per satuan waktu yang diukur, yang merupakan

tugas sederhana dengan peralatan minimal.

Hormon tiroid adalah penentu utama meskipun bukan satu- satunya penentu laju

metabolisme basal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan BMR. Seperti telah

disebutkan, epinefrin juga meningkatkan BMR. Yang mengejutkan, BMR bukanlah laju

metabolik tubuh paling rendah. Laju pengeluaran energi selama tidur adalah 10% sampai 15%

lebih rendah daripada BMR, mungkin karena relaksasi otot pada tahap tidur panidoksial

berlangsung lebih sempurna.5

7

Page 8: Blok 11 Suhuu

Agar tubuh dapat melakukan segala aktivitas dengan baik, segala sesuatu dalam tubuh

harus dalam keadaan seimbang. Begitu pula dengan energi. Pemasukan energi harus setara

dengan pengeluaran energi agar keseimbangan energi tetap netral. Kebutuhan akan energi

relatif konstan sepanjang hari, namun kebanyakan orang mengonsumsi asupan tidak sesuai

dengan kebutuhan. Jika asupan energi lebih besar, akan disimpan (umumnya sebagai

triasilgliserol) di jarangin adiposa. Jika dibiarkan, akan menumpuk dan menyebabkan

kegemukan (obesitas). Sebaliknya, juka asupan energi terus menerus lebih sedikit dari

kebutuhan dapat menyebabkan cadangan karbohirdrat, lemak nihil sehingga digunakan asam

amino sebagai sumber energi terakhir. Hal tersebut dapat menyebabkan keadaan kurus

kering, pengecilan otot, dan akhirnya kematian.1-7

Gambar 2. Pemasukan dan Pengeluaran Panas(Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, hal. 597)

BMR dan laju metabolik dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain1,2:

1. Usia dan Jenis Kelamin, perbedaan BMR berdasarkan jenis kelamin terjadi karena pria

memiliki lebih banyak lean muscle mass dan lebih sedikit jaringan lemak. Laju metabolik

akan menurun seiring bertambahnya usia yang dimungkinkan juga karena menurunnya

lean muscle mass seiring bertambahnya usia.

2. Jumlah lean muscle mass, otot mengonsumsi oksigen lebih banyak dibandingkan jaringan

lemak, sehingga BMR orang yang memiliki lebih banyak lean muscle mass akan lebih

tinggi dibandingkan orang yang lebih banyak memiliki jaringan lemak.

3. Tingkat aktivitas, aktivitas fisik dan kontraksi otot akan meningkatkan laju metabolik

meningkat menjauhi BMR, sedangkan aktivitas fisik ringan akan menurunkan laju

8

Page 9: Blok 11 Suhuu

metabolik.

4. Diet, laju metabolik akan meningkat setelah makan, fenomena ini disebut juga diet-

induced thermogenesis atau specific dynamic action atau efek termik makanan. Kondisi ini

terjadi karena terdapat energi yang digunakan untuk mencerna makanan. Akan tetapi

kondisi ini juga dapat disebabkan oleh efek stimulatorik asam amino yang berasal dari

protein makanan yang tercerna pada proses-proses kimia di dalam sel. Setiap tipe nutrisi

berbeda jumlah produksi panasnya, antara lain protein 30%, lemak 4%, dan karbohidrat

6%.

5. Hormon, BMR akan meningkat akibat kerja hormon tiroid dan katekolamin (epinefrin dan

norepinefirn).

6. Genetik, terdapat orang dengan metebolisme efisien dimana nutrisi yang diserap akan

lebih banyak diubah menjadi energi untuk disimpan di dalam tubuh. Akan tetapi terdapat

juga orang dengan metabolisme yang kurang efisien dimana lebih banyak energi yang

berubah menjadi energi panas dibandingkan diubah menjadi energi yang dapat disimpan

didalam tubuh.

Mekanisme Demam

1. Peradangan

Keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan. Proses peradangan

merupakan proses mempertahankan tubuh dari ancaman keadaan fisiologis tubuh. Proses

peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh.

Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh umumnya memilik suatu zat toksin tertentu

yang dikenal sebagai pirogen oksogen. Dengan masuknya mikroorganisme tersebut, tubuh

akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh

antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limposit untuk memakan fagositosit. Dengan

adanya fagositosit, tentara-tentara tubuh akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang

dikenal sebagai pirogen yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogan yang keluar,

selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu

substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan

enzim fosfolipase asam arakhidonat. Asam arkhidonat yang keluarkan oleh hipotalamus akan

memacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim

siklooksigenese (COX). Kemudian akan mempengarui kerja dari termostat hipotalmus.

Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningktkan titik patokan suhu tubuh (di atas

9

Page 10: Blok 11 Suhuu

suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh

(hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang di atas normal. Akibatnya terjadi respon

dingin/menggigil. Adanya proses menggigil (pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk

menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak.1,6 Dan terjadilah demam.

Aspirin yang dikonsumsi sebagai obat penurun demam, menurunkan demam dengan

menghambat sintesis prostaglandin.

Gambar 3. Tahap Terjadinya Demam Akibat Adanya Bahan Pirogenik.(Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, hal. 604)

2. Dehidrasi.

10

Page 11: Blok 11 Suhuu

3. Kerusakan jaringan.

4. Sesudah operasi.

Tingkatan Demam

Demam dapat dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu:

1. Stage of chill:

Merupakan suatu fase demam yang menimbulkan perasaan dingin disertai

menggigil. Dalam tingkatan demam ini, produksi panas akan meningkat, tetapi

pengeluaran panas menurun. Akibatnya, panas akan banyak tertahan di dalam tubuh.

Pada fase ini, heat loss menurun dan heat production meningkat.

2. Stage of fastiqium:

Merupakan demam yang mencapai highest point (krisis = tingkat krisis dari

penyakit). Dalam tingkatan demam ini, produksi panas akan menurun, tetapi

pengeluaran panas meningkat. Akibatnya, panas akan banyak berukurang di dalam

tubuh. Pada fase ini heat loss meningkat, sehingga sering terjadi berkeringat dan heat

production menurun.1

Ada tiga gangguan demam, yaitu:

1. Heat Cramps,

keadaan dimana demam disertai kejang.1,2

2. Heat Exhaustion,

merupakan keadaan kolaps, biasanya bermanifestasi sebagai pingsan, yang disebabkan

oleh penurunan tekanan darah akibat kerja mekanisme pengeluaran panas yang berlebihan.

Keringat berlebihan mengurangi curah jantung karena volume plasma berkurang dan

vasodilatasi kulit yang ekstensif menyebabkan penurunan resistensi perifer total. Karena

tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dikalikan dengan resistensi perifer total,

tekanan darah turun dan jumlah darah yang disalurkan ke otak berkurang, sehingga yang

bersangkutan akan mengalami pingsan. Dengan demikian, heat exhaustion adalah

konsekuensi dari aktivitas berlebihan mekanisme pengeluaran panas dan bukan akibat

gangguan dari mekanisme tersebut.1 Karena mekanisme pengeluaran panas sangat aktif,

pada heat exhaustion suhu tubuh hanya sedikit meningkat. Dengan memaksa aktivitas

11

Page 12: Blok 11 Suhuu

berhenti setelah mekansime pengeluaran panas tidak lagi mampu mengatasi penambahan

panas yang ditimbulkan oleh olahraga atau lingkungan yang panas, heat exhaustion

berfungsi sebagai ‘katup pengaman’ untuk membantu mencegah konsekuensi yang lebih

serius, yaitu heat stroke.1,2

3. Heat Stroke,

merupakan situasi yang sangat berbahaya, timbul akibat rusak totalnya mekanisme

termoregulasi hipotalamus. Heat exhaustion dapat menjadi heat stroke apabila mekanisme

pengeluaran panas terus dipacu secara berlebihan. Gambaran paling mencolok adalah

tidak adanya tindakan kompensasi untuk mengurangi panas (seperti berkeringat) dalam

menghadapi peningkatan suhu tubuh yang cepat. Selama pembentukan heat stroke, suhu

tubuh mulai meningkat karena mekanisme pengeluaran panas pada akhirnya dikalahkan

oleh penambahan panas yang terus menerus dan berlebihan. Setelah suhu inti mencapai

sautu titik ketika pusat kontrol suhu hipotalamus rusak akibat panas, suhu tubuh

meningkat lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan metabolisme meningkat (karena suhu

tubuh yang tinggi meningkatkan metabolisme). Akibat dari metabolisme yang meningkat,

semua rekasi kimia tubuh menjadi semakin cepat. Hasil yang ditimbulkan adalah produksi

panas yang lebih besar. Keadaan tersebut menghasilkan lonjakan suhu tubuh.1 Untuk

pencegahan produksi panas yang semakin besar, dapat dilakukan pengompresan dengan

menggunakan air dingin. Beberapa tempat yang disarankan untuk melakukan

pengompresan adalah kepala, ketiak, lipat paha. Pengompresan dilakukan dengan tujuan

untuk menurunkan suhu termostat.1,2

Heat stroke merupakan situasi yang berbahaya dan sepat mematikan jika tidak

ditangani. Suhu tubuh dapat mencapai 40oC bahkan lebih dan dapat menyebabkan

kelumpuhan.

Heat stroke dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Eksersasional, disebabkan oleh kegiatan tubuh yang berlebihan di suhu atau kelembaban

yang lebih tinggi dari normal

2. Noneksersasional, antokolinergik, termasuk antihistamin, obat antiparkinson, diuretik, dan

fenotiazin.

Penutup

12

Page 13: Blok 11 Suhuu

Kesimpulan

Pengaturan suhu di dalam tubuh sangatlah penting dalam mempertahankan

homeostasis tubuh. Pengaturan suhu yang diatur oleh hipotalamus ini, harus diseimbangkan

antara pengeluaran panas dari tubuh dan produksi panas dalam tubuh. Di samping itu, basal

metabolisme rate yang merupakan suhu fisiologis tubuh, harus selalu dalam keadaan stabil,

dan apabila tidak stabil, akan timbul gangguan, salah satunya adalah demam. Demam

merupakan respon tubuh dalam menghadapi adanya gangguan dalam tubuh yang

menyebabkan suhu tubuh meningkat, dan kenaikan suhu ini dapat diukur, biasanya

menggunakan termometer dengan penempatan untuk pengukurannya bisa di beberapa tempat.

Semakin tinggi panas yang dihasilkan tubuh, maka metabolisme akan semakin cepat. Energi

dan panas yang dihasilkan haruslah seimbang. Jika tubuh kelebihan energi dapat

menyebabkan gangguan seperti obesitas, sedangkan jika kelebihan panas dapat menyebabkan

meningkatnya suhu tubuh dari suhu tubuh normal 37oC (demam). Beberapa faktor yang dapat

menyebabkan demam adalah infeksi atau peradangan (bahan pyrogenic), dehidrasi,

kerusakan jaringan, dan sesudah operasi. Ada tiga macam demam, yaitu heat cramps, heat

exhaustion, dan heat stroke. Terdapat pengukuran suhu yang lazim digunakan, yaitu dengan

termometer digital, termometer air raksa, serta termometer membran timpani.

Daftar pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2001. h.590-607.

2. Sedioetama, AD. Ilmu gizi untuk profesi dan mahasiswa. Jakarta: Dian Rakyat. h.17, 44-

8.

3. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. Danvers: John Wiley

& Sons, Inc. 2009; ch. 22. Metabolism and Nutrition

4. Hall JE, Buku saku fisiologi kedokteran Guyton & Hall. Edisi ke-11. Jakarta: EGC;

2009. h.554-61.

5. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2012. h.

701-4, 710-7.

6. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2009. h.65-76, 139-42.

7. Champe, PC. Biokimia ulasan bergambar. Jakarta: EGC; 2010. h. 65-84.

13

Page 14: Blok 11 Suhuu

14