Upload
ade-bsb
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
1/28
OKTOBER 2012 1
Pembaca yang budiman,beberapa waktu yang lalukita dikejutkan dengan
jatuhnya pesawat komersilSukhoi Super Jet 100 di GunungSalak, Bogor. Bagaimanaperistiwa itu terjadi, berapa
jumlah korban, bagaimanamengevakuasi korbannya,menjadi headline di beberapamedia. Tak terkecuali juga beritabagaimana para ahli warisbisa mendapatkan santunandari pemerintah melalui PT
Asuransi Jasa Raharja. Sementara bagi korban yang pada
saat kecelakaan sedang bekerja, ahli waris juga mendapatsantunan kecelakaan kerja dari Jamsostek.Dunia asuransi sudah sangat identik dengan manajemen
risiko. Maklum, asuransi adalah salah satu teknik di dalammanajemen risiko. Perusahaan asuransi adalah perusahaanyang menerima pengalihan risiko dari tertanggung.Sehingga aktifitas keseharian perusahaan adalah mengelolarisiko pihak lain.
Melaksanakan manajemen risiko memang penting bagiperusahaan asuransi. Ketika sebuah risiko terjadi kepadanasabah baik itu risiko kehilangan, sakit, maupun kematian,
maka perusahaan asuransi harus membayarkan klaim atausantunan kepada nasabah. Dengan jenis bisnis seperti ini,maka penting bagi perusahaan asuransi melaksanakanmanajemen risiko.
Namun, apakah kita tahu pangertian dari risiko dan jugaasuransi? Dan apa kaitan diantara keduanya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, BuletinBSMR edisi ini menyajikan tulisan Sajian Utama tentangRisk Management Industri Asuransi. Tujuan penerapanmanajemen risiko di industri asuransi pada dasarnyatidak berbeda dengan industri lainnya yakni agar dapatmeminimalisir dan mengelola risiko yang berdampak negatifpada tujuan, visi, dan misi perusahaan. Dalam teori dasarmanajemen risiko, tahapan-tahapannya adalah menentukankonteks (ruang lingkup dan tujuan), identifikasi risiko, analisarisiko, dan mengontrol risiko. Karena risiko bersifat dinamis,maka harus selalu dilakukan revieu dan monitoring.
Pembaca, selain sajian utama manajemen risiko bisnisasuransi, kami juga menyajikan artikel lain yang tak kalahmenarik seperti Rubrik lifestyle yang menampilkan olahragakategori berisiko, freediving. Juga ada wawancara dan
kolom tentang manajemen risiko, serta berita-beritaseputar kegiatan BSMR.Kami berharap sajian ini bermanfaat bagi Anda. Selamat
membaca.
DARI REDAKSI
SUSUNAN REDAKSIBULETIN BSMR
Penasehat:Gayatri Rawit Angreni
Pelindung:Gandung Troy Sulistyantoro
Penanggung Jawab/
Pemimpin Redaksi:Rahardjo S. Unggul
Redaktur Pelaksana:Julianda
Dewan Redaksi:Naif Ali Dahbul
Sirkulasi:
Dian Kusumowardani,Dewi Diah Handayani,Restu Rahayu Dewi,Taufan Iskandar Muda,Mailina, Saeful, Jellysi, Wulan, Agung, Bowo, Hans,Halimah
ALAMAT REDAKSIGandaria Office 8 Lantai 2 Unit D
Jl. Sultan Iskandar MudaKebayoran LamaJakarta Selatan 12240Telepon: (021) 2903 6680Faksimili: (021) 2903 6681Email: [email protected]: www.bsmr.org
Redaksi menerima kiriman naskahtulisan, saran pendapat danfoto. Redaksi berhak mengeditnaskah tulisan tanpa mengubahmaknannya.
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
2/28
OKTOBER 20122
1 Dari Redaksi
SAJIAN UTAMA
3 Mengelola Risiko Perusahaan
Asuransi
6 Risiko yang Menghadang
Perusahaan Asuransi
8 Killer Risk di Bisnis Asuransi
12 Menakar Risiko Bancassurance
LIFESTYE
14 Freedive: Serunya Menjadi Deni
Si Manusia Ikan
KOLOM
18 Bernard Sumbayak Founder &Chairman VibizConsulting “Bail
Out, Efektifitas dan Resikonya”
DAFTAR ISI
INTERVIEW
20 Ferry N. IdroesPakar Manajemen
Risiko dan Wakil Dekan Fakultas
Universitas Al Azhar
“Risiko Manusia Harus Ditekan”
SWARA
23 Hidayatullah
(Branch Mgr Bank Kalbar Cab. Ketapang)
“Sulit sih Tidak, Tapi Tetap Harus
Teliti”
24 Sherly Maria dan kawan-kawan
(Front Office PT Bank Bumi Artha)
“Pengalaman Pertama Bikin
Was-Was Semuanya”
25 Halimin Hifni
(Kep. Bid. Audit Bank Kalbar, Pontianak
“Pakaian Peserta Harusnya
Sopan”
SEPUTAR SERTIFIKASI
26 OJK Menjawab Tantangan
Globalisasi
OKTOBER 20122
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
3/28
OKTOBER 2012 3
Oleh Agustaman
Masih segar di ingatan kita
tentang jatuhnya pesawatkomersil Sukhoi Super Jet 100
di Gunung Salak, Bogor, Jawa
Barat beberapa waktu lalu. Bagaimana
peristiwa itu terjadi, berapa jumlah korban,
bagaimana mengevakuasi korbannya,
menjadi headline di beberapa media. Tak
terkecuali juga berita bagaimana para
ahli waris bisa mendapatkan santunan
dari pemerintah melalui PT Asuransi Jasa
Raharja. Sementara bagi korban yang pada
saat kecelakaan sedang bekerja, ahli waris
juga mendapat santunan kecelakaan kerja
dari Jamsostek.
Pesawat yang dioperasikan pun
memiliki jaminan asuransi. Setidaknya
asuransi terhadap badan pesawat (aircraft
hull insurance), perlengkapan/suku cadangpesawat (spares insurance), asuransi
pilot/kru pesawat ( personal accident &
loss of licence insurance), dan tanggung
jawab hukum/tanggung gugat (liability
insurance).
Dalam asuransi tanggung gugat,
perusahaan asuransi akan memberikan
jaminan kepada pihak ketiga yang
dirugikan akibat operasional pesawat.
Ganti rugi pihak ketiga diberikan kepada
penumpang dan selain penumpang.
Indonesia memiliki regulasi yang
mengatur tanggung jawab dan besarnya
santunan akibat kecelakaan alat angkut.
Mulai dari alat angkut berupa pesawat,
kapal, mobil/motor, hingga kereta api.
Sekaligus di dalamnya memuat kewajiban
asuransi (compulsory insurance) dan sanksibila tidak menaati aturan.
Begitulah gambaran sedikit soal
asuransi. Dunia asuransi sudah sangat
identik dengan manajemen risiko. Maklum,
asuransi adalah salah satu teknik di dalam
manajemen risiko. Perusahaan asuransi
adalah perusahaan yang menerima
pengalihan risiko dari tertanggung.
Sehingga aktifitas keseharian perusahaan
adalah mengelola risiko pihak lain.
Namun, apakah kita tahu pangertian
Asuransi tidak bisa dilepaskan dari manajemen risiko. Salah dalam mengelolarisiko pihak lain, dapat “mematikan” perusahaan asuransi itu sendiri.
Mengelola Risiko
Perusahaan Asuransi
SAJIAN UTAMA
OKTOBER 2012 3
Kecelakaan pesawat terbang.
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
4/28
OKTOBER 20124
dari risiko dan juga asuransi? Dan apa
kaitan di antara keduanya?
Menurut Santi L.G dari
Vibizmanagement Consulting, risiko didalam asuransi adalah ketidakpastian akan
terjadinya suatu peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian ekonomis. Contoh
dari berbagai macam risiko, seperti risiko
kebakaran, kecelakaan moda transportasi,
risiko terkena banjir di musim hujan,
risiko gempa bumi dan sebagainya, dapat
menyebabkan kita menanggung kerugian
jika risiko-risiko tersebut tidak dapat kitaantisipasi dari awal.
“Nah, risiko itu dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk
atau kerugian yang tidak diinginkan, atau
tidak terduga. Atau dengan kata lain, akan
menunjukkan adanya ketidakpastian,” tulis
Santi dalam situs vibizmanagement.com.
Asuransi adalah salah satu bentuk
pengendalian risiko yang dilakukan
dengan cara mengalihkan/transfer risiko
dari satu pihak kepada pihak lain dalam hal
ini adalah perusahaan asuransi.
Namun, apakah perusahaan asuransi
sendiri menerapkan manajemen risiko?
Hingga saat ini nampaknya hanya segelintir
perusahaan asuransi yang secara formal
mempunyai pedoman, kebijakan, atauprosedur manajemen risiko. Apakah dapat
diartikan tidak ada penerapan manajemen
risiko di dunia asuransi? “Secara substansi,
perusahaan asuransi telah melakukan
prinsip-prinsip manajemen risiko, namun
belum komprehensif,” kata Munarwan
Kasam, seorang kolomnis dan pengamat
asuransi.
Menurutnya, beberapa perusahaan
asuransi yang berusaha menerapkan
manajemen risiko, saat ini sedang mencari
bentuk. Belum ada panduan pasti sehingga
penerapan manajemen risiko masih
meraba-raba, tidak seperti di perbankan.
Jika Bank Indonesia (BI) menetapkandelapan jenis risiko di industri perbankan,
namun baik pemerintah maupun asosiasi
asuransi, belum menentukan jenis-jenis
risiko di industri asuransi.
Seperti di industri lain, perusahaan
asuransi sebenarnya juga menghadapi
risiko operasional, risiko politik, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko
spekulatif dan lain-lain.Menurut Hotbonar Sinaga, mantan Dirut
PT Jamsostek, setidaknya ada lima risiko
yang dihadapi industri asuransi. Yakni risiko
salah kelola (salah memilih eksekutif yang
menjalankan roda perusahaan); risiko di
bidang organisasi dan SDM; risiko di bidang
teknik; risiko pemasaran; dan risiko finansial
(lihat tulisan lain di Sajian Utama ini )
Penerapan Manajemen Risiko
Melaksanakan manajemen risiko
memang penting bagi perusahaan
asuransi. Ketika sebuah risiko terjadi
kepada nasabah, baik itu risiko kehilangan,
sakit, maupun kematian, maka perusahaan
asuransi harus membayarkan klaim
atau santunan kepada nasabah. Dengan jenis bisnis seperti ini, maka penting
bagi perusahaan asuransi melaksanakan
manajemen risiko.
Apa yang dilakukan oleh PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) dalam melaksanakan
manajemen risiko, mungkin bisa menjadi
contoh. Asuransi BUMN ini merupakan
salah satu perusahaan asuransi yang
telah menerapkan manajemen risiko dan
good corporate governance (GCG). Sejak
2008, Jiwasraya mulai mempersiapkan
SAJIAN UTAMA
OKTOBER 20124
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
5/28
OKTOBER 2012 5
restrukturisasi keseluruhan sistem
manajemen risiko dan GCG. Tidak
tanggung-tanggung, miliaran rupiah rela
digelontorkan untuk memperkokoh sistemtersebut, baik software dan hardware,
hingga pemenuhan sumber daya manusia
dan jasa konsultan.
Menurut Direktur Keuangan Jiwasraya
Hary Prasetyo, prinsip manajemen risiko
dilakukan di semua lini hulu dan hilir bisnis
perusahaan dan mengalir mulai dari pusat
hingga ke tingkat kantor regional dan
cabang. Suatu pengambilan keputusan,tidak akan dapat diambil jika tidak atas
kajian di unit kerja terkait secara metode
four eyes.
Suatu pengambilan keputusan
investasi misalnya, akan dilakukan jika
sudah melalui analisa secara menyeluruh
oleh kepala bagian, kepala divisi, hingga
direksi. Bahkan, perseroan membentuk
sebuah komite investasi agar setiap
keputusan investasi yang dibuat
dapat dipertanggungjawabkan.
Begitu pun dalam proses
underwriting dan penerimaan risiko.
Justru prinsip manajemen risiko
harus lebih prudent dalam
hal ini. Dan “Know Your
Customer” menjadi salahsatu prinsip manajemen
risiko yang tidak boleh
ditinggalkan. Semua
keputusan dilakukan
dengan sistem four
eyes. Selain agar dapat
dipertanggungjawabkan,
itu juga untuk menghindari
terjadinya konflik
kepentingan.
“Selama 2 tahun kami
lakukan pemetaan, membuat job
desk , menetapkan standart operating
procedur , membuat satuan pengawasan
internal, hingga akhirnya tercipta sistemmanajemen kinerja,” katanya.
Dengan penerapan manajemen
risiko dan good corporate governance,
pihaknya dapat melakukan efisiensi dan
efektivitas. Contohnya, sebuah proses
yang awalnya perlu dilakukan dalam 10
langkah, sekarang menjadi enam langkah.
Waktu yang diperlukan nasabah untuk
mendapatkan informasi menjadi tidakterlalu panjang, proses suatu tender lebih
cepat, bahkan produktivitas pun menjadi
lebih baik. “Tujuannya agar tercipta
transparansi mulai dari proses hingga hasil,”
ujar Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman
Rahim.
Hasilnya, mulai 2009 perseroan dapat
melakukan lompatan-lompatan bisnis.
Pada 2008 ketika perseroan baru mulai
membangun sistem manajemen risiko
dan good corporate governance, premi
yang dihimpun masih di bawah Rp2
triliun. Bahkan, dari sisi laba, sejak pertama
kali berdiri pada 153 tahun lalu,
perusahaan belum pernah
membukukan laba hingga
ratusan miliar. “Paling-palinghanya berkisar di Rp18 miliar,
Rp20-an miliar, Rp30-an miliar,”
katanya.
Namun sejak penerapan
manajemen risiko dan good
corporate governance, premi
tumbuh rata-rata 30% setiap
tahun. Laba melonjak drastis
hingga menembus angka
Rp100 miliar untuk pertama
kali. “Memang tidak mudah
OKTOBER 2012 5
Hary Prasetyo
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
6/28
OKTOBER 20126
merubah pola kerja yang sudah terbentuk
sejak lama. Akan tetapi ini adalah sebuah
proses untuk menuju lebih baik,” papar
Hendrisman. Tidak sia-sia rombakan yang dilakukan
para pucuk pimpinan asuransi dengan
aset sekitar Rp8 triliun ini. Hasilnya, di
semester pertama tahun 2012 perseroan
sudah berhasil mendapatkan sejumlah
penghargaan antara lain sebagai Company
of the Year dari World Finance London
selama 3 tahun berturut-turut; sebagai Best
Insurance Indonesia Company dari Global
Banking and Finance Review, London;
dan yang terbaru sebagai Perusahaan
dengan Risk Management Terbaik dariMajalah Business Review. Hendrisman pun
mendapatkan penghargaan sebagai 10
Tokoh Asuransi.
Tujuan penerapan manajemen risiko
di industri asuransi pada dasarnya tidak
berbeda dengan industri lainnya yakni
agar dapat meminimalisir dan mengelola
risiko yang berdampak negatif pada
OKTOBER 20126
Risiko yang Menghadang Perusahaan Asuransi
Sebagai institusi yang menerima pemindahan risiko,
perusahaan asuransi harus menerapkan manajemen
risiko secara lebih berhati-hati, komprehensif dan
mempertimbangkan berbagai faktor untuk meminimalisir
ketidakpastian.
Berbagai jenis risiko yang menghadang perusahaan
asuransi seperti juga perusahaan di sektor lain. Risiko yangdihadapi mencakup risiko bisnis yang cenderung spekulatif,
risiko murni yang terkait kekayaan perusahaan termasuk
SDM, dan risiko tanggung jawab hukum.
Risiko spekulatif dapat diklasikasikan sebagai
berikut :
Pertama, risiko salah kelola yaitu salah memilih eksekutif yang menjalankan roda
perusahaan, seperti tidak memiliki kompetensi maupun tidak punya integritas yang
justru mengakibatkan kerugian perusahaan. Risiko ini bisa ditekan melalui penunjukkan
jasa head hunter untuk merekrut direksi perusahaan.
Kedua, risiko di bidang organisasi dan SDM, yaitu dalam hal penyusunan strukturorganisasi, analisa jabatan, uraian tugas, dan tanggung jawab serta recruitment , training
maupun pengembangan SDM perusahaan. Salah satu cara untuk meminimalkan risiko
ini adalah dengan melakukan tes ilmu pengetahuan lalu melakukan assessment calon
pegawai oleh konsultan psikologi maupun bagi pegawai yang akan dimutasi/dipromosi.
Sesuai dengan ketentuan perundangan biaya untuk pelatihan SDM asuransi minimal 5
% dari total biaya pegawai.Ketiga, risiko di bidang teknik seperti menciptakan produk asuransi yang justru
merugikan atau struktur biaya produk tertentu yang menjadikan premi tidak bersaing dan
gagal memperoleh dukungan reasuransi ataupun salah memilih perusahaan reasuransi.
Ketentuan yang mengharuskan perusahaan asuransi melaporkan dan menjelaskan
produk baru kepada regulator akan meminimalisir risiko ini dengan adanya secondopinion yang obyektif maupun rechecking atas premi yang ditawarkan apakah mahal,
murah atau memadai.
Hotbonar Sinaga
SAJIAN UTAMA
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
7/28
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
8/28
OKTOBER 20128
Salah dalam mengelola risiko pihaklain, dapat membunuh perusahaan
asuransi itu sendiri. Sayangnya,
manajemen risiko di industri
asuransi tak serapi di industri perbankan.
Dalam artian, enterprise risk management
(ERM) yang mengelola risiko perusahaan
secara komprehensif, belum terwadahi
secara terstruktur dalam pedoman,
kebijakan, dan prosedur manajemen risiko.
Perusahaan asuransi BUMN memang
telah memulai penerapan ERM dan
memiliki unit manajemen risiko beberapa
tahun lalu. Namun belum semua
perusahaan asuransi memilikinya. Meski
begitu, tak berarti bahwa penerapan
manajemen risiko di industri asuransi
kedodoran.Dalam perusahaan asuransi, ada dua
sumber risiko yang dikelola. Pertama
adalah risiko dari perusahaan asuransi
itu sendiri. Kedua adalah risiko pihak lain
yang ditanggung. Dalam hal mengelola
risiko pihak lain, industri asuransi – boleh
dibilang – adalah ahlinya.
Seperti di industri lain, perusahaan
asuransi juga menghadapi risiko
operasional, risiko politik, risiko pasar,
risiko likuiditas, risiko hukum, dan lain-
lain. Pengelolaannya lebih efektif melaluipraktek-praktek ERM. Manajemen risiko
klaim katastropik/bencana, risiko reputasi,
dan risiko kepatuhan menjadi bagian yang
harus difokuskan. Salah kelola, berpotensi
menjadi ‘Killer Risks’. ‘Killer risks’ adalah
risiko-risiko yang berpotensi sangat
merusak keseluruhan organisasi (Kaye,
1995).
Mega Klaim Bencana
Bencana, baik natural disaster maupun
man-made disaster , awalnya memang
tidak dapat diasuransikan karena
tergolong fundamental risks. Namun dalam
perkembangan asuransi, berbagai macam
bencana seperti gempa bumi, letusan
gunung, tsunami, badai, banjir, dan lainnyadapat diasuransikan.
Dalam sekali hentakan bencana,
bisa terjadi mega klaim. Badai Katrina
yang mengoyak AS, Teluk Meksiko, dan
sekitarnya pada Agustus 2005, klaim
asuransi dunia mencapai 74,69 miliar dollar
AS. Juga gempa dan tsunami Jepang pada
11 Maret 2011, klaim asuransi sekitar 35
miliar dollar AS (Sigma, 2011).
Sekali klaim besar, apalagi bertubi-
tubi, dapat membuat perusahaan asuransi
Killer Risk
di Bisnis AsuransiPerusahaan asuransi tidak mungkin terlepas risiko karena bisnis asuransimerupakan bisnis risk transfer/risk sharing. Ini membuat perusahaanasuransi senantiasa berperang menanggung risiko pihak lain (risk transfer)atau sebagai pengelola risiko yang ditanggung bersama (risk sharing).
SAJIAN UTAMA
OKTOBER 20128
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
9/28
OKTOBER 2012 9
gulung
tikar. Bayangkan saja,
akibat gempa bumi 7,9 skala richter di San
Fransisco, AS pada 18 April 1906, klaim
asuransi 235 juta dollar AS di masa itu.
Besarnya klaim ini senilai sekitar 100 kali
premi asuransi kebakaran di San Fransisco.
Klaim bencana tersebut menghanguskan
laba industri asuransi di AS selama 47
tahun.
Dalam hal risiko bencana alam, industri
asuransi di Indonesia belum mencatat
mega klaim. Meskipun sering terjadi
bencana di Indonesia, namun belummasuk dalam 40 top bencana dengan
klaim terbesar di dunia versi perusahaan
reasuransi Swiss Re.
Tsunami di Aceh akhir 2004 memang
masuk dalam peringkat keempat dalam
hal korban jiwa terbesar sejak tahun 1970,
namun kerugian asuransi tidak terlalu
besar. Bila bencana itu terjadi di negara
maju, bisa memicu mega klaim. Hal ini
terjadi karena di Aceh tidak banyak aset
dan jiwa yang diasuransikan.
Manajemen risiko melalui
spreading of risks dalam skema reasuransi
dan koasuransi, menyelamatkan industri
asuransi dari kebangkrutan akibat klaim
bencana. Meskipun modal dan asetnya
terbatas, perusahaan asuransi dapat
menanggung risiko nilai pertanggungan
yang besarnya beratus kali lipat dari aset
perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi/reasuransi
menahan risiko dalam porsi tertentu sesuai
dengan hasil seleksi risiko (underwriting),
kemampuan masing-masing perusahaan,
dan menurut regulasi. Berdasarkan regulasi
Bapepam-LK, maksimum retensi sendiriperusahaan asuransi untuk setiap risiko
adalah 10% dari ekuitas.
Mitigasi mega klaim juga dapat
dilakukan melalui seleksi risiko secara
hati-hati (prudent underwriting), kontrol
akumulasi risiko, dan pemilihan perusahaan
reasuransi terpercaya.
Underwriter (penyeleksi risiko)
menjadi tumpuan perusahaan asuransi.
Kemampuan perusahaan asuransi dalam
mengelola risiko dapat dilihat dari
OKTOBER 2012 9
Besarnya klaim asuransi akibat Gempa dan tsunami Jepangpada 11 Maret 2011, berpotensi jadi killer risk.
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
10/28
OKTOBER 201210
underwriter-nya. Finalnya, dapat dilihat dari
hasil underwriting. Semakin besar hasilnya,
kualitas pengelolaan risikonya tergolong
bagus.Dalam hal pemilihan perusahaan
reasuransi, Bapepam-LK mensyaratkan
minimal rating BBB. Ini untuk menghindari
adanya reasuransi bodong, khususnya dari
luar negeri. Tidak jelas perusahaannya,
sehingga perusahaan asuransi sulit
mendapatkan recovery reasuransi.
Skema reasuransi inilah yang membuat
perusahaan asuransi mampu menanggungrisiko yang sangat besar, hingga Rp
triliunan. Sampai berkali lipat aset yang
dimiliki perusahaan asuransi.
Risiko Reputasi
Bisnis asuransi menjual barang tak
berwujud, berupa janji mengganti kerugian
di masa yang akan datang. Industri asuransi
sangat tergantung dari kepercayaan.
Sehingga perusahaan asuransi selalu
memposisikan sebagai perusahaan yang
dapat dipercaya.
Ketakutan dari konsumen adalah
klaim tidak dibayar atau sulit mengurus
klaim. Perusahaan dengan reputasi baik
akan memiliki keunggulan di hadapan
nasabah. Perusahaan asuransi sangatkuatir jika reputasinya hancur. Dalam riset
Economist Intelligent Unit tahun 2005,
eksekutif perusahaan dunia menyatakan
bahwa reputasi menjadi prioritas puncak
dibandingkan risiko lainnya.
Yang dibutuhkan adalah membangun
reputasi, bukan sekedar membentuk
citra. Reputasi berkembang lebih lambat
daripada membentuk citra (Rochette,
2007). Kepercayaan nasabah dibentuk oleh
reputasi.
Salah satu yang digunakan sebagai alat
jualan oleh perusahaan asuransi adalah
pengakuan atau penghargaan, baik itu dari
institusi maupun dari konsumen. Saranapublikasi melalui berbagai cara seperti di
media massa, annual report, situs internet,
media komunikasi perusahaan, atau
memajang penghargaan di ruang tamu/
lobby kantor.
Reputasi buruk, mudah membuat
konsumen menjauh. Apalagi industri
asuransi di Indonesia masuk dalam
pasar persaingan sempurna (Herfindahl-
Hirschman Index asuransi umum tahun
2010 sebesar 0,04549). Konsumen sangat
elastis terhadap kualitas pelayanan.Mitigasi yang dapat dilakukan
adalah memberikan pelayanan terbaik.
Standar pelayanan minimal tidak dapat
diandalkan di tengah persaingan ketat.
Harus cepat tanggap terhadap keluhan dan
menyempurnakan pelayanan.
Yang paling mudah merontokkan
reputasi perusahaan asuransi umumnya
disebabkan kekecewaan nasabah saat
mengurus klaim. Dua hal berkaitan klaim,
klaim ditolak atau pengurusan yang ribet.
SAJIAN UTAMA
OKTOBER 201210
Bila bencana Tsunami di Aceh akhir 2004 itu terjadidi negara maju, bisa memicu mega klaim.
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
11/28
OKTOBER 2012 11
Perusahaan asuransi harus jujur. Bila
berdasarkan polis, klaim harus dibayar,
maka harus dibayar. Waktu pembayaran
klaim sesuai dengan ketentuan didalam polis atau maksimal 30 hari sejak
kesepakatan klaim. Tidak boleh menunda-
nunda pembayaran klaim, misalnya
dengan menambah-nambah persyaratan
dokumen klaim.
Kekecewaan nasabah, apalagi bila
sudah ada di media massa,
dapat menjadi bumerang bagi perusahaan
asuransi. Hak jawab perusahaan
asuransi di media massa, tak serta merta
menghapuskan rekaman buruk bagi
(calon) nasabah.Ketidaktahuan nasabah tentang isi polis
juga menjadi pemicu perselisihan. Mitigasi
dapat dilakukan dengan memberikan
penjelasan isi polis secara gamblang
saat nasabah akan berasuransi. Bahasa
hukum perjanjian, istilah khas asuransi,
pilihan hukum yang dipakai, atau bahkan
bahasa polis yang masih menggunakan
bahasa Inggris, adalah beberapa pemicu
ketidakpahaman nasabah. Penjelasan
syarat dan kondisi polis dapat dilakukan
langsung ke nasabah atau melalui pialang
sebagai wakil nasabah.
Kepatuhan ModalKetentuan modal asuransi memang
mengalami tarik ulur. Niat regulator untuk
menaikkan modal, awalnya dituangkan
dalam PP 63/1999 yang mengatur
penyelenggaraan usaha perasuransian.
Perusahaan asuransi baru harus memiliki
modal disetor minimum Rp100 miliar.
Revisinya dilakukan dalam PP 39/2008
tanggal 19 Mei 2008. Perusahaan asuransiharus memiliki modal disetor minimum
sebesar Rp100 miliar. Akibat protes dan
demo oleh sebagian pelaku industri
asuransi, aturan itu dirubah pada tanggal
31 Desember 2008. Melalui PP 81/2008,
modal sendiri (bukan modal disetor) harus
dipenuhi secara bertahap.
Akhir tahun 2012, modal sendiri
perusahaan asuransi minimum sebesar
Rp70 miliar dan menjadi Rp100 miliar di
akhir tahun 2014. Meskipun pemerintah
memberikan sinyal penundaan (lagi)
pemenuhan hingga Maret 2013, namun
penambahan modal tidak bisa ditawar lagi.
Jika terus menunda, pemerintah
dianggap plin plan. Pilihannya hanya
melakukan eksekusi terhadap perusahaanyang tidak mampu memenuhi modal
minimum. Bagi perusahaan asuransi,
pemenuhan modal ini mutlak.
Sadar akan hal tersebut, beberapa
perusahaan yang modalnya masih kurang,
kini giat mencari tambahan. Bila tak
berhasil, masih ada jalan keluar lainnya,
merger atau akuisisi. # (Munawar Kasan,
Majalah Stabilitas Perbankan, Edisi 72, tahun
2012)
OKTOBER 2012 11
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
12/28
12 OKTOBER 2012
Pemasaran produk asuransi
kerugian melalui jasa perbankan(Bancassurance) saat ini semakin
berkembang, dari sebelumnya
yang masih didominasi oleh asuransi
jiwa. Berkembangnya pemasaran produk
asuransi kerugian melalui perbankan
ini, karena pola kerja yang lebih jelas
seperti tercantum dalam Surat Edaran
Bank Indonesia (SE BI) No. 12/35/DPNP
tentang Bank dan Produk Bancassurance.
Dalam surat edaran ini, pelaku industri
asuransi memiliki pemahaman penerapan
manajemen risiko pada bank, yang
melakukan kerja sama pemasaran dengan
perusahaan asuransi.
Pakar Ekonomi dari Biro Penelitian dan
Pengaturan Perbankan Bank Indonesia,
Eddy Manindo Harahap mengungkapkanbisnis Bancassurance hadir bukan tanpa
risiko. “Maka kedua belah pihak (bank dan
perusahaan Asuransi) harus memahami
bersama terhadap risiko-risiko dalam
beberapa aspek utama Bancassurance,”
terang Eddy dalam persentasi pada acara
seminar tentang Konsep, Implementasi &
Penerapan Manajemen Resiko pada Bisnis
Bancassurance di Jakarta beberapa waktu
lalu.
Risiko yang harus diperhatikan dalam
beberapa aspek utama Bancassurance,
kata Eddy, adalah penetapan perusahaanasuransi yang menjadi mitra bank,
penyusunan perjanjian kerja sama,
penggunaan data nasabah dan penerapan
prinsip perlindungan nasabah.
“Untuk penetapan kerja sama antara
perusahaan asuransi dan bank memenuhi
syarat-syarat seperti, memiliki surat
pesetujuan dari Menkeu, memenuhi
ketentuan yang berlaku,
memantau, menganalisa
dan mengevaluasi
secara berkala
kesepakatan bersama
antara pihak bank
dan perusahaan
asuransi,”
paparnya.Lebih
lanjut Eddy
menje-
laskan,
dalam
penyu-
sunan
kerja
sama,
harus
Bancassurance yang merupakan produk kerjasama antara bank dan perusahaanasuransi tidak bebas risiko. Dalam mengelola risiko produk ini beberapa aspek
yang perlu jadi perhatian adalah pemilihan mitra, penyusunan perjanjian kerjasama, penggunaan data nasabah, dan penerapan prinsip perlindungan nasabah.
Menakar Risiko
Bancassurance
SAJIAN UTAMA
OKTOBER 201212
Muliaman P. Hadad
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
13/28
13OKTOBER 2012
diperhatikan kejelasan hak dan kewajiban
termasuk tanggung jawab masing-masing
pihak. Kondisi berakhirnya perjanjian kerja
sama termasuk menjaga kerahasiaan datayang bersifat rahasia. “Apakah itu data
perusahaan maupun data nasabah masing-
masing perusahaan,” tambahnya.
Terkait penggunaan data nasabah,
lanjutnya lagi, harus mengacu pada UU
Perbankan tentang rahasia Bank. Dan
harus difahami bersama secara jelas perihal
ketentuan mengenai transparansi produk
dan penggunaan data pribadi nasabah.Dalam penjualan produk asuransi
melalui bank, kepada nasabah, pihak bank
harus menjelaskan secara lisan dan tertulis
perihal produk asuransi yang ditawarkan.
Transparan mengenai biaya-biaya yang
harus dibayar oleh nasabah. “Nasabah
harus tahu, uang dia yang dibayarkan
untuk premi berapa, dan komisi untuk
bank berapa. Harus dijelaskan ke nasabah
itu,” tegasnya.
Nilai Tambah
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank
Indonesia Muliaman P. Hadad menilai kerja
sama bancassurance memberi keuntungan
nilai tambah bagi pemangku kepentingan
terkait dalam asuransi. “Pada beberapatahun terakhir kami melihat kebutuhan
masyarakat akan produk asuransi semakin
tinggi. Dengan kondisi tersebut, potensi
pertumbuhan industri perasuransian
semakin besar sehingga perusahaan
asuransi dituntut meningkatkan
pemasaran produknya,” kata Muliaman.
Dengan adanya kerja sama antara
perbankan dan perusahaan asuransi untuk
memasarkan produk asuransi, kedua
pihak bisa bersama-sama mengambil
keuntungan yang positif. Kerja sama
bancassurance bagi bank bisa mendukung
peningkatan pendapatan “fee based inco-
me” yang stabil dan berkelanjutan melaluisolusi produk yang beragam dan inovatif.
Selain itu nilai tambah bagi bank
lainnya adalah memberikan pilihan
portofolio produk sesuai keperluan
nasabah dan memaksimalkan hubungan
serta loyalitas nasabah yang pada akhirnya
dapat meningkatkan nilai bagi pemilik
bank yang bersangkutan.
“Sedangkan untuk perusahaanasuransi, kegunaan bancassurance tentu
diharapkan memberikan akses yang lebih
luas kepada nasabah bank atau masyarakat
lain dalam mengembangkan pangsa pasar
asuransi dan meningkatkan skala ekonomi
dan bisnisnya,” jelas Muliaman yang terpilih
menjadi Ketua Dewan Komisioner Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
Namun selain manfaat, Muliaman
menjelaskan aktivitas juga berikan risiko
baik resiko hukum, reputasi dan finansial.
Menurut dia, untuk mengelola
bancassurance yang stabil dan berke-
lanjutan serta beroperasi secara sehat,
bank dan perusahaan asuransi harus
memahami konsep bancassurance
berdasarkan ketentuan BI.BI dan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
juga melakukan pengawasan kepada bank
dan perusahaan asuransi agar mereka
berada pada operasional yang sehat.
“Dari sisi perbankan, BI sangat
berkepentingan memastikan kesiapan
bank dalam lakukan bancassurance
termasuk penerapan mana jemen resiko
oleh bank terhadap berbagai macam
aktivitas terkait,” pungkas Muliaman. #
OKTOBER 2012 13
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
14/28
14 OKTOBER 2012
Kegiatan olahraga menyelam tanpa menggunakan alat bantu pernapasan, atauistilah kerennya freedive, mulai menarik minat banyak orang. Padahal olah ragaini tergolong berisiko tinggi, hingga nyawa pun bisa saja melayang. Namun,dengan mematuhi aturan yang benar plus tekhnik tepat, freedive akan jadi salah
cara yang paling menyenangkan dalam menikmati keindahan alam bawah laut.
Serunya MenjadiDeni Si Manusia Ikan
OKTOBER 201214
Freedive
LIFESTYLE
Anda tahu Deni sang Manusia
Ikan? Ia adalah tokoh utama
dalam komik ‘Fishboy: Denizen
of the Deep’ karya Scott
Goodall dan John Stokes yang diterbikan
antara tahun 1968 hingga 1975. Deni
digambarkan sebagai seorang anak laki-
laki yang terdampar di sebuah pulau dan
kemudian belajar untuk bernapas di bawah
air, hingga kemudian memiliki kemampuan
berenang dan menyelam layaknya seekor
ikan.
Nah, kini Anda pun bisa meniru Deni,
menyelam tanpa menggunakan alat bantu
pernafasan. Caranya, dengan mengikuti
olah raga yang disebut freedive. Yang
lebih menyenangkan lagi, tidak seperti
Deni yang menyelam seorang diri, Anda
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
15/28
15OKTOBER 2012
bisa melakukannya bersama-sama, karena
sudah ada komunitas untuk aktivitas
yang terbilang lumayan berisiko ini. Salah
satunya adalah Komunitas Let’s Freediveyang berada di Jakarta.
“Freediving itu unik, tapi sayang sejauh
ini hanya dibilang sebagai hobi kalau di
Indonesia. Padahal di luar negeri, freediving
sudah menjadi olahraga. Bahkan di sana
bisa dikompetisikan,” papar Agus Hong,
salah seorang anggota Komunitas Let’s
Freedive.
Tidak hanya Agus dan kawan-
kawannya, setiap kita pasti pun akan
menilai freediving sebagai sesuatu
yang unik. “Dengan freediving kita bisa
menikmati laut tanpa merasa canggung.
Karena perbedaannya dengan menyelambiasa, freediving itu menyelam tanpa
alat bantu pernafasan seperti scuba. Jadi
menyelam terasa lebih bebas dan leluasa,”
tambah Agus setengah berpromosi.
Akan tetapi, keunikan itu ternyata tak
membuat freediving mendapat perhatian
yang baik. Masih banyak diver (penyelam)
yang tidak percaya dengan freediver karena
mereka tidak pernah lihat langsung.“Namun, ketika melihat langsung, mereka
berbalik takjub,” jelas Agus.
Melihat Indonesia sebagai
negara bahari, tentunya terasa lebih
membanggakan bila mengetahui ada
penyelam bebas hebat berasal dari negeri
sendiri. “Mudah-mudahan freediving dapat
diakui sebagai olah raga di Indonesia,”
harap Agus dan kawan-kawan.
Di Indonesia, katanya, belum pernah
ada kompetisi freediving seperti yang
dilakukan Malaysia, Singapura, Thailand
dan Filipina. “Kami berharap tahun 2013,
ada peserta dari Indonesia yang bisa ikut,”
ucap Agus.
Bagi Komunitas Let’s Freedive, bukan
hanya karena sekedar mengikuti kompetisi,manfaat yang besar juga menjadi
alasan pentingnya freediving. Pasalnya,
dalam prakteknya freediving merupakan
salah satu bentuk meditasi yang
mengarahkan seseorang ke perubahan
yang positif. Kesadaran tentang diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya, terlatih
melalui kegiatan ini, bagi mereka yang
mempraktekkannya dengan benar.
Menurut Agus, komunitas Let’s
OKTOBER 2012 15
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
16/28
16 OKTOBER 2012
Freedive melakukan kegiatan freediving
dengan mengikuti literatur AIDA
( Association Internationale pour le
Development de l’Apnee/International Association for Development of Apnea).
AIDA adalah organisasi yang
membawahi seluruh diver (penyelam)
dunia. Dengan mengikuti aturan dari
AIDA, Let’s Freedive yakin berbagai jenis
kegiatan freediving mereka akan berjalan
dengan benar,
efektif, efisien dan mampu meminimalisir
risiko. “Jadi, kegiatan lebih teratur dan
terstruktur,” jelas Agus.Dalam setiap melakukan freediving,
Let’s Freedive selalu memberikan
peringatan bagi setiap anggota dan para
diver , untuk tidak melakukan freediving
sendirian. “Jangan pernah melakukan
freediving sendirian, karena ini taruhannya
nyawa,” tegas Agus dan komunitasnya.
“But if you want to freedive alone, you must
know your limit ,” sambungnya mengutip
buku petunjuk cara freediving yang benar.
Tidak hanya mengajarkan cara
freediving yang tepat, Let’s Freedive juga
mengingatkan pentingnya menjaga
kelestarian bawah laut pada setiap
anggotanya. Komunitas ini juga mencobamengenalkan tempat-tempat menyelam
yang indah di seluruh Indonesia.
“Indonesia itu tempat yang paling
bagus untuk freediving. Jadi, mengapa
harus bersusah-payah mencari lokasi
menyelam ke luar negeri?” kata Agus yang
didapuk menjadi seksi dokumentasi di
Komunitas Let’s Freedive.
Bukan Sekedar Just for Fun
Mampu menyelam bebas (freedive)
dengan mengetahui kemampuan diri
sendiri, merupakan sebuah kesenangan
sendiri bagi komunitas ini. Agus Hong
sendiri mengaku, tidak semua anggota
Let’s Freedive yang masuk dalam
komunitasnya karena alasan serius ingin
melakuan freediving. Beberapa masuk
karena ingin senang-senang saja.
“Tapi kami tak mempermasalahkan
soal itu. Toh, walau awalnya just for
fun, kalau mereka benar-benar suka,
banyak juga yang akhirnya serius
ingin freediving,” jelas Agus sembari
mengatakan ada 50 orang yang aktif
melakukan freediving di komunitas ini.Let’s Freedive sendiri tak mau
muluk-muluk dalam pengembangan
komunitasnya. Mereka terfokus pada misi
dan visi untuk pengembangan teknik dan
penyelamatan dalam melakukan freediving
di Indonesia umumnya, dan Jakarta
khususnya.Komunitas ini melakukan
kegiatan rutin latihan penyelaman setiap
Sabtu di kolam Renang Gelora Bung
Karno, Jakarta. Selain itu, Let’s Freedive
juga memiliki kegiatan non rutin lain.
LIFESTYLE
OKTOBER 201216
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
17/28
17OKTOBER 2012
Awal tahun 2012 lalu misalnya, mereka
melakukan eksibisi perkenalan freediving.
Kegiatan itu dilakukan terbatas, yakni
hanya untuk 10 orang peserta saja, dengan
maksud agar pengajaran tentang freediving
terjalin lebih fokus. Dengan begitu peserta
dapat menerima pengajaran lebih cepat
dan tepat.Di luar itu, sebulan sekali mereka
melakukan penyelaman bebas ke laut,
sekaligus latihan kedalaman di laut,
seperti di Pulau Pramuka, Tidung dan
beberapa kawasan Kepulauan Seribu di
pantai Utara Jakarta. Ada pula anggotanya
yang melakukan ke Bali, Sulawesi Utara,
Papua dan sebagainya. Semuanya untuk
mengasah kemampuan menyelam,
sekaligus menikmati keindahan bawah laut
yang ada di perairan Nusantara.
Dengan harapan bisa membantu setiap
anggotanya yang ingin mendapatkan
AIDA, komunitas ini berusaha menjalani
kegiatannya dengan lebih serius. Tak hanya
itu, Let’s Freedive telah memiliki mentor
yang sudah bersertifikat AIDA dan mampu
memberikan bimbingan khusus untuk
anggota yang memilih freediving bukanhanya sekedar kesenangan semata.
“Mengenai masalah pembiayaan
kegiatan, kami pakai sistim sharing cost .
Jadi semua pembiayaan dibagi rata ke
semua peserta yang ikut kegiatan. Untuk
lebih memperkecil biaya, kami terkadang
pakai sistim kemping, seperti teman-
teman yang suka naik gunung, bawa tenda
sendiri, bawa peralatan tidur dan makan
sendiri. Ini lebih irit ketimbang menginap
di bungalow tepi pantai ,” tuntas Agus.#
OKTOBER 2012 17
Tips & Trik Untuk Freediver PemulaYang terpenting, “Jangan pernah freediving sendiri”
Jangan pernah melakukanÂ
freediving ketika Anda sedang pilek dan sinus.Bagi pemula, jangan panik, usahakan diri tetap santai, dengan modal nekat dan niat.Â
Hindari minum minumn beralkohol dan soda.Â
Tidak boleh takut kedalaman.Â
Bagi penderita asma, agar lebih dijaga dan sadar kemampuan diri sendiri.Â
Cara bernafas untuk freediving yang benar yaitu hirup nafas dan memasukkan
seluruhnya langsung ke perut. Setelah itu tahan nafas, jangan sampai ada yang keluar.
Ketika ini, nikmati penahanan nafas, sampai terasa konstraksi (keinginan otak yang
memerintah tubuh untuk men-supply oksigen). Nantinya nafas itu akan naik sendiri
perlahan-lahan dari paru-paru ke luar dengan sendirinya.
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
18/28
18 OKTOBER 2012
T oo Big to Fail adalah istilah yangsangat tepat pada krisis Eropadan Amerika Serikat pada saat ini.
Kerugian yang terjadi pada JP MorganChase sebesar 2 miliar dollar AS telahmembuat denyut jantung para otoritasmoneter dan pengamat ekonomi berdetak
keras, membayangkan dampak yangbisa terjadi bila bank seperti JP MorganChase ini ambruk. Serta merta timbul jugapertanyaan, apakah kerugian tersebutmasih floating atau sudah realized , yangberarti masih bisa berkembang lebih besarsesuai dengan volatilitas pasaratau memang sudah di cutlosses. Perdebatan juga timbulbahwa kerugian itu bukan
karena hedging activities, seperti yang disebutkanoleh CEO-nya Jamie Dimon,melainkan murni spekulasikarena tidak ada posisiberlawanan sebagaimanaseharusnya dalam hedging.Hal ini semakin membuatkengerian para pengamatperbankan.
Dengan nilai kerugian sebesar 2 miliardollar AS untuk sebuah bank dengantotal aset sebesar 2,2 triliun dollar AStrilyun memang tidak besar, tetapi yangmenakutkan adalah pertanyaan, bahwaapakah kerugian 2 miliar dollar AS tersebuthanya ujung dari sebuah gunung es yangsedang roboh. Kalau dilihat dari Asset -nyaJP Morgan Chase ini skalanya 40 x BankMandiri, atau 46 x Bank BRI, atau 56 x BankBCA. Maka bila bank sebesar ini jatuh
tentu saja akan menyisakan begitu banyakpermasalahan. Bila kita bandingkan jumlahnasabah Bank Mandiri sekitar 11,5 juta,
Bank BRI 33 juta dan BCA 10 juta, maka bisadibayangkan berapa jumlah customer yangmengalami kerugian bila sebuah sebuahbank raksasa seperti JP Morgan bangkrut.
Ketika mengalami suasana mencekampada saat likuidasi 16 bank pada tahun1997, maka pemerintah mengeluarkan
dana likuidasi untuk menjamin paradeposan. Hal ini mengingat besarnya risikotabungan masyarakat di dalamnya yangakan ikut tercebur dengan ambruknyabank, termasuk di dalamnya dana pensiunyang dikelola oleh bank tersebut. Ekses
likuiditas dunia usaha yangsedang diparkir di perbankan,bila semua ini ikut terkuburbersama dengan robohnya
bank, tentunya akan menjadipermasalahan yang pelik bagibegitu banyak masyarakatluas dan dunia usaha.
Untuk menghindarimasalah yang sangat rumit
dengan banyak-nya deposanyang ikut terseret dalam
permasalahan perbankan, makacara yang paling efektif untuk melakukanmediasi permasalahan adalah pemerintahmengambil alih hutang bank padamasyarakat dan melakukan penjaminanpembayaran kepada masyarakat,sehingga kegalauan nasib masyarakatdeposan bisa diredakan oleh pemerintah,sehingga pemilik bank tersebut tinggalhitung-hitungan berapa dana talanganpemerintah yang harus dibayar. Hal inisecara sederhana bisa dianggap sebagaibail out .
Defisit Anggaran dan Bail OutPermasalahan yang timbul lebih
Bail Out, Efektifitas dan Resikonya
BERNARD SUMBAYAKFounder & Chairman VibizConsulting
KOLOM
OKTOBER 201218
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
19/28
19OKTOBER 2012
jauh lagi adalah bagaimana pemerintahmelakukan bail out kalau dia sendiri jugadirundung permasalahan, seperti yangsedang terjadi pada krisis Eropa.
Kalkulasi kekuatan untuk melakukanbail out secara sederhana kita formulasikansebagai berikut: Hutang Pemerintah +Hutang Sistem Perbankan >=< PenerimaanPemerintah
Permasalahan yang ada sekarangadalah angka hutang pemerintahditambah hutang pada sistem perbankanbesarannya telah lebih dari 5x lipatpenerimaan pemerintah, sebagai berikut:Irlandia 43x, Jepang 37x, Amerika Serikat
16x, Inggris 14x, Spanyol 11x, Portugal10x, Belanda 10x, Perancis 10x, Jerman 9x,Yunani 8.5x, Australia 8.4x, dan Italia 7.5x.
Hal ini masih lebih buruk lagi biladisertai dengan permasalahan defisitanggaran. Sebagai contoh, Amerika Serikatdengan defisit anggaran mencapai 8.7%dari GDP. Permasalahan ini masih agaktertolong bila kondisi neraca pembayaran(current account ) masih positif, seperti
yang terjadi di Jerman, yang berarti masihada aliran dana dari luar masuk ke negaraJerman, karena perdagangan Jermanseperti BMW, Mercedes masih positifsehingga neraca pembayaran positif.
Namun sangatlah lebih terpukul bilaneraca pembayaran (current account ) juga defisit, seperti yang terjadi di Italia.Kondisi akan semakin buruk karena danapermodalan justru mengalir ke luar darinegara Italia ini, sehingga perekonomianNegara tersebut pun ikut terpuruk.
Sekalipun belum banyak dibahasseperti halnya negara-negara Eropa,sekarang ini negara yang sangat berbahayakondisi-nya adalah Jepang, di mana nilaitukar yen makin menguat, mengakibatkanmelambatnya permintaan ekspor Jepangke Eropa makin menjadi-jadi. Dengantingkat bunga yang nyaris 0% dan utangpemerintah tertinggi di dunia, yang
menjadi 230% dari GDP, mengakibatkanruang untuk ekspansi moneter sangatsempit. Mungkin satu-satunya kekuatan
yang masih dimiliki oleh Jepang adalahdaya tahan masyarakat dan etos kerjayang tinggi. Neraca pembayaran (currentaccount ) sekalipun masih positif, namuntrennya terus menurun menuju ke negatif.
Efek Domino GlobalDengan kondisi seperti ini, maka
timbul sebuah deretan efek domino globalyang sangat berbahaya, seperti sebuahbangunan bertingkat yang sedang rubuh.
Melemahnya kondisi ekonomi globalini tentunya menyurutkan permintaankarena daya beli yang berkurang, akibatnyabanyak industri juga melemah karena
permintaan yang menurun dan hal inimempengaruhi kinerja finansialnyatermasuk juga kemampuan membayarhutang, sehingga ujung-ujungnya kembalipada meningkatnya bad debt sector perbankan yang bila terus terakumulasimaka sektor perbankan tidak mampumenahan dan hal ini memerlukan upayabail out dari pemerintah.
Untuk menghentikan bekerjanya
efek domino ini beberapa negara telahberupaya membenahi perekonomiannyadengan berbagai cara agar ekonominyatidak melambat. Sementara itu kondisiIndonesia dengan neraca perdagangancatur wulan pertama Jan-April 2012nonmigas Indonesia masih positif 3,3miliar dollar AS. Dan pertumbuhan eksporkita year-on-year masih positif 4.1%. Dimana beberapa produk andalan masihmenunjukkan pertumbuhan ekspor yangmenjanjikan, maka kita masih optimisuntuk bertumbuh, namun pertumbuhanini ada di tengah kondisi ekonomi globalyang melemah, mau tidak mau akanberpengaruh juga bagi Indonesia, sehinggatetap perlu waspada.
Ingat kondisi perbankan duniasekarang adalah Too Big To Fail dan TooBig To Bail. Jadi perbankan di Indonesiadan pelaku usaha haruslah waspada
menghadapi cuaca ekstrim yang sedangterjadi pada ekonomi global. #
(sumber: www. vibizconsulting.com)
OKTOBER 2012 19
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
20/28
20 OKTOBER 2012
Bagaimana manajemen risiko
berperan meminimalisasi risiko?
Kalau ada manajemen risiko
maka ada tindakan pencegahan.
Pencegahan adalah bagaimana bank itu
sendiri menurunkan frekuensi risiko. Pada
sisi lain ada peran dari pengawas, yaiyu
Bank Indonesia. Dan laporan-laporan yang
dibuat bank, baik itu yang dibuat untuk BI
atau pihak-pihak yang terkait. Pihak terkait
iu masyarakat pada umumnya atau otoritasbursa, yaitu Bapepam.
Saat ini bagaimana kondisinya?
Saat ini, pengetahuan pelaku
kejahatan selangkah lebih maju daripada
pengawasnya. Seolah-olah kondisi ini
sudah menjadi kondisi umum. Kejahatan
itu selangkah lebih maju dari pengawas.
Karena bagaimanapun pengawas itu
selalu belajar dari kasus. Karena yang
ada di benak pelaku kejahatan itu sangat
mungkin belum ada di benak pengawas.
Biasanya pengawas itu berfikirnya positif.
Apa masalah utama perbankan
terkait risiko?
Permasalahan utama dari risiko
operasional ada empat hal: risiko manusia,
risiko proses, risiko sistem dan risiko faktor
eksternal. Kalau risiko eksternal, risiko yang
tidak bisa kita hindari. Misalnya, terjadinya
gempa bumi, banjir atau bencana alam
lainnya. Sifat-sifat yang disebabkan bukan
oleh bank secara langsung. Itu jarangterjadi, tapi dampaknya bisa sangat luar
biasa terhadap bank.
Namun ada tiga hal yang disebabkan
dari bank itu sendiri, yaitu manusia,
proses dan sistem. Biar bagaimanapun
perkembangan perbankan saat ini lebih
kompleks dibandingkan dua puluh tahun
yang lalu, yang belum serba online. Kondisi
ini juga menimbulkan risiko luar biasa.
Namun yang paling mendasar adalah
permasalahan manusia.
Kejahatan dalam industri perbankan tak
pelak selalu dipicu oleh sistem yang tidak
berjalan. Meski demikian, faktor manusia
dianggap penentu dominan munculnya risiko diperbankan. Oleh karena itu Ferry N. Idroes, Wakil
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Al Azhar
Indonesia, mengatakan faktor ini harus diredamdengan pengawasan yang ketat dari atasan.Selain itu, menurut trainer bagi calon peserta
Uji Kompetensi dan penulis buku “Manajemen
Risiko Perbankan” ini faktor komunikasi yang tidak jalan antara BI dan audit internal bank juga
berperan. Berikut petikan wawancaranya:
Risiko Manusia Harus Ditekan
Ferry N. IdroesPakar Manajemen Risiko dan Wakil Dekan Fakultas Universitas Al Azhar
INTERVIEW
OKTOBER 201220
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
21/28
21OKTOBER 2012
Mengapa faktor manusia?
Permasalahan itu tidak lepas dari
perkembangan bank itu sendiri. Bank
sekarang bukan hanya pada bisnisintermediasi. Namun sekarang bank juga
berkembang pada bisnis lain. Dalam bisnis
itu, ada ukuran-ukurannya. Urusannya
sudah kepada laba, pengembangan usaha
dan sebagainya. Akhirnya, dibuatlah
ukuran-ukuran kinerja tertentu. Ukuran
kinerja itu terus menjadi ukuran, baik
dari pusat, cabang sampai individu. Pada
tingkat individu itulah yang menjadi rewardatau punishment . Jadi kalau seorang
marketing berhasil dalam mendapatkan
nasabah atau meningkatkan bisnis bank,
mulai timbul kepercayaan dan adanya
perlakuan khusus terhadap dia. Pada saat
itulah, cikal bakal terjadinya fraud .
Di antara ketiga risiko yang tadi
disebut, risiko mana yang sering menjadi
penyebab terjadinya fraud?
Tergantung. Kalau internal,
adalah manusia. Pada awalnya
seseorang masuk bank itu
baik. Apabila situasinya
memungkinkan untuk berbuat
jahat, orang yang awalnya baik,
bisa jadi pertama kali dia khilaf .
Sekali khilaf , tapi tidak ada tindaklanjutnya, bisa jadi akan berubah
menjadi suatu intensi untuk
melakukan perbuatan
jahat berikutnya. Pada
saat melakukan,
biasanya selalu
tertutupi dengan
kinerja atau
prestasi dari
karyawan itu.
Perhatikan
dalam banyak kasus, selalu kejahatan
itu dilakukan oleh karyawan kunci atau
karyawan yang berkinerja baik.
Motifnya apa? Motifnya kesempatan.
Jika fraud itu selalu ketahuan setelah
kejadian, apakah sistem dan proses itu
tidak bisa mencegah?
Bisa. Kata kuncinya adalah segregetion
of duty . Jadi, setiap pekerjaan itu harus ada
yang mengawasi. Dalam arti harus ada
kontrol terhadap setiap individu. Kontrol
itu bisa dilakukan secara melekat, bisa juga dengan sistem pekerjaan. Bahwa
dalam pencatatan, ada satu orang yang
melakukan transaksi, dan ada satu orang
yang mencatat. Dan itu tidak boleh orang
yang sama.
Bagaimana dengan yang sekarang
berlaku?
Dengan alasan efesiensi, jumlah
karyawan menjadi diperkecil. Sebenarnya
tidak ada masalah, asal pengawasan
dari pimpinannya menjadi lebih
diperketat. Yang terjadi sekarang
adalah, jumlah karyawannya
dikurangi, tapi pada sisi lain
pengawasannya tidak lebih baik dan
tidak lebih ketat. Kemudian, tour
of duty , jangan biarkanseorang karyawan,
sehebat apapun,
mempunyai
prestasi
secemerlang
apapun,
ditempatkan
pada tempat
yang sama,
untuk waktu
yang lama.
OKTOBER 2012 21
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
22/28
22 OKTOBER 2012
Waktu yang lama memang relatif. Tapi
idealnya maksimal dua tahun.
Ada hal lain yang bisa dilakukan
pengawas untuk mengantisipasiterjadinya fraud?
Secara umum, sistem di internal
bank itu sudah cukup. Bank mempunyai
pimpinan juga internal control , yang
harus bekerja secara efektif. Biasanya
bagian internal control takut dengan
kepala cabang. Kalau ada penyimpangan,
internal control tidak berani menegurnya.
Secara struktural, internal control memangbawahan kantor pusat, tapi tugasnya
di cabang. Kemudian tim bul rasa
sungkan dan sebagainya.
BI sudah mengelurakan
peraturan menganai fung-
si kepatuhan. Apakah dika-
renakan kondisi perbankan
sudah mengkhawatirkan?
BI sudah melakukan
banyak hal, terutama dalam
tindakan pencegahan risiko.
Misalnya kepatuhan dalam regulasi Basel.
Bahkan dalam beberapa hal BI jauh lebih
baik dari Basel. Permasalahannya, dalam
pengawasan saja.
Apa dikarenakan terbatasnya jumlah
pengawasan? Tidak selalu. Jangan kita selalu
berbicara tentang jumlah. Sebaiknya kita
berbicara soal efektifitas. Sebenarnya, BI
punya dua perangkat, on side supervision, BI
dapat datang langsung kepada bank, atau
outside supervision, berdasarkan laporan-
laporan. Kedua perangkat itu fungsikan
saja dengan baik. Dalam basel dikatakan,
BI dapat berkomunikasi langsung dengan
audit internal bank, dan harus dilakukan.
Bisa dikatakan, audit internal itu mata
dan tangannya BI di bank. Masalahnya, BI
melakukan itu tidak?
Menurut Anda?
Jangan-jangan hal itu tidak dilakukan.Ini bukan hasil penelitian. Jika fraud terjadi,
bagaimanapun juga itu adalah kesalahan
bank. Bukan tanggung jawab BI. Tapi BI
memang ada tanggung jawab. BI untuk
mengawasi bank secara keseluruhan.
Namun terhadap internal risiko, bank harus
bertanggung jawab.
Dengan adanya direktur kepatuhan
pada tiap bank, apakah tidak cukup? Cukup. Masalahnya,
direktur kepatuhan bekerja
atau tidak? Itu yang saya
katakan BI sudah melakukan
banyak hal.
Bagaimana dengan
peningkatan integritas
bankir?
Sebenarnya kan sudah
ada tugas dan wewenang.
Pada saat memberikan tugas, ada
wewenang yang diberikan. Sebenarnya
hal itu melekat pada hasil dari manajemen
risiko. Kalau semua tugas jelas, dalam pe-
laksanaannya dilakukan pengawasan. Kalau
ada pelanggaran, atasan yang menghukum
berdasarkan laporan dari internal audit.Masalahnya, semua itu tidak berjalan.
Mengapa bisa tidak berjalan?
Salah satunya adalah rely on key person.
Biasanya karyawan yang berprestasi
itu banyak mendapatkan privelage. Jika
karyawan tersebut melakukan kesalahan,
dan dilaporkan ke atasan, biasanya ada
atasan yang mempunyai dua sikap: atasan
tidak percaya atau tutup mata. Bisa jadi
laporan itu dibuat, tapi diabaikan oleh
atasan. #
INTERVIEW
OKTOBER 201222
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
23/28
23OKTOBER 2012
HIDAYATULLAHBranch Manager Bank Kalbar
Cabang Ketapang
“Sulit sih Tidak, Tapi TetapHarus Teliti”
Saya bersama sembilan
teman dari Bank Kalbar datang untuk
mengikuti Uji Kompetensi dengan
level yang berbeda. Empat orang ikut ujian
di level IV, enam lainnya ikut ujian di level
III. Saya sendiri ikut ujian di level III.
Karena sudah ikut di level sebelumnya,
juga sudah ikut training sebelum mengikuti
uji kompetensi di Jakarta, saya pribadi
merasa biasa-biasa saja. Soal-soalnya tidak
terlalu sulit, bahkan hampir mirip-mirip.
Meski begitu, rasa deg-degan tetap ada,karena jeda dengan level sebelumnya
relatif lama. Kekhawatiran saya beberapa
menit sebelum mulai ujian adalah apakah
saya bisa mengerjakan soal-soalnya
atau malah lupa dengan pelajaran yang
saya terima dari pelatihan di kantor.
Alhamdulillah, semua soal bisa saya
kerjakan. Saya optimis bisa lulus dalam Uji
Kompetensi kali ini.
Persiapan? Saya pribadi tidak
banyak persiapan untuk mengikuti Uji
Kompetensi kali ini. Maklumlah, dua
minggu sebelumnya baru diberi tahu kalau
harus mengikuti Uji Kompetensi kali ini.
Beruntung, saya dan teman-teman yang
mau ikut ujian, diberi pelatihan dulu di
kantor oleh vendor, PT Orbit.Uji kompetensi ini, menurut saya
penting. Selain berpengaruh ke jabatan
kita sebagai orang yang bekerja di bank,
juga terhadap pekerjaan yang kita lakukan
sehari-hari. Pekerjaan sehari-hari kami
sebagai karyawan bank kan selalu penuh
dengan risiko. Entah risiko kaitannya
dengan kredit, entah risiko operasional
ataupun risiko fraud. Nah, bila itu terjadi,
bagaimana kami mengelolanya? Uji
kompetensi ini tes bagaimana kami
SWARA
Berbeda Pengalaman Tapi Sama Berdebarnya Setiap bankir, pengurus, dan pejabat bank yang bekerja pada seluruh bank umumdi Indonesia, wajib sertifikasi Manajemen Risiko. Semenjak 2005 silam hingga saatini, sudah ribuan orang mengikuti Uji Kompetensi yang diselenggarakan BadanSertifikasi Manajemen Risiko (BSMR). Dengan latar belakang jabatan dan bank
yang berbeda, para peserta Uji Kompetensi dari berbagai daerah datang dengansatu tujuan: ikut ujian dan lulus. Bagaimana pengalaman dan kesan para pesertaUji Kompetensi ini, berikut penuturan mereka yang ditemui Buletin BSMR dalambeberapa kesempatan Uji Kompetensi di Jakarta
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
24/28
24 OKTOBER 2012
bisa menyelesaikan masalah tersebut,
bagaimana mengelola manajemen
risikonya.
Berkaitan dengan penyelenggaraanUji Kompetensi ini, penyelenggara (BSMR)
sudah cukup baik melakukannya. Tempat
ujian dan panitia ujiannya cukup OK.
SHERLY MARIA
DAN KAWAN-KAWANFront Office PT Bank Bumi Artha
“Pengalaman PertamaBikin Was-Was Semuanya”
K ami datang ke Jakarta dan
mengikuti Uji Kompetensi dengan
satu bendera PT Bank Bumi Artha
meski kami ada di cabang berbeda. Kali
ini yang ikut uji kompetensi manajemen
risiko adalah cabang Bandung, Semarang
dan Denpasar. Semuanya mengikuti uji
kompetensi untuk level I.
Jadi, inilah pengalaman pertama kamimengikuti Uji Kompetensi Manajemen
Risiko. Tak heran, sebagian besar dari kami
pastilah merasa berdebar-debar, takut,
was-was tidak bisa mengerjakan soal-
soalnya. Padahal, sebelum ke Jakarta, kami
sudah ikut training lho! Tetapi, mungkin
karena rasa ketakutan tadi, beberapa
teman merasa tiba-tiba hapalan ujiannya
yang ada di kepala, hilang semua.Meski kami yang ikut ujian kali ini
kebanyakan ditempatkan di front office, ada
juga yang di marketing, tetapi penguasaan
manajemen risiko tetap wajib hukumnya.
Karena institusi perbankan selalu tidak
lepas dari masalah risiko. Ujian ini menjadi
semacam tes bagi kami bagaimana kami
menyelesaikan risiko tersebut.
SWARA
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
25/28
25OKTOBER 2012
Kami semua berharap, bisa lolos
mengikuti uji kompetensi ini.
Soal pelaksanaan uji kompetensi, bagi
kami semuanya sudah baik. Cuma, karenakarena sebagian besar dari kami bukan
orang Jakarta, lokasi ujian ini kayaknya
jauh dari pusat kota. Sebagian dari kami
sebelumnya membayangkan lokasi
ujiannya di kawasan Sudirman, di sana
khan banyak tempat-tempat kongkow .
Jadi, setelah ujian, kami bisa langsung ke
tempat tersebut. Tapi itu cuma bayangan
kami saja lho, entah kalau ke depannyaBSMR memindah lokasi ujian di sana.
HALIMIN HIFNIKepala Bidang Audit Bank Kalbar,Pontianak
“Pakaian Peserta HarusnyaSopan”
Ini bukan pertama kali saya ikut Uji
Kompetensi yang diadakan oleh BSMR.
Sebelumnya saya sudah ikut ujian level I
dan II. Tapi teman-teman dari Bank Kalbar
lain yang bersamaan ujiannya, ada 10
orang, empat ikut level III dan enam ikut
level IV.Persiapan saya hanya tiga hari.
Setelah ikut pelatihan oleh PT Orbit,
saya ke Jakarta. Tapi, yang namanya
ujian, tetap saja membuat hati berdebar-
debar. Pertama, karena di level III terlalu
banyak teorinya, saya awalnya takut lupa
menghapalnya ketika saat mengerjakan
soal. Kedua, saya was-was bila tidak lulus.
Namun ketika menghadapi soal-soal
sebenarnya, saya justru merasa lancar-
lancar saja mengerjakannya. Makanya,
saya optimis bisa lulus untuk ujian kali ini,
sama seperti level yang pernah saya ikuti
sebelumnya.
Di level ini memang banyak teorinya,
namun begitu karena teori tersebut
dikembangkan dari pengalaman yang
terjadi di perbankan, tentunya ilmu
tersebut sangat bermanfaat untuk
diterapkan dalam praktek sehari-hari di
dunia perbankan. Sebagai orang yang
bekerja di institusi yang penuh risiko, kita
harus paham bagaimana me-manage risiko
tersebut.Secara pelaksanaan, Uji Kompetensi
oleh BSMR sudah cukup baik. Hanya
saja, saat melihat ada peserta asing yang
memakai celana pendek dan bersendal
saja, saya kok jadi risih sendiri. Menurut
saya, sebaiknya pakaian peserta ujian ini
yang sopan. Bukankah kita kesehariannya
bekerja di institusi terhormat, melayani
masyarakat, mengapa kita tidak bisa
menerapkan hal itu di sini, meski hanya
untuk mengikuti ujian? #
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
26/28
26 OKTOBER 2012
SEKITAR SERTIFIKASI
Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) memiliki
beberapa tantangan yang harus
dihadapi, baik dari kondisi
macro prudential maupun micro prudential .
Kondisi macro prudential yang menjadi
isu krusial saat ini adalah mengenai krisis
keuangan Eropa. Krisis keuangan yang
sedang dialami oleh banyak negara di
Eropa memang sangat mengkhawatirkan
terhadap industri keuangan di Indonesia.
Di tengah-tengah ketidakpastian
perekonomian global seperti itulah,Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan
dapat menjaga stabilitas dalam melakukan
fungsi pengawasan lembaga keuangan.
Sebagai lembaga pengawas industri
keuangan yang baru, OJK juga harus
dapat membangun institusi serta
kapasitas yang memadai agar mampu
melakukan tugas dan fungsinya secara
maksimal. Sejumlah tantangan ini harus
bisa segera diselesaikan dalam masatransisi kewenangan Bank Indonesia dan
Bapepam-LK ke OJK menimbang masa
transisi yang begitu pendek.
“Tantanganutama OJK saat in adalah
membangun institusi. Namun institusi
itu bukan hanya scara fisik saja, tapi
disertai dengan seluruh kapasitasnya
dan tetap menjaga stabilitas keuangan,”
ujar Muliaman D. Hadad, yang baru saja
terpilih sebagai Kepala Dewan Komisioner
OJK, dalam seminar The 6th Jakarta
Management Convention (JRMC) dengan
topik “Otoritas Jasa Keuangan: SuatuHarapan dan Tantangan Pengawasan
Lembaga Keuangan ke Depan” di
Kempinski Hotel, Jakarta, 11 Oktober 2012
lalu.
Menurut Deputi Gubernur BI ini,
pihaknya fokus membangun lembaga
OJK sejak masa transisi. “Bagaimana
masa transisi ini akan berjalan baik
karena mempengaruhi sistem keuangan,
kepercayaan masyarakat, dan sektorkeuangan,” ujarnya.
Ada empat program inisiatif untuk
membangun kredibilitas OJK sejak masa
Badan SertifikasiManajemen Risiko(BSMR) menggelar
The 6th JakartaRisk Management
Convention (JRMC)
dengan topik “Otoritas Jasa Keuangan:
Suatu Harapandan Tantangan
PengawasanKeuangan ke Depan.”
OJK Menjawab
Tantangan Global
OKTOBER 201226
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
27/28
27OKTOBER 2012
transisi. Pertama, penetapan program
konsolidasi organisasi yang terencana
untuk menjamin efektivitas pelaksanaan
tugas OJK. Di program ini, tujuh aspek
akan disoroti yakni kepemimpinan, strategidan perencanaan, struktur organisasi,
sistem, prosedur dan proses kerja, sumber
daya manusia, kompetisi inti, dan visi.
“Bagaimana agar visi dipahami bersama
sehingga organisasi menuju ke arah yang
sama,” ujarnya.
Kedua, OJK mengawasi aspek
teknis pengaturan, pengawasan, dan
pemeriksaan di sektor keuangan menuju
pengawasan yang terintegrasi. Menurutdia, integrasi penting karena pengawasan
integrasi akan menutupi lubang-lubang
pengawasan sektoral yang hanya fokus
pada masing-masing bagian.
Program ketiga, penyusunan
mekanisme komunikasi dan koordinasi,
khususnya dengan Bank Indonesia,
Lembaga Penjamin Simpanan, pemerintah,
dan DPR, sebagai pemangku kepentingan
utama. Muliaman menjelaskan koordinasidengan instansi lain diperlukan karena
terdapat persinggungan pelaksanaan
tugas dengan instansi terkait. “Ini untuk
menjamin stabilitas sistem keuangan atau
SSK tetap terjaga,” ujarnya.
Program inisiatif terakhir yakni
perluasan akses masyarakat terhadap
pelayanan sektor jasa keuangan. Perluasan
akses ini perlu didukung oleh penguatan
struktur dan arsitektur untuk menciptakan
sistem keuangan yang efektif dan efisien.
Selain Muliaman, seminar yang digelar
oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko
(BSMR) ini juga menghadirkan pembicara
lain, seperti Nelson Tampubolon
(Komisioner Eksekutif Perbankan OJK),
Nurhaida (Komisioner Eksekutif Pengawas
Pasar Modal OJK), Kusumaningtuti S.
Soetiono (Komisioner Bidang Edukasidan Perlindungan Konsumen OJK),Dr.
Harry Azhar Azis (Wakil Ketua Komisi XI
DPR RI), Muhammadian Rostian (Director
of Compliance and Legal, ANZ Indonesia
Bank), Wiwie Kurnia (Ketua, Asosiasi
Perusahaan Pembiayaan Indonesia),
Sudaryatmo (Ketua Yayasan Lembaga
Perlindungan Konsumen/YLKI), DjoniRolindrawan (Ketua Asosiasi Dana Pensiun
Indonesia) dan Lily Widjaja (Koordinator
Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan
Efek Indonesia/APEI).
Sementara itu, menurut Nurhaida
tantangan domestik OJK adalah
penyelarasan kebijakan antar Bappepam
LK dan Bank Indonesia. Penguatan basis
pemodal domestik dan meningkatkan
jumlah emiten.” Ini menjadi pekerjaanrumah OJK,” kata Ketua Bapepam-LK ini.
Selain itu, pertumbuhan industri
pasar modal tidak diikuti dengan
peningkatan jumlah investor domestik
sehingga pertumbuhan tersebut belum
dinikmati sebagian besar masyarakat.
Pengembangan sarana dan infrastruktur
pasar modal yang minim dan proses
penegakan hukum yang belum
memberikan kewenangan pada regulator.“Pasar modal yang dinamis dan
kompleks membutuhkan kewenangan
yang memungkinkan regulator melakukan
aksi dengan kekuatan hukum dan tanpa
kendala birokrasi agar pelanggaran hilang,”
ujarnya.
Tantangan global, tamba Nurhaida
adalah kesiapan pasar modal yang belum
optimal menghadapi Asean Economic
Community 2015 dan aspek cross border
transaction membutuhkan pembenahan
pasar modal agar pasar domestik tidak
hanya dieksploitasi asing. “Rezim devisa
bebas membuat pasar modal rentan money
laundering. Untuk itu diperlukan kerjasama
dan koordinasi seluruh instansi terkait baik
dalam maupun luar negeri,” katanya.
Sedangkan Nelson menekankan
pentingnya masa transisi OJK sebagaipenentuan sukses tidaknya OJK. Menurut
Nelson, masa transisi akan menjadi periode
yang sangat krusial bagi keberadaan
OKTOBER 2012 27
8/19/2019 Buletin BMSR Oktober2012.pdf
28/28
OJK karena sebagai institusi yang
menggabungkan fungsi Bank Indonesia
(BI) dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), OJK
akan banyak mengambil pegawai darikedua lembaga tersebut yang selama ini
di bawah institusi berbeda yakni BI dan
Kementerian Keuangan.
“Masa transisi sangat genting dan
penting. OJK ada kemungkinan gagal di
masa transisi. Menurut saya, lima tahun
pertama itu krusial. Kalau ini terjadi, cost
bagi Indonesia terlalu besar. Jangan sampai
terjadi, harus kita cegah,” papar mantan
Direktur Direktorat Internasional BI sertamantan Direktur Penelitian dan Regulasi
Perbankan BI tersebut.
Adapun Ross Jones berbagi
pengalaman tentang OJK-nya Australia,
Australian Prudential Regulation Authority
(APRA). Katanya, Australia juga melakukan
pemisahan fungs pengawasan perbankan
sejak 1 Juli 1998. Negara ini memisahkan
fungsi pengawasan perbankan dari bank
sentralnya, The Reserve bank of Australia(RBA), dengan APRA.
“Tugas APRA tidak hanya mengawasi
industri perbankan, tapi juga seluruh
deposit taking company, termasuk
asuransi, superannution fund, credit
unions, building society dan friendly
society. Sementara RBA tetap bertanggung
jawab sebagai pengedali moneter
termasuk sistem pembayaran Australia
bersama,” papar Ross Jones
Bank Sentral, The Reserve Bank of
Australia, dinilai yang paling berhasil
menjalankan tugasnya mengawal
kesehatan dan daya tahan industri
keuangan negaranya termasuk
perbankannya, rahasia keberhasilannya
karena Dewan Komisioner APRA
mengedepankan tanggung jawab moral di
atas segala-galanya.Menurut Gandung Troy Sulistyantoro,
Ketua Harian BSMR, pihaknya merasa perlu
untuk menyelenggarakan seminar ini guna
membahas
lebih jauh mengenai
lembaga baru yang akan menjadi lembaga
super body di sektor keuangan Indonesia
ini. Diharapkan seminar ini dapat menjadi
sarana berbagi informasi dari petinggi
OJK mengenai langkah ke depan dan juga
berbagi pengalaman dari lembaga sejenis
yang sudah eksis selama ini di Australia.
Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
diharapkan dapat menjawab tantangan
globalisasi. Hal ini tertuang dalam Undang-
undang tentang OJK yang mencantumkan
berbagai langkah penanggulangan krisisglobal, khususnya sektor keuangan.
OJK, Kementerian Keuangan, Bank
Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) akan bekerja sama dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan dan
dalam pencegahan sistem penanganan
krisis.
Nantinya juga OJK diharapkan akan
mengoreksi secara positif kekurangan
dari sistem keuangan yang terdahulu,dapat memperkuat dan memperkokoh
perekonomian tanah air dengan sistem
keuangan guna menghindari munculnya
permasalahan lintas sektoral di sektor
jasa keuangan dewasa ini, serta dapat
mengoptimalkan perlindungan konsumen
jasa keuangan dan menjaga stabilitas
melalui pengawasan yang terintegrasi.
Seminar The 6th JRMC ini juga
merupakan sarana program pemeliharaanbagi pemegang sertifikat manajemen risiko
BSMR untuk memperpanjang masa berlaku
SEKITAR SERTIFIKASI