Upload
rizaru-rinarude
View
248
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III METODE PENELITIAN
3.3 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross
sectional (sekat silang) untuk menggambarkan perilaku ibu tentang makanan jajanan
mengandung bahan pemanis buatan (sintetik) di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak
Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Al-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah
Jambo Kabupaten Aceh Utara. Pemilihan lokasi ini dipilih dengan alasan :
1. Memiliki jumlah penjual makanan jajanan terbanyak dibanding di tempat TK lain
yang masih dalam satu desa, sehingga di lingkungan TK tesebut banyak di jumpai
jenis makanan jajanan yang dijual seperti kue-kue basah, minuman jeli, gulali dan
jajanan yang sangat digemari oleh anak-anak, dimana makanan yang dijual
memiliki warna yang mencolok, terang dan rasanya manis.
2. Pada umumnya ibu masih menuruti kemauan anak dalam memilih makanan
jajanan yang diduga mengandung pemanis buatan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Juni 2010
Universitas Sumatera Utara
3.5. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu anak yang berjumlah 40 orang
di TK Al-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh
Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
3.6. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu anak yang terdiri dari
umur, pekerjaan dan pendidikan. Sumber informasi mengenai makanan jajanan yang
berpemanis buatan diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Pengetahuan, sikap dan
tindakan juga diperoleh melalui kuesioner, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
yang telah disusun kepada responden
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran demografi dan letak geografis yang
diperoleh dari Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh
Utara. Gambaran umum dan letak geografis TK Al-UMMI diperoleh dari catatan atau
dokumen TK Al-UMMI.
3.5. Defenisi operasional
1. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan
sampai ulang tahun terakhir.
2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan
atau ditamatkan oleh responden dan mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar
(STTB).
Universitas Sumatera Utara
3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan
uang.
4. Penghasilan keluarga perbulan adalah jumlah seluruh pengasilan (suami, istri
dan anggota keluarga lainnya) yang meliputi penghasilan pokok dan
penghasilan tambahan selama satu bulan dalam satuan rupiah.
5. Sumber informasi adalah segala petunjuk yang diperoleh responden untuk
mengetahui informasi tentang bahaya penggunaan bahan pemanis buatan
(sintetis) pada makanan jajanan anak antara lain media cetak, media elektronik,
petugas kesehatan dan keluarga/kerabat.
a) Media cetak adalah sumber informasi mengenai dampak bahaya dari
mengkonsumsi makanan jajanan anak yang mengandung makanan jajanan
anak yang diperoleh dari surat kabar seperti koran, majalah dan buku-buku
kesehatan.
b) Media elektronik adalah sumber informasi mengenai dampak bahaya dari
mengkonsumsi makanan jajanan anak yang mengandung pemanis buatan
yang diperoleh dari televisi, radio, dan internet.
c) Petugas kesehatan adalah seseorang yang bekerja di bidang kesehatan,
puskesmas, dll.
d) Keluarga/kerabat adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan
responden
6. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang ibu tahu tentang makanan jajanan
yang mengandung pemanis buatan.
Universitas Sumatera Utara
7. Sikap ibu adalah tanggapan ibu terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang
makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.
8. Tindakan adalah segala perbuatan yang telah dilakukan ibu tentang makanan
jajanan yang mengandung pemanis sistetis.
3.6 Aspek Pengukuran
1. Karakteristik Ibu
a. Umur
Umur dapat dikategorikan sebagai berikut:
− 26-28 tahun
− 29-31 tahun
− 32-34 tahun
− 35-37 tahun
− ≥38 tahun
Skala : Rasio
b. Pendidikan
Untuk pendidikan responden yaitu:
- Tidak sekolah
- SD
- SMP
- SMA
- Perguruan Tinggi
Skala : Nominal
Universitas Sumatera Utara
c. Pekerjaan
Untuk pekerjaan responden dibagi atas:
- Ibu rumah tangga
- PNS
- Wiraswasta
- Petani
Skala : Nominal
d. Penghasilan Keluarga
Penghasilan Keluarga perbulan responden diperkirakan yaitu berdasarkan
UMP (Upah Minimum Propinsi) 1.300.000 untuk Propinsi Nangroe Aceh
Darussalam Yaitu :
- Tinggi : ≥ Rp. 1.300.000,- di bawah UMP
- Rendah : < Rp. 1.300.000,- di atas UMP
Skala : Nominal
2. Sumber Informasi Mengenai Makanan Jajanan Yang Berpemanis Buatan
Sumber informasi mengenai makanan jajanan yang berpemanis buatan dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti :
− Media Elektronik (TV, Radio, Internet)
− Media Massa (Surat kabar, majalah, buku-buku)
− Petugas kesehatan
− Tetangga
− Kerabat
Skala : Nominal
Universitas Sumatera Utara
Sementara frekuensi mendapatkan informasi tentang makanan jajanan yang
mengandung pemanis buatan (sintetik) dikategorikan menjadi :
− 1x s/d 3x per bulan
− 4x s/d 3 x per bulan
Skala : Nominal
3. Pengukuran Pengetahuan
Dalam mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang makanan jajanan yang
mengandung pemanis buatan dibuat dalam aspek pengukuran. Aspek pengukuran
dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dari
kuesioner yang sesuai dengan skor yang telah di tetapkapkan. Nilai yang dijumlahkan
dikategorikan menjadi tiga (3) tingkatan yaitu baik, sedang dan kurang (Arikunto,
2002).
Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar
diberi nilai 3, jawaban yang hampir benar diberi nilai 2 dan jawaban yang salah diberi
nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 30.
Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu >22.
2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total niali 30 yaitu 13-22.
3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu <13.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengukuran Sikap
Sikap diukur melalui 12 pertanyaan dengan menggunakan skala likert
(Riduan, 2008). Pengukuran sikap dibagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Pertanyaan yang positif pada no (3, 5, 7, 8, 10, 11) diberi nilai 5 untuk
jawaban sangat setuju sampai dengan jawaban sangat tidak setuju yang diberi
nilai 1.
2. Pertanyaan negatif (1, 2, 4, 6, 9, 12) di beri nilai 1 untuk jawaban sangat
setuju sampai dengan jawaban sangat tidak setuju yang diberi nilai 5.
Dari kedua bentuk pengukuran sikap diatas maka total skor yang diperoleh
adalah 60, berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori
yaitu :
1. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh
pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu > 45.
2. Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh
pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu 27-45
3. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh
pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu < 27.
5. Pengukuran Tindakan
Aspek pengukuran tindakan dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban
responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yang telah di
tetapkan. Bila respoden melakukan tindakan yang beresiko rendah diberi nilai 3,
untuk tindakan yang mempunyai resiko sedang/ resiko yang dapat ditolerir diberi
nilai 2, tindakan yang beresiko diberi nilai 1, jumlah nilai tertinggi yang diperoleh
adalah 30.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori
yaitu :
1. Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh
pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu > 25
2. Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu 15-25.
3. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu <15.
3.7. Uji Validitasi dan Reliabillitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Dalam penelitian ini yang akan diukur validitasnya
adalah 15 item tentang pengetahuan, 16 item tentang sikap dan 15 item tentang
tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Validitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment. Suatu butir
pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, r tabel = 0,482
Metode untuk melakukan uji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode
Alpha-Cronbach. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Alpha-Cronbach > 0,70. Hasil uji validitasi dan reliabillitas menunjukkan bahwa
10 item tentang pengetahuan valid dan reliabel, 12 item tetang sikap dan 11 item
tentang tindakan. Untuk hasil uji validitasi dan reliabillitas masing-masing soal dapat
dilihat pada lampiran 2.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Pengolahan dan Analisa Data
3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan
lengkap jelas jawaban dari responden, relevan dengan pertanyaan dan konsisten.
b. Coding
Merupakan kegiatann merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk huruf
menjadi data atau bilangan. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisi data
dan juga entri data.
c. Processing
Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner
kedalam program computer.
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak.
e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan,
disusun, ditata dan dianalisis.
3.8.2 Analisa Data
Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan
kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.1. Geografi dan Demografi Desa Ceumpedak
Desa Ceumpedak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Luas wilayah desa ini adalah 3,89 km2.
Adapun batas-batas Desa Ceumpedak adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mauda Ara
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Matang Drien/Rombang Dalam
- Sebelah Barat berbatasan dengan Rawang Itek
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Panteu Breuh
Jumlah penduduk Desa Ceumpedak menurut data demografi Desa
Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2009
sebanyak 1.568 jiwa yang terdiri dari 763 orang laki-laki dan 805 orang perempuan
dengan 307 kepala keluarga. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa
Ceumpedak adalah bertani (54,3%), berdagang (16,4%), PNS (7,5%), industri rumah
tangga (6,4%) dan buruh (15,0%).
4.1.2. Gambaran Umum TK Al-Ummi
TK Al-Ummi merupakan salah satu TK yang ada di Desa Ceumpedak
Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. TK ini dibangun pada tanggal
3 Juni 1996. Didirikan oleh yayasan Hj. Fauziah Hanum dengan nama Alya Ummi
yang dikelola oleh Bu Hj. Nuryatin dan 2 guru lainnya dengan jumlah murid 30
orang. Pada tahun 2002 kepemilikan berubah kepada Ibu Nuryatin selaku kepala
Universitas Sumatera Utara
sekolah dengan Yayasan Safruddin Budiman yang juga suami dari Ibu Nuryatin dan
namanya berubah menjadi Al-Ummi.
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Pengkategorian karakteristik
responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Umur, Pendidikan Dan Pekerjaan) di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Umur :
26-28 tahun 29-31 tahun 32-34 tahun 35-37 tahun ≥38
6 9 10 9 6
15,0 22,5 25,0 22,5 15,0
Total 40 100,0 2. Pendidikan :
SD SMP SMA D-III S-1
3 9 23 4 1
7,5 22,5 57,5 10,0 2,5
Total 40 100,0 3. Pekerjaan :
PNS Berdagang/Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
1 8 31
2,5 20,0 77,5
Total 40 100,0 4. Pendapatan Keluarga :
Tinggi Rendah
32 8
80,0 20,0
Total 40 100,0
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur ibu paling banyak berada pada
kelompok umur 32-34 tahun yaitu sebanyak 25,0%, sedangkan yang paling sedikit
pada kelompok umur 26-28 tahun dan ≥38 tahun yaitu masing-masing sebanyak
15,0%. Pendidikan responden mayoritas SMA yaitu sebanyak 57,5%, sementara
paling sedikit S-1 sebanyak 2,5%. Berdasarkan pekerjaan responden yang paling
banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 77,5%, sedangkan pekerjaan responden
yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 2,5%. Dalam hal pendapatan keluarga,
sebanyak 80,0% responden memiliki tingkat pendapatan keluarga tinggi, dan sisanya
(20,0%) tingkat pendapatan rendah.
4.4. Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung
Pemanis Buatan Jika dilihat berdasarkan media sumber informasi responden tentang makanan
jajajan yang mengandung pemanis buatan, maka dapat dilihat bahwa hanya 5 orang
(12,5%) mendapatkannya dari petugas kesehatan dan untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Sumber Informasi Jumlah Persentase 1. 2. 3. 4. 5.
Media elektronik Media Massa Petugas Kesehatan Tetangga Kerabat
6 21 5 2 6
15,0 52,5 12,5 5,0 15,0
Total 40 100,0
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diperoleh bahwa informasi tantang makanan jajanan yang diperoleh
responden sebagian besar melalui media massa seperti surat kabar, majalah, dan
buku-buku yaitu sebanyak 21 responden (52,5%), sementara yang paling sedikit yaitu
melalui tetangga sebanyak 2 responden (5%).
4.4. Frekuensi Mendapatkan Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan
Pada umumnya apabila seseorang semakin sering mendapatkan informasi
tentang makanan jajajan yang mengandung pemanis buatan, maka orang tersebut
akan menghindari untuk mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung pemanis
buatan. Dari hasil penelitian diperoleh frekuensi responden mendapatkan informasi
tentang makanan jajajan yang mengandung pemanis buatan seperti tertera pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mendapatkan
Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Frekuensi Jumlah Persentase 1. 2.
1x s/d 3x dalam sebulan 4x s/d 5x dalam sebulan
38 2
95,0 5,0
Total 40 100,0 Dari tabel 4.3. diperoleh bahwa sebagian besar frekuensi responden
mendapatkan informasi tantang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan
yaitu 1x s/d 3x dalam sebulan sebanyak 95,0%, sementara sisanya yaitu sebanyak
5,0% mengatakan 4x s/d 5x dalam sebulan.
Universitas Sumatera Utara
4.8. Pengetahuan Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan.
Pengetahuan yang diukur berkenaan dengan segala sesuatu yang diketahui
oleh responden mengenai makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.
pengkategorikan pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No Pengetahun Jumlah Persentase (%) 1. Baik 10 25,0 2. Sedang 30 75,0 3. Kurang 0 0,0
Total 40 100,0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan
responden tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada pada
kategori sedang sebanyak 30 responden (75,0%).
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Pengetahuan Kategori Jumlah Persentase 1. Makanan jajanan Makanan yang dijual di kaki
lima Makanan yang dijual ditempat keramaian Makanan yang sehat untuk keseatan
15
20
5
37,5
50,5
12,5
70 100,0 2. Mengonsumsi makanan
jajanan yang mengandung bahan tambahan pangan
Tidak boleh Boleh, asal tidak melebihi batas yang telah dianjurkan Boleh saja, asal tidak tahu.
22 18
0
55,0 45,0
0,0
Total 40 100,0 3. Jenis bahan tambahan pangan
selain bahan pengawet dan zat pewarna
Bahan pemanis buatan Penyedap rasa Pewangi
17 23 0
42,5 57,5
0,0 Total 40 100,0
Universitas Sumatera Utara
No. Pengetahuan Kategori Jumlah Persentase 4. Pemanis buatan Tingkat kemanisan lebih
tinggi dan rendah kalori Tingkat kemanisan lebih tinggi Tidak tahu
3
21 16
7,5
52,5 40,0
Total 40 100,0 5. Kelompok yang paling banyak
mengonsumsi makanan jajanan
Anak-anak Remaja Dewasa
21 11 8
52,5 27,5 20,0
Total 40 100,0 6. Makanan berpemanis buatan :
Manisan buah, kue- kue basah, es sirop, minuman jelly, gulali, permen.
Pilih ≥5 dari pilihan jawaban Pilih 3-4 dari pilihan jawaban Pilih 2 dari pilihan jawaban
9 31 0
22,5 77,5
0,0
Total 40 100,0 7. Pemanis buatan aman di
konsumsi anak Tidak, karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan Tidak, karena dapat menyebabkan kecanduan Ya, apabila dipakai sedikit
10
21
9
25,0
52,5
22,5
Total 40 100,0 8. Lama timbul efeknya bagi
kesehatan 15 tahun 5-10 tahun < 5 tahun
13 18 9
32,5 45,0 22,5
Total 40 100,0 9. Pemakai pemanis buatan Pasien diet rendah kalori
Orang yang menurunkan BB Tidak tahu
13 16 11
32,5 40,0 27,5
Total 40 100,0 10. Penyakit yang dapat
ditimbulkan Kanker dan tumor Kanker/tumor saja Tidak tahu
10 24 6
25,0 60,0 15,0
Total 40 100,0 Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis
buatan sebagian besar dalam kategori sedang karena berdasarkan pemberian jawaban
ibu setiap item pertanyaan pengetahuan tentang makanan jajanan yang mengandung
pemanis buatan sebagian besar hampir benar seperti defenisi tentang makanan
jajanan, sebanyak 50,5% responden yang mengatakan makanan yang dijual ditempat
keramaian. Defenisi pemanis buatan, sebanyak 52,5% responden mengatakan tingkat
Universitas Sumatera Utara
kemanisan lebih tinggi. Dalam hal jenis bahan tambahan pangan, sebanyak 57,5%
mengatakan penyedap rasa. Sedangkan dalam hal jenis makanan jajanan yang
mengandung pemanis buatan, sebanyak 77,5% ibu hanya dapat menyebutkan 3-4
jenis makanan jajanan.
4.9. Sikap Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis
Buatan Sikap yang diukur dalam penelitian ini menyangkut perasaan sangat setuju,
setuju, kurang setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju terhadap item-item
pernyataan yang diberikan tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis
buatan. Hasil pengkategorian sikap responden dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No Sikap Jumlah Persentase (%) 1. Baik 16 40.0 2. Sedang 24 60,0 3. Kurang 0 0.0
Total 40 100,0 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas sikap responden
tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada pada kategori
sedang yaitu sebanyak 24 responden (60,0%), sedangkan responden yang berada pada
kategori baik sebanyak 16 responden (40,0%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Sikap Kategori Jumlah Persentase 1. Pemanis buatan terasa lebih enak Kurang Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
13 10 17
32,5 25,0 42,5
Total 40 100,0 2. Makanan jajanan yang dijual di
lingkungan sekolah sebagian besar aman dikonsumsi
Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
9 19 12
22,5 47,5 30,0
Total 40 100,0 3. Penggunaan pemanis buatan pada
makanan jajanan harus lebih diawasi
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
13 22 5
32,5 55,0 12,5
Total 40 100,0 4. Seharusnya pedagang makanan
jajanan menggunakan pemanis buatan
Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
9 21 10
22,5 52,5 25,0
Total 40 100,0 5. Membiasakan anak untuk sarapan
pagi Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
9 14 13 4
22,5 35,0 32,5 10,0
Total 40 100,0 6. Membekali anak dengan makanan
yang mengandung pemanis buatan Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
15 17 8
37,5 42,5 20,0
Total 40 100,0 7 Mengonsumsi makanan jajanan
dapat mengurangi nafsu makan anak Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
10 19 11
25,0 47,5 27,5
Total 40 100,0 8. Pemanis alami lebih aman
dibanding dengan pemanis buatan Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
5 19 16
12,5 47,5 40,0
Total 40 100,0 9. Menggunakan pemanis buatan
Karena rendah kalori Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
13 21 6
32,5 52,5 15,0
Total 40 100,0 10. Harga makanan jajanan boleh
dinaikkan, asalkan bebas dari pemanis buatan
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
4 19 14 3
10,0 47,5 35,0 7,5
Total 40 100,0
Universitas Sumatera Utara
No. Sikap Kategori Jumlah Persentase 11. Memberikan pendidikan tentang
bahaya pemanis buatan Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju
17 19 4
42,5 47,5 10,0
Total 40 100,0 12. Pemanis buatan harus selalu
tersedia di rumah Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
4 1 15 11 9
10,0 2,5
37,5 27,5 22,5
Total 40 100,0
Pengkategorian sikap ibu tentang makanan jajanan yang mengandung
pemanis buatan sebagian besar dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena
masih rendahnya informasi tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis
buatan yang diterima ibu, sehingga sikap ibu dalam beberapa item pernyataan ada
yang negatif seperti dalam hal penyediaan bahan pemanis buatan selalu ada di rumah,
sebanyak 2,5% ibu setuju dan 10,0% ibu sangat setuju. Sementara dalam hal
menaikkan harga makanan tetapi bebas dari pemanis buatan, sebanyak 35,0% ibu
kurang setuju dan sebanyak 7,5% ibu tidak setuju padahal dari tingkat pendapatan
keluarga sebagian besar (80,0%) tinggi.
4.10. Tindakan Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung
Pemanis Buatan Tindakan responden dalam penelitian ini berkenaan dengan tindakan mengenai
makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Hasil pengkategorian tindakan
responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No Tindakan Jumlah Persentase 1. Baik 12 30.0 2. Sedang 28 70.0 3. Kurang 0 0,0
Total 40 100,0 Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa mayoritas tindakan responden tentang
makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada pada kategori sedang
yaitu 28 responden (70.00%), sementara tindakan responden yang berada pada
kategori baik sebanyak 12 responden (30,0%).
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Makanan
Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Tindakan Kategori Jumlah Persentase 1. Membeli makanan jajanan
di lingkungan sekolah Ya Kadang-kadang Tidak
10 21 9
25,0 52,5 22,5
Total 40 100,0 2. Membeli makanan jajanan yang
mengandung pemanis buatan : Manisan buah, kue-kue basah, es sirop, minuman jelly, permen.
Pilih ≥5 Pilih 3-4 Pilih ≤2
15 18 7
37,5 45,0 17,5
Total 40 100,0 3. Membelikan makanan jajanan Setiap hari
Kadang kadang Tidak pernah
8 23 9
20,0 57,5 22,5
Total 40 100,0 4. Membekali anak dengan
makanan yang mengandung pemanis buatan
Ya Kadang-kadang Tidak
10 30 0
25,0 75,0 0,0
Total 40 100,0 5. Selalu menuruti permintaan
anak Ya Kadang-kadang Tidak
16 13 11
40,0 32,5 27,5
Total 40 100,0
Universitas Sumatera Utara
No. Tindakan Kategori Jumlah Persentase 6. Melarang anak untuk
mengonsumsi makanan jajanan Ya Kadang-kadang Tidak
3 29 8
7,5 72,5 20,0
Total 40 100,0 7. Pemanis buatan selalu tersedia
di rumah Ya Kadang-kadang Tidak
10 20 10
25,0 50,0 25,0
Total 40 100,0 8. Tetap membeli makanan
jajanan, meskipun mengandung pemanis buatan
Ya Kadang-kadang Tidak
8 17 15
20,0 42,5 37,5
Total 40 100,0 9. Khawatir makanan jajanan yang
dikonsumsi anak mengandung pemanis buatan
Ya Kadang-kadang Tidak
15 20 5
37,5 50,0 12,5
Total 40 100,0 10. Memberitahu anak akan bahaya
makanan jajanan Ya Kadang-kadang Tidak
0 28 12
0,0 70,0 30,0
Total 40 100,0 11. Mengontrol jenis makanan
jajanan Ya Kadang-kadang Tidak
11 23 6
27,5 57,5 15,0
Total 40 100,0 Pengkategorian tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung
pemanis buatan sebagian besar dalam kategori sedang karena berdasarkan jawaban
ibu setiap item pertanyaan dalam tindakan tentang makanan jajanan yang
mengandung pemanis buatan sebagian besar mengatakan kadang-kadang seperti
membeli makanan jajanan di lingkungan sekolah (52,5%), membekali anak dengan
makanan yang mengandung pemanis buatan (57,5%), melarang anak untuk
mengonsumsi makanan jajanan (72,5%), pemanis buatan selalu tersedia di rumah
(50,0%), khawatir jika makanan jajanan yang dikonsumsi anak mengandung pemanis
buatan (50,0%), memberitahu anak akan bahaya makanan jajanan (70,0%) dan
mengontrol jenis makanan jajanan anak (57,5%).
Universitas Sumatera Utara
4.8. Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan responden
kategori sedang dengan sikap kategori sedang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Pengetahuan Sikap
n % Sedang Baik n % n %
1. Sedang 20 66,7 10 33,3 30 100,0 2. Baik 4 40,0 6 60,0 10 100,0
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden yang memiliki
tingkat pengetahuan pada kategori sedang, sebanyak 20 responden memilki sikap
sedang dan sikap baik sebanyak 10 responden. Sedangkan dari 10 responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 6 responden memiliki sikap kategori
baik dan 4 responden memiliki sikap sedang.
4.9. Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan
yang Mengandung Pemanis Buatan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan kategori
sedang memiliki sikap kategori sedang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Pengetahuan Tindakan Jumlah Sedang Baik
n % n % n % 1. Sedang 23 76,7 7 23,3 30 100,0 2. Baik 5 50,0 5 50,0 10 100,0
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang memiliki tingkat
pengetahuan pada kategori sedang, sebanyak 23 responden memilki tindakan sedang
dan tindakan baik sebanyak 5 responden. Sedangkan dari 10 responden yang
memiliki tingkat pengetahuan baik, terdapat masing-masing 5 responden memiliki
tindakan kategori baik.
4.10. Sikap Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan Yang
Mengandung Pemanis Buatan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar sikap responden
kategori sedang dengan tindakan kategori sedang. Untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010
No. Sikap Tindakan Jumlah Sedang Baik
n % n % n % 1. Sedang 18 75,0 6 25,0 24 100,0 2. Baik 10 62,5 6 37,5 16 100,0
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari sikap, menunjukkan bahwa dari 24 responden dengan sikap
kategori sedang, sebanyak 18 responden memiliki tindakan sedang dan responden
yang memiliki tindakan kategori baik sebanyak 6 responden. Sementara dari 16
responden dengan sikap kategori baik, sebanyak 10 responden memiliki tindakan
sedang, dan tindakan kategori baik sebanyak 6 responden.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.3. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang
didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan
sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu,
pengetahuan juga dapat diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti
buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti
televisi, radio, dan internet (Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya ibu memiliki tingkat
pengetahuan sedang tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan
yaitu sebanyak 75,0%, sedangkan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik
sebanyak 25,0%. Kategori tingkat pengetahuan sedang dikarenakan masih ada ibu
memiliki tingkat pendidikan SD (2,5%) dan SMP (22,5%). Menurut Soewondo dan
Sadli (1990), pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi
dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat
Universitas Sumatera Utara
pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak menyerap pengetahuan
tentang makanan jajanan, dan hal ini akan berdampak positif terhadap pemilihan
makanan jajanan anak. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan orangtua khususnya
ibu merupakan salah satu unsur penting dalam penentuan konsumsi makanan anak.
Hardinsyah dan Suhardjo (1987) menyatakan bahwa keterbatasan pengetahuan
karena rendahnya tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap tingkah laku ibu
dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang
pemanis buatan cenderung memilih makanan jajanan yang lebih baik dari pada ibu
yang berpendidikan rendah
Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media cetak, media
elektronik, buku petunjuk, media poster, kerabat dekat yang dapat membentuk
keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.
Hasil pengamatan peneliti terhadap informasi tentang makanan jajanan di media
elektronik dan media massa, lebih didominasi oleh informasi tentang makanan
jajanan yang mengandung pengawet dan pewarna, sehingga masih banyak ditemukan
ibu yang kurang tahu tentang pemanis buatan serta efek yang ditimbulkannya bagi
kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ibu yang mendapatkan informasi
tentang makanan jajanan yang mengandung bahan pemanis buatan sebagian besar
(52,5%) melalui media massa, sementara yang paling sedikit (5%) melalui tetangga.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar (77,5%) pekerjaan ibu adalah sebagai ibu
rumah tangga yang memiliki banyak waktu untuk membaca surat kabar, majalah dan
Universitas Sumatera Utara
buku-buku. Akses ibu terhadap informasi dapat menjadi indikator kemampuan ibu
untuk merawat anaknya lebih baik. Perolehan informasi bisa didapat dari membaca
surat kabar, mendengarkan radio, menonton TV dan selanjutnya memahami informasi
tersebut (Engel et al, 1997).
Dari hasil penelitian diperoleh umur ibu yang paling banyak berada pada
kelompok umur 32-34 tahun yaitu sebanyak 25,0%, sedangkan yang paling sedikit
pada kelompok umur 26-28 tahun dan ≥38 tahun yaitu masing-masing sebanyak
15,0%. Dilihat dari umur ibu yang menjadi ibu pada penelitian ini, secara keseluruhan
sebagian besar berada pada kategori dewasa muda (21-40 tahun). Dimana usia juga
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, karena usia yang semakin tua,
maka semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang
dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya (Gunarsa & Gunarsa, 1991).
Pengetahuan ibu dalam hal jenis bahan tambahan pangan, hanya sebanyak
42,5% yang mengetahui bahwa pemanis buatan juga merupakan salah satu bahan
tambahan pangan yang sering digunakan oleh pedagang dalam makanan jajanan,
tetapi yang menjawab benar tentang pemanis buatan hanya sebanyak 7,5%. Pemanis
buatan termasuk ke dalam golongan bahan tambahan kimia selain bahan-bahan
lainnya seperti pengawet dan pewarna. Pada dasarnya pemanis buatan (artificial
sweeteners) merupakan senyawa yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan
lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih manis
dibandingkan gula. Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis
Universitas Sumatera Utara
buatan dalam produk pangan hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga dapat
dikatakan rendah kalori atau tidak mengandung kalori. Selain itu penggunaan
pemanis buatan untuk memproduksi makanan jauh lebih murah dibanding
penggunaan sukrosa.
Seperti yang telah diketahui, sukrosa sebagai bahan pemanis alamiah
memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, yaitu sebesar 251 kal dalam 100 gram
bahan (Usmiati dan Yuliani, 2004). Konsumsi makanan dan minuman dengan
kandungan gula tinggi secara berlebihan dan tanpa diimbangi dengan asupan gizi lain
dapat menimbulkan gangguan metabolisme dalam tubuh, dimana kalori berubah
menjadi lemak sehingga menyebabkan gangguan kesehatan (Usmiati dan Yuliani,
2004). Kondisi ini menjadikan penggunaan sukrosa atau yang lebih dikenal dengan
gula sebagai bahan pemanis utama semakin tergeser.
Hasil wawancara dengan 40 ibu diperoleh sebanyak 25,5% yang mengatakan
bahwa makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan tidak aman dikonsusmi
karena dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan, dan diketahui
sebanyak 32,5% yang menjawab benar tentang lamanya timbul efeknya bagi
kesehatan apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan yaitu
≥15 tahun. Sementara itu, didapat sebanyak 25,5% yang menjawab benar berkaitan
dengan jenis penyakit yang dapat ditimbulkannya apabila mengkonsumsi makanan
yang mengandung pemanis buatan dalam jangka waktu yang lama yaitu kanker dan
tumor. Dari hasil penelitian juga diperoleh sebanyak 32,5% yang menjawab benar
tentang pemanis buatan yang dapat diperuntukkan bagi pasien diet rendah kalori
seperti penderita diabetes melitus.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk-
produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada
berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia
untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam
makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan
pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti: pengaturan
berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan dapat
mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak
selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi kesehatan.
Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di
laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat
dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan
pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat
menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor
dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/ WHO) telah menetapkan batas-batas yang disebut Acceptable Daily
Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari, yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi
tanpa menimbulkan resiko. Sejalan dengan itu di negara-negara Eropa, Amerika dan
juga di Indonesia telah ditetapkan standar penggunaan pemanis buatan pada produk
makanan. Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan standar penggunaan
jenis pemanis buatan dan batas maksimum penggunaannya pada beberapa produk
Universitas Sumatera Utara
pangan seperti minuman (beverages), permen/kembang gula, permen karet, serta
produk-produk suplemen kesehatan.
5.4. Sikap Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan
Sikap merupakan kecenderungan dan kesediaan untuk bertindak dan disertai
dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu tersebut. Dengan dasar
pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap dalam diri manusia
dengan perasaan-perasaan tertentu, dalam menanggapi suatu objek yang
menggerakkan untuk bertindak. Sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana hati
dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimis dan memperkirakan akan
berhasil, hal ini menimbulkan sikap positif. Bila merasa pesimis dan menduga hal-hal
yang buruk, hal ini bisa menimbulkan sikap negatif (Notoadmojdo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu memiliki
sikap pada kategori sedang yaitu sebanyak 60,0%, dan sikap ibu yang berada pada
kategori baik sebanyak 40,0%. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), masa
seorang anak yang berada pada usia kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa
yang tergolong rawan. Pada umumnya anak mulai susah makan atau hanya suka pada
makanan jajanan yang tergolong hampa kalori dan hampa gizi. Perhatian terhadap
makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat diperlukan.
Dalam kaitannya dengan bahan pemanis buatan dan pemanis alami, sebanyak
32,5% kurang setuju bahwa pemanis buatan terasa lebih enak bila dibandingkan
dengan pemanis alami, sementara ibu yang sangat tidak setuju sebanyak 42,5%.
Dalam hal penggunaan pemanis alami, diperoleh sebanyak 47,5% setuju bahwa
Universitas Sumatera Utara
pemanis alami lebih aman dibandingkan dengan pemanis buatan, sedangkan yang
kurang setuju sebanyak 40,0%. Hal ini dikarenakan ibu memiliki penyakit diabetes
mellitus yang disarankan untuk menggunakan pemanis buatan karena pemanis buatan
rendah kalori.
Tingkat kemanisan pemanis sintetis berkisar 50-3.000 kali lebih manis
dibandingkan gula pasir. Namun, jika penambahan pemanis buatan terlalu banyak
justru menimbulkan rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue
kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi pemanis buatan. Pemanis buatan
sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena harganya
yang murah. Namun penggunaan pemanis buatan tidak boleh melampaui batas
maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya
kanker).
Dari hasil penelitian diketahui mayoritas ibu setuju (47,5%) bahwa pemberian
makan pada anak akan semakin sulit apabila anak sering mengkonsumsi makanan
jajanan, dan yang kurang setuju sebanyak 27,5%. Sementara ibu yang memiliki sikap
kurang setuju tentang makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah aman
dikonsumsi yaitu sebanyak 22,5%. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali Khomsan
(2003), yang menyatakan bahwa aspek negatif dari makanan jajanan yang dikonsumsi
terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Ditambah lagi dengan
banyaknya makanan jajanan yang dijual kurang memenuhi syarat kesehatan, sehingga
dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anak. Dimana berdasarkan hasil survei
Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang (2005) mendapati 90%
jajanan yang ada di beberapa sekolah tidak layak dikonsumsi. Makanan jajanan selain
Universitas Sumatera Utara
mengandung bahan pengawet buatan, terdapat bahan pewarna dan pemanis buatan
yang bisa membahayakan tubuh manusia (Anonim, 2007). Sementara hasil Penelitian
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (2008) menunjukan bahwa beberapa
makanan jajanan yang dijual di sekolah-sekolah dasar di Jakarta, seperti limun merah,
limun kuning, manisan kedondong dan es coklat menggunakan kombinasi sakarin
dan siklamat.
5.5. Tindakan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis
Buatan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (over behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan. Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi
melalui tahap-tahap atau proses perubahan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.
Artinya apabila pengetahuan sudah baik dan sikapnya positif secara otomatis
tindakan seseorang tersebut pasti akan baik. Namun, beberapa penelitian juga
membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu melalui tahap-tahap tersebut, bahkan
dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya seseorang berperilaku baik
meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif (Notoatmodjo, 2003).
Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan,
mempelajari perilaku adalah sangat penting. Karena pendidikan kesehatan sebagai
bagian dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk
menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau
masyarakat berperilaku melakukan tindakan sesuai dengan norma-norma hidup sehat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner terhadap ibu maka dapat dikatakan bahwa tindakan ibu
tentang tentang makanan jajanan pada umumnya berada dalam kategori sedang yaitu
70,0%, dan pada kategori baik 30,0%. Hasil pengamatan sikap ibu pada saat istirahat
ada yang langsung membeli makanan jajan di lingkungan sekolah, ada juga yang
memberi makanan yang sudah dibawa dari rumah, dan ada juga ibu membelikan
makanan jajanan meskipun sudah membawa bekal dari rumah, dengan alasan anak
tetap menangis jika tidak dibelikan makanan jajanan karena anak melihat teman-
teman yang lain memakan makanan jajanan.
Dalam hal mengontrol jenis makanan jajanan anak, diketahui bahwa
mayoritas ibu kadang-kadang mengontrol jenis makanan jajanan yang dikonsumsi
anak yaitu sebanyak 57,5%, sementara ibu yang tidak pernah sebanyak 15,0%. Di
usia pra sekolah anak mulai mengembangkan kebiasaan makannya sebagai konsumen
aktif. Ia mulai bisa memilih sendiri makanan yang ingin dimakannya dan tidak lagi
sebagai konsumen pasif yang sepenuhnya bergantung pada orang dewasa di
sekitarnya. Dikurun waktu inilah orangtua terutama ibu memiliki peran penting untuk
mengawasi anak dari bahan pemanis buatan yang membahayakan keselamatan anak.
Sebagian besar ibu membeli 3-4 jenis makanan jajanan yang mengandung
pemanis buatan yaitu sebanyak 45,0%, sementara yang membeli ≤2 jenis hanya
7,5%. Pada umumnya jenis jajanan yang paling sering di beli oleh ibu adalah permen
dan kembang gula. Produk permen dan kembang gula merupakan produk yang tidak
dapat terlepas dari penggunaan bahan pemanis, baik alami maupun buatan.
Penggunaan pemanis buatan merupakan salah satu alternatif yang paling
Universitas Sumatera Utara
menguntungkan untuk mengurangi biaya produksi, sehingga penggunaan pemanis
buatan dalam produk-produk permen cenderung meningkat. Menurut hasil survei di
Australia, produk permen dan minuman ringan merupakan produk dengan kandungan
pemanis buatan yang paling banyak dikonsumsi, yaitu masing-masing mencapai 27%
(Fisher, 2007).
Berkaitan dengan membekali anak dengan makanan, maka diperoleh
mayoritas ibu kadang-kadang membekali anak dengan makanan yang mengandung
pemanis buatan yaitu sebanyak 75,0%. Sementara tidak ada ditemukan ibu yang tidak
pernah membekali anak dengan makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.
Untuk memerangi perilaku konsumtif, sehingga ibu semestinya cerdik dan cerdas
menciptakan jajanan yang bebas dari unsur-unsur zat kimiawi. Misalnya, ibu
membekali anak dengan makanan atau jajanan hasil olahan sendiri yang bebas dari
bahan pemanis buatan.
Menurut Mayke dalam Indriasari (2007), orangtua punya tanggung jawab
membentuk kebiasaan positif kepada anak meskipun mereka sibuk bekerja. Mayke
menyarankan agar orangtua tetap menyempatkan diri membuat bekal makanan
sendiri. Orangtua bisa bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal makan anak atau
segala sesuatunya sudah disiapkan malam harinya sehingga pagi tinggal
menyelesaikan pekerjaan yang belum disiapkan, menyiapkan bekal tidak harus
dilakukan oleh ibu, tetapi juga bisa dilakukan oleh ayah. Usaha orangtua menyiapkan
bekal anak juga berpengaruh positif terhadap jiwa anak. Anak merasa diperhatikan
karena orangtua mau bersusah payah membuatkan makanan untuknya (Indriasari,
2007).
Universitas Sumatera Utara
Membekali anak dengan uang jajan sebagai pengganti sarapan pagi,
sebenarnya kurang baik karena sulit mengontrol anak dalam menggunakan uang
jajannya. Mungkin anak membeli makanan jajanan yang tidak menguntungkan dan
tidak terjamin keamanannya. Dampak yang lebih lanjut dari seringnya anak jajan di
luar rumah menyebabkan banyaknya ibu-ibu mengeluh, dimana kelompok usia
sekolah ini mempunyai nafsu makan yang kurang untuk mengkonsumsi makanan di
rumah (Sediaoetama, 2003). Timbulnya kebiasaan jajan akan mempengaruhi
konsumsi makan di rumah. Bila anak terlalu banyak jajan dan dilakukan pada saat
yang seharusnya untuk makan di rumah akan dapat menurunkan nafsu makan anak.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Umur ibu paling banyak berada pada kelompok umur 32-34 tahun yaitu 25,0%,
sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur 26-28 tahun dan ≥38 tahun
yaitu masing-masing 15,0%. Pendidikan ibu mayoritas SMA yaitu 57,5%,
sementara paling sedikit S-1 sebanyak 2,5%. Berdasarkan pekerjaan ibu yang
paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 77,5%, sedangkan pekerjaan ibu
yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 2,5%. Dalam hal pendapatan keluarga,
sebanyak 80,0% memiliki tingkat pendapatan keluarga tinggi, dan sisanya
(20,0%) tingkat pendapatan rendah.
2. Sumber informasi yang diperoleh ibu tantang makanan jajanan yang mengandung
pemanis buatan sebagian besar melalui media massa seperti surat kabar, majalah,
dan buku-buku yaitu sebanyak 52,5%.
3. Sebanyak 25% ibu memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebanyak 75,0%
kategori sedang. Pada umumnya ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kategori
baik tentang makanan jajanan yang mengadung pemanis buatan memiliki tingkat
pendidikan SMA dan lulusan perguruan tinggi serta pekerjaan ibu hanya sebagai
ibu rumah tangga yang memiliki waktu untuk membaca surat kabar, buku-buku
dan majalah.
4. Sikap ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan mayoritas
berada pada kategori sedang (60,0%). Hal ini disebabkan karena masih kurangnya
Universitas Sumatera Utara
informasi tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan yang
diterima ibu, sehingga dapat menimbulkan sikap negatif terhadap pemanis buatan.
5. Tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada
pada kategori sedang (70,0%). Hal ini dikarenakan ibu masih menuruti keinginan
anak dalam memilih dan mengonsumsi makanan jajanan, meskipun makanan
jajanan tersebut mengandung pemanis buatan.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan peningkatan penyuluhan oleh petugas puskesmas mengenai
bahan tambahan pangan terutama dalam hal pemanis buatan, mengingat bahaya
pemanis buatan bagi kesehatan anak.
2. Perlu diadakan kerjasama lintas sektoral antara Dinas Kesehatan dengan Dinas
Pendidkan agar dapat mensosialisasikan dan menginformasikan tentang bahaya
mengonsumsi makanan jajanan yang menganding pemanis buatan, terutama
dampaknya bagi kesehatan anak.
Universitas Sumatera Utara