49
5/20/2018 CaseAbortusMelissaFix-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/case-abortus-melissa-fix 1/49   Melissa Rosari Hartono (030.09.150) UNIVERSITAS TRISAKTI  –  RSUD KOTA SEMARANG 1 LEMBAR PENGESAHAN  Nama : Melissa Rosari Hartono  NIM : 030.09.150 Perguruan Tinggi : Universitas Trisakti Tingkat : Program Profesi Kedokteran Judul Kasus : “ Seorang wanita, G A 25th 12mgg+4hr dengan Abortus Inkomplit ”  Bagian : Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan Periode : 02 Juni 2014 –  16 Agustus 2014 Telah diterima dan disetujui pada tanggal : ………………….., sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Mengetahui dan menyetujui, Dokter Pembimbing, dr. Jati Suwantoro, Sp. OG 

Case Abortus Melissa Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fix

Citation preview

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    1/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 1

    LEMBAR PENGESAHAN

    Nama : Melissa Rosari Hartono

    NIM : 030.09.150

    Perguruan Tinggi : Universitas Trisakti

    Tingkat : Program Profesi Kedokteran

    Judul Kasus : Seorang wani ta, G2P1A0U25thH12mgg+4hr dengan Abortus Inkomplit

    Bagian : Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan

    Periode : 02 Juni 201416 Agustus 2014

    Telah diterima dan disetujui pada tanggal : .., sebagai syarat untuk

    mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan Rumah

    Sakit Umum Daerah Kota Semarang.

    Mengetahui dan menyetujui,

    Dokter Pembimbing,

    dr. Jati Suwantoro, Sp. OG

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    2/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 2

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telahmemberikan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan

    kasus dengan judul Seorang wani ta, G2P1A0U25thH12mgg+4hr dengan Abortus I nkompli tini

    dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik di bagian

    Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.

    Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

    1. dr. Jati Suwantoro, Sp. OG selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini.

    2. dr. Cipta Pramana, Sp. OG, dr. Kartika Budi Peranawengrum, Sp. OG, dan seluruh

    staf pengajar bagian Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Umum

    Daerah Kota Semarang yang turut membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.

    3. Kedua orang tua yang juga membimbing penulis, memberikan doa dan dorongan

    secara materiil dan moril.

    4.

    Semua teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan

    bantuan, dorongan, semangat, dan saran sehingga laporan kasus ini dapat

    terselesaikan.

    Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,

    oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

    Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan

    dalam bidang kedokteran pada umumnya bagi para pembacanya.

    Semarang, Juli 2014

    Penulis,

    Melissa Rosari Hartono

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    3/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 3

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN.......................................................... 1KATA PENGANTAR................................................................... 2

    DAFTAR ISI.................................................................................. 3

    BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................... 4

    BAB 2 STATUS PASIEN.......................................................... 5

    BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA................................................. 19

    2.1. Definisi Abortus ..................................................................... 192.2. Epidemiologi .......................................................................... 19

    2.3. Faktor Risiko .......................................................................... 20

    2.4. Etiologi ................................................... 22

    2.5. Patofisiologi ........................................................................... 33

    2.6. Klasifikasi Abortus ................................................................. 34

    2.7. Diagnosis ................................................................................ 36

    2.8. Gejala Klinis dan Penatalaksanaan ........................................ 38

    2.9. Diagnosis Banding ................................................................. 45

    2.10. Komplikasi ............................................................................. 46

    2.11. Prognosis ................................................................................ 47

    BAB 4 KESIMPULAN.............................................................. 48

    DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 49

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    4/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 4

    BAB. I

    PENDAHULUAN

    Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada

    kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya

    kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis

    berakhir dengan abortus.1

    Kasus abortus sebenarnya angkanya lebih besar daripada yang disebutkan di atas,

    karena banyak kasus yang tidak dilaporkan, tidak tercatat, dan tidak diketahui. Seorang

    wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia hamil. Abortus bisa juga tidak

    diketahui karena hanya dianggap sebagai menstruasi yang terlambat (siklus memanjang), dan

    insiden abortus kriminalis yang pada umumnya tidak dilaporkan.

    Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat menimbulkan syok,

    perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal failure) sehingga mengancam keselamatan

    ibu. Kematian dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    5/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 5

    BAB. II

    STATUS PASIEN

    KEPANITERAAN KLINIK

    ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

    RSUD KOTA SEMARANG

    1. Identitas Pasien

    Nama : Ny. NF

    Umur : 25 tahunPendidikan : SMA

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Suku : Jawa

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    Alamat : Kp. Purnasari RT.02 RW.02 No. 22, Semarang Timur

    Tanggal Masuk : 29 Juni 2014 pukul 12.44 WIB

    No. CM : 292466

    2. Anamnesis

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 juni 2014 di bangsal

    Srikandi RSUD Kota Semarang, pada pukul 14.00 WIB.

    Keluhan utama : Keluar darah dan prongkolan dari jalan lahir sejak

    1 hari SMRS

    Keluhan tambahan : Perut terasa mulas

    RiwayatPenyaki t Sekarang:

    Pada tanggal 26 Juni 2014, pukul 04.00 WIB, pasien mengeluh keluar bercak darah.

    Keluhan ini dirasakan semakin memberat oleh pasien dalam 1 hari terakhir. Darah

    yang keluar berwarna merah kehitaman. Pada tanggal 28 Juni 2014, pk. 23.00 WIB,

    keluarnya bercak darah disertai adanya gumpalan darah atau prongkolan, frekuensi

    1-2 kali ganti pembalut per hari. Pasien melihat keluar gumpalan darah seperti

    jaringan. Keluhan ini disertai dengan nyeri perut seperti mulas-mulas dan nyeri

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    6/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 6

    pinggang. Awalnya, pasien mengaku tidak memeriksakan dirinya ke dokter atau

    bidan karena ia menganggap hal ini wajar akan tetapi karena darah yang keluar

    semakin deras dan menggumpal, pasien memutuskan untuk datang ke IGD RSUD

    Kota Semarang.

    Pasien mengaku dirinya tidak haid sejak bulan Mei 2014. Pasien melakukan

    pemeriksaan tes pack urin merek Sensitif dan mendapatkan hasil yang positif. Akan

    tetapi, pasien belum pernah konfirmasi hasil kehamilan ini ke dokter kandungan

    namun hanya ke bidan saja. Pasien tidak pernah mengkonsumsi vitamin apapun

    untuk kehamilannya.

    Pada tanggal 8 Juni 2014, pasien mengaku pernah jatuh terduduk ke lantai saat

    sedang mandi di kamar mandi. Selain itu 1 minggu SMRS, pasien mengaku sempat

    kecapekan karena bersih-bersih rumah. Namun, saat itu tidak ada nyeri perut atau

    keluarnya darah dari jalan lahir.

    Pasien pernah melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan terakhir. Tidak

    kejang, tidak nyeri kepala, tidak mual, tidak muntah, tidak nyeri ulu hati, tidak sesak

    nafas, mata tidak kabur.

    Pasien menyangkal pernah minum jamu dan pijat.

    BAK (+), BAB (+), kesan normal.

    Riwayat Haid

    Menarche : 11 tahun

    Lama haid : 7 hari

    Siklus haid : 28 hari (teratur)

    HPHT : 02 April 2014

    Ganti pembalut : 2-3 kali sehari

    Nyeri haid : (-)

    Riwayat Pernikahan

    Pertama kali dengan suami sekarang yang berusia 25 tahun, saat pasien berusia 19

    tahun, sudah menikah selama 6 tahun.

    Riwayat Obstetr i G2P1A0

    1.

    Laki-laki/2010/2950gram/bidan/spontan/sehat

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    7/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 7

    2. Hamil ini

    Riwayat ANC

    2x/bidan/TT(-)

    Riwayat Kontr asepsi

    Tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma, dan alergi disangkal.

    Riwayat Penyaki t Keluarga

    Kakak kandung pasien pernah mengalami keguguran pada kehamilan pertamanya. Pada

    kehamilan kedua, kakak kandung pasien melahirkan dengan normal di bidan, anak

    sehat, dan cukup bulan. Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma,

    dan alergi dalam keluarga disangkal.

    Riwayat dan Kebiasaan

    Riwayat Penggunaan Obat

    Tidak pernah meminum obat-obatan apapun selama kehamilan.

    Riwayat Kebiasaan

    Pasien mengaku tidak pernah mengonsumsi alkohol maupun merokok. Akan tetapi,

    suami pasien sering merokok saat di rumah sekitar 5-8 batang per hari.

    Riwayat Sosial dan Ekonomi

    Pasien saat ini tinggal dengan suami dan anak pertamanya. Pasien adalah seorang ibu

    rumah tangga dan suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta di suatu pabrik. Biaya

    hidup sehari-hari diperoleh dari gaji yang didapat suami pasien.

    Riwayat Operasi

    Tidak dijumpai.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    8/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 8

    3. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Tanda Vital

    Tekanan Darah : 110/60 mmHg

    Nadi : 88 x/menit, isi cukup, reguler

    Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit

    Suhu : 36,8 C

    Status Antropometri

    Tinggi Badan : 150 cm

    Berat Badan : 61 kg

    BMI : 27,1 (overweight)

    Status Generalisata

    Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah

    dicabut

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), ptosis (-/-),

    lagoftalmus (-/-), pupil bulat isokor, 3mm/3mm, refleks

    cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+),

    hematoma periorbita (-/+), hematom palpebra (-/-), oedem

    palpebra (-/-)

    Telinga : Normotia (+/+), perdarahan (-/-), otorrea (-/-), lapang (-/-),

    hematoma retroaurikuler (-/-)

    Hidung : Deviasi septum (-/-), perdarahan (-/-), rhinorrea (-/-)

    Mulut : Bibir pucat dan kering, sianosis (-), lidah kotor (-)

    Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1

    Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba

    pembesaran KGB dan tiroid.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    9/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 9

    Thoraks

    Paru-paru

    Depan Belakang

    I nspeksi Kiri Simetris saat statis dan

    dinamis

    Simetris saat statis dan

    dinamis

    Kanan Simetris saat statis dan

    dinamis

    Simetris saat statis dan

    dinamis

    Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan

    - Vokal fremitus simetris

    - Tidak ada benjolan

    - Vokal fremitus simetris

    Kanan - Tidak ada benjolan

    - Vokal fremitus simetris

    - Tidak ada benjolan

    - Vokal fremitus simetris

    Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang

    paru

    Sonor di seluruh lapang

    paru

    Kanan Sonor di seluruh lapang

    paru

    Sonor di seluruh lapang

    paru

    Auskultasi Kiri - Suara vesikuler

    - Wheezing ( - ), Ronki ( - )

    - Suara vesikuler

    - Wheezing ( - ), Ronki ( - )

    Kanan - Suara vesikuler

    - Wheezing ( - ), Ronki ( - )

    - Suara vesikuler

    - Wheezing ( - ), Ronki ( - )

    Jantung

    I nspeksi Ictus cordis terlihat pada sela iga 5 dari garis midklavikularis kiri 2

    jari sebelah medial

    Palpasi Teraba ictus cordis pada sela iga5 garis midklavikularis kiri 2 jari

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    10/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 10

    sebelah medial, diameter 2 cm, kuat angkat

    Perkusi Batas atas : Sela iga III garis parasternal kiri

    Batas kiri : Sela iga V garis midklavikularis kiri

    Batas kanan : Sela iga IV garis parasternal kanan

    Auskultasi Bunyi jantung 1 dan 2 reguler di semua katup. Tidak terdengar

    murmur, gallop ataupun pericardial rub.

    Abdomen : Inspeksi : Simetris, cembung minimal di daerah

    hipogastrika(+), jejas (-)

    Palpasi : Soepel, ballottement (+) di perut bagian bawah

    sebesar telur bebek, hepar lien tidak teraba

    Perkusi : Timpani

    Auskultasi: Bising Usus (+) normal, normoperistaltik

    Ekstremitas : Jejas (-), Luka (-), Varices (-)

    Edema

    Akral dingin

    Reflex fisiologis

    Reflex patologis

    Status Obstetrikus

    TFU : 3 jari di atas symphisis

    DJJ : (-)

    - -

    - -

    - -

    - -

    + +

    + +

    - -

    - -

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    11/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 11

    HIS : (-)

    Leopold I : 3 jari di atas symphisis

    Leopold II : Tidak dapat dinilai

    Leopold III : Tidak dapat dinilai

    Leopold IV : Tidak dapat dinilai

    Status Ginekologis

    Inspeksi : Massa (-), fl/fx : (-/+)

    VT : fl/fx : (-/+)

    VUV : dalam batas normal

    OUE : membuka, teraba jaringan

    Portio : ~ jempol kaki orang dewasa, licin (+), nyeri goyang (-)

    CUT : ~ telur bebek

    AD/CD : tenang

    Inspekulo : Tidak dilakukan

    4. Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    Tanggal 29 Juni 2014, pukul 13.11 WIB (Laboratorium IGD RSUD Kota Semarang)

    PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

    HEMATOLOGI

    Golongan Darah 0

    Hemoglobin 14.0 g/dL 12.0-16.0

    Hematokrit 40.2 % 37-47

    Leukosit 14.5 /uL 4.8-10.8Trombosit 309 10^3/uL 150-400

    KIMI A KLINIK

    Glukosa Darah

    Sewaktu

    91 mg/dL 70-115

    IMUNOLOGI

    HBsAg Negative - Negative

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    12/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 12

    Tanggal 30Juni 2014, pukul 05.38 WIB

    PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

    HEMATOLOGI

    Masa Perdarahan/BT 01min 35sec Min 1-3

    Masa Pembekuan/CT 07min 50sec Min 5-15

    Ul trasonografi Transabdominal

    Kandung kemih terisi baik

    Uterus antefleksi, besar biasa ukuran 67,7 mm x 59,7 mm x 46,8 mm

    Tampakgestational sacintrauterin dengan batas tidak beraturan

    Tampak gambaran hipoekoik di kavum uteri

    Tampakfetal pole, DJJ (-)

    Cairan bebas (-)

    Kesimpulan : Sisa Konsepsi

    5. Resume

    Ny. NF, G2P1A0U25thH12minggu+4hari,datang ke IGD RSUD Kota Semarang pada

    tanggal 29 Juni 2014, pukul 12.10 WIB dengan keluhan keluar darah berwarna merah

    kehitaman disertai adanya prongkolan sejak 1 hari SMRS. Dua hari yang lalu pasien

    sudah mulai mengeluarkan flek-flek, namun makin lama keluhan ini dirasakan semakin

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    13/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 13

    memberat. Keluhan ini disertai dengan adanya nyeri perut dan mulas. Pasien juga

    mengaku pernah jatuh terduduk ke lantai saat sedang ke kamar mandi. Selain itu pasien

    juga sempat kecapekan karena bersih-bersih rumah. Pasien pernah melakukan

    hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan terakhir. Riwayat hipertensi, diabetes melitus,

    penyakit jantung, asma, dan alergi disangkal oleh pasien. Di keluarga riwayat

    hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma, dan alergi juga disangkal. Pasien

    tidak pernah melakukan operasi sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan fisik, keadaan

    umum, tanda vital semuanya dalam batas normal. Pada pemeriksaan VT didapatkan

    adanya fluxus, VUV dalam batas normal, OUE membuka dan teraba jaringan, portio ~

    jempol kaki orang dewasa; licin (+); nyeri goyang (-), CUT ~ telur bebek, AD/CD

    tenang. Dari hasil pemeriksaan laboratorium semuanya dalam batas normal. Dan dari

    hasil USG didapatkan kesan adanya sisa konsepsi.

    6. Diagnosis

    G2P1A0U25thH12minggu+4hari

    Abortus Incomplete

    7. Penatalaksanaan

    Medikamentosa

    IVFD RL 20 tpm

    Amoxycillin 3 x 500 mg PO (profilaksis)

    Non-medikamentosa

    Pengawasan KU, TTV, dan PPV

    Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan dan

    tindakan yang akan dilakukan

    Rencana Curretase (30 Juni 2013)

    Puasa 6-8 jam untuk persiapan kuretase

    8. Laporan Curretase

    1. Ibu diposisikan litotomi diatas meja operasi dengan anestesi total intravena

    2. Asepsis antisepsis daerah vulva dan sekitarnya

    3. Pasang duk steril kecuali daerah tindakan

    4.

    Pasang speculum daerah posterior, jepit portio anterior dengan speculum

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    14/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 14

    5. Sondae 8 cm, antefleksi kuretase endometrium, sisa hasil konsepsi 20 cc

    6. Injeksi metergin 1 ampul 1 kali perdarahan tak ada

    7. Lepas alat

    8. Operasi selesai

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    15/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 15

    Terapi Post-Cur retase :

    Amoxycilin 3 x 500 mg PO

    Asam mefenamat 3 x 500 mg PO

    Awasi KU, TTV, dan PPV

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    16/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 16

    9. Follow Up

    Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan (SOAP)

    29-06-2014

    (12.10 WIB)

    S/ Pasien masuk IGD pkl 12.10 WIB dengan keluhan keluar

    darah disertai prongkolan dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS.

    Pasien juga mengeluh nyeri dan mulas pada perutnya. Pasien

    pernah melakukan hubungan seksual 2-3x dalam sebulan

    terakhir

    O/ KU/Kesadaran : Baik / CM

    Tanda Vital :

    TD : 110/80 mmHg

    Nadi : 88 x/menit

    Laju Napas : 20 x/menit

    Suhu : 36,6 oC

    Status internus :

    Mata : Ca -/- SI -/-

    Thorax : C/P dbn

    Abd. : BU + N dbn

    Eks : OE -/- AD -/-

    -/- -/-

    PPV : (+)

    Ass/ G2P1A0U25tahunH12minggu + 4 hari

    Ab. Imminens

    P/ Rencana USG

    IUVD RL 20 tpm

    Rawat Inap

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    17/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 17

    Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan (SOAP)

    29-06-2014

    (14.00 WIB)

    -Bangsal

    Srikandi-

    S/ Pasien masuk dari IGD pkl 12.10 WIB dengan keluhan

    keluar darah disertai prongkolan dari jalan lahir sejak 1 hari

    SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri dan mulas pada perutnya.

    Pasien pernah melakukan hubungan seksual 2-3x dalam

    sebulan terakhir

    O/ KU/Kesadaran : Baik / CM

    Tanda Vital :

    TD : 110/70 mmHg

    Nadi : 84 x/menit

    Laju Napas : 19 x/menit

    Suhu : 36,7 oC

    Status internus :

    Mata : Ca -/- SI -/-

    Thorax : C/P dbn

    Abd. : BU + N dbn

    Eks : OE -/- AD -/-

    -/- -/-

    USG (+)kesan sisa hasil konsepsi

    VT : VUV dalam batas normal, OUE membuka dan teraba

    jaringan, portio ~ jempol kaki orang dewasa; licin (+); nyerigoyang (-), CUT ~ telur bebek, AD/CD tenang.

    Ass/ G2P1A0U25tahunH12minggu + 4 hari

    Ab. Incomplete

    P/ Rencana curretase (30/06/14)

    Pengawasan KU, TTV, dan PPV

    IUVD RL 20 tpm

    Amoxycillin 3 x 500 mg PO

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    18/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 18

    Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan (SOAP)

    30-06-2014

    (09.30 WIB)

    -Bangsal

    Srikandi-

    S/ Tidak ada keluhan

    O/ KU/Kesadaran : Baik / CM

    Tanda Vital :

    TD : 100/80 mmHg

    Nadi : 88 x/menit

    Laju Napas : 20 x/menit

    Suhu : 36,9 oC

    Status internus :

    Mata : Ca -/- SI -/-

    Thorax : C/P dbn

    Abd. : BU + N dbn

    Eks : OE -/- AD -/-

    -/- -/-

    PPV : (+)

    Ass/ P1A1U25tahunH12minggu + 4 hari

    Post Kuterase a/i Ab. Incomplete

    P/ Pengawasan KU, TTV, dan PPVAmoxycillin 3 x 500 mg PO

    Asam Mefenamat 3 x 500 mg PO

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    19/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 19

    BAB. III

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Abortus

    Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

    kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari (ACOG

    memberi batasan 20 minggu,1 FIGO memberi batasan 22 minggu,2 Hanretty memberikan

    batasan 24 minggu,3WHO memberi batasan 28 minggu4).

    2.2 Epidemiologi

    Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian

    abortus spontan antara 1520% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh abortus

    sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy

    lossyang tidak bisa diketahui pada 24 minggu setelah konsepsi (Prawirohardjo, 2008).

    WHO memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta kelahiran pertahun terdapat 20

    juta kejadian abortus. Sekitar 13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh dunia

    diakibatkan oleh komplikasi abortus, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi

    abortus dan sekurangnya 95% (19 dari setiap 20 abortus) di antaranya terjadi di negaraberkembang. Di Amerika Serikat angka kejadian abortus spontan berkisar antara 10-20% dari

    kehamilan. Di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Banyumas Unit II Purwokerto, angka

    kejadian abortus pada tahun 2007 sebesar 23,70% pada tahun 2008 meningkat menjadi

    30,70%. Sedangkan di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung, prevalensi abortus tercatat

    sebesar 8-12% (Dwilaksana, 2010).5

    Di Indonesia setiap tahun selalu dilakukan pencatatan distribusi penyakit oleh

    Departemen Kesehatan RI yang salah satunya adalah penyakit kehamilan. Jumlah keguguran

    yang terjadi diketahui akan menurun dengan meningkatnya usia gestasional, dari 25% pada 5

    hingga 6 minggu pertama kehamilan menjadi 2% selepas 14 minggu kehamilan. Berikut

    adalah tabel epidemiologi abortus pada awal kehamilan :

    No Variabel Persentase

    1 Jumlah keseluruhan abortus secara klinis 25-30

    2 Sebelum 6 minggu 18

    3 Di antara 6 dan 9 minggu 4

    4 Selepas 9 minggu 3

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    20/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 20

    5 Selepas 14 minggu 2

    6 Jumlah defek kromosom pada abortus 50-70

    7 Jumlah abortus pada primigravida,usia di

    bawah 40

    6-10

    8 Jumlah abortus pada primigravida, usia di

    atas 40

    30-40

    9 Jumlah abortus yang berulang 1-2

    10 Risiko berulangnya abortus selepas 3 kali

    abortus

    25-30

    Sumber : Campbell S, Monga A. 2006. Gynecology by ten teachers, 18th

    edition. Hodder Arnold London

    2.3 Faktor Resiko

    Faktor resiko abortus yaitu :

    1. Usia I bu

    Usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia resiko untuk hamil dan

    melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi sehat

    adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena

    pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil. Menurut

    Cunningham (2005) bahwa frekuesnsi abortus bertambah dari 12% pada wanita 20

    tahun, menjadi 26 % pada wanita yang berusia diatas 40 tahun. Menurut Prawirohardjo

    (2008) risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80 pada usia diatas 35 tahun, karena

    angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.

    Abortus meningkat dengan pertambahan umur, OR 2,3 setelah usia 30 tahun.

    Risiko berkisar 13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24 tahun; 11,9%

    pada usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%; 51%

    usia 40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru ini peningkatan usia

    ayah dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya abortus. Suatu penelitian yang

    dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko abortus tertinggi ditemukan pada

    pasangan dimana usia wanita 35 tahun dan pria 40 tahun.12

    2. Paritas I bu

    Semain banyak jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi resikonya

    untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Sejalan dengan pendapat

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    21/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 21

    Cunningham (2005) bahwa resiko abortus spontan semakin meningkat dengan

    bertambahnya paritas. Persalinan kedua dan ketiga merupakan persalinan yang aman,

    sedangkan risiko terjadinya komplikasi meningkat pada kehamilan, persalinan, dan

    nifas setelah yang ketiga dan seterusnya. Demikian juga dengan paritas 0 dan lebih dari

    4 merupakan kehamilan risiko tinggi (Mulyati, 2003).

    3. Riwayat Abortus Sebelumnya

    Resiko pasien dengan riwayat abortus untuk kehamilan berikutnya ditentukan dari

    frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang baru mengalami riwayat 1 kali berisiko 19%, 2

    kali berisiko 24%, 3 kali berisiko 30%, dan 4 kali berrisiko 40%. Menurut Malpas dan

    Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita yang mengalami

    abortus habitualis ialah 73% dan 83,6%. Sebaliknya Warton dan Fraser memberikan

    prognosis yang lebih baik yaitu 25,9% dan 39%.13

    4. Pemeriksaan An tenatal

    Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali

    pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan yang diperoleh

    dengan melakukan pemeriksaan antenatal dengan baik adalah kelainan yang mungkin

    ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat diatasi

    sebelum berpengaruh tidak baik pada kehamilannya (Prawirohardjo, 2008). Ibu dengan

    pemeriksaan antenatal yang tidak baik akan meningkatkan risiko kehamilan (risiko

    kesakitan dan kematian), karena akan sulit untuk mendeteksi kelainan dan kebutuhan

    yang diperlukan ibu dalam mempersiapkan kehamilan dan kelahiran secara optimal.

    5. Pendidikan

    Umumnya ibu yang mengalami abortus mempunyai pendidikan 1-9 tahun dan

    memungkinkan abortus pada pendidikan rendah lebih besar dibandingkan dengan

    kelompok yang berpendidikan lebih tinggi.

    6.

    Kebiasaan orang tua

    a.

    Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus meningkat

    1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang dikonsumsi setiap hari. Asap

    rokok mengandung banyak ROS yang akan mendestruksi organel seluler melalui

    kerusakan mitrokondria, nukleus, dan membran sel.14Selain itu, secara tidak langsung

    ROS akan menyebabkan kerusakan sperma. Hal ini menyebabkan fragmentasi DNA

    rantai tunggal maupun ganda sperma.15

    Plasentasi normal diatur oleh invasi arteri spiral uterina yang diatur oleh genomik

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    22/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 22

    tropoblas yang normal. Pada organogenesis embrionik dalma menjamin invasi

    tropoblas, tekanan oksigen rendah, dan metabolisme cenderung anaerob. Oleh karena

    itu, produksi ROS biasanya menurun. Keadaan ini diatur aktivitas integrin yang

    merangsang tropoblas untuk proliferasi. Tekanan oksigen rendah membantu implantasi

    sedangkan tekanan tinggi membantuk proliferasi sel tropoblas.16

    Transisi trimester 1 ke 2 membawa banyak perubahan metabolisme. Pada akhir

    trimester satu, ada peningkatan tekanan oksigen dari 50 mmHg

    menyebabkan stress oksidatif. Pada abortus, stres oksidatif juga dipicu oleh zymosan

    opsonisasi dan stimulai N-formil-metionil-leucil-fenilalanin.

    Dengan faktor pemicu asap rokok, stres oksidatif akan semakin buruk. 17 Stres oksidatif

    sendiri dapat menyebabkan apoptosis yang mengganggu invasi plasenta dan abortus

    dini. ROS akan bereaksi dengan molekul pada berbagai sistem biologi sehingga dapat

    terjadi kerusakan sel yang ekstensif dan disrupsi fungsi sel.18 Dengan risiko stres

    oksidatif, pasien tidak pernah mengonsumsi vitamin yang berperan sebagai antioksidan

    sehingga meningkatkan risiko abortus. Selain itu, Vural, et al. menunjukkan adanya

    peningkatan radikal bebas superoksida oleh PMN pada trimester satu kehamilan.19

    b. Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi spontan dua

    kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali lebih tinggi

    pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari. Dalam suatu penelitian

    didapatkan bahwa risiko abortus meningkat 1,3 kali untuk setiap gelas alkohol yang

    dikonsumsi setiap hari.20

    c. Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi pada

    wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari menunjukkan

    tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.21

    d. Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi, jumlah

    dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui secara pasti .22

    e.

    Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan menyebabkan risiko

    abortus, khususnya abortus septik meningkat.23

    f. Psikologis seperti ansietas dan depresi.24

    2.4 Etiologi6

    Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu angka

    ini cepat menurun (Harlap dan shiono, 1980). Kelainan kromosom merupakan penyebab

    paling sedikit separuh dari abortus dini, dan stelah itu insidennya juga menurun. Frekuensi

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    23/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 23

    abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12 persen pada wanita berusia kurang

    dari 20 tahun menjadi 26 persen pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun

    1. Faktor Janin

    a. Perkembangan Zigot Abnormal

    Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah kelaianan

    perkembangan zigot, mudigah, janin bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta.

    b. Abortus Aneuploidi

    Kelainan kromosom sering dijumpai pada mudigah dan janin awal yang mengalami

    abortus spontan, dan menyebabkan banyak atau sebagian besar abortus pada awal

    kehamilan.

    c. Abortus Euploid

    Penyebab abortus euploid umumnya tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh :

    Kelainan genetik, misalnya mutasi tunggal atau faktor poligenik

    Berbagai faktor ibu

    Mungkin beberapa faktor ayah

    2. Faktor Ibu

    a.

    Infeksi

    Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan berkaitan dengan peningkatan insidensi

    abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Temmerman dkk. (1992)

    melaporkan bahwa abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi

    virus imunodefisiensi manusia 1 (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada

    ibu, dan kolonisasi vagina ibu oleh streptokokus grup B.

    b.

    Penyakit debilitas kronik

    Tuberkulosis atau karsinomatosis dan hipertensi jarang menyebabkan abortus tetapi

    dapat menyebabkan kematian janin dan pelahiran preterm. Celiac sprue (sindrom

    malabsorpsi) dilaporkan dapat menyebabkan infertilitas wanita dan pria serta abortus

    rekuren (Sher dkk., 1994).

    c.

    Kelainan endokrin

    Hipotiroidime

    Diabetes melitus

    Defisiensi progesteron

    d.

    Nutrisi

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    24/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 24

    Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat gizi atau defisiensi

    sedang semua nutrien merupakan kausa abortus yang penting.

    e.

    Pemakaian obat dan faktor lingkungan

    TembakauBagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang perhari, risiko tersebut sekitar dua

    kali lipat dibandingkan dengan kontrol normal (Kline dkk., 1980)

    Alkohol

    Amstrong dkk., (1992) menghitung bahwa risiko abortus meningkat dengan rata-

    rata 1,3 kali untuk setiap gelas perhari.

    Kafein

    Konsumsi kafein dalam jumlah sedang kecil kemungkinannya menyebabkan

    abortus spontan.

    Radiasi

    Dalam dosis memadai, radiasi diketahui menyebabkan abortus

    Kontrasepsi

    Toksin lingkungan

    f. Faktor Imunologis

    Autoimun (imunitas terhadap tubuh sendiri)

    Aloimun (imunitas terhadap orang lain)

    Mediasi imunitas humoral

    Mediasi imunitas seluler

    g. Trombofilia herediter

    h. Gamet yang menua

    Penuaan gamet di dalam saluran genitalia wanita sebelum pembuahan meningkatkan

    kemungkinan abortus.

    i. Laparotomi

    Tidak terdapat bukti bahwa pembedahan yang dilakukan pada kehamilan tahap awal

    dapat meningkatkan angka abortus.

    j. Trauma fisik

    k. Kelainan kongenital uterus

    Cacat uterus yang didapat

    Defek perkembangan uterus

    Anomali duktus mulleri

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    25/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 25

    Septum uterus

    Uterus bikornis

    Inkompetensi serviks uterus

    Mioma uteri

    Sindroma Asherman

    3. Faktor ayah

    Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus spontan. Yang

    jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Kulcsar dkk.

    (1991) menemukan adenovirus atau virus herpes simpleks pada hampir 40 persen sampel

    semen yang diperoleh dari pria steril. Virus terdeteksi dalam bentuk laten pada 60 persensel, dan virus yang sama dijumpai pada abortus.

    Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran tentang penyebabnya.

    Sebagai contoh, antiphospholipid syndrome (APS) dan inkompetensi serviks sering

    terjadi setelah trimester pertama.

    Penyebab Genetik

    Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling

    sedikit 50 % kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik.

    Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan

    gen tunggal (misalnya kelainan Mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya

    gangguan poligenik atau multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan kariotip.

    Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal kehamilan.

    Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian

    sporadis, misalnya nondisjunction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal.

    Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi

    autosom. Triploidi ditemukan pada 16 % kejadian abortus, di mana terjadi fertilisasi

    ovum normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme patologi primer.

    Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien

    dengan kariotip normal. Untuk sebagian besar trisomi, gangguan meiosis maternal bisa

    berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    26/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 26

    Trisomi 16 dengan kejadian sekitar 30 % dari seluruh trisomi, merupakan penyebab

    terbanyak Semua kromosom trisomi berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom 1.

    Sindroma Turner merupakan penyebab 20 - 25 % kelainan sitogenetik pada abortus.

    Sepertiga dari fetus dengan Sindroma Down (trisomi 21) bisa bertahan.

    Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik amniosentesis pada

    semua ibu hamil dengan usia yang lanjut, yaitu di atas 35 tahun. Risiko ibu terkena

    zneuploidi adalah 1 : 80, pada usia di atas 35 tahun karena angka kejadian kelainan

    kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.

    Kelainan lain umumnya berhubungan dengan fertilisasi abnormal (tetraploidi, tri-

    ploidi). Kelainan ini tidak bisa dihubungkan dengan kel angsungan kehamilan. Tetra-

    ploidi terjadi pada 8 % kejadian abortus akibat kelainan kromosom, di mana terjadinya

    kelainan pada fase sangat awal sebelum proses pembelahan.

    Struktur kromosom merupakan kelainan kategori ketiga. Kelainan struktural

    terjadi pada sekitar 3 % kelainan sitogenetik pada abortus. Ini menunjukkan bahwa

    kelainan struktur kromosom sering diturunkan dari ibunya. Kelainan struktur kromosom

    pada pria bisa berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas, dan bisa

    mengurangi peluang kehamilan dan terjadinya keguguran.

    Kelainan sering juga berupa gen yang abnormal, mungkin karena adanya mutasi

    gen yang bisa mengganggu proses impiantasi bahkan menyebabkan abortus. Contoh

    untuk kelainan gen tunggal yang sering menyebabkan abortus berulang adalah myotonic

    dystrophy, yang berupa autosom dominan dengan penetrasi yang tinggi, kelainan ini

    progresif, dan penyebab abortusnya mungkin karena kombinasi gen yang abnormal dan

    gangguan fungsi uterus. Kemungkinan juga karena adanya mosaik gonad pada ovarium

    atau testis.

    Gangguan jaringan konektif lain, misalnya Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, homosisteinuri dan pseudoaxanthoma elasticum. Juga pada perempuan dengan

    sickle cell anemia berisiko tinggi mengalami abortus. Hal ini karena adanya mikroinfark

    pada plasenta. Kelainan hematologik lain yang menyebabkan abortus misalnya disfibrino-

    genemi, defisiensi faktor XIII, dan hipofibrinogenemi afibrinogenemi kongenital.

    Abortus berulang bisa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang

    abnormal, di mana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak

    diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila didapatkan kelainan

    kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga berisiko abortus.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    27/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 27

    Penyebab Anatomik

    Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti

    abortus berulang, prematuritas, serta malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk uterus

    berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada perempuan dengan riwayat abortus, di -

    temukan anomali uterus pada 27 % pasien.

    Studi oleh Acien (1996) terhadap 170 pasien hamil dengan malformasi uterus,

    mendapatkan hasil hanya 18,8 % yang bisa bertahan sampai melahirkan cukup bulan,

    sedangkan 36,5 % mengalami persalinan abnormal (prematur, sungsang). Penyebab

    terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40 - 80 %),

    kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikomis (10 - 30 %). Mioma uteri bisa

    menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang. Risiko kejadiannya antara 10-30

    % pada perempuan usia reproduksi. Sebagian besar mioma tidak memberikan gejala,

    hanya yang berukuran besar atau yang memasuki kavum uteri (submukosum) yang akan

    menimbulkan gangguan.

    Sindroma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan

    darah pada permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25 - 80 %, bergantung pada

    berat ringannya gangguan. Untuk mendiagnosis kelainan ini bisa digunakan his-

    terosalpingografi (HSG) dan ultrasonografi.

    Penyebab Autoimun

    Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun.

    Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematosm (SLE) dan Antipbospholipid Antibodies

    (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE

    Kejadian abortus spontan di antara pasien SLE sekitar 10 %, dibanding populasi umum.

    Bila digabung dengan peluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3, maka

    diperkirakan 75 % pasien dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan.

    Sebagian besar kematian janin dihubungkan dengan adanya aPA. aPA merupakan

    antibodi yang berikatan denga sisi negatif dari fosfolipid. Paling sedikit ada 3 bentuk

    aPA yang diketahui mempunyai arti klinis yang penting, yaitu Lupus Anttcoagutant

    (LAC), anticardiolipin antibodies (aCLs), dan biologically false positive untuk syphilis

    (FP-STS), APS (antiphospholipid syndrome) sering juga ditemukan pada beberapa

    keadaan obstetrik, misalnya pada preeklampsia, IUGR dan prematuritas. Beberapa

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    28/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 28

    keadaan lain yang berhubungan dengan APS yaitu trombosis arteri vena, trombositopeni

    autoimun, anemia hemolitik, korea, dan hipertensi pulmonum.

    The International Consensus Workshop pada 1998 mengajukan klasifikasi kriteria

    untuk APS, yaitu meliputi :

    Trombosis vaskular

    Satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapilar yang

    dibuktikan dengan gambaran Doppler, pencitraan, atau histopatologi.

    Pada histopatologi, trombosisnya tanpa disertai gambaran inflamasi.

    Komplikasi kehamilan

    Tiga atau lebih kejadian abortus dengan sebab yang tidak jelas, tanpa

    kelainan anatomik, genetik, atau hormonal.

    Satu atau lebih kematian janin dimana gambaran morfologi secara

    bonografi normal.

    Satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan

    berhubungan dengan preeklampsia berat atau insufisiensi plasenta yang

    berat.

    Kriteria laboratorium

    aCL: IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi pada 2 kali

    atau lebih pemeriksaan dengan jarak lebih dari atau sama dengan 6 minggu.

    aCL diukur dengan metode ELISA standar.

    Antibodi fosfolipid/antikoagulan

    Pemanjangan tes skrining koagulasi fosfolipid (misalnya aPTT, PT dan

    CT).

    Kegagalan untuk memperbaiki tes skrining yang memanjang dengan

    penambahan plasma platelet normal .

    Adanya perbaikan nilai tes yang memanjang dengan penambahan fosfolipid.

    Singkirkan dulu kelainan pembekuan darah yang lain dan pemakaian heparin.

    aPA ditemukan kurang dari 2 % pada perempuan hamil yang sehat, kurang dari 20 %

    pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari 33 % pada perempuan dengan SLE.

    Pada kejadian abortus berulang ditemukan infark plasenta yang luas, akibat adanya atherosis

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    29/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 29

    dan oklusi vaskular kini dianjurkan pemeriksaan darah terhadap -2 glikoprotein 1 yang lebih

    spesifik.

    Pemberian antikoagulan misalnya as p iri n, heparin, IL-3 intravena menunjukkan

    hasil yang efektif. Pada percobaan binatang, kerja IL-3 adalah menyerupai growth hormone

    plasenta dan melindungi kerusakan jaringan plasenta.

    Trombosis plasenta pada APS diawali adanya peningkatan rasio tromboksan terhadap

    prostasiklin, selain juga akibat dari peningkatan agregrasi tromoosit, penurunan c-reaktif

    protein dan peningkatan sintesis platelet-activating factor. Secara klinis lepasnya kehamilan pada

    pasien APS sering terjadi pada usia kehamilan di atas 10 minggu.

    Pengelolaan secara umum meliputi pemberian heparin subkutan, aspirin dosis rendah,

    prednison, imunoglobulin, atau kombinasi semuanya. Studi case-controlmenunjukkan pemberian

    heparin 5.000 U 2x/hari dengan 81 mg/hari aspirin meningkatkan daya tahan janin dari 50 %

    jadi 80 % pada perempuan yang pernah mengalami abortus lebih dan 2 kali tes APLAs

    positif. Yang perlu diperhatikan ialah pada penggunaan heparin jangka panjang, perlu

    pengawasan terhadap risiko kehilangan massa tulang, perdarahan, serta trombositopeni.

    Penyebab Infeksi

    Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917,ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang

    pada perempuan yang ternyata terpapar brucellosis. Beberapa jenis organisme tertentu

    diduga berdampak pada kejadian abortus antara lain :

    Bakteria

    Listeria monositogenes

    Klamidia trakomatis

    Ureaplasma urealitikum

    Mikoplasma hominis

    Bakterial vaginosis

    Virus

    Sitomegaiovirus

    Rubela

    Herpes simpleks virus (HSV)

    Human immunodeficiency virus (HIV) Parvovirus

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    30/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 30

    Parasit

    Toksoplasmosis gondii

    Plasmodium falsiparum

    Spirokaeta Treponema pallidum

    Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko

    abortus/EPL, di antaranya sebagai berikut:

    Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak

    langsung pada janin atau unit fetoplasenta.

    Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin

    sulit bertahan hidup.

    Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian

    janin.

    Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misal

    Mikoplasma bominis, Klamidia, Ureaplasma urealitikum, HSV) yang bisa

    mengganggu proses impiantasi

    Amnionitis (oleh kuman gram-positif dan gram-negatif, Listeria monositogenes).

    Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena virus se-

    lama kehamilan awal (misalnya rubela, parvovirus BI9, sitomegaiovirus, koksakie

    virus B, varisela-zoster, kronik sitomegaiovirus CMV, HSV).

    Faktor Lingkungan

    Diperkirakan 1 - 10 % malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia,

    atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan

    gas anestesi dan tembakau. Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik,

    antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat

    sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan ja -

    nin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi feto-

    plasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    31/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 31

    Faktor Hormonal

    Ovulasi, impiantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik

    sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap

    sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsiterutama kadar progresteron.

    Di abetes mell i tus

    Perempuan dengan diabetes yang dikelola dengan baik risiko abortusnya tidak lebih jelek

    jika dibanding perempuan yang tanpa diabetes. Akan tetapi perempuan diabetes dengan

    kadar HbAlc tinggi pada trimester pertama, risiko abortus dan malformasi janin

    meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen dengan kontrol glukosa tidak

    adekuat punya peluang 2-3 kali lipat mengalami abortus.

    Kadar pr ogesteron yang rendah

    Progesteron punya peran penting dalam mempengaruhi reseptivitas endometrium

    terhadap impiantasi embrio. Pada tahun 1929, Alien dan Corner mempublikasikan tentang

    proses fisiologi korpus luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar progesteron yang rendah

    berhubungan dengan risiko abortus. Support fase luteal punya peran kritis pada kehamilan

    sekitar 7 minggu, yaitu saat di mana trofoblas harus menghasilkan cukup steroid untuk

    menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum sebelum usia 7 minggu akanmenyebabkan abortus. Dan bila progesteron diberikan pada pasien ini, kehamilan bisa

    diselamatkan.

    Defek fase lu teal

    Jones (1943) yang pertama kali mengutarakan konsep insufisiensi progesteron saat fase

    luteal, dan kejadian ini dilaporkan pada 23 - 60 % perempuan dengan abortus berulang.

    Sayangnya belum ada metode yang bisa dipercaya untuk mendiagnosis gangguan ini.

    Pada penelitian terhadap perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama

    dengan 3 kali, didapatkan 17 % kejadian defek fase luteal. Dan, 50 % perempuan

    dengan histologi defek fase luteal punya gambaran progesteron yang normal.

    Pengaruh hormonal terh adap imuni tas desidua

    Perubahan endometrium jadi desidua mengubah semua sel pada mukosa uterus.

    Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses impiantasi juga proses

    migrasi trofoblas dan mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu. Di sini

    berperan penting interaksi antara trofoblas ekstravillous dan infiltrasi leukosit pada

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    32/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 32

    mukosa uterus. Sebagian besar sel ini berupa Large Granular Lymphocytes (LGL)

    dan makrofag, dengan sedikit sel T dan sel B.

    Sel NK dijumpai dalam jumlah banyak, terutama pada endometrium yang terpapar

    progesteron. Peningkatan sel NK pada tempat impiantasi saat trimester pertamamempunyai peran penting dalam kelangsungan proses kehamilan karena ia akan

    mendahului membunuh sel target dengan sedikit atau tanpa ekspresi HLA. Trofoblas

    ekstravillous (dengan pembentukan cepat HLA1) tidak bisa dihancurkan oleh sel NK

    desidua, sehingga memungkinkan terjadinya invasi optimal untuk plasentasi yang normal.

    Faktor Hematologik

    Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya

    mikro-trombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen koagulasi dan

    fibrinolitik memegang peran penting pada impiantasi embrio, invasi trofoblas, dan

    plasentasi. Pada kehamilan terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan:

    Peningkatan kadar faktor prokoagulan

    Penurunan faktor an 11 koagulan

    Penurunan aktivitas fibrinolitik

    Kadar faktor VII, VIII, X dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal,

    terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu.

    Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek

    hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa perempuan

    dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi tromboksan yang

    berlebihan pada usia kehamilan 4-6 minggu, dan penurunan produksi prostasiklin saat

    usia kehamilan 8-11 minggu. Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu

    vasospasme serta agregrasi trombosit, yang akan menyebabkan niikrocrombi serta

    nekrosis plasenta. Juga sering disertai penurunan kadar protein C dan fibrinopeptida

    Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan dengan trombosis sistematik ataupun

    plasenter dan telah dilaporkan juga berhubungan dengan abortus berulang pada lebih

    dari 22 % kasus.Homosistein merupakan asam amino yang dibentuk selama konversi

    metionin ke sisteiiL Hiperhomosisteinemi, bisa kongenital ataupun akuisita, berhubungan

    dengan trombosis dan penyakit vaskular dini Kondisi ini berhubungan dengan 21 %

    abortus berulang. Gen pembawa akan diturunkan secara autosom resesif. Bentuk

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    33/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 33

    terbanyak yang didapat adalah defisiensi folat. Pada pasien ini, penambahan foiat akan

    mengembalikan kadar homosistein normal dalam beberapa hari

    2.5 Patofisiologi

    Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti

    oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas

    sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini

    menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.

    Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan

    seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada

    kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam,

    sehingga umumnya plasenta tida dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak

    perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah

    ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak

    banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai

    persalinan dalam bentuk miniature.7

    Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada

    kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang

    jelas (blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion).

    Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat

    diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk inui

    menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi

    organisasi, sehingga semuanya tampa seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose;

    dalam hal ini amnion tampa berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan

    korion.

    Pada janin yang telah meninggal dan tida dikeluarkan dapat terjadi proses

    mumifikasi; janin mongering dank arena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab

    diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi

    tipis seperti kertas nperkamen (fetus papiraseus).8

    Kemungkinan lain pada janin-mati yang tida lekas dikeluarkan ialah terjadinya

    maserasi; kulit terkupas, tenggorok menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan,

    dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    34/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 34

    2.6 Klasifikasi Abortus9

    Menurut cara terjadinyadibedakan atas :

    a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja

    atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medicinalis, semata-mata

    disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

    b. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa

    indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.

    Abortus ini terbagi lagi menjadi :

    1) Abortus medicinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan

    kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan

    jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2

    sampai 3 tim dokter ahli.

    2) Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan

    yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan

    secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

    Pembagian abortussecara klinis adalah sebagai berikut :

    1. Abortus Iminens

    Merupakan abortus tingkat permulaan dan merupakan

    ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan

    pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi

    masih baik dalam kandungan.

    2.

    Abortus Insipiens

    Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan

    serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan

    tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam

    proses pengeluaran.

    3. Abortus Inkompletus

    Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    35/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 35

    4. Abortus Kompletus

    Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20

    minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

    5.

    Missed Abortion

    Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal

    dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil

    konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

    6. Abortus Habitualis

    Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut

    7.

    Abortus Infeksiosus

    Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.

    8. Abortus Septik

    Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah

    tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis).

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    36/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 36

    2.7 Diagnosis

    a. Anamnesis

    Adanya amenore kurang dari 20 minggu.

    Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.

    Rasa mulas atau kram perut di daerah atau simphisis, sering disertai keluarnya

    jaringan konsepsi.

    b. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau

    menurun, denyut nadi normal atau cepat dan lemah, suhun badan normal atau

    meningkat.

    c. Pemeriksaan Ginekologi

    1. I nspeksi Vulva

    Perdarahan pervaginam, ada atau tidak hasil konsepsi, tercium atau tidak bau

    busuk dari vulva.

    2. Inspekulo

    Ostium Uteri terbuka atau tertutup, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau

    busuk dari ostium.

    3. Colok Vagina

    Portio masih terbuka atau tidak, besar uterus lebih kecil atau sesuai dari usia

    kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang.

    d. Pemeriksaan Bimanual

    Uterus membesar atau tidak, besar uterus sesuai dengan riwayat haid, tidak mendatar

    dan mempunyai konsistensi hamil normal.

    e. Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)

    Hal ini membantu untuk memeriksa detak jantung janin dan menentukan

    apakah embrio berkembang normal atau tidak.

    2. Pemeriksaan Darah

    HCG beta berguna untuk membedakan dengan diagnosis banding lainnya.

    3. Pemeriksaan Jaringan

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    37/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 37

    Jika terdapat sisa jaringan, dapat dikirim ke laboratorium untuk

    mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi dan bahwa gejala tidak

    berhubungan dengan penyebab lain dari perdarahan kehamilan.

    Diagnosis abortus dilakukan berdasarkan jenisnya, yaitu :10

    1. Abortus Iminens adalah pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20

    minggu, hasil konsepsi masih di dalam uterus dan tidak ada dilatasi serviks. Pasien

    akan atau tidak mengeluh mules-mules, uterus membesar, terjadi pendarahan sedikit

    seperti bercak-bercak darah menstruasi tanpa riwayat keluarnya jaringan terutama pada

    trimester pertama kehamilan. Pada pemeriksaan obstetrik dijumpai tes kehamilan

    positif dan serviks belum membuka. Pada inspekulo dijumpai bercak darah di sekitar

    dinding vagina, porsio tertutup, tidak ditemukan jaringan.

    2. Abortus Insipiens adalah perdarahan kurang dari 20 minggu karena dilatasi serviks

    uteri meningkat dan hasil konsepsi masih dalam uterus. Pasien akan mengeluhkan

    mules yang sering dan kuat, keluar darah dari kemaluan tanpa riwayat keluarnya

    jaringan, pendarahan biasanya terjadi pada trimester pertama kehamilan, darah berupa

    darah segar mengalir. Pada inspekulo, ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina,

    porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan.

    3.

    Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

    minggu dengan masih terdapat sisa hasil konsepsi tertinggal dalam uterus. Pada

    anamnesis, pasien akan mengeluhkan pendarahan berupa darah segar mengalir

    terutama pada trimester pertama dan ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir.

    4. Abortus Komplit adalah keaddan di mana semua hasil konsepsi telah dikeluarkan.

    Pada penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus

    mulai mengecil. Apabila hasil konsepsi saat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa

    semua sudah keluar dengan lengkap. Pada penderita ini disertai anemia sebaiknya

    disuntikan sulfas ferrosus atau transfusi bila anemia. Pendarahan biasanya tinggal

    bercak-bercak dan anamnesis di sini berperan penting dalam menentukan ada

    tidaknya riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir Pada inspekulo, ditemukan darah

    segar di sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan

    5. Missed Abortion ditandai dengan kematian embrio atau fetus dalam kandungan >8

    minggu sebelum minggu ke-20. Pada anamnesis akan ditemukan uterus berkembang

    lebih rendah dibanding usia kehamilannya, bisa tidak ditemukan pendarahan atau

    hanya bercak-bercak, tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir. Pada

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    38/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 38

    inspekulo bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak

    ditemukan jaringan

    6. Abortus rekuren adalah abortus spontan sebanyak 3x/ lebih berturut-turut. Pada

    anamnesis akan dijumpai satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas, riwayat

    menggunakan IUD atau percobaan aborsi sendiri, dan adanya demam.

    7. Abortus Septik ditandai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau

    peritonium. Hasil diagnosis ditemukan: panas, lemah, takikardia, sekret yang bau dari

    vagina, uterus besar dan ada nyeri tekan dan bila sampai sepsis dan syok (lelah, panas,

    menggigil)

    2.8 Gejala Klinis dan Penatalaksanaan

    1. Abortus Iminens

    Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai

    beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior

    dan jelas bersifat ritmis; nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai

    perasaan tertekan di panggul; atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah

    suprapubis.11

    Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan

    pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas

    sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri

    masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan

    urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan dengan

    melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin kehamilan

    menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila hasil tes urin masih

    positif keduanya maka prognosisnya adalah baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negati f

    maka prognosisnya dubia ad malam. Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada

    informed consent yang diberikan. Bila ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut,

    maka pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan

    USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan

    plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran biometri

    janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut

    jantung janin dan gerakan janin diperhatikan di samping ada tidaknya hematomaretroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Pemeriksaan USG dapat dilakukan baik

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    39/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 39

    secara transabdominal maupun transvaginal. Pada USG transabdominal jangan lupa

    pasien harus tahan kencing terlebih dahulu untuk mendapatkan acoustic window yang

    baik agar rincian hasil USG dapat jelas.

    Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa

    diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon

    progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat -obatan ini wa-

    laupun secara statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologis kepada

    penderita sangat menguntungkan. Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi

    perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih

    kurang 2 minggu.

    2. Abortus Insipiens

    Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata

    disertai pembukaan serviks.

    Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,

    perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan.

    Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih

    positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai

    dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin

    sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya.

    Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus.3

    Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan perubahan ke-

    adaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan evakuasi/pengeluaran hasil

    konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak. Pada umur kehamilan di atas

    12 minggu, uterus biasanya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase

    harus hati-hati, kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital yang kemudian disusul

    dengan tindakan kuretase sambil diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan untuk

    mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus. Pascatindakan perlu perbaikan

    keadaan umum, pemberian uterotonika, dan antibiotika profilaksis.

    3. Abortus Inkompletus

    Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya

    keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    40/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 40

    sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang

    merupakan tanda utama abortus incomplete.

    Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu

    atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal

    di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan

    teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.

    Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung

    pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka

    sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok

    hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali

    dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yangterjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan

    bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur

    kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hi~

    perekoik yane bentuknya tidak beraturan.

    Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa

    hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus

    segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti

    Selanjurnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-

    hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan

    ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik. Pascatindakan perlu

    diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotika.12

    4. Abortus Kompletus

    Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah

    mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan,Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai

    Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.

    Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya

    hanya diberi roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika

    tidak perlu diberikan.

    5. Missed Abortion

    Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero

    selama beberapa minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan per vaginam

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    41/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 41

    atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya

    tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan-perubahan pada payudara biasanya

    kembali seperti semula.

    Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali me-

    rasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas

    14 minggu sampai 20 minggu penderita justeru merasakan rahimnya semakin mengecil

    dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang.

    Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian

    merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan

    biasanya negatif setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada

    pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil,

    dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda

    kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan

    kemungkinan terjadinya gangguan penjendalan darah oleh karena hipofibri-nogenemia

    sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

    Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya

    secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan

    komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan.

    Faktor mental penderita perlu diperhatikan karena penderita umumnya merasa gelisah

    setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh atau mati. Pada umur kehamilan kurang dari 12

    minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi

    dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu

    atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan

    untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematang kan

    kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infusintravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5 % tetesan

    20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan

    dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil,

    penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3

    kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan

    dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.

    Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandinatau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    42/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 42

    banyak disebutkan adalah dengan pemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400

    mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak enam jam. Dengan obat ini akan terjadi

    pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan

    evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan

    penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang

    menempel pada dinding uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipo-

    fibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau fibrinogen. Pascatindakan kalau

    perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.

    6. Abortus Habitualis

    Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil

    kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus secara berturut-turut.Bishop melaporkan kejadian abortus habitualis sekitar 0,41 % dari seluruh kehamilan.

    Penyebab abortus habitualis selain faktor anatomis banyak yang mengaitkannya

    dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast

    cross reactive (TLX). Bila reaksi terhadap antigen ini rendah atau tidak ada, maka akan

    terjadi abortus. Kelainan ini dapat diobati dengan transfusi leukosit atau hepari-nisasi.

    Akan tetapi, dekade terakhir menyebutkan perlunya mencari penyebab abortus ini secara

    lengkap sehingga dapat diobati sesuai dengan penyebabnya.

    Salah satu penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensia serviks yaitu

    keadaan di mana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan

    menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana ostium serviks akan

    membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa mules/kontraksi rahim dan akhirnya terjadi

    pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh trauma serviks pada kehamilan

    sebelumnya, misalnya pada tindakan usaha pembukaan serviks yang berlebihan, robekan

    serviks yang luas sehingga diameter kanalis servikalis sudah melebar.Diagnosis inkompetensia serviks tidak sulit dengan anamnesis yang cermat.

    Dengan pemeriksaan dalam/inspekulo kita bisa menilai diameter kanalis servikalis dan

    didapati selaput ketuban yang mulai menonjol pada saat mulai memasuki trimester kedua.

    Diameter ini melebihi 8 mm. Untuk itu, pengelolaan penderita inkompetensia serviks di-

    anjurkan untuk periksa hamil seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensia

    serviks harus dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks agar dapat

    mtntrima beban dengan berkembangnya umur kehamilan, Operasi dilakukan pada umur

    kehamilan 12 14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau McDONALD dengan

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    43/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 43

    melingkari kanalis servikalis dengan benang sutera/MERSILENE yang tebal dan simpul

    baru dibuka setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan. 1

    7. Abortus Infeksious, Abortus Septik

    Kejadian im merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering

    terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis,

    Abortus infeksiosus dan abortus septik perlu segera mendapatkan pengelolaan

    yang adekuat karena dapat terjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat genkalia

    juga ke rongga peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis, septikemia) dan dapat

    jatuh dalam keadaan syok septik.

    Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat tentang upaya tindakan

    abortus yang tidak menggunakan peralatan yang asepsis dengan didapat gejala dan tanda

    panas tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau,

    uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan, Pada laboratorium didapatkan tanda

    infeksi dengan leukositosis. Bila sampai terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak

    lelah, panas tinggi, menggigil, dan tekanan darah turun.

    Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan

    perlunya pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas

    kuman yang diambil dari darah dan cairan fluksus/fluor yang keluar pervaginam. Untuktahap pertama dapat diberikan Penisilin 4 x 1,2 juta unit atau Ampisilin 4 x 1 gram

    ditambah Gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2 x 1 gram, Selanjutnya antibiotik

    disesuaikan dengan hasil kultur.

    Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam

    setelah antibiotika adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi

    dengan uterotonika.

    Antibiotik dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari

    pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.

    Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis

    vagina/uterus dengan larutan peroksida (H2O2) kalau perlu histerektomi total secepatnya.

    Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain

    Abortus

    imminens

    Sedikit hingga

    sedang

    Tertutup Sesuai umur

    kehamilan

    Plano tes(+)

    Kram

    Uterus lunak

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    44/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 44

    Abotus

    insipiens

    Sedang hingga

    banyak

    Terbuka Sesuai atau lb

    kecil

    Kram uterus lunak

    Abortus

    inkomplit

    Sedikit hingga

    banyak

    Terbuka Lebih kecil dari

    umur

    kehamilan

    Kram

    Keluar jaringan

    Uterus lunak

    Abortus

    komplit

    Sedikit atau

    tidak ada

    Lunak

    (terbuka

    atau

    tertututp)

    Lebih kecil dari

    umur

    kehamilan

    Sedikit/kram

    (-)

    Uterus kenyal

    Missed

    abortion

    Sedikit dan

    warna

    kehitaman

    Agak

    kenyal

    dan

    tertutup

    Lebih kecil dari

    umur

    kehamilan

    Gejala kehamilan

    menghilang

    Uterus tak membesar

    Jenis abortus Penatalaksanaan

    Abortus imminens Istirahat baring

    Pertimbangkan infeksi antibiotika, AKDR ekstraksi

    AKDR, defisiensi hormonal(didrogesteron, alilestenol )

    Abortus insipiens,

    in komplit dan missed

    abortion

    Kelanjutan abortus imminens yang diupayakan terapi

    gagaldilakukan evakuasi massa kehamilan/sisa konsepsi dg

    kuretase atau AVM

    Abortus habitualis (3 kali

    atau l ebih)

    Umumnya disebabkan anomali kromosom investigasi

    genetis

    Defisiensi hormonal

    Inkopetensi serviks Shirodkar/Mc Donald sebelum usia

    12-14 minggu

    Abortus terapetik Terminasi suatu kehamilan atas indikasi ibu. Jika

    pengakhiran kehamilan tidak segeramengancam

    keselamatan ibu atau kecacatan yg berat janin.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    45/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 45

    2.9 Diagnosis Banding13

    Diagnosis

    banding

    Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan

    penunjang

    Abortus

    iminens

    -perdarahan dari

    uterus padakehamilan sebelum

    20 minggu berupa

    flek-flek

    -nyeri perut ringan

    -keluar jaringan (-)

    - TFU sesuai dengan

    umur kehamilan- Dilatasi serviks (-)

    - tes kehamilan urin

    masih positif

    -USG : gestasional sac

    (+), fetal plate (+),

    fetal movement (+),

    fetal heart movement

    (+)

    Abortus

    insipien

    -perdarahan banyak

    dari uterus pada

    kehamilan sebelum

    20 minggu

    -

    nyeri perut berat

    -keluar jaringan (-)

    - TFU sesuai dengan

    umur kehamilan

    - Dilatasi serviks (+)

    - tes kehamilan urin

    masih positif

    -USG : gestasional sac

    (+), fetal plate (+),

    fetal movement (+/-),

    fetal heart movement

    (+/-)

    Abortus

    inkomplit

    -perdarahan banyak /

    sedang dari uterus

    pada kehamilan

    sebelum 20 minggu

    -nyeri perut ringan

    -keluar jaringan

    sebagian (+)

    - TFU kurang dari

    umur kehamilan

    - Dilatasi serviks (+)

    - teraba jaringan dari

    cavum uteri atau

    masih menonjol pada

    osteum uterieksternum

    - tes kehamilan urin

    masih positif

    -USG : terdapat sisa

    hasil konsepsi (+)

    Abortus

    komplit

    -perdarahan (-)

    -nyeri perut (-)

    -keluar jaringan (+)

    - TFU kurang dari

    umur kehamilan

    - Dilatasi serviks (-)

    - tes kehamilan urin

    masih positif

    bila terjadi 7-10 hari

    setelah abortus.

    USG : sisa hasil

    konsepsi (-)

    Missed

    abortion

    -perdarahan (-)

    -nyeri perut (-)

    -

    biasanya tidakmerasakan keluhan

    apapun kecuali

    merasakan

    pertumbuhan

    kehamilannya tidak

    seperti yang

    diharapkan. Bila

    kehamilannya > 14

    minggu sampai 20

    minggu penderita

    merasakan rahimnya

    semakin mengecil,

    tanda-tanda

    kehamilan sekunder

    - TFU kurang dari

    umur kehamilan

    -

    Dilatasi serviks (-)

    - tes kehamilan urin

    negatif setelah 1minggu dari

    terhentinya

    pertumbuhan

    kehamilan.

    -USG : gestasional sac

    (+), fetal plate (+),

    fetal movement (-),

    fetal heart movement

    (-)

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    46/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 46

    pada payudara mulai

    menghilang.

    Mola

    hidatidosa

    -Tanda kehamilan (+)

    -Terdapat banyak atau

    sedikit gelembung

    mola

    -

    Perdarahan banyak /sedikit

    -Nyeri perut (+)

    ringan

    -Mual - muntah (+)

    - TFU lebih dari umur

    kehamilan

    - Terdapat banyak atau

    sedikit gelembung

    mola- DJJ (-)

    - tes kehamilan urin

    masih positif

    (Kadar HCG lebih dari

    100,000 mIU/mL)

    -USG : adanya

    pola badai salju

    (Snowstorm).

    Blighted

    ovum

    -Perdarahan berupa

    flek-flek

    -Nyeri perut ringan

    -Tanda kehamilan (+)

    - TFU kurang dari usia

    kehamilan

    - OUE menutup

    - tes kehamilan urin

    positif

    -USG : gestasional sac

    (+), namun kosong

    (tidak terisi janin).KET -Nyeri abdomen (+)

    -Tanda kehamilan (+)

    -Perdarahanpervaginam (+/-)

    - Nyeri abdomen (+)

    - Tanda-tanda syok

    (+/-) : hipotensi,pucat, ekstremitas

    dingin.

    - Tanda-tanda akut

    abdomen (+) : perut

    tegang bagian

    bawah, nyeri tekandan nyeri lepas

    dinding abdomen.

    - Rasa nyeri pada

    pergerakan servik.

    - Uterus dapat teraba

    agak membesar danteraba benjolan

    disamping uterus

    yang batasnya sukar

    ditentukan.

    - Cavum douglas

    menonjol berisi

    darah dan nyeri bila

    diraba

    -Lab darah : Hb rendah,

    eritrosit dapat

    meningkat, leukosit

    dapat meningkat.

    -Tes kehamilan positif

    -USG : gestasional sac

    diluar cavum uteri.

    2.10 Komplikasi

    Komplikasi yang mungkin timbul adalah :

    1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa

    hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula

    timbul lama setelah tindakan.

    2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan

    kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    47/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 47

    dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan

    amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.

    3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini

    terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk

    ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam

    keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,

    sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan

    segera.

    4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa

    anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat

    alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas

    atau terlalu dingin.

    5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti

    KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera

    yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.

    Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat

    diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

    6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi

    memerlukan waktu.

    2.11 Prognosis

    Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi abortus sebelumnya

    1. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren

    mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.

    2. Pada wanita abortus dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan

    kehamilan sekitar 40-80 %.

    3.

    Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada

    kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih abortus yang tidak

    jelas.

  • 5/20/2018 Case Abortus Melissa Fix

    48/49

    Melissa Rosari Hartono (030.09.150)

    UNIVERSITAS TRISAKTIRSUD KOTA SEMARANG 48

    BAB. IV

    KESIMPULAN

    Ny. NF, G2P1A0U25thH12minggu+4hari,datang ke IGD RSUD Kota Semarang

    pada tanggal 29 Juni 2014, pukul 12.10 WIB dengan keluhan keluar darah berwarna

    merah kehitaman disertai adanya prongkolan sejak 1 hari SMRS. Dua hari yang lalu

    pasien sudah mulai mengeluarkan flek-flek, namun makin lama keluhan ini dirasakan

    semakin memberat. Keluhan ini disertai dengan adanya nyeri perut dan mulas. Pasien

    juga mengaku pernah jatuh terduduk ke lantai saat sedang ke kamar mandi. Selain itu

    pasien juga sempat kecapekan karena bersih-bersih rumah. Pasien pernah melakukan

    hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan terakhir. Riwayat hipertensi, diabetes

    melitus, penyakit jantung, asma, dan alergi disangkal oleh pasien. Di keluarga riwayat

    hiperte