Upload
zam-azwar-annas
View
158
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kanker paru-paru
Citation preview
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 3
1.1 Latar belakang .................................................................................. 3
1.2 Tujuan ............................................................................................... 4
1.3 Manfaat ............................................................................................. 4
BAB II.KONSEP MEDIS ................................................................................ 4
2.1 Definisi ............................................................................................. 5
2.2 Etiologi ............................................................................................. 5
2.3 Patofisiologi ...................................................................................... 7
2.4 Tanda dan gejala ............................................................................... 7
2.5 Respon berduka ............................................................................... 8
2.5.1 Tahap berduka …………………………………………....... 8
2.5.2 Tindakan pada pasien menghadapi kehilangan/berduka......... 9
2.6 Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 11
2.6.1 Inspeksi ……………………………………………….......... 11
2.6.2 Palpasi .................................................................................... 11
2.6.3 Perkusi …………………………………………………....... 11
2.6.4 Auskultasi ............................................................................... 11
2.7 Manifestasi klinis .............................................................................. 12
2.8 Stadium ............................................................................................. 12
2.9 Jenis sel kanker paru ......................................................................... 15
2.10 Pemeriksaan penunjang ................................................................ 15
2.11 Penatalaksanaan medis.................................................................... 17
2.12 Pathway .......................................................................................... 19
BAB III.ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA PARU.............................. 21
3.1 Pengkajian ........................................................................................ 21
3.2 Diagnosa keperawatan ...................................................................... 21
1
3.3 Prioritas masalah .............................................................................. 22
3.4 Perencanaan ...................................................................................... 22
3.5 Implementasi .................................................................................... 30
3.6 Evaluasi ........................................................................................... 30
BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 32
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria
dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru –
paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat
1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker
paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di
inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker
terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki
urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita
yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru
di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru
mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih
besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria.
Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
Dalam keadaan normal sel akan tumbuh sesuai kebutuhan tubuh dengan
melalui tahapan tahapan dalam prosesnya. Mekanisme itu penting sebagai pengganti
sel sel tubuh yang rusak dan perlu peremajaan.. Pertumbuhan sel yang berjalan
dalam beberapa tahapan dan dikontrol oleh gen (pembawa informasi) yang sebagian
bertindak sebagai pemicu, penghambat pertumbuhan dan gen pengkontrol proses
lain dalam sel agar berjalan baik. Gangguan pada gen atau proses pertumbuhan itu
dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada beberapa kondisi tidak semua
gangguan itu berkembang cepat namun dapat berhenti sebelum berubah menjadi
ganas itulah yang kita kenal dengan tumor jinak. Jika gangguan itu lebih berat dan
3
gangguan pertumbuhan berlangsung terus dan menyebar ke tempat lain (metastasis)
kita sebut dengan tumor ganas atau kanker.
Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Kanker Paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan
angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan
rehabilitatif.
1.2 Tujuan
A. Untuk mengetahui definisi dari ca paru.
B. Mengetahui tanda dan gejala dari ca paru.
C. Menetahui cara pencegahan dan penanganan ca paru.
D. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa
medis ca paru melalui pendekatan proses perawatan
1.3 Manfaat
a. Bagi Penulis
1. Mengetahui labih jauh lagi tentang penyakit ca paru.
2. Mengetahui askep pada kasus ca paru dengan baik dan benar
b. Bagi Pendidikan
Sebagai koleksi tambahan buku-buku diperpustakaan dan sebagai
kerangka acuan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan
4
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 . Definisi
Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal
dari saluran nafas.
Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru
secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata
manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena
memang karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit
paru).
2.2 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik
yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
5
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.
Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui
adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni:
a. Proton oncogen
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor
dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS)
6
sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2
berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah-
programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel
sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit
genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi
agresif pada jaringan sekitarnya.
6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.(Ilmu Penyakit
Dalam, 2001).
2.3 Patofisologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi.
7
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase,khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,
otak, tulang rangka.
2.4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kanker paru membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
dapat diketahui dan seringkali dikacaukan dengan gejala dari kondisi yang
kurang serius. Tanda dan gejala mungkin tidak kelihatan sampai penyakit telah
mencapai tahap lanjut.
Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat
Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua
minggu
Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri
akibat batuk yang terus menerus
Perubahan warna pada dahak
Meningkatnya jumlah dahak
Dahak berdarah
Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma
Radang yang kambuh
Sulit bernafas
Nafas pendek
Serak
Suara kasar saat bernafas
Selain dari itu juga barangkali tanda-tanda dan gejala-gejala disebabkan
oleh penyebaran kanker paru pada bagian tubuh lainnya. Tergantung pada organ-
organ yang dirusak.
8
Kelelahan kronis
Kehilangan nafsu makan
Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya
Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan
Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau
kehilangan ingatan sebagian)
Bengkak pada leher dan wajah
Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
2.5 Respons berduka
2.5.1 Tahap berduka
Respon berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-
tahap berikut (kubler- rose dalammpoter dan ferry, 1997)
1. tahap pengingkaran, merupakan reaksi pertama individu yang
mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya mengerti, atau
mengingkari kenyataan bahwa kenyataan benar- benar terjadi. Sebagai
contoh, orang atau keluarga dari oyang menerima diagnosa terminal
akan terus menerus mencari informasi tambahan .
reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih , lemah,
mual, pucat,diare, gangguan pernafasan, detak jantung terlalu cepat,
menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat
berakhir dalam bwaktu beberapa menit atau tahun
2. tahap marah, tahap ini adalah individu menolak kehilanggan.
Kemarahan yang timbul sering di proyeksikan kepada orang lain atau
dirinya sendiri. Orang mengalami kehilangan juga tidak jarang
9
menunjukkan prilaku agresif, berbicara kasar.menolak pengibata,
menuduh dokter tidak kompeten. Respon fisik yang sring terjadi antara
lain, mukammerah, nadi cepat, gelisah susah tidur, tangan mengempal.
3. Tahap tawar menawar, pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran
kenyataan yterjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat
kesepakatan secara halus atau terabng-terangan seolah-olah kehilangan
tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan
tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan yang Maha Esa.
4. Tahap Depresi, pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap
menarik diri, kadang-kadang bersikap sangat penurut, tidak mau
bicara, menyatakan keputusasaan rasa tidak berharga, bahkan bias
muncul keinginan bunuh diri.Gejala fisik yang ditunjukkan antara
lain : Menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun,
5. Tahap Penerimaan, merupakan tahap yang berkaitan dengan
reorganisasi perasaan kehilangan. Fikiran yang selalu berpusat pada
objek yang hilang maka mulai berkurang atau hilang, individu telah
menerima kehilangan yang di alaminya dan memulai memandang
kedepan
2.5.2 Tindakan pada pasien menghadapi kehilangan/berduka
1) Tahap pengingkaran
10
1. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
prerasaannya, dengan cara
a. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya
b. Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang
kenyataan dan kehilangan apabila sudah siap secara emosional.
2. Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas dan mendororng
pasien untuk berbagi rasa dengan cara:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat apa yang di
katakana oleh pasien tanpa menghukum atau menghakim
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut dapat terjadi
pada orang yang mengalami kehilangan
3. Memberikan jawaban yang jujur atas pertanyaan pasien tentang
sakit, pengobatan dan kematian dengan cara:
a. Menjawab pertanyaan pasien dengan bahsa yang ssudah di
mengerti, jelas dan tidak berbelit belit.
b. Mengamati dengan cermat respon pasien seklama berbicara
c. Meningkatkan kesadaran secara bertahap.
2) Tahap depresi
1. Membantu pasien, mengidentifikasa ras berslah dan takut dngan cara:
a. Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas
perasaannya
b. Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai dengan
derajat resikonya
2. Mebantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara:
a. Menghargai perasaan pasien
11
b. Membantu pasien menemuka dukungan yang positif denagn
mengaitkan terhadap kenyataan
c. Meberi kesempatan untuk menangis dan mngungkapkan
perasaannya.
d. Bersama pasien untuk membahas pikiran yang selalu timbul
3) Tahap penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa di
elakkan dengan cara
a. Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
b. Membantu keluarga berbagi rasa , karna setiap anggota keluarga
tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan
c. Membahas rencana setelah masa kabung terlewati
d. Member informasi yang akurat tentang kebutuhan pasien dan
keluarga.
2.6 Pemeriksaan Fisik
2.6.1 Inspeksi :
Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk , dengan
/ tanpa peningkatan produksi secret.Pergerakan dada bias asimetris apabila
terjadi komplikasi efusi pleura dengan hemoragi.Nyeri dada dapat timbul
dalam berbagai bentuk tapi biasanya dialami sebagai rasa sakit atau tidak
nyaman akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Selain itu, dapat
pula timbul nyeri pleuritis bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat
penyebaran neoplastik atau pneumonia. Gejala-gejala umum seperti
anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan merupakan gejala-gejala
lanjutan.
12
2.6.2 Palpasi :
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
2.6.3 Perkusi :
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor.
2.6.4 Auskultasi :
Didapatkan bunyi stridor local, wheezing unilateral didapatkan
apabila karsinoma melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan
tanda khas pada tumor bronchus. Penyebaran local tumor ke struktur
mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat terserangnya saraf
rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esophagus, dan paralisis
hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus ( Alsagaff, 1996)
13
2.7 Manifestasi klinis.
1) Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
bronkus.
2) Gejala umum.
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang
sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
14
2.8 Stadium.
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint
Committee on Cancer.
Gambarn TNM Defenisi
Tumor primer (T)
T0
Tx
TIS
T1
T2
T3
Tidak terbukti adanya tumor primer
Kanker yang tersembunyi terlihat pada
sitologi bilasan bronkus tetapi tidak
terlihat pada radiogram atau bronkoskopi
Karsinoma in situ
Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi
paru – paru atau pleura viseralis yang
normal.
Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam
setiap ukuran dimana sudah menyerang
pleura viseralis atau mengakibatkan
atelektasis yang meluas ke hilus; harus
berjarak 2 cm distal dari karina.
Tumor dalam setiap ukuran dengan
perluasan langsung pada dinding dada,
diafragma, pleura mediastinalis, atau
pericardium tanpa mengenai jantung,
pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2
15
T4
Kelenjar limfe regional (N)
N0
N1
N2
N3
Metastasis jauh (M)
M0
M1
cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
Tumor dalam setiap ukuran yang sudah
menyerang mediastinum atau mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea,
esofagus, koepua vertebra, atau karina;
atau adanya efusi pleura yang maligna.
Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar
limfe regional.
Metastasis pada peribronkial dan/ atau
kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau
kelenjar limfe subkarina.
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar –
kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar
– kelenjar limfe skalenus atau
supraklavikular ipsilateral atau
kontralateral.
Tidak diketahui adanya metastasis jauh
Metastasis jauh terdapat pada tempat
tertentu (seperti otak).
16
Kelompok stadium
Karsinoma tersembunyi
TxN0M0
Stadium 0
TISN0M0
Stadium I
T1N0M0
T2
N0M0
Stadium II
T1N1M0
T2
N1M0
Stadium IIIa
T3N0M0
T3
N0M0
Stadium IIIb
Setiap T N3M0
T4 setiap NM0
Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi
tidak dapat dibuktikan adanya tumor
primer atau metastasis.
Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2
tanpa adanya bukti metastasis pada
kelenjar limfe regional atau tempat yang
jauh.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan
terdapat bukti adanya metastasis pada
kelenjar limfe peribronkial atau hilus
ipsilateral.
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau
tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe
peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak
ada metastasis jauh.
Setiap tumor dengan metastasis pada
kelenjar limfe hilus tau mediastinal
kontralateral, atau pada kelenjar limfe
skalenus atau supraklavikular; atau setiap
tumor yang termasuk klasifikasi T4
dengan atau tanpa metastasis kelenjar
17
Stadium IV
Setiap T, setiap N,M1
limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
Setiap tumor dengan metastsis jauh.
Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).
2.9 Jenis Sel Kanker Paru
secara garis besar dibagi atas 2 kelompok
1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = SCLC) merupakan 20%
dari seluruh kanker paru, bersifat lebih agresif tetapi sangat responsif dengan
pengobatan.
2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KBKBSK= NSCLC) yang
terbanyak yaitu sekitar 80% dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis
KPKBSK yang dapat dikenali diantaranya:
Karsinoma epidermoid (disebut juga karsinoma sel skuamosa)
Adenokarsinoma, adalah jenis sel kanker terbanyak dan terutama pada
perokok
Karsinoma sel besar
Lain-lain:merupakan jenis yang jarang ditemukan misalnya karsinoid,
karsinoma bronkoalveolar.
18
2.10 Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2) Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3) Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
19
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
4) Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru
dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2.11 Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
20
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,
2000)
2. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
3. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
4. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
5. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
6. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
21
7. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru
berbentuk baji (potongan es).
8. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
9. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
10.Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi
22
2.12 Pathway
Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen)
Trauma oleh arus udara ( Tar Rokok,paparan industri)
Bahan karsinogenik mengendap
Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus
Deskuamasi Produksi Mukus Me
Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa bronchus Bersihan jalan nafas tidak efektif
Hyperplasi, metaplasi.
Cell Kanker
Manifestasi Klinis
(Intrapulmoner) (Intratorasik Ekstrapulmoner) (Ektratorasik Non Metastatik) (Ekstratorasik Mtastatik)
Kanker lumen branchus
Proksimal Distal
Sumbatan parsial Bronkiektasis/Aktelektasis
atau total
23
Sesak nafas
(Wheezing) Gangguan Pertukaran gas
Pola Nafas tidak efektif
INTRATORASIK EKSTRAPULMONER
Mediastinum
N. Frenikus N.Recurrens S. Simpatis VC. Superior Trachea Oesopagus Jantung
Paralises Paralises Sindrom Sindrom VC Sesak, Disfagia Gg.disf.Diafragma Ch.vocalis Horner VC. Superior Atelektasis efusi Pkd.
Dispnoe Gg. Kom Gg. Fungsi Oedema muka gg. Per Nutrisi Penurunan
Verbal. Penglihatan & lengan tukarn.gas krg.;kebut. Curah
Jtng
Gg. Pola nafas
24
EKTRATORASIK NON METASTATIK
Neuromuskuler Endokrin Metabolik Jaringan ikat & Tulang Vaskuler&Hematologi
Neuropatia Ca. Primitive Neural Crest hypertropi Pulmonary Migratory romboflebitis
Pe Growth Hormon
Jari Tabuh
Gg. Body Image
Ekstratorasik Metastatik
Sirkulasi Arterial
Hampir semua organ, t/u Otak, hati dan tulang
Ansietas Ancaman Kematian
25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA PARU
3.1 Pengkajian
Data Subjektif
1. Obset dan Lamanya tanda dan gejala-gejalanya.
2. Apa yang pasien ketahui tentang alasan dia dirawat?
a. Untuk tes Diagnostik
b. Untuk pembedahan toraks
3. Apakah pasien mengatakan karsinoma paru sebagai diagnosa atau tersangka
4. Riwayat kebiasaan merokok
5. Riwayat terpapar polutan dan,debi industri, radioaktif
Data Obkektif
1. Sputum berwarna kemerahan dapat disebabkan pendarahan dari tumor
2. Batuk
3. Nyeri dada (kecuali stadium dini dan lanjut)
4. Dispnoe
5. Taktil premitus meningkat (konsolidasi)
6. Suara nafas:wheezing friction rub (jika menyebar ke pleura)
7. Penurunan berat badan
8. Tes diagnostik : x-ray, bronkoscopy, sitology, angiografi, mediastografi (pada
keadaan lanjur), scanning paru, analisa gas darah
26
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan
mukus /viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri,
kelemahan,kelelahan.
2. Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret,
perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
3. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian
utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi,
sekeresi berlebihan,/perdarahan aktif.
4. Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat, peningkatan
metabolisme, proses keganasan.
6. Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.
7. Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik,
penyakit kronis.
3.3 Prioritas Masalah
1. Memepertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan
2. Mengontrol / menghilangkan nyeri
3. mendukung Upaya mengatasi diagnosa / situasi
4. memberikan infirmasi tentang profesi penyakit / prognosis
dan proses pengobatan
3.4 Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan-Kriteria Intervensi Rasional
Bersihan Bersihan jalan 1. Auskultasi bunyi Pernafasan bising,
27
Jalan nafas
tidak efektif
b/d
peninjkatan
jumlah/visko
sitas sekret,
keterbatasan
gerakan
dada/nyeri,
kelemahan/k
elelahan.
nafas efektif.
Kriteria ;
a. Menunjukan
potensi jalan
nafas.
b. Cairan
sekret
mudah
dikeluarkan/
dibatukan.
c. Bunyi nafas
jelas.
d. Whezing(-)/
berkurang
dada, untuk karakter
bunyi nafas dan
adanya sekret.
2. Bantu untuk nafas
dalam efektif
anjurkan batuk
dengan posisi
duduk.
3. Observasi jumlah
dan karakter
sputum/aspirasi
sekret.
4. Lakukan
penghisapan dengan
menggunakan
suction. Bila klien
tidak dapat batuk.
5. Dorong masukan
cairan/oral
sedikitnya 2500
CC/hari dalam
toleransi jantung.
6. Kolaborasi :
ronki, mengi
menunjukan
tertahannya
sekret/obstruksi jalan
nafas
Posisi duduk
memungkinkan
ekspansi paru maksinal,
upaya batuk untuk
membuang sekret..
Perubahan sekret
menunjukan
progresifitas penyakit.
Penghisapan dapat
merangsang batuk
efektif.
Hidrasio adekuat untuk
mempertahankan sekret
hilang/peningkatan
pengeluaran.
Memudahkan
28
Berikan/bantu
dengan IPBB ,
spirometri, meniup
botol
7. Gunakan oksigen
humidifikasi/nebuli
zer ultrasonik .
Berikan cairan
tambahan melalui
IV sesuai indikasi.
8. Berikan
bronkodilator,
ekspektoran, atau
analgetik sesuai
indikasi.
pembuangan sekret.
Memberikan hidrasi
maksimal/pengenceran
sekret untuk
meningkatkan
pengeluaran
Menghilangkan spasme
bronkus untuk
memperbaiki aliran
udara. Ekspektoiran
meningkatkan produksi
mu.kus untuk
mengencerkan sekret.
Kerusakan
pertukaran
gas b/d gg.
Aliran udata
ke alveoli,
perubahan
membran
Pertukaran gas
efektif.
Kriteria :
GDA dalam
batas normal,.
Mebubjukan
1. Catat frekluensi dan
kedalaman
pernafasan ,
penggunaan otot
bantu dan nafas
bibir.
Takhipnoe dan dispnoe
menyertai obstruksi
paru.
Area yang tak
29
alveolar
kapiler
( atelektasis,
oedema paru,
efusi, sekresi
berlebihan,
perdarahan
aktif )
ventilasi adekuat
Menunjukan
oksigenasi
adekuat.
Menunjukan
perbaikan
distress
pernafasan.
2. Auskultasi paru
untuk penurunan
bunyi nafas dan
adanya bunyi
tambahan krekels.
3. Observasi ferfusi
daerah akral dan
sianosis ( daun
telinga, bibir, lidah
dan membran lidah )
4. Lakukan tindakan
untuk memperbaiki
jalan nafas.
5. Tinggikan
kepala/tempat tidur
sesuai dengan
kebutuhan.
6. Awasi tanda vital
terventilasi dapat
diidentifikasikan
dengan tak adanya
bunyi nafas.
Menunjukan
hipoksemia sistemik.
Jalan nafas
lengket/kolaps
menurunkan jumlah
alveoli yang berfungsi
Secara negatif
mempengaruhi
pertukaran gas.
Meningkatkan ekspansi
dada maksimal,
membuat mudah
bernafas meningkatkan
kenyamanan.
Tahkikardi/takhipnoe,
dan perubahan pada
TD. Terjadi seirng
dengan perubahan
30
7. Kaji tingkat
kesadaran
8. Kaji toleransi
aktivitas.
9. Kolaborasi:
Awasi seri GDA.
10. Berikan oksigen
dengan metoda
yang tepat.
asidosis.
Hipoksemia sistemik
dapat ditunjukan
pertamakali oleh
gelisah dan rangsang
disertai penurunan
kesadaran.
Hipoksemia
menurunkan
kemampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktivitas tanpa dispnoea
berat, takikardia dan
disritmia.
Hipoksemia ada pada
berbagai derajat
tergantung pada jumlah
obstruksi jalan nafas.
Memaksimalkan
sediaan oksigen untuk
pertukaran gas .
31
Pola nafas
tidak efektif
b/d obstruksi
trakeobronki
al oleh
bekuan
darah, sekret
banyak ,pera
darahan
aktif,
penurunan
ekspansi
paru, proses
inflamsi.
Pola nafas
efektif.
Kriteria :
Frekuensi nafas
dalam rentang
normal
Suara paru jelas
dan bersih.
Berpartisipasi
dalam aktivitas.
1. Kaji frekuensi ,
kedalaman
pernafasan dan
ekspansi dada., catat
upaya pernafasan
( penggunaan otot
bantu pernafasan )
2. Auskultasi bunyi
nafas, dan catat
adanya bunyi nafas.
3. Observasi pola
batuk dan karakter
secret
4. Dorong dalam nafas
dalam.dan latihan
batuk.
5. Kolaborasi:
Berikan oksigen
tambahan.
6. Berikan
Kedalamam pernafasan
bervariasi tergantung
derajat gagal nafas.,
ekspansi pada terbatas
terjadi pada atelektasis.
Perubahan bunyi nafas
menunjukan obstruksi
sekunder.
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
kering/iritatif
Meningktkan
banyaknya sputum.
Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja
nafas.
Memberikan
32
humidifikasi
tambahan.
7. Bantu fisioterapi
dada.
8. Siapkan/bantu
bronkoskopi
kelembaban pada
membran mukosa dan
membantu pengenceran
sekret.
Memudahkan upaya
pernafasan dalam.
Meningktkan drainase
sekret.
Kadang=kadang
berguna untuk
membuang bekuan
darah, sekret serta
membersihkan jalan
nafas.
33
Nyeri b/d.
invasi kanker
ke pleura,
atau dinding
dada.
Nyeri hilang/
berkurang
Kriteria
:Klien nampak
rileks.
Kliuen dapat
tidur.
Berpartisi dalam
aktivitas.
1. Tanyakan pasien
tentang nyeri,
Tentukan
karaktersitik nyeri
2. Kaji pernyataan
verbal dan non
verbal nyeri pasien.
3. Evaluasi keefektifan
pemberian obat
4. Berikan tindakan
kenyamanan, ubah
posisi, pijatan
punggung dll.
5. Berikan lingkungan
tenang.
6. Kolaborasi: Berikan
analgesik rutin s/d
indikasi..
Membantu dalam
evaluasi gejala nyeri
kanker yang dapat
melibatkan visera, saraf
atau jaringan tulang
Ketidaksesuaian antara
verbal dan non verbal
menunjukan.derajat
nyeri
Memberikan obat
berdasarkan aturan.
Meningkatkan relaksasi
dan pengalihan
perhatian..
Penurunan stress,
menghemat energi
Mempertahankan kadar
obat, menghindari
puncak periode nyeri..
34
Ansietas b/d
ancaman
kematian,
proses
keganasan,
Ansietas hilang/
berkurang
Kriteria
Klien tampak
rileks
Klien dapat
beristirahat.
Dapat
bekerjasama
dalam terapi.:
1. Evaluasi tingkat
pemahaman
pasien/orang
terdekat tentang
diagnosa.
2. Akui rasa takut,
masalah pasien, dan
dorong
mengekspresikan
perasaan.
3. Kolaborasi :
Libatkan
pasien/orang
terdekat dalam
perencanaan
keperawatan
Pemahaman persepsi
melibatkan susunan
tekanan perawatan
individu dan
memberikan informasi.
Memberi waktu untuk
mengidentifikasi
perasaan.
Dapat memperbaiki
perasaan kontrol.
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh b/d
intake
kurang,
peningkatan
metabolisme,
proses
keganasan.
Nutrisi
terpenuhi.
Kriteria :
Menunjukan
perubahan
beratbadan.
Menunjukan
perubahan pola
makan.
1. Catat ststus nutrisi
pasien pada
penerimaan, catat
turgor kulit, berat
badan dan derajat
kekurangan berat
badan
2. Pastikan pola diet
pasien yang
Berguna dalam
mengidentifikasi derajat
kurang nutrisi dan
menentukan pilihan
intervensi.
Pertimbangan
keinginan individu
35
Hb. Albumin
dalam rentang
normal.
disukai/tidak
disukai
3. Awasi
pemasukan/pengel
uaran dan berat
badan secara
periodic
4. Selidiki mual,
muntah, anoreksia
dan catat
kemungkinan
hubungannya
dengan obat
5. Berikan periode
istirahat sering.
6. Berikan perawatan
mulut, sebelum
dan sesudah
tindakan
pernafasan.
7. Berikan Diet
TKTP.
dapat memperbaiki
masukan diet.
Mengukur kefektifan
nutrisi dan dukungan
cairan.
Mencari pemecahan
masalah, untuk
meningkatkan
pemasukan nutrien.
Membantu menghemat
energi., khususnya bila
kebutuhan metabolik
meningkat
Menurunkan perasaan
tak enak, bekas sputum,
obat merangsang pusat
muntah..
Memaksimalkan
masukan nutrisi..
36
8. Kolaborasi :
Rujuk ke ahli diet
Awasi
pemeriksaan lab.
( BUN, protein
serum, albumin
Hb.)
9. Bila perlu berikan
nutrisi parenteral. .
Nilai rendah
menunjukan malnutrisi
Meningkatkan masukan
nutrisi adekuat.
37
3.5 IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan setelah dilakukan
validasi, keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien
dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).
3.6 EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan peruubahan
keadaan pasien ( Hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan.
Evaluasi terhadap masalah ca. Paru secara umum dapat dinilai dari
sempurnanya Memepertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan, Mengontrol /
menghilangkan nyeri,mendukung upaya mengatasi diagnosa / situasi
memberikan informasi tentang profesi penyakit / prognosi,dan proses pengobatan
Untuk memudahkan perawat mengevakuasi atau memantau
perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE.SOAPIER.
Pengunaannya tergantung dari kebijakan setempat. Yang dimaksud dengan
SOAPIER adalah :
38
S : Data Subjektif
Perawat menulisan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data Objektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada klien. Dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan
A : Analisis
Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Merupakan suatu
masalah atau diagnosa keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat
ditulis masalah/diagnosa baru terjadi akibat perubahan status kesehatan
klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan ,
dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang
telah ditentukan sebelumnya.
I : Implementasi
Adalah tindakan keperawatan yang dilakukan tindakan keperawatan
E ; Evaluasi
Adalah respon klien setelah selesai dilakukan tindakan keperawatan
R : Reassement
39
Adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah
diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,
dimodifikasi dan dihentikan
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Definisi karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
nafas
2) Tanda dan gejala:
1. Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat
2. Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua
minggu
3. Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri
akibat batuk yang terus menerus
4. Perubahan warna pada dahak
5. Meningkatnya jumlah dahak
6. Dahak berdarah
7. Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma
8. Radang yang kambuh
9. Sulit bernafas
10. Nafas pendek
11. Serak
12. Suara kasar saat bernafas
3) Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan.
b. Toraktomi eksplorasi.
c. Pneumonektomi pengangkatan paru.
d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
41
e. Resesi segmental.
f. Resesi baji.
g. Dekortikasi.
h. Radiasi
i. Kemoterafi
42
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.
Penerbit EGC. Jakarta.
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC
Jakarta.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius Jakarta
Rohmah, nikmatur. 2009 Proses Keperawatran Teori dan Aplikasi di lengkapi dengan
NIC-NOC dan aplikasi pada berbagai kasus, Ar-Ruzz Media : Jogjakarta
Santosa, budi.2005/2006 Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda , Prima
Medika.Jakarta
43