20
Pendahuluan Hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia adalah bernapas. Bernapas adalah dimana suatu proses menghirup udara O 2 dan menghembuskan udara CO 2. Proses pernapasan ini dimulai dari hidung dan berakhir pada paru-paru. Perjalan pernapasan ini melewati berbagai organ diantaranya laring, trekea, bronkus dll. Dalam makalah ini kita akan mengetahui sistem pernapasan, mekanisme dan fungsi lain dari sistem pernapasan selain bernapas itu sendiri. Pembahasan Makro pernapasan: Faring Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi: 1. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka kearah rongga nasal melalui dua naris internal (koana). a. Dua tuba Eustachhlus (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga.

Blok 7 - Makro Mikro SPA SPB + Mekanisme Transport Gas.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Pendahuluan

Hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia adalah bernapas. Bernapas adalah dimana

suatu proses menghirup udara O2 dan menghembuskan udara CO2. Proses pernapasan ini

dimulai dari hidung dan berakhir pada paru-paru. Perjalan pernapasan ini melewati berbagai

organ diantaranya laring, trekea, bronkus dll. Dalam makalah ini kita akan mengetahui sistem

pernapasan, mekanisme dan fungsi lain dari sistem pernapasan selain bernapas itu sendiri.

Pembahasan

Makro pernapasan:

Faring

Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5cm yang merentang dari bagian dasar tulang

tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi:

1. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka kearah rongga nasal

melalui dua naris internal (koana).

a. Dua tuba Eustachhlus (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga

tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi

gendang telinga.

b. Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak

didekat naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara.

2. Orofaring dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak maskular, suatu

perpanjangan palatum keras tulang.

a. Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur

kebawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak.

b. Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior.

3. Laringofaring atau faring laringeal mengelilingi mulut esofagus dan laring, yang

merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya. Bagian yang terletak

dibelakang laring.1

Faring atau tekak terletak dibelakang hidung, mulut dan laring (tenggorokan). Faring berupa

saluran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskolo membranosa) dengan

bagian terlebar disebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebra

servikal keenam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan

usofagus. Didalam faring terdapat tujuh lubang, dua dari saluran eustakhius, dua bagian

posterior lubang hidung (neres) yang berada dibelakang rongga hidung, mulut, laring dan

usofagus.2

Laring

Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah tabung pendek

berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh sembilan kartilago; tiga berpasangan dan

tiga tidak berpasangan:

1. Kartilago tidak berpasangan

a. Kartilago tiroid (jakun) terletak dibagian proksimal kelenjar tiroid. Biasanya

berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormon yang

disekresi saat pubertas.

b. Kartilago krikoid adalah cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak

dibawah kartilago tiroid.

c. Epiglotis adalah katub kartilago elatis yang melekat pada tepian anterior kartilago

tiroid. Saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk

mencegah masuknya makanan dan cairan.

2. Kartilago berpasangan

a. Kartilago aritenoid terletak diatas dan dikedua sisi kartilago krikoid. Kartilago ini

melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan berpasangan dari epitelium skuamosa

bertingkat.

b. Kartilago kornikulata melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid.

c. Kartilago kuneiform berupa batang-batang kecil yang membantu menopang

jaringan lunak.

3. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring

a. Pasangan bagian atas adalah lipatan ventrikular (pita suara semu) yang tidak

berfungsi saat produksi suara.

b. Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada kartilago tiroid

dan pada kartilago aritenoid serta kartilago krikoid. Pembukaan antara kedua pita

ini adalah glotis.

(1) Saat bernapas, pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring dan

glotis berbentuk triangular.

(2) Saat menelan, pita suara teraduksi (tertarik menutup) dan glotis membentuk

celah sempit.

(3) Dengan demikian, konsentrasi otot rangka mengatur ukuran pembukaan glotis

dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara.4 (3)

Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari

kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk

kedalam trakea dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama

oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid dan

disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu

disebelah depan leher.

Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung digaris tengah. Ditepi atas

terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, bentuknya seperti

cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-

satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan

aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang rawan kuneiform

dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil.

Terkait dipuncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan

membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama

dengan yang ditrakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium

berlapis. Pita suara terletak disebelah dalam laring, berjalan dari tulang rawan tiroid disebelah

depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid

yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan.

Dengan demikian lebar sela-sela antara pita-pita atau rima glotidis berubah-rubah sewaktu

bernapas dan berbicara. Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang

melalui glotis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara dan juga menutup

lubang atas laring sewaktu menelan.3

Mikro pernapasan:

Faring

Faring merupakan ruang dibelakang cavum nasi yang menghubungkan traktus digestivus dan

traktus respiratorius. Terbagi menjadi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu nasofarings terdiri

dari epitel bertingkat torak bersilis bersel goblet, orofarings terdiri dari epitel gepeng tanpa

lapisan tanduk, dan laringofarings sebagian besar terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa

lapisan tanduk.

Laring

Laring adalah organ berongga yang terletak antara faring dan trakea. Fungsinya membentuk

suara dan menutup trakea sewaktu menelan untuk mencegah masuknya makanan dan liur ke

dalam saluran pernafasan dan paru dengan adanya refleks batuk.

Laring terdiri dari Sembilan tulang rawan yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu tulang rawan

hialain (tulang rawan tiroid, tulang rawan krikoid dan tulang rawan aritenoid) dan tulang

rawan elastic (tulang rawan epiglottis, tulang rawan kuneiformis dan tulang rawan

kornikulata)

Muskulus ekstrinsik, yang mengikat laring pada tulang hyoid dan mengangkatnya waktu

deglutasi dan muskulus instrinstik berhubungan dengan tulang rawan tiroid dan krikoid dan

bila berkontraksi mengubah tensi pita suara dan dengan demikian mempengaruhi fonasi.

Di bawah epiglottis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke lumen laring, yaitu bagian

atas disebut plica vestibularis (pita suara palsu) yang terdiri dari epitel bertingkat torak

bersilia. Bagian atas disebut plica vocalis (pita suara asli) yang terdiri dari epitel berlapis

gepeng tanpa lapisan tanduk. Celah di antara pita suara disebut rima glottis.4

Mekanisme pernapasan

Udara didistribusikan ke dalam paru melalui saluran pernapasan. Berbagai mekanisme dan

sistem dalam tubuh telah diatur sedemikian baiknya sehingga kita dapat menghirup udara

yang cocok dan baik bagi tubuh kita dalam keadaan normalnya dan juga untuk mendukung

fungsi utama dari sistem ini adalah sebagai alat respirasi pada manusia.5

Awal dari sistem pernapasan ialah hidung. Saat melewati hidung ada tiga fungsi berbeda

yang dikerjakan rongga hidung yaitu:

1. Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum yang luas serta adanya

plexus venosus yang membantu penghangatan udara.

2. Udara dilembabkan sampai hampir lembab sebelum udara meninggalkan

hidung.

3. Udara disaring sebagian.

Pada hidung terdapat suatu struktur yang disebut konka. Konka pada hidung ada 3 yaitu

superior, medius dan inferior. Berbentuk seperti dinding, fungsi dari konka ialah pembentuk

aliran udara turbulen yang merupakan aliran udara terbaik sebagai jalan masuknya udara

pernapasan ke dalam saluran pernapasan sekaligus menyaring partikel yang masuk dalam

saluran napas. Saat memasuki rongga hidung udara akan membentur dinding – dinding konka

dan akan menyebabkan adanya momentum udara. Udara akan terus membentur dan akan

terus mengubah arahnya setiap kali mengenai konka. Sementara itu partikel yang tersuspensi

dalam udara yang memiliki massa dan momentum yang lebih besar dari udara akan terus

berjalan tidak semudah udara mengubah arah jalannya. Partikel yang terus maju ini akan

dijerat oleh mukus pelapis dan diangkut oleh silia ke faring untuk ditelan.

Patikel dengan ukuran lebih kecil dari 6 mikrometer akan mengendap pada bronkiolus kecil

sebagai akibat gaya gravitasi yang dikerjakan padanya. Hal ini yang terkadang menimbulkan

penyakit pada bronkiolus terminalis yang sering dialami oleh para pekerja tambang. Partikel

yang besarnya 1 mikrometer mungkin akan terbawa dan mengendap pada cairan alveolus

sedangkan partikel dengan ukuran lebih kecil dari itu akan tersuspensi dalam udara alveol

dan dikeluarkan lagi saat ekspirasi.

Setelah melalui hidung udara akan didistribusikan ke dalam paru melalui trakea, bronkus dan

bronkiolus. Adalah hal yang penting untuk menjaga tetap terbukanya saluran – saluran ini

agar udara dapat mudah masuk sampai ke alveolus. Untuk mempertahankan agar trakea tidak

kolaps terdapat cincin kartilago yang mengelilingi 5/6 panjang trakea. Begitu pula pada

bronkus, dindingnya terdapat lempeng kartilago yang kecil dan melengkung yang tidak

terlalu kaku sehingga masih bisa memungkinkan pergerakan seturut dengan mengembangnya

alveolus oleh tekanan transpulmonal (tekanan yang timbul sebagai akibat perbedaan tekanan

di alveolus dan pleura).

Sebenarnya dalam menjalankan fungsinya sebagai saluran napas, baik trakea, bronkus hingga

bronkiolus memiliki tahanan masing-masing dalam menghambat udara pernapasan yang

masuk. Dalam hal ini yang memiliki tahanan yang terbesar adalah bronkus besar. Hal ini

dikarenakan jumlahnya yang sedikit dibandingkan bronkiolus terminalis yang jumlahnya

mencapai 65.000 buah. Namun dalam keadaan sakit, bronkiolus kecil yang menjadi

permasalahan karena misalnya terjadi edema ataupun adanya mukus sehingga menghambat

secara lebih nyata udara yang masuk ke dalam paru-paru.

Alveolus merupakan organ pernapasan mungkin bisa dianggap sebagai yang terpenting. Pada

alveolus terjadi difusi O2 sebagai bahan bakar metabolisme yang akan diangkut menuju sel.

Pada alveoli juga keluar gas sisa hasil metabolisme yaitu CO2. Alveolus sendiri berjumlah

sekitar 300-500 juta di kedua paru. Pada alveolus terdapat 2 jenis epitel. Epitel jenis kedua

yang menempati 10% dari total permukaan alveoli mensekresikan suatu zat yang amat

penting yang bernama surfaktan. Surfaktan merupakan campuran dari fosfolipid, protein dan

ion. Fungsi surfaktan ialah mengembangkan paru. Cara kerjanya dalam mengembangkan

paru dengan adanya surfaktan akan menurunkan tegangan permukaan pada paru. Hal ini

penting karena penurunan tegangan akan sejalan dengan penurunan tekanan, yang

dirumuskan dengan persamaan berikut:

Tekanan = 2 X Tegangan Permukaan

Radius Alveolus

Hal ini juga berarti radius alveolus yang kecil membantu menurunkan tekanan. Berdasarkan

percobaan yang dilakukan oleh para ahli ditemukan bahwa tegangan permukaan cairan alveol

yang dilapisi surfaktan hanya sebesar 1

12 kali tegangan air murni. Hal ini akan berkontribusi

juga pada usaha yang lebih sedikit yang dilakukan oelh otot pernapasan untuk

mengembangkan paru.

Sifat paru yang elastis juga berpengaruh dalam usah pengembangan paru. Luas

pengembangan paru untuk setiap peningkatan tekanan transpulmonal disebut dengan

komplians paru. Nilai komplians total dari kedua paru sekitar 200 milimeter udara per cm

tekanan transpulmonal air, yang berarti pada peningkatan tekanan sebesar 1 cm air akan

terjadi peningkatan volume sebesar 200 milimeter.6

Transpor Gas:

Transportasi Oksigen

Oksigen yang berdifusi kedalam jaringan melalui paru akan diikat oleh hemoglobin dalam

darah. Kemudian pada suatu waktu bila diperlukan akan terjadi disosiasi hemoglobin ke

dalam jaringan yang membutuhkan. Disosiasi oksi Hb akan ditentukan oleh PO2 di medium

sekeliling Hb. Disosiasi ini menyebabkan penurunan saturasi (kejenuhan) hemoglobin

terhadap O2. Kurva yang menyatakan hubungan antara tekanan O2 dan saturasi disebut

dengan kurva disosiasi oksigen dari Hb. Kurva ini berbentuk sigmoid.

Disosiasi oksigen dari hemoglobin akan meningkat karena dipengaruhi beberapa faktor,

antara lain:

- PO2 menurun

Hal ini secara jelas dapat terlihat pada grafik yang telah disajikan. Pada tekanan oksigen 80

mmHg saturasi hemoglobin terhadap oksigen ialah sebesar 93%, ketika tekanan menurun

hingga 40 mmHg saturasi juga mengalami penurunan hingga menjadi 65%. Hal ini berarti

penurunan tekanan sejalan dengan penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap oksigen atau

dengan kata lain makin banyak molekul oksigen yang mengalami disosiasi dari hemoglobin.

- PCO2 meninggi

Pengaruh tekanan karbondioksida terhadap disosiasi oksigen dari hemoglobin disebut dengan

efek Bohr.Pada efek Bohr peningkatan tekanan karbondioksida akan mempercepat pelepasan

molekul oksigen terhadap hemoglobin.

- pH menurun (kondisi asam)

Bila CO2 bereaksi dengan air akan terbentuk H2CO3. Asam karbonat ini dapat mengalami

katabolisme sehingga membentuk ion H+ dan HCO3-. Tentu saja adanya ion H+ akan

menyebabkan peningkatan derajat keasaman atau penurunan pH. Kondisi asam yang terjadi

dapat mempercepat laju pelepasan oksigen terhadap hemoglobin.

- Suhu meninggi

Hal ini dapat dipahami pada tingkat molekul. Peningkatan suhu akan meningkatkan energi

kinetik molekul yang berarti molekul akan semakin mudah bergerak. Hal inilah yang

memungkinkan terlepasnya ikatan antar molekul tersebut/disosiasi.

- Konsentrasi 2,3 BPG meninggi dalam sel darah merah

2,3 difosfogliserat terdapat dalam eritrosit dan akan membentuk ikatan dengan hemoglobin.

Ikatan ini dapat menurunkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Kondisi peningkatan

difosfogliserat dapat ditemukan pada orang yang mengalami hipoksia, anemia dan kelainan

bawaan pada hemoglobin.

Transportasi Karbondioksida

Karbondioksida dapat diangkut dalam sel darah merah dan plasma darah. Bentuk

pengangkutan karbondioksida adalah sebagai berikut:

- CO2 yang larut plasma

Kelarutan karbondioksida dalam plasma disebabkan adanya pelarut yaitu air.

- Asam karbonat

H2CO3 juga merupakan zat yang berperan karena dalam bentuk ini karbondioksida juga dapat

dikeluarkan melalui darah.

- Ikatan karbamino

Hal ini dapat terjadi bila karbondioksida bertemu dengan protein dalam plasma ataupun

hemoglobin dalam sel darah merah. Karbondioksida akan berikatan pada gugus amina dari

asam amino valin (pada hemoglobin di rantai β). Selain karbondioksida ternyata 2,3 DPG

juga bisa berikatan pada gugus yang sama. Oleh karena itu dapat terjadi kompetisi antara

kedua zat ini dalam pengikatan dengan protein.

Namun pengikatan oksigen pada hemoglobin dapat mengusir karbondioksida atau dengan

kata lain adalah pelepasan karbondioksida dari ikatannya sebagai karbamino-Hb. Hal ini

disebut efek Haldane. Efek Haldane merupakan akibat dari oxy-Hb yang lebih asam dari

reduced Hb dikarenakan pelepasan H+ dari HHb. H+ dapat berikatan dengan HCO3- yang

membentuk H2CO3. Asam karbonat ini dapat dikatabolisme menjadi CO2 dan H2O.

- Ion bikarbonat dalam plasma

Karbondioksida yang masuk dalam plasma dapat diubah menjadi asam karbonat yang dapat

terionisasi menjadi H+ dan HCO3-.

HCO3- dapat keluar dari eritrosit ke plasma dan akan diganti dengan ion Cl-. Hal ini disebut

dengan chloride shift. Sedangkan H+ akan bereaksi dengan KHb menjadi HHb (reduced Hb)

dan ion K+.4

Volume pernapasan

Volume udara yang dihirupkan dan dikeluarkan selama proses bernapas dapat diukur pada

sebuah spirometer. Saat seseorang bernapas udara keluar dan masuk, sehingga bejana (yang

terletak terbalik dalam bejana lain berisi air) naik dan turun. Banyak faktor yang

mempengaruhi jumlah udara yang masuk dan keluar dari paru-paru. Kapasitas paru-paru

bervariasi sesuai dengan ukuran dan usia seseorang. Makin tinggi individu makin besar paru-

parunya jika dibandingkan dengan individu yang lebih pendek. Makin kita tua kapasitas paru-

paru kita juga menurun karena paru-paru kehilangan daya elastisitasnya dan otot-otot

pernapasan menjadi kurang efisien. Metoda yang umum untuk memeriksa fungsi paru adalah

dengan mengukur volume pernapasan dalam kondisi yang berbeda dan hasilnya

dibandingkan dengan nilai rata-rata normal. Alat yang digunakan disebut spirometer, grafik

yang merekam perubahan volume pulmonal yang diamati selama pernapasan disebut

spirogram (Gbr. 1-10):

1. Volume Tidal-jumlah udara yang terlibat dalam satu kali inhalasi dan

ekshalasi normal. Rata-rata volume tidal adalah 500 ml, tetapi banyak orang

sering mempunyai volume tidal yang lebih rendah karena napas cepat.2. Minute Respiratory Volume (MRV)-jumlah udara yang dihirup dan

diembuskan dalam 1 menit. MRV dihitung dengan mengalikan volume tidal

dengan jumlah pernapasan per menit (rata-rata 12 sampai 20 kali per menit).

Misalnya jika pernapasan per menit adalah 12 kali dan volume tidal 500 ml

maka MRV adalah 6000 ml atau 6 liter udara per menit yang merupakan MRV

rata-rata.3. Volume cadangan inspirasi adalah jumlah udara di luar volume tidal yang

dapat diambil dengan inspirasi sedalam mungkin, normalnya berkisar 2000

sampai 3000 ml.

4. Volume cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara di luar volume tidal yang dapat

dikeluarkan dengan ekspirasi yang paling kuat, normalnya berkisar dari

1000ml.5. Vital Capasity adalah jumlah dari volume tidal, cadangan inspirasi, dan

cadangan ekspirasi. Dengan kata lain kapasitas vital adalah jumlah udara yang

terlibat dalam inhalasi paling dalam diikuti dengan ekshalasi yang paling kuat.

Rata-rata kapasitas vital berkisar 3500 sampai 5000 ml.6. Residual Volume-jumlah udara yang tetap berada di dalam paru-paru setelah

ekshalasi yang paling kuat; rata-rata berkisar 1000 sampai 1500 ml. Udara

residu sangat penting untuk memastikan bahwa selalu terdapat udara di dalam

paru-paru sehingga pertukaran gas-gas tetap dapat terjadi, bahkan di antara

saat bernapas.

Kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional mempunyai makna penting

dalam mendiagnosa kelainan paru-paru. 7. Kapasitas pernapasan (1C) adalah jumlah udara maksimal yang masih dapat

dihirup setelah ekspirasi normal : IC = TV + IRV. Normalnya 3500 ml.8. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru-paru

pada akhir ekspirasi normal: FRC = ERV + RV. Normalnya 2200 ml.9. Jumlah volume udara total yang dapat ditahan oleh paru-paru disebut kapasitas

paru total (TLC, yaitu merupakan jumlah dari keempat volume paru: TLC =

TV + IRV + ERV + RV normalnya 5.700 ml. (Tabel 1-1).5

Pengendalian pernapasan

Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan dua faktor utama: kimiawi dan pengendalian

oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang terletak didalam

medula oblongata dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan saraf

spinalis keotot pernapasan yaitu otot diafragma dan otot interkostalis.

- Pengendalian oleh syaraf

pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik didalam medula oblongata yang

mengeluarkan impuls eferen keotot pernapasan. Melalui beberapa radiks saraf

servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus. Dibagian yang lebih

rendah pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf

interkostalis untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi

ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang berkecepatan kira-kira lima belas

menit. Impuls aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara dihantarkan saraf

vagus kepusat pernapasan didalam medula.

- Pengendalian secara kimiawi

Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan frekuensi,

kecepatan dan kedalaman gerakan pernapasan. Pusat pernapasan didalam sumsum

sangat peka pada reaksi kadar alkali darah harus dipertahankan. Karbondioksida

adalah produk asam dari metaboisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang

pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot

pernapasan.

Kedua pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi adalah penting. Tanpa salah

satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam paralisa otot pernapasan (interkostal dan

diafragma) digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan lainnya untuk

melanjutkan pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara dapat dikeluarmasukkan

paru-paru.

Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Kalau bernapas secara normal,

ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-

istirahat.

Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan kerja otot. Kontraksi

diafragma meluas rongga dada dari atas sampai kebawah yaitu ventrikal. Penikan iga-iga dan

sternum yang ditimbulkan kontraksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada kekedua sisi

dan dari belakang kedepan. Paru-paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang

yang membesar itu dan udara ditarik masuk kedalam saluran udara. Otot interkostal eksterna

diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.

Pada ekspirasi udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-paru kempis

kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.

Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu

menarik iga-iga dan sternum keatas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa

bergerak dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.1

Kesimpulan

Paru merupakan struktur yang penting sebagai organ pernapasan. Paru terletak pada

rongga dada. Ada otot – otot yang membentu memperluas dan mempersempit rongga dada

dalam rangka pengaturan respirasi. Mekanisme respirasi ditunjang oleh proses difusi udara

yang terjadi serta transportasi oksigen dan karbondioksida.

Daftar Pustaka:

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h. 267-8.

2. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;

2009. h. 218, 257-8, 267-9.

3. Johnson KE. Histologi dan biologi sel. Jakarta: Binarupa Aksara; 2001.

4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 20. Jakart: EGC; h. 2002.

5. Cambridge. Anatomi fisiologi. Jakarta: EGC; 2009. h. 10.

6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.