11
NASKAH KASUS FORENSIK KLINIK VISUM ET REPERTUM PENGANIAYAAN (KEKERASAN TUMPUL) Oleh: Yanti Ariyanni

Case Yanti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhhhh

Citation preview

Page 1: Case Yanti

NASKAH KASUS FORENSIK KLINIK

VISUM ET REPERTUM

PENGANIAYAAN

(KEKERASAN TUMPUL)

Oleh:

Yanti Ariyanni

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA, 2011

Page 2: Case Yanti

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Korban

Nama : Ny. N

Umur : 31 tahun

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Diketahui

Tanggal masuk RSCM: 25 Juli 2011 , pukul 18.00

No. RM :

1.2. Anamnesis

Pada tanggal 23 Juli 2011 ( 2 hari sebelum pemeriksaan), pukul 16.00 , korban mengaku diseret

didepan rumah, rambutnya dijambak sehingga terjatuh di trotoar jalan, kemudian dipukul

berkali- kali pada kepala dengan tangan kosong oleh kakak laki-laki korban. Korban diancam

kakaknya, kalau mengadukan ke polisi, maka akan diadukan balik atas tuduhan pengedar shabu.

Korban susah duduk karena ada luka lecet dibokong kiri, namun sudah diberi betadine dan

alkohol. Korban mengaku tidak pingsan, mual, dan muntah.

1.3. Pemeriksaan Fisik

Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum tampak sakit ringan.

Page 3: Case Yanti

Pemeriksaan tanda- tanda vital

Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

Frekuensi nadi :100 x/ menit

Frekuensi napas: 20 x/ menit

Suhu : 37,1 0 C

1.4. Status Lokalis/ Cedera

Pada bokong kiri, 5 cm dari GPD, 8 cm dibawah TABTU terdapat luka lecet geser dari arah

kiri bawah ke kanan atas, yang tertutup keropeng yang mulai menyembuh berwarna coklat

kemerahan berukuran 11x 7 cm.

1.5. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

1.6.Tindakan/Pengobatan

Tidak dilakukan

1.7 Kesimpulan

Pada pemeriksaan korban perempuan yang berusia 31 tahun ini, ditemukan adanya luka lecet

geser di bokong kiri yang mulai menyembuh akibat kekerasan tumpul, yang tidak menimbulkan

penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.

Page 4: Case Yanti

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIAJl. Salemba Raya 6 Telp. 3106197, Fax 3154626 Jakarta 10430

Nomor : 045/VER/ VII/2011/ Sektor JB Jakarta, 25 Juli 2011

Perihal : Hasil Pemeriksaan Visum et Repertum Luka Ny. Nuraini

Lampiran :--------------------------------------------------------------------------------------------------------

PRO JUSTITIA

Visum et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Yanti Ariyanni, dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, atas permintaan tertulis

dari Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Pusat dengan surat Nomor 045/VER/ VII/2011/ Sektor JB

tertanggal 25 Juli 2011 dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal 25 Juli 2011 18.00WIB

bertempat di RSUP Nasional dr.Cipto Mangunkusumo telah melakukan pemeriksaan korban dengan

nomor registrasi 345-96-16 yang menurut surat tersebut

adalah--------------------------------------------------------

Identitas Pasien / Korban:----------------------------------------------------------------------------------------------

Nama : Nuraini---------------------------------------------------------------------------------------------

Umur : 31 Tahun--------------------------------------------------------------------------------------------

Jenis Kelamin :

Perempuan---------------------------------------------------------------------------------------------

Warga Negara : Indonesia--------------------------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan : Ibu rumah tangga----------------------------------------------------------------------------------

Alamat : Jl, Flamboyan III No.75 RT 004/010 Menteng Dalam Kec Tebet, Jakarta

Selatan-----------------------------------------------------------------------------------------

Hasil Pemeriksaan:-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Page 5: Case Yanti

1. Korban datang dalam keadaan sadar penuh, dengan keadaan umum tampak sakit ringan dengan

tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh millimeter raksa, denyut nadi seratus kali per

Lanjutan visum et Repertum Nomor : Reg. 193/VER/III/2010

menit, pernapasan dua puluh kali per menit dan suhu tubuh tiga puluh tujuh koma satu derajat

Celsius--------------------------------------------------------------------------------------------

2. Korban mengaku pada tanggal dua puluh lima juli dua ribu sebelas jam empat sore , korban

diseret didepan rumah, rambutnya dijambak sehingga terjatuh di trotoar jalan, kemudian

dipukul berkali- kali pada kepala dengan tangan kosong oleh kakak laki-lakinya. Saat

pemeriksaan korban mengaku nyeri saat duduk karena lecet pada daerah bokong.--------------------

3. Pada korban ditemukan :------------------------------------------------------------------------

a. Pada bokong kiri, 5 cm dari GPD, 8 cm dibawah TABTU terdapat luka lecet

geser dari arah kiri bawah ke kanan atas, yang tertutup keropeng yang mulai

menyembuh berwarna coklat kemerahan berukuran 11x 7 cm.

b. Pada korban tidak dilakukan perawatan luka lecet karena sudah mulai

menyembuh

c. Korban dipulangkan dalam keadaan baik-------------------------------------------------

Kesimpulan :

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan korban perempuan yang berusia 31 tahun ini, ditemukan adanya luka lecet

geser di bokong kiri yang mulai menyembuh akibat kekerasan tumpul, yang tidak menimbulkan

penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian------------------------

Demikian telah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan pengetahuan saya yang sebaik-

baiknya mengingat sumpah jabatan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.------------

Jakarta, 25 Juli 2011.

Mengetahui, Dokter Pemeriksa

Page 6: Case Yanti

Dokter Forensik

dr. Fitri , Sp.F dr. Yanti Ariyanni

(NIP. 140202407) (NIP 406091063)

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

2.1. Prosedur Medikolegal

Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati, ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Pembuatan VeR pada manusia sebagai korban atau diduga korban tindak pidana memiliki dasar hukum yaitu pasal 133 ayat (1) KUHAP, yaitu ”dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, maupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.” Pada kasus ini korban mengalami luka yang diduga akibat penganiayaan, sehingga penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli, dalam hal ini kepada ahli kedokteran kehakiman di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Permintaan keterangan ahli ini harus dilakukan secara tertulis yaitu dalam bentuk surat permintaan visum (SPV). SPV harus memuat keterangan mengenai identitas korban dan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan luka, seperti tertulis dalam pasal 133 ayat (2) KUHAP, yang berbunyi ”Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat”. Pada kasus ini permohonan visum sudah dibuat dalam bentuk tertulis oleh penyidik dari Kepolisian Sektor Johor Baru dengan surat nomor 045/VER/VII/2011 tertanggal 25 Juli 2011, kepada Kepala RSCM Jakarta.

Dokter sebagai pihak yang dimintai keterangan oleh penyidik terkena kewajiban untuk memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya untuk kepentingan peradilan. Dokter yang dimintai keterangan oleh penyidik wajib memeriksa korban dan membuat VeR setelah sebelumnya didapatkan persetujuan pemeriksaan dari korban. Jika dokter menolak, maka dokter dikenai sanksi sesuai pasal 216 ayat (1) KUHP, ”Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah”.

Page 7: Case Yanti

Keterangan ahli dalam surat pada pasal 184 KUHAP ayat (1) tersebut sepadan dengan yang dimaksud dengan visum et repertum dalam Statsblad 350 tahun 1937.

2.2. Derajat Luka

Berbeda dengan ilmu kedokteran lain, kedokteran forensik bukan saja untuk mengobati malah digunakan untuk mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat keparahan luka.

Derajat luka dibagi menjadi 3 yaitu luka ringan, luka sedang, dan luka berat. Luka ringan terjadi akibat penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan (pasal 352 KUHP).

Sedangkan luka sedang merupakan luka yang mengakibatkan halangan atau kehilangan fungsi melakukan aktivitas sehari-hari sementara waktu/reversibel (pasal 351 (1) dan 353 (1) KUHP).

Yang terakhir, luka berat, sesuai pasal 90 KUHP, adalah jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian; yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; yang menimbulkan cacat berat (verminking); yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih serta terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Pada pasien ini terdapat luka terbuka padadahi dan beberapa memar di bagian kepala dan leher yang diakibatkan oleh kekerasan tumpul. Keadaan umum korban adalah baik dan kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan tanda-tanda kegawatan. Pada pasien dilakukan pembersihan luka, namun tidak dilakukan penjahitan kerana korban menolak, diberikan obat penghilang nyeri, dan salep antibiotik. Korban dipulangkan dalam keadaan baik.

Melihat kondisi tersebut, luka pada korban dikategorikan sebagai luka derajat ringan di mana luka pada korban adalah merupakan luka yang dengan berjalannya waktu dapat sembuh sendiri. Luka juga tidak menimbulkan apa-apa komplikasi lainnya yang bisa membahayakan jiwa korban. Maka dapat dibuat kesimpulan, luka terbuka tersebut merupakan luka ringan yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan, pencaharian atau jabatan dalam sementara waktu.

2.3. Hukum

Tindak pidana pada kasus ini dapat diancam dengan KUHP pasal 352 yaitu

“ 1. Kecuali yg tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit/halangan utk menjlnkan pekerjaan jabatan/pencarian, diancam sbg penganiayaan ringan, dgn pidana penjara paling lama tiga bulan/pidana denda paling byk empat ribu limaratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawaannnya.

Page 8: Case Yanti

1. Percobaan untuk melakukan kejahan ini tidak dipidana”

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik.Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1997.

2. Budianto A , Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T,Muni’m A,Sidhi, dkk.Ilmu kedokteran

forensik.Edisi ke-1. Jakarta:Penerbit FKUI; 1997.

3. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran .Edisi ke-1.Jakarta: Bagian Kedokteran

Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994.