Upload
praktikum-tpsusu
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
1/18
Acara V
BUTTER DANBUTTERMILK
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh:
Jessica Kezia Harel
13.70.0098
Kelompok : D5
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2016
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
2/18
1
1. TOPIK DAN TUJUAN PRAKTIKUM
1.1.Topik
Praktikum Teknologi Pengolahan Susu dengan topik pembuatan butter danbuttermilk
dilakukan pada Rabu, 1 Juni 2016 yang dimulai pukul 15.00 WIB di Laboratorium
Rekayasa Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Soegijapranata Semarang.
Di dalam praktikum ini digunakan 2 bahan yang berbeda yaitu krim cair Roselle dan
krim cair Elle & Vire. Setelah dilakukan pengocokan maka didapatkan butter dan
buttermilk. Kemudian butter dan buttermilk diambil sebagian untuk dilakukan uji
sensori, fisik, dan dihitung rendemennya. Setelah itu butter ditutup dengan cling wrap
dan disimpan di dalam kulkas selama 1 jam lalu diamati kembali secara fisik dan
sensori.
1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan unsalted butter
tanpa proses fermentasi serta untuk memahami prinsip pembuatannya.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
3/18
2
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pembuatan butter danbuttermilk menggunakan bahan yang berbeda dapat
dilihat pada tabel 1. Kelompok D1D3 menggunakan krim cair Roselle sedangkan
kelompok D4 dan D5 menggunakan krim cair Elle & Vire.
Tabel 1. Hasil PengamatanButter danButtermilk
Kel. Produk
Sensori Fisik
Warna Rasa Aroma Tekstur PenampakanRendemen
(%)
D1
Butter ++ +++ + +++
Punya body, tidak
mudah dioles,
creamy
31,64
Butter
setelah
disimpan
di kulkas
++ ++ + +
Punya body, tidak
mudah dioles,
creamy
Buttermilk + ++++ + - Sedikit creamy 66,62
D2
Butter ++ ++ + +++
Punya body, tidak
mudah dioles,
creamy
28,90
Butter
setelahdisimpan
di kulkas
++ ++ + +Punya body, tidak
mudah dioles,
creamy
Buttermilk + ++++ + - Sedikit creamy 65,00
D3
Butter + +++ + +++
Punya body, tidak
mudah dioles,
creamy
32,61
Butter
setelah
disimpan
di kulkas
++ ++ + +
Punya body, tidak
mudah dioles,
creamy
Buttermilk + ++++ + - Sedikit creamy 63,33
D4
Butter ++++ ++ +++ ++++
Tidak punya body,
mudah dioles,
sangat creamy
35,89
Butter
setelah
disimpan
di kulkas
++++ ++ +++ +++
Punya body, mudah
dioles, sangat
creamy
Buttermilk ++ ++ ++ - Tidak creamy 56,67
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
4/18
3
D5
Butter +++ ++ +++ ++++
Tidak punya body,
mudah dioles,
sangat creamy
25,55
Butter
setelah
disimpandi kulkas
+++ ++ +++ +++
Punya body, mudah
dioles, sangatcreamy
Buttermilk ++ ++ ++ - Tidak creamy 46,67
Keterangan :
Warna+ : putih++ : agak kuning+++ : kuning++++ : sangat kuning
+++++ : coklat
Rasa+ : tidak enak++ : agak enak+++ : enak
++++ : sangat enak
Aroma+ : tidak kuat++ : agak kuat+++ : kuat
++++ : sangat kuat
Tekstur Penampakan+ : kasar/keras *punya body atau tidak++ : agak kasar/agak keras *mudah dioles atau tidak
+++ : lembut *creamy atau tidak++++ : sangat lembut
Dilihat dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa butter dan buttermilk yang
dihasilkan dari dua perlakuan berbeda. Kelompok D1D3 menghasilkan warna agak kuning
pada butter dan butter setelah disimpan di dalam kulkas sedangkan buttermilk yangdihasilkan berwarna putih. Pada kelompok D4 dan D5 menghasilkan warna sangat kuning
pada butter sedangkan untuk buttermilkberwarna agak kuning. Dari segi rasa kelompok D1
D3 menghasilkan rasa yang enak pada butter yang dihasilkan dan rasa yang sangat enak pada
buttermilk. Kelompok D4 dan D5 mempunyai rasa yang agak enak pada butter maupun
buttermilk yang dihasilkan. Kelompok D1 D3 mempunyai aroma tidak kuat pada butter
maupun buttermilk yang dihasilkan sedangkan kelompok D4 dan D5 memiliki aroma yang
kuat pada butter yang dihasilkan serta aroma yang agak kuat untuk buttermilk yang
dihasilkan. Kenampakan yang ditunjukkan kelompok D1 D3 yaitu punya body, tidak
mudah dioles, dan creamypada butter sedangkan untuk buttermilk sedikit creamy. Kelompok
D4 dan D5 memiliki kenampakan tidak punya body, mudah dioles, sangat creamy untuk
butter sedangkan pada buttermilk memiliki kenampakan tidak creamy. Dari rendemen yang
dihasilkan dapat dilihat bahwa rendemen butter yang tertinggi adalah sebesar 35,89%
kelompok D4 sedangkan yang terendah ada pada kelompok D5 yaitu sebesar 25,55%. Untuk
rendemen buttermilk yang tertinggi ada pada kelompok D1 yaitu sebesar 66,62% sedangkan
rendemen buttermilk terendah terdapat pada kelompok D5 yaitu sebesar 46,67%.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
5/18
4
FOTO PRODUK
Butter Sebelum Dimasukkan Ke Dalam Kulkas
Dari kiri ke kanan kelompok D1, D2, D3, D4, dan D5.
ButterSetelah Disimpan Di Dalam Kulkas
Sesuai urutan kelompok D1, D2, D3, D4, dan D5.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
6/18
5
Buttermilk
Dari kiri ke kanan : D1, D2, D3, D4, dan D5.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
7/18
6
3. PEMBAHASAN
Berdasarkan jurnal Mixing Sweet Cream Buttermilk With Whole Milk To Produce Cream
Cheese oleh Bahrami et al. (2015) dikatakan bahwa buttermilk merupakan by-product dari
pembuatan butter dan banyak mengandung oksigen. Buttermilk dapat digunakan sebagai
bahan untuk membuat keju dan biasa digunakan pada industri pengolahan keju. Di dalam
keju terkandung 30% buttermilk dan kolesterol yang tinggi. Penggunaan buttermilk sendiri
berguna sebagai antioksidan dan bahan penstabil. Menurut Herschdoefer (1986) butter
merupakan salah satu produk olahan dari susu. Di dalam pembuatan butter dan buttermilk
bisa dilakukan penambahan garam atau tidak sama sekali. Kandungan lemak di dalam susu
berkisar 80%. Hal ini dikatakan di dalamjurnal Detection of Butter Adulteration With Lard
Using Differential Scanning Calorimetry oleh Nurrulhidayah et al. (2015) bahwa di dalam
butterbanyak terkandung lemak baik lemak jenuh, monounsaturated fatty acid (MUFA),dan
sebagian polyunsaturated fatty acid (PUFA). Adapun butter juga mengandung lebih dari
1300 jenis triasetilgliserol (TGA) dan kaya akan vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E,
dan K. Adapun komponen utama dari susu adalah lemak susu yang terdapat dalam bentuk
jutaan bola-bola kecil dengan diamter 3 mikron. Butiran ini memiliki daerah permukaan yang
luas sehingga susu mudah menyerap flavor asing. Jika susu diaduk secara mekanis maka
butiran-butiran lemak dapat bergabung menjadi satu dan membentuk massa lemak yang
terpisah dari komponen susu yang lainnya (Moehyi, 1992).
Menurut Potter & Hotchkiss (1996) bahan baku dari pembuatan butter danbuttermilk adalah
lemak susu yang biasanya banyak terdapat di dalam cream dan dipisahkan dari susu hingga
mengandung 30-35% lemak. Berdasarkan jurnal Effect of Cream Cooling Rate and Water
Content On Butter Microstructure During Four Weeks of Storage oleh Ronholt et al. (2014)
dikatakan bahwa butter memiliki sistem emulsi water ini oil (w/o) yang terdiri dari globula
lemak, kristal lemak, dan droplet air yang terdispersi merata di dalamnya. Adapun di dalam
susu krim yang digunakan di dalam pembuatan butter memiliki sistem emulsi water in oil.
Susu krim ini memiliki tekstur yang lembut, berbusa, dan putih. Sama halnya dengan susu
krim, butter memiliki sistem emulsi w/o yang cukup stabil dengan kandungan lemak minimal
80%, air maksimal 16% serta 2% padatan bukan lemak.
Butter dapat diproduksi dengan metode churning atau pengocokan dan metode emulsifikasi.
Metode yang biasa digunakan adalah metode churning dengan mixer dimana tujuan dari
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
8/18
7
pengocokan adalah untuk memecah globula lemak yang memiliki membran di antara
permukaan udara dan air. Selama pengocokan dilakukan, udara akan masuk ke dalam krim
sehingga udara akan terpecah dan menjadi gelembung-gelembung kecil dan memberi tekanan
pada globula lemak sehingga sebagian lemak cair akan ditekan keluar dari globula lemak.
Lemak cair tersebut mengandung kristal lemak yang akan menyeba pada permukaan
gelembung kecil dan globula lemak. Saat gelembung itu menjadi lebih padat akan ada lebih
bayak lemak cair yang keluar dan busa menjadi pecah. Globula lemak terkoagulasi menjadi
butter grain (Susilorini & Sawitri, 2006).
Prinsip pembuatan butter pada praktikum ini adalah memisahkan krim dari susu melalui
proses pengocokan. Lemak yang diperoleh dari pemisahan sebelumnya lalu diberi perlakuan
mekanis yang disebut dengan tahap working. Pada tahap working ini air akan dikeluarkan
dengan cara diperas untuk mendapatkan ukuran droplet yang stabil dan droplet air yang kecil
tersebut akan pecah. Butter harus mempunyai permukaan yang kering. Droplet yang terlalu
kecil ini akan menghasilkan rasa yang hambar. Tujuan dari working ini yaitu untuk
membentuk butter yang kompak dan masif, mengatur kadar air butter, dan untuk
mengeluarkan buttermilk yang mungkin masih tersisa (Joshi & Thakar, 1993).
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan unsalted butter yang merupakan butter tanpa proses
fermentasi dan tanpa penambahan garam. Menurut Winarno (1993), butter dapat dibedakan
dalam beberapa jenis, yaitu :
- Butter yang dibuat dari krim yang dipasteurisasi (pasteurized cream) atau tanpa
pasteurisasi (unpasteurized cream).
-
Butter yang dibuat dari krim yang diperam (ripened cream) atau tidak diperam.
- Butter yang dibuat dari krim manis (sweet cream) atau krim asam (sour cream).
-
Butter yang dibuat tidak mengalami penyimpanan dan yang telah mengalami
penyimpanan.
Kegagalan selama pembuatan butter antara lain tekstur yang tidak baik karena penggunaan
suhu tidak tepat selama proses churning dan pembuatan krim, perubahan warna karena
kontaminasi jamur, aroma seperti ikan karena oksidasi fosfolipid dan juga oleh komponen
karbonil, noda karena adanya kontaminasi air untuk mencuci (Pseudomonas fragi), dan kadar
air yang berlebihan serta kontaminasi yang ada pada susu, krim atau butter (Herschdoefer,
1986). Kerusakan pada butter dapat dilihat dari beberapa parameter antara lain, yaitu :
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
9/18
8
- Kerusakan flavor : acid, aged (karakteristik karena kehilangan kelembaban), bitter,
cooked, coarse, feed, flat, malty, old cream, dan weed.
-
Kerusakan pada body : crumbly yaitu kehilangan kohesi, gummy, leaky dimana
kelembaban pada butter menjadi hilang,grainy, ragged, short, sticky, dan weak.
- Kerusakan warna : mottled, specks, streaks, wavy, dan jika dilakukan penambahan
garam dapat terjadisharp salty dangritty.
Kerusakan pada body yaitu weak dapat disebabkan karena krim yang telah dikocok tidak
didinginkan pada suhu rendah. Proses churningpada suhu yang terlalu tinggi akan berakibat
terlalu banyak udara yang masuk selama proses churning dan working serta proses working
yang terlalu berlebihan (Friberg & Larsson, 1997).
3.1.Prinsip Pembuatan Butter
Metode pembuatan butter yang dilakukan di dalam praktikum ini berdasarkan Walstra
(2006). Pertama-pertama disiapkan 300 ml kim dan ditimbang beratnya. Kemudian krim
dikocok dengan mixer kecepatan tinggi sampai lemak terpisah dengan buttermilk.
Pengocokan ini menurut Gunstone (2002) akan menyebabkan partikel yang lebih berat akan
terlempar keluar dan partikel yang lebih ringan akan tetap tinggal di dekat pusat. Proses
pengocokan dengan kecepatan tinggi akan memecah globula lemak. Lemak cair yang
mengandung kristal lemak akan menyebar keluar pada lapisan tipis yang ada di permukaan
bubble dan globula lemak. Sementara itu, busa menjadi tidak stabil dan pecah. Globula
lemak ini akan terkoagulasi dan menjadi butter. Proses pengocokan akan berlangsung selama
20 menit jika kondisi bahan yang digunakan dan alat-alat dalam keadaan yang baik dan akan
menghasilkan butter. Proses ini sangat tergantung pada efektivitas pengocokan dan kualitas
krim. Setelah butter dan buttermilk terpisah selanjutnya didiamlkan sampai semua lemak
naik ke atas. Setelah itu lemak dipisahkan dari buttermilk dengan menggunakan kain saring
sembari ditekan perlahan dan pastikan hingga buttermilk terpisah dari lemak. Selanjutnya
butter dan buttermilk ditimbang lalu dilakukan pengujian karakteristik fisik dan sensori.
Butter disimpan di dalam kulkas selama 1 jam dan diamati kembali karakteristik fisik dan
sensorinya. Selanjutnya rendemen butter dan buttermilk dapat dihitung menggunakan rumus :
Rendemen butter =
x 100%
Rendemen buttermilk =
x 100%
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
10/18
9
3.2.Karakteristik Butter Sebelum dan Sesudah Disimpan Dalam Kulkas
Dari hasil pengamatan diketahui pada kelompok D1 D3 yang menggunakan krim cair
Roselle didapatkan warna butter yaitu agak kuning baik sebelum dimasukkan ke dalam
maupun setelah disimpan di dalam kulkas selama 1 jam sedangkan pada kelompok D4 dan
D5 yang menggunakan krim cair Elle & Vire dihasilkan warna butter yaitu kuning hingga
sangat kuning. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulder & Walstra (1974) dimana warna
butter berwarna antara kuning pucat, kuning gelap hingga putih. Warna butterini dipengaruhi
oleh pigmen larut lemak dan warna kuning pada butter diketahui berasal -karoten yang ada
di dalam krim cair yang digunakan. Perbedaan warna yang ada disebabkan karena perbedaan
krim cair yang digunakan dimana krim Roselle mengandung lemak sebesar 28 gram yang
terbuat dari susu skim yang ditambah dengan lemak nabati sedangkan krim Elle & Vire
mengandung lemak lebih banyak yaitu 35,1 gram dan terbuat dari krim hewani. Warna
kuning pada kelompok D4 dan D5 disebabkan karena kandungan lemak pada krim cair Elle
& Vire lebih tinggi.Berikutnya dari segi rasa, kelompok D1 D3 menghasilkan rasa yang
enak sedangkan untuk kelompok D4 dan D5 dihasilkan rasa yang agak enak. Hal ini menurut
Bennion & Hughes (1975) dikatakan bahwa rasa pada butter disebabkan kandungan lemak
yang memberikan rasa gurih pada produk sehingga membuat produk menjadi berasa enak.
Selain itu, rasa butterjuga dipengaruhi oleh tipe ternak, musim, dan proses pembuatannya.
Kelompok D1 D3 menghasilkan aroma butter yang tidak kuat sedangkan pada kelompok
D4 dan D5 aroma butter adalah kuat. Aroma butter menurut Herschdoefer (1986) disebabkan
oleh diasetil, asam format, asetat, propionat, dan asetaldehid. Perbedaan hasil ini dikarenakan
terdapat perbedaan dari komposisi bahan yang berbeda. Kandungan lemak yang lebih tinggi
pada krim Elle & Vireakan menghasilkan aroma yang lebih kuat. Hal ini sesuai dengan
Moehyi (1992) yang mengatakan bahwa aroma dan rasa produk olahan susu sangat
tergantung dari lemak yang terkandung di dalam susu yang digunakan.
Pada tekstur butter yang dihasilkan oleh setiap kelompok didapatkan tekstur yang lembut
bagi butter sebelum dimasukkan ke dalam kulkas sedangan untuk butter yang sudah disimpan
di dalam kulkas selama 1 jam pada kelompok D1 D3 dihasilkan tekstur yang keras dan
pada kelompok D4 dan D5 dihasilkan tekstur yang tetap lembut. Tekstur butter sangat
dipengaruhi oleh proses pengocokan yang dilakukan. Proses pengocokan yang dilakukan
tidak boleh terlalu lama karena dapat menyebabkan loss of foam dan lack of fluffiness.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
11/18
10
Perbedaan dari kedua bahan yang digunakan adalah dikarenakan krim Elle & Vire
memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dimana lemak ini akan berperan dalam
pembentukan tekstur butter yang lembut. Kekerasan produk juga dapat disebabkan karena
struktur kimia lemak yang ada di dalam krim (Herschdoefer, 1986). Selain itu, tekstur butter
juga dipengaruhi oleh suhu, lama waktu penyimpanan, dan metode pembuatan.
Jika dilihat dari penampakannya, kelompok D1 - D3 menghasilkan butter yang memiliki
body, tidak mudah dioles, dan creamy. Sementara itu pada kelompok D4 dan D5 dihasilkan
butter yang tidak memiliki body, mudah dioles, dan sangat creamy. Rasa creamy yang ada
pada kelompok D4 dan D5 disebabkan karena kandungan lemak di dalam krim cair yang
digunakan lebih tinggi sementara pada kelompok D1 D3 menghasilkan rasa yang tidak
creamy karena kandungan lemak dalam krim cair rendah. Setelah butter disimpan di dalam
kulkas selama 1 jam tidak terjadi perubahan apapun pada butter yang dihasikan kelompok D1
D3 sedangkan pada kelompok D4 dan D5 dihasilkan butter yang memiliki body, mudah
dioles dan sangat creamy. Butter yang dimasukkan ke dalam kulkas akan memiliki
kenampakan yaitu memiliki body. Hal ini dikarenakan lemak berfungsi sebagai pemberi body
pada butter, memberikan tekstur lembut, dan memperkaya rasa butter(Herschdoefer, 1986).
Untuk rendemen butter didapatkan yang tertinggi ada pada kelompok D4 yaitu sebesar
35,89% sedangkan yang terendah ada pada kelompok D5 yaitu sebesar 25,55%. Nilai
rendemen dipengaruhi oleh kristalisasi lemak dimana apabila terjadi kristalisasi lemak maka
jumlah butter yang dihasilkan akan menjadi semakin maksimal. Hasil yang rendah ini dapat
disebabkan karena proses pengocokan yang terlalu lama. Pengocokan yang terlalu lama akan
menyebabkan kristal lemak menyebar dan menjadi sangat kecil (Rousseau et al., 2009).
3.3.
Buttermi lk dan Karakteristik Buttermilk Yang Dihasilkan
Buttermilk merupakan fase cair yang didapatkan setelah proses pengocokan pada proses
pembuatan butter (Morin et al., 2007). Komponen larut air banyak terdapat di dalam
buttermilk. Komponen tersebut antara lain adalah protein, laktosa, mineral, dan fosfolipid.
Kandungan fosfolipid pada buttermilk lebih tinggi dibandingkan dengan susu. Buttermilk
juga mengandung bahan dari globula lemak susu yang akan dirusak selama proses
pengocokan. Kandungan protein pada buttermilk yaitu 59% kasein, 23% protein serum, -
lactalbumin, dan -lactoglobulin.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
12/18
11
Buttermilk didapatkan dari lapisan bawah yang padat. Pada bagian bawah ini tidak ada atau
sedikit mengandung lemak. Buttermilk dapat digunakan sebagai tambahan susu atau pada
produk roti sebagai agen pengemulsi. Buttermilk dapat meningkatkan kestabilan panas dari
susu. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara fosfolipid-protein yang mencegah
koagulasi protein saat disterilisasi. Jika buttermilk ditambahkan ke dalam bahan pangan maka
kalori dan lemak dapat menurun hingga 50% karena buttermilk memiliki kandungan lemak
yang rendah.
Kerusakan yang dapat terjadi pada buttermilk antara lain :
- Berkurangnya flavor
Tidak ada organisme penghasil flavor asam seperti S. Lactis, S. Cremoris, starter
untuk buttermilk meliputiLeuconostoc citovirum, L. dextranicum, dan Streptococcus
diacetilactis. Bakteri ini akan menghasilkan diasetil yang merupakan komponen
aroma.
- Flavor asam terlalu banyak
Disebabkan karena adanya asam laktat akibat fermentasi laktosa oleh bakteri
Streptococcus.
-
Pemisahan whey
Jurnal A Study On Health Benefits of whey Proteins oleh Shankar et al. (2013)
mengatakan bahwa protein whey merupakan salah satu protein yang berasal dari susu
sapi. Saat pembentukan curd, air membentuk lapisan terpisah dari protein. Hal ini
yang menyebabkan pemisahan whey. Pemisahan whey yang terjadi disebabkan
karena pengolahan tidak tepat, pengontrolan keasaman kurang baik, dan suhu
pasteurisasi rendah.
-
Terlalu kental
Agitasi yang kurang saat pendinginan dapat meningkatkan total padatan pada
buttermilk sehingga akan meningkatkan viskositasnya.
(Kosikowski, 1977)
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa kelompok D1D3 menghasilkan warna buttermilk
adalah putih sedangkan kelompok D4 dan D5 menghasilkan buttermilk berwarna agak
kuning. Warna buttermilk dipengaruhi oleh kandungan lemak di dalam krim yang digunakan
(Kosikowski, 1977). Krim Roselle memiliki kandungan lemak yang lebih rendah
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
13/18
12
dibandingkan dengan krim Elle & Vire sehingga warna pada kelompok D1 D3 putih jika
dibandingkan dengan kelompok D4 dan D5. Dari segi rasa dihasilkan buttermilk yang lebih
enak pada kelompok D1 D3 dibandingkan dengan buttermilk pada kelompok D4 dan D5.
Hasil ini sesuai dengan Heiler & Schieberle (1996) yang mengatakan bahwa buttermilk yang
segar akan memiliki flavor creamy seperti susu, manis, dan buttery seperti mentega. Hal ini
dikarenakan buttermilk mengandung komponen larut air pada krim seperti laktosa dan
mineral.
Untuk aroma buttermilk diketahui bahwa pada kelompok D1 D3 dihasilkan aroma yang
tidak kuat sedangkan kelompok D4 dan D5 dihasilkan aroma yang agak kuat. Aroma
disebabkan karena adanya diasetil, asam format, asetat, propionat, dan asetaldehid
(Herschdoefer, 1986). Rendemen buttermilk tertinggi terdapat pada kelompok D1 yaitu
sebesar 66,62%.. Nilai rendemen dipengaruhi oleh kristalisasi lemak di dalam krim yang
dipakai. Kristalisasi lemak akan memaksimalkan jumlah butter yang dihasilkan dan
meminimalkan hilangnya lemak menjadi buttermilk selama proseschurning. Jika rendemen
butter dan rendemen buttermilk dijumlah hasilnya akan mendekati 100%. Hal ini sesuai
dengan Potter & Hotchkiss (1996) yang mengatakan bahwa buttermilk adalah fase air yang
dilepaskan saat churning creampada proses pembuatan butter.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
14/18
13
4. KESIMPULAN
Butteradalah produk susu yang dibuat dengan cara melakukan pengocokan (churning)
sehingga semua bagian lemak terpisah
Bahan baku dalam pembuatan butteradalah lemak susu dalam bentuk krim.
Proses churningbertujuan untuk memisahkan partikel-partikelbutterdan buttermilk.
Flavor butter dipengaruhi oleh diasetil, asam format, asetat, propionat, dan asetaldehid.
Buttermilk adalah by-product dari proses pembuatan butter.
Warna kuning pada butter dan buttermilkdisebabkan oleh zat warna karoten.
Semakin tinggi lemak pada krim yang dipakai maka warna akan semakin kuning, aroma
dan rasa semakin kuat, dan tekstur menjadi semakin lembut. Nilai rendemen dipengaruhi oleh kristalisasi lemak.
Semarang, 9 Juni 2016
Praktikan Asisten Dosen
Jessica Kezia Harel Graytta Intannia
13.70.0098
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
15/18
14
5. DAFTAR PUSTAKA
Bahrami, M., Ahmadi, D., Beigmohammadi, F., and Fakhrisadat Hosseini. (2015). Mixing
sweet cream buttermilk with whole milk to produce cream cheese. Journal of
Agricultural and Food Research. 54 (2), p 73-78.
Bennion, M. & O. Hughes. (1975). Introductory Foods. Macmillan Publishing Co., Inc. New
York.
Friberg, S. E. & K. Larsson. (1997). Food Emulsion 3rd Edition. Marcell Dekker. New York.
Gunstone, F. D. (2002). Food Application of Lipid, in Food Lipids: Chemistry, Nutrition &
Biotechnology, Second Edition, Revised & Expanded. Ed. Akoh, C.C & D.B. Min.
Marcel Dekker, Inc. New York.
Heiler, C. and P. Schieberle. (1996). Studies on the metalic off flavor in buttermilk:identification of potent aroma compounds. Lebenson Wiss U. Technol. 29. 460-464.
Herschdoefer, S. M. (1986). Quality Control in the Food Industry Volume 2. Academic Press.
London.
Joshi, N. J. and Thakar, P. N. 1993. Utilization of buttermilk in manufacture of buffalo milk
cheddar cheese: Changes during ripening.Journal of Food Science Technology 30:172
175.
Kosikowski, F. V. (1977). Cheese and Fermented Milk Foods. Edwards Brother, Inc. USA.
Lonkar, S. P., Mahajan, A. P., Ranveer, R. C., and A. K. Sahoo. (2011). Development of
Instant Mattha Mix. Journal ofDairy & Food Sciences. 6 (2): 125-129.
Moehyi, S. (1992). Penyelenggaraan Makanan Institusi & Jasa Boga. Penerbit Bhratara.
Jakarta
Morin P., Britten M., Jimnez-Flores R. & Pouliot Y. (2007). Microfiltration of buttermilk
and washed cream buttermilk for concentration of milk fat globule membrane
components.J. Dairy Sci., 90, 2132-2140.
Mulder, H., & Walstra, P. (1974). Structure and texture of butter. In The milk fat globule (pp.
246-289). Wageningen: Centre for Agricultural Publishing and Documentation.
Nurrulhidayah, A. F., Arieff, S. R. (2015). Detection of butter adulteration with lard using
differential scanning calorimetry. International Food Research Journal 22(2): 832-839.
Potter, N. N & J. H. Hotchkiss. (1996). Food Scince Fifth Edition. CBS Publishers &
Distributors. New Delhi.
Ronholt, S., J.J.K. Kirkengsgaard, K. Mortensen, J. C. Knudsen. (2014). Effect of cream
cooling rate and water content on butter microstructure during four weeks of storage.Journal of Food Hydrocolloids. 34: 169-176.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
16/18
15
Rousseau, D., Gosh, S., & Park, H. (2009). Comparison of the dispersed phase coalescence
mechanisms in different tablespreads. Journal of Food Science, 74, E1-E7
Shankar, J. R. dan Ghanendra K. B. (2013). A Study On Health Benefit of Whey Proteins.
International Journal of Advanced Biotechnology and Research.
Susilorini, T. E. & M. E. Sawitri. (2006). Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Winarno, F. G. (1993). Pangan: Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Walstra, P., J. T. M. Wouters & T. J. Geurts. (2006). Dairy Science and Technology 2 nd Ed.
Taylor & Francis Group, LLC. Boca Raton.
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
17/18
16
6. LAMPIRAN
6.1.Perhitungan
Rumus :
Kelompok D1
Kelompok D2
Kelompok D3
Kelompok D4
7/26/2019 Butter Jessica Kezia Harel (13.70.0098)
18/18
17
Kelompok D5
6.2.Laporan Sementara
6.3.Jurnal