Chapter III VI(1)

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan

    cross sectional (Notoatmodjo, 2003) yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

    sikap ibu dengan pemberian MP-ASI.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di kelurahan yaitu Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan

    Medan Selayang. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :

    1. Banyaknya ibu yang tidak memberi ASI Eksklusif pada anaknya (0-6 bulan) menurut

    data yang didapat dari kegiatan survei Tim Kelompok Gizi Masyarakat 2010, hanya

    sebesar 29,03% ibu yang memberikan ASI Eksklusif di Kelurahan PB. Selayang II

    Kecamatan Medan Selayang.

    2. Kurang tepatnya cara pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Kelurahan

    PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

    3.2.2 Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 Januari 2011.

    30

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.3 Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dan sedang

    menyusui di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang, sebanyak 112 orang.

    3.3.2 Sampel

    Sampel dipilih secara simple random sampling terhadap semua ibu yang memiliki bayi

    usia 6 bulan keatas dengan berat badan lahir normal dan sedang menyusui di Kelurahan PB.

    Selayang II Kecamatan Medan Selayang.

    Adapun sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Tarro Yamane dalam teori

    Notoadmojo (2005) maka disimpulkan bahwa besar sampel adalah sebagai berikut :

    n = N

    1+ N (d2)

    Keterangan :

    N = Besar populasi

    n = Besar sampel

    d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

    Maka : n = 112

    1 + 112(0,1)2

    Universitas Sumatera Utara

  • n = 112

    2,12

    n = 52,8 53 orang

    Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapat sampel sebesar 53

    orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan simple random sampling.

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    3.4.1 Data Primer

    a. Pengetahuan ibu mengenai pemberian MP-ASI.

    b. Sikap ibu mengenai pemberian MP-ASI.

    Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Pelaksanaan

    wawancara berpedoman kepada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan.

    3.4.2 Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari data penduduk Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan

    Medan Selayang yang diperoleh dari kantor lurah Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan

    Medan Selayang.

    3.5. Definisi Operasional

    1. Umur adalah usia responden dari mulai lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir.

    2. Umur bayi adalah anak yang berusia 0-1 tahun.

    3. Pendidikan adalah pendidikan formal responden yang terakhir.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang ditekuni responden dan merupakan sumber

    penghasilan bagi responden.

    5. Penghasilan keluarga adalah jumlah penghasilan keseluruhan keluarga yang dihitung

    dalam sebulan.

    6. Suku adalah suku bangsa yang merupakan aspek sosial budaya yang membedakan

    manusia.

    7. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan disini

    menyangkut segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemberian makanan tambahan

    pada balita.

    8. Sikap merupakan produk dari sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan

    rangsangan yang diterimanya. Jadi dapat berupa perilaku yang masih tersembunyi.

    Sikap ibu tentang pemberian makanan tambahan pada balita.

    9. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan secara konkrit oleh seseorang sebagai

    akibat dari pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Tindakan ibu dalam pemberian

    makanan tambahan pada balita.

    10. Jumlah anak yang dimaksud di sini adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh

    responden baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.6. Skala Pengukuran

    1. Untuk mengukur tingkat pengetahuan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1 jika

    benar dan 0 jika jawaban salah, nilai maksimal = 10 dan nilai minimal = 0.

    Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat

    pengetahuan responden sebagai berikut : (Arikunto, 1998)

    a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 8

    b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar

    antara 5-7

    c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 4

    2. Untuk mengukur tingkat sikap, jenis pertanyaan dibagi kedalam 2 jenis pertanyaan,

    yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Untuk pertanyaan positif sikap Setuju

    (S) diberi nilai 3, Netral (N) diberi nilai 2 dan Tidak Setuju diberi nilai 1. Sedangkan

    untuk pertanyaan negatif sikap setuju (S) diberi nilai 1, Netral (N) diberi nilai 2 dan

    Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden

    maka dapat dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut :

    a. Tingkat sikap baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 24

    b. Tingkat sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar antara 17-23

    c. Tingkat sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 16.

    3. Untuk mengukur tingkat tindakan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1 jika benar

    dan 0 jika jawaban salah. Untuk pertanyaan nomor 33, 34, 35, 36, 37, 39 dan 41

    adalah jenis pertanyaan negatif, yang apabila menjawab Ya mendapat nilai 0 dan bila

    Universitas Sumatera Utara

  • menjawab Tidak mendapat nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden

    maka dapat dikategorikan tingkat tindakan responden sebagai berikut :

    a. Tingkat tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh responden > 8

    b. Tingkat tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar antara 5-

    7

    c. Tingkat tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden < 4

    3.7. Teknik Analisa Data

    Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dan dibuat dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi dan selanjutnya diuraikan dalam bentuk narasi sesuai literature yang ada. Jenis

    analisis yang dilakukan adalah :

    1. Analisa Univariat

    Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya

    proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

    2. Analisa Bivariat

    Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

    (Pengetahuan dan sikap Ibu) dengan variabel dependen (ketepatan pemberian MP-

    ASI). Dari hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara

    statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-

    square dengan tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05). Jika P < 0,05, untuk melihat

    hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1. Gambaran Umum

    4.1.1. Geografis Kelurahan Padang Bulan Selayang II (PB. Selayang II)

    Kelurahan PB. Selayang II yang merupakan ibukota Kecamatan Medan Selayang Kota

    Medan mempunyai luas wilayah 2.379 Ha. Kelurahan PB. Selayang II berbatasan dengan :

    Sebelah Utara : Padang Bulan Selayang I

    Sebelah selatan : Kelurahan Sempakata

    Sebelah Timur : Kelurahan Beringin dan Kecamatan Medan Baru

    Sebelah Barat : Kelurahan Tanjung Sari

    4.1.2. Demografi Kelurahan Padang Bulan Selayang II (PB. Selayang II)

    Kelurahan PB. Selayang II mempunyai jumlah penduduk 25.095 jiwa, dengan jumlah

    laki-laki 12.675 jiwa dan jumlah perempuan 12.420 jiwa. Jumlah kepala keluarga 5.736 KK,

    jumlah balita sebanyak 730 orang, jumlah ibu hamil sebanyak 80 orang dan jumlah ibu

    menyusui sebanyak 112 orang.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2010

    No. Kelompok Umur (Tahun)

    Jumlah %

    1 0-1 48 0,2

    2 1-5 730 2,9

    3 6-12 5856 23,3

    4 13-19 2112 8,4

    5 20-27 3145 12,6

    6 27-33 3690 14,8

    7 34-40 2296 9,1

    8 41-47 2382 9,5

    9 48-54 2567 10,2

    10 > 55 2269 9,0

    Jumlah 25.095 100,0

    Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

    Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa kelompok umur penduduk terbanyak adalah

    kelompok umur 6-8 tahun dengan jumlah 5856 orang ( 23,3%) dan kelompok umur penduduk

    yang terendah adalah pada umur 0-1 tahun dengan jumlah (0,2 %).

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kelurahan PB. Selayang II di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

    No Pendidikan Terakhir Jumlah %

    1 Belum Sekolah 778 3,1

    2 Tidak Tamat SD 790 3,1

    3 Tamat SD 1390 5,5

    4 SLTP/Sederajat 9.416 37,6

    5 SLTA/Sederajat 11.365 45,3

    6 Perguruan Tinggi 1356 5,4

    Jumlah 25.095 100,0

    Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

    Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa pendidikan terakhir penduduk terbanyak

    adalah SLTA/Sederajat dengan jumlah 11.365 orang (45,3%) dan pendidikan terakhir

    penduduk yang paling sedikit adalah belum sekolah yakni sebanyak 778 orang (3,1%)

    Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

    No Pekerjaan Jumlah %

    1 TNI/Polri 7631 26,2

    2 PNS 4296 14,8

    3 Swasta 1837 9,8

    4 Pedagang 4871 16,6

    6 Pensiunan 2231 12,8

    7 Buruh 1541 8,9

    8 Supir 2688 10,9

    Universitas Sumatera Utara

  • Jumlah 25.095 100,0

    Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

    Berdasarkan pekerjaan, yang ditunjukkan pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa

    pekerjaan yang terbanyak adalah TNI/Polri sebanyak 7631 orang (26,2%) sedangkan

    pekerjaan penduduk yang terendah adalah Buruh yakni sebanyak 1541 orang (8,9 %).

    Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

    No Agama Jumlah %

    1 Islam 20.990 72,1

    2 Kristen Protestan 3.469 25,7

    3 Budha 0 0

    4 Kristen Katolik 579 2,0

    5 Hindu 57 0,2

    Jumlah 25.095 100,0

    Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

    Agama yang paling banyak dianut di Kelurahan PB. Selayang II berdasarkan tabel 4.4.

    adalah agama Islam yakni sebanyak 20.990 orang (72,1 %) dan yang paling sedikit adalah

    agama budha yaitu 0 orang (0 %).

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

    No Suku Jumlah %

    1 Jawa 7660 30,5

    2 Batak 5119 20,4

    3 Mandailing 3589 14,3

    4 Karo 4670 18,6

    5 Minang 2379 9,5

    6 Dll (India, Bali) 1678 6,7

    Jumlah 25.095 100,0

    Sumber : Profil Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2008

    Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa suku Jawa merupakan suku terbanyak di

    Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang dengan jumlah 7660 orang (30,5%)

    dan yang paling sedikit adalah suku India, Bali yakni sebanyak 1678 orang (6,7 %).

    4.2 Karakteristik Responden

    4.2.1. Umur

    Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu memiliki bayi umur 7-12 di

    Kelurahan PB. Selayang II tahun 2010.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

    No Umur Jumlah %

    1 20 24 14 26

    2 25 29 31 59

    3 30 34 8 15

    Jumlah 53 100

    Berdasarkan hasil penelitian, umur responden yang terlihat pada tabel 4.7

    menunjukkan bahwa pada umumnya responden berumur 25-29 tahun 31 orang (59%) menjadi

    golongan umur yang paling banyak, dan umur responden paling sedikit adalah 30-34 tahun 8

    orang (15%)

    4.2.2. Suku

    Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, suku responden dapat dilihat pada tabel

    berikut

    Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

    No Suku Jumlah %

    1 Jawa 25 47,2

    2 Batak 6 11,3

    3 Minang 4 7,5

    4 Mandailing 9 17,0

    5 Lain-lain (Bali, India) 9 17,0

    Universitas Sumatera Utara

  • Jumlah 53 100,0

    Dari 53 responden yang diteliti, suku paling banyak adalah suku Jawa yakni 25 orang

    (47,2 %) dan paling sedikit adalah suku Minang yaitu 4 orang (7,5 %)

    4.2.3. Agama

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui agama yang dianut oleh

    responden dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

    No Agama Jumlah %

    1 Islam 45 84,9

    2 Kristen 2 3,8

    3 Hindu 6 11,3

    Jumlah 53 100,0

    Tabel 4.8. menunjukkan bahwa umumnya ibu yang menjadi responden beragama

    Islam yakni 45 orang (84,9 %) yang beragama Kristen 2 orang (3,8 %)

    4.2.4. Pendidikan Terakhir

    Untuk mengetahui pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada tabel berikut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

    No Pendidikan Jumlah %

    1 Tamat SMP 8 15,1

    2 Tamat SMA 33 62,3

    3 Tamat PT 12 22,6

    Jumlah 53 100,0

    Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden yang

    terbanyak adalah tamat SMA yakni sebanyak 33 orang (62,3 %) dan yang paling sedikit

    adalah tamat SMP yaitu sebanyak 8 orang (15,1 %).

    4.2.5. Pekerjaan

    Berdasarkan data penelitian pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

    No. Pekerjaan Jumlah %

    1 Ibu Rumah Tangga 36 67,9

    2 Wiraswasta 13 24,5

    3 Guru 3 5,7

    4. Pegawai Honor 1 1,2

    Jumlah 53 100,0

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pekerjaan ibu paling banyak yang menjadi responden

    adalah ibu rumah tangga yakni 36 orang (67,9 %) dan yang paling sedikit 1 orang (1,2 %)

    yang bekerja sebagai pegawai honor.

    4.2.6. Penghasilan Keluarga

    Untuk mengetahui pendapatan keluarga responden dapat dilihat pada tabel berikut :

    4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan PB. Selayang Tahun 2010

    No Pendapatan Keluarga Jumlah %

    1 750.000 13 24,5

    2 750.00 1.500.00 31 58,5

    3 1.500.000 9 17,0

    Jumlah 53 100,0

    Berdasarkan penelitian, pendapatan keluarga yang ditunjukkan pada tabel 4.11 di atas,

    diketahui bahwa sebagian besar pendapatan keluarga responden Rp. 750.000 Rp. 1.500.000

    sebanyak 31 orang (24,5%) yang berarti lebih atau memenuhi Upah Minimum Regional

    (UMR) Kota Medan tahun 2010 (Rp. 1.197.000) dan sebanyak 9 orang (17,0) yang

    berpenghasilan Rp. 1.500.000.

    4.2.7. Pekerjaan Suami (Ayah Bayi)

    Berdasarkan data penelitian pekerjaan suami responden dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

    No Pekerjaan Suami Jumlah %

    1 PNS 18 34,0

    2 Supir 15 28,3

    3 Wiraswasta 15 28,3

    4 Buruh 5 9,4

    Jumlah 53 100,0

    Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar suami dari responden pekerjaannya

    adalah PNS yakni sebanyak 18 orang (34,0 %) dan yang paling sedikit 5 orang (9,4 %) yang

    bekerja sebagai buruh.

    4.2.8. Jumlah Anak

    Berdasarkan data penelitian jumlah anak responden dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Kelurahan PB. Selayang II

    No. Jumlah Anak Jumlah %

    1 1 25 47,2

    2 2 21 39,6

    3 3 7 13,2

    Jumlah 53 100,0

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.13 menunjukkan bahwa jumlah anak dari responden yang paling banyak

    adalah 1 orang yakni sebanyak 24 orang (47,2%) dan yang paling sedikit jumlah anak 3 orang

    yakni sebanyak 7 orang responden (17,6 %).

    4.3. Karakteristik Bayi (7-12)

    4.3.1. Umur Bayi

    Umur bayi dikelompokkan berdasarkan tata cara pemberian MP-ASI yang disesuaikan

    dengan umur bayi. Dari data yang diperoleh umur bayi (7-12) bulan dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Bayi di Kelurahan PB. Selayang II

    No Umur Bayi (Bulan) Jumlah %

    1. 7 9 17,6

    2. 8 16 31,4

    3. 9 12 23,5

    4. 10 14 27,5

    Jumlah 53 100,0

    Tabel 4.14 menunjukkan bahwa sebagian umur bayi dari responden adalah 8 bulan

    yakni sebanyak 16 orang (31,4 %) dan yang paling sedikit umur bayi 7 bulan yakni sebanyak

    9 orang (17,6 %).

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.4. Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI

    Pengetahuan responden tentang MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.15. Distibusi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II

    No. Pertanyaan Jumlah %

    1. Ibu tahu tentang makanan pendamping ASI

    a. Benar b. Salah

    46

    7

    86,8

    13,2

    2. Pengertian tentang makanan pendamping ASI itu

    a. Benar b. Salah

    34

    12

    73,9

    26,1

    3. Umur yang paling tepat dalam pemberian makanan tambahan

    a. Benar b. Salah

    47

    6

    88,7

    11,3

    4. Jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia > 6 bulan

    a. Benar b. Salah

    28

    25

    52,8

    47,2

    5. Yang merupakan makanan pendamping ASI

    a. Benar b. Salah

    39

    14

    73,6

    26,4

    6. Berapa kali makanan tambahan itu diberikan dalam sehari kepada bayi yang berusia 6-8 bulan

    a. Benar b. Salah

    33

    20

    62,3

    37,7

    7. Bayi perlu diberikan makanan tambahan

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Benar b. Salah

    33

    20

    62,3

    37,7

    8. Pengaruhnya terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan terhadap kesehatan bayi

    a. Benar b. Salah

    45

    8

    84,9

    15,1

    9. Menunda makanan tambahan dapat mengurangi resiko alergi makanan

    a. Benar b. Salah

    50

    3

    94,3

    5,7

    10. Usia yang tepat pada proses penyapihan bayi

    a. Benar b. Salah

    50

    3

    94,3

    5,7

    Berdasarkan penelitian di atas dapat lihat pengetahuan responden tentang MP-ASI

    sebanyak 46 orang (86,8%) sudah mengetahui dengan benar. Pengetahuan tentang pengertian

    makanan pendamping ASI sebanyak 34 orang (73,9%) menjawab benar. Pengetahuan tentang

    umur berapa sebaiknya bayi diberikan makanan tambahan sebanyak 47 orang (88,7%)

    menjawab dengan benar. Untuk pengetahuan jenis makanan yang pertama kali diberikan

    kepada bayi usia diatas 6 bulan sebanyak 28 orang (52,8%) menjawab dengan benar.

    Pengetahuan yang manakah makanan pendamping ASI, sebanyak 39 orang (73,6%) yang

    menjawab jawaban yang benar.

    Untuk pengetahuan ibu tentang berapa kali diberikan makanan tambahan dalam sehari,

    sebanyak 33 orang (62,3%) yang menjawab benar. Pengetahuan tentang mengapa bayi perlu

    diberikan makanan tambahan, sebanyak 33 orang (62,3%) yang menjawab benar.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pengetahuan responden tentang apa pengaruh terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6

    bulan, sebanyak 45 orang (84,9%) yang menjawab dengan benar. Responden yang menjawab

    benar sebanyak 50 orang (94,3%) menjawab benar dengan menunda makanan tambahan dapat

    mengurangi resiko alergi makanan. Dan pengetahuan responden pada usia berapa bayi

    sebaiknya disapih, sebanyak 50 orang (94,3%) yang menjawab benar.

    Berdasarkan data di atas, maka secara kategori pengetahuan responden dapat

    dikelompokkan, dimana masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Kelurahan PB. Selayang II

    No. Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

    1 Baik 37 69,8

    2. Sedang 12 22,6

    3. Kurang 4 7,5

    Jumlah 53 100,0

    Berdasarkan penelitian di atas dapat dilihat bahwa tingkat kategori responden

    pengetahuan yang baik sebanyak 37 orang (69,8%), sedangkan yang sedang sebanyak 12

    orang (22,6%) responden memiliki pengetahuan pada tingkat sedang dan sebanyak 4 orang

    (7,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.5. Sikap Ibu Tentang MP-ASI

    Sikap responden tentang MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.17. Distribusi Berdasarkan Sikap Ibu tentang MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II

    No Pertanyaan Jumlah %

    1. Bayi berusia 4 bulan memerlukan makanan khusus

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    41

    1

    11

    77,4

    1,9

    20,8

    2. Pada bayi berusia > 6 bulan baru boleh diberikan makanan tambahan

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    0

    8

    45

    0

    15,1

    84,9

    3. Supaya bayi berusia 0-6 bulan lebih gemuk, makanannya harus ditambah dengan susu formula

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    25

    30

    8

    47,2

    37,7

    15,1

    4. Pemberian makanan pada bayi yang berusia < 6 bulan dapat berpengaruh pada pencernaannya

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    3

    13

    37

    5,7

    24,5

    69,8

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    19

    17

    17

    35,8

    32,1

    32,1

    6. Menunda pemberian makanan padat dapat mengurangi resiko alergi makanan pada bayi

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    1

    23

    29

    1,9

    43,4

    54,7

    No. Pertanyaan Jumlah %

    7. Pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat membantu bayi mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    3

    15

    35

    5,7

    28,3

    66,0

    8. Memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan pertama pada bayi berusia > 6 bulan

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    0

    24

    29

    0

    45,3

    54,7

    9. Pada bayi 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan setiap hari

    a. Setuju b. Netral

    24

    45,3

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Tidak setuju 11

    18

    20,8

    34,0

    10. Pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat menyebabkan anak kelebihan berat badan

    a. Setuju b. Netral c. Tidak setuju

    1

    14

    38

    1,9

    26,4

    71,7

    Dari hasil penelitian di atas di ketahui sikap responden tentang bayi berusia 4 bulan

    memerlukan makanan khusus, sebanyak 41 orang (77,4%) mengatakan sikap setuju. Sikap

    responden terhadap bayi yang berumur > 6 bulan baru boleh diberikan makanan tambahan,

    responden yang bersikap tidak setuju sebanyak 45 orang (84,9%). Sikap responden pada bayi

    berusia 0-6 bulan lebih gemuk, harus ditambah dengan susu formula, sebanyak 30 orang

    (37,7%) menjawab netral. Sikap responden terhadap pemberian makanan pada bayi yang

    berusia < 6 bulan dapat berpengaruh pada pencernaannya, sebanyak 37 orang (69,8%)

    menyatakan tidak setuju. Untuk pertanyaan pemberian makanan selain ASI kepada bayi

    sebelum bayi berusia 6 bulan, sebanyak 19 orang (35,8%) menyatakan setuju.

    Sikap responden terhadap pemberian makanan padat dapat mengurangi resiko alergi

    makanan pada bayi sebanyak 29 orang (54,7 %) menyatakan sikap tidak setuju. Sikap

    responden terhadap pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat membantu bayi

    mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis, sebanyak 35 orang (66,0%) menyatakan tidak

    setuju. Untuk pertanyaan memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan

    Universitas Sumatera Utara

  • pertama pada bayi berusia > 6 bulan yang menyatakan sebanyak 29 orang (54,7 %)

    menyatakan sikap tidak setuju.

    Untuk pertanyaan pada bayi 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan

    setiap hari, sebanyak 24 orang (45,3%) menyatakan sikap setuju. Sikap responden untuk

    pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat menyebabkan anak kelebihan berat

    badan, sebanyak 37 orang (69,8 %) menyatakan tidak setuju.

    Berdasarkan data tentang sikap responden di atas, setelah dilakukan pengelompokan

    berdasarkan kategori baik dan buruk maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Ibu di Kelurahan PB. Selayang II

    No Kategori sikap Jumlah Presentase (%)

    1. Baik 11 20,8

    2. Sedang 34 64,2

    3. Kurang 8 15,1

    Jumlah 53 100,0

    Berdasarkan penelitian di atas dapat dikategorikan sikap responden, sebanyak 11

    orang (20,8%) mempunyai sikap kategori yang baik, sedangkan 34 orang (64,2%) mempunyai

    sikap kategori sedang dan 8 orang (15,1%) mempunyai kategori kurang.

    4.6. Tindakan Ibu Tentang MP-ASI

    Tindakan responden tentang MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.19. Distribusi Berdasarkan Tindakan Ibu tentang MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II

    No Pertanyaan Jumlah %

    1. Ibu memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan

    a. Ya b. Tidak

    1

    52

    1,9

    98,1

    2. Ibu memberikan makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan

    a. Ya b. Tidak

    16

    37

    30,2

    69,8

    3. Makanan tambahan diberikan pada bayi ketika usia < 6 bulan?

    a. Ya b. Tidak

    36

    17

    67,9

    32,1

    4.

    Ibu memberikan makan bayi berusia < 6 bulan jika bayi rewel atau menangis

    a. Ya b. Tidak

    21

    32

    39,6

    60,4

    5. Ibu memberikan susu formula pada anak usia < 6 bulan?

    a. Ya b. Tidak

    33

    20

    62,3

    37,7

    6. Ibu memberi makan bayi berusia < 6 bulan agar anak lebih gemuk

    a. Ya b. Tidak

    34

    64,2

    Universitas Sumatera Utara

  • 19 35,8

    7. Ibu memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan pertama bayi berusia diatas 6 bulan

    a. Ya b. Tidak

    35

    18

    66,0

    34,0

    No Pertanyaan Jumlah %

    8. Ibu memberikan susu formula sebagai makanan tambahan ketika masih memberikan ASI

    a. Ya b. Tidak

    36

    17

    67,9

    32,1

    9. Ibu memberikan makanan tambahan 1-3 kali sehari pada bayi usia > 6

    a. Ya b. Tidak

    45

    8

    84,9

    15,1

    Universitas Sumatera Utara

  • 10. Ibu memberikan makan bayi dengan kemiri sesaat setelah bayi lahir

    a. Ya b. Tidak

    14

    39

    26,4

    73,6

    Dari hasil penelitian di atas di ketahui tindakan responden dalam memberi ASI saja,

    sebanyak 1 orang (1,9%) menjawab ya dan 52 orang (98,1%) menjawab tidak. Tindakan

    responden dalam memberikan makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan, sebanyak

    16 orang (30,2%) yang menjawab ya dan 37 orang (69,8%) yang menjawab tidak. Tindakan

    responden dalam memberikan makanan tambahan pada bayi ketika usia < 6 bulan, sebanyak

    36 orang (67,9%) menjawab ya dan 17 orang (32,1%) menjawab tidak. Tindakan responden

    memberikan makan bayi berusia < 6 bulan jika bayi rewel atau menangis, sebanyak 32 orang

    (60,4%) menjawab ya dan sebanyak 21 orang (39,6%) yang menjawab tidak. Tindakan

    responden dlam memberikan susu formula pada anak usia < 6 bulan sebanyak, 33 orang

    (62,3%) yang menjawab ya dan sebanyak 20 orang (37,7%) yang menjawab tidak. Tindakan

    responden memberi makan bayi berusia < 6 bulan agar anak lebih gemuk, sebanyak 34 orang

    (64,2%) yang menjawab ya dan 19 orang (35,8%) yang menjawab tidak. Tindakan responden

    dalam memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan tambahan bayi berusia

    diatas 6 bulan, sebanyak 35 orang (66,0%) menjawab ya dan sebanyak 18 orang (34,0%)

    menjawab tidak. Tindakan responden memberikan susu formula sebagai makanan tambahan

    ketika masih memberikan ASI, sebanyak 36 orang (67,9%) menjawab ya dan sebanyak 17

    Universitas Sumatera Utara

  • orang (32,1%) menjawab tidak. Tindakan responden dalam memberikan makanan tambahan

    1-3 kali sehari pada bayi usia > 6 bulan, sebanyak 45 orang (84,5%) menjawab ya dan

    sebanyak 8 orang (84,9%) menjawab tidak. Tindakan responden memberi makan bayi dengan

    kemiri sesaat setelah bayi lahir, sebanyak 14 orang (26,4%) menjawab ya dan sebanyak 39

    orang (73,6%) menjawab tidak.

    Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan di Kelurahan PB. Selayang II

    No. Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

    1 Baik 17 32,1

    2. Sedang 15 28,3

    3. Kurang 21 39,6

    Jumlah 53 100,0

    Berdasarkan penelitian di atas dapat dikategorikan tindakan responden sebanyak 17

    orang (32,1%) mempunyai tindakan kategori yang baik, sedangkan 15 orang (28,3%)

    mempunyai tindakan kategori sedang dan 21 orang (39,6%) mempunyai tindakan kategori

    kurang.

    4.7. Hasil Analisa Bivariat

    Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak hubungan yang bermakna

    antara variabel independen pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian makanan

    pendamping ASI. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Square.

    Alasan pemilihan analisis menggunakan Uji Chi Square, disebabkan variabel independennya

    Universitas Sumatera Utara

  • kategorik dan variabel dependennya juga kategorik. Analisis ini dikatakan bermakna

    (signifikan) bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik

    antara variabel, yaitu dengan nilai p < 0,05. Variabel yang dianalisis adalah pengetahuan dan

    sikap responden seperti tertera pada Tabel 4.20 berikut ini:

    Tabel 4.21. Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan dan Sikap) Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian MP-ASI di Kelurahan PB. Selayang II Tahun 2010

    Tindakan Responden Terhadap Pemberian MP-ASI

    Baik Sedang Kurang Total

    Variabel

    n % n % n % n %

    P

    Pengetahuan

    a. Baik b. Sedang c. Kurang

    17

    0

    0

    45,9

    0

    0

    12

    3

    0

    32,4

    25

    0

    8

    9

    4

    21,6

    75

    100

    37

    12

    4

    100

    100

    100

    0,001

    Sikap

    a. Baik b. Sedang c. Kurang

    4

    13

    0

    36,3

    38,2

    0

    2

    13

    0

    18,2

    38,2

    0

    5

    8

    8

    45,6

    23,6

    100

    11

    34

    8

    100

    100

    100

    0,002

    Berdasarkan Tabel 4.20 di atas, hasil uji statistik Chi Square (Pearson Chi Square)

    dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan

    pendamping ASI (MP-ASI), diperoleh nilai p value = 0,001 (p

  • secara statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang

    pemberian MP-ASI terhadap tindakan ibu terhadap pemberian MP-ASI

    Berdasarkan hasil analisis Chi Square (Pearson Chi Square) dilakukan untuk

    mengetahui hubungan sikap tentang pemberian MP-ASI terhadap tindakan ibu terhadap

    pemberian MP-ASI, diperoleh nilai p value = 0,002 (p

  • BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1. Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI

    Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa sebagian besar ibu sudah mengetahui tentang

    makanan pendamping ASI yaitu sebesar 86,8% yang tahu dan 13,2% yang tidak tahu.

    Sebagian ibu juga dapat menjelaskan dengan baik pengertian dari MP-ASI yaitu sebanyak

    73,9% yang menjawab MP-ASI itu adalah makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga

    dan sebanyak 26,1% yang menjawab makanan pengganti ASI, makanan selain ASI dan yang

    menjawab tidak tahu. Menurut pendapat Krisnatuti (2006) masa pertumbuhan bayi tidak

    hanya cukup dari ASI saja, bayi harus mendapat makanan pendamping selain ASI (MP-ASI).

    Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu dimana pendidikan ibu yang paling

    tinggi tamat SLTA sebesar 62,3 %. Dalam hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

    yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap sesuatu hal. Orang

    yang berpendidikan SD sudah tentu perilakunya tidak lebih baik dari orang pendidikan SLTP,

    dan seterusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardjo (1986) bahwa tingkat pendidikan

    turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami masalah

    pertumbuhan bayi yang diperoleh. Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi pertumbuhan

    bayi. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi kemampuan ibu menyerap pengetahuan

    praktis dan pendidikan non formal terutama melalui televisi, surat kabar, radio, dan lain-lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • Hal ini sejalan dengan penelitian pendapat Sudiyanto dan Sekartini (2005) bahwa

    status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh status pendidikannya untuk menentukan kualitas

    pengasuhannya. Pendidikan ibu yang rendah serta corak asuh yang miskin akan stimulasi

    mental juga masih sering dijumpai. Semua hal tersebut menyebabkan penyimpangan tumbuh

    kembang anak, terutama pada usia balita.

    Sebagian ibu juga mengetahui dari umur berapa bayi boleh diberikan makanan

    tambahan, sebanyak 88,7% yang menjawab diatas 6 bulan dan sebanyak 11,3% yang

    menjawab dibawah 6 bulan dan yang tidak tahu. Ini menunjukkan pengetahuan ibu sebagian

    baik. Hal ini sesuai menurut pendapat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI

    (2000), Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi

    diberikan pada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Makanan pendamping ASI

    diberikan dari umur 6 bulan sampai dengan 24 bulan. Semakin meningkatnya umur bayi/anak,

    kebutuhan zat gizi semakin bertambah untuk tumbuh kembang anak, sedangkan ASI yang

    dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi.

    Ibu juga mengetahui jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia

    diatas 6 bulan sebanyak 52,8% menjawab makanan lunak dan sebanyak 47,2% yang

    menjawab makanan padat, mie dan kemiri. Sebagian ibu juga dapat dengan baik menjawab

    bahwa bubur susu yang merupakan makanan pendamping ASI sebanyak 73,6% menjawab

    benar dan 26,4 % yang menjawab gula, makanan yang dilepeh dan nasi. Hal ini sesuai

    menurut pendapat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI (2006). Hasil

    penelitian ini sesuai dengan pendapat Krisnatuti (2006) menyatakan pengetahuan masyarakat

    yang rendah tentang jenis dan cara mengolah makanan bayi akan mengakibatkan terjadinya

    Universitas Sumatera Utara

  • kekurangan gizi pada bayi karena asupan gizi yang masuk ke tubuh bayi tidak seimbang

    dengan kebutuhan tubuh bayi maka menyebabkan pertumbuhan menjadi tidak normal.

    Sebagian ibu juga sudah mengetahui berapa kali makanan tambahan diberiakan dalam

    sehari kepada bayi yang berusia 6-8 bulan yaitu sebanyak 62,3% menjawab 1-3 kali

    sedangkan sebanyak 37,7% yang menjawab 4-6 kali, 7-10 kali bahkan ada yang tidak tentu,

    tergantung bayi menangis atau tidak. Hal ini sesuai menurut UNICEF (2009), frekuensi

    makanan untuk anak usia 6-8 bulan terdiri dari makanan utama 1-2 kali/hari dan camilan 1

    kali/hari. Menurut hasil dari penelitian Sulastri (2002) bahwa pertumbuhan bayi yang

    tergolong tidak normal lebih banyak pada frekuensi makan yang tergolong tidak baik

    dibandingkan dengan frekuensi makan baik.

    Ibu juga mengetahui tujuan mengapa bayi perlu diberikan makanan tambahan,

    sebanyak 63,3% menjawab karena kebutuhan bayi akan zat-zat gizi bertambah sesuai dengan

    pertambahan umurnya, sedangkan 37,7% ibu lagi menjawab agar anak tidak rewel dan

    canggung, agar anak terhindar dari penyakit dan ada yang menjawab tidak tahu. Hal ini sesuai

    menurut Soraya (2006), ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi dikarenakan pertambahan

    umur bayi yang diiringi pertumbuhan dan aktivitas yang bertambah.

    Ibu juga mengetahui dengan baik pengaruh apabila memberikan makanan tambahan

    sebelum bayi berusia 6 bulan, sebanyak 84,9% menjawab anak jadi sering mencret dan

    pencernaannya terganggu, dan sebanyak 15,1% menjawab tidak ada pengaruhnya, anak jadi

    sering nangis dan tidak tahu. Dan juga alasan penundaan memberi bayi makan untuk

    mengurangi resiko alergi makanan, sebanyak 45 orang 84,9% menjawab ya sedangkan 15,1%

    Universitas Sumatera Utara

  • lagi menjawab tidak, mungkin dan tidak tahu. Menurut Soraya (2006), saat bayi berumur 6

    bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI.

    Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase dan

    sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan. Dan menunda

    pemberian makanan padat mengurangi resiko alergi makanan pada bayi (anak).

    Hal ini sesuai menurut Krisnatuiti (2006) yang mengutip pendapat Brinch menyatakan

    bayi memerlukan makanan tambahan setelah menginjak umur lebih dari 4-6 bulan. Apabila

    dibawah umur 4 bulan, seorang bayi telah diberikan makanan tambahan maka bayi akan sulit

    tidur pada malam hari. Selain itu, bayi pun akan mengalami gangguan-gangguan yang

    lainnya seperti sakit perut, mencret atau sembelit (susah buang air besar), infeksi dan alergi.

    Dengan demikian akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi.

    Pengetahuan ibu tentang usia yang tepat bagi seorang bayi untuk proses penyapihan,

    sebanyak 94,3% menjawab lebih dari 24 bulan sedangkan 5,7% menjawab kurang dari 24

    bulan, kurang dari 12 bulan dan lebih dari 12 bulan. Hal ini sesuai menurut Widodo (2006)

    yaitu menyapih sebaiknya di mulai pada masa anak berusia di atas 2 tahun. Menyapih adalah

    proses berhentinya masa menyusui secara berangsur angsur atau sekaligus. Proses itu dapat

    disebabkan oleh si anak itu sendiri untuk berhenti menyusu atau bisa juga dari sang ibu untuk

    berhenti menyusui anaknya (NN, 2007). Menurut Carnain (2007), menyapih adalah proses

    bertahap yaitu mula-mula dengan mengurangi frekuensi pemberian ASI, sampai dengan

    berhentinya proses pemberian ASI.

    5.3. Sikap Ibu Tentang MP-ASI

    Universitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa sikap ibu tentang bayi yang berusia 4

    bulan memerlukan makanan khusus, sebanyak (77,4%) menjawab setuju ini menunjukkan

    bahwa pemahaman ibu tentang diusia berapa bayi boleh diberikan makan belum mengerti.

    Menurut pendapat Guslihan (2004), ASI adalah makanan dan minuman terbaik dan alamiah

    untuk bayi. Jadi, jangan diberi makanan tambahan terlebih dahulu sebelum ASI keluar dan

    beri ASI saja dari umur 0-6 bulan.

    Menurut Linkages (2002) pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI

    eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya

    tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi

    (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif

    mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa

    anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan

    membantu menjarangkan kelahiran.

    Sikap ibu terhadap bayi usia diatas 6 bulan baru boleh diberikan makanan tambahan,

    sebanyak 84,9% menyatakan sikap tidak setuju, hal ini menunjukkan masih ada masyarakat

    yang memberikan makanan tambahan hal ini terlihat dari hasil distribusi, tidak ada sikap yang

    menyatakan setuju 0%, dan sebanyak menyatakan sikap netral 15,1%. Hal ini sesuai pendapat

    Departemen Kesehatan RI (2005) yang menyatakan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal

    masa kehidupan bayi antara lain disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi, pemberian

    MP-ASI terlalu dini atau terlalu lambat, MP-ASI tidak cukup gizinya sesuai kebutuhan bayi

    dan perawatan bayi yang kurang memadai.

    Universitas Sumatera Utara

  • Hal ini berkaitan dengan jumlah anak dalam keluarga. Banyaknya anak dalam

    keluarga mengakibatkan beratnya beban tanggung keluarga baik secara sosial (pola

    pengasuhan anak) maupun ekonomi yang selanjutnya berpengaruh terhadap pertumbuhan

    anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Zeitlin, dkk (1990) bahwa banyak

    bayi yang mempunyai saudara kandung dengan jumlah yang sedikit, status gizinya dan

    pertumbuhan lebih baik dibandingkan dengan bayi yang mempunyai saudara kandung dalam

    jumlah yang lebih banyak. Ibu bukan saja hanya mengurus bayinya melainkan ia juga harus

    mengurus anaknya yang lain dan juga mengerjakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga maka

    bebannya akan bertambah sehingga perhatian ibu untuk bayinya semakin berkurang

    menyebabkan pertumbuhan bayi tidak optimal.

    Sikap ibu pada bayi berusia 0-6 bulan supaya lebih semuk, makanannya harus

    ditambah dengan susu formula, sebanyak 47,2% menyatakan sikap setuju, hal ini

    menunjukkan bahwa sebagian masyarakat masih banyak yang memberikan susu formula

    sebagai makanan tambahannya pada bayi dibawah usia 6 bulan. Dan sebanyak 15,1% tidak

    setuju dan 37,7% bersikap netral. Memberi makanan pada bayi yang berusia kurang dari 6

    bulan dapat berpengaruh pada pencernaannya, sebanyak 69,8% menyatakan sikap tidak

    setuju, sebanyak 3 orang 5,7 % menyatakan sikap setuju dan 24,5% bersikap netral.

    Menurut Linkages (2002) memberi cairan sebelum usia 6 bulan beresiko

    membahayakan kesehatan bayi. Mengganti ASI dengan cairan yang sedikit atau tidak bergizi,

    berdampak buruk pada kondisi gizi bayi, daya tahan hidupnya, pertumbuhan dan

    perkembangannya. Konsumsi air putih atau cairan lain meskipun dalam jumlah yang sedikit,

    akan membuat bayi merasa kenyang sehingga tidak mau menyusu, padahal ASI kaya dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • gizi yang sempurna untuk bayi. Penelitian menunjukkan bahwa memberi air putih sebagai

    tambahan cairan sebelum bayi berusia enam bulan dapat mengurangi asupan ASI hingga 11%.

    Pemberian air manis dalam minggu pertama usia bayi berhubungan dengan turunnya berat

    badan bayi yang lebih banyak dan tinggal di rumah sakit lebih lama.

    Pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan, sebanyak

    35,8% menyatakan sikap setuju 32,1% bersikap netral dan lagi 32,1% bersikap tidak setuju.

    Sikap ibu terhadap penundaan pemberian makanan padat dapat mengurangi resiko alergi

    makanan pada bayi, sebanyak 54,7% tidak setuju, 43,4% bersikap netral dan 1,9%

    menyatakan sikap setuju. Menurut Dadang yang dikutip dari Kompas (2007), bahwa

    memberikan makanan tambahan sebelum menyusui adalah hal yang tidak benar, karena

    dengan memberikan makanan tambahan atau cairan pralaktal apapun dapat meningkatkan

    resiko bayi terkena infeksi, menurunkan keberhasilan pemberian kolostrum dan ASI eksklusif

    serta memperpendek lamanya menyusui.

    Sikap ibu terhadap pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat

    membantu mengurangi rasa lapar dan tidak akan menangis, sebanyak 5,7% menjawab setuju,

    28,3% bersikap netral dan sebanyak 66,0% bersikap tidak setuju. Hal ini sesuai menurut

    Depatemen Kesehatan RI (2006) bahwa makanan yang tepat untuk bayi usia 6-7 bulan adalah

    makanan lumat halus, yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung dan tampak homogen

    (sama/rata). Contoh: bubur susu, bubur sumsum, biskuit ditambah air panas, pepaya saring,

    pisang saring. Menurut Nakita (2007) Pengenalan MP-ASI pada bayi 6 bulan hendaknya

    dilakukan sedikit demi sedikit dengan cara yang menyenangkan agar bayi dapat beradaptsi

    Universitas Sumatera Utara

  • dengan baik. Pemberian MP-ASI yang tepat dengan gizi yang seimbang sangat

    mempengaruhi tumbuh kembang bayi dan pola makannya ketika sudah besar.

    Pada bayi umur 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan setiap hari,

    sebanyak 34,8% tidak setuju, 20,8% bersikap netral dan 45,3% setuju. Hal ini sesuai menurut

    WHO, Information for Health Professionals on Infant Feeding (2003) dengan menunda

    pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari resiko terjadinya obesitas di masa

    datang. Sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI kepada bayi setelah bayi berumur 6 bulan

    keatas, sebanyak 71,7%, bersikap netral 26,4% dan yang setuju hanya 1,9%. Berdasarkan data

    UNICEF yang dikutip di koran Kompas, hanya 18 persen ibu yang memberikan ASI ekslusif

    selama empat hingga lima bulan. Presentasi itu jauh dari target nasional 80 persen. 18 persen

    itu merupakan hasil survei demografi dan kesehatan pada tahun 2007. Presentase itu

    meningkat dibanding tahun 2002-2003 sebesar 14 persen.

    Menurut Azwar (2007), sikap yang positif terhadap sesuatu mencerminkan perilaku

    yang positif. Ada beberapa alasan yang menyebabkan untuk berperilaku negatif contohnya

    membuang sampah dalam selokan atau sungai. Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2005),

    mengemukakan sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Pada sikap positif

    kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu,

    sedangkan pada sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindar,

    membenci, tidak menyukai objek tertentu.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5.4. Tindakan Ibu Tentang MP-ASI

    Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa ibu yang memberikan ASI saja (eksklusif)

    sampai usia 6 bulan hanya 1,9% dan yang tidak memberikan sebanyak 98,1%. Menurut

    Roesli Utami (2005) pemberian ASI yaitu memberikan nutrisi pada bayi berupa Air Susu Ibu

    tanpa memberikan makanan tambahan, cairan atau tambahan makanan lain sampai berumur 6

    bulan (ASI Eksklusif). Menurut Suradi (1989) bahwa kegagalan dalam pemberian ASI

    disebabkan antara lain terbatasnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang cara

    pemberian informasi dan nasehat mengenai pemberian ASI yang baik dan benar.

    Tindakan ibu dalam memberikan makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan

    sebanyak 30,2% menjawab ya dan sebanyak 69,8% menjawab tidak. Menurut Lingkages

    meneruskan pemberian ASI sangat penting bagi nutrisi dan pertumbuhan anak setelah 6 bulan

    pertama. ASI tetap menjadi makanan ideal untuk bayi dan balita berusia lebih dari 6 bulan.

    ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna. ASI memiliki

    kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi secara rata-rata, bayi berusia 6-8 bulan

    yang diberikan ASI mendapatkan 70% energi dari ASI. Jumlah ini berkurang menjadi sekitar

    55 % pada usia 9-11 bulan, dan 40 % pada usia 12-23 bulan. ASI juga merupakan penyedia

    utama protein, mineral, asam lemak essensial dan faktor-faktor pelindung makanan lainnya,

    dan jauh lebih lembut dari pada sereal, beras bayi ataupun puree (makanan yang dihaluskan)

    saluran yang biasanya menjadi makanan padat pertama untuk bayi yang lebih besar.

    Tindakan ibu dalam memberikan makanan tambahan kepada bayi ketika bayi berusia

    kurang dari 6 bulan, sebanyak 67,9% menjawab ya dan sebanyak 32,1% menjawab tidak. Hal

    Universitas Sumatera Utara

  • ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Serang oleh Budiharjo (1993) yang

    mengungkapkan bahwa meskipun sikap masayarakat positif terhadap pemberian ASI, namun

    belum menunjukkan perilaku positif terhadap pemberian ASI yang baik.

    Tindakan ibu dalam memberikan makanan pada bayi berusia kurang dari 6 bulan jika

    bayi rewel atau menangis, sebanyak 60,4% menjawab ya dan sebanyak 39,6% menjawab

    tidak. Menurut Soraya (2005) karena belum sempurna, sistem pencernaannya harus bekerja

    lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus

    dianggap sebagai anak tidak kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda ia lapar.

    Hampir setengah dari pekerjaan ibu adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 67,9%.

    Ini menunjukkan bahwa pekerjaan responden tentunya bervariasi, dan pada umumnya sebagai

    Ibu Rumah Tangga. Sebagai IRT tentunya lebih memperhatikan/merawat bayinya, dan setiap

    saat bertanggung jawab atas apapun yang dimakan oleh bayinya. Menurut pendapat Yuneita

    (2005) bahwa jumlah ibu pekerja yang ASInya masih cukup pada usia bayi 6 bulan, lebih

    sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dengan demikian pertumbuhan bayi lebih

    banyak gizi kurang dibandingkan gizi baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Nadesul (1996)

    yaitu seorang wanita telah memasuki lapangan kerja, mereka dengan sendirinya mengurangi

    waktunya untuk mengurus rumah, anak, bahkan suaminya.

    Tindakan ibu dalam memberikan susu formula pada anak usia kurang dari 6 bulan,

    sebanyak 62,3% menjawab ya dan sebanyak 37,7% menjawab tidak. Hal ini menurut Soraya

    (2005) karena gencarnya promosi produsen susu formula yang belum mengindahkan ASI

    eksklusif 6 bulan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tindakan ibu memberi makan bayi berusia kurang dari 6 bulan agar anak lebih gemuk,

    sebanyak 64,2% yang menjawab ya dan sebanyak 35,8% menjawab tidak. Sebanyak 66,0%

    menjawab ya dan 34,0% menjawab tidak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

    dari Suradi (1993) dan Utomo (1996) yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap positif

    tidak selamanya akan diikuti dengan bentuk yang sesuai pula.

    Tindakan ibu dalam memberikan susu formula sebagai makanan tambahan ketika

    memberikan ASI, sebanyak 36 orang 67,9% menjawab ya dan sebanyak 32,1% menjawab

    tidak. Hal ini disebabkan karena pemikiran dari ibunya sendiri yang sangat takut bayinya akan

    kekurangan makanan jika hanya diberi ASI saja (eksklusif).

    Tindakan ibu dengan memberi makanan tambahan 1-3 kali sehari pada bayi usia diatas

    6 bulan, sebanyak 84,9% menjawab ya dan 15,1% menjawab tidak. Menurut UNICEF (2009)

    bayi yang berumur 6-7 bulan diberi makan 1-3 kali dalam sehari. Karena pada umur segitu

    bayi sudah mulai bisa mengunyah dengan frekuensi dua kali makanan utama dan sekali

    makanan cemilan.

    Tindakan ibu memberi makan bayi dengan kemiri sesaat setelah lahir, sebanyak 26,4%

    menjawab ya dan sebanyak 73,6% menjawab tidak. Hal ini bertentangan dengan pendapat

    Departemen Kesehatan RI (2006) yaitu saat anak baru lahir harus diberi kolostrum.

    Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama setelah kelahiran bayi,

    berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental.

    Hal ini juga berkaitan dengan tradisi ataupun kebiasaan turun temurun dari keluarga

    besar. Karena begitu bayi lahir yang pertama akan mengasuhnya adalah neneknya dan

    Universitas Sumatera Utara

  • memberi makan kemiri untuk melancarkan buang air besar pertamanya. Hal ini bertentangan

    dengan program ASI Eksklusif dan MP-ASI yang bergizi untuk bayi.

    5.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Responden Terhadap Pemberian MP-ASI

    Berdasarkan hasil penelitian ini, pengetahuan ibu di kelurahan PB. Selayang II adalah

    baik, dimana 66,8% memiliki pengetahuan yang baik dan 22,6% yang memiliki pengetahuan

    yang sedang dan 7,5% memiliki pengetahuan yang kurang..

    Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi square menunjukkan variabel

    pengetahuan berhubungan (p

  • 5.6. Hubungan Sikap Dengan Tindakan Responden Terhadap Pemberian MP-ASI

    Berdasarkan hasil penelitian ini, sikap ibu di kelurahan PB. Selayang II adalah sedang,

    dimana dimana 20,8% memiliki sikap yang baik dan 64,2% yang memiliki sikap yang sedang

    dan yang memiliki sikap kurang sebanyak 15,1%.

    Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan variabel sikap berhubungan

    (p

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    1. Umumnya responden berumur 25-29 tahun yaitu sebanyak 59 %.

    2. Pendidikan responden pada umumnya adalah tamat SMA yaitu sebanyak 62,3%.

    3. Sebagian besar pekerjaan responden adalah sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu

    sebanyak 67,9 %.

    4. Sebagian besar agama responden adalah agama Islam yaitu sebanyak 84,9 %.

    5. Sebagian besar suku responden adalah suku Jawa yaitu sebanyak 47,2 %.

    6. Sebagian besar pekerjaan suami responden adalah sebagai PNS yaitu sebanyak 34,0

    %.

    7. Sebagian besar jumlah anak responden sebanyak 1 orang berjumlah 47,2 %.

    8. Sebagian besar penghasilan responden dalam sebulan adalah berkisar Rp. 750.000

    Rp.1.500.000 yaitu sebanyak 8,5 %.

    9. Sebagian besar umur bayi responden adalah 8 bulan yaitu sebanyak 31,4 %.

    10. Pengetahuan responden tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) sebagian besar

    pada kategori baik yaitu sebanyak 69,8 %.

    11. Sikap responden tentang makanan pendamping ASI MP-ASI sebagian besar pada

    kategori sedang yaitu sebanyak 64,2 %.

    12. Tindakan responden tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) sebagian besar pada

    kategori buruk yaitu sebanyak 39,6 %.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6.2. Saran

    1. Diharapkan kepada petugas kesehatan di Kelurahan PB. Selayang II lebih rutin

    melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi mengenai pola

    pemberian makanan pada bayi secara personal ataupun kegiatan lain seperti posyandu.

    2. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar melakukan pendekatan terhadap tokoh

    masyarakat setempat agar membantu petugas dalam melakukan penyuluhan terhadap

    masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara