Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUKU AJAR
PENGEMBANGAN KREATIVITAS
UNTUK PAUD DAN SD
Dr. Nirwana, S.Pd, M.Pd
Eva Oktaviana, S.Pd, M.Pd
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II HAKIKAT KREATIVITAS 5
BAB III HUBUNGAN KREATIVITAS DAN INTELEGENSI 20
BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG KREATIVITAS
26
BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS 36
BAB VI EVALUASI PENGEMBANGAN KREATIVITAS
BAB VII MERANCANG PENGEMBANG KREATIVITAS MELALUI
BERMAIN KONSTRUKTIF 44
BAB VIII IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KREATIVITAS DENGAN
BERMAIN CLAY UNTUK ANAK PAUD 53
BAB IX MERANCANG PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI
MEDIA CLAY UNTUK SD 96
3
Kata Pengantar
Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
hidayahNya buku ajar ini selesai disusun. Dasar pertimbangan untuk menulis buku ini
sebagai referensi bagi dosen dan mahasiswa dalam memahami perkembangan kreativitas
untuk anak usia dini serta implementasi kreativitas dengan bermain konstruktif
menggunakan media clay. Bermain konstruktif menggunakan media clay dalam
menstimulasi perkembangan anak merupakan hasil penelitian disertasi penulis pada tahun
2017 dan hasil materi perkuliahan selama penulis mengampu mata kuliah “Kreativitas untuk
AUD”..
Ucapan terima kasih tak terhingga kepada pendamping dan para pihak yang telah membantu
baik secara langsung ataupun tidak atas saran dan supportnya hingga buku ajar ini seleai
disusun.
Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
nantikan.
Jakarta, 14 Oktober 2018
Nirwana, Eva
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting untuk pertumbuhan dan keberhasilan
seorang anak dikemudian hari. Orang tua, guru dan juga lingkungan masyarakat dituntut
untuk memberikan stimulasi yang tepat agar dapat berkembang dengan optimal. Kehadiran
buku ini yang merupakan bagian dari salah satu mata kuliah di prodi PG PAUD dan PGSD
yakni “Kreativitas” di perguruan tinggi membantu mahasiswa yang kelak akan menjadi dari
bagian pendidik bagi anak entah itu sebagai guru ataupun praktisi pendidikan sangat di
harapkan untuk bisa memahami dengan baik hakikat kreaitivtas untuk anak dan bagaimana
mengimplementasikan kreativitas dalam menstimulasi aspek perkembanagn anak lainnya.
Begitu pentingnya kreativitas dikembangkan khusunya bagi anak usia dini maka
dibutuhkan stimulasi sejak dini agar dapat berkembang dengan optimal. Stimulasi yang
diberikan dapat dilakukan baik secara formal, informal maupun nonformal. Salah satu
kegiatan yang bisa diberikan pada anak dalam menstimulasi kemampaun kreativitas adalah
dengan bermain konstruktif dengan media clay.
Bermain konstruktif dengan media clay dipilih sebagai salah satu implementasi
kreativitas bagi anak usia dini dikemas dengan tahapan-tahapan dan metode yang
memudahkan dosen, mahasiswa dan pembaca lainnya dalam menerapkan media clay dengan
menyesuaikan tema yang terangkum dalam kurikulum 2013 untuk PAUD dan SD Kelas
Awal. Didalam buku ini pula disetai contoh kreativitas clay art yang dipadukan dengan
unsur kreatif yang lainnya.
5
Adapun tujuan pembelajaran bagi mahasiswa dapat memiliki kompetensi wawasan
pengetahuan tentang kreativitas bagi anak PAUD dan SD kelas awal. Secara khusus
diharapkan mengetahui :
1. Hakikat Kreativitas
2. Hubungan Kreativitas dan intelegensi
3. Faktor penghambat dan pendukung kreativitas
4. Strategi pengembangan kreativitas
5. Evaluasi pengembangan kreativitas
6. Merancang pengembangan kreativitas bermain konstruktif
7. Implementasi pengembangan kreativitas dengan bermain clay untuk PAUD
8. Implementasi pengembangan kreativitas dengan bermain clay untuk SD kelas awal.
6
BAB II
HAKIKAT KREATIVITAS DAN KARAKTERISITIKNYA
A. Hakikat Kreativitas
Kreativitas erat sangat berkaitan dengan dengan imajinasi seseorang, karena
kreativitas mengembangkan daya pikir, daya fantasi yang sifatnya intelektual. Kreativitas
merupakan suatu proses mental karena berhubungan dengan pola pikir yang dapat
menghubungkan suatu masalah atau fenomena dengan unsur-unsur yang lain atau yang
sduah lampau sehingga menjadi sesuatu yang baru dan unik.
Kreativitas sebagai potensi yang ada dalam diri manusia sejak lahir namun potensi
terebut belum memberikan manfaat bila hanya merupakan anugrah yang ada pada diri
manusia. Kreativitas yang masih berupa potensi ini harus dikembangkan secara sistematis
dan terencana dengan berbagai stimulasi yang diberikan sehingga potensi tersebut dapat
tampil secara optimal, tepat guna, bersinergi dan berdaya guna pada setiap individu bahkan
bagi kehidupan manusia. Potensi kreativitas jika dapat di stimulasi dengan baik maka akan
me berikan manfaat yang luar biasa bagi khidupan manusia. Salah satu sisi kehidupan
manusia yang sangat berperan dalam mengembangkan potensi kreatif manusia adalah
dengan pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
kreativitas dan menentukan potensialitas diri manusia, agar nantinya memiliki kontribusi
yang baik bagi pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah
satu pijakan bagi manusia untuk mengimplementasikan potensinya agar berguna bagi
masyarakat. Pendidik bertanggungjawab untuk mendampingi anak didiknya dalam
mengidentikasi bakatnya, membina, mengarahkan, memupuk dan meningkatkan bakatnya
agar menjasi skill yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupannya. Salah satu pendekatan
yang dapat digunakan adalah dalam merangsang kreativitas anak adalah dengan kegiatan
7
bermain. Karena dengan bermain anak bebas mengekpresikan imajinasinya. Karena dengan
bermain anak-anak bebas mengekrpesikan dirinya.
Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu dari tidak ada menjadi ada, menciptakan bentuk baru serta menghasilkan sesuatu
melalui daya imajinasi. Menciptakan sebuah karya yang unik daan mampu menggabungkan
dengan pengalaman masa lalu sehingga menjadi prodak yang tepat guna baik berupaide
maupun berupan hasil karya.
Berbagai pandangan menjelaskan tentang kreativitas. Dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia kreativitas berasal dari kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu, Ahmad Susanto (2011).
Kreativitas juga diartikan dengan kemampuan yang berdasarkan data atau informasi
yang menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
pendekatannya adalah pada kuantitas dan keragaman jawaban. Secara operasional,
kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran
keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. (Syafaruddin
dan Herdianto, 2011) Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas adalah
hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri.
Menurut psikolog humanistik, Abraham Maslow dan Carl Rogers dikutip oleh Utami
Munandar menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengaktualisasikan dirinya apabila
seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu
menjadi, mengaktualisasikan, atau mewujudkan potensinya. Menurut Maslow aktualisasi
diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas yang ada pada semua
manusia saat dilahirkan, akan tetapi sering hilang, terhambat atau terpendam dalam proses
pembudayaan. Jadi sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi
diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang. (Utami
Munandar, 1999)
8
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang
sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan penyelesaian yang
unik terhadap berbagai persoalan. (Semiawan, 1999).
Selain itu Jamaris (2013) membagi pengertian kreativitas dari berbagai pandangan
teori berikut ini:
1. Pandangan Behaviorisme
Pandangan behaviorisme menyatakan bahwa kreativitas merupakan suatu
kemampuan yang bersifat genetik yang berkembang karena pengaruh yang diterima oleh
individu dan lingkungan sekitarnya. Individu akan mencontoh segala perilaku dan bertindak
terhadap apa yang didapatkan ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk itu
diperlukan stimulasi yang tepat terhadap lingkungan yang sesuai kebutuhan dalam
mengembangkan kreativitas.
2. Pandangan Psikoanalis
Psikoanalis memandang kepribadian sebagai suatu rangkaian susunan yang terdiri
atas id, ego, dan suoer ego. Id berkaitan dengan ketidaksadaran mencari kepuasan atau
kesenangan. Ego berkaitan dengan kesadaran dan tanggung jawab sedangkan super ego
berkaitan dengan nilai ideal yang diyakini oleh individu. Hubungannya dengan kreativitas
padangan psikoanalis memandang kreativitas sebagi proses pelepasan kontrol ego sehingga
ambang sadar manusia dapat terungkap secara bebas. Hal ini dapat dilihat pada karya-karya
manusia seperti karya seni, lagu, lukisan dan sebagainya.
3. Pandangan Humanisme
Maslow memandang kreativitas sebagai salah satu aspek kepribadian yang berkaitan
dengan aktualisasi diri. Maslow menyatakan manusia sejak lahir telah memiliki potensi
kreatif, potensi tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana individu
berinteraksi.
9
4. Pandangan Kognitivisme
Pandangan kognitifisme melihat kreativitas sebagai proses mental yang terjadi pada
saat manusia memahami lingkungannya dalam memecahkan berbagai permasalahan oleh
karena itu pengatahuan yang telah dimiliki oleh manusia menjadi faktor penting dalam
kreativitas,. Pandangan konitivisme dapat dipahami bahwa kreativitas adalah suatu proses
yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan analitis,
kreatif dan praktis. Oleh karena itu menjadi kreatif individu perlu memiliki kemampuan
untuk menyeimbangkan tiga proses berpikir tersebut. Pandangan kognitivisme tentang
kreativitas diuraikan melalui teori gestals dan teori psikometrik
Dalam proses berfikir, Wallas seorang gestalist mengemukakan bahwa pemecahan
masalah adalah proses yang terjadi dalam empat fase yakni:
❖ Fase persiapan, yaitu pengumpulan berbagai informasi yang berkaitan dengan
masalah yang sedang dipecahkan. Tahap persiapan ini mencakup segala hal yang
dipelajari orang yang kreatif melalui kehidupannya dan pengalamannya yang
diperolehnya, sehingga meskipun melalui usaha dan kesalahanterlebih dahulu. Dapat
dikatakan bahwa segala hal yang dipelajari seseorang dalam hidupnya dapat
bermanfaat bagi proses berpikir kreatif. Di samping berbagai macam pengetahuan
yang dibawa oleh orang yang kreatif, terkadang juga diperlukan latihan khusus yang
berkaitan dengan kerja kreatif yang disesuaikan dengan program yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu.
❖ Fase pematangan, dari berbagai informasi yang terkumpul berusaha memahami
hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya. Dalam tahap ini, secara
emosional individu tidak akan menyebutkan diri dengan berbagai permasalahan dan
proses berpikir sedang dalam kondisi tidakaktif, serta tidak memperlihatkan
kemajuan apa pun menuju solusi atau produk kreatif. Individu menyengaja untuk
10
mengalihkan pandangannya dari permasalahan utama kepada sesuatu yang
lainsetelah melalui fase persiapan, dengan harapan dapat memberikan petunjuk
kepada solusi akhir bersamaan dengan berlalunya waktu.
Pada tahap inkubasi ditandai dengan relaksasi usaha, mengambil topik atau
tema baru, sehingga diperoleh kemajuan menuju pada pemahaman baru. Hal ini
merupakan aktivitas asimilasi atau transformasi informasi yang diperoleh pada tahap
persiapan yang terjadi. Tahap inkubasi adalah tahap diana individu seakan-akan
melepaskan diri untuk sementara secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam
bawa sadar.
Pada tahap ini penting artinya dalam proses timbulnya inspirasi. Aspek yang
paling esensial pada pengembangan kreativitas adalah inspirasi ide atau imajinasi
yang terarah pada produk kreativ. Di dalam seni, ini adalah gambaran yang ideal
yang akan membawa ke dalam realitas dalam bentuk lukisan atau ukiran dalam batu.
Yang paling banyak pemahaman secara tiba-tiba atau secara dan disertai dengan
perasaan kegembiraan dan kepuasan. Terkadang pekerjaan ini belu begitu sempurna,
baru kerangka dasar yang akan dikerjakan dikemudian hari.
❖ Fase iluminasi, yaitu menemukan cara-cara yang tepat untuk memecahkan masalah.
Pada tahap ini ialah tahap timbulnya “insight” atau “Aha-Erlebnis”, saat
timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang
mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru. Pada tahap ini
merupakan tahap penemuan saat inspirasi yang tadi diperoleh, dikelola, digarap,
kemudian menuju kepada pengembangan suatu hasil yaitu produk kreatif melalui
gambar yang dibuat. Misalnya anak dapat memodifikasi lego menjadi bangunan dsb.
❖ Fase verifikasi, berkaitan dengan usahan untuk mengevaluasi apakah langkah-
langkah yang digunakan dalam memecahkan masalah sudah tepat. Pada tahap akhir
ini dibutuhkan waktu yang lebih banyak, karena dalam tahap ini banyak inspirasi
yang dituangkan dalam kertas, kanvas, atau materi lain. Dengan kata lain imajinasi
atau pemahaman diekspresikan dalam sebuah kata-kata, simbol matematika,
11
pengecatan, dan sebagainya. Dalam tahap ini, inspirasi dan pemahaman lebih
berkembang dari pada fase elaboraasi.
Tahap ini merupakan tahap evaluasi yaitu tahap dimana ide atau kreasi baru
tersebut diuji terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen.
Dengan perkataan lain, proses berpikir divergen (pemikiran kritik) harus diikuti
olehproses konvergen (pemikiran kritis). Pada tahap ini anak melakukan perbaikan
atas masukan, kritik dan saran dari orang lain. Desiminasi dri perwujudan karya
kreatif untuk terus diteruskan kepada teman-teman sekelasnya dan hasil print-outnya
dapat dipajang di dinding kelasnya untuk memberi stimuli pada karya kreatif
berikutnya secara lebih baik.
Sedangkan dalam teori psikometrik, seperti Guilford (Zubaedin) secara khusus
membedakan antara orang yang kreatif dan tidak kreatif dengan kemampuan berfikir
divergennya. Orang yang tidak berfikir kreatif ketika menghadapi suatu masalah akan
menggunakn covergen thingking, yaitu cara-cara baku untuk menghadapinya atau fokus
pada pendekatan benar/salah. Namun orang-orang yang kreatif dapat membebaskan dirinya
dari car berpikir konvensional , dan mencari cara-cara berbeda bahkan yang tidak berfikir
sebelumnya. Kemampuan berfikir ini disebut divergent thingking dapat mencari berbagai
solusi alternatif dalam memecahkan suatu masalah.
Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam beberapa istilah, yaitu : Prinadi (perso),
yaitu kreativitas mengacu kepada kemampuan yang merupakan ciri/karakteristik dari orang-
orang kreatif. Proses (process) yaitu kreativitasyang mencerminkan kelancaran dalam
berfikir. Pendorong (Press), yaitu inisiatif seseorang yang tercermin melalui kemampuannya
untuk melepaskan diri dari urutan pikiran yang biasa. Produk (produc), yaitu kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru, Ahmad Susanto( 2011: 112-113).
Dari beberapa pandangan diatas dapat dipahami bahwa kreativitas adalah suatu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, unik, berbeda dari sebelumnya, baik
12
berupa gagasan atau karya yang nyata dengan menggabungkan unsur yang sudah ada
sebelumnya.
Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang
memacu pada lima perilaku kreatif, sebagaimana yang dipaparkan oleh Parnes ( Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati , 2011) sebagai berikut:
a. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk
memecahkan masalah
b. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam
ide guna memecahkan suatu masalah diluar kategori yang biasa
c. Originally (keaslian), yaitu kemampuan meberikan respon yang unik atau luar
biasa
d. Elaboration ( keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide
secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan
e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
B. Karakterisitik Kreativitas
Beberapa pendapat lain memandang ciri-ciri kreativitas dari berbagai sisi seperti
Guilford (Zubaedi, 2017) membedakan antara orang kreatif dan tidak kreatif dengan
kemampuan berfikir divergentnya. Orang yang tidak kreatif berfikir difergen dalam
memecahkan masalah sedangkan orang yang kreatif berfikir konvergen dalam memecahkan
masalah.
Lain halnya dengan pendapat Supriadi ( Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati,
2010:15), ia mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam kateori,
kognitif dan nonkognitif. Ciri-ciri kognitif diantaranya adalah orisinalitas, fleksibilitas,
kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri-ciri nonkognitif diantaranya motivasi sikap dan
kepribadian kreatif. Keduanya ini saling berkaitan karena orang yang kretif membutuhkan
13
otak yang cerdas yang dapat mengarahkan ide-ide kreatifnya ke hal yang positif, begitupun
sebaliknya orang yang cerdas membutuhkan kemampuan berfikir kreatif sehingga mampu
menghubungkan sebuah masalah untuk mencari solusi yang tepat.
Sedangkan Gary A. Davis (Zubaedi, 2013) menggabungkan sifat kreatif dengan
sifat-sifat lain yang mendukung. Menurutnya orang yang kreatif bukan saja seorang yang
mampu berfikir tingkat tinggi, tetapi juga mempunyai tipe kepribadian yang menarik,
percaya diri, berpikir mandiri ( tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain), berani mengambil
resiko (berani mencoba), dan mempunyai intuisi kuat, serta mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi . Selain itu mereka bersikap fleksibel (tidak kaku atau berpijak hanya pada satu
pendapat) dan berpikir orisinal. Mereka berani berbeda, menentang tradisi, terkadang
kontriversial dan memandang beberapa kaidah yang berlaku.
Csikszentmihalyi (Munandar :1999) mengemukakan sepuluh pasangan ciri-ciri
kepribadian kreatif :
1. Memiliki konsentrasi penuh duduk berjam-jam melakukan kegiatan tapi mereka
bisa tenang dan rileks.
2. Cerdas dan cerdik mereka juga naif
3. Disiplin, ulet, tekun
4. Dapat berselang seling antara imaninasi dan fantasi namun tetap bertumpu pada
realitas
5. Menunjukan kecendrungan intriversi (dapat bekerja sendiri) maupun ekstroversi (
membutuhkan orang lain)
6. Bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama
7. Mereka bisa sensitif dan asertif pada saat yang sama
14
8. Mereka cenderung mandiri bahkan suka menantang namun dipihak lain mereka
tetap bisa tradisional dan konservarif
9. Sangat bersemangan dan juga obsektif menilai karyanya
10. Sensitif ketika dikritik namun disisi lain ia merasakan kegembiraan yang luar biasa.
Munandar memberikan pendapat lain tentang ciri-ciri pribadi yaang kreatif, yaitu
sebagai berikut :
a. Imajinatif
b. Mempunyai prakarsa (inisiatif)
c. Mempunyai minat luas
d. Mandiri dalam berfikir
e. Ingin tahu
f. Senang berpetualang
g. Penuh energi
h. Percaya diri
i. Bersedia mengambil resiko
j. Berani dalam pendirian dak keyakinan
Dengan ciri-ciri yang disebutkan di atas terlihat bahwa individu yang kreatif dengan
sendirinya akan memiliki motivasi dari dalam dirinya atau yang biasa disebut dengan
motivasi intrinsik yang kuat untuk menghasilkan ide dan karya dalam memuaskan dirinya
bukan karena tekanan dari luarataupun ppaksaan dari orang-orang dilingkungan sekitarnya,
kreatif itu hadir karena inisatif dirinya untuk menghasilkan sebuah karya atau gagasan.
Segala sesuatu yang dilakukannya berasal dari motivasi dirinya sendiri untuk menciptakan
sebuah gagasan atau karya nyata.
Bagaimana dengan anak usia dini? Apakah ciri-ciri kreativitas mereka sama dengan
orang dewasa?. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa melihat ada anak yang kaku yang
pendiam, tenang tidak mandiri tetapi ada juga anak yang tak pernah mau diam, lincah dalam
15
bergerak, aksinya bermacam-macamdan akalnya sangat banyak untuk melakukan sesuatu,
mandiri dan mampu mengatasi hal-hal kecil tanpa bantuan orang sekitarnya. Jika dilihat
secara sepintas ciri-ciri yang terakhir ini termasuk golongan anak yang kreatif.
Pada umumnya anak yang kreatif rasa ingin tahunya sangat tinggi, selalu bertanya,
memiliki minat yang luas terutama pada hal-hal yang baru, dan menyukai kegemaran dan
aktivitas yang kreatifdan menantang. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
memiliki rasa percaya diri yang baik. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan
perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya, mereka tidak takut jika mengalamai
kegagalan bahkan kegagalan terkadang dijadikan sebagai pelajaran agar tidak terjadi lagi
kesalahan yang sama. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti,
penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan ataupun cercaan
dari orang lain. Merk memahami apa yang terbaik yang akan mereka lakukan. Mereka tidak
perduli meskipun orang lain meremehkan apa yang mereka lakukan. Tetap merasa percaya
diri atas segala sesuatu yang dilakukannya. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan
dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain.
Orang yang inovatif berani untuk berbeda, membuat sesuatu yang uniq, menonjol, membuat
kejutan, atau menyimpang dari tradisi yang ada. Rasa percaya diri, tangguh, keuletan dan
ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka. Segala
cara mereka lakukan untuk menciptakan suatu gagasan atauhasi karya.
Thomas Edison seperti yang dikutip oleh Utami Munandar mengatakan bahwa
dalam melakukan percobaan ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali, sebelum ia berhasil
dengan penemuan bola lampu yang bermakna bagi seluruh umat manusia. Pribadi yang
kreatif biasanya lebih teroganisasi dalam tindakan. Mamou mengukur jika terjadi kegagalan
dan cekatan dalam mengambil solusi alternative. Rencana inovatif serta produk orisinal
mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah
yang mungkin timbul dan implikasinya, Utami Munandar,( 2004).
16
Salah satu aspek penting dalam pendidikan anak usia dini adalah memahami
karakteristik atau ciri-ciri kreativitas. Anak yang kreatif umumnya memiliki ciri-ciri
kreativitas menurut Zubaedi (2017:122) sebagai berikut :
Ciri-ciri Pokok Ciri-ciri yang
memungkinkan
Ciri-ciri sampingan
1) Berfikir dari segala
arah (convergen
thingking)
2) Berfikir satu arah
(divergen thingking)
3) Fleksibel konseptual
(kemampuan secara
spontan mengganti
memandang,
pendekatan, kerja yang
tak jalan
4) Orosinalitas (
kemempuan membuat
ide yang asli bahkan
menakjubkan)
5) Lebih menyukai
kompleksitas
6) Latar belakang hidup
yang merangsang
1) Kemampuan untuk
bekerja keras
2) Berpikir mandiri
3) Pantang menyerah
4) mampu
berkomunikasi
dengan baik
5) Lebih tertarik pada
konsep daripada
detail (segi-segi
kecil)
6) Keinginantahuan
inteltual
7) kaya humor dan
fantasi
1) Tidak mengambil
pusing apa yang
dipikirkan oleh orang
lain
2) Kekacauan Psikologis
17
(hidup dalam
lingkungan yang dapat
menjadi contoh)
7) Kecakapan dalam
banyak hal (multiple
skill)
8) Tidak segera menolak
ide dan ggasan baru
9) Arah hidup yang
mantap
Selain itu Paul Torrence (Suratno : 2005) menyebutkan ciri-ciri tindakan kreatif anak usia
dini adalah sebagai berikut :
a. Anak Prasekolah yang kreatif Belajar dengan Cara-Cara yang Kreatif
Pada umumnya anak sangat menikmati kegiatan eksperimen, eksplorasi, manipulasi
dan permainan. Mereka sering mengajukan pertanyaan, membuat tebakan, dan kemudian
mereka menemukan, kadangkala cepat dan emosional, sementara pada saat yang lain secara
diam-diam saja. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mampu
memberikan media dan sarana untuk bereksperimen.
b. Anak Prasekolah yang Kreatif Memiliki Rentang Perhatian yang Panjang terhadap
Hal membutuhkan Usaha Kreatif
Ketika anak menyukai sesuatu yang baru kemungkinan rentang perhatian anak tersebut
hanya 15 menit setelah itu merasa bosan dan bahkan meninggalkan permainannya. Berbeda
dengan anak kreatif. Anak kreatif akan mengeksplorasi, bereksperimen, memanipulasi dan
memainkannya bisa lebih lama dari itu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, anak
yang kreatif memiliki perhatian terhadap suatu permasalahan sekurang-kurangnya sampai
dengan 30 menit. Bahkan ada yang lebih panjang dari itu, 60 menit. Keadaan ini
18
menunjukkan bahwa anak yang kreatif tidak mudah bosan seperti halnya anak yang kurang
kratif.
c. Anak Kreatif Memiliki Suatu Kemampuan Mengorganisasikan yang Menakjubkan
Anak yang kreatif adalah anak yang pikirannya berdaya, dengan demikian anak kreatif
sering merasa lebih daripada anak yang lain. Bentuk kelebihan anak kreatif dengan anak
yang tidak kreatif dapat dilihat pada kegiatan yang sifatnya berkelompok. Anak kreatif
sering muncul sebagai pemimpin hal ini karena anak kreatif mampu mengorganisasikan
teman-temannya secara menakjubkan.
d. Anak yang Kreatif Dapat Kembali Kepada Suatu Yang Sudah Dikenalnya dan
Melihat dari Cara yang Berbeda
Anak kreatif adalah anak yang suka belajar pada pengalaman. Tidak mudah menyerah
dan bosan jika ia melakukan suatu kesalahan. Jika pengalaman pertama telah diperoleh
mereka akan mencoba dengan cara lain sehingga diperoleh pengalaman baru.
e. Anak Prasekolah Kreatif Belajar Banyak Melalui Fantasi, dan Memecahkan
Permasalahan Dengan Menggunakan Pengalamannya
Anak kreatif selalu haus akan pengalaman baru, dengan demikian anak kreatif tidak
bosan-bosannya belajar untuk memperoleh pengalaman baru. Sedangkan yang paling
berkesan baginya adalah kegiatan eksperimen. Untuk itu mereka harus diberikan banyak
bekal pengalaman melalui eksperimennya sendiri baik melalui kesenian, musik, drama
kreatif dll.
f. Anak Kreatif Menikmati Permainan Dengan Kata-kata dan Tempat sebagai
pencerita yang alamiah
Secara alamiah anak kreatif itu suka bercerita, bahkan kadang bercerita tidak habis-
habisnya sehingga sering dicap sebagai anak yang cerewet. Pada hal melalui aktivitasnya itu
19
anak akan mengembangkan lebih lanjut fantasi-fantasinya, khayalan-kahayala imajinatifnya
sehingga akan memperkuat kekreatifan anak.
C. Prinsip-Prinsip Kreativitas
Terdapat dalam Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Seni untuk anak usia
dini disebutkan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan pada saat
mengembangkan kreativitas anak usia 4-6 tahun, diantaranya sebagai berikut:
1. Keterbukaan terhadap berbagai pengalaman, yang disertai dengan tingkat kelenturan
dan toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian.
2. Kepuasan diri seseorang terhadap apa yang dilakukannya dan tidak tergantung pada
kritik yang diberikan oleh orang lain dalam mencapai tujuan yang diinginkannya.
3. Kemampuan dalam menggabungkan semua konsep dan elemen-elemen secara berarti
sehingga menghasilkan suatu ide atau karya tertentu.
BAB III
20
HUBUNGAN KREATIVITAS DAN INTELEGENSI
A. Hakikat Intelegensi
Kreativitas dan kecerdasan memiliki kaitan yang erat walaupun tidak mutlak.
Intelegensi merupakan suatu topik yang menarik perhatian para guru dan orang tua. Orang
kreatif dapat dipastikan ia orang yang cerdas, namun tidak selalu orang yang cerdas pasti
kreatif. Salah satu contoh jika seseorang dihadapkan oleh satu permasalahan ia akan disebut
cerdas jika mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Pola berfikir seperti ini disebut
berpikir konvergen. Akan tetapi seseorang yang kreatif mampu menemukan solusi dengan
berbagai alternatif jawaban. Pemikir yang kreatif akan selalu mencari solusi dengan berbagai
cara dari berbagai sudut pandang. Berfikir alternatif adalah kemampuan berfikir yang tidak
hanya membutuhkan kecepatan.
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “intelegence” yang jga berasal dari bahasa latin
yaitu “intellectus dan intelegentia atau intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali
dikemukakan oleh Spearman dan Wyann Jones Poll pada tahun 1951.
Untuk membedakan pengertian kreativitas dengan intelegensi, maka
Csikszentmihhalyi memisahkan fungsi intelegensi dan kreativitas. Ia meyatakan bahwa anak
dapat menunjukkan kehebatan talentanya, namun mereka tidak dapat menjadi pribadi kreatif
karena kreati itu mengandung perubahan cara melakukan sesuatu, atau cara berpikir, dan
untuk bekerja secara kreatif memerlukan sesuatu yang harus dikuasai dalam bentuk cara
bekerja yang cukup matang atau untuk berpikir.
Menurut Gardner kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Sedangkan
kebiasaan adalah perilaku yang diulang-ulang. Lebih spesifik lagi dikatakan bahwa sumber
kecerdasan seseorang adalah kebiasaan seseorang untuk membuat produk-produk baru yang
mempunyai nilai budaya (kreatifitas) dan kebiasaan seseorang untuk menyelesaikan masalah
secara mandiri (problem solving).
21
Dibawah ini adalah contoh perilaku anak cerdas yang juga memiliki karakterisitik
kreatif (Yeni&Kurniati, 2010) :
a. Lincah dalam berfikir yang ditandai dengan rasa ingin tahu yang besar serta aktif dan
giat dalam bertanya dan cepat tanggap dalam menjawab suatu persoalan.
b. Tepat dan cermat dalam bertindak dengan memperhitungkan berbagai konsekwensi
yang mungkin akan muncul dari pilihan tindakannnya tersebut. Menunjukkan sikap
yang penuh dengan dedikasi dan senantiasa aktif dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab.
c. Mempunyai semangat bersaing, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain,
dengan kata lain setiap menemukan peristiwa yang positif ataupun negatif selalu
dijadikan sebagai motivasi diri.
d. Selalu berkeinginan untuk menjadi lebih baik (progresif) dari waktu kewaktu.
e. Cepat menemukan perbedaan dan mudah menangkap yang tidak biasa yang akan
dijadikannya sebagai bahan dasar untuk menemukan kreativitas lebih lanjut.
f. Dapat menggunakan kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan informasi dengan
cepat sehingga mereka dapat belajar dari pengalamanny.
g. Memiliki kepekaan yang tinggi dan tidak mudah putus asa dalam tidak proses yang
dilaluinya.
h. Tidak kaku dan memiliki spontanitas yang tinggi terhadap segala stimulan yang muncul
baik dari lingkungan interen ataupun lingkungan eksteren
i. Memiliki kemampuan bertahan untuk menghadapi frustrasi sehingga tidak mudah putus
asa dalam menghadapi permasalahan yang mana mereka memiliki rasa percaya diri
yang tinggi dan mandiri.
j. Mampu mengendalikan diri, mengatur suasana hati dan menjaga beban stres agar tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir.
Ada dua pendekatan yang berkaitan dengan teori intelegensi menurut Jamaris
(2013:91):
22
a. Teori Teori intelegensi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa intelegensi seseorang
berasal dari satu kemampuan umum yang disebut dengan general intelegence. Yang
dikenal dengan istilah faktor g. Tokoh tokoh pasikolgi yang meyakini faktor tersebut
adalah Eysenck, Galton, Jensen, dan Spearman.
b. Teori intelegensi yang dibangun berdasarkan keyakinan bahwa inteligensi tidak hanya
ditentukan oleh faktor g, akan tetapi terdapat beberapa jenis inteligensi atau yang
dikenal dengan istilah “multiple inteligence, tokoh psikologi yang meyakini hal tersebut
diantaranya adalah Gardner, Sternberg, dan Thurstone.
Dari beberapa tokoh psikolog diatas yang memandang kreaivitas memiliki hubungan
dengan inteligensi adalah Sternberg. ia menerima pendapat Garner, khusunya yang
berkaitan dengan kreativitas. Sternberg mengklasifikasi inteligensi dalam dua klasifikasi,
yaitu analitik atau akademik dan paraktik atau terapan.
Sternberg mengembangkan teori triarki intelegensi (triarchic theory on intelegence)
yang menyatakan bahwa intelegensi
a. Intelegensi analitik : yang merujuk pada kemampuan menganalisa, menilai,
mengevalusi, membandingkan, dan membedakan
b. Intelegensi kretif terdiri dari kemampuan berkreasi, merancang, menemukan,
memulai sesuatu, dan membayangkan
c. Intelegensi praktis kemampuan untuk menggunakan, megaplikasikan,
mengimplementasikan, dan menerapkan gagasan baru kedalam praktik
Salah satu alasan mengapa teori inteligensi mendapatkan pujian dari banyak orang
dan saat ini banyak yang menggunakan sebagai basik dalam kurikulum permbelajaran
karena teori ini mempertimbangkan siatuasi aktual dari kehidupan. Teori yang
dikembangkan oleh Garner dikenal dengan istilah multiple Inteligences. Garner meyakini
bahwa intelegensi bukan hanya dipengaruhi oleh faktor g tetapi juga banyak faktor yang
lain yang ikut mempengaruhi. Kecerdasan tidak diukur dengan akan tetapi tetapi kepada
23
proses. Teori yang dikembangkan berbasis skill yang terdiri dari delapan kelompok yang
diuraikan sebagai berikut:
1. Cerdas Bahasa:
• Komponen inti: kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa.
• Berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi,
berdebat.
• Kondisi akhir terbaik menjadi seorang penulis, wartawan, orator, ahli politik,
penyiar radio, presenter, guru, pengacara.
2. Cerdas Logika dan Angka:
• Komponen inti: kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris, dan
kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang.
• Berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar dan berfikir logis,
memecahkan masalah.
• Kondisi akhir terbaik menjadi ilmuwan, ahli matematika, ahli fisika, pengacara,
psikiater, psikolog, akuntan, programmer.
3. Cerdas Gambar:
• Komponen inti: kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan
ruang secara akurat.
• Berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung,
mendisain.
• Kondisi akhir terbaik menjadi seniman, arsitek, ahli strategi, pecatur, desainer,
sutradara, fotografer, montir profesional.
4. Cerdas Musik:
• Komponen inti: kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasikan
irama, pola titi nada dan warna nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi
musikal.
24
• Berkaitan dengan kemampuan menciptakan lagu, membentuk irama, mendengar
nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik.
• Kondisi akhir terbaik menjadi komposer, penyanyi, pencipta lagu, pemain musik.
5. Cerdas Gerak:
• Komponen inti: kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengola
objek, respon, dan reflek.
• Berkaitan dengan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan.
• Kondisi akhir terbaik menjadi olahragawan, penari, pematung, aktor, dokter
bedah.
6. Cerdas Bergaul:
• Komponen inti: kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati,
temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain.
• Berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan
sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama, mempunyai empati yang tinggi.
• Kondisi akhir terbaik menjadi konselor, politikus, pemimpin, motivator.
7. Cerdas Diri:
• Komponen inti: memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan
emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
• Berkaitan dengan kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam,
kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai diri dan
tujuan hidup.
• Kondisi akhir terbaik menjadi psikoterapis, pemimpin agama, penasehat, filosof.
25
8. Cerdas Alam:
• Komponen inti: keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali
eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies baik
secara formal maupun nonformal.
• Berkaitan dengan kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi,
identifikasi.
• Kondisi akhir terbaik: peneliti alam, ahli biologi, dokter hewan, aktivis peduli
binatang dan lingkungan.
26
BAB IV
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG KREATIVITAS
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pengembangan kreativitas anak dan juga
yang bisa menghambat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang
mendapat rangsangan (dengan melihat, mendengar, dan bergerak) akan lebih cerdas
dibanding sebaliknya.
a. Hambatan diri sendiri
Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak diberikan ransangan mental. Pada aspek
kognitif anak diberikan berbagai stimulasi. Pada aspek kepribadian anak abak distimulasi
berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri dll.
Pada aspek suasana psikologis distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang, dan
penerimaan.
b. Pola asuh (Orang Tua)
Tak seorang pun akan mengingkari bahwa sampai tingkat tertentu kemampuan-
kemampuan dan ciri-ciri kepribadian dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti keluarga
dan sekolah. Keluarga adalah pilar utama pembentukan kreativitas anak. Apa yang dilakukan
oleh orang tua adalah mengembangkan sikap dan kemampuan peserta didik yang dapat
membantu persoalan-persoalan dimasa mendatang secara kreatif dan inovatif.
Mengingat bahwa kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh
setiap orang, yang dapat sitemukenali (diidentifikasi) dan dipupuk melalui pendidikan yang
tepat, salah satu masalah yang kritis adalah bagaimana dapat menemukenali potensi kreatif
anak dan bagaimana dapat mengembangkannya melalui pengalaman dalam hidupnya.
Dacey (Munandar 1999) melakukan penelitian tentang keluarga kreatif, ia
menyimpulkan bahwa :
27
1. Faktor genetis versus lingkungan
Salah seorang dari orang tua yang kreatif berpengaruh apada anak kemungkinan
memiliki kemampuan kreatif. Peranan faktor lingkungan keluarga seperti cara
asuhan orang tua dan iklim keluarga.
2. Aturan perilaku
Orang tua menentukan dan meneladankan (model) seperangkat nilai yang jelas,
dan mendorong anak-anak mereka untuk menetukan perilaku apa yang
mencerminkan nilai-nilai tersebut. Kebanyakan dari orang tua ini tidak megalami
masalah dengan penerapan disiplin di dalam keluarga.
3. Masa kritis
Masa kehidupan yakni lima tahun pertama adalah masa kritis. Orang tua yang
memahami akan pentingnya pengasuhan yang optimal pada masa ini akan
mempengaruhi kreativitas anak. orang tua memberikan kebebasan kepada anak
untuk bereksplorasi.
4. Humor
Bercanda, berolok-olok, dan memberdayakan sebagai lelucon, biasa terjadi pada
keluarga kreatif. Anggota keluarga sering saling memberikan nama atau julukan
lucu, dan menggunakan kosakata yang hanya dapat dimengerti oleh mereka.
Dalam penelitian dacey “rasa humor” mendapat peringkat jauh lebih tinggi oleh
keluarga kreatif daripada oleh keluarga perbandingan.
5. Ciri-ciri menonjol
Pada usia dini anak memandang dirinya “berbeda”. Pada usia remaja kreatif
memilih ciri sangat mampu melihat sesuatu hal dengan cara baru dan menemukan
gagasan baru. Penelitian lain yang dilakukan juga oleh Mackinnon, ciri-ciri
“imajinasi” dan “kejujuran” mendapat penghargaan jauh lebih tinggi daripada
ciri-ciri seperti “angka tinggi” dan “sehat”.
6. Pengakuan dan penguatan pada usia dini
28
Orang tua dalam studi ini diminta menyatakan pada usia berapa mereka pertama
kali menduga bahwa anak mereka memiliki kemampuan yang luar biasa sebelum
anak mencapai usia tiga tahun. Kebanyakan anak mengatakan bahwa mereka
merasakan mendapat dorongan kuat dari orangtua mereka.
7. Gaya hidup orang tua
Kebanyakan orangtua dari keluarga kreatif dapat menceritakan salah satu aspek
kehidupan mereka yang tidak biasa. Misalnya kebanyakan ibu mempunyai
pekerjaan yang jarang dilakukan wanita; mereka jadi pengacara, ahli bedah atau
seniman. Pada beberapa keluarga, anak mempunyai minat yang sama seperti
orang tuanya.
8. Trauma
Anak kreatif lebih banyak mengalami trauma daripada anak biasa; peristiwa yang
menyebabkan kesedihan, kemarahan, atau keduanya, dan amat mengganggu
kehidupan anak. orang tua dari remaja kreatif mengingat dua sampaisembilan
peristiwa traumatis yang dialami.
9. Bekerja keras
Kreativitas itu hanya sedikit sekali yang merupakan ilham, tetapi jauh lebih
banyak merupakan hasil kerja keras. Hampir tanpa kecuali mereka mengatakan
bahwa mereka bekerja jauh lebih keras daripad teman sekolah mereka dan telah
melakukan demikian sejak saat masuk sekolah. Hal ini juga berlaku untuk macam-
macam pekerjaan rumah dan tugas keluarga
c. Sistem pendidikan (Guru)
29
Penelitian menunjukan “ Perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif
berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-otoriter, ketika belajar atas
prakarsa sendiri dapat berkembang karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan
anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi
kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya, maka kemampuan kreatif
dapat tumbuh subur. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu melakukan berbagai
pendekatan dalam proses belajar. Mampu membuat suasana kelas menjadi nyaman bagi anak
dan tidak menjenuhkan. Yang dapat mendukung peran guru dalam mengembangkan
kreativitas anak adalah :
1) Berani mencoba hal baru : mereka perlu dihadapkan pada kegiatan-kegiatan baru, yang
bervariasi sehingga anak tidak merasa bosan dalam belajar
2) Memberikan contoh : “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”, diakui atau tidak
seorang guru akan menjadi figur dan teladan bagi anak-anaknya
3) Menyadari keragaman Karakteristik Anak : setiap anak adalah unik, masing-masing
berbeda dan punya kelebihan masing-masing. Jika guru memahami akan hal ini maka
guru akan menerima keragaman prilaku dan karya mereka dan tidak emmaksakan
kehendak
4) Meberikan kesempatan pada siswa untuk berekspresi, artinya guru harus menyiapkan
media dan sarana yang memadai untuk anak sehingga mereka dapat berekspresi dan
bereksplorasi .
5) Positive Thingking : sikap penting seorang guru adalah positif thingking. Anak yang
aktif, tidak bisa diam, punya cara dan kehendak sendiri dalam mengerjakan tugas,
tidak bisa diberi cap anak nakal, guru mestinya memperioritaskan positif thingkingnya
ketimbang asumsi negatifnya.
d. Iklim dan Lingkungan
30
Kondisi lingkungan disekitar anak sangat berpengaruh besar dalam
menumbuhkembangkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan menjemukan akan
terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide cemerlang. Kreativitas dengan
sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang mendukung.
Cherry (Rahmawati dan Kurniati 2010: 28) mengemukakan beberapa kondisi
lingkungan yang harus diciptakan untuk menumbuhkan kreatif, sebagai berikut :
1. Pencahayaan
Cahaya merupakan salah satu sumber energi kreatif paling ampuh, bahkan cahaya
matahari langsung memiliki kaitan biologis dengan tubuh dan pikiran. Kaitan antara
cahaya dan energi lahir batin ditimbulkan oleh pengaruh cahaya trhadap kelenjar pineal,
penghasil hormon melatonin. Melatonin memengaruhi kelenjar hipotalamus, yang
merupakan pengatur irama siang malam biologis tubuh. Karena sinar matahari
menghambat aliran melatonin, yang mencapai titik tertinggi dalam gelap, para peneliti
yakin bahwa melatonin berperan penting dalam mengatur keseimbangan dan
kemampuan kerja fisik dan mental, sebagaiamana unsur kimiawi tubuh lain yang
dipengaruhi unsur sinar matahari.
2. Sentuhan warna
Waran memiliki aspek tertentu terhadap lingkungannya, dapat membuat kita merasa
penuh energi. Sementara warna lain punya efek menenangkan. Ada beberapa unsur cara
dasar pengunaan warna untuk menciptakan lingkungan kreatif. Warna bisa divariasikan
dengan suasana hati dan kebutuhsn ysng berbeda.
3. Seni dalam lingkungan
Seni dalam lingkungan berarti sesuatu di dinding, rak, dan semua permukaan sekitar
ruangan. Ini meliputi apa saja mulai dari poster, hiasan dinding, foto berbingkai, hingga
hiasan kecil.
4. Bunyi dan musik
Sebagian orang lebih senang bekerja dalam keheningan, walaupun ada pula orang yang
lebih suka bekerja dengan diiringi musik. Musik mempunyai dua fungsi yakni untuk
31
jenis musik tertentu dapat meningkatkan funsi otak dan membantu kecepatan belajar
dan daya ingat, kedua mempengaruhi penataan dan suasana hati.
5. Aroma
Menurut berbagai sumber bebauan atau aroma diketahui secara langsung merangsang
bagian otak-sistem limbik-yang bekerja atas emosi dan ingatan primitif. Akibatnya satu
jenis bau mampu merenguk segunung emosi dan menggugah ingatan lama.
6. Sentuhan
Menurut beberapa kiat yang dapat mempertimbangkan unsur sentuhan dan cara tekstur
agar memengaruhi suasana hati dan kreativitas, di antaranya : gunakan sentuhan untuk
menghadirkan kenyamana fisik, gunakan sentuhan untuk mencapai ketenangan gunakan
sentuhan untuk mendapatkan rangsangan.
7. Cita Rasa
Santapan memengaruhi suasana mental dan emosional. Menurut Judith Wurtman, ada
tiga prinsip penting dalam masalah gizi yang harus diinga:
a) Karbohidrat menyebabkan kantuk, dan akan mengurangi energi kreatif
b) Protein meningkatkan kesiagaan, sedangkan lemak mengumpulkan ketajaman
mental
c) Pola makan terbaik adalah yang mementingkan buah-buahan segar dan
sayuran, hindari makanan yang diproses, bahan sintesis, gula, tepung, kafein
dan alkohol.
Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki
individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, dikemukakan bahwa kreativitas tidak
dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan
Menurut Hurlock dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa faktor yang dapat
mendorong dan meningkatkan kretivitas. Antara lain :
32
1. Waktu, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa, sehingga
hanya sedikit waktu yang bisa mereka gunakan untuk membuat suatu
gagasan atau konsep;
2. Kesempatan menyendiri, hanya apabila tidak mendapat tekanan dari
kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif;
3. Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak, maksudnya untuk
menjadi anak yang kreatif mereka harus bebas dari ejekan dan kritikan yang
sering kali dilontarkan pada anak yang tidak kreatif;
4. Sarana, sarana bermain atau sarana lainnya harus disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur
penting dari semua kreativitas;
5. Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan sekolah harus
merangsang kreativitas anak;
6. Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif, artinya orang tua yang
tidak terlalu posesif akan mendorong kemandirian
7. Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis baik dirumah dan
disekolah akan meningkatkan kreativitas anak;
8. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul
dalam kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang dikuasai, maka semakin
baik kreativitas anak. (Ahmad Susanto, 2012)
Utami Munanadar mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mendukung kreativitas
adalah :
1. Usia;
2. Tingkat pendidikan orang tua;
3. Tersedianya fasilitas;
4. Penggunaan waktu luang
Selain itu faktor yang mendukung kreativitas menurut Seto, seorang ahli pendidikan
anak mengatakan bahwa upaya mengembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan
33
menggunakan strategi 4P, yakni dengan melihat kreativitas sebagai produk, pribadi, proses,
dan pendorong.(Utami Munandar, 1999)
B. Faktor Penghambat Kreativitas Anak
Menurut Renzulli dalam Ahmad Susanto mengemukakan tiga ciri pokok yang saling
terkait serta merupakan kriteria atau persyaratan anak yang berbakat. Yaitu, kemampuan
umum, kreativita, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad
Susanto, 2011) Dalam mengembangkan kreativitas, seorang dapat mengalami berbagai
hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat mematikan
kreativitasnya. Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak merealisasikan
potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan
paksaan atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau
memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara
berlebih. Ada empat hal yang mematikan kreativitas, yaitu:
1. Evaluasi Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah satu syarat untuk
memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau
paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan
menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas anak.(Utami Munandar,
2004) Selain itu kritik atau penilaian sepositif apapun meskipun berupa pujian dapat
membuat anak kurang kreatif, jika pujian itu memusatkan perhatian pada harapan akan
dinilai.
2. Hadiah. Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau
meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat
merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
3. Persaingan (Kompetisi). Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau
hadiah secara tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan
terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa
34
lain da bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.
4. Lingkungan yang Membatas. Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan
paksaan. Sebagai anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat
menekankan pada disiplin dan hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus
dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat mengulanginya
dengan tepat, pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan menghilangkan
minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru
berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan kompas
kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan dalam
lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat dirusak. (Utami
Munandar, 2004)
Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa krakteristik guru yang
cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif anak, anatara lain :
a. Penekanan bahwa guru selalu benar;
b. Penekanan berlebihan pada hafalan;
c. Penekanan pada belajar secara mekanis;
d. Penekanan pada evaluasi eksternal; penekanan secara ketat untuk menyelesaikan
pekerjaan. (Ahmad Susanto, 2011 : 126)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan
berbagai polah dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan
efek kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya orang tua melarang anak merobek-robek
kertas karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak saat anak main pasir karena takut anak
terkena kuman,mocoret-coret dinging karena takur rumah kotor. Padahal tiap anak memiliki
ekspresi kreativitas yang berbeda-beda, ada yang terlihat suka mencoret-coret, beraktivitas
gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, melompak, menaari, bernyanyi dan sebagainya.
35
BAB V
STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS
36
C. Strategi Pengembangan Kreativitas
Dalam mengembangkan kreativitas anak kita bertitik tolak dari asumsi bahwa setiap
orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif sejak lahir dan kemampuan untuk
mengungkapkan dirinya secara kreatif masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang
berbeda-beda. Potensiini sebaiknya distimulasi agar dapat mengaktualisasikan dirinya dalam
kehidupannyata. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang dewasa dalam
menumbuhkmbangkan kreativitas anak
Kemampuan anak dalam pembelajaran kreativitas dapat dilakukan melalui
lingkungannya. Menurut Collins dalam Papalia, bahwa anak sering kali berkembang secara
berbeda bergantung pada lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Rogers dalam Munandar
ada tiga kondisidari pribadi yang kreatif pada anak: (1) keterbukaan terhadap pengalaman,
(2) kemampuan untuk menilai situasi sesuatu dengan patokan pribadi seeorang, (3)
kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep.
Passmore menegaskan bahwa secara pedagogis terdapat sejumlah hal yang seorang
guru dapat lakukan untuk membantu mengembangkan imajinasi anak agar menjadi kreatif,
yaitu sebagai berikut:
a. Memberi informasi dengan sebuah cara sebagaimana untuk menyatakan bahwa terdapat
alternatif-alternatif bebas (murni) dengan sebuah cara yang dapat mengatur imajinasi
untuk kepentingan tugas.
b. Mengajarkan rutinitas, menganjurkan anak-anak untuk merefleksikan (mengungkapkan)
alternatif-alternatif yang mungkin bagi mereka.
c. Guru dapat memperkenalkan anak-anak pada dunia penuh kemungkinan, dengan
membuka pikiran mereka kepada cara alternatif untuk merasakan, untuk hidup.
d. Melalui pelajaran seni yang ia dapat membantu anak untuk melihat dunia dengan sudut
pandang yang berbeda.
37
e. Dengan mengajarkan matematika dan sanis, ia dapat memberi PR kepada anak-anak
akan pentingnya lompatan imajinatif, memperluas rasa kagum anak-anak menunjukan
kepadanya bahwa dunia tidak dapat dijadikan jaminan.
f. Anak dapat memperoleh dalam dan melalui disiplin belajar.
Para pakar spesialis anak sekarang ini telah mengetahui bahwa imajinasi merupakan
salah satu hal yang efektif untuk mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, bahasa,
dan terutama kreatifitas anak. Imajinasi anak dapat berfikir lebih kreatif apalagijika
ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Imajinasi adalah kemampuan berfikir
divergen yang dilakukan tanpa batas, seluas-luasnya, dan multiperspektif dalam merespon
suatu stimulasi. Kemampuan ini sangat berguna mengembangkan kreatifitas anak. Dengan
imajinasi anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan
dan realitas sehari-hari. Ia bebas berfikir sesuai pengalaman dan khayalannya dan mampu
mewujudkannya di alam nyata. Imajinasi akan membantu berfikir fluency, fleksibiliti, dan
originality pada anak.
Salah satu latihan yang mendasar agar anak dapat berkreasi adalah dengan
berimajinasi, yaitu kemampuan melihat gambaran dalam pikiran. Kemampuan ini berfungsi
untuk memunculkan kembali ingatan di masa lalu sebagai kemungkinan terjadi di masa
sekarang ataupun masa yang akan datang. Dorothy & Jerome Singer dalam Yeni
Rachmawati telah melakukan penelitian dan menulis sebuah permainan imajinatif anak,
mereka yakin bahwa berimajinasi sangat esensial dalam pengembangan kemampuan
intelektual dan bahasa. Anak mengingat ide dan kata yang telah mereka alami karena mereka
dapat menggabungkan ide dengan gambaran dalam pikiran mereka.
Sehubungan dengan pengembangan kreativitas anak, sesuai dengan defenisi
kreativitas Munandar menggunakan pendekatan atau strategi empat P, yaitu kreativitas
ditinjau dari aspek Pribadi, Pendorong, Proses dan produk.
1. Pribadi
38
Kretivitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide
baru dan produk-produk yang inovatif yang dapat mereka implementasikan dalam
kehidupannya. Oleh karena itu, pendidik baik orang tua ataupun guru di sekolah hendaknya
dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat anaknya. Karena setiap anak memiliki
bakat yang berbeda. Guru hendaknya membantu anak menemukan bakat-bakatnya dan
menghargainya sesuai karakter dan kemampuan anak.
2. Pendorong
Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, memberikan
ruang dan sarana yang optimal, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak
menunjang pengembangan bakat itu mialnya orang tua yang tidak peduli. Di dalam keluarga,
di sekolah, di dalam lingkungan masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap
sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu sehingga mereka merasa
dihargaiakan potensi yang dimilikinya dengan demikian akan menjadi motivasi bagi diri
mereka untuk berinovasi.
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas anak, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk
diri secara kreatif. Sangat penting diberikan ruang untuk berekperimen, berimajinasi.
Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam berbagai
kegitan kreatif. Dalam hal ini yang penting adalah memberikan kebebasan kepada anak
untuk mengekspresi dirinya secara kreatif. Karena tanpa dukungan dari orang sekitarnya
untuk menuangkan ide-ide kreatifnya maka sulit untuk berkembang.
4. Produk
39
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna
adalah kondisi pribadi dan lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang
untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan menemukenali
bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif dan keunikan setiap anak, dan dengan dorongan (motivasi
internal dan eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif, dengan menyediakan waktu dan
sarana-prasarana yang optimal dan menggugah minat anak meskipun tidak perlu mahal,
maka produk-produk kreativitas anak dipastikan akan timbul. Yang perlu ditekankan adalah
bahwa pendidik menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada
yang lain serta member apresiasiatas apa yang telah diciptakan oleh anak.
Selain itu Jamaris (2013) mengemukakan bahwa pengembangan kreativitas
dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif anak. adapaun
tahapannya sebagai berikut :
➢ Tahapan dalam pengembangan kreativits terdiri atas tiga tahap yang dimulai
dari tahap I, tahap II dan tahap III.
➢ Pengembangan kreativitas sejalan dengan pengembangan kemampuan
kognitif dan kematangan dalam bidang psikososial atau afektif yang dituntut
dalam melakukan kreativitas.
➢ Kemampuan untuk berpindah dari tahap I ke tahap selanjutnya sangat
dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dalam melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan keativitas.
Ditinjau dari kemampuan kognitif, pada usia taman kanak-kanak dan SD kelas awal
atau yang berusia 4-5/8 tahun berada dalam fase pra operasional. Perkembangan kognitif
pada fase ini ditandai dengan kemampuan anak untuk melakukan yang berkaitan dengan
representasi mental, yaitu kemampuan untuk menghadirkan benda, objek, orang dan
peristiwa secara mental. Anak usia taman kanak-kanak mengoprasikan kemampuan berpikir
simbolik melalui berbagai fantasi. Bentuk-bentuk berpikir simbolik ditampilkan anak
melalui berbagai kegiatan yang dilakukannya, misalnya kegiatan pada waktu bermain.
40
Karakterisitik kemampuan berfikir pada fase praoperasioanl ditandai dengan
kemampuan berpikir simbolik yang diwujudkan dalam tiga cara :
➢ Menampilkan peniruan tingkah laku yang ditampilkan oleh orang, hewan dan
peristiwa yang terjadi disekitarnya.
➢ Bermain simbolik yang ditandai dengan menghadirkan objek dan peristiwa yang
terlibat dalam kegiatan bermain secara simbolik.
➢ Bahasa simbolik, kegiatan bercakap-cakap yang dilakukan pada waktu bermain
simbolik.
Selain itu keterbatasan berpikir anak pada fase praoperasional adalah :
➢ Berpusat pada satu objek
➢ Belum mampu berpikir secara logis
➢ Belum memahami kejadian-kejadian yang berkaitan dengan konversi, yaitu
perubahan yang terjadi pada ukuran, bentuk dan volume.
➢ belum memahami suatu prosedur kegiatan yang dilakukan secara terbalik.
Misalnya memasang kancing dimulai dari atas , diganti dengan memulainya dari
bawah.
➢ Egosentris, yaitu ketidakmampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain.
Dengan memahami uraian diatas maka perlu dilakukan berbagai usaha untuk
mengembangkan kreativitas anak yang berada pada fase praopresional. Adapun usaha-usaha
yang dapat dilakukan menurut Jamaris (2013) :
➢ Memberikan berbagai kesempatan untuk memunculkan prilaku krerati.
Permainan simbolik yang dilakukan anak meruapakan sarana yang dapat
dimanfaatkan anak mengembangkan kreativitas. Pendidik dan pengasuh
hendaknya menyediakan sudut bermain yang memungkinkan anak dapat
melakukan kegiatan bermain fantasi dan imajinasi yang diinginkannya.
41
➢ Memperlihatkan pada anak bahwa fantasi dan imajinasi yang ditampilkannya
memiliki nilai-nilai tertentu.
➢ Meminta anak untuk menceritakan imajinasinya, misalnya misalnya
menanyakan pada anak apa yang digambarkannya, mengapa ia menggambarnya,
selanjutnya berikan kesempatan pada anak untuk menceritakan apa yang
digambarnya.
➢ Hindari memberikan contoh atau mengarahkan pemikiran anak, kecuali memang
sangat dibutuhkan. Biarkan anak menentukan kegiatannya sendiri dengan cara-
cara yang dipilihnya sendiri selama hal tersebut tidak membahayakan
keselamatan anak.
BAB VI
EVALUASI PENGEMBANGAN KREATIVITAS
42
A. Evaluasi Pengembangan Kreativitas
Untuk melakukan evaluasi terhadap pengembangan kreativitas, pendekatan empat P
dapat dijadikan sebagai landasan kerangka kerja konseptual.
Pertama, kreativitas dapat ditinjau dari perspektif yang berbeda tetapi saling berkaitan,
yaitu perspektif Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk. perspektif ini disebut dengan
dimensi pertama.
Kedua, setiap perspektif ini dapat ditinjau dengan meneliti aspek Siapa, Apa, Di mana,
Bilamana, Mengapa, dan bagaimana. (Who, What, Where, When, Why and How).
Who What How Why When Where
Person
Press
Process
Product
Dimensi kegita menunjukkan peranan dari tiga lingkungan pendidikan, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam meningkatkan kreatif individu. Model tiga dimensi
ini dapat digunakan sebagai pendekatan atau strategi dalam melakukan studi yang berkaitan
dengan kreativitas.
B. Ilustrasi dari model untuk pengembangan dan penelitian tentang kreativitas
43
1. Dimensi 1: Keempat aspek yang saling berkaitan dari kreativitas : Pribadi,
Pendorong, Proses, dan Produk. pada dimensi ini dipilih dimensi Pribadi.
2. Dimensi 2, pertanyaan yang perlu diajukan misalnya:
a. Siapa pribadi kreatif yang ingin di observasi
Umur berapa? Perempuan?laki-laki?
b. Apa karakteristik kreatiivtas mereka?
Kognitif, afektif, sosial, psikomotor?
c. Bagaimana mereka dapat ditemukenali (potensi kreatif mereka)?
Ukuran atau tes apa yang dapat digunakan
d. Mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan (alasan) ?
Apa yang mendorong mereka untuk mencipta
e. Bilamana menyangkut waktu, usia atau tingkat perkembangan?
Kapan mereka mulai melibatkan diri dalam kegiatan kreatif ?
Pada usia berapa anak paling kreatif?
f. Di mana merujuk pada penelitian di tempat, lokasi, atau sub kultur yang
berbeda, misalnya studi tentang kreativitas di daerah perkotaan dan pedesaan
3. Dimensi 3, observasi dapat dilakukan dalam lingkungan:
a. Keluarga : saudara kandung, anak tertua, anak bungsu atau anak tunggal dalam
kaitan potensi kreatif
b. Sekolah : murid prasekolah, sekolah dasar.
c. Masyarakat : observasi tentang anak dari berbagai subkultur, dari tingkat sosial-
ekonomi rendah atau tinggi, dan sebagainya.
44
BAB VII
MERANCANG PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN
BERMAIN KONSTRUKTIF
A. Makna Bermain Bagi Anak
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar
waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang
pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan
lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat digunakan
sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.
Bermain merupakan aktivitas anak yang paling dominan dan paling banyak diinginkan anak.
Bermain erat kaitannya dengan tumbuhnya kemampuan untuk menciptakan gagasan baru,
dan menciptakan suatu keadaan yang baru.
Sejalan dengan berjalannya kognitif anak, Jean Piaget mengemukakan beberapa
tahapan bermain sesuai usia anak. Untuk usia 2-7 tahun berada pada tahap symbolic atau
make believe play. Tahap ini merupakan ciri priode pra-operasional yang tandai dengan
bermain khayal dan bermain pura-pura. Bermain simbolik berfungsi untuk menganalisis dan
menggabungkan pengalaman emosional anak. Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan
bermain simbolik ini akan semakin bersifat konstruktif, Mayke (2007).
Secara umum pengertian bermain menurut Soegeng (2004) adalah suatu kegiatan
atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan
menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu.
Selanjutnya menurut Brewer (1992) Bermain adalah kegiatan yang dinamik yang
merupakan bagian dari kehidupan anak-anak. Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama
yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui
pendekatan bermain kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak.
Salah satu aspek yang dapat ditingatkan dalam bermain adalah aspek motorik halus anak,
45
sebagaimana diungkapkan oleh Stone (1993) bermain adalah cara utama pengembangan
fisik dan motor. Bermain memberikan peluang untuk pengembangan motorik halus dan
kasar. Bermain meberikan manfaat bagi koordinasi tangan-mata melalui kegiatan seperti
membangun dengan blok, melukis, memotong, dan menyisipkan.
Pendapat Stone diatas dapat dipahami bahwa dalam bermain dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasar dan halus anak, mengembangkan koordinasi tangan-mata seperti
membangun menara dari balok dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget(
dalam Dockeet. (2002) Menurut teori piagetion, anak-anak belajar tentang dunia mereka
melalui tindakan sensorik dan motorik dan mereka mengulangi tindakan ini untuk
kesenangan yang mereka inginkan.
Selanjutnya bermain menurut Gross (dalam Penney, 2012) anak-anak bermain
untuk meniru orang dewasa dan memperaktikkan seperti apa rasanya bila menjadi orang
dewasa. Bermain juga memungkinkan melatih keterampilan-keterampilan sensori seperti
yang dipaparkan Dockeet. Bermain melatih motorik kasar dan halus seperti menggambar,
mewarnai, membangun dan membuat berbagai benda. Selanjutnya Penney meyakini bahwa
bermain memungkinkan anak memiliki keahlian dengan memanipulasi objek-objek dan
situasi-situasi sosial dengan memanipulasinya dalam bermain.
Pendapat Dockett diatas dapat dipahami bahwa bermain bisa meningkatkan fisik.
Mereka juga bisa meningkatkan motorik halus saat mereka merangkai manik-manik,
memasang puzlle, memalu paku ke kayu, melukis, dan mewarnai clay.
Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada
orang dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
seorang anak. Pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja
potensi fisik, tetapi juga pada perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreatifitas yang
pada akhirnya prestasi akademik.
Bagi anak usia dini khususnya untuk anak yang berada pada usia 5-6 tahun Jean
Peaget melukiskan sebagai tahap preoperational though. Anak membutuhkan lima bentuk
representasi yang mampu memanipulasi objek secara siombolis dari perilaku nyata, yaitu
46
imitation in the absence of the model, mental imange, symbolic drawing, symbolic play, dan
languange, Djaali (2008).
Pendapat Piaget dapat dipahami bahwa pada masa ini anak lebih banyak bertanya
dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang,
kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu
memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya
terus. Anak sudah menggunakan berbagai makna pada simbol atau representasi benda lain.
Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain
simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman
emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan
bermainnya. Tingkat kognitif dari permainan menurut piaget untuk usia kanak-kanak awal
adalah permainan konstruktif yakni permainan yang melibatkan material atau benda untuk
membuat sesuatu, misalnya balok untuk membuat rumah , krayon, clay untuk membuat
miniatur. Anak yang berusia lima tahun di kelompok bermain atau di tempat penitipan anak
mungkin menghabiskan setengah dari waktu mereka melakukan tipe permainan seperti ini,
yang menjadi lebih rinci pada usia lima dan enam tahun dan lebih berorientasi pada produk.
Menurut Paul E Torrance (dalam Claudia & Loa, 1986) pada usia tiga tahun
kreativitas anak mulai meningkat dan akan mencapai puncaknya pada usia tiga dan empat
tahun. Lalu menurun pada usia lima tahun ketika anak memasuki usia sekolah dasar. Hal
ini mungkin dikarenakan tekanan dari guru dan teman yang menuntut agar ia mampu
menyesuaikan diri.
Kanak-kanak awal senang bereksplorasi membuat karya-karya yang unik dengan
fokus pada prosesnya tanpa berfikir apakah hasilnya baik atau tidak. Anak juga belum
memusatkan perhatiannya pada dua dimensi yang berbeda secara serempak.
Hurlock (dalam Mayke, 2007) melihat masa kanak-kanak awal berada pada tahapan
bermain Toy stage. Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun
anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah,
anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya
bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
47
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bahwa bermain sangat penting bagi
anak usia dini karena melalui bermain mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.
Bermain mengembangkan aspek fisik/ motorik yaitu melalui permainan motorik kasar dan
halus, kemampuan mengontrol anggota tubuh, belajar keseimbangan, ketangkasan, dan
koordinasi.
Karakteristik masa kanak-kanak awal yang berada pada rentang usia 5-6 tahun dalam
bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan
gembira, berorientasi pada produk, melibatkan peran aktif anak, memiliki daya imajinasi dan
hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain (seperti perkembangan kreativitas) yang
merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta memungkinkan anak untuk
beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap
yang sesuai dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan
sejalan juga dengan usia anak. Anak-anak membutuhkan stimulasi yang tepat dalam upaya
mengembangkan segala aspek perkembangannya.
Bermain agar tidak sekedar bermain, mestinya harus memiliki tujuan sehingga dapat
merangsang kreativitas anak. Bermain kreatif dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Kegiatan bermain anak prasekolah lebih banyak
didominasi bermain aktif, tetapi bukan berarti anak prasekolah tidak melakukan aktivitas
bermain pasif.Kedua jenis bermain tersebut akan memberikan kesenangan dan kebahagiaan
bagi anak.
Bermain aktif adalah kegiatan bermain yang memberikan kesenangan dan kepuasan
kepada anak yang dilakukan melalui aktivitas langsung oleh diri anak itu sendiri. Dengan
demikian kegiatan bermain aktif akan banyak melibatkan aktivitas tubuh. Karena itu,
aktivitas anak dalam bermain akan sangat dipengaruhi oleh kondisi anak.
Terdapat berbagai macam kegiatan bermain aktif yang dapat dilakukan oleh anak.
Kegiatan bermain aktif tersebut disamping menyenangkan dan memuaskan kebutuhan anak,
juga akan memberikan kemanfaatan lainnya. Salah satu bermain aktif menurut Mayke
adalah dengan bermain konstruktif. Pada saat anak bermain kontruktif maka anak akan
terlibat secara aktif.
48
B. Konsep Bermain Konstruktif
Bermain konstruktif menurut Suratno ( 2005 ) yaitu kegiatan anak bermain dengan
menggunakan berbagai alat dan benda tertentu. Melalui kegiatan bermain konstruktif anak
akan berkesempatan untuk berpikir secara imajinatif sehingga pikirannya menjadi lebih
berdaya. Dengan demikian kegiatan bermain konstruktif juga berperan terhadap
pengembangan kreatifitas anak prasekolah.
Selain itu menurut Judith (1993) Bermain konstruktif memberikan hubungan alami
antara latihan atau permainan fungsional dan bentuk-bentuk permainan simbolis yang lebih
canggih. Dalam permainan yang terkonsentrasi, anak menggunakan benda-benda konkret
untuk membuat representasi suatu objek; bloks atau playdough dimanipulasi untuk mewakili
rumah adalah contoh yang khas.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa dengan bermain konstruktif adalah cara
bermain yang bersifat membangun, membina, memperbaiki, dimana anak-anak akan
menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan bertujuan bermanfaat, melainkan
untuk kegembiraan yang diperolehnya dari membuatnya. Misalnya memanipulasi bentuk
dari clay.
Selanjutnya Piaget (dalam Penney, 2011) mengungkapkan bahwa permainan
konstruktif melibatkan manipulasi objek-objek fisik untuk membangun atau mengkonstruksi
sesuatu. Misalnya dengan bermain clay, anak-anak bisa membentuk apa saja yang anak anak
inginkan dengan menggunakan clay membuat segitiga, lingkaran, kotak ataupun segiempat.
Dalam bermain anak-anak melibatkan diri secara aktif. Dalam bermain konstruktif anak-
anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruktif suatu produk atau suatu pemecahan
masalah ciptaan sendiri. Anak-anak bermain dengan menggunakan bahan untuk membuat
sesuatu yang bukan untuk tujuan bermanfaat melainkan lebih ditunjukkan bagi
kegembiraannya yang diperolehnya dari membuatnya. Melalui kegiatan bermain
menggunakan benda ini, anak mengembangkan kemampuan untuk berdaya cipta (kreatif).
49
Stone (1993) mengutip pendapat Rubin, Fein Vanderberg mengatakan bahwa
bermain konstruktif merupakan kombinasi dari bermain fungsional sensorimotorik dan
bermain simbolik.
Bermain konstruktif sangat bermanfaat bagi anak, karena mampu merangsang
kreativitas anak dan mengembangkan kemampuan sosial jika bermain konstruktif dilakukan
bersama teman lainnya. Bermain konstruktif dengan memanipulasi benda memberikan
kontribusi dalam pemahaman anak dari sebuah benda dan apresiasi terhadap perubahan dan
keadaan waktu serta ruang.
Menurut Rubin, Fein & Vanderbenberg bermain membangun atau constructive play
sudah dapat terlihat pada anak berusia 3-6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak
membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia.
Misalnya membuat rumah rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar,
menyusun kepingan bergambar dan yang semacamnya.
Bermain konstruktif memiliki tujuan merangsang kreativitas serta imajinatif anak.
Anak harus membayangkan bentuk yang akan dibuat, cita rasa seni dibutuhkan sehingga
hasilnya terlihat indah. Keterampilan motorik halus juga akan terasa melalui aktivitas dari
kegiatan bermain ini, ketekunan serta konsentrasi.
Bermain konstruktif mengkombinasikan permainan fungsional motorik dan sensori
dengan permainan simbolis. Dalam permainan konstruktif menurut Stone anak-anak mulai
menggunakan proses intelektual dalam bermain. Mereka bisa mengenal atau
menginformasikan yang tersimpan sebelumnya dalam memori.Anak harus menciptakan
dalam pikiran mereka dan kemudian membangunnya dalam realitas. Mereka membangun
dengan balok, menghiasi dengan cet, dan memahat dengan clay, dan mendesain dengan daur
ulang. Permainan konstruktif menggunakan objek-objek atau material untuk membuat
sesuatu.Anak-anak bisa memperaktekkan play-doh seperti pai.Kegiatan ini mampu
mengembangkan motorik halus, Sheridan (2011)
Ada dua jenis bahan bermain konstruktif menurut Wolfgang (dalam Lulu, 2010)
yaitu (1) bermain konstruktif bahan sifat cair misalnya cat, krayon, spidol, clay, air. Bahan
bermain ini lebih banyak melatih sensorimotor; (2) bermain konstruktif terstruktur artinya
50
bahan tersebut sudah dibentuk sebelumnya yang mengarahkan bagaimana anak meletakkan
bahan bahan tersebut menjadi sebuah karya. Yang termasuk bahan mainan konstruktif
terstruktur adalah lego, puzzle, balok. Kegiatan bermain tersebut dapat meningkatkan
kreativitas anak
Dalam bermain konstruktif anak dapat mengambil sebuah keputusan sendiri untuk
memilih, menentukan, mencipta, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba dan
mengeluarkan pendapat, mengerjakan secara tuntas, bekerjasama dengan teman mengalami
berbagai macam perasaan.
Selanjutnya menurut Mayke (2007) yang termasuk dalam kegiatan bermain
konstruktif adalah menggambar, mencipta bentuk tertentu dari lilin mainan clay.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa bermain konstruktif adalah
kegiatan bermain memanipulasi objek untuk menciptakan atau membangun sesuatu salah
satunya adalah dengan menggunakan clay.
Clay adalah sejenis tanah liat yang baik digunakan oleh anak untuk membuat
berbagai variasi mainan. Ada beberapa teknik anak bermain clay menurut Dorothy (1991)
buat adonan menjadi bola bundar yang halus — seukuran bola golf. Tekan ke permukaan
kasar keras seperti dinding, pohon, tapak sepatu atau ujung garpu yang bermotif. Pola-pola
itu kemudian bisa dikeringkan. Anda juga dapat menggulung adonan dan menekan benda ke
dalamnya untuk membuat pola
Manfaat bermain clay membuat anak terkesan. Pada saat anak bermain clay anak
bisa memilih apa yang ingin mereka buat. Dengan bermain clay anak bisa belajar bahwa
benda yang lembek bisa mengeras ketika telah diaplikasikan. Mereka juga mampu
memahami karya tiga dimensi. Anak memiliki pengalaman tentang macam-macam clay
yang bisa mereka gunakan untuk meningkatkan kreativitas mereka, Brittain (1979).
Anak-anak menikmati bermain clay dengan beberapa alasan clay adalah material
yang alami yang sama menariknya ketika mereka bermain pasir, air dan kayu. Dari aspek
seni clay memungkinkan mereka bisa mengubah atau memodifikasi apa yang mereka telah
buat. Misalnya boneka salju bisa dirubah menjadi pizza. Berbeda jika mengunakan media
51
crayon atau cet yang tidak bisa diubah lagi. Selain itu anak-anak mudah mengendalikan
media clay.
Bermain dengan clay adalah pengalaman untuk multi sensori. Clay mempunyai
tekstur, temperatur, warna dan bau yang berbeda. Manfaat bermain clay merupakan salah
satu kegiatan yang dapat memberikan kepada mereka kesempatan belajar dalam rumah,
membuat resep clay, ukuran dan campuran. Anak-anak sangat menikmati bermain clay dan
memungkinkan mereka bermain kotor dan berantakan sehingga kegiatan ini secara tidak
langsung mengajarkan anak-anak untuk bisa bereksplorasi sehingga anak-anak sangat
tertarik bermain clay. Hal ini secara tidak langsung clay bias melatih kemampuan ktreativitas
anak untuk berimajinasi.
Clay membutuhkan kegiatan meremas untuk membuatnya lembut. Clay harus
disimpan dalam wadah tertutup. Bermain clay bagi anak sangat menyenangkan, karena
mereka dapat memanipulasinya sesuai dengan keinginan mereka, teksturnya yang lembuat
membuat clay sangat mudah dibentuk dan menarik bagi anak-anak.
Bermain clay memiliki tujuan meningkatkan kemampuan berfikir kreatif serta
melatih orginalitas dalam berkarya, Yeni&Kurniati (2008 :78). Bermain clay adalah
memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan dalam melatih otot
halus/jari tangan. Selain itu bermain clay dapat membantu anak-anak mengembangkan
kemampuan kreativitas dan artistik. Bermain clay bisa menjadi aktivitas seni yang menarik
bahkan bisa mengembangkan matematika dan literasi.
Jill dan Robert (2012) mengungkapkan berbagai macam kegiatan yang dapat
dilakukan dengan clay:
a. Menggiling clay menjadi bola bundar, melingkar, melonggarkan,
memanjang, meremas, atau menumbuk clay menjadi pancake, mencubit
potongan-potongan clay memotong tanah liat dengan gunting tumpul,
menusuk lubang atau bukaan ke tanah liat, merobek atau menarik terpisah
serta menggabungkan potongan clay
b. memutar atau mengepang clay
52
c. Membentuk clay menjadi sarang atau mangkuk, meremas atau memahat
tanah liat menjadi bentuk tiga dimensi yang berdiri tegak, memotong
tanah liat dengan pisau aplastik.
d. Proses dengan clay dan berbagai alat dan aksesoris clay
e. Melipat atau menekuk clay.
\
53
BAB VIII
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KREATIVITAS DENGAN BERMAIN
CLAY UNTUK ANAK PAUD
Pada bab ini akan membahas berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan bermain clay
untuk anak PAUD, sebelum mengaplikasikan clay kedalam tema yang sesuai dengan
kurikulum 2013, terlebih dahulu kita akan membuat adonan clay dari bahan dasar tepung.
Berikut ini cara membuat adonan clay dari bahan dasar tepung:
1. Cara membuat adonan clay dari tepung
1) Bahan-bahan untuk membuat clay
a) Tepung maizena 20 gram
b) Tepung tapioka 20 gram
c) Tepung beras 20 gram
d) Lem putih 50 gram
e) Benzoate secukupnya (pengawet kue berbentuk bubuk, bisa dibeli di toko
bahan-bahan kue)
54
Cara membuat adonan clay:
Cara mewarnai adonan clay
a) Campur ketiga bahan tepung
(Tepung terigu, tepung sagu dan
tepung tapioka) dan tambahkan
soda kue seujung sendok
makan.
b) Aduk bahan tersebut hingga rata
Tambahkan lem putih kemudian
aduk adonan hingga tercampur
dengan rata, jika adonan maih
keras tambahlan lem putih hingga
adonan menyatu dengan baik
Adonan di remas hingga kalis
menggunakan telapak tangan.
Adonan yang sudah kalis menjadi
clay yang siap untuk diaplikasikan.
55
Gambar 2: Mewarnai Clay
Untuk menghasilkan warna sesuai kebutuhan, pencampuran warna bisa dilakukan
dengan mencampurkan dua warna primer atau tiga warna yaitu :
1. Kuning dan Biru mengahasilkan warna hijau. Semakin banyak warna biru yang
dicampur, warna hijau akan semakin tua.
2. Kuning dan merah akan menghasilkan warna jingga. Semakin banyak warna merah
yang dicampur akan menjadi jingga tua.
3. Merah dan biru akan menghasilkan warna ungu. Bila warna biru semakin banyak,
maka warna ungu yang dihasilkan akan menjadi ungu kebiruan.
4. Biru + kuning + merah = coklat. Kuantitas warna terang harus lebih besar saat
pencampuran, sehingga warna yang dihasilkan tidak terlalu gelap.
5. Warna putih dicampur merah sedikit akan menghasilkan warna merah muda.
6. Warna hijau dicampur hitam akan menghasilkan hijau tua.
a) Simpan setiap hasil pewarnaan
dalam plastik yang berbeda.
b) Pada waktu mewarnai, pemberian
warna harus hati-hati karena
setelah mengering, warna clay
akan terlihat lebih tua.
c) Untuk membuat warna yang muda,
lebih baik jika dicampur dengan
warna putih.
d) Bisa menggunakan pewarna
makanan atau cat acrilik
56
BENTUK DASAR
Berbagai metode untuk mengaplikasikan clay kedalam tema pembelajaran salah satu
kriteria yang dibutuhkan adalah anak mampu membuat pola dasar / bentuk-bentuk dasar.
Bentuk-bentuk tersebut diantaranya adalah :
1. Bentuk bulat
a. Ambillah segumpal clay dan letakan ditelapak tangan
b. Gulung-gulung clay dengan menggunakan kedua telapak tangan
c. Pastikan permukaan clay rata dan bulat sempurna
d. Setelah menjadi bentuk bulat, biarkan beberapa saat hingga kering
2. Bentuk bulat pipih / bundar
a. Ambillah segumpal clay dan letakan ditelapak tangan
b. Gulung-gulung clay dengan menggunakan kedua telapak tangan kemudian
pipihkan
c. Pastikan permukaan clay rata dan bulat pipih sempurna
d. Setelah menjadi bentuk bulat pipih, biarkan beberapa saat hingga
57
Gambar 3 : Pola Dasar Bulat
3. Bentuk tetes air / Kerucut
a. Buatlah clay berbentuk bulat
b. Gulung-gulungkan dan tekan salah satu sisi sehingga sedikit meruncing
menggunakan jari tangan
c. Gulunglah ujung meruncing dengan gerakan maju mundur menggunakan
jari-jari tangan
d. Setelah menjadi bentuk tetes air, biarkan mengering beberapa saat
Gambar 4: Pola Dasar Tetes Air
58
4. Bentuk tabung / lonjong
a. Ambil segumpal clay dan tekan sedikit diantara kedua telapak tangan
b. Gulung-gulunglah clay dengan gerakan maju mundur menggunakan jari
c. Pastikan permukaan clay rata dan membentuk lonjong
d. Setelah menjadi bentuk tabung, biarkan beberapa kering.
Gambar 5 : Pola Lonjong
Pola-pola dasar yang telah dibuat jika dirangkai menjadi satu akan membetunk
seperti bunga matahari. Pola-pola tersebut menjadi dasar bagi anak untuk membuat kreasi
sesuai tema.
59
Catatan :
Tips membuat bentuk dari clay menurut Indira (2009) :
a. Pada saat adonan clay dibentuk, tangan harus dalam keadaan bersih
b. Pada saat pembentukan adonan clay sebaiknya diberi alat plastik, agar meja tidak
kotor
c. Bagian-bagian clay yang sudah dibentuk dibiarkan terlebih dahulu, baru dirangkai,
penempelan bagian-bagian ditempel dengan lem putih
d. Selama proses pengeringan clay jangan disentuh, karena akan mempengaruhi bentuk
clay. Lama pengeringan tergantung dari besar kecilnya clay yang telah dibentuk.
Setelah clay mengering, bentuknya akan sedikit menyusut . Pengeringan sebaiknya
dilakukan ditempat terbuka.
60
Ragam Kreasi Clay Art Untuk Anak PAUD
Sesuai dengan Tema Kurikulum 2013
Apliaksi clay akan dibuat sesuai dengan tema pembelajaran Anak Usia Dini dengan
menyesuaikan kurikulum 2013. Adapun tema-tema sebagai berikut:
1. Diriku : Identitasku, Wajahku, Tubuhku, Kesukaanku
2. Keluargaku : Aggota keluargaku, Profesi Anggota keluargaku
3. Lingkunganku : Rumahku
4. Binatang : Binatang air : Ikan, Binatang darat : Bebek, Binatang Hutan : burung hantu
5. Tanaman : Tanaman Buah, Tanaman Sayur, Tanaman hias, Sayur
6. Kendaraan : Didarat “Mobil”, di laut “Kapal”, di udara “Pesawat jet”
7. Alam semesta : Benda langit Bulan, Bintang, Matahari
8. Negaraku : Tugu Monas, Candi Brobudur
61
Implementasi clay kedalam tema pembelajaran PAUD
1. Tema Diriku :
a. Sub Tema : Identitasku :
untuk tema indentitasku membuat nama dari clay misalnya nama : “Raisya” . Untuk
membuat huruf dibutuhkan pola lonjong.
1. Buat 3 bentuk lonjong dengan warna yang berbeda
(sesuaikan jumlah huruf)
2. Bentuk lonjong tersebut dibentuk sesuai huruf
“ejaan” nama misalnya “Eca”
3. Hiasin dengan bunga-bunga kecil dari bentuk tetes
air dan dan bentuk bulat.
4. Rangkai nama “Eca’ diatas wadah telah disediakan.
62
b. Sub Tema : Wajahku (model 1)
1. Buat bentuk bundar sebagai kepala. Beri
mata menggunakan mute kecil dengan
bantuan lidi kecil. Buat mulut dari ujung
pipet/sedotan
2. Buat bentuk bundar untuk alas kepala
3. Buat rambut bentuk tetes air untuk poni
dan bentuk lonjong untuk rambut terurai
4. Tempel bentuk tersebut sebagai rambut
pada wajah
5. Tempel pada tatakan yang telah dihiasi
bunga.
63
Model 2 : Sub Tema Wajahku (Model 2)
1. Siapkan pensil kayu kemudian buat bentuk bundar sebagai wajah.
2. Buat bentuk bundar pipih.
3. Tempel bentuk bundar pipih tersebut pada bagian belakang.
4. Buat bentuk tetes air dan lonjong yang telah dikepang.
5. Tempel bentuk tersebut sebagai rambut.
6. Rapikan bentuk di pensil.
64
C, Sub Tema : Anggota Tubuhku
d. Kesukaanku
1. Buat bentuk tetes air.
2. Buat garis di tengahnya
menggunakan pisau cutter.
3. Buat bentuk bundar untuk wajah.
4. Mata dari mote.
5. Buat mulut menggunakan ujung
sedotan.
6. Tampil dengan ekspresi senyum
7. Satukan badan dan wajah, kemudian
buat 2 (dua) buah tetes air sebagai
rambut.
8. Buat bentuk tetes air 2 (dua) buah
untuk tangan lalu tempel pada badan
boneka.
9. Dasi terbuat dari bentuk bundar dan
tetes air lalu rangkai.
10. Buat boneka perempuan.
11. Rangkai bentuk-bentuk tersebut
menjadi boneka perempuan.
12. Tambahkan bunga kecil di tangan.
65
2. Sub Tema : Keluargaku “Papa dan Mama”
1. Buat bentuk bundar pipih
2. Gores dengan cutter membentuk garis-garis
3. Buat bentuk bundar pipih lalu letakkan diatas bentuk bentuk
bundar warna kuning
4. Buat daun dan bunga pink
5. Rangkai bunga tersebut diatas kue
66
1. Buat bentuk bundar pipih
2. Tempelkan mute kecil sebagai mata menggunakan lidi kecil
3. Buat mulut menggunakan ujung sedotan
4. Buat bentuk tetes air pipih sebagai badan
5. Buat bentuk tetes air dua dan bentuk bulat dua kemudian satukan
menjadi tangan
67
6. Satukan tangan pada badan “Mama”
7. Buat badan “Papa” berwarna kuning lalu buatkan tangan
8. Buat betun tetes air pipih dan lonjong untuk rambut kemudia tempel
9. Buat bentuk tetes air pipih kudian gores cutter membentuk garis-garis
kemudian tempel
10. Letakkan miniatur “Papa dan Mama” pada tatakan stik
68
3. Tema Lingkunganku :
a.Sub Tema : Rumahku
1. Buat bentuk tetes air pipih kemudian potong ujung
bagian bawah
2. Buat bentuk lonjong yang diberi tekstur dengan
ditusuk sedotan.
3. Buat bentuk lonjong dan bundar sebagai pintu dan
jendela
4. Satukan semua bentuk hingga menjadi seperti
tumah lalu letakkan pada tatakan yang telah dihias
bunga.
69
4. Tema Binatang
a. Sub Tema Ikan
1. Buat bentuk tetes air pipih warna merah
2. Buat betuk tetes air pipih ukuran besar
3. Buat bentuk tetes air pipih dua buah ukuran kecil
4. Rangkai bentuk tersebut menjadi ikan
5. Beri mata dan sisik
70
b. Sub Tema : Burung Hantu
71
1. Buat bentuk tetes air pipih
2. Potong ujung bentuk tetes air tersebut dengan cutter
3. Lancipkan ujung-ujungnya
4. Buat bentuk bundar pipih tempelkan pada bagian depan
owl
5. Buat sayap kecil dari bentuk tetes air kemudia
ntempelkan bada badan owi, tempel mute kecil sebagai
mata lalu letakkan pada dahan clay
72
5. Tema Tanaman
a. Sub Tema : Tanaman Buah
b. Bentuk Manggis
1) Buat bentuk bulat.
2) Buat bentuk tetes air dan lonjong.
3) Rangkai bentuk tersebut menjadi buah jeruk.
1) Buat bentuk bulat.
2) Buat bentuk lonjong tiga buah.
3) Rangkai bentuk tersebut seperti bentuk buah manggis
73
Bentuk Pisang
Bentuk Nanas
1) Buat bentuk bulat-bulat kecil sebanyak empat buah dn bentuk
lonjong satu buah.
2) Buat bentuk tetes air sebanyak empat buah.
3) Susuan menjadi bentuk buah pisang seperti
1) Buat bentuk lonjong agak besar seperti bentuk tabung.
2) Buat bentuk tetes air sebanyak lima buah.
3) Rangkai bentuk tersebut seperti buah nanas
74
Buah Jambu
Buah Semangka
1) Buat bentuk bulat.
2) Buat bentuk lonjong kecil.
3) Tancapkan bentuk lonjong kecil ke bentuk bulat seperti bentuk
buah jambu.
1. Buat bentuk bulat.
2. Jika sudah kering warnai bentuk tersebut
menggunakan cat poster warna hitam dengan pola
seperti buah semangka.
75
Bentuk Stroberry
.
1) Buat bentuk tetes air ukuran besar.
2) Buat bentuk tetes air ukuran kecil kemudian ujungnya digunting
sebagai daun lalu rangkai menjadi bentuk buah strawberry
76
b. Tema : Sayuran
Sayur Kubis
Tomat
1) Buat bentuk bundar pipih 4 (empat) dari adonan warna hijau.
2) Buat bentuk bulat kemudian tusuk lidi bagian atasnya.
3) Rangkai menjadi satu.
1) Bentuk adonan menjadi bulat.
2) Buat bentuk tetes air kemudian gunting ujungnya dua kali hingga
mekar seperti daun.
3) Tempelkan daun di atas bentuk bulat.
77
Jagung
Jeruk
1) Buat bentuk tetes air lalu gunting bagian lancip dua kali hingga daun
mekar.
2) Buat bentuk tetes air dari warna yang berbeda.
3) Tempelkan seperti gambar.
1) Buat bentuk lonjong kecil.
2) Buat bentuk bulat agak besar lalu buat garis vertikal menggunakan
cutter.
3) Tancapkan bentuk lonjong kecil di atas bentuk bulat.
78
Lobak
Wortel
1) Buat bentuk tetes air kecil, kemudian gunting bagian ujungnya
yang tumpul.
2) Buat bentuk tetes air besar lalu buat garis-garis horizontal.
3) Rangkai seperti gambar
1) Buat bentuk tetes air kemudian gunting ujungnya.
2) Buat bentuk tetes air ukuran lebih besar lalu buat garis-garis
horizontal.
3) Rangkai bentuk tersebut seperti gambar di bawah.
79
Kacang Polong
Terong
1) Buat bentuk bulat kecil sebanyak 3 (tiga) buah.
2) Buat bentuk pipih kemudian dilengkung bagian sisi kiri dan kanan.
3) Rangkai bentuk tersebut menjadi seperti kacang polong
1) Buat bentuk lonjong kecil.
2) Buat bentuk tetes air.
3) Rangkai bentuk tersebut menjadi seperti bentuk terong.
80
Clay tema sayuran tersusun dari berbagai jenis bentuk sayuran. Contoh tema
rangkain sayuran sebagai berikut:
c. Sub Tema : Bunga Matahari
81
7. Tema Kendaraan
a. Mobil
1. Buatlah bentuk lonjong pipih sebanyak 6 buah
2. Buat bentuk daun dua buah
3. Buat bentuk lonjong sebagai tangkai
4. Rangkai semua bentuk dengan menempelkan pada gelas
hiasan
82
7. Tema Alam semesta :
Sub Tema : Bintang
1. Buat badan mobil dari bentuk lonjong kemudia pipihakan
salah satu sisinya
2. Buat bentuk bulat 4 buah untuk ban mobil
3. Tempelkan bentuk bundar pada badan mobil
4. Buat kaca mobil dari bentuk lonjong pipih
5. Tempelkan brntuk lonjong pada mobil
1. Buat bentuk tetes air
sebanyak 5 buah
2. Rangkai bentuk
tersebut menjadi
bintang
83
Bulan
b. Matahari
1. Buat bentuk lonjong
2. Lengkungkan bentuk lonjong
3. Pipihkan bentuk lonjong
tersebut
4. Lancipkan masing-masing
ujungnya dengan jari
5. Ratakan hingga membentuk
seperti bulan sabit
84
8. Tema Negaraku :
Sub Tema : Tugu Monas
1. Buat bentuk tetes air 13 buah
2. Buat bentuk bundar pipih
3. Rangkai kedua bentuk tersebut seperti matahari
85
b. Sub Tema : Candi Brobudur
1) Buat betuk lonjong kemudian pipihkan
dengan lebar kemudia tarik bagian
tengahnya hingga mebentuk segitiga
2) Buat bentuk lonjong
3) Buat bentuk tetes air
4) Rakai semua bentuk hingga menjadi
tugu monas.
1) Buat bentuk lonjong
dua buah dengan
ukuran yang berbeda
2) Bentuk lonjong tersebut
disatukan ujungnya
menjadi bundar
3) Susun keatas bentuk
lonjong yang sudah
disatuakan ujungnya
4) Gunakan lidi kecil
untuk membuat ruas
ruas garis dengan cara
ditekan
86
5) Buat bentuk tetes air
6) Gunakan lidi kecil untuk
membuat lubang-lubang
kecil
7) Letakkan bentuk tetes air
diatas bentuk lonjong yang
sudah disatuakan ujungnya
8) Buat bentuk bulat pipih
87
9. Letakkan bentuk bunda pipih diatas candi.
10. Buat bentuk tetes air.
11. Rangkai semua bentuk menjadi candi
Brobudur.
88
BAB IX MERANCANG PENGEMBANGAN KREATIVITAS MELALUI
MEDIA CLAY UNTUK SD KELAS AWAL
Pembahasan clay diatas sudah dijelaskan proses pembuatan adonan clay itu sendiri.
Kali ini kita akan buat rancangan clay untuk anak usia sekolah dasar. Dimana usia ini anak-
anak cenderung suka bermain. Media clay ini sangat cocok karena dapat melatik motorik
halus anak. Pembuatan media yang berasal dari clay ini disesuaikan dengan kurikulum
2013 serta mengacu pada Kompetensi Dasar.
Adapun proses pembuatan prakarya yang berbahan dasar dari clay ditujukan untuk
kelas rendah yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3.
89
KELAS 1
1. Tema : DIRIKU.
a. Sub Tema : Wajahku (Model 1)
1. Buat bentuk bundar lalu masukkan ujung pensi secara
perlahan kemudia tempel mute kecil untuk mata
2. Buat bentuk tetes air pipih untuk poni dan bentuk lonjong
yang telah dipelintir .
3. Tempelkan bentuk tersebut sebagai rambut
90
b. Sub Tema : Wajahku (Model 2)
1. Buat bentuk bundar kemudian tempelkan mute kecil untuk mata
2. Buat bentuk Lonjong pipih dengan ukurn yng berbeda
3. Tempel bentuk onjong pipih tersebut seperti kerudung
4. Buat bung-bunga kecil dan daun
5. Letakkan pencil wajah pada wadah tempat pencil
91
c. Anggota Badanku
1. Buat bentuk bundar pipih kemudai tempelkan mute kecil
untuk mata, buat bentuk tetes air untuk badan lalu satukan
kepala dan badan
2. Buat bentuk lonjong untuk kaki dan bewntuk tetes air
sebagai sepatu. Buat bentuk tetes air dua dan bentuk bulat
dua lalu tempelkan menjadi tangan
3. Buat tatakan bentuk bulat pipih
4. Tempelkan bentuk lonjong pada tatakan membentuk kaki
bersilang
92
2. TEMA : KEGEMARANKU.
5. tempelkan badan pada kaki kemudian tempelkan kedua
tangan
6. buat bentuk lonjong lalu dilipat-lipat kecil
7. Tempelkan lipatan tersebut sebagai baju
8. buat bentuk tetes air pipih menjadi bentuk love lalu letakkan
pada tangan boneka
8. buatkan rambut dari bentuk lonjong dan tetes air pipih
93
a.Sub Tema (Gemar Berolahraga)
1. Buat bentuk lonjong
kemudian satukn
ujungnya membentuk
oval
2. Buat bentuk lonjong
kemudian tekung seperti
huruf V
3. Tempel kedua bentuk
tersebut
4. Buat bentuk lonjong
kemudia gores dengan
cutter garis-garis
94
1. Buat bentuk lonjong
seperti senar raket
kemudia disusun
2. Buat bola basket
denganpola bentuk bulat
95
3. TEMA : KEGIATANKU
Sub Tema : Kegiatan Ekstrakurikuler
Daur ulang Sampah “Botol Bekas” dengan Hias kupu-kupu dari clay
1. Buat bentuk lonjong kemudian tempelkan mute
kecil sebagai mata kemudian Buat dua bentuk
tetes air ukuran besar dan dua ukuran sedang
2. Satukan semua bentuk tetes air .
3. Tempelkan bentuk lonjong seperti kupu-kupu
4. Kupu-kupu yang sudah jadi ditempel pada botol
bekas yang telah dihias dengan decoupage.
96
4. TEMA : KELUARGAKU\
Sub Tema : Anggota Keluargaku
1. Buat bentuk bundar pipih
2. Tempelkan mute kecil untuk mata
3. Buat tekstur dengan ujung sedotan
4. Buat bentuk tetes air pipih
5. Buat bentuk tetes air dan bulat kemudian sesatukan
membentuk tangan
97
6. Tempelkan tangan pada badan warna pink “ boneka perempuan” 7. Buat boneka laki-laki warna kuning 8. Buat bentuk lonjong dan tetes air pipih untuk rambut boneka perempuan. 9. Buat bentuk tetes air pipih untuk rambut boneka laki-laki. 10 Letakkan boneka tersebut pada tatakan yang terbuat dari stik yang telah dihias dengan bunga-bunga kecil.
98
5. TEMA : LINGKUNGAN BERSIH
Sub tema : lingkungan Rumahku
1. Buat tatakan berbentuk Love
2. Buat bentuk lonjong pipih kemudian buat garis-
garis kecil dengan cutter.
3. Buat bentuk lonjong, bentuk llonjong pipih dan
bulat kecil, bentuk tetes air pipih
4. Rangkai semua bentuk menjadi rumah
99
5. Buat bentuk lonjong yang akan dirangkai untuk pagar rumah
6. Buat bentuk lonjong kemudian dirangkai menjadi pelangi
7. Rangkai semua bentuk menjadi lingkungan rumah yang
bersih
100
6. TEMA : BENDA, BINATANG DAN TANAMAN DI SEKITARKU
a. Sub Tema Tanaman Bunga Mawar Kolaborasi dengan tumbuhan
1. Buat bentuk lonjong pipih
2. Gulung bentuk lonjong dengan ujung jari
membentuk bunga mawar
3. Sematkan bunga mawar pada pohon bunga
dalam pot
101
b. Sub Tema : Kolase dari bahan alam Kolaborasi dengan ulat dari clay
1 2 3 4
1 2 3
1.Buat bentuk lonjong, bentuk bundar dengan ukuran yang
berbeda kemudian rangkai bentuk tersebut seperti ulat.
2. Warnai bunga sepatu dengan crayon bagian daun dan
putiknya
3. Tempelkan cangkang kwaci dibagian mahkota bunga
kemudian simpan ulat yang sudah dibuat dari bahan clay
di daun bunga sepatu.
102
c. Sub Tema : Binatang Kecoak
1. Buat bentuk lonjong besar
2. Buat bentuk lonjong pipih warna merah kemudian
tempelkan pada bentuk lonjong besar
3. Buat goresan menggunakan cutter
4. Buat bentuk bundar kecil berwarna hitam, buat bentuk
bundar warna putih untuk mata
5. Letekkan “kecoak” pada taman bunga.
103
KELAS 2
1. TEMA : HIDUP RUKUN
a. Sub Tema : (Seragam Pakaian Sekolahku)
1. Buat bentuk tetes air pipih
2. Buat bentuk tetes air
3. Buta bentuk bundar kemudia
tempelkan mute kecil untuk
mata
4. Satukan bentuk tersebut
menjadi boneka anak
perempuan
5. Buat badan boneka untuk
anak laki-laki
6. Buat bentuk bundar untuk
kepala.
7. Beaut bentuk tetes air pipih
untuk rambut
8. Buat tekstur untuk muut
dengan ujung sedotan
9. Berikan bunga kecil diatas
kepala boneka
104
10. Buat bentuk tetes air
pipih
11. Buat bentuk bulat kecil
dan tetes air untuk dasi
merah putih
12. gunakan cutteruntuk
membuat goresan kecil
13. Letakkan Boneka Anak
Sekolah pada talenan.
105
2. TEMA : BERMAIN DI LINGKUNGANKU
a. Sub Tema : Bermain di taman lingkungan Rumahku Bersama keluarga
1. Buat wajah boneka 3 (tiga) buah.
2. Buat bentuk tetes air warna kuning
untuk boneka laki-laki.
3. Buat bonek perempuan menggunakan
celemek di bajunya dari bentuk
lonjong kemudin digaris
menggunakan cutter.
4. Buat bentuk lonjong pipih untuk
kerudung kemudian tempel.
5. Buat tangan dari bentuk tetes air.
6. Tempel bentuk tetes air (tangan) pada
masing-masing boneka.
7. Buat tatakan warna hijau bentuk
lonjong pipih.
8. Buat bentuk lonjong warna orange
kemudian tancap pada tatakan hijau.
Masing-masing ujungnya beri lidi tipis
untuk penyangga.
9. Penyangga berwarna orange.
10. Tempelkan penyangga di tatakan
hijau.
11. Tempel boneka laki-laki, perempuan,
dan anak kecil pada tatakan hijau
menggunakan lem putih.
12. Tema Anggota Keluargaku
13. Buat bunga untuk hiasan di tengahnya.
106
3. TEMA : TUGAS SEHARI-HARIKU
a. Sub Tema (Tugasku dalam beragama)
1. Buat bentuk lonjong pipih untuk badan masjid
2. Buat bentuk tetes air pipih
3. Buat bentuk lonjong pipih warna kuning, bentuk tetes
air dan bentuk bulat kecil warna ungu
4. Rangkai semua bentuk menjadi masjid.
107
4. TEMA : HIDUP BERSIH DAN SEHAT
a. Sub Tema : Hidup Bersih dan sehat dimasyarakat
(Membuat Bingkai dari sampah Ranting)
1. Buat bentuk lonjong kemudian digulung dengan jari
membentuk putik bunga mawar
2. Buat bentuk bundar pipih 3 ukuran kecil 5 ukuran
besar
3. Rangkain 3 bentuk bundar kecil secara bersilang
hingga membentuk bunga mawar
108
1. Rangkai 5 bentuk bundar menjadi bunga mawar
2. Buat dun 6 buah dan goreskan garis-garis kecil
menggunakan cutter.
3. Rangkai bunga mawar dan daunnya pada bingkai kayu
yang terbuat dari ranting kayu.
109
5. AIR, BUMI, MATAHARI
a. Sub Tema : Matahari
Buat bentuk tetes air 6 buah
dengan ukuran yang nyaris sama
Lalu buat bentuk bulat
Rangkai bentuk tersebut menjadi
matahari kemudian letakkan pada
tatakan.
110
6. TEMA : MERAWAT HEWAN DAN TUMBUHAN
a. Sub Tema Hewan : Kupu-Kupu
1. Buat bentuk bulat dengan ukuran dan warna yang
berbeda
2. Buat bentuk tetes air pipih
3. Rangkai semua bentuk seperti kupu-kupu kpada
taman bunga
111
KELAS 3
Tema 1 : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP
a. Sub Tema : Pertumbuhan Hewan
1. Buat bentuk Bulat Oval seperti telur
2. Buat bentuk Bulat Oval dan buat kepala serta kepala dari
bentuk bulat dan tempelkan mute kecil untuk mata (Anak
Ayam)
3. Buat bentuk bulat dan tetes air pipih untuk sayap
4. Buatbentuk bulat, tetes air dan lonong kecil untuk kaki ayam
5. Rangkaisemua bentuk yang ada pada gambar 4 kemudian
tambahkan bentuk tetes air pipih sebagai sayap (Induk Ayam)
112
Tema 2 : MENYAYANGI HEWAN DAN TUMBUHAN
a. Sub Tema : Menyayangi Tumbuhan
1. Buat bentuk tetes air pipih 5 buah dan satu bentuk
bentuk bundar.
2. Siapkan rantingdan daun
3. Rangkai semua bahan menjadi satu
113
b. Sub Tema : Bunga Matahari
1. Buat bentuk lonjong pipih
untuk pot bunga
2. Buat bentuk lonjong dua
buah yang berbeda
ukurannya untuk tangkai
3. Baut dua buah bentuk
bundar pipih untuk kelopak
4. Buat bentuk tetes air pipih
tiga buah untuk daun
5. Buat buat bentuk tetes air
“warna orengs” 8 buah
6. Buat brntuk tetes air “warna
biru” 7 buah
7) Rangkai pot dan dan tangkai
8) Tempel daun “berwarna hijau”
9) Tempel kelopak “berwarna kuning”
114
c.Sub Tema : Menyayangi Binatang
1. Buat bentuk lonjong kemudian gulung ujungnya
2. Buat bentuk bulat berwarna kuning kemudia tempel
3. Buat mata dan antena
4. Letakkan pada taman bunga
115
Tema 3 : BENDA DI SEKITARKU
a. Sub Tema : Perubahan Wujud Benda (Lilin)
1. Buat bentuk bundar sebagai tatakan danbentukbundar
yang dibuat lesung tengahnya
2. Buat bentuktetes air pipih dan bentukbulat
kecilberwarnaputih
3. Buat bentuk lonjong untuk rambu,bundar dan bentuk
bulat kemudian bagi dua membentuk bulan sabit
116
4. Rangkai semua bentuk
menjadi boneka perempuan
5. Letakkan boneka tersebut
pada tatakan lilin.
117
RAGAM KREATIVITAS CLAY
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
DAFTAR PUSTAKA
Ary D. Sheridan 2011. Play In Early Childhood From Birth to Six Years (United State Of
America, Taylor & Francis Group.
Carol &Barbour. 1993. Early Chidhood Education An Introduction. Macmillah
:USA.
Catib. Munif. 2011. Guru Manusia. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Dorothy Einon’s. 1999. Learning Early .London, Marshall Publishing.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Eliason Claudia and Jnekins Loa. 1986. A Practical Guide to Early Childhood
Curriculum (United State of America, Pearson Educationir
Faisal. 2017. Tema 4 Hidup Bersih dan Sehat Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas II, Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Irine Maria Juli Astuti. 2017. Tema 1 Hidup Rukun Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas II, Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Iba Muhibba dkk. 2017. Tema 4 Kewajiban dan Hakku Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas III, Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Jamaris. 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor : Ghalia
Indonesia
Jo Ann Brewer. 1992. Early Childhood Education,Sixth Edition. United State of America,
Pearson Education.
Judith,Patricia, Barbara dan Keith. 1993. Play at the Center of the Curriculum, 4th Edition.
Unites State of America, Pearson Education.
Jill Englebringt dan Robert. 2012. Art & Creative Development for Young Children, 7th
Edition. Unites State, Wadsworth.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.2001.Jakarta: Depdiknas.
130
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Asdi
Mahasatya
Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta :
Gramedia Pustaka
Mayke. 2007. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta, Grasindo.
MS Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Anak Usia Dini.
Departeman Pendidikan Nasional.
Nurlaila Hidayatul Baiti. 2010. Meningkatkan Kecerdasan Spasial Melalui Bermain
Konstruktif. Jakarta, Tesis UNJ.
Novilia Adellina,dkk. 2017. Tema 2 Kegemaranku, Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
Buku Guru SD/MI Kelas 1. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Nurhasanah, Lubna. 2017. Tema 3 Kegiatanku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku
Guru SD/MI Kelas 1. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Rachmawati, Yeni & Kurniati, Euis. 2010. Strategi Pengembangan Kreatifitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada Media Group.
Susanto Ahmad. 2001. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.
Syafaruddin & Herdianto. 2011. Pendidikan Pra Skolah. Medan : Perdana
Publishing.
Setiyo Iswoyo dkk. 2017 .Tema 4 Keluargaku Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Buku Guru SD/MI Kelas 1. Jakarta, Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
Soegeng Santoso.2004. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :Penerbit Citra Pendidikan.
Sonya Sinyanyuri dkk. 2017. Tema 1 Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk
Hidup Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas
III, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Sandra J. Stone. 1993. Playing A Kids Curriculum. Inited States Of America, Harper Collins.
Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta:
131
Departemen Pendidikan Nasional.
Susanto, Ahmad. 2015. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana
Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Sari Kusuma Dewi dkk. 2017. Tema 3 Benda di Sekitarku Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas III, Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Taufina. 2017. Tema 2 Bermain di Lingkungan Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas II, Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Utami Munandar. 2009. Mengembangkan Bakat dari Kreativitas Anak
Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Penney Upton. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Papalia Olds Feldman. 2009. Human Development Perkembangan Manusia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Papalia, Diane E. 2010. Human Development : Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana
Purnomisidi. 2017. Tema 3 Tugasku Sehari-hari Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas II, Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Yusfina Hendrifiana, dkk. 2017. Tema 1 Diriku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
Buku Guru SD/MI Kelas 1. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Yanti Kurnianingsih dkk. 2017. Tema I Menyayangi Tumbuhan dan Hewan Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas III, Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
132
NIRWANA, Lahir di Tanete, Kel Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan pada 10 Desember 1978. Merupakan putri pertama dari pasangan Ambo Enre dan Hj. Hartini. Menikah dengan Irwan Samad. Dikarunia dua orang putra dan satu orang putri: Rayhan Hidayat Irwan, Fauzan Zarkasyi Irwan dan Raisya Alyana Irwan.
Lulus SD Negeri 60 Tanete tahun 1993. MTS Pondok Pesantren DDI Mangkoso Sulawesi Selatan (lulus tahun 1995 ). SMU Muhammadiyah 6 Makassar (lulus tahun 1998). S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Makassar
lulus tahun 2004. S2 Program studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Universitas Negeri Jakarta lulus tahun 2011. S3 Program studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Universitas Negeri Jakarta lulus tahun 2017.
Ketua Yayasan Wanda Preschool Bulukumba 2002-sekarang. Pengurus Kerukunan Keluarga Sulawaesi Selatan (KKSS) Kota Bogor 2014-sekarang. Ketua Jurusan Prodi PG-PAUD STKIP Kusuma Negara Jakarta periode 2018-2021.
Nara sumber pada workshop dan pelatihan PAUD, Dosen tamu PTS dan PTN, Penggiat kewirausahaan mahasiswa berbasis kreativitas, Aktif dalam peneltian PAUD dan pengabdian masyarakat pecinta anak usia dini, Aktif dalam kegiatan Asosiasi Dosen Indonesia.
133
Nama Eva Oktaviana, M.Pd, Lahir di Bogor 18 Oktober 1988. Ayah
bernama Dede Rohadi,S.Pd,MM ibu bernama Ecih Kurniasi. Menikah
dengan Tuna Wangsa, M.Pd dikarunia anak satu Arjuna Nishaaj
Wangsa.
Sekolah dasar ditempu di SDN Cibitung Kulon 04, Bogor lulus tahun
2001, SMPN 1 Pamijahan Bogor lulus tahun 2004, SMA Mandala
Bogor lulus tahun 2007, S1 Universitas Negeri Jakarta Jurusan PGSD lulus tahun 2011, S2
Universitas Negeri Jakarta jurusan DIKDAS lulus tahun 2013.
Bekerja sebagai dosen tetap prodi PGSD STKIP Kusuma Negara Jakarta, Peneliti PGSD,
nara sumber dan pelatihan PGSD, Aktif dalam kegiatan kegiatan kewirausahaan mahasiswa.
Pernah menulis buku tentang “Restorasi Pendidikan Indonesia” penerbit Ar-Ruzz Media
Yogyakarta.