36
BAB III METODE PENELITIAN 3.3 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional (sekat silang) untuk menggambarkan perilaku ibu tentang makanan jajanan mengandung bahan pemanis buatan (sintetik) di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di TK Al-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Kabupaten Aceh Utara. Pemilihan lokasi ini dipilih dengan alasan : 1. Memiliki jumlah penjual makanan jajanan terbanyak dibanding di tempat TK lain yang masih dalam satu desa, sehingga di lingkungan TK tesebut banyak di jumpai jenis makanan jajanan yang dijual seperti kue-kue basah, minuman jeli, gulali dan jajanan yang sangat digemari oleh anak-anak, dimana makanan yang dijual memiliki warna yang mencolok, terang dan rasanya manis. 2. Pada umumnya ibu masih menuruti kemauan anak dalam memilih makanan jajanan yang diduga mengandung pemanis buatan. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Juni 2010 Universitas Sumatera Utara

Chapter III-VI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Chapter III-VI

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

sectional (sekat silang) untuk menggambarkan perilaku ibu tentang makanan jajanan

mengandung bahan pemanis buatan (sintetik) di TK AL-UMMI Desa Ceumpedak

Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Al-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah

Jambo Kabupaten Aceh Utara. Pemilihan lokasi ini dipilih dengan alasan :

1. Memiliki jumlah penjual makanan jajanan terbanyak dibanding di tempat TK lain

yang masih dalam satu desa, sehingga di lingkungan TK tesebut banyak di jumpai

jenis makanan jajanan yang dijual seperti kue-kue basah, minuman jeli, gulali dan

jajanan yang sangat digemari oleh anak-anak, dimana makanan yang dijual

memiliki warna yang mencolok, terang dan rasanya manis.

2. Pada umumnya ibu masih menuruti kemauan anak dalam memilih makanan

jajanan yang diduga mengandung pemanis buatan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Juni 2010

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter III-VI

3.5. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu anak yang berjumlah 40 orang

di TK Al-UMMI Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh

Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

3.6. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu anak yang terdiri dari

umur, pekerjaan dan pendidikan. Sumber informasi mengenai makanan jajanan yang

berpemanis buatan diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Pengetahuan, sikap dan

tindakan juga diperoleh melalui kuesioner, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan

yang telah disusun kepada responden

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran demografi dan letak geografis yang

diperoleh dari Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh

Utara. Gambaran umum dan letak geografis TK Al-UMMI diperoleh dari catatan atau

dokumen TK Al-UMMI.

3.5. Defenisi operasional

1. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan

sampai ulang tahun terakhir.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan

atau ditamatkan oleh responden dan mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar

(STTB).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter III-VI

3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan

uang.

4. Penghasilan keluarga perbulan adalah jumlah seluruh pengasilan (suami, istri

dan anggota keluarga lainnya) yang meliputi penghasilan pokok dan

penghasilan tambahan selama satu bulan dalam satuan rupiah.

5. Sumber informasi adalah segala petunjuk yang diperoleh responden untuk

mengetahui informasi tentang bahaya penggunaan bahan pemanis buatan

(sintetis) pada makanan jajanan anak antara lain media cetak, media elektronik,

petugas kesehatan dan keluarga/kerabat.

a) Media cetak adalah sumber informasi mengenai dampak bahaya dari

mengkonsumsi makanan jajanan anak yang mengandung makanan jajanan

anak yang diperoleh dari surat kabar seperti koran, majalah dan buku-buku

kesehatan.

b) Media elektronik adalah sumber informasi mengenai dampak bahaya dari

mengkonsumsi makanan jajanan anak yang mengandung pemanis buatan

yang diperoleh dari televisi, radio, dan internet.

c) Petugas kesehatan adalah seseorang yang bekerja di bidang kesehatan,

puskesmas, dll.

d) Keluarga/kerabat adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan

responden

6. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang ibu tahu tentang makanan jajanan

yang mengandung pemanis buatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter III-VI

7. Sikap ibu adalah tanggapan ibu terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang

makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

8. Tindakan adalah segala perbuatan yang telah dilakukan ibu tentang makanan

jajanan yang mengandung pemanis sistetis.

3.6 Aspek Pengukuran

1. Karakteristik Ibu

a. Umur

Umur dapat dikategorikan sebagai berikut:

− 26-28 tahun

− 29-31 tahun

− 32-34 tahun

− 35-37 tahun

− ≥38 tahun

Skala : Rasio

b. Pendidikan

Untuk pendidikan responden yaitu:

- Tidak sekolah

- SD

- SMP

- SMA

- Perguruan Tinggi

Skala : Nominal

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter III-VI

c. Pekerjaan

Untuk pekerjaan responden dibagi atas:

- Ibu rumah tangga

- PNS

- Wiraswasta

- Petani

Skala : Nominal

d. Penghasilan Keluarga

Penghasilan Keluarga perbulan responden diperkirakan yaitu berdasarkan

UMP (Upah Minimum Propinsi) 1.300.000 untuk Propinsi Nangroe Aceh

Darussalam Yaitu :

- Tinggi : ≥ Rp. 1.300.000,- di bawah UMP

- Rendah : < Rp. 1.300.000,- di atas UMP

Skala : Nominal

2. Sumber Informasi Mengenai Makanan Jajanan Yang Berpemanis Buatan

Sumber informasi mengenai makanan jajanan yang berpemanis buatan dapat

diperoleh dari berbagai sumber seperti :

− Media Elektronik (TV, Radio, Internet)

− Media Massa (Surat kabar, majalah, buku-buku)

− Petugas kesehatan

− Tetangga

− Kerabat

Skala : Nominal

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter III-VI

Sementara frekuensi mendapatkan informasi tentang makanan jajanan yang

mengandung pemanis buatan (sintetik) dikategorikan menjadi :

− 1x s/d 3x per bulan

− 4x s/d 3 x per bulan

Skala : Nominal

3. Pengukuran Pengetahuan

Dalam mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang makanan jajanan yang

mengandung pemanis buatan dibuat dalam aspek pengukuran. Aspek pengukuran

dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dari

kuesioner yang sesuai dengan skor yang telah di tetapkapkan. Nilai yang dijumlahkan

dikategorikan menjadi tiga (3) tingkatan yaitu baik, sedang dan kurang (Arikunto,

2002).

Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar

diberi nilai 3, jawaban yang hampir benar diberi nilai 2 dan jawaban yang salah diberi

nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 30.

Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari yaitu :

1. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu >22.

2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total niali 30 yaitu 13-22.

3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu <13.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter III-VI

4. Pengukuran Sikap

Sikap diukur melalui 12 pertanyaan dengan menggunakan skala likert

(Riduan, 2008). Pengukuran sikap dibagi dalam 2 bagian yaitu :

1. Pertanyaan yang positif pada no (3, 5, 7, 8, 10, 11) diberi nilai 5 untuk

jawaban sangat setuju sampai dengan jawaban sangat tidak setuju yang diberi

nilai 1.

2. Pertanyaan negatif (1, 2, 4, 6, 9, 12) di beri nilai 1 untuk jawaban sangat

setuju sampai dengan jawaban sangat tidak setuju yang diberi nilai 5.

Dari kedua bentuk pengukuran sikap diatas maka total skor yang diperoleh

adalah 60, berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori

yaitu :

1. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu > 45.

2. Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu 27-45

3. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu < 27.

5. Pengukuran Tindakan

Aspek pengukuran tindakan dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban

responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang sesuai dengan skor yang telah di

tetapkan. Bila respoden melakukan tindakan yang beresiko rendah diberi nilai 3,

untuk tindakan yang mempunyai resiko sedang/ resiko yang dapat ditolerir diberi

nilai 2, tindakan yang beresiko diberi nilai 1, jumlah nilai tertinggi yang diperoleh

adalah 30.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter III-VI

Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori

yaitu :

1. Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu > 25

2. Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu 15-25.

3. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 33 yaitu <15.

3.7. Uji Validitasi dan Reliabillitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Dalam penelitian ini yang akan diukur validitasnya

adalah 15 item tentang pengetahuan, 16 item tentang sikap dan 15 item tentang

tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Validitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment. Suatu butir

pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, r tabel = 0,482

Metode untuk melakukan uji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode

Alpha-Cronbach. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki

nilai Alpha-Cronbach > 0,70. Hasil uji validitasi dan reliabillitas menunjukkan bahwa

10 item tentang pengetahuan valid dan reliabel, 12 item tetang sikap dan 11 item

tentang tindakan. Untuk hasil uji validitasi dan reliabillitas masing-masing soal dapat

dilihat pada lampiran 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter III-VI

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan

lengkap jelas jawaban dari responden, relevan dengan pertanyaan dan konsisten.

b. Coding

Merupakan kegiatann merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk huruf

menjadi data atau bilangan. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisi data

dan juga entri data.

c. Processing

Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner

kedalam program computer.

d. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada

kesalahan atau tidak.

e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan,

disusun, ditata dan dianalisis.

3.8.2 Analisa Data

Data yang dikumpulkan diperoleh secara manual dengan menggunakan

kuesioner kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter III-VI

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografi dan Demografi Desa Ceumpedak

Desa Ceumpedak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Luas wilayah desa ini adalah 3,89 km2.

Adapun batas-batas Desa Ceumpedak adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mauda Ara

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Matang Drien/Rombang Dalam

- Sebelah Barat berbatasan dengan Rawang Itek

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Panteu Breuh

Jumlah penduduk Desa Ceumpedak menurut data demografi Desa

Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2009

sebanyak 1.568 jiwa yang terdiri dari 763 orang laki-laki dan 805 orang perempuan

dengan 307 kepala keluarga. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa

Ceumpedak adalah bertani (54,3%), berdagang (16,4%), PNS (7,5%), industri rumah

tangga (6,4%) dan buruh (15,0%).

4.1.2. Gambaran Umum TK Al-Ummi

TK Al-Ummi merupakan salah satu TK yang ada di Desa Ceumpedak

Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. TK ini dibangun pada tanggal

3 Juni 1996. Didirikan oleh yayasan Hj. Fauziah Hanum dengan nama Alya Ummi

yang dikelola oleh Bu Hj. Nuryatin dan 2 guru lainnya dengan jumlah murid 30

orang. Pada tahun 2002 kepemilikan berubah kepada Ibu Nuryatin selaku kepala

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter III-VI

sekolah dengan Yayasan Safruddin Budiman yang juga suami dari Ibu Nuryatin dan

namanya berubah menjadi Al-Ummi.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi umur,

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Pengkategorian karakteristik

responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Umur, Pendidikan Dan Pekerjaan) di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Umur :

26-28 tahun 29-31 tahun 32-34 tahun 35-37 tahun ≥38

6 9 10 9 6

15,0 22,5 25,0 22,5 15,0

Total 40 100,0 2. Pendidikan :

SD SMP SMA D-III S-1

3 9 23 4 1

7,5 22,5 57,5 10,0 2,5

Total 40 100,0 3. Pekerjaan :

PNS Berdagang/Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

1 8 31

2,5 20,0 77,5

Total 40 100,0 4. Pendapatan Keluarga :

Tinggi Rendah

32 8

80,0 20,0

Total 40 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter III-VI

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur ibu paling banyak berada pada

kelompok umur 32-34 tahun yaitu sebanyak 25,0%, sedangkan yang paling sedikit

pada kelompok umur 26-28 tahun dan ≥38 tahun yaitu masing-masing sebanyak

15,0%. Pendidikan responden mayoritas SMA yaitu sebanyak 57,5%, sementara

paling sedikit S-1 sebanyak 2,5%. Berdasarkan pekerjaan responden yang paling

banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 77,5%, sedangkan pekerjaan responden

yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 2,5%. Dalam hal pendapatan keluarga,

sebanyak 80,0% responden memiliki tingkat pendapatan keluarga tinggi, dan sisanya

(20,0%) tingkat pendapatan rendah.

4.4. Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung

Pemanis Buatan Jika dilihat berdasarkan media sumber informasi responden tentang makanan

jajajan yang mengandung pemanis buatan, maka dapat dilihat bahwa hanya 5 orang

(12,5%) mendapatkannya dari petugas kesehatan dan untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Sumber Informasi Jumlah Persentase 1. 2. 3. 4. 5.

Media elektronik Media Massa Petugas Kesehatan Tetangga Kerabat

6 21 5 2 6

15,0 52,5 12,5 5,0 15,0

Total 40 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter III-VI

Dari tabel diperoleh bahwa informasi tantang makanan jajanan yang diperoleh

responden sebagian besar melalui media massa seperti surat kabar, majalah, dan

buku-buku yaitu sebanyak 21 responden (52,5%), sementara yang paling sedikit yaitu

melalui tetangga sebanyak 2 responden (5%).

4.4. Frekuensi Mendapatkan Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan

Pada umumnya apabila seseorang semakin sering mendapatkan informasi

tentang makanan jajajan yang mengandung pemanis buatan, maka orang tersebut

akan menghindari untuk mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung pemanis

buatan. Dari hasil penelitian diperoleh frekuensi responden mendapatkan informasi

tentang makanan jajajan yang mengandung pemanis buatan seperti tertera pada tabel

di bawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mendapatkan

Informasi Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Frekuensi Jumlah Persentase 1. 2.

1x s/d 3x dalam sebulan 4x s/d 5x dalam sebulan

38 2

95,0 5,0

Total 40 100,0 Dari tabel 4.3. diperoleh bahwa sebagian besar frekuensi responden

mendapatkan informasi tantang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan

yaitu 1x s/d 3x dalam sebulan sebanyak 95,0%, sementara sisanya yaitu sebanyak

5,0% mengatakan 4x s/d 5x dalam sebulan.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter III-VI

4.8. Pengetahuan Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan.

Pengetahuan yang diukur berkenaan dengan segala sesuatu yang diketahui

oleh responden mengenai makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

pengkategorikan pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No Pengetahun Jumlah Persentase (%) 1. Baik 10 25,0 2. Sedang 30 75,0 3. Kurang 0 0,0

Total 40 100,0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan

responden tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada pada

kategori sedang sebanyak 30 responden (75,0%).

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Pengetahuan Kategori Jumlah Persentase 1. Makanan jajanan Makanan yang dijual di kaki

lima Makanan yang dijual ditempat keramaian Makanan yang sehat untuk keseatan

15

20

5

37,5

50,5

12,5

70 100,0 2. Mengonsumsi makanan

jajanan yang mengandung bahan tambahan pangan

Tidak boleh Boleh, asal tidak melebihi batas yang telah dianjurkan Boleh saja, asal tidak tahu.

22 18

0

55,0 45,0

0,0

Total 40 100,0 3. Jenis bahan tambahan pangan

selain bahan pengawet dan zat pewarna

Bahan pemanis buatan Penyedap rasa Pewangi

17 23 0

42,5 57,5

0,0 Total 40 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter III-VI

No. Pengetahuan Kategori Jumlah Persentase 4. Pemanis buatan Tingkat kemanisan lebih

tinggi dan rendah kalori Tingkat kemanisan lebih tinggi Tidak tahu

3

21 16

7,5

52,5 40,0

Total 40 100,0 5. Kelompok yang paling banyak

mengonsumsi makanan jajanan

Anak-anak Remaja Dewasa

21 11 8

52,5 27,5 20,0

Total 40 100,0 6. Makanan berpemanis buatan :

Manisan buah, kue- kue basah, es sirop, minuman jelly, gulali, permen.

Pilih ≥5 dari pilihan jawaban Pilih 3-4 dari pilihan jawaban Pilih 2 dari pilihan jawaban

9 31 0

22,5 77,5

0,0

Total 40 100,0 7. Pemanis buatan aman di

konsumsi anak Tidak, karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan Tidak, karena dapat menyebabkan kecanduan Ya, apabila dipakai sedikit

10

21

9

25,0

52,5

22,5

Total 40 100,0 8. Lama timbul efeknya bagi

kesehatan 15 tahun 5-10 tahun < 5 tahun

13 18 9

32,5 45,0 22,5

Total 40 100,0 9. Pemakai pemanis buatan Pasien diet rendah kalori

Orang yang menurunkan BB Tidak tahu

13 16 11

32,5 40,0 27,5

Total 40 100,0 10. Penyakit yang dapat

ditimbulkan Kanker dan tumor Kanker/tumor saja Tidak tahu

10 24 6

25,0 60,0 15,0

Total 40 100,0 Tingkat pengetahuan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis

buatan sebagian besar dalam kategori sedang karena berdasarkan pemberian jawaban

ibu setiap item pertanyaan pengetahuan tentang makanan jajanan yang mengandung

pemanis buatan sebagian besar hampir benar seperti defenisi tentang makanan

jajanan, sebanyak 50,5% responden yang mengatakan makanan yang dijual ditempat

keramaian. Defenisi pemanis buatan, sebanyak 52,5% responden mengatakan tingkat

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter III-VI

kemanisan lebih tinggi. Dalam hal jenis bahan tambahan pangan, sebanyak 57,5%

mengatakan penyedap rasa. Sedangkan dalam hal jenis makanan jajanan yang

mengandung pemanis buatan, sebanyak 77,5% ibu hanya dapat menyebutkan 3-4

jenis makanan jajanan.

4.9. Sikap Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis

Buatan Sikap yang diukur dalam penelitian ini menyangkut perasaan sangat setuju,

setuju, kurang setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju terhadap item-item

pernyataan yang diberikan tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis

buatan. Hasil pengkategorian sikap responden dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No Sikap Jumlah Persentase (%) 1. Baik 16 40.0 2. Sedang 24 60,0 3. Kurang 0 0.0

Total 40 100,0 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas sikap responden

tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada pada kategori

sedang yaitu sebanyak 24 responden (60,0%), sedangkan responden yang berada pada

kategori baik sebanyak 16 responden (40,0%).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter III-VI

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Sikap Kategori Jumlah Persentase 1. Pemanis buatan terasa lebih enak Kurang Setuju

Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

13 10 17

32,5 25,0 42,5

Total 40 100,0 2. Makanan jajanan yang dijual di

lingkungan sekolah sebagian besar aman dikonsumsi

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

9 19 12

22,5 47,5 30,0

Total 40 100,0 3. Penggunaan pemanis buatan pada

makanan jajanan harus lebih diawasi

Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju

13 22 5

32,5 55,0 12,5

Total 40 100,0 4. Seharusnya pedagang makanan

jajanan menggunakan pemanis buatan

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

9 21 10

22,5 52,5 25,0

Total 40 100,0 5. Membiasakan anak untuk sarapan

pagi Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

9 14 13 4

22,5 35,0 32,5 10,0

Total 40 100,0 6. Membekali anak dengan makanan

yang mengandung pemanis buatan Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

15 17 8

37,5 42,5 20,0

Total 40 100,0 7 Mengonsumsi makanan jajanan

dapat mengurangi nafsu makan anak Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju

10 19 11

25,0 47,5 27,5

Total 40 100,0 8. Pemanis alami lebih aman

dibanding dengan pemanis buatan Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju

5 19 16

12,5 47,5 40,0

Total 40 100,0 9. Menggunakan pemanis buatan

Karena rendah kalori Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

13 21 6

32,5 52,5 15,0

Total 40 100,0 10. Harga makanan jajanan boleh

dinaikkan, asalkan bebas dari pemanis buatan

Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

4 19 14 3

10,0 47,5 35,0 7,5

Total 40 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter III-VI

No. Sikap Kategori Jumlah Persentase 11. Memberikan pendidikan tentang

bahaya pemanis buatan Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju

17 19 4

42,5 47,5 10,0

Total 40 100,0 12. Pemanis buatan harus selalu

tersedia di rumah Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

4 1 15 11 9

10,0 2,5

37,5 27,5 22,5

Total 40 100,0

Pengkategorian sikap ibu tentang makanan jajanan yang mengandung

pemanis buatan sebagian besar dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena

masih rendahnya informasi tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis

buatan yang diterima ibu, sehingga sikap ibu dalam beberapa item pernyataan ada

yang negatif seperti dalam hal penyediaan bahan pemanis buatan selalu ada di rumah,

sebanyak 2,5% ibu setuju dan 10,0% ibu sangat setuju. Sementara dalam hal

menaikkan harga makanan tetapi bebas dari pemanis buatan, sebanyak 35,0% ibu

kurang setuju dan sebanyak 7,5% ibu tidak setuju padahal dari tingkat pendapatan

keluarga sebagian besar (80,0%) tinggi.

4.10. Tindakan Responden Tentang Makanan Jajanan yang Mengandung

Pemanis Buatan Tindakan responden dalam penelitian ini berkenaan dengan tindakan mengenai

makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Hasil pengkategorian tindakan

responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter III-VI

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No Tindakan Jumlah Persentase 1. Baik 12 30.0 2. Sedang 28 70.0 3. Kurang 0 0,0

Total 40 100,0 Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa mayoritas tindakan responden tentang

makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada pada kategori sedang

yaitu 28 responden (70.00%), sementara tindakan responden yang berada pada

kategori baik sebanyak 12 responden (30,0%).

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Makanan

Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Tindakan Kategori Jumlah Persentase 1. Membeli makanan jajanan

di lingkungan sekolah Ya Kadang-kadang Tidak

10 21 9

25,0 52,5 22,5

Total 40 100,0 2. Membeli makanan jajanan yang

mengandung pemanis buatan : Manisan buah, kue-kue basah, es sirop, minuman jelly, permen.

Pilih ≥5 Pilih 3-4 Pilih ≤2

15 18 7

37,5 45,0 17,5

Total 40 100,0 3. Membelikan makanan jajanan Setiap hari

Kadang kadang Tidak pernah

8 23 9

20,0 57,5 22,5

Total 40 100,0 4. Membekali anak dengan

makanan yang mengandung pemanis buatan

Ya Kadang-kadang Tidak

10 30 0

25,0 75,0 0,0

Total 40 100,0 5. Selalu menuruti permintaan

anak Ya Kadang-kadang Tidak

16 13 11

40,0 32,5 27,5

Total 40 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter III-VI

No. Tindakan Kategori Jumlah Persentase 6. Melarang anak untuk

mengonsumsi makanan jajanan Ya Kadang-kadang Tidak

3 29 8

7,5 72,5 20,0

Total 40 100,0 7. Pemanis buatan selalu tersedia

di rumah Ya Kadang-kadang Tidak

10 20 10

25,0 50,0 25,0

Total 40 100,0 8. Tetap membeli makanan

jajanan, meskipun mengandung pemanis buatan

Ya Kadang-kadang Tidak

8 17 15

20,0 42,5 37,5

Total 40 100,0 9. Khawatir makanan jajanan yang

dikonsumsi anak mengandung pemanis buatan

Ya Kadang-kadang Tidak

15 20 5

37,5 50,0 12,5

Total 40 100,0 10. Memberitahu anak akan bahaya

makanan jajanan Ya Kadang-kadang Tidak

0 28 12

0,0 70,0 30,0

Total 40 100,0 11. Mengontrol jenis makanan

jajanan Ya Kadang-kadang Tidak

11 23 6

27,5 57,5 15,0

Total 40 100,0 Pengkategorian tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung

pemanis buatan sebagian besar dalam kategori sedang karena berdasarkan jawaban

ibu setiap item pertanyaan dalam tindakan tentang makanan jajanan yang

mengandung pemanis buatan sebagian besar mengatakan kadang-kadang seperti

membeli makanan jajanan di lingkungan sekolah (52,5%), membekali anak dengan

makanan yang mengandung pemanis buatan (57,5%), melarang anak untuk

mengonsumsi makanan jajanan (72,5%), pemanis buatan selalu tersedia di rumah

(50,0%), khawatir jika makanan jajanan yang dikonsumsi anak mengandung pemanis

buatan (50,0%), memberitahu anak akan bahaya makanan jajanan (70,0%) dan

mengontrol jenis makanan jajanan anak (57,5%).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter III-VI

4.8. Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan responden

kategori sedang dengan sikap kategori sedang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Pengetahuan Sikap

n % Sedang Baik n % n %

1. Sedang 20 66,7 10 33,3 30 100,0 2. Baik 4 40,0 6 60,0 10 100,0

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden yang memiliki

tingkat pengetahuan pada kategori sedang, sebanyak 20 responden memilki sikap

sedang dan sikap baik sebanyak 10 responden. Sedangkan dari 10 responden yang

memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 6 responden memiliki sikap kategori

baik dan 4 responden memiliki sikap sedang.

4.9. Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan

yang Mengandung Pemanis Buatan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar pengetahuan kategori

sedang memiliki sikap kategori sedang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut .

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter III-VI

Tabel 4.11. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Pengetahuan Tindakan Jumlah Sedang Baik

n % n % n % 1. Sedang 23 76,7 7 23,3 30 100,0 2. Baik 5 50,0 5 50,0 10 100,0

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang memiliki tingkat

pengetahuan pada kategori sedang, sebanyak 23 responden memilki tindakan sedang

dan tindakan baik sebanyak 5 responden. Sedangkan dari 10 responden yang

memiliki tingkat pengetahuan baik, terdapat masing-masing 5 responden memiliki

tindakan kategori baik.

4.10. Sikap Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan Yang

Mengandung Pemanis Buatan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar sikap responden

kategori sedang dengan tindakan kategori sedang. Untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Tindakan tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan di TK Al-Ummi Desa Ceumpedak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

No. Sikap Tindakan Jumlah Sedang Baik

n % n % n % 1. Sedang 18 75,0 6 25,0 24 100,0 2. Baik 10 62,5 6 37,5 16 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter III-VI

Dilihat dari sikap, menunjukkan bahwa dari 24 responden dengan sikap

kategori sedang, sebanyak 18 responden memiliki tindakan sedang dan responden

yang memiliki tindakan kategori baik sebanyak 6 responden. Sementara dari 16

responden dengan sikap kategori baik, sebanyak 10 responden memiliki tindakan

sedang, dan tindakan kategori baik sebanyak 6 responden.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter III-VI

BAB V PEMBAHASAN

5.3. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang

didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan

sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu,

pengetahuan juga dapat diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti

buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti

televisi, radio, dan internet (Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya ibu memiliki tingkat

pengetahuan sedang tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan

yaitu sebanyak 75,0%, sedangkan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik

sebanyak 25,0%. Kategori tingkat pengetahuan sedang dikarenakan masih ada ibu

memiliki tingkat pendidikan SD (2,5%) dan SMP (22,5%). Menurut Soewondo dan

Sadli (1990), pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi

dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter III-VI

pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak menyerap pengetahuan

tentang makanan jajanan, dan hal ini akan berdampak positif terhadap pemilihan

makanan jajanan anak. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan orangtua khususnya

ibu merupakan salah satu unsur penting dalam penentuan konsumsi makanan anak.

Hardinsyah dan Suhardjo (1987) menyatakan bahwa keterbatasan pengetahuan

karena rendahnya tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap tingkah laku ibu

dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang

pemanis buatan cenderung memilih makanan jajanan yang lebih baik dari pada ibu

yang berpendidikan rendah

Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari

pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media cetak, media

elektronik, buku petunjuk, media poster, kerabat dekat yang dapat membentuk

keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.

Hasil pengamatan peneliti terhadap informasi tentang makanan jajanan di media

elektronik dan media massa, lebih didominasi oleh informasi tentang makanan

jajanan yang mengandung pengawet dan pewarna, sehingga masih banyak ditemukan

ibu yang kurang tahu tentang pemanis buatan serta efek yang ditimbulkannya bagi

kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ibu yang mendapatkan informasi

tentang makanan jajanan yang mengandung bahan pemanis buatan sebagian besar

(52,5%) melalui media massa, sementara yang paling sedikit (5%) melalui tetangga.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar (77,5%) pekerjaan ibu adalah sebagai ibu

rumah tangga yang memiliki banyak waktu untuk membaca surat kabar, majalah dan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter III-VI

buku-buku. Akses ibu terhadap informasi dapat menjadi indikator kemampuan ibu

untuk merawat anaknya lebih baik. Perolehan informasi bisa didapat dari membaca

surat kabar, mendengarkan radio, menonton TV dan selanjutnya memahami informasi

tersebut (Engel et al, 1997).

Dari hasil penelitian diperoleh umur ibu yang paling banyak berada pada

kelompok umur 32-34 tahun yaitu sebanyak 25,0%, sedangkan yang paling sedikit

pada kelompok umur 26-28 tahun dan ≥38 tahun yaitu masing-masing sebanyak

15,0%. Dilihat dari umur ibu yang menjadi ibu pada penelitian ini, secara keseluruhan

sebagian besar berada pada kategori dewasa muda (21-40 tahun). Dimana usia juga

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, karena usia yang semakin tua,

maka semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang

dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya (Gunarsa & Gunarsa, 1991).

Pengetahuan ibu dalam hal jenis bahan tambahan pangan, hanya sebanyak

42,5% yang mengetahui bahwa pemanis buatan juga merupakan salah satu bahan

tambahan pangan yang sering digunakan oleh pedagang dalam makanan jajanan,

tetapi yang menjawab benar tentang pemanis buatan hanya sebanyak 7,5%. Pemanis

buatan termasuk ke dalam golongan bahan tambahan kimia selain bahan-bahan

lainnya seperti pengawet dan pewarna. Pada dasarnya pemanis buatan (artificial

sweeteners) merupakan senyawa yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan

lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih manis

dibandingkan gula. Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter III-VI

buatan dalam produk pangan hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga dapat

dikatakan rendah kalori atau tidak mengandung kalori. Selain itu penggunaan

pemanis buatan untuk memproduksi makanan jauh lebih murah dibanding

penggunaan sukrosa.

Seperti yang telah diketahui, sukrosa sebagai bahan pemanis alamiah

memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, yaitu sebesar 251 kal dalam 100 gram

bahan (Usmiati dan Yuliani, 2004). Konsumsi makanan dan minuman dengan

kandungan gula tinggi secara berlebihan dan tanpa diimbangi dengan asupan gizi lain

dapat menimbulkan gangguan metabolisme dalam tubuh, dimana kalori berubah

menjadi lemak sehingga menyebabkan gangguan kesehatan (Usmiati dan Yuliani,

2004). Kondisi ini menjadikan penggunaan sukrosa atau yang lebih dikenal dengan

gula sebagai bahan pemanis utama semakin tergeser.

Hasil wawancara dengan 40 ibu diperoleh sebanyak 25,5% yang mengatakan

bahwa makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan tidak aman dikonsusmi

karena dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan, dan diketahui

sebanyak 32,5% yang menjawab benar tentang lamanya timbul efeknya bagi

kesehatan apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan yaitu

≥15 tahun. Sementara itu, didapat sebanyak 25,5% yang menjawab benar berkaitan

dengan jenis penyakit yang dapat ditimbulkannya apabila mengkonsumsi makanan

yang mengandung pemanis buatan dalam jangka waktu yang lama yaitu kanker dan

tumor. Dari hasil penelitian juga diperoleh sebanyak 32,5% yang menjawab benar

tentang pemanis buatan yang dapat diperuntukkan bagi pasien diet rendah kalori

seperti penderita diabetes melitus.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter III-VI

Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk-

produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada

berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia

untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam

makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan

pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti: pengaturan

berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan dapat

mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak

selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi kesehatan.

Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di

laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat

dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan

pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat

menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor

dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (World Health

Organization/ WHO) telah menetapkan batas-batas yang disebut Acceptable Daily

Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari, yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi

tanpa menimbulkan resiko. Sejalan dengan itu di negara-negara Eropa, Amerika dan

juga di Indonesia telah ditetapkan standar penggunaan pemanis buatan pada produk

makanan. Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan standar penggunaan

jenis pemanis buatan dan batas maksimum penggunaannya pada beberapa produk

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter III-VI

pangan seperti minuman (beverages), permen/kembang gula, permen karet, serta

produk-produk suplemen kesehatan.

5.4. Sikap Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis Buatan

Sikap merupakan kecenderungan dan kesediaan untuk bertindak dan disertai

dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu tersebut. Dengan dasar

pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap dalam diri manusia

dengan perasaan-perasaan tertentu, dalam menanggapi suatu objek yang

menggerakkan untuk bertindak. Sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana hati

dalam diri sendiri kepada orang lain. Bila merasa optimis dan memperkirakan akan

berhasil, hal ini menimbulkan sikap positif. Bila merasa pesimis dan menduga hal-hal

yang buruk, hal ini bisa menimbulkan sikap negatif (Notoadmojdo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu memiliki

sikap pada kategori sedang yaitu sebanyak 60,0%, dan sikap ibu yang berada pada

kategori baik sebanyak 40,0%. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), masa

seorang anak yang berada pada usia kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa

yang tergolong rawan. Pada umumnya anak mulai susah makan atau hanya suka pada

makanan jajanan yang tergolong hampa kalori dan hampa gizi. Perhatian terhadap

makanan dan kesehatan bagi anak pada usia ini sangat diperlukan.

Dalam kaitannya dengan bahan pemanis buatan dan pemanis alami, sebanyak

32,5% kurang setuju bahwa pemanis buatan terasa lebih enak bila dibandingkan

dengan pemanis alami, sementara ibu yang sangat tidak setuju sebanyak 42,5%.

Dalam hal penggunaan pemanis alami, diperoleh sebanyak 47,5% setuju bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter III-VI

pemanis alami lebih aman dibandingkan dengan pemanis buatan, sedangkan yang

kurang setuju sebanyak 40,0%. Hal ini dikarenakan ibu memiliki penyakit diabetes

mellitus yang disarankan untuk menggunakan pemanis buatan karena pemanis buatan

rendah kalori.

Tingkat kemanisan pemanis sintetis berkisar 50-3.000 kali lebih manis

dibandingkan gula pasir. Namun, jika penambahan pemanis buatan terlalu banyak

justru menimbulkan rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue

kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi pemanis buatan. Pemanis buatan

sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena harganya

yang murah. Namun penggunaan pemanis buatan tidak boleh melampaui batas

maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya

kanker).

Dari hasil penelitian diketahui mayoritas ibu setuju (47,5%) bahwa pemberian

makan pada anak akan semakin sulit apabila anak sering mengkonsumsi makanan

jajanan, dan yang kurang setuju sebanyak 27,5%. Sementara ibu yang memiliki sikap

kurang setuju tentang makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah aman

dikonsumsi yaitu sebanyak 22,5%. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali Khomsan

(2003), yang menyatakan bahwa aspek negatif dari makanan jajanan yang dikonsumsi

terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Ditambah lagi dengan

banyaknya makanan jajanan yang dijual kurang memenuhi syarat kesehatan, sehingga

dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anak. Dimana berdasarkan hasil survei

Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang (2005) mendapati 90%

jajanan yang ada di beberapa sekolah tidak layak dikonsumsi. Makanan jajanan selain

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Chapter III-VI

mengandung bahan pengawet buatan, terdapat bahan pewarna dan pemanis buatan

yang bisa membahayakan tubuh manusia (Anonim, 2007). Sementara hasil Penelitian

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (2008) menunjukan bahwa beberapa

makanan jajanan yang dijual di sekolah-sekolah dasar di Jakarta, seperti limun merah,

limun kuning, manisan kedondong dan es coklat menggunakan kombinasi sakarin

dan siklamat.

5.5. Tindakan Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang Mengandung Pemanis

Buatan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (over behavior). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan. Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi

melalui tahap-tahap atau proses perubahan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

Artinya apabila pengetahuan sudah baik dan sikapnya positif secara otomatis

tindakan seseorang tersebut pasti akan baik. Namun, beberapa penelitian juga

membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu melalui tahap-tahap tersebut, bahkan

dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya, artinya seseorang berperilaku baik

meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif (Notoatmodjo, 2003).

Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan,

mempelajari perilaku adalah sangat penting. Karena pendidikan kesehatan sebagai

bagian dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk

menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau

masyarakat berperilaku melakukan tindakan sesuai dengan norma-norma hidup sehat.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Chapter III-VI

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner terhadap ibu maka dapat dikatakan bahwa tindakan ibu

tentang tentang makanan jajanan pada umumnya berada dalam kategori sedang yaitu

70,0%, dan pada kategori baik 30,0%. Hasil pengamatan sikap ibu pada saat istirahat

ada yang langsung membeli makanan jajan di lingkungan sekolah, ada juga yang

memberi makanan yang sudah dibawa dari rumah, dan ada juga ibu membelikan

makanan jajanan meskipun sudah membawa bekal dari rumah, dengan alasan anak

tetap menangis jika tidak dibelikan makanan jajanan karena anak melihat teman-

teman yang lain memakan makanan jajanan.

Dalam hal mengontrol jenis makanan jajanan anak, diketahui bahwa

mayoritas ibu kadang-kadang mengontrol jenis makanan jajanan yang dikonsumsi

anak yaitu sebanyak 57,5%, sementara ibu yang tidak pernah sebanyak 15,0%. Di

usia pra sekolah anak mulai mengembangkan kebiasaan makannya sebagai konsumen

aktif. Ia mulai bisa memilih sendiri makanan yang ingin dimakannya dan tidak lagi

sebagai konsumen pasif yang sepenuhnya bergantung pada orang dewasa di

sekitarnya. Dikurun waktu inilah orangtua terutama ibu memiliki peran penting untuk

mengawasi anak dari bahan pemanis buatan yang membahayakan keselamatan anak.

Sebagian besar ibu membeli 3-4 jenis makanan jajanan yang mengandung

pemanis buatan yaitu sebanyak 45,0%, sementara yang membeli ≤2 jenis hanya

7,5%. Pada umumnya jenis jajanan yang paling sering di beli oleh ibu adalah permen

dan kembang gula. Produk permen dan kembang gula merupakan produk yang tidak

dapat terlepas dari penggunaan bahan pemanis, baik alami maupun buatan.

Penggunaan pemanis buatan merupakan salah satu alternatif yang paling

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Chapter III-VI

menguntungkan untuk mengurangi biaya produksi, sehingga penggunaan pemanis

buatan dalam produk-produk permen cenderung meningkat. Menurut hasil survei di

Australia, produk permen dan minuman ringan merupakan produk dengan kandungan

pemanis buatan yang paling banyak dikonsumsi, yaitu masing-masing mencapai 27%

(Fisher, 2007).

Berkaitan dengan membekali anak dengan makanan, maka diperoleh

mayoritas ibu kadang-kadang membekali anak dengan makanan yang mengandung

pemanis buatan yaitu sebanyak 75,0%. Sementara tidak ada ditemukan ibu yang tidak

pernah membekali anak dengan makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

Untuk memerangi perilaku konsumtif, sehingga ibu semestinya cerdik dan cerdas

menciptakan jajanan yang bebas dari unsur-unsur zat kimiawi. Misalnya, ibu

membekali anak dengan makanan atau jajanan hasil olahan sendiri yang bebas dari

bahan pemanis buatan.

Menurut Mayke dalam Indriasari (2007), orangtua punya tanggung jawab

membentuk kebiasaan positif kepada anak meskipun mereka sibuk bekerja. Mayke

menyarankan agar orangtua tetap menyempatkan diri membuat bekal makanan

sendiri. Orangtua bisa bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal makan anak atau

segala sesuatunya sudah disiapkan malam harinya sehingga pagi tinggal

menyelesaikan pekerjaan yang belum disiapkan, menyiapkan bekal tidak harus

dilakukan oleh ibu, tetapi juga bisa dilakukan oleh ayah. Usaha orangtua menyiapkan

bekal anak juga berpengaruh positif terhadap jiwa anak. Anak merasa diperhatikan

karena orangtua mau bersusah payah membuatkan makanan untuknya (Indriasari,

2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Chapter III-VI

Membekali anak dengan uang jajan sebagai pengganti sarapan pagi,

sebenarnya kurang baik karena sulit mengontrol anak dalam menggunakan uang

jajannya. Mungkin anak membeli makanan jajanan yang tidak menguntungkan dan

tidak terjamin keamanannya. Dampak yang lebih lanjut dari seringnya anak jajan di

luar rumah menyebabkan banyaknya ibu-ibu mengeluh, dimana kelompok usia

sekolah ini mempunyai nafsu makan yang kurang untuk mengkonsumsi makanan di

rumah (Sediaoetama, 2003). Timbulnya kebiasaan jajan akan mempengaruhi

konsumsi makan di rumah. Bila anak terlalu banyak jajan dan dilakukan pada saat

yang seharusnya untuk makan di rumah akan dapat menurunkan nafsu makan anak.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Chapter III-VI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Umur ibu paling banyak berada pada kelompok umur 32-34 tahun yaitu 25,0%,

sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur 26-28 tahun dan ≥38 tahun

yaitu masing-masing 15,0%. Pendidikan ibu mayoritas SMA yaitu 57,5%,

sementara paling sedikit S-1 sebanyak 2,5%. Berdasarkan pekerjaan ibu yang

paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 77,5%, sedangkan pekerjaan ibu

yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 2,5%. Dalam hal pendapatan keluarga,

sebanyak 80,0% memiliki tingkat pendapatan keluarga tinggi, dan sisanya

(20,0%) tingkat pendapatan rendah.

2. Sumber informasi yang diperoleh ibu tantang makanan jajanan yang mengandung

pemanis buatan sebagian besar melalui media massa seperti surat kabar, majalah,

dan buku-buku yaitu sebanyak 52,5%.

3. Sebanyak 25% ibu memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebanyak 75,0%

kategori sedang. Pada umumnya ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kategori

baik tentang makanan jajanan yang mengadung pemanis buatan memiliki tingkat

pendidikan SMA dan lulusan perguruan tinggi serta pekerjaan ibu hanya sebagai

ibu rumah tangga yang memiliki waktu untuk membaca surat kabar, buku-buku

dan majalah.

4. Sikap ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan mayoritas

berada pada kategori sedang (60,0%). Hal ini disebabkan karena masih kurangnya

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Chapter III-VI

informasi tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan yang

diterima ibu, sehingga dapat menimbulkan sikap negatif terhadap pemanis buatan.

5. Tindakan ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan berada

pada kategori sedang (70,0%). Hal ini dikarenakan ibu masih menuruti keinginan

anak dalam memilih dan mengonsumsi makanan jajanan, meskipun makanan

jajanan tersebut mengandung pemanis buatan.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan penyuluhan oleh petugas puskesmas mengenai

bahan tambahan pangan terutama dalam hal pemanis buatan, mengingat bahaya

pemanis buatan bagi kesehatan anak.

2. Perlu diadakan kerjasama lintas sektoral antara Dinas Kesehatan dengan Dinas

Pendidkan agar dapat mensosialisasikan dan menginformasikan tentang bahaya

mengonsumsi makanan jajanan yang menganding pemanis buatan, terutama

dampaknya bagi kesehatan anak.

Universitas Sumatera Utara