Upload
vanthuy
View
228
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
0
LAPORAN
HASIL PEMANTAUAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA MITIGASI BENCANA ALAM
BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
BULAN MEI 2016
Website: pusfatja.lapan.go.id/simba pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG DISEMINASI PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA
Jalan Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 Tel/Fax: 021-8722733, 021-8722733
1
1. PEMANTAUAN AKUMULASI CURAH HUJAN Curah Hujan 150 – 250 mm/bulan :
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Lampung
Provinsi NAD
Provinsi Maluku
Provinsi Riau
Provinsi DI Yogjakarta
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Jambi
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Kalimantan Timur
Selengkapnya Akumulasi Curah hujan dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php
Curah Hujan<150 mm/bulan:
Provinsi NTB
Provinsi Bali
Provinsi NTT
Provinsi DKI Jakarta
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Maluku Utara
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Kep. Riau Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Jawa Tengah Provinsi Banten
Provinsi Gorontalo Provinsi Bangka-Belitung
Curah Hujan >250 mm/bulan:
Provinsi Papua Barat
Provinsi Bengkulu
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Papua
Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Kalimantan Barat
2
2. PEMANTAUAN DAERAH POTENSI BANJIR DI INDONESIA Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari-8, data Landsat-7, DEM-SRTM USGS dan batas Administrasi dari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa provinsi. (selengkapnya pada, http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php):
Gambar 2.1: Potensi Banjir di Pulau Jawa
Minggu-I, 1- 8 Mei 2016
Gambar 2.2: Potensi Banjir di Pulau Sumatera
Minggu-II, 9 -15 Mei 2016
Gambar 2.3: Potensi Banjir di Pulau Kalimantan
Minggu-III, 16 -22 Mei 2016
Gambar 2.4: Potensi Banjir di Pulau Sulawesi
Minggu-IV, 23- 29 Mei 2016
Gambar 2.5: Potensi Banjir di Pulau Jawa
Minggu-V, 30- 31 Mei 2016
3
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.1. FFMC = Fine Fuel Moisture Code(Kondisi Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api)
Peringkat numerik dari kandungan kadar air bahan bakaran halus. FFMC digunakan sebagai indikator kemudahan tersulut dan tersebarnya api (kebakaran). Peringkat FFMC tinggi biasanya terjadi pada rerumputan dan bahan bakaran halus lainnya yang kering/mati dan terdapat pada wilayah terbuka. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I
(1-10 Mei 2016):
FFMC ekstrim terpantau tersebar di NAD, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, Lampung, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Dasarian-II
(11-20 Meil 2016):
FFMC ekstrim terpantau luas di NAD-Sumatera Utara, tersebar di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, luas di Lampung, Kalimantan Tengah, di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Dasarian-III
(21-30 Mei 2016):
FFMC ekstrim terpantau di Riau-, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, KalimantanTengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.1.a. Kondisi FFMC pada Dasarian-I Mei 2016 Gambar 3.1.b. Kondisi FFMC pada Dasarian-II Mei 2016 Gambar 3.1.c. Kondisi FFMC pada Dasarian-III Mei 2016
4
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.2. DC= Drought Code (Potensi Tingkat Kekeringan dan Asap )
Peringkat numerik dari kandungan kadar air di lapisan organik yang berada di bawah permukaan tanah. DC digunakan sebagai indikator kekeringan dan potensi terjadinya kabut asap. Peringkat DC yang tinggi biasanya terjadi pada kebakaran lahan gambut. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I
(1-10 Mei 2016):
DC ekstrim terpantau di NAD, Sumatera Utara,Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Utara dan kalimantan Timur.
Dasarian-II (11-20 Mei 2016):
DC ekstrim pada dasarian-II hampir tidak berbeda dengan dasarian-I. DC ekstrim terpantau di NAD, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Dasarian-III (21-30 Mei 2016):
DC ekstrim semakin berkurang , terdapat di NAD, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Kalimantan Timur.
Gambar 3.2.a. Kondisi DC pada Dasarian-I Mei 2016 Gambar 3.2.b. Kondisi DC pada Dasarian-II Mei 2016 Gambar 3.2.c. Kondisi DC pada Dasarian-III Mei 2016
5
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.3. ISI = Initial Spread Index(Kesulitan Pengendalian)
Peringkat numerik dari penyebaran api/kebakaran untuk bahan bakaran halus (rerumputan).
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I
(1-10 Mei 2016):
ISI ekstrim terpantau luas di Riau, Jambi, dan Kep. Riau. Sedangkan di P. Kalimantan terdapat diKalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Dasarian-II (11-20 Mei 2016):
ISI berkurang drastis, terpantau dalam luasan kecil di Kep. Riau, P. Belitung, dan Lampung. Sedangkan di P. Kalimantan, terdapat di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Dasarian-III (21-30 Mei 2016):
ISI ekstrim terpantau semakin berkurang, hanya dalam luasan kecil di Bangka-Belitung. ISI ekstrim di P. Kalimantan terpantau di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan bagian timur Kalimantan Utara.
Gambar 3.3.a. Kondisi ISI pada Dasarian-I Mei 2016 Gambar 3.3.b. Kondisi ISI pada Dasarian-II Mei 2016 Gambar 3.3.c. Kondisi ISI pada Dasarian-III Mei 2016
6
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN) 3.4. FWI= Fire Weather Index(Index Cuaca Kebakaran)
Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 Mei 2016):
FWI ekstrim terpantau dalam luasan kecil di NAD, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.
Dasarian-II (11-20 Mei 2016):
FWI ekstrim terpantau dalam luasan kecil di Sumatera Utara, Kep. Riau, Lampung, serta di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Dasarian-III (21-30 Mei 2016):
FWI ekstrim hamper tidak terpantau di P. Sumatera. Sedangkan di P. Kalimantan terpantau di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan walau dalam lusan yang kecil.
Gambar 3.4.a. Kondisi FWI pada Dasarian-I Mei 2016 Gambar 3.4.b. Kondisi FWI pada Dasarian-II Mei 2016 Gambar 3.4.c. Kondisi FWI pada Dasarian-III Mei 2016
7
4. PEMANTAUAN TITIK API (HOT-SPOT) Informasi titikpanas di peroleh dari data Terra/Aqua-MODIS dan SNPP-VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php
Hasil pengamatan bulan Mei 2016 menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 53 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 14titik panas, di P. Jawa terpantau 13 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 96 titik panas, Papua terpantau 5 titik panas, sedangkan di Bali, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat tidak terpantau titik panas.
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia bulan Mei 2016
PROVINSI JUMLAH HOTSPOT
SULSEL 85
KEPRI 27
JATIM 13
KALTIM 12
RIAU 10
SULTENG 9
SUMUT 7
NAD 5
PAPUA 5
BENGKULU 2
JAMBI 2
SULTRA 2
KALTARA 1
KALTENG 1
JUMLAH 181
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi Di Indonesia Mei 2016
8
5. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. JAWA Kondisi lahan sawah di P. Jawa bulan Mei 2016 masih didominasi bera dan TKV sangat rendah, namun ada beberapa daerah didominasi oleh fase air, TKV sedang, dan TKV tinggi. Lahan sawah dengan kelas Bera masih mendominasi di Provinsi Banten yaitu Kabupaten
Pandeglang, Serang, dan Tangerang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Brebes, Demak,
dan Grobogan. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Kulonprogo, dan Bantul.
Provinsi Baliyaitu Kabupaten Tabanan, Badung, dan Gianyar.
Lahan sawah dengan kelas TKV sangat Rendah masih mendominasi Provinsi Jawa Tengah
yaitu di Kabupaten Grobogan, Demak, dan Pati. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten
Gunung Kidul, Sleman, dan Kulonprogo. Provinsi Baliyaitu Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan
Bulengleng.
Sedangkan lahan sawah yang mayoritas dalam kelas air di antaranya terdapat di Provinsi
Banten yaitu Kabupaten Serang, Tangerang, dan Pandeglang, serta Provinsi Jawa Barat yaitu
di Kabupaten Indramayu, Subang, dan Karawang. Selanjutnya lahan sawah yang didominasi
TKV sedang berada di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Lamongan, dan Tuban
Bojonegoro. Sementara itu, TKV tinggi mendominasi di Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten
Indramayu, Karawang, Subang, serta Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Lamongan,
Jombang, dan Tuban.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Jawa bulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23Mei 2016 dan 24 – 31 April 2016.
9
6. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. JAWA Informasi Fase tanaman padi selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Lahan sawah di P. Jawa bulan Mei 2016 didominasi oleh vegetatif-1 dan vegetatif-2, namun ada beberapa daerah yang mulai memasuki fase generatif-1 maupun generatif-2. Lahan sawah dengan fase vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Jawa Tengah yaitu di
Kabupaten Demak, Grobogan, dan Blora. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu di Kabupaten Sleman,
Bantul, dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Bondowoso, Ngawi, dan
Probolinggo. Provinsi Baliyaitu Kabupaten Gianyar dan Badung.
Lahan sawah dengan fase vegetatif-2mendominasi di Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten
Indramayu, Cirebon, dan Karawang. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Grobogan, Pati,
dan Pemalang. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu di Kabupaten Gunung Kidul, Sleman, Kulon
Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, dan Malang. Provinsi
Baliyaitu Kabupaten Buleleng dan Badung.
Sedangkan lahan sawah yang mulai mmasuki fase generatif-1 mendominasi Provinsi Banten
yaitu di Kabupaten Serang, Tangerang, dan Pandeglang. Sementara itu untuk fase generatif-2
mendominasi di Provinsi Banten yaitu Kabupaten Serang, Tangerang, Pandeglang serta
Provinsi Jawa Barat yaitu kabupaten Garut, Bogor, dan Sumedang.
Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Jawa bulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23Mei 2016 dan 24 – 31Mei 2016.
10
7. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. JAWA
Informasi Banjir/Keringlahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php Curah hujan yang masih tinggi mempengaruhi kondisi lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali.
Pada periode bulan Mei 2016, sebagian lahan sawah berpotensi mengalami rawan banjir,
sebagian kecil dalam kelas banjir ringan/sedang dan sebagian besar banjir berat/puso.
Lahan sawah yang berpotensi mengalami banjir ringan/sedang, seperti terjadi di Provinsi
Banten yaitu Kabupaten Tangerang, Pandeglang, dan Serang. Provinsi Jawa Barat yaitu di
Kabupaten Karawang, Bekasi, dan Majalengka. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Blora,
Grobogan, dan Pati. Provinsi D.I Yogyakartayaitu Kabupaten Gunung Kidul, Bantul, dan
Sleman. Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Bojonegoro, Ngawi, dan Banyuwangi. Provinsi
Bali yaitu di Kabupaten Tabanan, Badung, dan Gianyar.
Lahan sawah yang berpotensi besar banjir berat/puso terdapat di Provinsi Banten yaitu
Kabupaten Pandeglang, Serang dan Tangerang. Provinsi Jawa Barat yaitu di Kabupaten
Indramayu, Subang, dan Cirebon. Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Cilacap, Kebumen,
dan Brebes. Provinsi D.I Yogyakartayaitu Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kulonprogo. Provinsi
Jawa Timur yaitu di Kabupaten Lamongan, Jember, dan Probolinggo. Provinsi Bali yaitu di
Kabupaten Badung, Tabanan, dan Buleleng.
Pemantauan Potensi banjir/Kering lahan sawah di P. Jawa bulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23 Mei 2016 dan 24 – 31 Mei 2016.
11
8. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA Kondisi lahan sawah di P. Sumatera bulan Mei 2016, umumnya masih didominasi lahan sawah
dengan kelas TKV sangat rendah dan rendah.
Untuk TKV sangat rendah masih mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu
Kabupaten Pidie, Aceh Besar dan Aceh Utara. Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten
Serdang Bedagai, Deliserdang dan Asahan. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir
Selatan, Tanah Datar, dan Agam. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir,Siak dan Indragiri
Hilir. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Muarojambi, Kerinci dan Tanjungjabung Timur.
Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Seluma, Rajang Lebong dan Bengkulu Utara. Kemudian
Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering
Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung Timur.
Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Tulangbawang.
Sedangkan TKV rendah masih mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu
Kabupaten Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Timur. Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten
Dairi, Karo, dan Langkat. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten, Pasaman Barat, Agam dan
Padang Pariaman. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Kampar.
Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci, Bungo, dan Tebo. Provinsi Bengkulu yaitu di
Kabupaten Muko-muko,Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan. Kemudian Provinsi Sumatera
Selatan yaitu di Kabupaten Musirawas, Musi Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu Timur.
Provinsi Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Bangka. Provinsi Lampung yaitu
Kabupaten Bangka Barat, Bangka dan Bangka Tengah.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23 Mei 2016 dan 24 – 31 Mei 2016.
12
9. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SUMATERA Informasi Fase tanaman padi selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Pemantauan fase lahan sawah di P. Sumatera bulan Mei 2016, menunjukkan lahan sawah
didominasi oleh fase vegetatif-1 dan vegetatif-2.
Lahan sawah dengan fase vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Aceh Utara, Pidie, Aceh timur. Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai Deliserdang, dan Simalungun. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan Padang Pariaman. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Bengkalis. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci, Tanjungjabung Timur, dan Tanjungjabung Barat. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara dan Lebong. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan dan Bangka. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Lampung Timur.
Sedangkan lahan sawah dengan fase vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Aceh Utara, Aceh Barat Daya, dan Aceh Tenggara. Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Simalungun, Tapanuli Selatan, dan Langkat. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan Padang Pariaman. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Bengkalis. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci, Tanjungjabung Timur, dan Tanjungjabung Barat. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara dan Seluma. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Tulangbawang.
Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Sumatera bulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23 Mei 2016 dan 24 – 31 Mei 2016.
13
10. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php
Pemantauan potensi banjir/kering lahan sawah di P. Sumatera bulan Mei 2016
menunjukkan, ada lahan sawah yang berpotensi mengalami rawan kekeringan di beberapa
wilayah.
Kondisi kekeringan lahan sawah pada Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten
Pidie, Aceh Utara, dan Bireun. Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Serdang
Bedagai, Deliserdang, dan Langkat. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir
Selatan, Kota Padang dan Solok. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Siak, Kampar, dan Kuantan
Singin. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten TanjungJabung Timur, Muarojambi dan Kerinci.
Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Rajanglebong. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan
yaitu di Kabupaten Ogan Komering dan Ogan ilir dan Banyuasin. Provinsi Lampung yaitu
Kabupaten Tulangbawang, Lampung Tengah, dan Lampung Timur. Provinsi Bangka Belitung
yaitu di Kabupaten Bangka Selatan.
Pemantauan Potensi banjir/Kering lahan sawah di P. Sumatera bulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23 Mei 2016 dan 24 – 31 Mei 2016.
14
11. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Kondisi lahan sawah di Pulau Sulawesi bulan Mei 2016 menunjukkan masih didominasi
lahan sawah dengan kelas TKV rendah, TKV sedang dan TKV bera.
Untuk TKV rendah mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Boolang
Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu terdapat di
Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di
kabupaten Donggala, Banggai dan Porigomoutong. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di
kabupaten Poliwaliwamasa, Mamuju dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu terdapat
di kabupaten Bone, Wajo dan Luwu. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari,
Kolaka dan Bombana.
Sedangkan TKV sedang mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang
Mongondow, Minahasa dan Minahasa Selatan. Provinsi Sulawesi Tengah Yaitu di
Kabupaten Donggala, Banggai dan Morowali. Provinsi Sulawesi Barat yaitu terdapat di
Kabupaten Mamuju, Mamasa dan Mamuju Utara. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di
Kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
Sementara itu TKV bera mendominasi di Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo,
Boalemo dan Kota Gorontalo. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Wajo,
Sidenrengrappa dan Pinrang.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sulawesi bulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23 Mei 2016 dan 24 – 31 Mei 2016.
15
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SULAWESI Informasi Fase tanaman padi selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Pemantauan fase tanaman padi di P. Sulawesi menunjukkan, tanaman padi di pulau ini didominasi oleh fase tanaman padi sawah vegetatif-2, generative-1 dan bera. Fase tanaman padi sawah vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Donggala, Banggai dan Morowali. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Mamuju,Mamasa dan Polewaliwamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Wajo, Bone dan Luwu. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kendari, konawe Selatan dan Kolaka. Sedangkan fase tanaman padi sawah generatif-1 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Banggai dan Morowali. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
Sementara itu, fase tanaman padi sawah bera mendominasi di Provinsi Gorontalo yaitu di kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di kabupaten Polewaliwamasa, Mamuju dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di kabupaten Wajo, Pinrang dan Sindenrengrappan.
Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Sulawesibulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23 Mei 2016 dan 24 – 31 Mei 2016.
16
13. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php
Akumulasi rata-rata curah hujan kurang dari 400 mm di Pulau Sulawesi
mengakibatkan lahan sawah di pulau sulawesi berpotensi mengalami rawan
kekeringan.
Hasil pemantauan menunjukkan, lahan sawah yang berpotensi rawan kering
ringan/sedang terdapat di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Boolang
Mongondow, Minahasa dan Minahasa Utara. Provinsi Gorontalo yaitu terdapat
di kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Puhuwato. Provinsi Sulawesi Tengah
yaitu di kabupaten Donggala, Banggai dan Porigomoutong. Provinsi Sulawsei
Barat yaitu di Kabupaten Polewaliwamasa, Mamuju dan Mamasa. Provinsi
Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Pinrang, Sidenrengrappa dan Wajo.
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kendari, Kolaka dan Bombana.
Sedangkan lahan sawah yang berpotensi rawan kering berat/puso terdapat di
Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Banggai dan di Provinsi Sulawesi
Tenggara yaitu di Kabupaten Bombana.
Pemantauan Potensi banjir/Kering lahan sawah di P. Sulawesibulan Mei 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 April- 7 Mei 2016, 8 – 15 Mei 2016, 16 – 23 Mei 2016 dan 24 – 31 Mei 2016.
17
14. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN)
Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php
Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil
permukaan dari satelit NOAA-AVHRR dan Terra/Aqua MODIS, pada bulan Mei
2016 dihasilkan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yaitu project
area PA03, PA05,PA06,PA07,PA10,PA11,PA12,PA13,PA14, PA15,
PA16,PA19,PA20 danPA21 sebanyak 92 buah. Jumlah lembar informasi ZPPI
harian tiap projek area yang dihasilkan pada bulan Mei 2016 dan daerah-daerah
tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 14.1.
Gambar 14.1. Projek Area ZPPI
Tabel 14.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
18
Projek Area PA01, PA02, PA03, PA10, PA11
dan PA19
Projek Area PA07, PA15, PA16
dan PA24
Projek Area PA05,PA06, PA12, PA13,
PA14, PA20 dan PA21