34
CERITA RAKYAT BALI ASAL - USUL SELAT BALI "MANIK ANGKERAN" Pada jaman dahulu kala, ada seorang pemuda bernama Manik Angkeran. Ayahnya seorang Begawan yang berbudi pekerti luhur, yang bernama Begawan Sidi mantra. Walaupun ayahnya seorang yang disegani oleh masyarakat sekitar dan memiliki pengetahuan agama yang luas, tetapi Manik Angkeran adalah seorang anak yang manja, yang kerjanya hanya berjudi dan mengadu ayam seperti berandalan-berandalan yang ada di desanya. Mungkin ini karena ia telah ditinggal oleh Ibunya yang meninggal sewaktu melahirkannya. Karena kebiasaannya itu, kekayaan ayahnya makin lama makin habis dan akhirnya mereka jatuh miskin. Walaupun keadaan mereka sudah miskin, kebiasaan Manik Angkeran tidak juga berkurang, bahkan karena dalam berjudi ia selalu kalah, hutangnya makin lama makin banyak dan ia pun di kejar-kejar oleh orang-orang yang dihutanginya. Akhirnya datanglah Manik ketempat ayahnya, dan dengan nada sedih ia meminta ayahnya untuk membayar hutang-hutangnya. Karena Manik Angkeran adalah anak satu-satunya, Begawan Sidi Mantra pun merasa kasihan dan berjanji akan membayar hutang-hutang anaknya. Maka dengan kekuatan batinnya, Begawan Sidi Mantra mendapat petunjuk bahwa ada sebuah Gunung yang bernama Gunung Agung yang terletak di sebelah timur. Di Gunung Agung konon terdapat harta yang melimpah. Berbekal petunjuk tersebut, pergilah Begawan Sidi Mantra ke Gunung Agung dengan membawa genta pemujaannya. Setelah sekian lama perjalanannya, sampailah ia ke Gunung Agung. Segeralah ia mengucapkan mantra sambil membunyikan gentanya. Dan keluarlah seekor naga besar bernama Naga Besukih. “Hai Begawan Sidi Mantra, ada apa engkau memanggilku?” tanya sang Naga Besukih. “Sang Besukih, kekayaanku telah dihabiskan anakku untuk berjudi.

Cerita Rakyat Bali

Embed Size (px)

DESCRIPTION

not owned to me just share

Citation preview

Page 1: Cerita Rakyat Bali

CERITA RAKYAT BALIASAL - USUL SELAT BALI

"MANIK ANGKERAN"

Pada jaman dahulu kala, ada seorang pemuda bernama Manik Angkeran. Ayahnya seorang Begawan yang berbudi pekerti luhur, yang bernama Begawan Sidi mantra. Walaupun ayahnya seorang yang disegani oleh masyarakat sekitar dan memiliki pengetahuan agama yang luas, tetapi Manik Angkeran adalah seorang anak yang manja, yang kerjanya hanya berjudi dan mengadu ayam seperti berandalan-berandalan yang ada di desanya. Mungkin ini karena ia telah ditinggal oleh Ibunya yang meninggal sewaktu melahirkannya. Karena kebiasaannya itu, kekayaan ayahnya makin lama makin habis dan akhirnya mereka jatuh miskin.

Walaupun keadaan mereka sudah miskin, kebiasaan Manik Angkeran tidak juga berkurang, bahkan karena dalam berjudi ia selalu kalah, hutangnya makin lama makin banyak dan ia pun di kejar-kejar oleh orang-orang yang dihutanginya. Akhirnya datanglah Manik ketempat ayahnya, dan dengan nada sedih ia meminta ayahnya untuk membayar hutang-hutangnya. Karena Manik Angkeran adalah anak satu-satunya, Begawan Sidi Mantra pun merasa kasihan dan berjanji akan membayar hutang-hutang anaknya.

Maka dengan kekuatan batinnya, Begawan Sidi Mantra mendapat petunjuk bahwa ada sebuah Gunung yang bernama Gunung Agung yang terletak di sebelah timur. Di Gunung Agung konon terdapat harta yang melimpah. Berbekal petunjuk tersebut, pergilah Begawan Sidi Mantra ke Gunung Agung dengan membawa genta pemujaannya.

Setelah sekian lama perjalanannya, sampailah ia ke Gunung Agung. Segeralah ia mengucapkan mantra sambil membunyikan gentanya. Dan keluarlah seekor naga besar bernama Naga Besukih. 

“Hai Begawan Sidi Mantra, ada apa engkau memanggilku?” tanya sang Naga Besukih. 

“Sang Besukih, kekayaanku telah dihabiskan anakku untuk berjudi. Sekarang karena hutangnya menumpuk, dia dikejar-kejar oleh orang-orang. Aku mohon, bantulah aku agar aku bisa membayar hutang anakku!”

“Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu Begawan Sidi Mantra, tapi kau harus menasehati anakmu agar tidak berjudi lagi, karena kau tahu berjudi itu dilarang agama!”

“Aku berjanji akan menasehati anakku” jawab Begawan Sidi Mantra. 

Kemudian Sang Naga Besukih menggetarkan badannya dan sisik-sisiknya yang berjatuhan segera berubah emas dan intan.

“Ambillah Begawan Sidi Mantra. Bayarlah hutang-hutang anakmu. Dan jangan lupa nasehati dia

Page 2: Cerita Rakyat Bali

agar tidak berjudi lagi.” 

Sambil memungut emas dan intan serta tak lupa mengucapkan terima kasih, maka Begawan Sidi Mantra segera pergi dari Gunung Agung. Lalu pulanglah ia ke rumahnya di Jawa Timur. Sesampainya dirumah, di bayarlah semua hutang anaknya dan tak lupa ia menasehati anaknya agar tidak berjudi lagi.

Tetapi rupanya nasehat ayahnya tidak dihiraukan oleh Manik Angkeran. Dia tetap berjudi dan mengadu ayam setiap hari. Lama-kelamaan, hutang Manik Angkeran pun semakin banyak dan ia pun di kejar-kejar lagi oleh orang-orang yang dihutanginya. Dan seperti sebelumnya, pergilah Manik Angkeran menghadap ayahnya dan memohon agar hutang-hutangnya dilunasi lagi.

Walaupun dengan sedikit kesal, sebagai seorang ayah, Begawan Sidi Mantra pun berjanji akan melunasi hutang-hutang tersebut. Dan segera ia pun pergi ke Gunung Agung untuk memohon kepada Sang Naga Besukih agar diberikan pertolongan lagi. 

Sesampainya ia di Gunung Agung, dibunyikannya genta dan membaca mantra-mantra agar Sang Naga Besukih keluar dari istananya. 

Tidak beberapa lama, keluarlah akhirnya Sang Naga Besukih dari istananya. 

“Ada apa lagi Begawan Sidi Mantra? Mengapa engkau memanggilku lagi?” tanya Sang Naga Besukih.

“Maaf Sang Besukih, sekali lagi aku memohon bantuanmu agar aku bisa membayar hutang-hutang anakku. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi dan aku sudah menasehatinya agar tidak berjudi, tapi ia tidak menghiraukanku.” mohon Begawan Sidi Mantra.

“Anakmu rupanya sudah tidak menghormati orang tuanya lagi. Tapi aku akan membantumu untuk yang terakhir kali. Ingat, terakhir kali.” 

Maka Sang Naga menggerakkan tubuhnya dan Begawan Sidi Mantra mengumpulkan emas dan permata yang berasal dari sisik-sisik tubuhnya yang berjatuhan. Lalu Begawan Sidi Mantra pun memohon diri. Dan setiba dirumahnya, Begawan Sidi Mantra segera melunasi hutang-hutang anaknya. 

Karena dengan mudahnya Begawan Sidi Mantra mendaptkan harta, Manik Angkeran pun merasa heran melihatnya. Maka bertanyalah Manik Angkeran kepada ayahnya, “Ayah, darimana ayah mendapatkan semua kekayaan itu?”

“Sudahlah Manik Angkeran, jangan kau tanyakan dari mana ayah mendapat harta itu. Berhentilah berjudi dan menyabung ayam, karena itu semua dilarang oleh agama. Dan inipun untuk terakhir kalinya ayah membantumu. Lain kali apabila engkau berhutang lagi, ayah tidak akan membantumu lagi.”

Page 3: Cerita Rakyat Bali

Tetapi ternyata Manik Angkeran tidak dapat meninggalkan kebiasaan buruknya itu, ia tetap berjudi dan berjudi terus. Sehingga dalam waktu singkat hutangnya sudah menumpuk banyak. Dan walaupun ia sudah meminta bantuan ayahnya, ayahnya tetap tidak mau membantunya lagi. Sehingga ia pun bertekad untuk mencari tahu sumber kekayaan ayahnya.

Bertanyalah ia kesana kemari, dan beberapa temannya memberitahu bahwa ayahnya mendapat kekayaan di Gunung Agung. Karena keserakahannya, Manik Angkeran pun mencuri genta ayahnya dan pergi ke Gunung Agung. 

Sesampai di Gunung Agung, segeralah ia membunyikan genta tersebut. Mendengar bunyi genta, Sang Naga Besukih pun merasa terpanggil olehnya, tetapi Sang Naga heran, karena tidak mendengar mantra-mantra yang biasanya di ucapkan oleh Begawan Sidi Mantra apabila membunyikan genta tersebut.

Maka keluarlah San Naga untuk melihat siapa yang datang memangilnya. 

Setelah keluar, bertemulah Sang Naga dengan Manik Angkeran. Melihat Manik Angkeran, Sang Naga Besukih pun tidak dapat menahan marahnya.

“Hai Manik Angkeran! Ada apa engkau memanggilku dengan genta yang kau curi dari ayahmu itu?”

Dengan sikap memelas, Manik pun berkata “Sang Naga bantulah aku. Berilah aku harta yang melimpah agar aku bisa membayar hutang-hutangku. Kalau kali ini aku tak bisa membayarnya, orang-orang akan membunuhku. Kasihanilah aku.”

Melihat kesedihan Manik Angkeran, Sang Naga pun merasa kasihan. 

“Baiklah, aku akan membantumu.” jawab Sang Naga Besukih.

Setelah memberikan nasehat kepada Manik Angkeran, Sang Naga segera membalikkan badannya untuk mengambil harta yang akan diberikan ke Manik Angkeran. Pada saat Sang Naga membenamkan kepala dan tubuhnya kedalam bumi untuk mengambil harta, Manik Angkeran pun melihat ekor Sang Naga yang ada dipemukaan bumi dipenuhi oleh intan dan permata, maka timbullah niat jahatnya. Manik Angkeran segera menghunus keris dan memotong ekor Sang Naga Besukih. Sang Naga Besukih meronta dan segera membalikkan badannya. Akan tetapi, Manik Angkeran telah pergi. Sang Naga pun segera mengejar Manik ke segala penjuru, tetapi ia tidak dapat menemukan Manik Angkeran, yang ditemui hanyalah bekas tapak kaki Manik Angkeran. 

Maka dengan kesaktiannya, Sang Naga Besukih membakar bekas tapak kaki Manik Angkeran. Walaupun Manik Angkeran sudah jauh dari Sang Naga, tetapi dengan kesaktian Sang Naga Besukih, ia pun tetap merasakan pembakaran tapak kaki tersebut sehingga tubuh Manik

Page 4: Cerita Rakyat Bali

Angkeran terasa panas sehingga ia rebah dan lama kelamaan menjadi abu. 

Di Jawa Timur, Begawan Sidi Mantra sedang gelisah karena anaknya Manik Angkeran telah hilang dan genta pemujaannya juga hilang. Tetapi Begawan Sidi Mantra tahu kalau gentanya diambil oleh anaknya Manik Angkeran dan merasa bahwa anaknya pergi ke Gunung Agung menemui Sang Naga Besukih. Maka berangkatlah ia ke Gunung Agung.

Sesampainya di Gunung Agung, dilihatnya Sang Naga Besukih sedang berada di luar istananya. Dengan tergesa-gesa Begawan Sidi Mantra bertanya kepada Sang Naga Besukih “Wahai Sang Besukih, adakah anakku Manik Angkeran datang kemari?”

“Ya, ia telah datang kemari untuk meminta harta yang akan dipakainya untuk melunasi hutang-hutangnya. Tetapi ketika aku membalikkan badan hendak mengambil harta untuknya, dipotonglah ekorku olehnya. Dan aku telah membakarnya sampai musnah, karena sikap anakmu tidak tahu balas budi itu. Sekarang apa maksud kedatanganmu kemari, Begawan Sidi Mantra?” 

“Maafkan aku, Sang Besukih! Anakku Cuma satu, karena itu aku mohon agar anakku dihidupkan kembali.” mohon Sang Begawan.

“Demi persahabatan kita, aku akan memenuhi permintaanmu. Tapi dengan satu syarat, kembalikan ekorku seperti semula.” kata Sang Naga Besukih.

“Baiklah, aku pun akan memenuhi syaratmu!” jawab Begawan Sidi Mantra.

Maka dengan mengerahkan kekuatan mereka masing-masing, Manik Angkeran pun hidup kembali. Demikian pula dengan ekor Sang Naga Besukih bisa kembali utuh seperti semula. 

Dinasehatinya Manik Angkeran oleh Sang Naga Besukih dan Begawan Sidi Mantra secara panjang lebar dan setelah itu pulanglah Begawan Sidi Mantra ke Jawa Timur. Tetapi Manik Angkeran tidak boleh ikut pulang, ia harus tetap tinggal di sekitar Gunung Agung. Karena Manik Angkeran sudah sadar dan berubah, ia pun tidak membangkang dan menuruti perintah ayahnya tersebut.

Dan dalam perjalanan pulangnya, ketika Begawan Sidi Mantra sampai di Tanah Benteng, di torehkannya tongkatnya ke tanah untuk membuat batas dengan anaknya. Seketika itu pula bekas torehan itu bertambah lebar dan air laut naik menggenanginya. Dan lama kelamaan menjadi sebuah selat. Selat itulah yang sekarang di beri nama “Selat Bali"

Page 5: Cerita Rakyat Bali
Page 6: Cerita Rakyat Bali

CERITA RAKYAT BALIASAL - USUL AWAL MULA

KABUPATEN BULELENG & KOTA SINGARAJA.

" I GUSTI PANJI SAKTI "

Dahulu kala di Pulau Bali, tepatnya di daerah Klungkung hiduplah seorang Raja yang bergelar Sri Sagening. Ia mempunyai istri yang cukup banyak. Istri yang terakhir bernama Ni Luh Pasek.

Ni Luh Pasek berasal dari Desa Panji dan merupakan keturunan Kyai Pasek Gobleg. Namun malang nasib Ni Luh Pasek, sewaktu ia mengandung, ia dibuang secara halus dari istana, ia

dikawinkan dengan Kyai Jelantik Bogol oleh suaminya.

Kesedihannya agak berkurang berkat kasih sayang Kyai Jelantik Bogol yang tulus. Setelah tiba waktunya ia melahirkan anak laki-laki yang dinamai I Gusti Gede Pasekan.

Bayi bernama I Gusti Gede Pasekan makin hari makin besar, setelah dewasa ia mempunyai wibawa besar di Kota Gelgel. Ia sangat dicintai oleh pemuka masyarakat dan masyarakat biasa.

Ia juga disayang oleh Kyai Jelantik Bogol seperti anak kandungnya sendiri. Pada suatu hari, ketika ia berusia dua puluh tahun, Kyai Jelantik Bogol memanggilnya.

“Anakku,” kata Kyai Jelantik Bogol, “Sekarang pergilah engkau ke Den Bukit di daerah Panji.”

“Mengapa saya harus pergi kesana, Ayah?”

“Anakku, itulah tempat kelahiran ibumu.”

“Baiklah, Ayah. Saya akan pergi kesana.”

Sebelum berangkat, Kyai Jelantik Bogol berkata kepada anaknya, “I Gusti, bawalah dua senjata bertuah ini, yaitu sebilah keris bernama Ki Baru Semang dan sebatang tombak bernama Ki

Tunjung Tutur. Mudah-mudahan engkau akan selamat.”

“Baik, Ayah!”

Dalam perjalanan ke Den Bukit ini, I Gusti Gede Pasekan diiringi oleh empat puluh orang di bawah pimpinan Ki Dumpiung dan Ki Kadosot.

Setelah empat hari berjalan, tibalah mereka di suatu tempat yang disebut Batu Menyan. Disana mereka bermalam. Malam itu I Gusti Gede Pasekan dan ibunya dijaga ketat oleh para

pengiringnya secara bergiliran.

Tengah malam, tiba-tiba datang makhluk gaib penghuni hutan. Dengan mudah sekali I Gusti Gede Pasekan diangkat ke atas pundak makhluk gaib itu sehingga ia dapat melihat

Page 7: Cerita Rakyat Bali

pemandangan lepas dari lautan dan daratan yang terbentang di depannya. Ketika ia memandang ke timur dan barat laut, ia melihat pulau yang amat jauh. Sedangkan ketika ia

memandang kearah selatan, pemandangannya dihalangi oleh gunung. Setelah makhluk gaib itu lenyap, didengarnya suatu bisikan.

“I Gusti, sesungguhnya daerah yang baru engkau lihat itu akan menjadi daerah kekuasaanmu.”

I Gusti Gede Pasekan sangat terkejut mendengar suara gaib itu. Namun ia juga merasa senang, bukankah suara itu adalah pertanda bahwa pada suatu ketika ia akan mendapat

kedudukan yang mulia, menjadi penguasa suatu daerah yang cukup luas.

Memang untuk mencapai kemuliaan orang harus menempuh berbagai kesukaran terlebih dahulu.

Ia menceritakan apa yang didengarnya secara gaib itu kepada ibunya.

Ibunya memberi semangat untuk terus melakukan perjalanan. Keesokan harinya rombongan I Gusti Gede Pasekan melanjutkan perjalanan yang penuh dengan rintangan. Walaupun

perjalanan ini sukar dan jauh, akhirnya mereka berhasil juga mencapai tujuan dengan selamat.

Pada suatu hari ketika ia berada di desa ibunya, terjadilah peristiwa yang menggeparkan. Ada sebuah perahu Bugis terdampar di pantai Panimbangan. Pada mulanya orang Bugis meminta pertolongan nelayan di sana, tetapi mereka tidak berhasil membebaskan perahu yang kandas.

Nahkoda perahu Bugis sudah putus asa, tapi tetua kampung nelayan datang mendekatinya.

“Hanya seorang yang dapat menolong Tuan.”

“Tuan, katakan saja, siapa yang dapat menyeret perahu kelautan?”

“Seorang anak muda, namun sakti dan perahu wibawa.” jawab tetua kampung.

“Siapa namanya?”

“I Gusti Gede Pasekan!”

Keesokan harinya orang Bugis itu datang kepada I Gusti Gede Pasekan. Ia berkata, “Kami mengharapkan bantuan Tuan. Jika Tuan berhasil mengangkat perahu kami, sebagian isi

muatan perahu akan kami serahkan kepada Tuan sebagai upahnya.”

“Kalau itu memang janji Tuan, saya akan mencoba mengangkat perahu kandas itu,” jawab I Gusti Gede Pasekan. Untuk melepaskan perahu besar yang kandas itu, I Gusti Gede Pasekan

mengeluarkan dua buah senjata pusaka warisan Kyai Jelantik Bogol.

Page 8: Cerita Rakyat Bali

Ia memusatkan pikirannya. Tak lama kemudia muncullah dua makhluk halus dari dua buah senjata pusaka itu.

“Tuan apa yang harus hamba kerjakan?”

“Bantu aku menyeret perahu yang kandas itu ke laut lepas!”

“Baik Tuan!”

Dengan bantuan dua makhluk halus itu ia pun berhasil menyeret perahu dengan mudah.

Orang lain jelas tak mampu melihat kehadiran si makhluk halus, mereka hanya melihat I Gusti Gede Pasekan menggerak-gerakkan tangannya menunjuk ke arah perahu.

Karena senangnya, orang Bugis itu pun menepati janjinya. Diantara hadiah yang diberikan itu terdapat dua buah gong besar. Karena I Gusti sekarang sudah menjadi orang kaya, ia digelari

dengan sebutan I Gusti Panji Sakti.

Sejak kejadian itu, kekuasaan I Gusti Panji Sakti, mulai meluas dan menyebar kemana-mana. Ia pun mulai mendirikan suatu Kerajaan baru di daerah Den Bukit.

Kira-kira pada pertengahan abad ke-17 ibukota Kerajaan itu disebut orang dengan nama Sukasada.

Semakin hari Kerajaan itu makin luas dan berkembang lalu didirikanlah Kerajaan baru. Letaknya agak ke utara dari kota Sukasada. Sebelum dijadikan kota, daerah itu banyak sekali

ditumbuhi pohon buleleng. Oleh karena itu, pusat kerajaan baru disebut Buleleng. Buleleng adalah nama pohon yang buahnya sangat digemari oleh burung perkutut. Di pusat kerajaan

baru itu didirikan istana megah, yang diberi nama Singaraja.

Nama itu menunjukkan bahwa penghuninya adalah seorang Raja yang seperti singa gagah perkasa. Hal ini dikarenakan I Gusti Panji Sakti memang dikenal sebagai sosok yang sakti dan gagah berani. Jika ada gerombolan bajak laut atau perampok yang mengacau, sang Raja turut

maju ke medan perang bersama prajuritnya, karena itu tepatlah jika istananya disebut Singaraja.

Ada pula yang mengatakan bahwa Singaraja berarti “tempat persinggahan raja”?. Konon, ketika istananya masih ada di Sukasada, raja sering singgah disana. Dengan demikian, kata Singaraja

berasal dari kata Singgah Raja.

Legenda asal-usul Buleleng dan kota Singaraja ini dipercaya penduduk Bali benar-benar pernah terjadi.

Ibu Panji Sakti berasal dari kasta Sudra, yakni kalangan rendah pada masyarakat Hindu-Bali.

Page 9: Cerita Rakyat Bali

Hal ini sangat menarik, sebab seseorang yang berasal dari kalangan rendah dapat menjadi orang yang berkedudukan tinggi dan mulia karena perjuangan dan usahanya yang keras

meraih cita-cita.

Sumber : www.ceritarakyatnusantara.comagathanicole.blogspot.com/.../legenda-bali-asal-usul-ka...

#ceritarakyatbali#ceritapulaudewata#

Page 10: Cerita Rakyat Bali

I Belog Dan Bebeknya.

"Si Bodoh dan bebeknya"

Dikisahkan, pada jaman dahulu hiduplah seorang anak lelaki kecil bernama I Belog. Ia tinggal bersama dengan ibunya yang sudah tua dan menjanda. Bapaknya sudah meninggal saat I Belog masih bayi. I Belog sesuai dengan namanya, memiliki kekurangan dalam hal kecerdasan. Seringkali ia berbuat yang keliru karena kebodohannya.

Suatu kali Sang Ibu memanggil I Belog. Karena dirasanya anak lelakinya sekarang sudah mulai besar, Sang Ibu ingin agar I Belog mulai bisa bekerja mencari uang sendiri dengan memelihara bebek. Maka disuruhnyalah anaknya itu pergi ke pasar untuk membeli beberapa ekor bebek. “Belog, berangkatlah kamu ke pasar hari ini untuk membeli bebek”. Anaknya mengangguk setuju dengan rencana ibunya. I Belog pada dasarnya adalah seorang anak yang sangat baik dan penurut. Apapun kata ibunya pasti akan ia ikuti dengan baik. “Baiklah Ibu, saya akan berangkat hari ini” Jawab I Belog. Ibunya pun segera memberikan I Belog sejumlah uang yang cukup untuk membeli sepuluh ekor anak bebek.

Menyadari bahwa anaknya kurang pintar, maka Ibunya mewanti-wanti I Belog dengan berbagai nasihat. “Kalau memilih anak bebek, pilihlah yang sehat dan lincah. Pilih yang badannya berat – berat saja. Jangan pilih bebek yang ringan, karena itu tandanya bebek itu tidak sehat. Percuma kalau dibawa pulang” . Nasihat ibunya. I Belog mendengarkan nasihat ibunya dengan baik. Ia menghapalkannya sepanjang jalan, karena ia tidak ingin ibunya yang sudah tua kecewa. Jadi pilih bebek yang sehat. Pilih bebek yang lincah. Dan pilih bebek yang berat.

Sesampainya di pasar, ia langsung mencari pedagang bebek. Melihat-lihat dan memilih sepuluh ekor anak bebek terbaik yang menurutnya sudah sesuai dengan permintaan ibunya. Sudah terlihat paling sehat, paling lincah dan paling berat. Untuk memastikannya, maka iapun bertanya kepada pedagang bebek, apakah menurutnya bebek pilihannya itu sudah sesuai dengan kriteria ibunya atau tidak. Pedagang bebek itu meyakinkan I Belog, bahwa ia telah memenuhi semua persyaratan bebek sehat, lincah dan berat yang dinasihatkan ibunya. Maka dengan riang, iapun menuntun dan mengarahkan bebeknya berjalan pulang ke rumahnya.

Sebelum mencapai rumahnya, ada sebuah sungai dangkal yang harus diseberangi oleh I Belog. Ia pun berhenti sejenak di tepi kali dan bermaksud menyeberangkan bebeknya itu satu per satu. Melihat badan air itu, maka bebek bebek itupun merasa sangat kegirangan, lalu beramai-ramai berlarian ke kali dengan riangnya. Kwek kewek kwek..jebuurrrrr! jeburrr! jeburrr!!, Kwek kwek kwek… jebur!!.. ke sepuluh ekor bebek itupun sekarang sudah mengapung dan berenang di air kali itu. Melihat itu I Belog terkejut bukan alang kepalang.Ia teringat kepada nasihat ibunya.

Bebeknya mengapung di air!. Ia berpikir, jika ada sebuah benda yang mengapung di air tentulah benda itu ringan, jika tidak tentu di dalamnya kosong. Waduuuh!. bebek -bebek itu mengapung semuanya. Tentulah bebek itu ringan. Atau kalau tidak tentu di dalamnya kosong.

Page 11: Cerita Rakyat Bali

“Aduuuh, rupanya aku sudah ditipu oleh pedagang bebek itu. Ia bilang bebeknya berat. Kenyataannya bebeknya mengapung. Ternyata aku salah membeli. Bebek kosong rupanya yang kubeli” Gumamnya di dalam hati. I Belog merasa sangat geram pada pedagang bebek itu. Namun ia tak mungkin kembali ke pasar lagi, karena sekarang hari sudah terlalu siang. Tentu pedagang bebek itu sudah pulang. Maka iapun akhirnya pulang juga tanpa membawa bebeknya. Ia ingat perkataan ibunya, bahwa percuma membawa bebek yang ringan. Ia pun berjalan dengan lunglai ke rumahnya.

Sesampai di rumah, ibunya bertanya mengapa ia terlihat sangat lesu dan dimanakah gerangan bebeknya? I Belogpun menceritakan semua kejadian yang ia alami sejak pergi hingga dalam perjalanan pulang di sungai kecil itu. Dan menunjukkan betapa kesalnya ia pada pedagang bebek yang menurutnya telah menipu dirinya itu. Mendengar cerita itu, ibunyapun terkejut dan mengurut dada .Sedih atas kebodohan anaknya. ” Ya ampuuun,Belog! Semua bebek juga akan mengapung jika kamu lepas di sungai. Tapi bukan berarti bahwa mereka ringan.” Kata ibunya.

Mendengar itu I Belog segera berlari kembali ke sungai. Namun bebek-bebeknya sudah tidak kelihatan lagi. Sudah terlalu jauh karena mengikuti arus sungai sejak ditinggalkan oleh I Belog.

*****

Moral ceritanya adalah hendaknya kita jangan memiliki pikiran sempit dan berhenti pada terjemahan harfiahnya saja, namun hendaknya meningkatkan pemahaman kita tehadap intisarinya dengan lebih mendalam, sehingga ketika kita berhadapan dengan situasi yang berbeda, pikiran kita masih tetap jernih dan tdak kebingungan.

Sumber : https://nimadesriandani.wordpress.com/.../i-belog-dan-...

Page 12: Cerita Rakyat Bali

CERITA RAKYAT BALI 

SIAP SELEM (AYAM HITAM )

Ada cerita, seekor ayam betina bernama I Siap Selem. Dia mempunyai anak ayam yang banyak juga, yang masing-masing memiliki nama-nama unik. Salah satunya, I Ulagan yang berarti tanpa bulu. Sebagai seorang induk, I Siap selem ini sangat protektif terhadap anak-anaknya dan juga sangat cerdik. Musuh abadi keluarga ayam kecil dan sejahtera ini adalah seekor luwak bernama Men Kuwuk. 

Suatu hari, keluarga ayam ini berkelana kesana kemari mencari makan sampai sore hari. Tanpa dinyana, mereka tersesat. Tepat saat itu, hujan turun dengan lebat. Rombongan keluarga ayam yang berjumlah tujuh ekor, termasuk I Ulagan, tersesat dalam sebuah hutan. Tentu mereka mencari tempat berteduh dan akhirnya sampai dirumah Men Kuwuk. 

Seperti kita ketahui, luwak dikenal sebagai binatang pemakan ayam. Kedatangan I Siap Selem dan keluarganya, membuat Men Kuwuk girang bukan kepalang. Dalam kepala mereka terbayang hidangan lezat dari daging ayam. Men Kuwuk mempersilakan keluarga ayam untuk menginap di rumahnya saja, karena tampaknya hujan belum reda dalam waktu dekat, sementara hari sudah malam. Naluri I Siap Selem waspada. Ia merasa ada sesuatu pada kebaikan Men Kuwuk. Karena ia tahu sepak terjang Men Kuwuk terhadap kaum ayam.

Kedua belah pihak, baik I Siap Selem dan Men Kuwuk, sama-sama mengatur strategi. Men Kuwuk memikirkan bagaimana caranya menyantap I Siap Selem dan anak-anaknya. Sementara, I Siap Selem memikirkan bagaimana bertahan dan memenangkan pertarungan dengan Men Kuwuk - karena ayam tidak kuat cuaca hujan. 

***

Ketika hujan sudah reda, I Siap Selem segera memerintahkan anak-anaknya untuk kabur dengan cara terbang melewati pagar pembatas rumah Men Kuwuk. Yang kabur terlebih dulu anak ayam pertama, disusul kedua, ketiga dan seterusnya, hingga tersisa I Siap Selem dan I Ulagan. Karena I Ulagan masih kecil dan belum punya sayap kuat untuk terbang melewati pagar, maka I Siap Selem dengan berat hati meninggalkannya dengan pesan.

"I Ulagan, ibu percaya kamu bisa memperdayai Men Kuwuk dan keluarganya. Karena kamu yang paling cerdik disini."

Sebetulnya, I Ulagan enggan ditinggal. Tapi, apa boleh buat, ibunya tentu tidak kuat membawanya. Akhirnya, ia membulatkan hati untuk tetap tinggal di rumah Men Kuwuk yang kelaparan. 

Diam-diam, Men Kuwuk mengamati keluarga I Siap Selem dari jauh. Ia merasa yakin, tidak ada

Page 13: Cerita Rakyat Bali

jalan lain bagi I Siap Selem melarikan diri dari rumahnya. Pagar rumahnya terlalu tinggi untuk dilewati. Sementara itu, I Ulagan tengah menggeser batu-batu berwarna hitam yang berbentuk ayam di dekatnya. Ia sendiri lalu bersembunyi supaya tidak terlihat Men Kuwuk. 

Ketika tengah malam tiba, Men Kuwuk bersiap untuk memangsa I Siap Selem dan anak-anaknya. Dipanggil-panggillah I Siap Selem. Tak ada sahutan. Men Kuwuk yakin, I Siap Selem dan keluarganya sudah tertidur pulas. Lalu, dengan mengendap-endap, ia mendekati tempat I Siap Selem berteduh. Begitu melihat batu-batu berwarna hitam yang berbentuk ayam, secepat kilat, Men Kuwuk menerkam dan menggigitnya. Sontak, gigi Men Kuwuk tanggal semuanya. Karena ia menggigit batu bukannya I Siap Selem. I Ulagan yang melihat Men Kuwuk tanpa gigi itu, tertawa terpingkal-pingkal. Men Kuwuk meringis kesakitan. I Ulagan bernyanyi, Ngik... Ngik... Ngak... Gigi Pungak Ngugut Batu (Ngik Ngik ngak, Giginya nerkam batu).

SUMBER : 365ceritarakyatindonesia.blogspot.com 

CERITA RAKYAT BALI 

Pan Balang Tamak Yang Licik

Hiduplah seorang lelaki di Bali pada zaman dahulu. Pan Balang Tamak namanya. Pan Balang Tamak dikenal selaku orang yang licik dan cerdik. Kecerdikannya kerap digunakannya untuk berbuat licik. Ia juga dikenal selaku sosok pembohong, sombong, pemalas, dan jarang bergaul dengan orang lain. Orang-orang di desanya tidak menyukai Pan Balang Tamak. Sang Kepala Desa di mana Pan Balang Tamak tinggal termasuk orang yang tidak senang dengan Balang Tamak.

Kepala Desa merencanakan cara untuk menghukum Pan Balang Tamak. Setelah dipikirkannya masak-masak, sang Kepala Desa akhirnya menemukan cara. Ia lantas memerintahkan agar segenap warga untuk melaksanakan perburuan bersama. "Siapa yang tidak turut dalam perburuan bersama itu akan dikenakan hukuman berupa denda!" begitu pengumuman sang Kepala Desa.

Kepala Desa memerintahkan segenap warga desa pimpinannya untuk berkumpul dan berangkat setelah ayam jantan berkokok dan mulai turun mencari makan.

Pan Balang Tamak jelas mengetahui adanya pengumuman dari kepala desa itu. Ia juga bisa merasakan adanya niat kepala desa untuk menghukum dan menjatuhkan denda padanya. Ia pun merencanakan siasat licik untuk menghadapinya.

Pada hari yang telah ditentukan, warga desa berdatangan di rumah kepala desa tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Hanya Pan Balang Tamak sendiri yang tidak terlihat di tempat itu. Warga desa yakin, kali ini Pan Balang Tamak tidak akan dapat lagi mengelak dari tuntutan hukuman dan denda yang akan dijatuhkan Kepala Desa.

Page 14: Cerita Rakyat Bali

Pan Balang Tamak akhirnya datang juga ke tempat pertemuan itu meski sangat terlambat dari waktu yang ditentukan. Ia terlihat tenang seraya menuntun seekor anak anjing miliknya ketika datang ke pertemuan warga tersebut. Ia tetap juga terlihat tenang dan tidak sedikit pun memperlihatkan rasa bersalahnya karena datang sangat terlambat dan mendapat ejekan warga desa lainnya.

Ketika perburuan dimulai, Pan Balang Tamak turut pula dalam kegiatan tersebut. Tanpa diketahui warga lainnya, Pan Balang Tamak melemparkan anak anjing miliknya ke semak-semak berduri. Anak anjing itu pun meraung-raung kesakitan karena tubuhnya terkena duri-duri tajam. Orang-orang yang tengah berburu terperanjat dan buru-buru mendatangi Pan Balang Tamak. Mereka mendapati Pan Balang Tamak tengah menimang-nimang anjingnya itu dan membersihkan darah dari tubuh anjingnya.

"Pan Balang Tamak, apa yang terjadi dengan anjingmu itu?" tanya sang Kepala Desa.

"Anjingku ini tadi habis bertarung dengan seekor babi hutan besar." jawab Pan Balang Tamak berbohong. "Ia begitu gigih bertarung hingga sekujur tubuhnya terluka dan mengeluarkan darah."

"Kemana babi hutan itu Iari?" tanya seorang warga.

Pan Balang Tamak menunjuk ke sebuah arah. "Kesana!" jawabnya.

Maka, warga desa pun segera bergerak ke arah yang ditunjukkan Pan Balang Tamak. Sementara Pan Balang Tamak sendiri hanya duduk seraya terus membersihkan darah dari luka di tubuh anjing miliknya. Dengan cara itu maka Pan Balang Tamak tidak harus bersusah-payah mengikuti perburuan. Siasat Iiciknya telah berhasil mengelabui Kepala Desa dan juga warga desa lainnya.

Perburuan pun berakhir ketika waktu senja tiba. Mereka kembali tanpa mendapatkan seekor hewan buruan pun. Sebelum kembali ke rumah masing-masing, Kepala Desa memerintahkan segenap warga desa untuk berkumpul keesokan harinya. Warga desa mengetahui, Kepala Desa akan menghukum Pan Balang Tamak karena berani melanggar perintah Kepala Desa.

Pan Balang Tamak mengetahui jika dirinya akan dijatuhi hukuman Kepala Desa. Namun ia tidak terlihat resah atau takut. Setibanya di rumah, ia malah menyuruh istrinya untuk membuat abug iwel (Sejenis penganan atau kue yang terbuat dari ketan). "Bentuklah abug iwel itu hingga menyerupai tahi anjing."

Istri Pan Balang Tamak keheranan mendengar ucapan suaminya. "Untuk apa abug iwel dibentuk menyerupai tahi anjing, Pan?" tanyanya.

"Sudahlah, jangan banyak tanya." jawab Pan Balang Tamak. "Aku akan mengolok-olok Kepala Desa karena akan menjatuhkan hukuman untukku. Aku akan buktikan, aku lebih cerdik

Page 15: Cerita Rakyat Bali

dibandingkan Kepala Desa."

Meski tidak mengetahui rencana suaminya yang sebenarnya, istri Pan Balang Tamak menuruti perintah suaminya. Ia membuat abug iwel dan membentuknya hingga menyerupai tahi anjing.

Keesokan harinya, Pan Balang Tamak pagi-pagi telah datang di Balai Desa. Secara sembunyi- sembunyi ia meletakkan abug iwel buatan istrinya itu di bawah tiang Balai Desa. Diberinya air di sekitar abug iwel itu hingga kian mengesankan air kencing anjing. Selesai dengan tugas rahasianya itu Pan Balang Tamak lantas kembali ke rumahnya. Ia mandi dan beberapa saat kembali ia berangkat ke Balai Desa untuk bergabung dengan warga desa lainnya.

Setelah semua warga desa berkumpul, Kepala Desa lantas menghadapkan Pan Balang Tamak kepadanya. Katanya, "Engkau harus kami hukum karena telah melanggar perintah Kepala Desa. Hukuman untukmu adalah membayar denda."

Dengan wajah yang menyiratkan kepolosan, Pan Balang Tamak menyahut, "Mengapa aku harus dihukum? Apa kesalahanku? Bukankah aku telah mematuhi perintah Kepala Desa?"

"Patuh pada perintah Kepala Desa bagaimana maksudmu?" kata Kepala Desa dengan wajah yang menyiratkan kemarahan. "Bukankah aku telah umumkan agar segenap warga desa datang dan berkumpul di Balai Desa ketika ayam jago berkokok dan turun untuk mencari makan? Lantas, bagaimana dengan dirimu sendiri?"

Dengan suara lantang Pan Balang Tamak menjelaskan, jika ia tidak mempunyai ayam jago, walau seekor pun. Ayam yang dimilikinya hanyalah ayam betina yang tengah mengerami telur-telurnya. "Tentu saja ayamku tidak berkokok. Sesuai perintah Kepala Desa, aku langsung berangkat ke Balai Desa setelah ayarnku turun untuk menari makan. Bukankah aku telah mematuhi perintah Kepala Desa? Lantas, bagaimana mungkin aku harus dihukum dengan membayar denda?"

Kepala Desa dan segenap warga desa tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menyanggah penjelasan Pan Balang Tamak. Mereka semua mengetahui, Pan Balang Tamak memang hanya mempunyai seekor ayam betina. Jika ia datang ke Balai Desa setelah ayam betinanya turun untuk mencari makan, maka jelas Pan Balang Tamak tidak bisa disalahkan karenanya.

Pan Balang Tamak akhirnya dibebaskan dari hukuman denda. Pan Balang Tamak lantas berlagak. Diperhatikannya keadaan di bawah tiang Balai Desa.

Katanya kemudian dengan wajah bersungut-sungut seraya menunjuk pada abug iwel, "Balai Desa ini tampak kotor. Lihat banyak tahi anjing di dekat tiang ini:'

Kepala Desa dan beberapa warga desa melihat ke arah yang ditunjuk Pan Balang Tamak. Mereka dapat membenarkan ucapan Pan Balang Tamak.

Page 16: Cerita Rakyat Bali

Mendadak Pan Balang Tamak berujar, "Aku menantang siapa pun di antara kalian. Siapa pun yang berani memakan tahi anjing ini, aku akan membayarnya sepuluh ringgit!"

Kepala Desa sangat jengkel mendengar ucapan Pan Balang Tamak. "Bagaimana dengan dirimu sendiri? Jika engkau berani memakan tahi anjing itu, aku akan membayar dua kali lipat dari tawaranmu! Bagaimana? Engkau berani menerima tantanganku?"

Pan Balang Tamak pura-pura berpikir dan menimbang-nimbang. Ia terus berlagak hingga Kepala Desa dan orang-orang kian bersemangat memintanya untuk melakukan tantangan Kepala Desa. Dengan tetap berlagak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Pan Balang Tamak lalu memakan abug iwel yang dibentuk menyerupai tahi anjing itu.

Kepala Desa maupun warga desa yang melihat Pan Balang Tamak memakan 'tahi anjing` menjadi mual perutnya. Mereka menutup mulutnya dan tak sanggup melihat aksi Pan Balang Tamak. Kepala Desa lantas memberikan uang dua puluh ringgit untuk Pan Balang Tamak dan memintanya untuk segera pulang.

Pan Balang Tamak pulang dengan wajah berseri-seri. Kecerdikannya untuk berbuat licik kembali memperdaya Kepala Desa dan juga warga desa tempat tinggalnya.

Karena terlalu banyak hal curang yang sering dilakukan Pan Balang Tamak, kepala desa mengutus seseorang untuk membunuhnya menggunakan racun yang sangat ampuh untuk membunuh Pan Balang Tamak, tetapi karena mendengar hal itu sebelumnya Pan Balang Tamak pernah mengingatkan istrinya ia berkata ” Istriku jika aku mati nanti aku ingin agar jenasahku di dudukan dengan bersila di bale lalu senderkan diriku pada salah satu tiang di bale tersebut, gantungkan rambutku pada bagian atas bale, lalu carikan aku seekor tamulilingan dan letakan di samping jenasah ku selama 1 hari , dan aku ingin harta kita di letakan di bale delod (rumah bagian selatan) berupa peti dan tutup menggunakan kain kasa putih dan jasad di letakan di bale daja ( rumah bagian utara) dan di tutup peti”. Setelah itu beberapa hari kemudian matilah Pan Balang Tamak dan istrinya pun melakukan hal yang di perintahkan suaminya. Karna mendengar hal tersebut utusan kepala desa mengintip ke rumah Pan Balag Tamak, tetapi apa yang ia lihat, ia kira Pan Balang Tamak telah mati, tetapi iya melihatnya duduk bersila di bale sambil menggeraikan rambutnya diselingi dengan membacakan mantra/nanyian agama yang sebenarnya hanyalah jenasah dan tamulilingan yang ada. Karan hal itu utusan kepala desa mengatakan bahwa racun tersebut tidak ampuh. Karena kepala desa tidak percaya iapun menelan racun tersebut dan akhirnya ia mati.

Akhirnya kepala desa yang semula ingin mebunuh Pan Balang Tamak akhirnya mati juga bersama racun miliknya. Setelah beberapa hari jenasah Pan Balang Tamak di pindahkan oleh istrinya ketempat yang di perintahkan dahulu yaitu bale daja (rumah bagian utara) dan hartanya di letakan di bale delod (rumah bagian selatan). Karena berita tentang kematian Pan Balang Tamak sudah tersebar keseluruh desa, ternyata ada orang yang ingin berbuat jahat. Orang tersebut ingin mencuri harta kekayaan Pan Balang Tamak karena Pan Balang Tamak terkenal kaya. Akhirnya orang tersebut mendatangi rumah Pan Balang Tamak dengan sembunyi-

Page 17: Cerita Rakyat Bali

sembunyi dan langsung berjalan ke bale daja (rumah bagian utara) di mana semua orang percaya tempat itu adalah tempat menyimpan kekayaan dan barang berharga, karena tidak mungkin di bale delod (rumah bagian selatan) adalah tempat jenasah Pan Balang Tamak. Akhirnya orang tersebut melihat peti yang dikira harta Pan Balang Tamak dan membawanya pergi. Ketika ingin melihat isinya di pertengahan jalan mereka berhenti, tetapi karena ada bau tak sedap akhinya tidak jadi dan berjalan lagi hingga tiba di pura, yaitu pura Desa, akhirnya mereka membukanya dan ternyata yang mereka bawa dalam peti ternyata isinya adalah jenasah Pan Balang Tamak dan mereka lari ketakukan dan meninggalkan jenasah tersebut di pura desa,

Itulah yang menyebabkan di pura Desa ada Pemujaan/bale yang bernama Pan Balang Tamak yang berarti agar setiap kita memasuki pura Desa maka rasa Tamak kita atau rasa rakus kita akan hilang dan menjadi orang yang lebih baik dan tidak menjadi orang yang rakus dan curang dalam kehidupan ini.

Pesan moral dari cerita rakyat ini adalah : Pan Balang Tamak yang licik adalah kecerdikan sudan seharusnya tidak dilakukan untuk berbuat kelicikan atau memperdaya orang lain. Kecerdikan hendaknya digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan.

Sumber : dongengceritarakyat.com › ... › Cerita Rakyat Nusantara

#CERITARAKYATBALI #CERITAPULAUDEWATA #WIKIPEDIA  # #SATUA BALI # #DONGENG ANAK# TRADISI #SATUARARE #BUDAYABALI #

CERITA RAKYAT BALI 

I KAMBING TEKEN I CICING

(SI KAMBING & SI ANJING)

Tanduk si anjing

Pada zaman dulu konon anjing memiliki tanduk, dan ekornya pendek. Sebaliknya, kambing tidak memiliki tanduk, tetapi ekornya panjang. Mereka berdua bersahabat karib. Kemana pun anjing pergi, kambing ikut serta. Begitu pun sebaliknya. Mereka hidup rukun dan damai.

Namun sebenarnya, diam-diam kambing memiliki perasaan iri kepada anjing. Ia iri akan keindahan tanduk anjing. Sudah lama ia ingin memiliki tanduk seperti itu. Tapi, dia tak tahu bagaimana cara untuk memiliki tanduk itu.

“Ah, kalau saja aku punya tanduk, aku pasti akan menjadi binatang yang gagah,” pikir kambing.

Suatu hari keinginan kambing untuk bisa memiliki tanduk sudah tak tertahan lagi. Hal ini karena ia mendapat undangan untuk menghadiri sebuah pesta. Maka, ia pun merengek pada anjing

Page 18: Cerita Rakyat Bali

untuk meminjamkan tanduk miliknya padanya.

“Anjing sahabatku, aku diundang oleh sebuah pesta yang amat penting. Aku ingin tampak istimewa dalam pesta itu. Aku belum pernah menghadiri pesta seperti ini sebelumnya. Barangkali, hanya sekali ini saja aku menghadiri pesta besar. Tolonglah aku, pinjamkan tandukmu itu padaku. Aku akan menjaganya baik-baik. Jika pesta telah usai, akan ku kembalikan padamu.” kata kambing.

“Kambing sahabatku, akan ku pinjamkan padamu tandukku itu padamu. Tapi, berjanjilah, kembalikan setelah pesta usai,” jawab anjing.

“Tentu saja, anjing. Cepat, lepaskanlah tandukmu itu. Aku sudah tak sabar ingin memakainya di kepalaku,” kata kambing.

“Tenang sahabat. Jika terburu-buru kulit kepalaku bisa sakit.” kata anjing.

Akhirnya, dengan berat hati anjing melepaskan tanduknya. Tanduk itu bertengger indah di kepala kambing. Kambing tampak sangat gembira.

“Lihatlah aku, sahabat. Bagaimana penampilanku sekarang? Nampak gagah bukan?” kata kambing

“Ya, kau tampak gagah,” jawab anjing.

Akhirnya, dengan hati berbunga-bunga, kambing pergi ke pesta dengan tanduk pinjaman. Semua binatang memandang kambing dengan penuh kekaguman. Ia tampak besar kepala.

“Aku harus tetap memiliki tanduk ini!” begitu tekad jahat di hati kambing.

Ketika pesta usai, kambing tak segera datang ke rumah sahabatnya itu. Ia malah berusaha menghindar jika berpapasan di jalan. Suatu kali, kambing bertemu anjing tanpa terduga. Anjing menagih benda miliknya itu.

“Kambing sahabatku, mana tandukku? Kau sudah berjanji padaku akan mengembalikan,” kata anjing.

“Ya. Tapi sebentar lagi ya. Aku pasti akan mengembalikan padamu,” kata kambing.

“Baiklah. Tetapi berjanjilah,” kata anjing masih bersabar.

“Tentu,”

Keesokan harinya anjing datang lagi pada kambing. Kambing mencoba menghindar dengan berbagai cara.

Page 19: Cerita Rakyat Bali

“Anjing, semalam aku sudah mencoba beberapa kali melepasnya. Tapi sulit. Kulit kepalaku sampai sakit. Kalau sudah lepas, akan ku kembalikan padamu,”kata kambing.

Tapi, sudah beberapa hari ini janji kambing tak pernah ditepati. Sang anjing mulai kesal.

Ia datang lagi. Tapi kambing tidak ada di tempat. Ia mencari-cari. Akhirnya, anjing menemukan kambing sedang merumput santai yang tempatnya cukup jauh dari wilayah mereka.

“Kambing, aku datang untuk menagih janjimu!”seru anjing dari kejauhan.

Melihat anjing ingin meminta tanduknya, kambing berlari menjauh. Anjing pun mengejar. Terjadi kejar-mengejar yang cukup seru. Kambing masuk ke dalam semak-semak. Anjing terus mengejar. Sampai akhirnya kaki kambing mulai capek. Namun anjing terus saja berlari. Lalu tahu-tahu anjing sudah ada di belakangnya. Karena geram, si anjing langsung menggigit ekor si kambing dengan seluruh tenaganya.

“Auuukkkhhhh!!!”kambing menjerit kesakitan. Ekornya putus. Karena ketakutan, kambing berlari sekencang-kencangnya. Malah, ia tak dapat dikejar lagi oleh anjing.

Sejak itulah kambing memiliki tanduk. Dan ekornya tak panjang lagi. Begitu pun sebaliknya. Anjing tak memiliki tanduk,akan tetapi ekornya panjang.

Dari cerita inilah di bali terkenal dengan istilah "silih-silih kambing" yang berarti pinjam-pinjam tak di kembalikan.

Pesan moral : hendaklah kita mengembalikan apa yang telah kita pinjam yang bukan milik kita dan selalu tepati janji yang sudah di ucapkan,sebab janji itu adalah hutang.

Sumber : ardi007rizard.blogspot.com/.../cerita-rakyat-dari-bali.h...

ERITA RAKYAT BALI I LUTUNG TEKEN KEKUA(KERA & KURA_KURA)

Dongeng Bali

Pada saat saya kecil kakek sering mendongeng saat menjelang tidur kegiatan ini rutin dilakukan berhubung pada saat itu hiburan hampir tidak ada, listrik juga belum ada sehingga jika malam tiba hanya lampu templek yang menjadi alat penerang dan saat sebelum mengantuk hanya cicak didinding yang berusaha menangkap yamuk jadi tontonan kami di serambi rumah sesekali

Page 20: Cerita Rakyat Bali

bunyi tokek yang kami hitung bersama sama untuk main tebak tebakan, bunyi jangkrik dan kodok di halaman rumah juga jadi musik pedamping perbincangan, ayah ibu kakek nenek bersama kerabat lainnya yang dewasa asik dengan rumpiannya seputar pengalaman perjalanan hari hari yang dilalui, kami anak-anak bermain tepuk tepukan tangan, kadang kalau terang bulan tiba di ikuti dengan petak umpet, jika tidak terang bulan suasana halaman jadi gelap kami hanya bermain di serambi rumah aja, cahaya lampu templek yang membias ke dinding jadi mainan kami selanjutnya dengan memotong daun bunga kamboja menjadi serupa wayang yang kami mainkan dengan melaihat bayangan yang ada di dinding. Begitulah suasana kehidupan waktu itu sehingga dongeng dari kakek sangat berkesan.

Ketika mata sudah mulai lelah mulut sudah mulai menguap tanda tanda kantuk telah datang kakek menyuruh kami masuk dan tidur bersamanya, pada saat itulah kami mengajukan usulan agar kakek bercerita.

“Krek-krek sampat ade kone satue mudah aji keteng maal aji dadue ade madan I lutung jak I kekue” itulah awal dari sebuah pengantar dongeng dari kakek kami merapikan selimut sambil pikiran melayang menghayal menuju kisah cerita.

Kera dan Kura Kura

Seekor kera bernama Lutung dan kura-kura darat bernama Kekua hidup bersahabat di sebuah hutan setiap hari mereka bersama-sama mencari pisang untuk makanan pada suatu hari mereka tiba di sebuah kebun Pan Dangin. Kebun Pan Dangin di penuhi oleh pohon pisang si Lutung bertugas untuk memanjat dan memetik pisang sementara Kekua bertugas untuk mengumpulkan pisang di bawah, hari pertama hingga hari ketiga mereka selalu bernasib mujur tidak diketahui oleh Pan Dangin dan perut mereka berdua saat kembali masuk hutan tempat tingggal selalu dalam kondisi kenyang. Pan Dangin si pemilik kebun yang sehari-hari menggantungkan hidupnya dari hasil kebun dan padi di sawah saat datang kekebun merasa kecewa karna pisang yang siap untuk di panen dan di jual tiba-tiba habis, dan lebih terkejut lagi saat melihat kulit pisang yang berserakan di sekitar kebun tersebut akhirnya Pan Dangin menyimpulkan bahwa ada orang atau binatang yang mencuri pisangnya akhirnya pan dangin memasang perangkap binatang di sekitar kebun pisang.Kekua dan Lutung ternyata cerdik juga melihat perangkap yang dipasang cukup bagus mereka mengurungkan niatnya untuk mengambil pisang, mereka melanjutkan perjalanan menuju kebun sebelah yang ditanami mentimun, terong dan sayuran lainnya, rupanya Pan Dangin sibuk mengintip pencuri pisangnya sementara kebun mentimun dan terongnya ditinggalkan akhirnya nasib mujur kembali berpihak pada si Lutung dan Kekua mereka kembali kerumah mereka di hutan dengan perut kenyang dan penuh perbekalan untuk makanan malam harinya.Pan Dangin jadi semakin marah setelah mentimun dan terong tanamannya di kebun sebelah di curi oleh Lutung dan Kekua akhirnya Pan Dangin mengumpulkan semua petani di desa itu mereka merencanakan untuk menangpak pencuri Pisang, Mentimun dan Terong di kebun Pan Dangin.Dari hasil rapat diputuskan untuk mengintip dari balai gubuk yang dibuat di tengah kebun karna jika menggunakan perangkap sampai saat ini tidak pernah tertangkap.

Page 21: Cerita Rakyat Bali

Hari yang naas bagi Lutung dan Kekua setelah seminggu mereka menghilang tidak berani datang ke kebun Pan Dangin mereka merasa kelaparan karna persediaan makanan di hutan sudah habis musim kering telah mencapai puncak puncaknya kedua sahabat ini Lutung dan Kekua memaksakan diri untuk melawan bahaya dengan memasuki kebun Pan Dangin sementara Pan Dangin dan teman temannya telah bersembunyi di dalam gubuk dengan membawa panah dan parang, keadaan semakin genting Pan Dangin dan teman teman tidak berani untuk berbicara sementara Lutung dan Kekua melihat kondisi sepi langsung bersorak ayo mumpung lagi sepi kita makan dan bawa ke hutan mentimun dan pisang ini.Saat Lutung sedang asik memanjat pisang dan memetiknya tiba tiba anak panah Pan Dangin menancap hampir mengenai si lutung akhirnya lutung lari tunggang langgang sementara Kekua tidak kuat lari dan akhirnya tertangkap. Pan Dangin merasa puas dengan hasil tangkapannya ternyata yang selama ini memakan buah mentimun, terong dan pisangnya adalah seekor kura kura dan monyet, kebetulan yang tertangkap seekor kura kura yang bisa dibuat sate dan lawar.Pan Dangin dan teman teman membawa Kekua pulang dan ditaruh di bawah kurungan ayam yang di timpani pemberat agar Kekua tidak bisa keluar dari kurungan tersebut. Rencana Pan Dangin selanjutnya adalah menyiapkan racikan bumbu untuk membuat sate dan lawar kura kura. Sementara Lutung sedih sendirian di hutan tanpa teman lagi, akhirnya Lutung memutuskan untuk datang ke rumah Pan Dangin malam hari untuk membebaskan Kekua.Ditemukanlah Kekua berada di kurungan ayam di pojok rumah dan Lutung mulai meng olok-olok sahabatnya, “wah kamu bakal segera jadi sate dan lawar” kata Lutung ber bisik bisik, Kekua tidak kalah akal di per olok –olok “aku bukan akan di jadikan sate aku ini diminta untuk memper istri anak Pan Dangin yang cantik itu, tapi aku tak mau makanya aku di kurung aku di minta bersedia menjawab kembali besok pagi dan saat ini mereka lagi berembuk di Sekepat yang ada di tengah pekarangan bersama keluarga untuk merencanakan hari perkawinanku” jawab Kekua dengan wajah yang serius tidak sedikitpun menampakkan wajah bahwa dia sedang mengibuli Lutung. Rupanya lutung tidak mau kalah akal ia mengendap enadap di atas rumah sambil memandangi sekepat tempat pan dangin dan keluarganya meracik bumbu, selintas terlihat anak pandangin yang cantik itu, rambutnya panjang, bibirnya mungil dengan seniuman yang manis membuat lutung jatuh cinta, akhirnya lutung kembali mendekati Kekua, “eh itu kan mereka sedang membuat bumbu untuk membuat kamu jadi sate” kata Lutung , “ salah itu mereka lagi membuat bumbu untuk pesta perkawiananku jika aku menjawab bersedia untuk mengawini putrinya” kata Kekua “Terus bumbu itu “ kata lutung “ya itu akan di pakai membuat sate Babi yang ada di belakang rumah sebelah” kata Kekua, Lutung tak mau kalah dia segera melihat kanbdang Babi sebelah rumah ternyata betul ada dua ekor babi yang siap di potong, tanpa berpikir panjang Lutung memohon agar dia bisa menggantikan Kekua menjadi pengantin, akhirnya kekua menyetujui Lutung masuk ke kurungan dan Kekua keluar berjalan menuju hutan, kesesokan harinya Pan Dangin sudah siap dengan Golok di tangannya mendekati kurungan itu betapa kagetnya ketika Kekua berubah enjadi Lutung akhirnya seisi pekarangan pandangin menjadi heboh dikiranya Lutung ini adalah seekor Kera jadi jadian atau siluman Leak, akhirnya kesepakatan kera yang ada di kurungan akan di bakar, di kumpulkanlah daun kelapa kering dan di jadikan obor lalu di dekatkan ke kurungan tersebut betapa terkejutnya Lutung melihat kondisi ini maka dengan segala kekuatan diterjangnya kurungan ayam itu hingga Lutung terbebas dan lari menuju hutan.Setelah berlari cukup jauh dari gubuk Pan Dangin akhirnya Lutung duduk di atas pohon untuk

Page 22: Cerita Rakyat Bali

beristirahat saat itulah dilihat Kekua jalan di bawah sana sambil bernyanyi nyanyi, si Lutung turun dari pohon dan mendekati Kekua sambil tertawa-tawa mengingat kisah mereka berdua.Hari Hari berlalu persahabatan Lutung dan Kekua semakin intim mereka berdua kesana kemari mencari makan bersama pada suatu hari datanglah hujan yang cukup lebat air kali menjadi keruh dan berlumpur, Kekua dan Lutung berteduh di bawah pohon beringin yang cukup besar mereka berencana menanam pisang untuk kebutuhan sehari hari “Dimana kita mencari pohon pisang “ kata Lutung “ Nanti selesai Hujan pasti ada beberapa pohon pisang yang hanyut di kali kita bawa ke hutan lalu kita tanam “ kata Kekua , akhirnya selesai hujan mereka berdua bersama-sama mendekati kali ternyata benar ada pohon pisang yang sudah cukup besar hanyut di bawa banjir, pohon pisang itu mereka angkat berdua menuju hutan tempat mereka tinggal Lutung merasa tidak puas dengan ide Kekua itu lutung memilih mengambil daun pisang tersebut untuk di makan sementara Kekua memilih menanam batang pisang tersebut dan beberapa bulan kemudian pisang Kekua sudah berbuah dan Lutung mulai tertarik ber hubung kekua tidak bisa memanjat maka lutung di perbolehkan untuk memetik pisang Kekua, Lutung mulai bermain curang dia memakan pisang di atas pohon dan kulitnya di lempari Kekua, akhirnya kekua mengalah dan makan kulit pisang tersebut, suatu ketika pisang lainnya mulai menguning Lutung bermaksud untuk memetik pisang menggunakan karung dan akan memakannya bersama-sama di bawah namun Kekua sudah paham akan akal-akalan Lutung yang nantinya pasti akan di makan sendiri di bawa ke atas pohon, akhirnya kekua mempersiapkan karung yang sudah di lubangi bawahnya sehingga setiap Lutung memetik pisang dan memasukkan ke karung pisang akan jatuh, ternya ta strategi Kekua manjur juga sehingga kekua berhasil memakan buah pisang dan Lutung disisakan Kulit kulitnya.Seiring dengan gelapnya malam Kakek telah mengantuk dan kami sudah tertidur pulas tanpa tahu batas akhir dari Dongeng sang Kakek mungkin pikiran ku telah melayang menyatu antara mimpi dengan dongeng hingga tak terasa hari sudah pagi.

Demikianlah kisah Lutung dan KekuaDari

I Wayan SwastikaJL Miru 14 Karang Jangu Cakranegara Mataram [email protected]

Sumber : https://iwayanswastika.wordpress.com/.../dongeng-bali...

BUKIT CATUDESA CANDIKUNINGKec : BATURITITABANAN,BALIINDONESIA.

Alkisah di pedalaman Pulau Bali, terdapat sebuahdesa yang subur dan makmur. Sawah danladangnya selalu memberikan panen yang

Page 23: Cerita Rakyat Bali

berlimpah. Di desa tersebut tinggal seorangpetani bernama Pak Jurna dan istrinya. Merekamenginginkan hasil panen padinya lebih banyakdari pada hasil panen sebelumnya. "Hem,sebaiknya pada musim tanam padi sekarang inikita berkaul," usul Pak Jurna pada istrinya."Berkaul apa, pak?" sahut Bu Jurna. "Begini, jikahasil panen padi nanti meningkat kita buatsebuah tumpeng nasi besar, ujar Pak Jurnapenuh harap. Ibu Jurna setuju.Ternyata hasil panen padi Pak Jurna meningkat.Sesuai dengan kaul yang telah diucapkan, lantasPak Jurna dan istrinya membuat sebuah tumpengnasi besar. Selain itu diadakan pesta makan danminum. Namun Pak Jurna dan istrinya belumpuas dengan hasil panen yang mereka peroleh.Mereka ingin berkaul lagi dimusim padiberikutnya. "Sekarang kita berkaul lagi. Jika hasilpanen padi nanti lebih meningkat, kita akanmembuat tiga tumpeng nasi besar-besar," ujarPak Jurna yang didukung istrinya. Mereka puningin mengadakan pesta yang lebih meriahdaripada pesta sebelumnya.Ternyata benar-benar terjadi. Hasil panen padilebih meningkat lagi. Pak Jurna dan istrinyasegera melaksanakan kaulnya. Sebagian sisapanen dibelikan hewan ternak oleh Pak Jurna.Tapi mereka masih belum puas. Pak Jurna danistrinya berkaul lagi akan membuat lima tumpengbesar jika hasil panen dan ternaknya menjadilebih banyak. Panen berikutnya melimpah ruahdan ternaknya semakin banyak. "Suatu anugerahdari Sang Dewata, apa yang kita mohonberhasil," ucap Pak Jurna datar.Di suatu pagi yang cerah, Pak Juran pergi kesawah. Sewaktu tiba di pinggir lahan persawahan,ia melihat sesuatu yang aneh. "Onggokan tanahsebesar catu?" tanyanya dalam hati. "Perasaankuonggokan tanah ini kemarin belum ada," gumampak Juran sambil mengingat-ingat. Catu adalahalat penakar beras dari tempurung kelapa.Setelah mengamati onggokan tanah itu, pakJurna segera melanjutkan perjalanan mengelilingisawahnya. Setelah itu, ia pulang ke rumah.

Page 24: Cerita Rakyat Bali

Setibanya di rumah, pak Jurna bercerita padaistrinya tentang apa yang dilihatnya tadi. Iasegera mengusulkan agar membuat catu nasiseperti yang dilihat di sawah. Ibu Jurnamendukung rencana suaminya."Begini, pak. Kita buat beberapa catu nasi.Dengan begitu, panenan kita akan berlimpahruah, sehingga dapat melebihi panenan oranglain," usul Bu Jurna.Hasil panen berlimpah ruah. Lumbung padi penuh.Para tetangga Pak Jurna takjub melihat hasilpanen yang tiada bandingnya itu. "Pak Jurna itupetani ulung," kata seorang lelaki setengah bayakepada teman-temannya. "Bukan petani ulungtetapi petani beruntung," timpal salah satutemannya sambil tersenyum. Pak Jurna danistrinya membuat beberapa catu nasi. Pesta porasegera dilaksanakan sangat meriah. Beberapacatu nasi segera dibawa ke tempat sebuah catuyang berupa onggokan tanah berada. Namun, PakJurna sangat terkejut melihat catu tersebutbertambah besar."Baik, aku akan membuat catu nasi seperti catutanah yang semakin besar ini," tekad Pak Jurnabernada sombong. Pak Jurna segera pulang kerumah dan memerintahkan istrinya agar membuatsebuah catu nasi yang lebih besar.Sebuah catu nasi yang dimaksud telah siapdibawa ke sawah. Sambil bersenandung dandiiringi gemerciknya air sawah, Pak Jurnamembawa catu nasi besar. Namun setelah tibaditempat, Pak Jurna terperanjat."Astaga! Catu semakin besar dan tinggi!"pekiknya. "Tak apalah. Aku masih mempunyaisimpanan beras yang dapat dibuat sebesar catuini," ujar Pak Jurna tinggi hati. Begitulah yangterjadi. Setiap Pak Jurna membuat catu nasi lebihbesar, onggokan tanah yang berupa catubertambah besar dan semakin tinggi. Lamakelamaan catu tanah tersebut menjadi sebuahbukit.Pak Jurna dan istrinya pasrah. Mereka sudahtidak sanggup lagi membuat catu nasi. Lantasapa yang terjadi? Pak Jurna jatuh miskin karena

Page 25: Cerita Rakyat Bali

ulah dan kesombongannya sendiri. Akhirnya,onggokan tanah yang telah berubah menjadibukit itu dinamai Bukit Catu.Moral : Bersyukurlah atas segala sesuatu yangtelah diberikan Yang Maha Kuasa. Jangan terlalurakus dan sombong.