17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sediaan Topikal Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian luar kulit. Pada umumnya pembawa dari lotio adalah air. lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat setiap akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali. (Ansel, 1989) Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif tinggi. (Anief, 1999) Universitas Sumatera Utara

Chapter II-1.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Chapter II-1.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Topikal

Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan

untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim.

Lotio merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian

luar kulit. Pada umumnya pembawa dari lotio adalah air. lotio dimaksudkan untuk

digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya.

Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit.

Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan lapisan tipis dari

komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk

memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat

setiap akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali.

(Ansel, 1989)

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang

cocok. Salep tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan

semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu

salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang

mengandung air dalam proporsi relatif tinggi. (Anief, 1999)

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II-1.pdf

2.2. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih

bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim

mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau

minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri

dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol

berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air.

Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari

suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu

temperatur 700- 800C. (Dirjen POM,1995).

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian

kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut,

kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat luar

adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir dan

sebagainya. ( Anief, 1999 ).

Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (A/M) dan

emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A). sebagai pengemulsi dapat digunakan

surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe A/M digunakan : sabun

monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain-lain. Krim tipe M/A mudah

dicuci. (Anief,1994).

Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang

digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang diharapkan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II-1.pdf

adalah sebagai berikut :

a. Stabil

b. Lunak

c. Mudah dipakai

d. Dasar krim yang cocok

e. Terdistribusi merata

Fungsi krim adalah:

a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit

b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit

c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat

berbahaya. (anief,1999)

2.3 Obat Kulit

Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan antibiotika,

kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat topikal kulit dapat berupa

salep, krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk obat kulit topikal dipengaruhi jenis

kerusakan kulit, daya kerja yng dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang

diobati. Obat kulit topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada

beberapa keadaan, dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada

pengobatan penyakit kulit kronik dengan obat kulit topikal yang mengandung

kortikosteroid.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II-1.pdf

Kortikosteroid mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat

pembelahan sel epidermis. Kortikosteriod secara topikal dapat mengganggu pertahanan

kulit alami terhadap infeksi sehingga dikombinasikan dengan obat antibiotika.

Obat kulit digunakan untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit.

Gangguan fungsi struktur kulit dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu :

1. Kerusakan Kulit Akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah,

melepuh, dan gatal.

2. Kerusakan Kulit Sub Akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi

antara 7-30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang makin parah dan sudah

mempengaruhi daerah sekelilingnya.

3. Kerusakan Kulit Kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta timbul

kembali, dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal,

keras dan retak-retak. (Sartono, 1996).

Salah satu obat produksi dari PT. Kimia Farma (Persero)Tbk Plant Medan yang

digunakan melalui kulit adalah krim hidrokortison. Hidrokortison merupakan suatu

senyawa turunan dari kortikosteroid. Hidrokortison dalam bentuk krim biasanya

dikombinasikan dengan suatu asam, misalnya bila dikombinasikan dengan suatu asam

asetat maka nama dari sediaan tersebut adalah hidrokortison asetat.

Hidrokortison asetat (C23H32O6

Untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit, digunakan obat topikal yang

mengandung obat-obat seperti golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal,

) digolongkan ke dalam obat antiinflamantori

analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan adanya rasa nyeri, bengkak,

kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak. (Anief,1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II-1.pdf

antifungi, dan lain-lain. Bentuk obat topikal dapat berupa salep, krim, lotio, dan pasta.

Pemilihan bentuk obat topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, parahnya

kerusakan kulit, daya kerja obat yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit

yang diobati. Biasanya obat topikal mengandung obat yang dimaksudkan untuk bekerja

pada lapisan kulit yang lebih dalam dari permukaan kulit, misalnya pada opengobatan

penyakit kulit kronik dengan obat topikal yang mengandung kortikosteroid.( Sartono,

1996)

2.4 Hidrokortison

Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai daya kerja

antialergi dan antiradang. Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi,

mengurangi peradangan, dan menghambat sel epidermis.

Krim Hidrokortison dapat mengurangi radang, rasa gatal, dan rasa sakit pada

kulit.indikasi krim ini ,menekan reaksi radang pada kulit yang bukan diseba kulit 2-3 kali

sehari. ( Anief, 1996 )

2.4.1 Sifat Fisika Kimia

Rumus molekul : C21H30O

O

OHCH2

H

CH3

H

CO CH2OH

OH

5

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II-1.pdf

Berat molekul : 362,47

Nama kimia : 11β, 17α, 21 – trihydroxypregn – 4 - ena – 3,20 – dion

Nama lain : Cortisol

Pemerian : Serbuk hablur/kristalin,Putih, Tidak berbau dan rasa pahit

Kelarutan : Sangat Sukar larut dalam air, dalam eter, agak sukar larut dalam aseton

dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform. (Dirjen POM,1995)

2.4.2. Pengujian Hidrokortison

2.4.2.1. Uji Kualitatif

Cara-cara pemeriksaan hidrokortison dapat dilakukan dengan metoda

spektrofotometri dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

a. Menggunakan metoda spektrofotometri

Hidrokortison dapat diidentifikasi dengan mengukur serapannya pada panjang

gelombang tertentu dengan alat spektrofotometri. Dalam pelarut metanol hidrokortison

akan memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum ± 242 nm.

b. Menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi merupakan teknik pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna.

Cara ini pertama sekali dipaparkan pada tahun 1903 oleh Michael Tswett. Dalam

kromatografi, menggunakan dua fase yaitu fase tetap (fase diam atau stationary phase)

dan fase gerak (mobile phase), pemisahan senyawa tergantung daripada gerakan dari dua

fase ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II-1.pdf

Menurut farmakope Indonesia Ed. IV, lempeng yang dilapisi dapat dianggap

sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada

adsorbsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya, tergantung dari jenis zat penyangga, cara

pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan.

Campuran yang akan di kromatografi harus dilarutkan dalam pelarut yang agak

nonpolar untuk ditotolkan pada lapisan. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tapi

yang terbaik yang bertitik didih 50-1000C. pelarut yang demikian mudah ditangani dan

mudah menguap dari lapisan. Larutan uji ditotolkan pada plat KLT diikuti dengan

penotolan larutan baku. Setelah dilakukan pengelusian, lapisan tersebut kemudian

disemprot dengan suatu pereaksi, yang akan menimbulkan bercak warna setelah bereaksi

dengan cuplikan. Maka noda larutan uji akan menunjukkan warna dan harga Rf yang

sama dengan noda larutan baku. (Gritter, 1991)

2.4.2.2 Uji kuantitatif

Pengujian hidrokortison dapat dilakukan dengan secara Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High

Perpormance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan suatu tekhnis analisis obat

yang paling cepat berkembang. Cara ini ideal untuk analisis beragam obat dalam sediaan

dan cairan biologi karena sederhana dan kepekaannya tinggi. KCKT biasanya dilakukan

pada suhu kamar, jadi senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah.

Peralatan KCKT memiliki kepekaan yang sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang

lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak lama.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II-1.pdf

Kemajuan dalam tekhnologi kolom , sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor

yang sensitif telah menyebabkan perubahan pada KCKT menjadi suatu sistem pemisahan

dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi.

KCKT digunakan untuk senyawa-senyawa tidak atsiri, berbobot molekul tinggi,

anorganik, tidak tahan panas dan lain sebagainya. Kepekaan dari peralatan KCKT sangat

tinggi sehingga menghasilkan data yang lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak

lama. Cepatnya perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang

handal dan kolom yang efisien. (Munson, 1991)

KCKT pada saat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir. Dalam

beberapa tahun terakhir ini tekhnologi KCKT dan pemakaiannya sangat berkembang,

walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini merupakan suatu

tekhnik yang banyak digunakan pada perusahaan obat. Diantaranya adalah PT. Kimia

Farma (persero) Tbk. Plant Medan.

KCKT merupakan salah satu metode yang mempunyai banyak keuntungan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Cepat ; untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5

menit.

2. Daya pisahnya baik ; kemampuan pelarut berinteraksi dengan fase diam dan fase

gerak memberikan parameter pencapaian pemisahan yang dikehendaki.

3. Peka / detector unik ; detector yang dipakai adalah uv 254 nm yang dapat

mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II-1.pdf

4. Kolom dapat dipakai kembali tetapi mutunya turun. Laju penurunan mutunya

bergantung pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut,dan jenis

pelarut yang dipakai.

5. Ideal untuk molekul besar dan ion. Mudah memperoleh kembali cuplikan ; karena

detector tidak merusak cuplikan. Pelarut dapat dihilangkan dengan penguapan .

(Johnson, 1991)

Pada dasarnya alat KCKT terdiri dari :

1. Sistem Pompa

Pompa harus tahan terhadap semua jenis pelarut, dapat mencapai tekanan sampai

6000 psi , harus bebas denyut, dan dapat menghantarkan aliran terukur 0,01 – 1,0 atau 0,1

- 20 ml/ menit. Selain itu, pompa harus mempunyai batas volume minimum sehingga

memungkinkan pergantian pelarut dengan cepat dan elusi landaian secara efisien. Laju

aliran biasanya dikendalikan dengan tombol pada pompa normal atau dengan

mikroprosesor pada pompa niaga yang lebih canggih. (Gritter,1991)

2. Tandon pelarut

Bahan tandon harus lembab terhadap fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga

baja anti karat dan gelas menjadi pilihan. Baja anti karat jangan dipakai pada pelarut yang

mengandung ion halida dan jika tandon harus bertekanan, hindari penggunaan gelas.

Daya tampung tandon harus lebih dari 500 ml digunakan selama 4 jam untuk kecepatan

alir 1 – 2 ml / menit. ( Munson, 1991)

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II-1.pdf

3. Pipa

Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa

sebelum penyuntik tidak berpengaruh, hanya saja harus lembab, tahan tekanan dan

mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai. ( Munson, 1991 )

4. Penyuntik / Sistem penyuntik Cuplikan

Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian

maksimum pada analisis kuantitatif, yang terpenting adalah sistem harus dapat mengatasi

tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan terokan ( fase gerak ). Pada saat pengisian

terokan, terokan dialirkan melewati keluk dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang.

Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk

kolom. ( Munson, 1991 )

5. Kolom

Kolom merupakan jantung kromatograf, kebersihan atau kegagalan analisis

tergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk mamasang

penyaring 2 μm dijalur antar penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa

fase gerak atau terokan, hal ini dapat memperpanjang umur kolom. ( Munson, 1991 )

Kolom dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Kolom analitik :

garis tengah dalam 2-6mm. untuk kemasan makropartikel panjang kolom 50 -

100 cm, untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolomnya 10-30 cm.

b. Kolom preparatif :

garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm. (Johnson,1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II-1.pdf

Pemilihan kolom yang dipakai untuk cuplikan yang sifatnya tidak dikenal

berdasarkan pada sifat kimia umum linarut, sifat kelarutan dan ukurannya. Kolom dapat

dikemas sendiri atau membeli kolom yang sudah dikemas. KCKT biasanya adalah UV

254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita

yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel,

fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai. ( Gritter, 1991 )

6. Detektor

Detektor harus memberikan cuplikan , tanggapan yang dapat diramalkan ,

peka, hasil yang efisien dan tidak terpengarung oleh perubahan suhu atau komposisi fase

gerak. Detektor yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan

detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk

pemisahan. pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan

kepekaan yang tinggi dicapai. ( Mu

6. Penguat Sinyal

nson, 1991 )

Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu

sebelum disampaikan pada alat perekam otomatik yang sesuai, biasanya berupa suatu

perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital

elektronik untuk mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik. ( Munson, 1991 )

7. Perekam

Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi merekam

atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak (puncak).Dari daftar

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II-1.pdf

tersebut, secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa

(Munson,1991).

Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan suatu

pelarut landaian yaitu pelarut yang dapat diubah-ubah kepolarannya sesuai dengan

kebutuhan.

Ada beberapa keuntungan jika digunakan pelarut landaian, diantaranya :

a. Waktu analisis keseluruhan dapat berkurang

b. Daya pisah keseluruhan persatuan waktu campuran ditingkatkan

c. Bentuk puncak diperbaiki (pembentukan ekor lebih kecil)

d. Kepekaan efek ditingkatkan karena bentuk puncak kurang beragam.

Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu

perubahan yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dapat digunakan

dalam metode KCKT tetapi harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini :

1. Murni tanpa cemaran

2. Tidak bereaksi dengan kemasan

3. Sesuai dengan detektor

4. Dapat melarutkan cuplikan

5. Mempunyai viskositas rendah

6. Mudah memperoleh kembali cuplikan

7. Harganya wajar. (johnson,1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II-1.pdf

Prinsip dari metode KCKT adalah :

Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik KCKT, maka akan dibawa melalui

kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya tekanan dari pompa. Data yang dihasilkan

ditunjukkan berupa puncak oleh suatu perekam.

2.4.3 Pembuatan Krim Hidrokortison

2.4.3.1 Proses pembuatan krim dalam industri

Pencampuran dan pengadukan merupakan hal yang kritik dalam pembuatan

emulsi. pengadukan dengan kecepatan yang tinggi dapat memasukkan udara ke dalam

hasil, dan pengadukan yang lambat tidak membuat emulsi yang baik. Masalah itu terjadi

pada pembuatan dalam skala besar. pemasukan udara dapat terjadi pada waktu

pencampuran, homogenisasi atau penggilingan.

Pemasukan udara dapat dicegah tahap pertama mengemulsi bila fase satu

dimasukkan ke dalam fase lain dengan mencegah terjadinya penceburan dan pengaliran.

Sistem tertutup mencegah pemasukan udara pada waktu homogenisasi atau penggilingan,

dan bila krim dipindahkan ke tangki penyimpanan, bejana atau hopper dari mesin pengisi.

Proses yang dapat dilakukan antara lain :

a. Metode peleburan

Krim dibuat secara peleburan, obat dilarutkan dalam lemak atau malam yang

sedang melebur, atau dalam suatu komponen bahan pembawa, lalu dicampur dengan

basis. Masa yang meleleh dicampur sambil didinginkan sebab alkohol lemak, asam lemak

dan malam tidak membentuk larutan benar dengan vaselin dan minyak mineral, tetapi

mengkristal habis pelelehan bila temperatur turun.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II-1.pdf

b Pembuatan emulsi

Waktu, temperatur dan kerja mekanik merupakan tiga variabel dalam

pembuatan emulsi dalam sediaan setengah padat ketiga faktor tersebut saling

berhubungan dan perlu dikontrol sungguh – sungguh bila batch dalam jumlah besar dan

kualitas yang tinggi dan akan dibuat ulangan.

Ketel tempat pembuatan harus bersih, sebab sisa batch sebelumnya dan

kontaminan asing dapat memberi efek yang berlawanan mengenai stabilitas dan kualitas

emulsi.

Pembuatan fase air dan minyak, Komponen minyak atau campuran lemak

dimasukkan ke dalam ketel terbungkus uap dan terbuat dari baja tak berkarat. Asam

stearat, setil alkohol dipilih yang terbentuk ‘ flake ‘ karena mudah dikerjakan. Vaselin

dituangkan dengan cara dilebur dulu, dituang dari drum tempatnya atau dipompa.

Memindahkan sejumlah besar vaselin dilakukan dengan pemanasan dalam drum baja atau

masukkan drum yang berisi vaselin dalam kamar panas ( 600 – 620 C). Vaselin yang cair

disaring dengan kain saringan untuk menghilangkan kotoran atau zat asing.

c Homogenisasi

Alat yang digunakan ialah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup.

Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran

agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur ( 300 –

400 ). krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul terhadap produk, maupun akibat

aksi mekanis dari alat pengisi. ( Anief, 1997 )

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II-1.pdf

2.5 Evaluasi Mutu

2.5.1 Pemerian

Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, warna, bau, dan suhu lebur. Menurut

Farmakope Indonesia Edisi IV pemerian untuk hidrokortison, yaitu serbuk hablur putih

sampai praktis putih, tidak berbau, dan melebur pada suhu ± 213oC disertai peruraian.

2.5.2 Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses

pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang

diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen sehingga krim

yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit.

Alat yang digunakan untuk pengujian homogenitas ialah roller mill, colloid mill.

Homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tidak larut dalam basis

maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau

mill pada temperatur 30-40oC. Krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul akibat

pemindahan produk, maupun akibat aksi mekanis dari alat pengisi. (Anief, 1995).

2.5.3 Stabilitas

Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap

batch obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun

sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar

penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label.

(Lachman, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II-1.pdf

Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dengan pengamatan pada perubahan

penampilan fisik, warna, bau, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan

perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia.

(Ansel,1989).

2.5.4 pH

Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pH meter yang telah dibakukan

dan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator

yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding

yang sesuai seperti elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida. Pengukuran

dilakukan pada suhu ±250C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.

( Dirjen POM, 1995 )

2.5.5 Penetapan Kadar Zat Aktif

Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT). Krim hidrokortison mengandung hidrokortison Asetat tidak kurang dari

90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. ( Dirjen, POM,

1995 )

2.5.6 Keseragaman Sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu keragaman

bobot atau keragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang

mengandung satu zat aktif dan sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II-1.pdf

Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat

aktif 50mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot satuan sediaan.

Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan

keseragaman kandungan.

Krim hidrokortison mengandung 2,5% zat aktif. Karena zat aktifnya kurang

dari 50% maka keseragaman sediaan ditentukan dengan keseragaman kandungan. (Dirjen

POM,1995).

Universitas Sumatera Utara