Upload
phamtuyen
View
265
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
i
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG DAUN
(Allium fistulosum L.)
DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA (KBH)
TAWANGMANGU
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi
DIII Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan
Oleh :
Lela Meltin
H 3306017
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
BUDIDAYA TANAMAN BAWANG DAUN
(Allium fistulosum L.)
DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA (KBH)
TAWANGMANGU
yang dipersiapkan dan disusun oleh
LELA MELTIN
H 3306017
telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada tanggal : ..........................
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan tim penguji
Penguji I Penguji II
Ir. Pratignya Sunu, MP
NIP. 130 814 565
Ir. Panut Sahari, MP
NIP. 130 814 805
Surakarta, .............................
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Fakultas Pertanian
Dekan,
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro Wongso Atmojo, MS.
NIP. 131 124 609
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
Hidayah dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun guna melengkapi syarat-syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Pertanian. Dengan Laporan Tugas Akhir ini semua
kegiatan yang ada dalam pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) telah penulis
uraikan secara lengkap.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak mampu penulis susun sendiri
tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas
Akhir ini. Rasa terima kasih penulis haturkan kepada :
1) Prof. Dr. Ir. H. Suntoro Wongso Atmojo, MS., selaku Dekan
Fakultas Petanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2) Ir. Heru Irianto, MM., selaku Koodinator Program D III Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3) Ir. Panut Sahari, MP., selaku Pembimbing Akademik Program D III
Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Penguji II.
4) Ir. Pratignya Sunu, MP., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji I.
5) Seluruh staf karyawan (Bapak Tri Jumanto, SP., Bapak Slamet
Suharso, A. Md., Bapak Pardjo, Bapak Sardjono, Bapak Samikun,
Mbah Radji, Bapak Purwanto, dan Bapak Pardi ) yang turut
membantu selama berlangsungnya kegiatan PKM di KBH
Tawangmangu.
6) Bapak, Ibu, dan Adik tercinta yang telah memberi doa, semangat dan
dorongan selama kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
iv
Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu
dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih
begitu banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh
sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan
demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis sampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan
Tugas Akhir ini.
Surakarta, ………………….
Penulis,
Lela Meltin
H 3306017
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Tujuan ...............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
A. Sejarah Tanaman Bawang Daun .......................................................
B. Klasifikasi Tanaman Bawang Daun..................................................
C. Morfologi Tanaman Bawang Daun...................................................
D. Jenis Bawang Daun...........................................................................
E. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Daun ..........................................
F. Teknik Budidaya Tanaman Bawang Daun .......................................
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN ...........................................
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .......................................................
B. Metodologi ........................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
A. Kondisi Umum Lokasi ......................................................................
B. Hasil Kegiatan dan Pembahasan .......................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
ii
iii
v
vi
vii
1
1
3
4
4
4
5
6
7
8
15
15
15
17
17
23
36
36
36
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Struktur organisasi KBH Tawangmangu .................................
18
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Analisa Usaha Tani Bawang Daun Skala 1.000m2......................
33
viii
ABSTRACT
Practice of this apprentice aim to obtain is skill and job experience in the
field of agriculture especially on leaf onion crop cultivation. Execution of
apprentice was done on Februari 9th until March 9th 2009 in KBH Tawangmangu,
Karanganyar, Surakarta.
Basic method applied in this practice was field practice, discussion,
interview, data collecting and book study. While retrieval of location practice of
apprentice was done intentionally. KBH TAWANGMANGU selected as place of
apprentice because yielding a lot of seeds required by public either from vegetable
commodity, fruits and ornamental plant.
Cultivation of leaf onion in KBH applies its sapling because more
efficient, economical in field farm and labor. Leaf onion clump taken as seed is
better if which is easily born, its bar is joint, its leaf is big and thick. Before
planted, the clump is eliminated some of its roots and leaf, then plunged at
condensation containing atonic dose 2 ml and metallic with dose 1 ml during 10-
15 minutes.
Maintenance activity of leaf onion covers watering, mowing, bedding and
additional fertilizing. Additional fertilizing in KBH was done 3 times that is 2
MST, 1 month of after planting and 1,5 months after planted. Fertilizer applied is
KNO3 and black NPK. Pest control is done mechanically and chemically.
Harvesting of leaf onion is done at the age of 2,5 months with marking number of
sapling per clump and some onion laminas starts turns yellow and drying.
Keyword : cultivation of leaf onion crop
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, komoditas hortikultura
yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias merupakan
salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi baru pada sektor pertanian. Bahkan
beberapa produk komoditas sayuran Indonesia telah menjadi mata dagang
ekspor dan sumber devisa negara. Oleh karena itu, produksi, produktivitas,
dan kualitas sayuran nasional perlu ditingkatkan terutama untuk jenis sayuran
potensial yang selama ini belum mendapat perhatian. Salah satu jenis
komoditas sayuran potensial dan layak dikembangkan secara intensif dalam
skala agribisnis adalah bawang daun (Allium fistulosum L.). Tanaman ini
diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian meluas ditanam di
berbagai daerah (Negara) yang beriklim tropis maupun subtropis. Bawang
daun merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang digunakan sebagai
bahan penyedap rasa (bumbu) dan bahan campuran sayuran lain pada
beberapa jenis makanan populer di Indonesia, seperti soto, sup, campuran
bumbu mi instan, dan penyedap jenis makanan lainnya. Selain itu juga
bermanfaat untuk memudahkan pencernaan dan menghilangkan lendir-lendir
dalam kerongkongan. Tanaman yang dikonsumsi biasanya berdaun muda dan
berbatang putih karena terpendam di dalam tanah (Anonim, 2009).
x
Daerah pusat penyebaran bawang daun di Indonesia semula
terkonsentrasi pada lahan dataran tinggi dengan udara yang sejuk (suhu
rendah) seperti di Cipanas, Pacet (Cianjur), Lembang (Bandung), dan Malang
(Jawa Timur) (Rukmana, 1995). Dalam perkembangan selanjutnya, budidaya
bawang daun meluas keberbagai daerah (wilayah) di seluruh nusantara, baik
ditanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Luas areal panen bawang
daun di Indonesia setiap tahun terus meningkat, karena prospek pemasaran
komoditas ini menunjukkan kecenderungan yang semakin baik. Pemasaran
produksi bawang daun segar tidak hanya untuk pasar dalam negeri (domestik)
melainkan juga pasar luar negeri (ekspor). Produksi jenis bawang daun yang
dinantikan oleh pasar ekspor Singapura dan Belanda adalah bawang prei.
Disamping itu, permintaan bawang daun akan semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.
Bawang daun merupakan tanaman sayuran daun semusim yang
berbentuk rumput. Disebut bawang daun karena yang dikonsumsi hanya
daunnya atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk
batang semu dan bersifat merumpun. Batangnya pendek dan membentuk
cakram, di cakram ini muncul tunas daun dan akar serabut. Warna bunganya
putih. Biji yang masih muda berwarna putih, setelah tua berwarna hitam. Bila
kering, biji mudah menjadi tepung. Bawang daun mengandung vitamin C,
banyak vitamin A dan sedikit vitamin B (Sunarjono, 2003).
Bawang daun bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi, namun
paling umum dibudidayakan di dataran tinggi. Dataran rendah yang terlalu
xi
dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan bawang daun
menginginkan ketinggian sekitar 900 - 1.700 m dpl. Di daerah dataran rendah
produksi anakan bawang daun juga tak seberapa banyak. Curah hujan yang
tepat sekitar 1.500 - 2.000 mm/tahun dan kelembaban udara berkisar 80% –
90% Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 190C - 240C.
Persyaratan tumbuh lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang
daun adalah tanah harus subur, gembur, banyak mengandung bahan organic,
tata udara dalam tanah (draenase dan aerasi) baik dan derajat keasaman tanah
(pH) antara 6,5 – 7,5. Pada tanah pegunungan berapi (Andosol), Latosol,
Regosol, tanaman tumbuh lebih baik, tetapi pada tanah lempung yang
mengandung pasir, Mediteran, serta Aluvial dapat juga tumbuh baik
Benih/bibit bawang daun bisa diperbanyak lewat biji maupun tunas anakan.
Umumnya petani Indonesia menggunakan setek tunas. Caranya dengan
memisahkan anakan dari induknya. Pilihlah induk yang sehat dan bagus
pertumbuhannya. Kebutuhan setek untuk 1 ha areal penanaman bawang daun
ialah 200.000 setek. Benih asal biji kebutuhannya sebanyak 1,5 - 2 kg/ha.
Perbanyakan tanaman bawang daun dengan biji dilakukan melalui persemaian
terlebih dahulu selama 2 bulan (Nazaruddin, 1994).
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah
sebagai berikut :
xii
1. Tujuan Umum :
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan
mengenali kegiatan-kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang
pertanian secara luas.
b. Meningkatkan pemahaman kepada para mahasiswa mengenai
hubungan antara teori dan penerapannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya sehingga dapat sebagai bekal bagi mahasiswa
dalam terjun ke masyarakat.
c. Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman kerja
yang praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan
serta memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan di bidang
pertanian.
d. Meningkatkan hubungan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah, instansi
terkait dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan mutu
pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus :
a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang
pertanian khususnya pada tanaman bawang daun (Allium fistulosum L)
yang dilakukan di Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu.
b. Melihat dan memahami secara langsung upaya dan pengembangan
Agribisnis khususnya Agribisnis tanaman sayur dalam pokok bahasan
tanaman bawang daun(Allium fistulosum L) .
xiii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Tanaman Bawang Daun
Bawang daun diduga berasal dari benua Asia yang memiliki iklim
panas (tropis), terutama kawasan Asia Tenggara (Cina dan Jepang). Di
Indonesia budidaya bawang daun mulanya hanya terpusat di pulau Jawa (Jawa
Barat dan Jawa Timur), terutama di dataran tinggi (pegunungan) yang
berhawa sejuk (dingin), seperti Cipanas, Pacet (Cianjur), Lembang (Bandung)
dan Malang (Jawa Timur). Pada mulanya, bawang daun tumbuh secara liar.
Kemudian, secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan peradaban
manusia dibudidayakan sebagai bahan sayur (daun dan batang) dan bahan obat
(akar, batang dan daun) (Cahyono, 2005).
B. Klasifikasi Tanaman Bawang Daun
Kedudukan tanaman bawang daun dalam tatanama (sistematika)
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Division : Spermatophyta
Sub-division : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliaceae
xiv
Genus : Allium
Spesies : Allium fistulosum L.
Bawang daun masih sefamily dengan bawang merah (A. cepavar.
ascalonicum L), bawang Bombay (A. cepa L), bawang putih (A. sativum L),
bawang kucai (A. schoenoprasum L), bawang prei (A. porum L.)dan bawang
ganda (A. odorum L) (Rukmana, 1995).
C. Morfologi Tanaman Bawang Daun
Bawang daun (Allium fistulosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran
daun semusim (berumur pendek). Tanaman ini berbentuk rumput atau rumpun
dengan tinggi tanaman mencapai 60 cm atau lebih, tergantung pada
varietasnya. Bawang daun selalu menumbuhkan anakan-anakan baru sehingga
membentuk rumpun. Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting
bawang daun adalah sebagai berikut :
1. Akar
Bawang daun berakar serabut pendek yang tumbuh dan
berkembang ke semua arah dan sekitar permukaan tanah. Perakaran
bawang daun cukup dangkal, antara 8-20 cm. Perakaran bawang daun
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur,
subur, mudah menyerap air dan kedalaman tanah cukup dalam. Akar
tanaman berfungsi sebagai penopang tegaknya tanaman dan alat untuk
menyerap zat-zat hara dan air (Cahyono, 2005).
xv
2. Batang
Bawang daun memiliki dua macam batang, yaitu batang sejati dan
batang semu. Batang sejati berukuran sangat pendek, berbentuk cakram
dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Batang yang
tampak di permukaan tanah merupakan batang semu, terbentuk (tersusun)
dari pelepah-pelepah daun (kelopak daun) yang saling membungkus
dengan kelopak daun yang lebih muda sehingga kelihatan seperti batang.
Fungsi batang bawang daun, selain sebagai tempat tumbuh daun dan
organ-organ lainnya, adalah sebagai jalan untuk mengangkut zat hara
(makanan) dari akar ke daun sebagai jalan untuk menyalurkan zat-zat hasil
asimilasi ke seluruh bagian tanaman (Cahyono, 2005).
3. Daun
Bentuk daun dari bawang daun menurut Rukmana (1995)
dibedakan atas dua macam, yaitu bulat panjang di dalamnya berlubang
seperti pipa dan panjang pipih tidak berlubang. Cahyono (2005)
menambahkan ukuran panjang daun sangat bervariasi, antara 18 - 40 cm,
tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai hijau tua
dan permukaan daun halus. Daun tanaman bawang daun merupakan
bagian tanaman yang dikonsumsi (dimakan) sebagai bumbu atau penyedap
sayuran dan memilki rasa agak pedas. Daun juga berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya fotosintesis dan hasil fotosintesis tersebut digunakan
untuk pertumbuhan tanaman (Rukmana, 1995).
xvi
4. Bunga
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang
panjangnya antara 30 - 90 cm. Secara keseluruhan, bentuk bunga bawang
daun seperti payung (umbrella) dan berwarna putih. Bawang daun dapat
menyerbuk sendiri atau silang dengan bantuan serangga lalat hijau ataupun
dengan bantuan manusia, sehingga menghasilkan buah dan biji (Rukmana,
1995).
5. Biji
Biji bawang daun yang masih muda berwarna putih dan setelah tua
berwarna hitam, berukuran sangat kecil, berbentuk bulat agak pipih dan
berkeping satu. Biji bawang daun tersebut dapat digunakan sebagai bahan
perbanyakan tanaman (pembiakan) secara generatif (Cahyono, 2005).
D. Jenis Bawang Daun
Menurut Nazaruddin (1994) jenis bawang daun yang baik diusahakan
adalah sebagai berikut :
1. Bawang Prei (Allium porum L.)
Di luar negeri jenis ini dikenal sebagai leek. Jenis ini tidak berumbi
dan daunnya lebih lebar dari jenis bawang merah atau putih. Pelepahnya
panjang dan liat, bagian dalam daun pipih.
2. Bawang Kucai (Allium schoenoprasum L.)
xvii
Bawang kucai adalah jenis bawang daun yang cukup terkenal
sebagai bahan sayuran. Daunnya kecil-kecil, panjang, pipih dan berwarna
hijau tua. Daun berlubang kecil. Berbeda dengan bawang prei yang tak
berumbi, bawang kucai berumbi meskipun kecil-kecil sekali.
3. Bawang Bakung (Allium fistulosum L.)
Daunnya berbentuk bulat panjang. Berlubang seperti pipa. Kadang-
kadang berumbi juga, tetapi kecil.
E. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Daun
Syarat tumbuh tanaman bawang daun menurut Cahyono (2005) harus
memperhatikan keadaan iklim dan tanahnya, yaitu :
1. Keadaan Iklim
Keadaan iklim yang harus diperhatikan adalah suhu udara,
kelembaban udara, curah hujan dan penyinaran cahaya matahari.
a. Suhu udara
Bawang daun menghendaki suhu udara berkisar antara 190C - 240C.
Suhu udara yang melebihi batas maksimal menyebabkan proses
fotosintesis tidak dapat berjalan sempurna atau bahkan terhenti. Suhu
udara yang rendah dapat menimbulkan kematian.
b. Kelembaban udara
Kelembaban udara yang optimal bagi pertumbuhan bawang daun
berkisar antara 80% - 90%.
c. Curah hujan
xviii
Curah hujan yang cocok bagi bawang daun adalah sekitar 1.500-2.000
mm/tahun.
2. Keadaan tanah
Keadaan tanah yang harus diperhatikan adalah :
a. Sifat fisik tanah
Sifat fisik tanah yang paling baik untuk tanaman bawang daun adalah
tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organic, tata air
dan udara dalam tanah (drainase dan aerasi) baik. Di daerah produsen
bawang daun, jenis tanah yang relatif baik untuk pertumbuhan
tanaman ini adalah Andosol, Latosol, Regosol dan sebagaian kecil
pada tanah Mediteran dan Aluvial.
b. Sifat kimia tanah
Kondisi kimia tanah yang cocok untuk bawang daun adalah tanah
dengan pH 6,5 - 7,5.
c. Sifat biologis tanah
Sifat biologis tanah yang baik adalah tanah yang banyak, mengandung
bahan organic (humus), unsur-unsur hara yang berguna untuk tanaman
dan jasad renik (organisme tanah) yang menguraikan bahan organic
tanah.
d. Ketinggian tempat
Daerah dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 900 - 1.700 m
dpl sangat cocok (ideal) untuk penanaman bawang daun.
F. Teknik Budidaya Tanaman Bawang Daun
xix
1. Pengolahan Tanah
Tatacara penyiapan lahan untuk bertanam bawang daun adalah
sebagai berikut :
a. Buang rumput-rumput liar (gulma), batu kerikil ataupun sisa-sisa
tanaman ke tempat penampungan limbah di sekitar lokasi.
b. Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak sedalam 30 - 40 cm
hingga strukturnya gembur.
c. Buat parit keliling untuk pemasukan dan pembuangan air.
d. Buat bedengan-bedengan selebar 80 - 100 cm, tinggi 30 cm dan lebar
parit (antar bedengan) 25 - 30 cm.
e. Sebarkan pupuk kandang sebanyak 10 - 15 ton/ha atau pupuk organic
dengan dosis 2,5 - 3,5 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian
campurkan hingga merata (homogen) dengan tanah.
f. Ratakan permukaan bedengan dengan cangkul atau bilah bambu.
(Rukmana, 1995).
2. Pembibitan
Bawang daun bisa diperbanyak lewat biji maupun tunas anakan.
Umumnya petani Indonesia menggunakan stek tunas. Caranya dengan
memisahkan anakan dari induknya. Pilihlah induk yang sehat dan bagus
pertumbuhannya. Tetapi untuk jenis bawang daun impor bibit yang
digunakan adalah biji yang dibeli di toko pertanian. Umumnya jenis
bawang daun introduksi ini tergolong hibrida yang memang tak baik
diperbanyak dengan tunas anakan atau dari biji hasil penanaman sendiri.
xx
Kelemahan bibit asal biji adalah panen bisa lebih lama 1 bulan
daripada dengan bibit asal tunas anakan. Kebutuhan stek untuk 1 ha areal
penananaman bawang daun adalah 200.000 stek. Benih asal biji
kebutuhannya sebanyak 1,5 - 2 kg/ha. Bibit asal stek anakan bisa langsung
ditanam ke lahan. Akan tetapi, terlebih dahulu kurangi perakaran dan
potong sebagian daun untuk mengurangi penguapan. Apabila
menggunakan biji, lakukan persemaian untuk mendapatkan bibit. Caranya,
cangkul tanah persemaian sampai gembur. Tambahkan pupuk kandang
sepertiga bagian lapisan tanah. Kemudian taburkan benih secara merata,
tak perlu dalam cukup 0,5 - 1 cm dari permukaan tanah. Tutupi dengan
lapisan tanah tipis-tipis. Seminggu kemudian bibit tumbuh, biarkan hingga
memiliki 2 atau 3 helai daun, baru dipindah ke lahan (Nazaruddin, 1994).
2. Penanaman
Sebelum tanam, bibit bawang daun yang berasal dari semaian biji
segera dicabut satu persatu secara hati-hati. Sebagian akar-akar dan daun-
daunnya dipotong dengan pisau atau gunting pangkas yang tajam dan
bersih steril. Demikian pula bibit yang berasal dari rumpun induk yang
dipecah-pecah (anakan), sebagian akar-akarnya dibuang dan sepertiga
bagian tanaman ujungnya dipotong. Hal ini bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan tunas dan akar-akar baru, memperbanyak jumlah anakan dan
daun sehingga produksinya akan tinggi. Bibit bawang daun yang siap
ditanam, sebaiknya direndam dahulu dengan larutan fungisida pada
xxi
konsentrasi rendah (30% - 50%) dari dosis yang dianjurkan selama 10 - 15
menit (Rukmana,1995).
Bedengan-bedengan yang akan ditanami bawang daun dibuat
lubang tanam dengan jarak 20 x 30 cm. Selanjutnya bibit ditanam pada
lubang tanam dan akar-akarnya ditata secara menyebar. Lubang tanam
ditutup dengan tanah dan dipadatkan pelan-pelan agar tanaman dapat
berdiri tegak dan kuat. Setelah penanaman selesai, sebaiknya segera
dilakukan penyiraman lahan dengan cara digenangi air (di-leb) (Cahyono,
2005).
3. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman bawang daun tidak menuntut pemeliharaan khusus
(ekstra). Namun, untuk mendapatkan produksi yang maksimal perlu
perawatan yang intensif . Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman bawang
daun adalah sebagai berikut :
a. Penyiraman
Pengairan bawang daun cukup dilakukan seperlunya. Pengairan
yang berlebihan dapat menyebabkan busuk akar sehingga tanaman
menjadi layu dan mati. Selain itu juga akan mendorong pertumbuhan
cendawan dan bakteri yang dapat menyerang tanaman. Sebaliknya,
pengairan yang kurang juga menyebabkan pertumbuhan bawang daun
lambat, daun cepat tua dan kerontokkan bunga.
Pengairan bawang daun dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain sebagai berikut :
xxii
· Penggenangan sesaat (sistem leb), yaitu penggenangan air melalui
parit-parit hingga tanah bedengan cukup basah secara merata.
· Pengairan dengan metode sprinkle irrigation, yaitu system
pengairan dengan penyemprotan bertekanan tinggi sehingga air
terpecik seperti hujan buatan.
· Pengairan dengan metode irigasi tetes, yaitu air dialirkan melalui
slang-slang utama yang kemudian dialirkan kesetiap tanaman
melalui slang-slang sekunder.
· Pengairan dengan sistem manual, yaitu pengairan dengan
menggunakan gembor (emrat) yang berlubang halus untuk
menyiram tanaman yang masih kecil atau yang berlubang besar
untuk tanaman yang telah dewasa (Cahyono, 2005).
b. Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan rerumputan
(gulma) dan jenis tanaman lain yang mengganggu tanaman bawang
daun. Pendaringan dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara
ringan. Langkah ini bertujuan untuk menggemburkan tanah,
memperbaiki drainase, memperbaiki peredaran udara (aerasi) dan
memelihara struktur tanah agar tetap gembur (Cahyono, 2005).
Pada waktu tertentu, saat bermunculan (tumbuh) tangkai bunga
dan daun-daun tua ada yang menguning, sebaiknya dilakukan
pemotongan (pembuangan). Hal ini bertujuan untuk menjaga
kebersihan kebun atau tanaman, merangsang pertumbuhan anakan dan
xxiii
daun yang lebih banyak, sekaligus menghilangkan sarang hama atau
penyakit yang bercokol pada daun-daun bawang. Tangkai bunga dan
daun-daun tua tersebut segara dikumpulkan pada suatu tempat untuk
dikubur atau dimusnahkan (Rukmana, 1995).
c. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan merupakan pemupukan kedua setelah
pemupukan dasar yang dilakukan pada saat pengolahan tanah. Unsur
hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N),
Fosfor (P), dan Kalium (K). Nitrogen merupakan unsur hara utama
bagi pertumbuhan tanaman. Fungsi nitrogen bagi tanaman yaitu :
meningkatkan pertumbuhan tanaman; menyehatkan pertumbuhan
daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, kekurangan
N menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna kuning);
meningkatkan kadar protein dan meningkatkan berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam tanah. Kegunaan P dalam tanaman adalah
mempercepat pertumbuhan akar semai, pembungaan dan pemasakan
buah, biji atau gabah; meningkatkan produksi biji-bijian. Sedangkan
peran K yaitu pembentukan protein dan karbohidrat; meningkatkan
resistensi tanaman terhadap penyakit; mengeraskan jerami dan bagian
kayu dari tanaman dan meningkatkan kualitas biji/buah (Sutejo, 1987)
Cara pemupukannya dilakukan 2 macam yaitu cair dan padat.
Pemupukan cair diberikan saat tanah dalam keadaan kering (musim
kemarau), caranya yaitu dengan melarutkan pupuk kasar kedalam air
xxiv
dan disiramkan pada tanaman, ini dilakukan supaya kandungan pupuk
cepat terserap oleh akar. Adapun pemupukan padat dilakukan dengan
cara memberikan langsung pada tanaman. Cara pemupukan ini
memakai system round (melingkar) dan diberikan pada saat musim
hujan. Setelah pupuk disebar, lalu ditutup dengan tanah agar pupuk
tersebut tidak cepat menguap. Dan sesuai kegiatan pemupukan segera
dilakukan penyiraman (pengairan) agar pupuk tersebut larut dengan air
tanah sehingga dapat cepat dimanfaatkan oleh tanaman (Rukmana,
1995).
4. Pengendalian Hama dan Penyakit Bawang Daun
Hama dan penyakit yang menyerang bawang daun dapat merusak
seluruh bagian tanaman. Kerugian yang diakibatkannya antara lain
penurunan hasil panen, penurunan kualitas daun, peningkatan biaya
produksi dan pada akhirnya penurunan pendapatan usaha tani. Oleh karena
itu, pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan dengan baik dan
sedini mungkin agar serangan hama dan penyakit dapat ditekan sekecil
mungkin. Dengan demikian, kerusakan yang terjadi tidak melampaui batas
ambang ekonomi (tidak menimbulkan kerugian terlalu besar) (Cahyono,
2005).
Pelaksanaan proteksi tanaman terhadap hama dan penyakit ini
dapat menerapkan system pengendalian secara terpadu, yaitu :
· Pengendalian secara kultur teknik, merupakan usaha pengendalian
yang bersifat pencegahan (preventif), yakni dilakukan agar populasi
xxv
organisme pengganggu tanaman (OPT) tidak meningkat sampai
melebihi Ambang Kendali (AK).
· Pengendalian mekanik pada dasarnya adalah untuk mematikan OPT
secara langsung, baik dengan tangan atau bantuan alat maupun bahan
lain.
· Pengendalian secara biologi (hayati) adalah cara pengendalian dengan
menggunakan musuh-musuh alami seperti parasit, predator atau
pathogen.
· Pengendalian secara kimiawi adalah dengan menggunakan senyawa-
senyawa kimia atau disebut pestisida yang disemprotkan pada tanaman
(Rukmana, 1995).
Hama yang sering menyerang tanaman bawang daun adalah ulat
tanah (Agrotis ipsilon Hfn.), ulat daun (Spodoptera axiqua Hbn.) dan kutu
bawang (Thrips tabaci Lind.). Ulat tanah biasanya merusak dengan cara
memotong bagian dasar tanaman yang dilakukan pada malam hari. Hidup
di bawah atau dekat permukaan tanah dan berwarna hitam, kelabu suram
atau cokelat. Nama umum ulat daun adalah ulat grayak atau sering disebut
ulat tentara. Serangga ini merusak saat stadia ulat, yaitu memakan daun,
sehingga menjadi berlubang. Cara penyerangannya menggerombol. Kutu
bawang mengisap cairan tanaman, baik pada daun maupun pada bagian
tanaman yang lain. Daun yang terisap akan berubah warna menjadi kuning
dan akhirnya berwarna keperak-perakan atau cokelat dan mengerut atau
mengeriting, selanjutnya daun menjadi layu (Sudarmo, 1991).
xxvi
Penyakit yang sering ditemukan pada tanaman bawang daun adalah
sebagai berikut : busuk leher batang yang disebabkan jamur Botrys allii
Munn, layu fusarium yang disebabkan jamur Fusarium sp., bercak ungu di
sebabkan Alternaria porri (Ell. Cif.), antraknosa disebabkan jamur
Collectotrichum gloeosporioides Penz., dan busuk daun disebabkan jamur
Peronospora destructor (Berk.) Casp. (Semangun, 1989).
5. Panen
Ciri-ciri tanaman bawang daun sudah saatnya panen adalah sebagai
berikut :
a. Umurnya cukup tua, yaitu 2,5 bulan setelah tanam untuk tanaman yang
bibitnya berasal dari anakan, sedangkan 5 bulan bila bibitnya berasal
dari semaian biji (dihitung dari semai biji).
b. Jumlah anakan per rumpun telah maksimal (banyak).
c. Beberapa helai daun bawah mulai menguning atau mengering.
d. Garis tengah (diameter) batang telah mencapai maksimal sesuai
dengan varietasnya (Rukmana, 1995).
Waktu pemanenan bawang daun yang baik adalah pada pagi atau
sore hari dan pada saat cuaca cerah (tidak mendung atau hujan). Waktu
pemanenan yang tepat akan menghasilkan kualitas bawang daun yang
baik, misalnya tidak layu, ukuran diameter batang optimal, kandungan
nutrisi optimal dan sebagainya. Pemanenan yang dilakukan pada siang hari
akan menghasilkan bawang daun yang kurang segar, sedikit layu,
xxvii
kandungan nutrisinya rendah, daya simpan pendek, cepat rusak,
menguning dan membusuk (Cahyono, 1995).
xxviii
BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di Kebun
Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu, yang beralamat di Jl. Lawu No. 32
Tawangmangu, Karanganyar 57792. KBH Tawangmangu terletak pada
ketinggian 1100 m dpl. Adapun pelaksanaan magang ini kurang lebih satu
bulan, yaitu dari tanggal 09 Februari – 09 Maret 2009.
B. Metodologi
Pada Praktek Kerja Magang (PKM) ini metode yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Praktek Kerja Magang Di Lapang
Praktek kerja magang secara langsung dilakukan dengan mengikuti
kegiatan budi daya tanaman bawang daun (Allium fistulosum L.). Selain
itu juga mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di KBH
Tawangmangu.
2. Diskusi dan Wawancara
Metode diskusi dan wawancara yang dilakukan dalam kegiatan
PKM ini meliputi:
a. Melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau pihak yang
terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
budidaya tanaman bawang daun.
xxix
b. Identifikasi masalah dan mencari pemecahannya kemudian
didiskusikan dengan pembimbing lapangan atau pihak yang terkait
kemudian dibandingkan dengan kondisi yang ada di lapang.
3. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan secara rutin selama berlangsungnya
kegiatan PKM. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang
sudah diperoleh yang akan dipergunakan sebagai perlengkapan atau
lampiran dalam penyusunan laporan praktek kerja magang.
4. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia
yang berhubungan dengan kegiatan praktek magang. Data tersebut berupa
internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan
relevan.
xxx
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi
1. Sejarah Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu
KBH Tawangmangu berdiri sejak zaman penjajahan Belanda pada
tahun 1927. KBH Tawangmangu ini merupakan kebun yang berada di
dataran tinggi yang membudidayakan berbagai jenis tanaman sayuran,
berbagai jenis tanaman hias, serta mengusahakan bibit tanaman jeruk
keprok Tawangmangu bersertifikat.
Kebun tersebut pada mulanya merupakan milik Mangkunegaran
yang diurusi oleh pegawai Mangkunegaran dengan nama kebun
“Kismo Usaha “. Setelah Indonesia merdeka, nama kebun tersebut diganti
menjadi “Jawatan Usaha Tani“ yang dikelola oleh Mangkunegaran.
Beberapa tahun kemudian KBH Tawangmangu ini mengalami
perkembangan status tanah kebun, selanjutnya diambil oleh Pemerintah
Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan nama Perusahaan Daerah
(Perusda), dalam hal ini penguasaannya ditangani oleh PPT (Perusahaan
Pariwisata Tawangmangu).
Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) hanya mempunyai
wewenang hak pakai saja, yaitu dengan jalan menyewa. Hal ini dirasakan
terlalu berat oleh DPTP yang mengusahakan tanaman padi dan tanaman
hortikultura, karena iklim yang tidak mendukung sehingga tanaman padi
xxxi
Pimpinan KBH Tawangmangu
· Bapak Tri Jumanto, SP.
Pekerja Harian
· Mbah Radji. · Pak Purwanto.
Seksi Tan. Sayuran
· Pak Pardjo. · Pak Sardjono.
Seksi Tan. Kentang
· Pak Slamet S., A. Md.
Seksi Tan. Hias
· Pak Pardi.
Se ksi Tan. Jeruk
· Pak Slamet S. A. Md
Gambar 1. Struktur organisasi KBH Tawangmangu
tidak dapat diusahakan di KBH Tawangmangu, sehingga DPTP berusaha
mengelola kebun dengan hak milik sendiri. Akhirnya pada tanggal
10 September 1987, KBH Tawangmangu berhasil untuk disertifikatkkan
dengan nomor sertifikat 318/Twn/1987 yang langsung dikelola oleh DPTP
wilayah Surakarta.
Setelah mengalami perkembangan dari tahun ketahun, KBH
Tawangmangu banyak menghasilkan bibit-bibit yang dibutuhkan oleh
masyarakat baik dari komoditi sayuran (kentang), tanaman hias
(anggrek, berbagai macam anthurium, dan masih banyak lagi), hingga
buah-buahan (jeruk, pisang, kelengkeng, durian, dan advokat).
2. Struktur Organisasi
Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu langsung di
bawah DPTP Kodya Dati II Surakarta. Stuktur organiasasi di KBH
Tamangmangu menggunakan sistem garis lurus dengan pembagian tugas
dan pertanggung jawaban yang jelas. Struktur organisasi di KBH
Tamangmangu adalah sebagai berikut :
xxxii
Dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh Dinas
Pertanian Jawa Tengah, terdapat koordinasi yang cukup baik. Tugas
mereka masing-masing antara lain :
a. Pimpinan Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu
Pengawasan langsung kebun maupun yang mengelola kantor
sebagai atasan dilakukan oleh Bapak Tri Jumanto, SP. Selaku
pimpinan KBH Tamangmangu, mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memberikan bimbingan kepada pegawai dan karyawan apa yang
harus dikerjakan.
2) Mengawasi langsung di lapangan dan meneliti hasil kerja
karyawan.
3) Mengurusi bidang administrasi di KBH Tawangmangu, mengenai
daftar infentaris barang, obat dan pupuk, buku tamu, buku agenda
surat keluar dan surat masuk, serta daftar gaji pegawai.
4) Membuat laporan pertanggung jawaban kepada Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah.
b. Seksi Tanaman Sayuran
Di KBH Tamangmangu ini bagian tanaman sayuran dijabat
oleh 2 orang yaitu Bapak Pardjo dan Bapak Sardjono. Tugas dari seksi
tanaman sayuran adalah sebagai berikut :
1) Mengadakan pengadaan benih, pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, serta
pemanenan.
xxxiii
2) Memberikan masukan kepada pimpinan tentang sayuran yang
cocok pada setiap musim.
3) Bertangung jawab atas hasil yang dicapai pada tanaman sayuran
tersebut.
c. Seksi Tanaman Kentang
Tanaman kentang merupakan tanaman yang membutuhkan
perawatan yang cukup sulit, sehingga walaupun digolongkan tanaman
sayuran, dibutuhkan orang-orang yang benar-benar mengerti dalam hal
budi daya tanaman kentang, selain itu juga tanaman kentang di
KBH Tamangmangu ini digunakan sebagai pembuatan benih kentang
bersertifikat dan juga digunakan untuk konsumsi. Seksi tanaman
kentang dijabat oleh Bapak Slamet Suharso, A. Md. Adapun tugas-
tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Membudidayakan benih tanaman kentang bersertifikat dan
konsumsi.
2) Menangani pasca panen benih kentang.
3) Sortasi benih kentang.
4) Bertanggung jawab atas keberhasilan pembuatan benih kentang
bersertifikat.
d. Seksi Tanaman Buah
KBH Tamangmangu hanya mengusahakan mata entres
tanaman jeruk dan pembuatan bibit jeruk keprok Tawangmangu
bersertifikat untuk disalurkan kepada para petani. Seksi tanaman jeruk
xxxiv
ini dijabat oleh Bapak Slamet Suharso, A. Md. Adapun tugas-tugasnya
adalah sebagai berikut :
1) Merawat induk tanaman jeruk keprok Tawangmangu yang akan
digunakan sebagai mata entres.
2) Membuat bedengan tempat penanaman batang bawah tanaman
jeruk.
3) Mengokulasi tanaman jeruk untuk menghasilkan bibit yang bagus.
4) Merawat bibit tanaman di lahan dengan melakukan pemupukan,
serta mengendalikan hama dan penyakit.
5) Memasang label pada bibit jeruk keprok Tawangmangu.
6) Bertangung jawab atas keberhasilan bibit tanaman jeruk keprok
Tawangmangu maupun induknya.
e. Seksi Tanaman Hias
Tanaman hias di KBH Tamangmangu sangat banyak sekali,
selain sebagai koleksi juga untuk dijual, karena daerah Tawangmangu
merupakan salah satu pusat tanaman hias yang ada di Jawa Tengah.
Bidang tanaman hias ini ditangani oleh Bapak Pardi, adapun
tugas-tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Membudidayakan tanaman hias.
2) Memelihara dan memupuk tanamana hias.
3) Merawat taman.
4) Bertangung jawab atas tanaman hias yang dibudidayakan.
xxxv
3. Kondisi Wilayah
Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu terletak di
sebelah timur kota Karangannyar, tepatnya ± 1 km sebelah timur Terminal
Bus Tawangmangu yang mempunyai area seluas 3,3 Ha. Secara geografis
KBH Tawangmangu dibatasi oleh 4 desa yaitu: sebelah utara dengan
Dukuh Karang Sari, sebelah selatan dengan Dukuh Bener, sebelah timur
dengan Dukuh Beji, dan sebelah barat dengan Karang Kulon.
KBH Tawangmangu terletak pada ketinggian 1100 m dpl. Dengan
keadaan suhu pada waktu pagi 190 C - 220 C, siang 220 C - 240 C, dan sore
hari 220 C sedangkan malam hari 170 C - 210 C. Kelembapan rata-rata
70 – 80 %, dengan banyaknya intensitas penyinaran 5 - 8 jam/hari. Curah
hujan rata-rata 3200 mm/tahun.
Jenis tanah di KBH Tawangmangu ini adalah tanah andosol.
Dimana tanah di Tawangmangu ini stuktur atasnya menggumpal, tekstur
lempung berat, tanahnya gembur, daya ikat tanah terhadap air tinggi,
bahan organik di dalam tanah tidak cepat tercuci oleh air, dan
pH tanah 5,82.
4. Fungsi Kebun
Kebun Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu tempat penyedia benih kentang dan bibit jeruk
keprok Tawangmangu bersertifikat untuk daerah Jawa Tengah.
b. Sebagai lahan percontohan bagi para petani di sekitarnya.
xxxvi
c. Sebagi tempat informasi teknologi baru dari Dinas Pertanian untuk
para petani.
d. Sebagai penghasil tanaman sayuran dan tanaman hias untuk
masyarakat.
5. Pengelolaan Kebun
Ada beberapa kegiatan pengelolaan yang dilakukan di Kebun
Benih Hortikultura (KBH) Tawangmangu ini, adapun pengelolaannya
mencakup 3 hal yaitu :
a. Pengelolaan Lahan
KBH Tamangmangu mempunyai areal keseluruhan lahan
seluas 3,3 Ha. Kebun tersebut terbagi menjadi: 2,0 Ha untuk budidaya
tanaman sayuran; 0,3 Ha untuk budidaya tanaman hias; 0,2 Ha untuk
pembibitan jeruk keprok Tawangmangu bersertifikat; dan 0,8 Ha untuk
bangunan seperti: rumah dinas, gudang bawang putih dan bawang
merah, gudang kentang, screen house, green house, vila dinas, jalan,
kolam, dan taman.
b. Pengelolaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja di KBH Tamangmangu merupakan pegawai
negeri sipil yang digaji oleh pemerintah, diluar itu ada juga tenaga
kerja honorer dimana honor yang diperoleh dibayar oleh Dinas
Pertanian dan yang terakhir adalah tenaga kerja harian yang dibayar
langsung oleh pimpinan, diambilkan dari hasil eksploitasi kebun.
Tenaga kerja harian bertugas membantu para pegawai dalam
xxxvii
membudidayakan berbagai macam tanaman pada umumnya, dan
tanaman sayuran pada khususnya. Jumlah tenaga kerja di KBH
Tawangmangu ini ada 7 orang dengan rincian sebagai berikut :
1) Seksi tanaman hias : 1 orang.
2) Seksi tanaman sayuran : 2 orang.
3) Seksi tanaman jeruk : 1 orang.
4) Seksi tanaman kentang : 1 orang.
5) Tenaga kerja harian : 2 orang.
c. Pengelolaan Dana
Dana yang diterima oleh KBH Tamangmangu, sebelum
digunakan harus dibuat laporan Rencana Operasional Proyek (ROP)
terlebih dahulu, kemudian baru disyahkan oleh koordinator Unit
Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) wilayah Surakarta, sehingga dana
tersebut benar-benar terkontrol oleh atasan. Isi laporan ROP tersebut
digunakan untuk kegiatan penanaman dan beberapa dana sesuai
dengan kondisi iklim (musim tanamnya) dan berapa lama target yang
harus dicapai untuk mengembalikan dana tersebut dan baru kemudian
kebutuhan dari masing-masing kegiatan penanaman dirinci. Dana
tersebut berasal dari anggaran APBD dan anggaran APBN. Anggaran
rutin bersifat tetap yang berarti setiap tahun mendapatkan bagian uang
kerja yang besarnya sudah ditetapkan oleh kantor cabang Dinas
Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) wilayah Surakarta. Sedangkan
anggaran APBD dan APBN bersifat tidak tetap dan artinya tidak tentu
xxxviii
tiap bulan anggaran itu ada. Dana untuk memperoleh anggaran rutin
dengan cara pimpinan kebun harus membuat ROP dan dana anggaran
rutin tersebut dipergunakan sebagai dana pengelolaan tanaman
sayuran, tanaman hias, dan tanaman buah-buahan.
Dana yang dikeluarkan oleh APBD Tingkat I harus
dikembalikan oleh KBH Tawangmangu setelah panen, yaitu sebesar
25 % dari keuntungan yang diperoleh. Bila terjadi kegagalan karena
serangan hama, penyakit, dan perubahan iklim yang tidak mendukung
maka harus membuat proses verbal laporan kegagalan. Apabila
kegagalan tersebut karena kesalahan teknis maka dalam hal ini
merupakan tanggung jawab pimpinan kebun.
B. Hasil Kegiatan dan Pembahasan
Teknik budidaya tanaman bawang daun meliputi tahapan: pengolahan
tanah, pengadaan benih, penanaman, pemeliharaan tanaman, pengendalian
hama dan penyakit, serta pemanenan.
1. Pengolahan Tanah
Penyiapan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan
yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil. Lahan
yang telah memadat dan keras harus diolah kembali, agar menjadi tanah
yang lebih halus sehingga berstruktur remah. Lahan juga harus dibersihkan
dari semak belukar, rumput-rumput, gulma dan sisa-sisa tanaman lain.
xxxix
Dengan demikian akan tercipta kondisi lahan yang dapat menjamin
pertumbuhan tanaman.
Tatacara pengolahan tanah untuk tanaman bawang daun yang biasa
dipakai di KBH Tawangmangu, yaitu :
a. Mengumpulkan rumput ke satu sisi sekaligus membersihkan lahan dari
bahan-bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman seperti
bongkahan gamping, batu-batuan, gulma dan sisa-sisa tanaman
lainnya.
b. Membuat lubang pada sisi yang lain dengan cara mencangkul tanah
sedalam 40 – 50 cm.
c. Memasukkan rumput pada lubang yang telah dibuat dan ditutup tanah
tipis, lalu pupuk kandang dan ditutup tanah tipis dan ditambah dengan
pupuk TSP dan ponska kemudian ditutup dengan tanah. Pupuk ini
sebagai pupuk dasar bawang daun.
d. Membuat lubang pada sisi lainnya lalu masukkan rumput ditutup tanah
tipis, pupuk kandang ditutup tanah tipis dan pupuk TSP dan ponska
lalu ditutup tanah.
e. Menaikkan tanah yang ada pada selokan atau saluran air (parit) dengan
menggunakan alat bantu cangkul, sehingga bedengan lurus dan
diratakan.
f. Menggemburkan tanah di bawah bedengan dan di tepi bedengan yang
tidak terolah kemudian diratakan.
xl
g. Menaikkan sisa tanah yang ada pada selokan, sisa-sisa tanah ini
diberikan pada bedengan yang kurang halus atau kurang banyak , rapi
dan rata.
Rumput yang dimasukan ke dalam lubang berfungsi sebagai pupuk
organik serta dapat menjamin porositas tanah. Sehingga rumput ini nanti
selain sebagai pupuk bagi tanaman juga berfungsi sebagai penggembur
tanah. Bedengan dibuat dengan lebar ± 100 cm, karena dengan bedengan
selebar ini maka proses penyiangan menjadi tidak terlalu sulit. Bila terlalu
lebar maka proses penyiangan akan sulit dilakukan dan bila terlalu sempit
(kurang dari 100 cm) maka akan memperbanyak jumlah selokan sehingga
akan mengurangi luas lahan penanaman. Tinggi bedengan 25 - 30 cm,
apabila di musim penghujan bedengan dibuat agak tinggi untuk mengatasi
longsor pada saat hujan turun.
2. Pengadaan Bibit
Di KBH Tawangmangu, perbanyakan bibit bawang daun dilakukan
secara vegetatif yaitu dengan menggunakan anakan-anakannya (rumpun
induk yang dipisah-pisah/dipecah-pecah). Yang dicabut/diambil dari lahan
tumpang sari antara tanaman bawang daun dan tanaman wortel karena
lebih efisien, hemat lahan, tenaga dan lainnya.
Perbanyakan bawang daun di KBH Tawangmangu dengan
anakan/secara vegetatif dilakukan dengan cara:
a. Rumpun bawang daun yang hendak dijadikan bibit dipilih yang sudah
cukup tua, yaitu telah berumur 2,5 bulan dan pertumbuhannya baik.
xli
b. Rumpun bawang daun yang telah dipilih dibongkar/dicabut bersama
akar dan tanahnya.
c. Rumpun tanaman yang telah dicabut dibersihkan dan sebagian akar
dan daunnya yang telah tua dibuang.
d. Anakan bawang daun dipecah-pecah menjadi beberapa bagian, setiap
bagian terdiri atas 1-3 anakan sebagai calon bibit dan sebagian
daunnya dibuang.
e. Selanjutnya, bibit bawang daun berupa anakan tersebut dapat langsung
ditanam di kebun/disimpan di tempat yang teduh dan lembab. Daya
simpan bibit anakan adalah 5-7 hari.
Rumpun bawang daun yang hendak dijadikan bibit bawang daun
sebaiknya dipilih yang mudah beranak, batangnya kekar, daunnya besar
dan tebal. Untuk mencabut rumpun bawang daun dapat dilakukan dengan
tangan atau alat bantu, biasanya alat bantu ini seperti cangkul atau kored.
Bibit bawang daun yang akan ditanam dipotong sebagian akar dan
daunnya, hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan air dan untuk
merangsang pertumbuhan tunas baru serta perakarannya.
3. Penanaman
Bibit yang akan ditanam berasal dari anakan yang telah dipilih.
Bibit yang akan ditanam tadi dibersihkan dengan cara sebagian akarnya
dipotong, agar tidak sulit dalam penanamannya dan pembentukan akar
yang baru lebih cepat. Lalu batang sampai akar dicelupkan pada larutan
yang mengandung atonik dan metalik (pupuk daun yang mengandung
xlii
unsure hara makro, mikro dan zat perangsang tumbuh) dengan dosis atonik
2 ml dan metalik 1 ml. Pencelupan dilakukan selama 10-15 menit. Manfaat
dari pencelupan ini agar akar dapat terbentuk cepat dan untuk kekebalan
tanaman.
Kedalaman tanah untuk bawang daun 10 cm dan jarak tanamnya
25 x 30 cm. Tata cara penanamannya adalah tanah ditugal terlebih dahulu
lalu membenamkan 1 - 3 bibit bawang daun pada lubang tanam dengan
posisi tegak berdiri. Kemudian tanah disekitar bibit dipadatkan pelan-pelan
agar tanaman dapat berdiri kuat dan tegak, serta perakarannya dapat
kontak langsung dengan air tanah. Setelah penanaman selesai, sebaiknya
segera dilakukan penyiraman lahan dengan cara digenangi air (dileb).
Penanaman bawang daun sebaiknya dilakukan pada sore hari, karena pada
saat itu suhu udara dan penguapan air (respirasi) tidak terlalu tinggi, selain
itu agar bibit sudah kuat pada saat terkena terik matahari pada pagi
harinya. Dengan demikian bibit dapat tumbuh dengan baik.
4. Pemeliharaan Tanaman
Bibit bawang daun yang telah ditanam di kebun perlu dipelihara
lebih lanjut agar pertumbuhannya tetap baik. Kegiatan pemeliharaan
bawang daun di KBH Tawangmangu meliputi penyiraman, penyiangan,
pembubunan dan pemupukan susulan.
a. Penyiraman
xliii
Pada stadium awal pertumbuhan, bibit bawang daun perlu
mendapatkan air tanah yang cukup. Oleh karena itu, penyiraman
(pengairan) perlu dilakukan secara rutin satu sampai dua kali sehari,
atau tergantung cuaca dan keadaan tanah. Sewaktu melakukan
pengairan, keadaan tanah tidak boleh terlalu basah (becek), karena
dapat menyebabkan busuknya akar tanaman.
Pengairan berikutnya secara berangsur-angsur dikurangi, yakni
3 - 5 hari sekali atau tergantung kering tidaknya keadaan tanah.
Kegiatan pengairan ini sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
b. Penyiangan dan pembubunan
Selama pertumbuhan tanaman bawang daun di kebun, biasanya
ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma) yang dapat bersaing dalam hal
kebutuhan air, unsur hara, sinar matahari dan lain-lain. Selain itu
penyiangan dilakukan pada daun-daun yang berwarna kuning. Oleh
karena itu, gulma-gulma tersebut perlu disiangi, baik yang tumbuh
pada bedengan-bedengan maupun dalam parit antar bedengan.
Kegiatan penyiangan gulma minimal dilakukan dua kali, yaitu
pada waktu tanam berumur 3-4 minggu, dan diulang ketika berumur 6
minggu setelah tanam. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut
(membersihkan) gulma dengan tangan atau menggunakan cangkul
secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman bawang daun
dan pada daun-daun yang kuning dicabut dari atas ke bawah. Gulma
yang tumbuh dalam parit antar bedengan dibersihkan dan diangkut ke
xliv
tempat penampungan sisa-sisa tanaman. Sambil menyiang dilakukan
pula penggemburan tanah ala kadarnya secara hati-hati.
c. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan merupakan pemupukan kedua setelah
pemupukan dasar yang dilakukan pada saat pengolahan tanah.
Pemupukan susulan bertujuan untuk memberi tambahan zat makanan
(hara) pada tanaman yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan
tanaman.
Pada KBH Tawangmangu pemupukan susulan pada tanaman
bawang daun dilakukan 3 kali yaitu : 2 minggu setelah tanam, 1 bulan
setelah tanam dan 1,5 bulan setelah tanam. Aplikasi pupuk urea
dengan cara pupuk disebar langsung pada lahan. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk KNO dan NPK Hitam (Mas Hitam) dengan
perbandingan 1:4.
Pemupukan pada umur 2 MST dilakukan dengan cara
ditaburkan secara merata di atas permukaan tanah. Dosis yang
digunakan NPK 12 kg dan KNO3 3 kg. Setelah itu pada umur 1 bulan
pemupukan dilakukan dengan cara menugal tanah disebelah kanan
atau kiri tanaman. Lalu pupuk dimasukkan pada tugal tersebut,
kemudian ditutup dengan tanah. Dosis yang digunakan NPK 16 kg dan
KNO3 4 kg. Pada umur 1,5 bulan pemupukan dilakukan sama seperti
umur 1 bulan. Dosis yang digunakan NPK 20 kg dan KNO3 5 kg.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
xlv
Pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman
merupakan kegiatan yang penting, karena dapat menurunkan hasil
produksi tanaman bawang daun.
Pengendalian hama pada KBH Tawangmangu menggunakan 2 cara
yaitu, secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik
dilakukan dengan cara langsung membunuh hama yang ditemukan di
lahan. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan cara penyemprotan
insektisida dengan Curacron. Konsentrasi untuk penggunaan Curacron
setiap kali penyemprotan adalah 1,5 - 2 ml/l. Setiap kali penyemprotan
ditambah pupuk daun atonik 2 ml/l dan metalik 1 ml/l. Aplikasi
pemakaiannya dicampur dengan perekat APSA dengan dosis 0,25 - 0,5
ml/l. Perekat ini bertujuan agar insektisida dan fungisida tidak terbawa air
pada waktu hujan. Jenis hama yang biasa ditemukan di KBH
Tawangmangu adalah sebagai berikut :
a. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hfn.)
Tubuh ulat tanah berwarna cokelat tua kehitam-hitaman dan
bagian perutnya berwarna lebih muda. Tubuh ulat ini beruas-ruas,
lunak, liat dan berukuran panjang sekitar 5 cm. Telur kupu-kupu ini
berwarna putih dan berbentuk bulat, diletakkan di atas tanah. Ciri-ciri
lainnya adalah pada kedua sisi badannya terdapat garis berwarna
cokelat. Ulat tanah ini hidup di dalam tanah dan pada malam atau sore
hari aktif menyerang tanaman.
xlvi
Ulat tanah menyerang tanaman muda yang berumur antara 1 -
30 hari. Bagian yang diserang adalah daun dan pucuk tanaman. Gejala
serangannya berupa tanaman bawang daun yang terserang tampak
terkulai karena pucuk-pucuknya dipotong pada bagian pangkalnya.
Pada serangan yang berat dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
bawang daun terhambat sekalipun mampu bertunas kembali.
b. Ulat Daun (Spodoptera exiqua Hbn.)
Ulat daun yang menyerang bawang daun juga dikenal dengan
sebutan ulat grayak (Spodoptera spp.) Ulat ini berbentuk bulat panjang
dengan ukuran panjang tubuh sekitar 2,5 cm. Kupu-kupu (ngengat)
ulat daun berwarna kelabu dan sayap depan berbintik-bintik kuning.
Kupu-kupu bertelur di permukaan daun bawang atau pada gulma yang
tumbuh di sekitar kebun.
Ulat daun sangat berbahaya bagi tanaman bawang-bawangan,
karena serangannya memiliki daya rusak sangat tinggi dan
perkembangannya sangat cepat. Kumpulan ulat yang masih kecil akan
membuat lubang pada daun, kemudian masuk ke dalam daun dan
merusak (memakan) daging daun sebelah dalam. Daun bawang yang
diserang bercak-bercak putih memanjang seperti membrane. Lambat
laun daun akan menjadi layu, berlubang dan dakat lubangan tersebut
ada kotoran ulat. Pada tingkat serangan yang berat menyebabkan daun-
daun rusak, sehingga menurunkan kualitas hasil panen atau tidak laku
dijual.
xlvii
c. Kutu Bawang (Thrips tabaci Lind.)
Nama lain dari kutu ini adalah kutu loncat (Sunda) dan kemerki
(Jawa). Kutu thrips tabaci dewasa berukuran 1 mm, berwarna kuning
kecokelat-cokelatan, cokelat atau hitam. Trips jantan tidak bersayap,
sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan
berumbai-rumbai. Hama ini berkembangbiak secara parthenogenesis,
yaitu menghasilkan telur tanpa melalui perkawinan
Hama ini meletakkan telur secara terpisah-pisah pada jaringan
tanaman atau daun bagian bawah. Telur berbentuk oval (lonjong) dan
berwarna putih. Penyebaran ke tanaman lain berlangsung sangat cepat
dengan bantuan angin. Hama ini akan menyerang hebat bila didukung
oleh kondisi suhu udara tinggi (di atas suhu normal) dan kelembaban
udara diatas 70%. Bila keadaan suhu udara dingin sekali, hama ini
akan menghilang dengan sendirinya. Gejala serangannya ditandai
dengan adanya daun yang berwarna putih berkilat seperti perak. Pada
serangan yang berat, daun bawang seluruhnya berwarna putih.
Pengendalian penyakit pada bawang daun dilakukan dengan
melakukan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 1,5
- 2 gr/l. setiap penyrmprotan ditambahkan pupuk daun atonik 2 ml/l dan
metalik 1 ml/l. Aplikasi pemakaiannya dicampur dengan perekat APSA
dengan dosis 0,25 - 0,5 ml/l. Jenis penyakit yang biasa ditemukan di KBH
Tawangmangu adalah sebagai berikut :
a. Busuk Leher Batang
xlviii
Penyebab penyakit busuk leher batang adalah cendawan
Botrytis allii Munn. Spora cendawan ini berwarna abu-abu. Keadaan
lingkungan yang mendukung perkembangan cendawan ini adalah
tempat yang becek dan lembab.
Bawang daun yang diserang oleh cendawan Botrytis allii
Munn. menampakkan gejala-gejala : leher batang atau pangkal batang
menjadi lunak dan berwarna abu-abu, kebasahan dan akhirnya
membusuk. Serangan ini mengakibatkan pengangkutan zat hara dan air
ke daun terganggu sehingga tanaman menjadi layu.
b. Layu Fusarium
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Fusarium sp.
Cendawan ini hidup dalam tanah dan menginfeksi tanaman melalui
akar yang terluka karena peralatan pertanian atau karena serangan
nematoda (cacing tanah). Setelah menginfeksi akar, cendawan ini akan
menjalar ke batang dan menetap pada berkas pembuluh pengangkutan
serta merusak jaringan pembuluh pengangkutan.
Bawang daun yang diserang penyakit layu fusarium
menampakkan gejala-gejala : pada mulanya daun menguning dan
selanjutnya daun-daun layu. Kelayuan pada tanaman terjadi secara
mendadak dan bersifat tetap (tidak dapat sehat kembali).
c. Bercak Ungu
Penyebab penyakit bercak ungu adalah cendawan Alternaria
porri (Ell.cif.) yang dapat bertahan dari musim kemusim pada sisa
xlix
tanaman dan disebarkan dengan bantuan angina. Serangan penyakit ini
mudah berjangkit pada pertanaman bawang daun yang dipupuk tidak
berimbang, kurang air (pengairan) terutama di musim kemarau.
Gejala serangan penyakit ini adalah mula-mula terdapat bercak-
bercak kecil, melekuk, berwarna putih sampai kelabu. Kemudian
bercak tersebut membesar dan warnanya menjadi agak keungu-
unguan. Tetapi daun yang terserang menjadi berwarna kemerah-
merahan atau keungu-unguan yang dikelilingi warna kuning. Lambat
laun ujung daun menguning. Serangan yang berat dapat menyebabkan
pembusukan pada pangkal batang atau leher akar yang ditandai dengan
warna kuning sampai merah kecokelat-cokelatan.
d. Antraknosa
Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan
Collectotrichum gloeosporioides Penz. Serangan penyakit antraknosa
pada bawang daun menyebabkan pangkal daun mengecil dan tanaman
mati sehingga penyakit ini sering disebut penyakit otomatis atau
smudge. Tanda-tanda bawang daun yang diserang penyakit ini adalah
daun-daun bagian bawah rebah, pangkal daun mengecil, berwarna
gelap dan tanaman mati secara mendadak.
e. Busuk Daun
l
Penyebab penyakit yang juga disebut “embun tepung” ini
adalah cendawan Peronospora destructor (Berk.) Casp. Cendawan ini
cepat berkembang pada musim hujan dan pada kondisi lingkungan
yang lembab dan suhu malam hari yang rendah. Tanda-tanda bawang
daun yang diserang penyakit ini adalah tampak bercak-bercak hitam
pucat pada daun, terutama pada ujung-ujung daun yang kemudian
berubah warna menjadi putih lembayung atau ungu. Pada serangan
yang berat, daun akan menguning, layu, mongering dan akhirnya mati.
Daun yang telah mati ditandai dengan warna putih dan diliputi oleh
bulu-bulu berwarna hitam.
Penyakit yang paling banyak ditemui adalah layu fusarium dan
antraknosa. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mencabut
langsung tanaman yang terkena penyakit. Apabila penyakit telah parah dan
sulit dikendalikan maka dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman
yang bukan famili Liliaceae.
6. Panen
Pemanenan bawang daun dilakukan pada umur 2,5 bulan. Ciri-ciri
tanaman bawang daun yang siap panen adalah jumlah anakan per rumpun
telah banyak dan beberapa helai daun bawah mulai menguning atau
mengering.
Cara panen bawang daun adalah dengan cara mencabut seluruh
rumpun tanaman. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati agar
seluruh rumpun dan daun tidak ada yang patah atau rusak. Bawang daun
li
yang telah dipanen segera dikumpulkan pada tempat yang teduh agar tidak
terkena sinar matahari secara langsung. Pemanenan dilakukan pada pagi
hari.
Pada musim hujan, hasil panen bawang daun lebih sedikit
dibandingkan musim kamarau. Namun harga jual bawang daun cenderung
naik karena pasokannya pada musim hujan berkurang.
Tabel 1.1 Analisa Usaha Tani Bawang Daun Skala 1000 m2.
No Uraian Volume Satuan (Rp) Jumlah
1
Pengeluaran
A.Biaya Operasional
1. Sewa Lahan
2. Bibit
3. Pupuk
Ponska
TSP/SP 36
-Kandang
-Mas Hitam
-KNO3
4. Pestisida
-Curacron
-Dithane M-45
-Atonik
-Metalik
450 kg
40 kg
30 kg
1 ton
48 kg
12 kg
1 l
2 kg
200 ml
100 ml
2500
2.000
2.500
170.000
9.000
11.000
350.000
1.125000
80.000
75.000
170.000
432.000
132.000
86.000
120.000
10.000
12.500
lii
2
3
-Pelekat (APSA)
5. Tenaga Kerja
-Pengolahan tanah
s/d siap tanam
-Penanaman
-Penyemprotan s/d
panen
-Pemupukan 3x
-Panen
Total Biaya
Penerimaan
Produksi
Keuntungan
1000 ml
5 org
5 org
4 org
3 org
5 org
1.800 kg
20.000
12.500
20.000
12.500
20.000
6.500
20.000
100.000
62.000
80.000
37.500
100.000
2.992.000
11.700.000
8.708.000
Sumber : KBH Tawangmangu
Dari table di atas dapat dihitung BEP (Break Event Point) volume
produksi, BEP harga produksi, B/C ratio dan ROI.
a. BEP Volume Produksi
BEP volume produksi = total biaya produksi
harga ditingkat petani
= Rp 2.992.000,-
Rp 6.500,-/kg
= 460,3 kg
liii
Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi
sebesar 460,3 kg bawang daun, usaha tani bawang daun tersebut tidak
menghasilkan keuntungan, namun juga tidak mengalami kerugian.
b. BEP Harga Produksi
BEP harga produksi = total biaya produksi
total produksi
= Rp 2.992.000,-
1.800 kg
= Rp 1.662,2/kg
Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat harga bawang daun
ditingkat petani sebesar Rp 1.662,2/kg usaha tani bawang daun tidak
mengalami keuntungan, namun juga tidak mengalami kerugian.
c. B/C Ratio
B/C ratio = total pendapatan
tot biaya produksi
= Rp 11.700.000,-
Rp 2.992.000,-
= 3,9
Nilai B/C ratio sebesar 3,9 menunjukkan bahwa dari
pengeluaran biaya sebesar Rp 2.992.000,- akan diperoleh penerimaan
sebesar 3,9 kali dari biaya yang digunakan.
d. ROI
ROI = keuntungan usaha tani x 100%
liv
modal usaha tani
= Rp 8.708.000,- x 100%
Rp 2.992.000,-
= 291 %
Nilai ROI sebesar 291% menunjukkan bahwa setiap
pengeluaran modal sebesar Rp 100,- akan diperoleh keuntungan
sebesar Rp 264,3,-
lv
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Di KBH Tawangmangu jenis bawang daun yang dibudidayakan adalah
jenis Bawang Bakung (Allium fistulosum L.). Bibit bawang daun (Allium
fistulosum L.) yang digunakan di KBH Tawangmangu diperoleh dari
anakan-anakannya.
2. Pupuk daun yang digunakan yaitu, atonik dan metalik yang diberikan pada
saat anakan bawang daun akan ditanam.
3. Pupuk susulan yang biasa dipakai di KBH Tawangmangu ada dua macam
yaitu KNO3 dan NPK Hitam (Mas Hitam). Cara pemberian pupuk ini ada
2 macam, yang pertama diberikan langsung pada tanaman, ini diberikan
apabila keadaan tanah basah (musim hujan), dan yang kedua pupuk
dilarutkan dalam air lalu disiramkan pada tanaman (kocor), ini diberikan
apabila keadaan tanah kering (kemarau).
4. Jenis penyakit yang paling banyak ditemui di KBH Tawangmangu adalah
Layu Fusarium dan Antraknosa.
5. Pemanenan bawang daun (Allium fistulosum L.) dilakukan pada umur 2,5
bulan karena bibit menggunakan anakan.
6. Budidaya bawang daun (Allium fistulosum L.) menghasilkan keuntungan.
lvi
B. Saran
1. Sebaiknya penanaman bawang daun memperhatikan musim agar didapat
hasil panen yang baik.
2. Pengendalian hama dan penyakit lebih ditingkatkan agar tidak
menurunkan kulitas bawang daun.
3. Untuk pengadaan bibit, pilih bibit yang batangnya kekar, daunnya besar
dan kekar.
lvii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Teknologi Budidaya Tanaman Bawang Daun. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.phd?id=203. Diakses tanggal 21 April 2009.
Cahyono, B. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Bawang Daun. Kanisius. Yogyakarta.
Nazarudin. 1994. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Bertanam Bawang Daun. Kanisius. Yogyakarta.
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gajah Mada University Pers. Jogjakarta.
Sudarmo, S. 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarjono, H. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting Di Indonesia. Sinar Biru. Bandung.
Suteja, M. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
lviii
Pengolahan lahan
Anakan bawang daun yang telah ditanam
lix
Pemupukan susulan
Panen bawang daun