24
KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. A. J Umur : 34 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Cempaka IV – Jakarta Utara Tgl / Jam Masuk : 8 September 2015 / 12.00 WIB Status Pekerjaan : Karyawan Swasta Status Pernikahan : Menikah Agama : Islam Dokter yang Merawat : dr. Linda Soekamto B. ANAMNESIS Auto anamnesis dilakukan pada tanggal 8 September 2015, pada pukul 12.00 WIB Keluhan utama: OS mengeluh gatal pada pergelangan kaki kanan sejak 3 minggu SMRS. Keluhan tambahan: OS juga mengeluh kulit kaki yang terasa gatal tersebut menjadi tebal. Riwayat Penyakit Sekarang: OS mengeluh gatal pada kaki sejak 3 minggu yang lalu, awalnya cuma dari kemerahan biasa, kemudian karena gatal yang 1

Case KUL-KEL Gari

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neurodermatitis

Citation preview

Page 1: Case KUL-KEL Gari

KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A. J

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Cempaka IV – Jakarta Utara

Tgl / Jam Masuk : 8 September 2015 / 12.00 WIB

Status Pekerjaan : Karyawan Swasta

Status Pernikahan : Menikah

Agama : Islam

Dokter yang Merawat : dr. Linda Soekamto

B. ANAMNESIS

Auto anamnesis dilakukan pada tanggal 8 September 2015, pada pukul 12.00 WIB

Keluhan utama: OS mengeluh gatal pada pergelangan kaki kanan sejak 3 minggu SMRS.

Keluhan tambahan: OS juga mengeluh kulit kaki yang terasa gatal tersebut menjadi tebal.

Riwayat Penyakit Sekarang:

OS mengeluh gatal pada kaki sejak 3 minggu yang lalu, awalnya cuma dari kemerahan

biasa, kemudian karena gatal yang sangat maka OS mengaruk-garuk terus. Gatal dirasakan

hilang timbul, dan apa bila terjadi pada malam hari dapat membuat OS terganggu pada saat tidur.

Gatal tidak bertambah apabila OS berkeringat. Jika OS menggaruk kakinya yang gatal, maka

terasa nyaman lalu berubah menjadi sakit, baru OS berhenti menggaruk. Kemudian semakin hari

pasien menggaruk, maka pada bekas garukan timbul penebalan. Pasien sebelumnya sudah

melakukan pengobatan sebelumnya, tetapi tidak membaik juga.

1

Page 2: Case KUL-KEL Gari

Riwayat Penyakit Dahulu:

Keluhan pasien ini sudah sering dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, keluhan ini hilang

timbul. kemudian hilang setelah diberi pengobatan. Riwayat kencing manis tidak ada, dan

riwayat tekanan darah tinggi juga tidak didapatkan. Pasien tidak mempunyai alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada keluarga OS yang mengalami hal serupa.

C. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Berat Badan : 62 kg

Tinggi Badan : 157 cm

Status gizi : IMT = 24,60 , overweigth

Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg

Nadi : 82 x / menit, reguler, isi cukup

Pernapasan : 17 x / menit, reguler

Suhu : 37,6 oC

Mata : Edema palpebra, konjungtiva (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+). pupil isokor

Gigi dan mulut : Karies gigi (-), mukosa mulut normal dan tidak hiperemis

THT : Telinga: normotia, liang telinga lapang.

Hidung: bentuk normal, mukosa hidung normal, sekret minimal.

Tenggorokan: mukosa faring posterior tidak hiperemis.

2

Page 3: Case KUL-KEL Gari

D. STATUS DERMATOLOGI

Pada regio tungkai bawah kanan bagian peergelangan kaki bagian lateral terdapat bercak

hiperpigmentasi, batas tidak tegas, terdapat ekskoriasi, skuama dan likenifikasi.

3

Page 4: Case KUL-KEL Gari

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Anjuran untuk melakukan pemeriksaan darah rutin, jenis leukosit, dan total IgE.

F. RESUME

Seorang wanita berusia 34 tahu datang ke RS dengan keluhan gatal-gatal pada

pergelangan kaki kanan sejak 3 minggu SMRS. Gatal yang dirasakan OS hilang timbul. Pada

bekas garukan terdapat likenifikasi dan hiperpigmentasi berukuran plakat yang disertai erosi

akibat garukan. Sebelumnya OS sudah pernah mengalami hal serupa sejak 3 tahun yang lalu.

G. DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja:

Neurodermatitis Sirkumskripta

Diagnosa Banding

1. Plak Psoriasis

2. Dermatitis atopik

3. Hipertropik lichen planus

H. PENATALAKSANAAN

1. Betamethasone dipropionate cream 0,05% sehabis mandi selama 3 minggu untuk mengurangi

peradangan dan gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya.

2. Antihistamin: Loratadine 10 mg 1x1 jika gatal mulai timbul, atau cetirizine 10 mg 1x1 atau

homoclomin 10 mg 1x1. Jika gatal masih mengganggu, bisa di tambah 2x sehari. Pada malam

hari bisa diberikan CTM 4 mg pada malam hari.

3. non medikamentosa untuk menghindari stress yang berlebih, banyak berolahraga. 

I. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad Fungsionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

4

Page 5: Case KUL-KEL Gari

J. PEMERIKSAAN LANJUTAN

Melakukan kontrol kembali setelah obat habis, jika masih belum sembuh perlu

pemeriksaan fungsi hati, dan fungsi ginjal untuk memastikan tidak ada kelainan penyakit

sistemik.

5

Page 6: Case KUL-KEL Gari

PENDAHULUAN

I. DEFINISI

Neurodermatitis adalah peradangan kulit kronis, yang ditandai dengan kulit tebal dan

garis kulit tampak menonjol (likenifikasi) menyerupai batang kayu. Gejala neurodermatitis

timbul dikarenakan respon kutaneus terhadap garukan atau gosokan yang terus menerus

karena rangsangan pruritogenik. Penyebab utama dari neurodermatitis belum diketahui,

namun pada dasarnya gejala pruritus memilki peran sentral dalam timbulnya reaksi kulit

berupa likenifikasi. Pada hipotesis mengenai pruritus dikatakan, pruritus dapat terjadi karena

adanya penyakit yang mendasarinya, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu,

limfoma Hodgkin, hipertiroid. Atau bisa karena penyakit kulit seperti dermatitis atopik,

dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologik dari tekanan emosi.

Neurodermatitis dikenal juga dengan nama liken simplek kronik. Keluhan utamanya berupa

gatal yang berulang dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan gejala berupa

kulit yang menebal dan garis kulit yang menonjol (likenifikasi). Pada setiap individu, keluhan

utama gatal yang lama bisa berbeda, semua bergantung dari respon kulit yang menerima

rangsangan pruritogenik, penyakit yang mendasarinya dan emosinya. Variasi klinis dari

neurodermatitis sering terjadi pada orang dewasa. Contohnya pada pasien yang memiliki

riwayat penyakit dermatitis atopik memiliki onset lebih cepat untuk menjadi penyakit

neurodermatitis dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit dermatitis

atopik. Pada umumnya pasien yang menderita neurodermatitis telah mengetahui penyakitnya

sudah sejak lama, namun kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tentang penyakitnya yang

dipengaruhi oleh penyakit yang mendasar dan keadaan emosinya. Pembahasan mengenai

neurodermatitis dalam makalah ini dapat digunakan untuk memberikan penjelasan kepada

masyarakat mengenai apa itu neurodermatitis, bagaimana mendiagnosa neurodermatitis dan

bagaimana tatalaksana pengobatan neurodermatitis1,2.

II. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai dewasa.

Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami keluhan neurodermatitis.

Neurodermatitis dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi

pada wanita terutama pada umur pertengahan Individu. Neurodermatitis jarang terjadi pada

6

Page 7: Case KUL-KEL Gari

anak-anak, karena neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi

oleh keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa, Asia

terutama ras mongoloid lebih sering terkena penyakit ini kemungkinan karena faktor protein

yang dikonsumsinya berbeda dengan ras dan suku bangsa lainnya1,2. .

III.ETIOPATOGENESIS

Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi.

Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya

gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroid, penyakit kulit

seperti dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologi

dengan tekanan emosi. Pada neurodermatitis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil yang

berisi protein X dan protein kationik akan menimbulkan degranulasi sel mast . Degranulasi sel

mast akan mengaktifkan sel-sel saraf sumsum tulang sebagai kompensasinya. Sel-sel saraf

yang berisi CGRP (Calcitonin Gene-Related Peptide) dan SP (substance P), jumlahnya di

dermis juga akan meningkat sehingga akan melepaskan histamin dari sel mast yang

selanjutnya akan memicu pruritus. Semakin tinggi eosinofil pasien yang mengalami

neurodermatitis akan semakin sering pasien mengeluh gejala gatal1-3.

Trauma mekanik kronis pada kulit berupa garukan atau gosokan akan mengakibatkan

penebalan pada kulit. Garukan dan gosokan berulang (yang dipicu factor asing atau dari diri

sendiri) menghasilkan nodular likenifikasi dan hyperkeratosis. Gatal pada neurodermatitis

bersifat lokal. Tempatnya tergantung dimana sering terpapar rangsangan pruritogenik. Pada

individu yang mengalami neurodermatitis rasa ingin menggaruk sangat besar, pasien akan

merasakan adanya gatal yang hebat dan tidak dapat mengontrol untuk menggosok atau

menggaruk pada tempat yang gatal2.

Neurodermatitis dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien. Gejalanya akan timbul seiring

dengan emosi pasien yang tinggi. Dari pemeriksaan efloresensi akan tampak hiperpigmentasi

pada kulit, lesi purpura dengan permukaan tidak rata, ekskoriasi pada tempat yang gatal dan

dapat menjadi krusta. Hasil efloresensi ini disebabkan karena seringnya pasien menggaruk

bagian yang gatal. Dari hasil studi immunohistokimia menunjukkan peningkatan jumlah dari

sel-sel saraf pada kulit terjadi terutama pada neurodermaitis. Pada pemeriksaan biopsy kulit

menunjukkan secara signifikan penurunan kepadatan jaringan saraf intraepidermal, yang

7

Page 8: Case KUL-KEL Gari

mengacu pada subklinikal neuropati sejumlah kecil jaringan. Pada studi lainnya

mengindikasikan bahwa sitokin berhubungan dengan STAT 6 beraktivasi bersama dengan

beberapa stimulus yang tidak diketahui yang mengaktivasi STST 3 yang mempunyai peranan

penting dalam pathogenesis neurodermatitis.2,3

Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat menimbulkan

penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan, maka

disebut neurodermatitis sirkumskripta. Adanya garukan yang terus-menerus diduga karena

adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti

melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena respon dari adanya stress. Adanya

sejumlah saraf mengandung immunoreaktif  CGRP (Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP

(Substance Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini ditemukan juga pada prurigo nodularis,

tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf  menunjukkan imunoreaktif

somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y, dimana sama pada

neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut menimbulkan

pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan goresan.

SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal.

Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth

factor, yang kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan

dibawah dermis alpha-MSH (Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel

kapiler.4

IV. GEJALA KLINIS

Keluhan utama dari neurodermatitis ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh gatal

yang hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya

pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak

bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan

rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edema,

lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal,

likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.

Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk. Letak lesi

dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk, samping

8

Page 9: Case KUL-KEL Gari

leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut,

tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki1,3

Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa

plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke scalp. Biasanya skuamanya banyak

menyerupai psoriasis. Variasi klinis neurodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, akibat

garukan atau korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa

nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun

menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multipel; lokalisasi

tersering di ekstremitas; berukuran mulai beberapa milimeter sampai 2 cm1

Keparahan gatal dapat diperburuk bila pasien berkeringat, pasien berada pada suhu yang

lembab, atau pasien terkena benda yang merangsang timbulnya gatal (alergen). Gatal juga

dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis. Pada pasien muda, keluhan

gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak begitu mengganggu aktivitasnya, akan tetapi

keluhan gatalnya sangat dirasakan seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya.

Kelainan kulit yang terjadi bisa berupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yang

menebal), kering, berskuama atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak

tegas dan bentuk umumnya tidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien berbeda. Tidak

ada penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada neurodermatitis terbentuk. lesi

tergantung dari sering dan lamanya pasien mengalami keluhan gatal dan menggaruknya. Dari

9

Page 10: Case KUL-KEL Gari

pemeriksaan efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa penebalan kulit dengan garis-garis

kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta sedikit eritematosa

(memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian

tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman)

pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi

dengan bagian kulit normal semakin tidak jelas.3,4

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Uji Tempel

Pemeriksaan uji tempel bertujuan untuk memeriksa riwayat alergi pasien.

pemeriksaan uji tempel biasanya dilakukan di punggung. Untuk melakukan uji temple

diperlukan antigen, antigen standar buatan pabrik yang biasa dipakai, misalnya Finn

Chamber System Kit. Ada kalanya tes uji tempel dilakukan dengan antigen bukan standar

dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari

rumah atau lingkungan kerja yang bersifat toksik.1

Pemeriksaan uji tempel dilakukan dengan mengambil potongan kecil bahan alergen

yang sudah direndam dengan air garam kemudian dtempelkan ke kulit dengan memakai

Finn Chamber dan dibiarkan selama 48 jam. Pembacaan hasil uji tempel dilakukan secara

dua kali pembacaan. Pembacaan pertama setelah 48 jam sedangkan pembacaan kedua

setelah 72 atau 96 jam. pembacaan pertama bertujuan untuk memeriksa respon tubuh

pasien terhadap antigen dan pembacaan yang kedua bertujuan untuk membedakan antara

kontak alergi dengan kontak iritan1.

Hasil pembacaan yang pertama (48 jam)1 :

1.) Reaksi lemah : eritema, Infiltrat, papul

2.) Reaksi kuat : edema atau vesikel

3.) Reaksi sangat kuat : bula atau ulkus

4.) Meragukan : hanya macula eritematosa

5.) Iritasi : terbakar, pustule atau purpura

6.) Reaksi negatif

7.) Excited skin

8.) Tidak dites

Hasil pembacaan yang kedua (72 jam)1:

10

Page 11: Case KUL-KEL Gari

1) Reaksi Crescendo : reaksi alergi, reaksi semakin jelas dari pembacaan satu dan kedua

2) Reaksi Descrescendo : reaksi iritan, reaksi respon kuli cenderung menurun atau

membaik

B. Pemeriksaan Laboratorium

Dasar gejala neurodermatitis ialah pruritus. Pruritus terjadi bisa berasal dari reaksi

alergi pasien atau reaksi penyakit yang mendasarinya (gangguan metabolisme atau

gangguan hematologi). Untuk mengobati neurodermatitis kita juga harus mengetahui

penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya pruritus. Pemeriksaan laboratorium

bertujuan untuk mengetahui penyakit dasarnya. Dalam pemeriksaan laboratorium bisa

dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, pemeriksaan hitung jenis, pemeriksaan

fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal, dan pemeriksaan gula darah.1,2

C. Histopatologi

Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumskripta berupa ortokeratosis,

hipergranulosis, akantosis dengan rete ridge memanjang teratur. Bersebukan sel radang

limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblast bertambah,

kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal,

menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel schwan berproliferasi, dan terlihat hiperplasi

neural. Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.

Gambar 1: Histopatologi neurodermatitis diunduh dari http://missinglink.ucsf.edu/lm/dermatologyglossary/lichen_simplex_chronicus.html

VI. DIAGNOSIS

11

Page 12: Case KUL-KEL Gari

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh

merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami

proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki,

siku, lutut, pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul

pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal

timbul intermiten.1,3

Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan terjadi

likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan

penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis,

akantosis dengan pemanjangan rete ridges, hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis.1-3

VII. DIAGNOSIS BANDING

Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :

a. Dermatitis kontak alergi

Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh bahan kimia

yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas spesifik pada kasus . penderita

umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit tergantung pada keparahan dermatitis dan

lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematous yang berbatas jelas

kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla

dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi.4,5

b. Plak psoriasis

Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan karakteristik

plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan, skuama yang kasar, berlapis-

lapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. Llokasi terbanyak

ditemukan didaerah ekstensor. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa

hipotesa telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat autoimun, dan residif.1,5

c. Liken Planus

Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna kemerahan b

erbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas. Sering ditemukan pada permukaan

fleksor dari ekstremital, genitalia dan membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi

12

Page 13: Case KUL-KEL Gari

imunologis. Liken planus ditandai dengan papul-papul yang mempunyai warna dan

konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk

siku-siku.5

d. Dermatitis atopi

Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering terjadi

selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE

dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul

gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan.

Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan

berskuama atau plak likenifikasi yang gatal.1,5

VIII. PENATALAKSANAAN

Pengobatan utama dari neurodermatitis adalah untuk mengurangi pruritus dan

memperkecil luka akibat garukan atau gosokan.  Pemberian kortikosteroid dan antihistamin

oral bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian

steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent

diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis

(vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang

low-poten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit yang

tebal.1,5-7

Anti-depresan atau anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu

pertimbangan untuk pemberiannya. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan

antibiotik topical ataupun oral. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku

yang dapat mencegah gatal dan garukan.6

Macam-Macam Obat7

a. Corticosteroids

Memiliki kegunaan sebagai anti-inflamasi, yang berguna mengurangi pruritus,

menipiskan liken, dan mengurangi reaksi inflamasi.

1. Clobetasol (Temovate)

13

Page 14: Case KUL-KEL Gari

Termasuk dalam superpotent steroid topical : suppresses mitosis dan meningkatkan

sintesis protein sehingga mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi.

2. Fluocinolon 0,01% atau 0,025% cream (Synalar, Fluonid)

Merupakan topical steroid yang medium potent yang menhambat proliferasi sel, juga

sebagai imunosuprosor, anti-proliferasi, dan anti-inflamasi.

3. Hydrocortisone Valerate cream 0,02% (Westcort)

Salah satu derifat dari adrenokortikosteroid sesuai untuk penggunaan pada kulit atau

selaput lendir eksternal.

4. Fluocinonide cream 0,1% atau 0,05% (Lidex)

Merupakan topical corticosteroid yang menghambat proliferasi sel.

b. Anti-pruritic

Memberikan efek pengendalian terhadap pelepasan histamine secara endogen.

Sehingga dapat, mengurangi efek gatal, efek sedasi dan menyebabkan kantuk. Obat ini

bekerja menstabilkan membrane saraf dan mencegah transmisi dan inisiasi dari impuls

saraf, dan menghasilkan anastesi local.1,8

1. Diphenhydramine (Benadryl, Benylin, Diphen, Allermax)

Mengurangi rasa gatal yang disebabkan oleh pelepasan histamine.

2. Chlorpheniramine (Chlor-Trimeton)

Penghambat histamine atau H1-Reseptor pada sel efektor di pembuluh darah dan

traktus respiratori.

3. Hydroxyne (Atarax, Vistaril)

Antagonis H1-Reseptor pada bagian luar, dan menekan aktifitas dari histamine.

4. Doxepin (Sinequan, Zonaton)

Penghambat aktifitas histamine dan asetilkolon. Penggunaannya dapat memberikan

efek sedasi, dan penyerapannya tinggi pada pemberian secara topical.

Edukasi Pasien

Anjurkan agar pasien tidak menggaruk lagi, karena penyakit ini akan bertambah berat

jika terus digaruk oleh pasien.

Mendiskusikan tentang bagaimana merubah kebiasaan menggaruk.

Memilih sabun yang lembut.

14

Page 15: Case KUL-KEL Gari

Menggunakan pakaian yang berbahan cotton sehingga mengurangi iritasi.

Dapat ditutup dengan kasa basah, untuk mencegah penggarukan.

Manajemen stress yang baik.

VIII. PROGNOSIS

Prognosis untuk neurodermatitis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal dan status

psikologi dari pasien. Perbaikan pada neurodermtitis dapat sempurna jika diperoleh dasar

penyakit yang menyebabkan gatalnya dan mengobati penyakit yang mendasari. Penyakit ini

bersifat kronis dan setelah sembuh dengan pengobatan biasanya residif.1

A. Fungsionam : dubia ad bonam, bersifat residif yang bisa menganggu aktivitas pasien jika

pasien tidak mampu mencegah terjadinya keluhan berulang

B. Vitam : ad bonam : neurodermatitis tidak menganggu keadaan vital pasien

C. Sanationam : dubia ad bonam : bersifat kronis dan residif, bergantung dari kemampuan

pasien untuk mencegah terjadinya pengulangan terjadinya pruritus.

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi dari neurodermatitis dapat terjadi bila tidak adanya control dari kebiasaan

menggaruk untuk keluhan gatalnya. Komplikasinya bisa berupa perubahan warna pada kulit

yang permanen, terdapatnya bekas luka akibat garukan sampai terjadinya ulkus karena

seringnya pasien menggaruk.2

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Case KUL-KEL Gari

1. Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .6th.ed. Penerbit FKUI, Jakarta

2013. p. 147-8

2. Koenig TW, Jones SG, Rencie A,Tausk FA.Noncutaneous manifestations of

skin.In:Freedberg IM,Eisen AZ,Wolff K,Austen KF, Goldsmith LA, KATZ

SC,editors.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8thed. New York : Mc Graw

Hill 2012.h.184-7.

3. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit 3nded. Penerbit buku kedokteran

EGC, Jakarta,2015 .h.131-3.

4. Murtiastuti D, Ervianti E, Agusni I, et al. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. 2nded.

Airlanggga University Press, Surabaya. 2010 .h. 117-8.

5. Wolff K, Richard AJ. Fitzpatrick’s : Color atlas & synopsis of clinical dermatology. 7 th

ed. New york. McGraw-Hill. 2013.h.31-8, 9-40.

6. MC Katherine, T Rakhshandra, GO Victoria. Disorder of cornification, and

inflammation. In: A Asra. Dermatology: a pictorial review. 2nd ed. New York: Mc Graw

Hill; 2010. h.119.

7. S Carol, H Maria. Lange clinical dermatology. 1st ed. New York: Mc Graw Hill; 2013. h.

50, 58-9.

8. Dewoto HR. Histamin dan antialergi. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi,

editor. Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen farmakologi dan terapeutik

Fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 2012. h. 277-81.

16