56

COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id
Page 2: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

i

COMPETITORJURNAL PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

Terbit tiga kali setahun pada bulan Februari, Juni dan Oktober berisi artikel-artikel ilmiah yang menjelaskan danmeneliti seputar Ilmu Olahraga, Ilmu Kepelatihan, Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga, IlmuKesehatan dan Gizi. Artikel yang dimuat berupa analisis, kajian dan aplikasi teori, hasil penelitian, dan

pembahasan kepustakaan.

EDITOR IN CHIEFSahabuddin, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6709128, Indonesia

MANAGING EDITORMuslim Syaharuddin, Universitas Negeri Makassar, Indonesia

EDITORSAnak Agung Ngurah Putra Laksana, IKIP PGRI Bali, SINTA ID : 6685162, Indonesia

Apta Mylsidayu, Universitas Islam 45 Bekasi, SINTA ID : 6024387, IndonesiaAshar, Universitas Muhammadiyah Makassar, SINTA ID: 6041007, Indonesia

Awaluddin, Universitas Megarezky, SINTA ID : 199477, IndonesiaHendra Mashuri, Universitas Nusantara PGRI Kediri, SINTA ID : 5998845, Indonesia

Muhammad Ishak Naim, Universitas Negeri Makassar, IndonesiaNukhrawi Nawir, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6463299, Indonesia

Nurjamal, Universitas Mulawarman, SINTA ID : 6664292, IndonesiaNurussyariah, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6181955, Indonesia

Resty Gustiawati, Universitas Singaperbangsa Karawang, SINTA ID : 6115205, IndonesiaRuslan Abdul Gani, Universitas Singaperbangsa Karawang, SINTA ID : 6678438, Indonesia

Saharullah, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6644543, IndonesiaWahyuddin, Universitas Negeri Makassar, Indonesia

REVIEWER TEAMAndi Ihsan, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6095120, Indonesia

Benny Badaru, Universitas Negeri Makassar, SCOPUS ID: 57216510594, IndonesiaBujang, Universitas Islam 45 Bekasi, SINTA ID : 6162563, Indonesia

Firmansyah Dlis, Universitas Negeri Jakarta, SCOPUS ID: 57210597274, IndonesiaFredrik Alfrets Makadada, Universitas Negeri Manado, SINTA ID : 6033608, Indonesia

Hari Amirullah Rachman, Universitas Negeri Yogyakarta, SINTA ID : 6025445, IndonesiaHasmyati Hasmyati, Universitas Negeri Makassar, SCOPUS ID: 57202601362, Indonesia

Rahma Dewi, Universitas Negeri Medan, SCOPUS ID: 57208125242, IndonesiaRidwan Sinurat, Universitas Pasir Pangaraian, SINTA ID : 6107453, Indonesia

Saharuddin Ita, Universitas Cenderawasih, SCOPUS ID: 56624934600, IndonesiaSugiharto, Universitas Negeri Semarang, SCOPUS ID: 57204619272, Indonesia

Syahruddin, Universitas Negeri Makassar, SCOPUS ID: 57211493922, IndonesiaSukendro, Universitas Negeri Jambi, SINTA ID : 6678644, Indonesia

IT SUPPORT EDITORArman Fadillah, Universitas Negeri Makassar, Indonesia

Muhamad Ihsan Azhim, Universitas Negeri Makassar, IndonesiaMuhammad Qasash Hasyim, Universitas Negeri Makassar, Indonesia

SEKRETARIATJurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Fakultas Ilmu Keolahraga Universitas Negeri MakassarJl. Wijaya Kusuma Raya No.14, Kampus FIK UNM Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Sahabuddin (Editor In Chief): 0821 9088 1339, Website: https://ojs.unm.ac.id/competitorEmail : [email protected]

Page 3: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa Tim Publis penjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, berkat Rahmat

dan HidayahNya, Tim Publikasi COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga telah

menerbitkan Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 sesuai yang diharapkan. Dengan terbitnya artikel-

artikel pada COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga ini diharapkan segala

penelitian dan pemikiran berkaitan/seputar Ilmu Olahraga, Ilmu Kepelatihan, Pengajaran Pendidikan

Jasmani dan Olahraga, Ilmu Kesehatan dan Gizi dapat terpublikasi dan dapat dimanfaatkan oleh

khalayak umum. Serta diharapkan menjadi media komunikasi ilmiah dan salah satu wadah untuk

mendesiminasikan berbagai hasil temuan ilmiah dan pemikiran baik diantara sesama anggota sivitas

akademika maupun kepada khalayak luas.

Pada kesempatan yang baik ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada para author yang

telah mempercayakan artikelnya untuk di publis, dan tak lupa pula kepada tim reviewer dan editor yang

telah membantu dalam merevisi dan mengedit artikel-artikel yang ingin di publis pada

COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga.

Makassar, 24 Februari 2020

Editor In Chief

Page 4: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

iii

DAFTAR ISI

ARTICLES page:

PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP PERUBAHAN KEKUATAN OTOT PEMAINFUTSAL CHERUBIM FCAco TangHendrikInosensius Gabriel Nining Wean

10.26858/com.v12i1.13531

1-6

PEMANFAATAN APLIKASI ANDROID COACH EYE UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR BIOMEKANIKADian PujiantoBayu InsanistyoSantun Sihombing

10.26858/com.v12i1.13523

7-13

PERBANDINGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DENGAN GAYA MENGAJAR DISKOVERITERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKETHari Wibowo Sampurno

10.26858/com.v12i1.13525

14-20

METODE MENGAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILANSERVIS FLATTENIS LAPANGAN(STUDI EKSPERIMEN PADA MAHASISWA FIK UNMMAKASSAR)Hasbunallah ASAhmad Rum Bismar

10.26858/com.v12i1.13526

21-28

ANALISISSIKAP FAIR PLAYPADA PERMAINAN FUTSALSMA SE-KOTA BINJAINurkadriRini AndrianiImam Aris Munandar Hutagaol

10.26858/com.v12i1.13527

29-34

HUBUNGAN KEMAMPUAN PASSING DENGAN KETEPATAN SHOOTING DALAMPEMBELAJARAN SEPAK BOLA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 CIKARANG UTARAQorry Armen GemaelFebi KurniawanDeden Akbar Izzuddin

10.26858/com.v12i1.13528

35-40

HUBUNGAN MEROKOK DAN HEMOGLOBIN TERHADAP DAYA TAHANSonang Rona

10.26858/com.v12i1.9133

41-47

EFEKTIFITAS METODE MENGAJAR KESELURUHAN DENGAN METODE MENGAJARBAGIAN PERBAGIAN TERHADAP HASIL BELAJAR MENGUMPAN (PASSING) KAKIBAGIAN DALAM PADA PERMAINAN FUTSAL MAHASISWA FIK UNMSudirmanAndi Mas Jaya

10.26858/com.v12i1.13530

48-57

Page 5: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

1

COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution

4.0 International License

PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP PERUBAHAN

KEKUATAN OTOT PEMAIN FUTSAL CHERUBIM FC

Aco Tang1, Hendrik2, Inosensius Gabriel Nining Wean3

Keywords :

Physical Exercise; Muscle Strength.

Corespondensi Author 1 Fisioterapi, Poltekkes

Kemenkes Makassar, [email protected] 2 Fisioterapi, Poltekkes Kemenkes Makassar,

[email protected] 3 Fisioterapi, Poltekkes

Kemenkes Makassar, [email protected]

Article History

Received: Desember 2019;

Reviewed: Januari 2020;

Accepted: Januari 2020;

Published: Februari 2020

ABSTRACT This study was quasy experimental involving treatment variables, namely physical exercise, while the response variable is muscle

strength. The study design was a pretest-post test two group design. The target population is the futsal player Cherubim Fc as many as 25 people, while the sample of this study is the futsal player

Cherubim Fc as many as 20 people, at the time of the study, with random sampling technique divided into 2 (two) groups, one

treatment group totaling 10 people and one control group of 10 people. This study uses leg dynamometer to measure muscle strength before and after intervention twice a week for 6 weeks. The

provision of physical exercise resulted in an increase in muscle strength of 36.25 ± 11.307 while in the control group an increase of 7.92 ± 9643. In the different influence test, it was found that the

value of p = 0,000 <0.05 which means that there were significant differences between the treatment and control groups. It is

recommended to coaches to provide physical training to increase the muscle strength of futsal players Cherubim Fc.

ABSTRAK Penelitian ini termasuk penelitian quasy eksperimen yang

melibatkan variabel perlakuan yaitu latihan fisik, sedangkan variabel respons adalah Kekuatan Otot. Desain penelitian adalah

pretest-post test two group design. Populasi target adalah pemain futsal Cherubim Fc sebanyak 25 orang, sedangkan Sampel penelitian ini adalah pemain futsal Cherubim Fc sebanyak 20

orang, pada saat penelitian berlangsung, dengan teknik sampling secara random sampling dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, satu kelompok perlakuan yang berjumlah 10 orang dan satu kelompok

kontrol yang berjumlah 10 orang. Penelitian ini menggunakan sit and reah test untuk mengukur Kekuatan Otot sebelum dan sesudah

pemberian intervensi 2 kali seminggu selama 6 minggu. Pemberian latihan fisik menghasilkan peningkatan kekuatan otot sebesar 36,25± 11,307 sedangkan pada kelompok kontrol terjadi

peningkatan sebesar 7,92± 9,643. Pada Uji beda pengaruh didapatkan nilai beda nilai p = 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan

kontrol. Disarankan kepada pelatih agar memberikan latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan otot pemain futsal Cherubim Fc.

Page 6: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

2

PENDAHULUAN Salah satu cabang olahraga yang

digemari di kalangan masyarakat saat ini adalah cabang olahraga futsal. Olahraga futsal

merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah berkembang di masyarakat luas, di

klub-klub, kantor-kantor, desa-desa, maupun di sekolah-sekolah. Di sekolah, olahraga futsal

digunakan sebagai pembelajaran di luar mata pelajaran atau disebut ekstrakurikuler (Halim, 2013). Olahraga futsal adalah olahraga dengan

lapangan tertutup dan menjadi salah satu olahraga yang paling banyak diminati dari

semua kalangan (Suryamen, 2016). Pemain

futsal harus memiliki kebugaran yang baik karena futsal adalah olahraga yang dimainkan

dengan waktu 2 x 20menit, sehingga untuk bias bertahan dalam permainan yang baik

diperlukan kebugaran fisik yang prima (Ninzar,

2018).

Salah satu unsur yang sangat penting untuk olahraga futsal adalah kondisi fisik

seorang pemain. Dengan adanya program berupa latihan kondisi fisik, maka pemain

dapat mempertahankan dan meningkatkan kebugaran jasmani sehingga berada dalam

kondisi yang prima untuk menghadapi pertandingan. Latihan kondisi fisik juga sangat

berpengaruh dalam tingkat prestasi pemain. Apabila kondisi fisik baik, maka akan ada

terjadi peningkatan kelenturan, kelincahan, kecepatan, daya tahan umum dan komponen

kondisi fisik lainnya . Untuk mempertahankan atau meningkatkan performa pemain, maka

perlu diberikan program latihan lain selain latihan teknik yang bertujuan meningkatkan

kebugaran pemain. Program latihan yang di maksud adalah latihan latihan fisik. Latihan fisik adalah satu bentuk latihan terpadu yang

didalamnya berisi latihan kebugaran, latihan fleksibilitas, latihan strength, latihan power,

dan latihan kelincahan. Latihan periode persiapan umum bertujuan meningkatkan

kebugaran fisik secara umum, termasuk kekuatan otot. Menurut Matthew et all, 2003,

resisten training dapat meningkatkan kekuatan otot.

Kekuatan otot adalah kemampuan atau potensi otot untuk menghasilkan suatu

ketegangan yang dinamis yaitu gerakan terhadap tahanan (resistant) atau menjadi

suatu beban yang statis yaitu menghasilkan suatu ketegangan tanpa gerakan juga kekuatan

otot dapat dideskripsikan sebagai potensi dari

otot yang mampu untuk melakukan kontraksi

yang maksimal. Kekuatan otot sangat diperlukan oleh

semua cabang Olahraga, termasuk futsl. Kekuatan otot yang paling dibutuhkan oleh

cabang olahraga futsal adalah adalah kekuatan otot tungkai, Kekuatan otot tungkai diukur

dengan menggunakan leg dynamometer yang bertujuan untuk melihat perkembangan

kekuatan otot pemain. Berdasarkan obesrvasi yang dilakukan di

Klub Futsal Cherubim, ada beberapa hal yang dikeluhkan oleh pelatih dan para pemain,

yaitu minimnya prestasi yang diraih oleh klub ini. Prestasinya tahun 2018 dalam adalah

hanya masuk 16 besar dari 32 tim yang berkompetisi di liga lokal. Harapan mereka,

timnya bisa masuk 10 besar. Hal lain yang dikeluhkan oleh pelatih adalah kurang kekuatan otot dari para pemain.

METODE PENELITIAN Penelitian merupakan penelitian quasi

eksperimen yaitu penelitian percobaan semu

yang menggunakan kelompok pembanding terhadap kelompok yang akan diteliti, dimana

terdapat 2 kelompok sampel yang akan diteliti untuk melihat perlakuan atau intervensi mana

yang lebih baik atau lebih efektif. Dikatakan semu karena beberapa faktor potensial yang

mempengaruhi kondisi sampel tidak dapat di kontrol sehingga dapat mempengaruhi hasil

terapi. Populasi target adalah pemain futsal Cherubim Fc sebanyak 25 orang. Sampel

penelitian ini adalah pemain futsal Cherubim Fc sebanyak 24 orang pada saat penelitian

berlangsung dengan menggunakan teknik purpossive sampling. Sampel dibagi dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol,

masing masing 12 orang. Sampel sebanyak 24 orang, yang berjenis kelamin laki-laki yang

dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan sebanyak 12 orang dengan

kelompok kontrol sebanyak 12 orang. Setelah seluruh data terkumpul dari hasil pengukuran

pada nyeri lutut, dilakukan pengolahan data melalui langkah-langkah berikut: (1)

pengelompokan data (tabulasi) yaitu mengelompokan data-data dalam bentuk

tabel-tabel dari data yang telah dikumpulkan, (2) menetapkan skala nilai untuk masing-

masing variabel, kemudian direkapitulasi. Dalam menganalisis data yang telah

diperoleh, maka peneliti menggunakan

Page 7: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

3

beberapa uji statistik, antara lain: (1) Uji

Normalitas; Untuk menentukan bentuk uji statistik yang tepat, maka salah satu yang

perlu diketahui adalah apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak normal, dan (2) Uji Hipotesis; Uji hipotesis digunakan untuk

menguji signifikansi nilai kekuatan otot sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan

pada kedua kelompok penelitian. Apabila data

berdistribusi normal, maka yang digunakan

adalah uji t berpasangan yang dilanjutkan dangan uji t independen. Sedangkan apabila

data tidak berdistribusi normal, maka yang digunakan adalah uji wilcoxon yang

dilanjutkan dangan uji Mann whitney.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. distribusi kekuatan otot pre test dan post test kelompok perlakuan

Kategori kekuatan

otot

Pre test Post Test

n % n %

Baik Sekali - - - -

Baik - - 1 8,3

Sedang 11 91,7 11 91,7

Kurang 1 8,3 - -

Kurang Sekali - - - -

Jumlah 12 100,0 12 100,0

Tabel 1. menunjukkan bahwa kekuatan

otot pre test terdapat 11 orang (91,7%) sedang, dan 1 orang (8,3%) kurang. Sedangkan pada

post test terdapat 1 orang (91,7%) baik dan 11

orang (91,7%) sedang.

Tabel 2. distribusi kekuatan otot pre test dan post test kelompok kontrol

Kategori kekuatan

otot

Pre test Post Test

n % n %

Baik Sekali - - - -

Baik - - - -

Sedang 12 100,0 12 100,0

Kurang - - - -

Kurang Sekali - - - -

Jumlah 12 100,0 12 100,0

Tabel 2. menunjukkan bahwa kekuatan otot pre test terdapat 12 orang (100,0%)

sedang. Sedangkan pada post test terdapat 12 orang (100,0%) sedang.

Tabel 3. Analisis nilai kekuatan otot pemain futsal sebelum dan sesudah

pemberian latihan fisik pada kelompok perlakuan

Kondisi Nilai Rerata Standar Deviasi n

Pre test 166,67 36,948 12

Post test 202,92 38,932

Page 8: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

4

Tabel 3. memperlihatkan nilai rerata pre

test yaitu 166,67 dengan nilai minimum 100 dan maksimum 200. Nilai rerata post test

yaitu 202,92 dengan nilai minimum sebesar 150 dan maksimum 250. Perubahan nilai

rerata yang diperoleh menunjukkan adanya

peningkatan kekuatan otot setelah pemberian

latihan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian latihan fisik dapat menghasilkan

peningkatan kekuatan otot pada pemain Futsal.

Tabel 4. Analisis nilai kekuatan otot pemain futsal sebelum dan sesudah

pemberian latihan fisik pada kelompok kontrol

Kondisi Nilai Rerata Standar Deviasi n

Pre test 168,75 28,455 12

Post test 176,67 33,80

Tabel 4. memperlihatkan nilai rerata pre

test yaitu 168,75 dengan nilai minumum 130 dan nilai maksimum 200 sedangkan nilai

rerata post test yaitu 176,67 dengan nilai

minmum 135 dan nilai maksimim 230.

Perubahan nilai rerata yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kekuatan

otot pada kelompok kontrol.

Tabel 5. Nilai kekuatan otot pemain futsal sebelum dan sesudah pemberian latihan fisik pada kelompok perlakuan

Kondisi n Mean Beda Rerata p

Pre test 12 168,75 36,25 0,002

Post test 12 176,67

Tabel 5. menunjukkan nilai beda rerata

diperoleh peningkatan kekuatan otot pre test yaitu 166,67 dengan nilai minimum 100 dan

maksimum 200. Nilai rerata post test yaitu 202,92 dengan nilai minimum sebesar 150 dan

maksimum 250, dengan nilai p = 0,000 < 0,05

yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna setelah nilai pre test dan post pada

kelompok perlakuan dengan peningkatan sebesar 36,25.

Tabel 6. Nilai kekuatan otot pemain futsal sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol

Kondisi n Mean Beda Rerata p

Pre test 12 168,75 7,92 0,006

Post test 12 176,67

Tabel 6. menunjukkan nilai beda rerata diperoleh peningkatan kekuatan otot sebesar

7,92 dengan pre test sebesar 168,75 dengan nilai minumum 130 dan nilai maksimum 200

sedangkan post test sebesar 176,67 dengan

nilai minimum 135 dan nilai maksimum 230. Adapun nilai p = 0,006 < 0,05 yang berarti

bahwa ada perbedaan yang bermakna setelah nilai pre test dan post pada kelompok kontrol

dengan peningkatan sebesar 7,92.

Tabel 7. Nilai kekuatan otot setelah perlakuan antar kelompok

Kondisi n Mean z p

Peningkatan Kelompok

Perlakuan 12 36,25

-3,913 0,000 Peningkatan Kelompok Kontrol 12 7,92

Page 9: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

5

Tabel 7. menunjukkan p = 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan pengaruh

yang bermakna antara kedua kelompok dimana kelompok perlakuan lebih baik

dibandingkan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mengalami peningkatan sebesar

36,25 dengan nilai minimum 15 dan nilai maksimum, sendangkan kelompok kontrol

mengalami peningkatan sebesar 7,92 , ini berarti ada pengaruh latihan fisik terhadap

peningkatan kekuatan otot.

Pembahasan Kekuatan otot merupakan kemampuan

seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak

tanpa kehilangan keseimbangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan latihan

fisik dalam melatih kekuatan otot pemain Futsal Cherubim Fc Makassar.

Berdasarkan hasil hasil Uji beda pengaruh, didapatkan hasil p = 0.000, dimana

p < 0.05. berarti ada pengaruh pemberian latihan fisik latihan fisik terhadap perubahan

kekuatan otot pemain Futsal. Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Winartha,

Kanca, Sudarmada, and Or (2015) yang menyatakan side jump traning berpengaruh

terhadap kekuatan, kecepatan dan kelincahan pada Siswa Peserta Ekstrakurikuler Pencak Silat SMA Negeri 1 Abiansemal.

Kekuatan otot dipengaruhi oleh banyak faktor seperti hipertrofi, rekruitmen motor

unit, rate coding, jumlah sinkronisasi motor unit, siklus stretch shortening, derajat

neuromuscular inhibisi dan type serabut hipertrofi. Khususnya otot skeletal, program

latihan dapat menyebabkan hipertrofi. Kebanyakan hipertrofi ini lebih disebabkan

oleh peningkatan diameter serat otot daripada oleh peningkatan jumlah serat, tetapi hal ini

tidak semuanya benar karena beberapa serat otot yang sangat membesar diyakini di

tengah, di seluruh panjang otot untuk membentuk serat-serat yang seluruhnya baru,

sehingga sedikit meningkatkan jumlah seratnya (Guyton and Hall, 2015).

Perubahan yang terjadi di dalam serat otot yang hipertrofi itu sendiri meliputi: (1)

peningkatan jumlah myofibril, sebanding dengan derajat hipertrofi; (2) peningkatan

komponen sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan fosfokreatin sebanyak 60

sampai 80 persen; (4) peningkatan cadangan glikogen sebanyak 50 persen. Akibat semua

perubahan ini, kemampuan sistem metabolik aerobik dan anaerobik meningkat, terutama

meningkatkan kecepatan oksidasi maksimum dan efisiensi sistem metabolisme oksidatif

sebanyak 45 persen (Guyton and Hall, 2015). Ukuran dasar otot seseorang terutama

ditentukan oleh hereditas ditambah kadar sekresi testosteron, yang pada pria, akan

menyebabkan otot yang lebih besar daripada wanita. Akan tetapi, dengan latihan, otot

dapat mengalami hipertrofi, mungkin tambahan sebanyak 30 sampai 60 persen.

Kebanyakan hipertrofi ini lebih disebabkan oleh peningkatan diameter serat otot daripada

oleh peningkatan jumlah serat, tetapi hal ini tidak semuanya benar karena beberapa serat otot yang sangat membesar diyakini di

tengah, di seluruh panjang otot untuk membentuk serat-serat yang seluruhnya baru,

sehingga sedikit meningkatkan jumlah seratnya (Guyton and Hall, 2015).

Peningkatan area cross sectional berkontribusi terhadap peningkatan hipertrofi otot terlihat

dalam respon terhadap resisten training. Peningkatan area cross sectional pada otot

meningkatkan jumlah elemen kontraktil dan meningkatkan kemampuan membangkitkan

tenaga. Serabut otot tipe II menunjukkan plastisitas, yang ditandai dengan peningkatan

hipertrofi yang lebih cepat dalam respon terhadap training dan atrofi yang lebih cepat

dalam respon terhadap detraining dari tipe serabut ini (Bompa & Buzzichelli, 2015).

Kekuatan dari sebuah otot ditentukan terutama oleh ukurannya, dengan suatu daya

kontraktilitas maksimum antara 3 dan 4 kg/cm2 dari satu daerah potongan melintang

otot. Jadi, manusia yang mempunyai jumlah testosteron normal akan memiliki pembesaran

otot yang sesuai, sehingga lebih kuat daripada orang yang tidak mendapat keuntungan yang

diberikan oleh testosteron. Juga, atlet yang telah membesarkan ototnya melalui suatu

program latihan kerja akan memiliki kekuatan otot yang bertambah (Guyton and Hall,

2015). Perubahan ukuran serat terutama akibat

peningkatan sintesis protein filamen myosin dan aktin, yang memungkinkan peluang

interaksi untuk cross-bridge yang lebih besar dan dengan demikian meningkatkan kekuatan

otot. Telah dilaporkan bahwa diameter otot

Page 10: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

6

rangka meningkatkan sekitar 30% sebagai

akibat dari resisten training (hipertrofi), saat otot bekerja menunjukkan peningkatan 46%

pada jumlah nukleus dalam dalam serat otot (McArdle et al., 2001 dalam John Gormley

2005). Hal ini juga sejalan degan penelitian Tacito (2011) menyimpulkan bahwa latihan

beban dengan creatin suplemen dapat meningkatkan kekuatan otot, power dan

hipertrofi otot. Selain faktor hipertrofi, kekuatan juga

di pengaruhi oleh inhibisi neuromuskular. Inhibisi neural dapat terjadi sebagai hasil dari

umpan balik neural dari berbagai reseptor otot dan sendi yang dapat mengurangi produksi

tenaga. Misalnya, inhibisi terjadi pada golgi tendo organs yang bekerja sebagai mekanisme

proteksi, mencegah harmfull tenaga otot selama usaha maksimal atau hampir maksimal. Jika pola aktivasi neural ini

dikurangi, disinhibisi dapat terjadi dan kemampuan menghasilkan kekuatan

meningkat, dukungan terhadap pendapat ini dapat dilihat pada penelitian Aagard dan

kolega (Bompa & Buzzichelli, 2015) Dimana setelah latihan berat selama 4 minggu, dapat

menurunkan respon inhibisi neuromuscular. Hasil penurunan inhibisi neuromuscular

dapat dijelaskan sebagai peningkatan kemampuan menghasilkan kekuatan sebagai

hasil dari dari training.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Ada Pengaruh pemberian latihan fisik terhadap perubahan kekuatan otot pemain

Futsal Cherubim Fc dengan nilai p=0,000 atau <0,05.

2. Kekuatan otot pemain Futsal Cherubim Fc pada kelompok perlakuan yaitu pre

test sebesar 166,67 dan nilai post test yaitu 202,92. Ini berarti terjadi peningkatan

kekuatan otot sebesar 36,25. 3. Kekuatan otot pemain Futsal Cherubim

Fc pada kelompok perlakuan yaitu pre test sebesar 168,75 dan nilai post test yaitu

176,67. Ini berarti terjadi peningkatan kekuatan otot sebesar 7,92.

DAFTAR RUJUKAN

Bompa, T., & Buzzichelli, C. (2015).

Periodization Training for Sports, 3E:

Human kinetics.

Guyton and Hall, J. E. (2015). textbook of medical physiology e-Book: Elsevier

Health Sciences.

Halim, S. R. (2013). Minat Siswi SMA Dr. Soetomo Surabaya pada Kegiatan

Ekstrakurikuler Futsal. Jurnal Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan, 1(1).

Ninzar, K. (2018). Tingkat Daya Tahan Aerobik (Vo2 Max) Pada Anggota Tim Futsal Siba

Semarang. e-Jurnal Mitra Pendidikan,

2(8), 738-749.

Suryamen, d. (2016). Pembangunan Sistem Informasi Geografis Lapangan Futsal Kota

Padang Berbasis Web. Jurnal Teknologi

dan Sistem Informasi, 2(1), 45-54. Winartha, I. P. G., Kanca, I. N., Sudarmada,

I. N., & Or, S. (2015). Pengaruh Pelatihan Side Jump Sprint Terhadap

Kecepatan Dan Kelincahan. Jurnal Ilmu

Keolahragaan Undiksha, 3(1).

Page 11: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

7

COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution

4.0 International License

PEMANFAATAN APLIKASI ANDROID COACH EYE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOMEKANIKA

Dian Pujianto1, Bayu Insanistyo2, Santun Sihombing3

Keywords :

Learning Outcomes; Biomechanics; Coach Eye.

Corespondensi Author 1 Pendidikan Jasmani,

Universitas Bengkulu [email protected] 2 Pendidikan Jasmani, Universitas Bengkulu

[email protected] 3Pendidikan Jasmani,

Universitas Bengkulu [email protected]

Article History

Received: Desember 2019;

Reviewed: Januari 2020;

Accepted: Januari 2020;

Published: Februari 2020

ABSTRACT

This study aims to improve the learning outcomes of biomechanics

courses that have low success rates. Based on this reason, improvements will be made in the lecture process, thereby increasing learning outcomes that can reach the minimum standard (KKM).

Success in lectures is the achievement of learning outcomes that achieve the minimum standard (KKM) value determined by the

study program. This type of research is a classroom action research study with students of physical education and recreation study programs that attend biomechanics lectures 40 students and

lecturers supporting biomechanics courses. The results showed that pre-cycle students were able to finish learning 15%, in cycle 1 50%,

and at the end of period 2 95%. Based on this fact, motion analysis based on the Android Coach Eye application based on biomechanics courses has improved the learning outcomes of FKIP

PJKR students at Bengkulu University.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata kuliah biomekanika yang selama ini memiliki tingkat keberhasilan

yang rendah. Berdasarkan alasan ini maka akan dilakukan perbaikan dalam proses perkuliahan, sehingga berdampak pada hasil belajar yang dapat mencapai KKM. Keberhasilan dalam

perkuliahan adalah dicapainya hasil belajar yang mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan oleh program studi. Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi yang mengikuti perkuliahan biomekanika 40

mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah biomekanika. Hasil penelitian menunjukkan pada pra siklus mahasiswa yang mampu tuntas belajar 15%, pada siklus 1 50%, dan pada akhir siklus 2

95%. Berdasarkah fakta ini analisis gerak berbasis aplikasi android coach eye pada mata kuliah biomekanika telah meningkatkan hasil

belajar mahasiswa PJKR FKIP Universitas Bengkulu.

PENDAHULUAN Mata kuliah biomekanika merupakan

mata kuliah wajib program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Mata kuliah

ini mengkaji tentang mekanika gerak tubuh

manusia atau mengkaji bagaimana setiap segmen tubuh bergerak secara efektif dan

efisien. Mata kuliah ini menjadi sangat penting bagi mahasiswa program studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Page 12: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

8

karena mahasiswa ketika sudah lulus dan

menjadi guru pendidikan jasmani harus menguasai tentang teknik gerak yang efektif

dan efisien. Begitu pentingnya mata kuliah ini maka setiap mahasiswa wajib lulus.

Mata kuliah ini menjadi mata kuliah dasar dan wajib pada prodi pendidikan

jasmani kesehatan dan rekreasi, sehingga mahasiswa wajib lulus dengan nilai minimal C

atau 2 dengan skala 1 sampai 4. Pada proses perkuliahan yang telah dilakukan pada

minggu pertama sampai ketiga telah diberikan materi analsisa gerak olahraga dengan

mempelajari tentang gerak menendang bola dan melempar bola. Setelah tiga minggu

perkuliahan maka dilakukan kuis untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa

terhadap materi yang ada dan ternyata ada 80 mahasiswa yang nilainya masih berada di nilai C dan di bawahnya, sehingga berdasarkan ini

perlu adanya perbaikan dalm perkuliahan. Perbaikan yang akan dilakukan dengan

penerapan media video dalam menganalisis gerak olahraga.

Media menurut Smaldino, Lowther, dan Russell ( 2011:7 ), menyatakan media sebagai

bentuk jamak dari medium (perantara), sebagai sarana komunikasi, media

digolongkan dalam enam kategori, yaitu; teks, audio, visual, video, modifikasi, dan manusia.

kemudian menurut Samsudin ( 2014 : 2), media merupakan setiap orang, bahan, alat,

atau suatu peristiwa yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mampu memberikan

masukan kepada pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat

untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik itu berupa perlatan elektronik,

peralatan gambar, atau manuisa sendiri sebagai penyampai informasi. Arsyad ( 2015 :

20 ) menyatakan bahwa media pembelajaran terdiri dari 5 bentuk, yaitu; (1) Media berbasis

manusia, (2) Media berbasis visual, (3) Media berbasis audio, (4) Media berbasis audio

visual, dan (5) Media berbasis komputer. Media berbasis manusia adalah media

yang paling tua digunakan. Manusia sebagai media dalam menyampaikan informasi.

Manusia sebagai model dalam menyampaikan sebuah materi ajar terutama pada sebuah

keterampilan olahraga atau manusia mendemonstrasikan keterampilan. Media

berbasis visual, media ini dapat berupa gambar

atau apapun yang berkaitan dengan cetakan.

Pada media ini siswa hanya mampu memahami materi melalui gambar yang

disediakan oleh pengajar. Media berbasis audio atau suara, media ini menyediakan

suara sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran pada siswa.

Media audio visual, media ini menyediakan suara dan gambar dalam

menayjikan informasi dalam proses belajar mengajar, sehingga sisiwa mampu secara

optimal menyerap informasi yang disediakan oleh pengajar. Media berbasis komputer,

media ini berkaitan dengan penggunaan komputer dalam menyampaikan informasi.

Seiring kemajuan jaman penggunaan komputer dengan jaringan internet yang

makin cepat maka penggunaan media komputer semakin menjadi sebuah tren dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini

media yang digunakan adalah media video. Media video yang menyajikan tentang gerak

kecabangan olahraga, bagaimana teknik menendang bola dan menangkap bola serta

berbagai teknik lainnya, untuk dianalisis secara mekanika.

Bidang mekanika dalam olahraga ada dalam mat kuliah biomekanika. Biomekanika

merupakan mata kuliah wajib yang ada dalam program studi pendidikan jasmani, kesehatan,

dan rekreasi. Biomekanika merupakan disiplin ilmu gerak yang bertautan dengan disiplin

ilmu olahraga. “Biomechanics is the study of body movement and of the forces acting on the

musculoskeletal, used in sport analysing complex movement to improve efficiency and help avoid

injury”. Morc Coulson (2006:29). Biomekanika

merupakan ilmu yang mempelajari gerak

manusia dan gaya yang ada di dalamnya, digunakan dalam analisa olahraga atau dalam

gerak yang komplek untuk meningkatkan efisiensi gerak dan menghindari terjadinya

cedera.

David A. Winter (2009:1), “Biomechanics of the human movement can be defined as the interdiscipline that describe analyzes and asseses

human movement”. Pendapat ini menyatakan

bahwa biomekanika gerak tubuh manusia

diartikan sebagai interdisiplin ilmu yang menggambarkan, menganalisa, dan

mengevaluasi gerak manusia.. Kemudian Hamill dan Knuzets (2009:5) menyatakan

bahwa biomekanika dapat diartikan menjadi

dua (2); “first biomechanics is the application of the laws of mechanics to animate motion, second the

Page 13: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

9

study of forces acting on and generated within a

body and effects of these forces on the material use

for the diagnosis, treatment or research purposes.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pertama biomekanika

merupakan aplikasi dari hukum mekanika untuk menganimasikan sebuag gerakan atau

gerak. Kedua biomekanika sebagai sebuah kajian yang mempelajari gaya dari gerak

tubuh secara umum, bagaimana gaya tersebut memberikan pengaruh dan dipengaruhi oleh

materi sekitar, dan digunakan untuk mendiagnosa, menguji. Hasil dari pengujian ini menjadi sebuah hasil belajar dari

mahasiswa dalam perkuliahan biomekanika. Hasil belajar merupakan hasil nilai yang

diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah melaksanakan proses pembelajaran. Menurut

Winkel (1997:28) meyatakan bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha

yang dilakukan dan merupakan kemampuan atau kecakapan yang diperoleh melalui

kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan yang dinyatakan dengan angka.

Suryabrata (1998:56) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi

hasil belajar seseorang, yaitu: (1) faktor yang berasal dari luar diri si pelajar, yaitu faktor

sosial dan faktor non sosial, (2) faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu faktor

psikologis dan fisiologis. Hal ini sejalan dengan pendapat hasil belajar yang dicapai

siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari dalam siswa dan faktor yang

datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama

menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa,

selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi belajar, minat, perhatian, sikap,

kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari

luar atau lingkungan yang paling dominan

mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas

pembelajaran. Hasil belajar ini jika dikaitkan dengan

hasil belajar mata kuliah Anatomi maka dapat ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku

pada diri mahasiswa, dalam aspek kognitif. Perubahan itu terjadi setelah adanya proses

pembelajaran Anatomi yang dilaksanakan di lingkungan kampus yang diukur dengan

menggunakan alat ukur dalam bentuk tes tertulis. Dan hasil belajar itu dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu: faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, dan faktor dari dalam diri

mahasiswa yang terdiri dari motivasi belajar, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar,

ketekunan, kondisi ekonomi, kondisi fisik dan psikis.

METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas. Karena akan memberikan sebuah perlakuan pada sebuah kelas yang memiliki

hambatan dalam sebuah proses pembelajaran, dan tindakan ini berupaya untuk memperbaiki

kondisi proses pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto

(2006:3) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara

bersama. Menurut Suhardjono (2006:58) penelitian tindakan kelas adalah penelitian

tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran. Dari kedua pendapat di atas jelas bahwa penelitian yang akan dilaksanakan

ini adalah penelitian tindakan kelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama

Berdasarkan hasil observasi kegiatan mahasiswa pada pra siklus diperoleh data

sebagai berikut;

Tabel 1. Hasil Observasi Kegiatan Mahasiswa

No Kategori Frekuensi Prosentase

1 Baik Sekali (A) 2 5

2 Baik (B) 4 10

3 Cukup (C) 12 30

4 Kurang (D) 20 50

5 Kurang Sekali (E) 2 5

Jumlah 40 100

Page 14: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

10

Berdasarkan hasil observasi kegiatan mahasiswa yang terdapat pada tabel 1

diperoleh gambaran bahwa dalam proses perkuliahan masih terdapat mahasiswa

memperoleh nilai kurang sekali 2 mahasiswa. Mahasiswa yang meperoleh nilai kurang 20

mahasiswa, berarti ini menunjukkan bahwa proses perkuliahan belum sesuai dengan apa

yang diharapkan. Proses perkuliahan belum dapat

dioptimalkan karena masih banyak mahasiswa datang terlambat, sehingga sering mengganggu

teman-temannya yang telah ada dalam

ruangan. Berdasarkan permasalahan ini maka dosen dan teman sejawat berdiskusi untuk

mengatasi masalah ini. Hasil diskusi menyatakan untuk proses perkuliahan pada

siklus kedua mahasiswa diberikan batas waktu 15 menit untuk masuk setelah perkuliahan

dimulai, jika lebih dari 15 menit maka mahasiswa dianggap tidak masuk. Setelah

mengamati proses perkuliahan, selanjutnya teman sejawat mengamati dosen sebagai

pengajar dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Berikut ini hasil pengamatan pada

siklus pertama; Tabel 2.

Hasil Observasi Dosen

No Hal-Hal yang Diamati Ya Tidak

1. Ada SAP dan Silabus V

2. Dosen menyiapkan peralatan dan sarana perkuliahan V

3. Dosen mengabsensi mahasiswa V

4. Dosen membuka kuliah dengan berdoa V

5. Dosen memberikan apersepsi pada setiap awal pertemuan V

6. Dosen memberikan kegiatan kuis sebelum inti V

7. Dosen memeberikan masukan dan penguatan saat proses perkuliahan V

8. Dosen mampu memecahkan permasalahan yang muncul saat

perkuliahan berlangsung

V

9. Dosen menutup perkuliahan dengan evaluasi perkuliahan dan berdoa. V

Jumlah 7

Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat ketika dosen memberikan proses

perkuliahan diperoleh gambaran bahwa dari 9 item pengamatan dosen telah melaksanakan 7

item pengamatan. Ada 2 item pengamatan yang belum dilaksanakan, yaitu pemberian

kuis pada mahasiswa dan evaluasi setelah perkuliahan. Dari hasil pengamatan teman

sejawat, item pemberian kuis belum dilaksanakan karena kelengkapan mahasiswa

ketika kuliah masih 60 %. Untuk item dosen menutup dengan evaluasi belum terlaksana

karena materi kuliah yang padat, sehingga

sampai waktu telah selesai materi belum selesai dan dosen belum memiliki kesempatan

memberikan evaluasi. Observasi proses perkuliahan dan proses

dosen memberikan kuliah telah digambarkan, selanjutnya diakhir siklus pertama mahasiswa

diberikan tes pengetahuan untuk mengetahui ada tidak peningkatan pengetahuan

mahasiswa setelah diberikan materi dengan media video analisis gerak olahraga. Berikut

ini hasil tes yang telah dilaksanakan setelah siklus pertama selesai;

Tabel 3.

Nilai Kuis Siklus 1

No Nilai Frekuensi Prosentase

1 A 8 20

2 B 12 30

3 C 10 25

4 D 10 25

5 E 0 0

Jumlah 40 100

Page 15: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

11

Berdasarkan tabel 3 diperoleh bahwa

masih ada 10 atau 25% mahasiswa yang memiliki nilai di bawah cukup. Jika di pra

siklus nilai di bawah cukup ada 55% setelah siklus 1 ternyata tinggal 25%, sehingga dari

gambaran ini dapat ditarik simpulan bahwa ada peningkatan prosentasi mahasiswa yang

telah mencapai nilai cukup pada mata kuliah

Biomekanika. Selanjutnya setelah siklus 1

selesai dilanjutkan dengan siklus 2.

Siklus Kedua Berdasarkan hasil observasi pada siklus 2

diperoleh data sebagai berikut;

Tabel 4.

Hasil Observasi Kegiatan Mahasiswa

No Kategori Frekuensi Prosentase

1 Baik Sekali 15 37,5

2 Baik 20 50

3 Cukup 5 12,5

4 Kurang 0 0

5 Kurang Sekali 0 0

Jumlah 40 100

Berdasarkan hasil observasi kegiatan

mahasiswa yang terdapat pada tabel 4 diperoleh gambaran bahwa dalam proses

perkuliahan telah terlaksana sesuai dengan harapan, mahasiswa yang terlambat telah

mengikuti peraturan yang telah disepakati. Sehingga mahasiswa 100% tidak terlambat

lagi. Proses kuliah telah berjalan kondusif sesuai apa yang diharapkan.

Proses perkuliahan telah dapat

dioptimalkan dengan pembuatan aturan yang telah disepakati bersama. Setelah mengamati

proses perkuliahan,selanjutnya teman sejawat mengamati dosen sebagai pengajar dengan

lembar observasi yang telah disiapkan. Berikut ini hasil pengamatan pada siklus 2 ;

Tabel 5. Hasil Observasi Dosen

No Hal-Hal yang Diamati Ya Tidak

1. Ada SAP dan Silabus V

2. Dosen menyiapkan peralatan dan sarana perkuliahan V

3. Dosen mengabsensi mahasiswa V

4. Dosen membuka kuliah dengan berdoa V

5. Dosen memberikan apersepsi pada setiap awal pertemuan V

6. Dosen memberikan kegiatan kuis sebelum inti V

7. Dosen memeberikan masukan dan penguatan saat proses perkuliahan V

8. Dosen mampu memecahkan permasalahan yang muncul saat

perkuliahan berlangsung

V

9. Dosen menutup perkuliahan dengan evaluasi perkuliahan dan berdoa. V

Jumlah 9

Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat ketika dosen melaksanakan proses

perkuliahan diperoleh gambaran bahwa dari 9 item pengamatan, dosen telah melaksanakan

semua item pengamatan. Observasi proses perkuliahan dan proses dosen memberikan

kuliah telah digambarkan pada tabel 5. Pada akhir siklus 2 mahasiswa diberikan

tes pengetahuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan prosentase kelulusan dari

siklus 1 ke siklus 2. Tes ini diberikan setelah

siklus 2 berakhir. Pada siklus 2 mahasiswa diberikan materi dengan media video analisis

gerak olahraga. Berdasarkan proses perkuliahan telah berjalan dengan kondusif

dan baik serta penyajian dosen yang telah baik juga, maka selanjutnya, apakah ada

peningkatan pengetahuan mahasiswa ketika proses telah berjalan dengan baik? Berikut ini

hasil tes yang telah dilaksanakan setelah siklus 2 selesai;

Page 16: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

12

Tabel 6.

Nilai Kuis Siklus 2

No Nilai Frekuensi Prosentase

1 A 18 45

2 B 20 50

3 C 2 5

4 D 0 0

5 E 0 0

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 6 diperoleh bahwa

masih ada 2 atau 5 % mahasiswa yang memiliki nilai cukup. 20 mahasiswa atau 50%

nilai baik, dan 18 mahasiswa atau 45% nilai baik sekali, dan tidak ada nilai di bawah

cukup. Sehingga dari gambaran ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan prosentasi mahasiswa yang telah mencapai

nilai cukup pada mata kuliah biomekanika.

15

50

95

0

20

40

60

80

100

PraSiklus

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 1.

Histogram Hasil Belajar

Berdasarkan gambar 1 menunjukkan peningkatan hasil belajar sebelum penelitian,

setelah siklus 1, dan setelah siklus 2. Pada pra siklus mahasiswa yang memperoleh nilai B ke

atas hanya ada 15 %. Pada akhir siklus 1 mahasiswa yang memperoleh nila B ke atas

meningkat menjadi 50 %, dan pada siklus 2 mahasiswa yang memperoleh nilai B ke atas

telah mencapai 95 % atau telah mencapai indikator keberhasilan dari penelitian ini.

Pembahasan Hasil penelitian telah menunjukkan

bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai A dan B pada pra siklus ada 15%. Kemudian

pada akhir siklus 1 mahasiswa yang memperoleh nilai A dan B ada 50 % dan pada akhir siklus 2 mahasiswa yang memperoleh

nila A dan B ada 95 %. Peningkatan hasil belajar ini menjadi dampak dari makin

kondusifnya suasana perkuliahan yang dapat diamati melalui lembar kegiatan proses

perkuliahan. Perkuliahan sebelum dilakukan penelitian sering terjadi keterlambatan

mahasiswa maka setelah pemberian materi dengan media video analisis geak olahraga

dan dengan pembuatan aturan maka mahasiswa menjadi lebih tertarik dan

memperhatikan ketika proses kuliah berlangsung.

Media media video analisis gerak olahraga merupakan sebuah media yang

menyediakan suara dan gambar dalam menyampaikan informasi berupa gerak

olahraga. Jika pada sebelum penelitian dosen selalu menyampaikan materi dengan

menggunakan media gambar cenderung mahasiswa bosan. Maka pada proses

perkuliahan ini selain menggunakan media gambar, dosen juga menampilkan animasi

audio dan video dari gerak kecabangan olahraga yang sesungguhnya, sehingga

mahasiswa benar-benar melihat kondisi gerak kecabangan olahraga secara berulang,

Page 17: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

13

bagaimana bentuk gerak lari, bagaimana

bentuk gerak memukul, bagaimana bentuk sebuah gerak yang kurang tepat saat

berolahraga dan masih banyak lagi. Media video olahraga baik yang di

download melalui youtube maupun aplikasi

Coach’ Eye telah memberikan warna

tersendiri dalam proses perkuliahan, mahasiswa menjadi lebih tertarik dan antusias

untuk memperhatikan setiap penjelasan dari media maupun penjelasan dari dosen. Media

video olahraga baik yang di download melalui

youtube maupun aplikasi Coach’ Eye

menggambarkan secara nyata gerak olahraga

pada manusia, dan bagaimana semua sistem gerak yang ada bekerja secara bersama-sama

secara sistematis. Media ini juga menjelaskan bagaimana bentuk kesalahan gerak secara

terperinci yang sering dilakukan oleh atlet pemula atau orang yang mulai berolahraga.

SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan Media video olahraga baik yang

di download melalui youtube maupun aplikasi

Coach’ Eye telah memberikan manfaat dalam

peningkatan hasil belajar pada mata kuliah Biomekanika pada materi analisis gerak

kecabangan olahraga. penggunaan media ini telah melengkapi dan menyempurnakan

penggunaan media gambar yang telah ada. Media ini mampu memberikan pemahaman

kepada mahasiswa lebih mendalam pada materi analisis gerak kecabangan olahraga.

Berdasarkan simpulan ini maka penggunaan

Media video olahraga baik yang di download

melalui youtube maupun aplikasi Coach’ Eye

dapat dianjurkan sebagai media tambahan

pada perkuliahan Biomekanika. Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas sehingga hasilnya hanya dapat berlaku pada kelas percobaan, akan tetapi

dengan hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar Biomekanika maka,

dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut;

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan media perkuliahan.

b. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang memiliki

kesamaan dengan kondisi pada subyek

penelitian

DAFTAR RUJUKAN Azhar Arsyad,(2015).Media Pembelajaran,

Raja Grafindo Persada : Depok.

Coulson, M. (2006). Dictionary of Sport and

Exercise Science. A&C Black : London.

David A. Winter. (2009). Biomechanics and

Motor Control of Human Movement.

Canada : John Williey and Sons.

David Hopkins (1993). Teachers Guide To

Claasroom Research. Open University

Press. Buckingham Philadelphia.

.Hamill, J, and Knutzen, KM. (2009).

Biomechanical Basis of Human Movement.

China : William & Wilkins.

McNiff J, Whithead J. (2006) All You Need To

Know About ActionResearch. London: Sage

Publication.

Metzler M.W. (2000) Intructional Model For

Physical Education. Booston: Allyn Bacon.

Peter R, Hilary B (2001). Hand Book of Action

Research Participative Inquiryand Practice.

Stage Publication. London.

Pujianto, D. (2017). The Differences of Intructional Media and Coordination in Learning Outcomes of Groundstrokes Tennis

on Novice Level Athletes. JIPES - Journal of Indonesian Physical Education and

Sport, 3(1), 19 - 25.

https://doi.org/10.21009/JIPES.031.03 Samsudin, (2014). Media Pembelajaran

Pendidikan Jasmani. Lintera : Jakarta.

Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther,

James D. Russell, (2011)Intructional

Tecnology & Media for Learning. Pearson :

USA.

Suharsimi A, Suhardjono, Supardi.(2006).

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.Bumi

Aksara.

Suryabrata, S. (1998). Psikologi Pendidikan.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Winkel, WS (1997). Psikologi Pendidikan dan

Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia

Page 18: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

14

COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution

4.0 International License

PERBANDINGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DENGAN

GAYA MENGAJAR DISKOVERI TERHADAP HASIL BELAJAR

SHOOTING DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKET

Harry Wibowo Sampurno1

Keywords: The Style of Teaching Command; The Style of

Teaching Discovers; Learning Outcomes of Shooting

Corespondensi Author 1 STKIP Situs Banten, [email protected]

Article History

Received: Desember 2019;

Reviewed: Januari 2020;

Accepted: Januari 2020;

Published: Februari 2020

ABSTRACT The purpose of this study is to improve and improve the quality of shooting learning. The research hypothesis proposed is "the style of

teaching discovers greater influence compared to the command teaching style of learning outcomes of shooting in basketball

games". The research method used was an experimental method, with the research design using posttest only control group design. The study population was vocational student. Affordable

population is 205 class XI Pelita Bandung students, totaling 205 students. The sampling technique uses propotional randomized sampling technique. The research sample of 40 female students,

randomly and proportionally divided into two groups, namely group A and group B. Group A is students who are taught in the

command teaching style and group B is students who are taught in the style of discovers teaching. Based on the percentile value for the

ttable distribution at the significance level α = 0.05 with (n1 + n2 -2) = 38, the price of t (0.95) = 1.68, while the t-test results = 2.8. So

thus the value of t is greater than the table value then Ho is rejected.

It can be interpreted that the teaching style of cover (x ̅ = 10.05, s = 6.19) has a greater influence compared to the command teaching

style (x ̅ = 7.9, s = 4.87) on the learning outcomes of shooting a basketball .

ABSTRAK Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran shooting. Hipotesis penelitian yang diajukan

adalah ”gaya mengajar diskoveri lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan gaya mengajar komando terhadap hasil

belajar shooting dalam permainan bolabasket”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan desain penelitian menggunakan posttest only control group design.

Populasi penelitian adalah siswa SMK. Populasi terjangkau adalah siswi kelas XI SMK Pelita Bandung yang berjumlah 205 orang siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

propotional randomized sampling. Sampel penelitian sebanyak 40 orang siswa puteri, yang secara random dan proposional dibagi

menjadi dua kelompok yaitu kelompok A dan Kelompok B. Kelompok A adalah siswa yang diajar dengan gaya mengajar komando dan kelompok B adalah siswa yang diajar dengan gaya

mengajar diskoveri. Berdasarkan nilai persentil untuk distribusi

ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan (n1 + n2 -2) = 38,

Page 19: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Vol 12 No 1, Februari 2020

15

harga t (0,95) = 1,68, sedangkan thitung hasil pengujian = 2,8.

Maka dengan demikian nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka Ho ditolak. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa gaya mengajar

diskoveri (x ̅ = 10,05, s= 6,19) memberikan pengaruh lebih besar

dibandingkan dengan gaya mengajar komando ( x ̅ = 7,9 , s =

4,87) terhadap hasil belajar shooting bolabasket.

PENDAHULUAN Permainan bolabasket merupakan salah

satu cabang olahraga yang banyak dimainkan

oleh masyarakat, di samping olahraga lain seperti sepakbola dan bolavoli. Banyaknya

masyarakat yang bermain bolabasket di antaranya disebabkan oleh aturan

permainannya sederhana, bisa dimainkan oleh anak-anak, remaja, tua, muda, perempuan dan

lelaki, lapangannya tidak terlalu sulit, masal, dan mengandung unsur-unsur permainan.

Permainan bolabasket juga mengajarkan toleransi, sportifitas, fair play, mendidik,

kompetitif, menghibur dan menyehatkan melalui aktivitas fisik sehingga kebugaran

jasmani bisa ditingkatkan. Jon Oliver (2007: Vi) mengemukakan bahwa “olahraga bola

basket adalah olahraga yang menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan

menyehatkan.” Melalui permainan bolabasket, seluruh potensi dari seluruh aspek

yang diajarkan dalam permainan ini diyakini dapat berpotensi untuk dapat ditumbuh

kembangkan. Sampai batas-batas tertentu, apalagi jika kegiatan pembelajaran pendidikan

jasmani tersebut diintervensi oleh guru Penjas yang memiliki kompetensi sebagai tenaga

pendidik. Maka nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bolabasket

tersebut akan lebih dikembangkan lagi secara lebih luas. Sehingga Dengan keyakinan

terhadap nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bolabasket, maka tidak salah pada saat ini permainan

bolabasket menjadi salah satu cabang olahraga yang masuk ke dalam struktur kurikulum

pendidikan jasmani mulai dari SD, SMP, dan SMA, bahkan diajarkan di beberapa

perguruan tinggi, sehingga permainan bolabasket menjadi suatu kewajiban dalam

pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam konteks permainan atau bermain,

tujuan bermain bolabasket adalah (1) memasukkan bola ke dalam keranjang lawan

dan (2) mencegah lawan untuk memasukkan

bola ke keranjang sendiri. Sesuai dengan

peraturan Perbasi (2006:1), yang menjelaskan bahwa bola basket adalah: Permainan yang

dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing terdiri dari lima orang pemain, tujuan dari tiap masing-masing regu adalah memasukkan bola

ke keranjang lawan dan berusaha mencegah regu lawan memasukkan bola.

Dengan demikian ada dua hal persoalan penting yang dapat menunjang keberhasilan

bermain bolabasket yaitu bagaimana agar dapat memasukkan bola ke dalam keranjang

lawan sebanyak-banyaknya dan bagaimana agar lawan tidak dapat memasukkan bola ke

keranjang sendiri. Memperhatikan konsep tujuan permainan

bolabasket maka teknik shooting merupakan keterampilan teknik yang inti untuk dipelajari.

Sehingga wajar jika dalam pembelajaran bolabasket keterampilan teknik shooting

dijadikan fokus utama pembelajaran. Bahkan jika dilihat dari motivasi siswa berlatih,

shooting merupakan salah satu keterampilan teknik yang paling digemari terutama oleh

siswa yang baru belajar bolabasket. Dengan demikian maka keterampilan teknik shooting

harus dipelajari seorang pemain bolabasket karena keterampilan shooting yang baik sering

menjadi penentu kemenangan dalam sebuah pertandingan. Seperti yang dijelaskan oleh Hal

Wissel (1939: 32) yang mengemukakan bahwa: Shooting is the most important skill

basketball. The fundamental skills of passing, driblling, defence, and rebaounding may

enable you get a high percentage shot, but you must still be able to make the shot. In fact,

good shooting can often overcome weaknesses in other fundamental skill.

Melalui berbagai teknik, metoda, dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh

guru, keterampilan shooting harus menjadi fokus utama di dalam pembelajaran bolabasket dalam konteks pendidikan

Permasalahan yang nampak di dalam pembelajaran permainan bolabasket,

Page 20: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

16

khususnya pembelajaran shooting di

antaranya sarana dan prasarana yang meliputi keterbatasan ring basket, ukuran ketinggian

ring basket, perbedaan secara genetika antara kekuatan putra dan putri dalam bermain

bolabasket. Kemudian kompetensi guru pendidikan jasmani terhadap penguasaan

pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran bolabasket.

Hampir di semua lapangan bolabasket yang ada, hanya terdapat dua buah ring

(basket) yang ada di belakang garis akhir lapangan permainan bolabasket, padahal

tujuan bermain adalah memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke ring lawan, seperti

halnya kebutuhan ring bolabasket untuk sesuatu pertandingan resmi, bukan untuk

pembelajaran. Jarang sekali ada lapangan bolabasket yang dilengkapi dengan jumlah ring basket yang memadai dengan jumlah

siswa. Ukuran ketinggian ring basket disesuaikan dengan karakteristik fisik anak,

misalnya tinggi rendahnya kedudukan ring basket. Seyogyanya dengan satu kelas yang

diasumsikan 40 siswa yang terdiri atas putera dan puteri, minimal harus terdapat 20 ring

untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran shooting di sekolah dengan

sangat efektif. Di samping jumlah ring bolabasket yang kurang sesuai dengan rasio

jumlah siswa, juga ukuran ketinggian bolabasket yang kurang sesuai dengan

karakteristik siswa, terutama kekuatan siswa di SMP atau SMA/SMK sangat bervariasi,

apalagi terdapat putera dan puteri yang secara genetik berbeda. Masih banyak siswa puteri

yang tidak memiliki kekuatan untuk melakukan lemparan atau shooting setinggi

ring seperti halnya ring yang terdapat di peraturan bolabasket.

Berlatih Atau belajar memasukkan bola ke dalam keranjang harus merupakan fokus

utama dalam permainan bolabasket, namun faktanya masih banyak guru pendidikan

jasmani di Indonesia kurang memahami tujuan tersebut. Hal ini bisa dilihat bahwa

guru kurang memanfaatkan alokasi waktu yang disediakan ditambah dengan jumlah

siswa yang terlalu banyak, dan biasanya guru hanya memberikan bola kepada siswa,

kemudian membiarkan siswa bermain bolabasket dengan tidak ada konsep

pembelajarannya. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru

dalam praktik pendidikan jasmani cenderung

tradisional khususnya pembelajaran shooting.

Model dan metode-metode praktik dipusatkan pada guru (Teacher Centered) dimana pada

saat belajar shooting, kegiatan pembelajaran masih banyak yang berorientasi terhadap

penguasaan keterampilan teknik dengan melakukan latihan shooting dengan cara-cara

tertentu. Sementara dalam pembelajaran bolabasket memerlukan kreatifitas tentang

cara memasukkan bola ke dalam keranjang secara bervariasi. Latihan-latihan tersebut

hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai dengan inisiatif sendiri (Student

Centered). pada intinya model dan metode-metode praktik dipusatkan pada guru (Teacher

Centered) hanya pada penguasaan teknik dengan cara-cara shooting yang baku,

sementara model dan metode praktik yang terfokus pada siswa (Student Centered) lebih kepada mengembangkan daya pikir siswa

terhadap cara-cara memasukkan bola yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Shooting merupakan keterampilan gerak yang memiliki karakteristik dominan

keterampilan terbuka (open skill), keterampilan diskrit (discrete skil), dan

keterampilan kasar (groos skil). Dalam pelaksanaan permainan bolabasket yang

sebenarnya, keterampilan shooting banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat

permainan berlangsung. Teknik dasar shooting yang baku kadang kala tidak dapat

dilaksanakan karena adanya lawan yang memblok, jarak dan sudut ketika ingin

melakukan shooting akan selalu berubah karena lawan yang menjaga, yang terpenting

dari keterampilan shooting dalam permainan bolabasket yang sebenarnya adalah bola

masuk ke dalam ring basket. hal ini sesuai dengan tujuan utama permainan bolabasket.

Gaya mengajar komando merupakan gaya mengajar yang berpusat pada guru.

Pembelajarannya menekankan pada keseragaman gerak, standar baku yang telah

ditentukan, dengan kaidah-kaidah anatomi gerak, biomekanika yang seragam. Jika

diterapkan pada pengajaran shooting yang memiliki karakteristik keterampilan tersebut

diatas, nampaknya kurang cocok dilaksanakan karena tidak sesuai dengan karakteristik

permainan bolabasket yang sebenarnya. Oleh karena itu, diduga dalam prakteknya siswa

akan terpaku pada suatu teknik standar yang baku yang telah diajarkan secara seragam.

Berbeda dengan gaya mengajar komando,

Page 21: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

17

gaya mengajar diskoveri dapat membantu

siswa belajar membuat suatu kesimpulan terhadap suatu gerakan shooting dilakukan

pada saat situasi dan kondisi yang berubah-ubah. Hal ini sesuai dengan karakteristik

permainan bolabasket yang sebenarnya. Dengan penerapan gaya diskoveri, siswa

diberikan kebebasan sendiri untuk memutuskan kapan shooting dilakukan,

bagaimana teknik gerak shooting dilakukan (saat dijaga oleh lawan yang selalu berubah),

jarak dan sudut yang selalu berubah karena lawan yang menjaga. Memperhatikan situasi

dan kondisi diatas, penerapan gaya mengajar diskoveri dalam pengajaran shooting,

nampaknya cocok digunakan untuk melatih teknik shooting dalam situasi permainan

bolabasket yang sebenarnya. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru

dalam praktik pendidikan jasmani cenderung

tradisional khususnya pembelajaran shooting. Model dan metode-metode praktik dipusatkan

pada guru (Teacher Centered). Pada saat belajar shooting, kegiatan pembelajaran masih

banyak yang berorientasi terhadap penguasaan keterampilan teknik dengan melakukan

latihan shooting dengan cara-cara tertentu. Sementara dalam pembelajaran bolabasket

diperlukan kreativitas tentang cara memasukkan bola ke dalam keranjang secara

bervariasi. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai

dengan inisiatif sendiri (Student Centered). Pada intinya model dan metode-metode

praktik dipusatkan pada guru (Teacher Centered) hanya pada penguasaan teknik

dengan cara-cara shooting yang baku, sementara model dan metode praktik yang

terfokus pada siswa (Student Centered) lebih kepada mengembangkan daya pikir siswa

terhadap cara-cara memasukkan bola yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Guru pendidikan jasmani cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan

cabang olahraga. Pendekatan yang dilakukan seperti halnya pendekatan pelatihan olahraga.

Dalam pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui

kegiatan fisik tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini

mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pengajaran shooting di sekolah, sehingga

mereka kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka belum

berhasil melaksanakan tanggung jawabnya

untuk mendidik siswa secara sistematik

melalui pendidikan jasmani. Hal ini dipertegas oleh Cholik Mutohir (1983:19) bahwa

“tampak pendidikan jasmani belum berhasil mengembangkan kemampuan dan

keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental maupun intelektual.”

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan masalah terhadap

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan yaitu

sebagai berikut : 1.Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara gaya mengajar komando

dengan gaya mengajar diskoveri terhadap hasil belajar shooting dalam pembelajaran bola

basket. penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya perbedaan hasil

belajar gaya mengajar komando dengan gaya mengajar diskoveri terhadap belajar shooting dalam pembelajaran bolabasket.

METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode

eksperimen. Sugiyono (2012:80)

mengungkapkan bahwa Penelitian dengan metode eksperimen dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment)

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Sampel dalam penelitian

ini adalah siswi kelas XI SMK Pelita Bandung dengan jumlah sampel yang gunakan

sebanyak 40 siswi, yang didapat dari perhitungan 20 persen dari total populasi

penelitian sebanyak 205 siswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tes memasukkan bola ke dalam ringbasket (Nurhasan,2007:240). Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengukur keterampilan (penguasaan)

teknik dasar shooting bolabasket. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest

Only Control Group Design yaitu penelitian eksperimen yang membandingkan dua

kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda, akhir dari eksperimen ini diberikan tes

shooting dengan menggunakan instrument yang sama. Kelompok pertama diberi

perlakukan keterampilan shooting dengan gaya mengajar komando dan kelompok kedua

diberi perlakuan keterampilan shooting dengan gaya mengajar diskoveri. Desain

penelitian dapat digambarkan dalam Matrik dibawah ini:

Page 22: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

18

Gaya Mengajar

Hasil Belajar

Gaya Komando

Gaya Diskoveri

Hasil belajar Shooting X1 X2

Gambar 1. Desain Penelitian Posttest Only Control Group Design

(Campbell, D.T and Stanley J.C :1966:25)

Keterangan:

X1 adalah perlakuan melalui gaya mengajar komando. X2 adalah perlakuan melalui gaya mengajar diskoveri.

HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat

dideskripsikan seperti pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Deskripsi data hasil penelitian

Kelompok A

Pembelajaran dengan gaya mengajar komando

Kelompok B

Pembelajaran dengan gaya mengajar Diskoveri

n = 20

1 = 7,9 sd1 = 4,87

n = 20

2 = 10,05 sd2 = 6,19

Keterangan: n = Jumlah Sampel

1 = Rata-Rata Sampel Kelompok A

2 = Rata-Rata Sampel Kelompok B sd1 = Standar Deviasi Kelompok A sd2 = Standar Deviasi Kelompok B

Tabel 2.

Hasil Pengujian Normalitas Liliefors Kedua Kelompok

Kelompok n Lhitung Ltabel kesimpulan

Pembelajaran dengan gaya mengajar Komando

20 0,916 0,190 Normal

Pembelajaran dengan gaya mengajar Diskoveri

20 0,807 0,190 Normal

Tabel 3.

Hasil Uji Bartlett Kedua Kelompok

Kelompok X2 X2 (1-α) (k-1) Kesimpulan

Gaya Mengajar Komando dan Gaya Mengajar Diskoveri

0,475 3,84 Homogen

Berdasarkan tabel nilai kritis L untuk

Liliefors pada taraf nyata α = 0,05 dapat

diketahui Ltabel kedua kelompok adalah 0,190. Nilai Lo dari kelompok pembelajaran

Page 23: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

19

dengan gaya mengajar komando = 0,916 dan

Lo dari kelompok pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri = 0,807, maka dapat

dilihat pada matrik 4.2 nilai Lo kedua kelompok tersebut lebih kecil dari nilai

Ltabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Berdasarkan tabel harga kritik Chi

Kuadrat pada taraf nyata α = 0,05 dapat diketahui Ftabel adalah 3,84 sedangkan Fhitung dari kelompok pembelajaran dengan

gaya komando dan gaya mengajar diskoveri adalah 0,475. Maka dapat dilihat dari matrik

4.3 nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen. Setelah diuji semua persyaratan analisis, dan

hasilnya memenuhi persyaratan, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis

penelitian. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata satu

pihak (pihak kanan) atau uji t (Sudjana,1992: 470). untuk distribusi ttabel pada taraf

signifikansi α = 0,05 dengan (n1 + n2 -2) = 38, harga t (0,95) dapat dketahui ttabel adalah 1,68, sedangkan thitung dari hasil pengujian

diperoleh nilai 2,8. Maka dapat dilihat pada matrik 4.4 nilai thitung lebih besar dari nilai

ttabel maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa kelompok yang

menggunakan pembelajaran gaya mengajar

diskoveri ( x ̅ = 10,05, s = 6,19) memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan dengan

kelompok yang menggunakan pembelajaran

gaya mengajar komando ( x ̅ = 7,9 , s = 4,87) terhadap hasil belajar shooting bolabasket.

Hasil perhitungan pengolahan dan analisis seluruh data yang ada, maka hasilnya

memberikan jawaban bahwa Pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar

diskoveri dapat meningkatkan hasil belajar shooting bolabasket yang lebih besar

dibandingkan dengan pembelajaran dengan gaya mengajar komando. Atas dasar itu

disarankan untuk meningkatkan hasil belajar shooting siswi SMK dapat digunakan dalam

proses pembelajaran penjas., dan hal ini terlihat pada perbedaan dari perhitngan rata-

rata, simpangan baku, uji normalitas, uji homogenitas menunjukkan bahwa gaya mengajar diskoveri lebih besar daripada gaya

mengajar komando, serta berdasarkan perhitungan uji kesamaan dua rata-rata satu

pihak menunjukkan bahwa thitung lebih besar

dari nilai t tabel , maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa kelompok

yang menggunakan pembelajaran gaya

mengajar diskoveri ( x ̅ = 10,05, s = 6,19) memberikan pengaruh lebih besar

dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan pembelajaran gaya mengajar

komando ( x ̅ = 7,9 , s = 4,87) terhadap hasil belajar shooting bolabasket.

Berdasarkan hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini, pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri memberikan

pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan gaya mengajar komando terhadap

hasil belajar shooting bolabasket. Berarti pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri memberikan pengaruh yang lebih efektif

terhadap hasil belajar shooting bolabasket pada siswi kelas XI SMK Pelita Bandung,

sehingga dapat dilihat dari penggunaan kedua gaya tersebut. Pada pembelajaran dengan

gaya mengajar diskoveri menuntut siswa belajar membuat suatu kesimpulan terhadap

suatu gerakan shooting dilakukan pada saat situasi dan kondisi yang berubah-ubah,

sehingga siswa diberi kebebasan sendiri untuk memutuskan kapan shooting dilakukan,

bagaimana teknik gerak shooting dilakukan (saat dijaga oleh lawan yang selalu berubah),

jarak dan sudut yang selalu berubah karena lawan yang menjaga. Oleh karena itu,

pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri ini dapat dijadikan sebagai acuan strategi

pembelajaran untuk menyempurnakan penampilan siswa dalam meningkatkan

keterampilan shooting dalam permainan bolabasket. Dengan demikian, pembelajaran

dengan gaya mengajar diskoveri memberikan kesempatan pada siswa untuk

mempraktikkan, dan mengembangkan performa siswa yang diperlukan berdasar

pada tujuan pembelajaran shooting itu sendiri.

Berbeda dengan gaya diskoveri, pembelajaran dengan gaya mengajar

komando cenderung menekankan pada perintah atau guru lebih memegang kendali

(otoriter) dalam menginstruksikan tugas gerak pada peserta didik. Dengan kata lain, seorang

guru akan memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan peserta didik dalam

pemberian informasi. Sehingga pembelajaran dengan gaya mengajar komando digunakan atas dasar bahwa seorang siswa akan dapat

Page 24: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

20

lebih mengerti dan memahami apa yang

dipelajari dengan melihat dan menyaksikan contoh gerakan yang diperagakan atau

dipraktikkan secara langsung oleh guru. Dalam hal ini, siswa harus mengetahui

bagaimana gerakan yang harus dilakukan, karena guru hanyalah memberikan contoh-

contoh garis besarnya saja. Dengan demikian, hal tersebut dapat

membedakan bahwa pembelajaran gaya mengajar diskoveri lebih besar pengaruhnya

dibandingkan dengan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar shooting

bolabasket. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya keseriusan sampel dalam

mengikuti proses pembelajaran, dan keterbatasn waktu dalam proses pembelajaran

serta faktor-faktor lain yang menyebabkan adanya hasil belajar dengan menggunakan gaya mengajar diskoveri dan gaya mengajar

komando seperti faktor psikologi, di antaranya tingkat ketegangan dan

kemampuan mengatasi tekanan dari dalam diri seperti kecemasan, ambisi, dan emosi

ketika melakukan pembelajaran dan tes shooting bolabasket, selain itu tingkat

kemampuan belajar dan pengalaman yang berbeda. Hasil penelitian ini pun dapat

menjelaskan bahwa pembelajaran gaya mengajar diskoveri dan gaya mengajar

komando merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

shooting bolabasket pada siswi kelas XI SMK Pelita Bandung. Namun, peneliti

menganjurkan untuk menggunakan pembelajaran dengan gaya mengajar

diskoveri, karena pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri memberikan hasil yang

lebih besar dalam meningkatkan hasil belajar shooting bolabasket.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengolahan dan

analisis data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini adalah pembelajaran dengan

gaya mengajar Diskoveri (Kelompok B) memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran dengan

gaya mengajar komando (Kelompok A) terhadap hasil belajar shooting dalam

pembelajaran bolabasket di SMK Pelita Bandung. Dari hasil penelitian ini, untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran shooting di SMK, disarankan

untuk menggunakan pembelajaran dengan

gaya mengajar diskoveri.

Bagi para guru penjas serta pembaca pada umumnya, dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani terutama untuk meningkatkan hasil belajar shooting siswa,

sebaiknya diberikan gaya mengajar yang lebih sesuai dengan tuntunan dan tujuan

pembelajaran berdasarkan kurikulum. Salah satu gaya mengajar yang dapat digunakan

dalam penjas yang dapat dipilih adalah pembelajaran dengan gaya mengajar

diskoveri.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto. Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitan

Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka

Cipta.

Campbell dan Stanley. (1992). Research Learning

Progrees. USA: Macmilan Publishing.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek

Psikologis dalam Coaching. Jakarta.

Juliantine, dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung:

Depdiknas.

Kosasih, Danny. (2008). Fundamental Basketball

First Step to Win. Semarang: Karangturi

Media.

Muthohir, Cholik. (2007). Sport Development

Index. Jakarta: PT Indeks.

Nurhasan. (2008). Modul Mata Kuliah Statistik.

Bandung:FPOK UPI.

Oliver, Jon.(2004). Dasar- Dasar Basket. Jakarta:

Rineka cipta.

Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian.

Bandung: PT Alfabeta.

Page 25: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

21

COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License

METODE MENGAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL

BELAJAR KETERAMPILAN SERVIS FLAT TENIS LAPANGAN

(STUDI EKSPERIMEN PADA MAHASISWA FIK UNM MAKASSAR)

Hasbunallah AS1, Ahmad Rum Bismar2

Keywords :

Teaching Methods;

Motivation; flat Tennis

Service.

Corespondensi Author 1Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Negeri Makassar.

[email protected] 2Pendidikan Kepelatihan

Olahraga, Universitas Negeri Makassar.

[email protected]

Article History

Received: Desember 2019;

Reviewed: Januari 2020;

Accepted: Januari 2020;

Published: Februari 2020

ABSTRACT The aim of this experimental study was to determine the effect of all teaching methods, part, mixed and motivation result learning

toward of flat service skill courts tennis. Learning motivation is divided into two parts, namely high andlow.This research was

conducted at Faculty of Sport Science State University of Macassar,the academic year 2014/2015. Experimental using factorial design method 2x3. The sample consisted of 60 students

were divided into 6 groups, each consisting of 10 students. Data analysis technique is a two-way analysis of variance (ANOVA)

followed by Tukey's test at a significance level of α = 0.05. The

results of this study indicate that ( (1) overall teaching methods higher effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills (2) overall teaching methods lower effect of the

part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills, (3) overall teaching methods lower effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills,(4) there is interaction

between the overall teaching methods, part teaching methods and combined teaching methods and learning motivation outcomes flat

tennis service skills,(5) overall teaching methods higher effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills using a high learning motivation, (6) overall teaching methods

lower effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills using a high learning motivation, (7) part teaching methods lower effect of the combined teacing methods on

learning outcomes flat tennis service skills using a high learning motivation, (8) overall teaching methods higher effect of the part

teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills using a low learning motivation, (9) overall teaching methods lower effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service

skills using a low learning motivation, (10) part teaching methods lower effect of the combined teacing methods on learning outcomes

flat tennis service skills using a low learning motivation.

ABSTRAK Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mengajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar servis

flat tenis lapangan. Motivasi belajar terbagi menjadi dua bagian yaitu tinggi dan rendah. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar Propinsi

Page 26: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

22

Sulawesi Selatan, tahun akademik 2014/2015. Metode eksperimen

menggunakan desain faktorial 2x3. Sampel terdiri dari 60 mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 10 mahasiswa. Teknik analisis data adalah dua-arah analisis

varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Tukey pada

tingkat signifikansi α = 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). Metode mengajar keseluruhan lebih tinggi pengaruhnya

dari metode mengajar bagian terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan, (2) Metode mengajar keseluruhan lebih rendah pengaruhnya dari metode mengajar gabungan terhadap

hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan, (3) Metode mengajar bagian lebih rendah pengaruhnya dari metode mengajar

gabungan terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan, (4) Terdapat interaksi antara metode mengajar keseluruhan, metode mengajar bagian, metode mengajar gabungan

dan motivasi terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan, (5) Metode mengajar keseluruhan lebih tinggi dari metode mengajar bagian terhadap hasil belajar keterampilan servis

flat tenis lapangan pada kelompok motivasi tinggi, (6) Metode mengajar keseluruhan lebih rendah dari metode mengajar

gabungan terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan pada kelompok motivasi tinggi, (7) Metode mengajar bagian lebih rendah dari metode mengajar gabungan terhadap

hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan pada kelompok motivasi tinggi, (8) Metode mengajar keseluruhan lebih tinggi dari metode mengajar bagian terhadap hasil belajar keterampilan servis

flat tenis lapangan pada kelompok motivasi rendah, (9) Metode mengajar keseluruhan lebih rendah dari metode mengajar

gabungan terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan pada kelompok motivasi rendah, dan (10) Metode mengajar bagian lebih rendah dari metode mengajar gabungan

terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan pada kelompok motivasi rendah.

PENDAHULUAN Pencapaian prestasi optimal dalam

bidang olahraga merupakan dambaan bagi setiap atlit, namun untuk mencapai hal

tersebut perlu perencanaan yang matang melalui suatu system pembinaan terpadu

sistematis dan berkesinambungan. Seiring dengan laju pembangunan bangsa yang

sedang berlangsung sampai sekarang ini, pembangunan bidang olahraga di Indonesia

diarahkan untuk mencapai cita-cita bangsa yaitu terbentuknya manusia Indonesia

seutuhnya yang sehat jasmani maupun rohani, serta terampil sehingga mampu

berprestasi dalam bidang olahraga guna mengangkat harkat, martabat dan derajat

bangsa. Perhatian pemerintah ditujukan kepada usaha penyebarluasan kegiatan

olahraga sebagaicara pembinaan kesehatan

jasmani dan rohani bagi setiap anggota

masyarakat. Mencermati hal tersebut, pemerintah telah mensyahkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional,

bahwa system pembinaan olahraga harus dilakukan melalui 3 (tiga) pilar yaitu;

olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi.

Olahraga adalah bagian integrasi dari proses pendidikan yang merupakan arena

pedagogis dibidang gerak dan pengalaman gerak. Upaya untuk mencapai prestasi

olahraga dilakukan dalam bentuk latihan, pengajaran olahraga sebagai kegiatannya.

Latihan-latihan yang diberikan harus berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai

dan dinyatakan dengan perubahan tingkah laku yang bersifat menyeluruh. Keterampilan-

Page 27: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

23

keterampilan tersebut hanya dapat dimiliki

melalui suatu proses belajar gerak. Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) adalah Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan bidang keolahragaan bagi calon guru pendidikan

jasmani dan lembaga pendidika non kependidikan di bidang olahraga. Lembaga

ini berperan sebagai pencetak tenaga kependidikan yang kompeten dan profesional

dalam bidang pendidikan jasmani dan pelatih olahraga untuk mencapai tujuan olahraga

yaitu berprestasi tinggi di bidang keolahragaan.

Dalam prestasi belajar maupun prestasi latihan pada semua cabang olahraga tidak

hanya ditentukan oleh penguasaan teknik-teknik dasar saja, tetapi juga dipengaruhi oleh

kemampuan dan kesiapan kondisi fisik yang dibutuhkan untuk kegiatan olahraga yang bersangkutan. Penguasaan keterampilan tenis

lapangan memiliki persyaratan kesiapan kondisi fisik untuk dapat menguasai berbagai

teknik dasar dan kemampuan bermain. Kondisi fisik yang dibutuhkan untuk olahraga

tenis lapangan, antara lain adalah kekuatan, kecepatan, kelentukan, daya tahan, daya

ledak (power), keseimbangan dan koordinasi

Pada kenyataannya menurut pengamatan dalam beberapa turnamen sebagian besar pemain Indonesia tersisih di

babak pertama dibandingkan dengan pemain Internasional. Secara teknik kualitas pukulan

belum memadai, terutama kurang maksimalnya pukulan servis yang dimiliki.

Pukulan servis yang mereka lakukan sangat mudah dikembalikan oleh lawan dan juga

banyak melakukan servis yang salah (fault),

artinya melakukan servis tidak tepat pada kotak servis sebagai sasaran.

Dalam permainan tenis lapangan, servis

merupakan pukulan paling penting. Servis adalah awal dari permainan, tetapi bagi

pemain top dunia servis bisa langsung mendapatkan point melalui ace servis. Dalam

permainan tenis lapangan, pemain yang melakukan servis keras selain harus memiliki

tinggi badan yang cukup, juga harus mengetahui bagaimana cara mendapatkan

tenaga dan cara menggunakan gerak pecut. Menurut Agusalim (2007 : 9)

Permainan tenis lapangan adalah salah satu permainan yang dikategorikan dalam

permainan bola kecil dan sangat banyak digemari masyarakat karena terkandung

banyak unsur kegembiraan dan sangat

menggairahkan untuk dilakukan. Berbagai

tingkat usia dapat melakukan dan menikmati permainan ini baik pria maupun wanita

karena olahraga ini tidak ada bahaya benturan badan waktu bermain dan masing-

masing pemain dapat mengatur cara dan tingkat permainan sesuai dengan kemampuan

serta kekuatan dan kecepatannya sendiri. Agus Salim menyatakan bahwa: Tenis

lapangan dimainkan sebagai kompetisi olahraga tingkat tinggi dan berkelas dunia,

namun perkembangan tersebut tetap tidak mengubah sebuah kenyataan bahwa

permainan atau olahraga ini sangat tinggi untuk rekreasi dan bergembira atau sebagai

media untuk kebugaran badan. Keterampilan mengandung arti pelaksanaan yang cepat

dalam penyelesaian tugas gerak itu dalam waktu yang minimum. Semakin cepat pelaksanaan suatu gerak, tanpa

mengorbankan hasil akhir (kualitas) yang diharapkan, maka akan membuat terakuinya

keterampilan orang yang bersangkutan. Keterampilan adalah kesanggupan

menggunakan pengetahuan seseorang secara efektif dan secara siap dalam pelaksanaan,

serta mencapai kemantapan dari suatu keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan.

Hal ini dapat diartikan bahwa keterampilan gerak seseorang pada tingkat tertentu, mampu

bergerak dengan mudah bergerak, luwes, dan dapat mengatasi masalah-masalah

lingkungannya. Menurut Ricard Magill (2011 : 3) seseorang dikatakan terampil apabila

memiliki kemampuan untuk memperagakan suatu tugas gerak dengan kualitas hasil gerak

yang baik (cepat, cermat dan tepat). Untuk individu yang terampil dalam melakukan

suatu tugas gerak akan nampak halus, dan luwes sehingga aktivitas gerak yang dilakukan

efektif dan efisien. Keterampilan adalah suatu kegiatan atau tugas yang memiliki tujuan

tertentu atau tujuan untuk mencapai indikator kualitas kinerja

Menurut Agus Mahendra (2007:273-275) Metode megajar keseluruhan merupakan

bentuk latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara utuh dari

keterampilan yang dipelajari. Dalam metode keseluruhan, pemain dituntut melakukan

gerakan keterampilan yang dipelajari secara keseluruhan. Apabila keterampilan olahraga

yang diajarkan itu sifatnya sederhana dan mudah dimengerti maka keterampilan

tersebut diajarkan secara keseluruhan, dan

Page 28: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

24

setiap teknik bagian hanya dilatih secara

khusus apabila pemain atau subyek selalu membuat kesalahan pada teknik bagian

tersebut. Metode keseluruhan memberikan keuntungan maksimal jika yang dipelajari

ialah gerakan yang sederhana. Dilain pihak Agus Mahendra menyatakan bahwa: Metode

keseluruhan atau whole method adalah suatu metode mengajar yang beranjak dari yang

umum ke yang khusus. Dalam mengajarkan keterampilan gerak atau permainan, maka

bentuk yang utuh atau keseluruhan diajarkan terlebih dahulu kemudian dipecah-pecahkan

menjadi bagian-bagian. Metode mengajar bagian merupakan bentuk latihan

keterampilan yang dilakukan secara bagian per bagian dari keterampilan gerak yang

dipelajari. Bentuk keterampilan gerak yang dipelajari dipilah-pilah ke dalam bentuk gerakan yang lebih mudah dan sederhana.

Teori belajar Gestalt mengenalkan suatu pendekatan organisasi terhadap stimulus-

respons (S-R). S-R yang merupakan bagian-bagian dari suatu keterampilan, diorganisir

menjadi suatu bentuk keseluruhan Menurut Winarno (1994) Metode

Bagian – Keseluruhan (Part – Whole Methode) metode ini merupakan metode

gabungan dari keseluruhan dan bagian.Metode part and whole merupakan

metode pembelajaran yang dilakukan secara bertahap, dari pengenalan/pembelajaran

teknik bagian hingga gabungan dari

keseluruhan teknik bagian yang merupakan teknik gerakan yang utuh Metode part and

whole merupakan metode pembelajaran yang dilakukan secara bertahap,

dari pengenalan/pembelajaran teknik bagian hingga gabungan dari keseluruhan teknik

bagian yang merupakan teknik gerakan yang utuh

Menurut Djaali (2008:101) Motivasi merupakan faktor penting di dalam

memahami perilaku manusia termasuk didalam memahami hubungan dengan

manusia yang lain. Dan motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang

dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk merubah situasi yang tidak

memuaskan atau tidak menyenangkan. Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu.

Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang. Jadi motivasi

dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.Perubahan-perubahan dalam motivasi

timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam organisme manusia, misalnya karena

terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbulnya motif lapar

METODE PENELITIAN

Metode dan Desain Penelitian

Tabel 1. Rancangan penelitian desain faktorial 2X3

Metode (A)

Motivasi (B)

Keseluruhan

(A1)

Bagian

(A2)

Gabungan

(A3)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1 A3B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2 A3B2

Total

A1

A2

A3

Keterangan : A = kelompok metode mengajar B = kelompok motivasi

A1 = kelompok metode mengajar keseluruhan A2 = kelompok metode mengajar bagian

A3 = kelompok metode mengajar gabungan A1B1 = kelompok metode mengajar keseluruhan dengan menggunakan kelompok

Page 29: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

25

motivasi tinggi

A2B1 = kelompok metode mengajar bagian dengan menggunakan kelompok motivasi tinggi

A3B1 = kelompok metode mengajar gabungan dengan motivasi tinggi A1B2 = kelompok metode mengajar keseluruhan dengan menggunakan kelompok

motivasi rendah. A2B2

= kelompok metode mengajar bagian dengan menggunakan kelompok

motivasi rendah A3B2 = kelompok metode mengajar gabungan dengan menggunakan kelompok

motivasi rendah

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa putra FIK UNM

Program Studi Pendidikan Kepelatihan yang belum memprogramkan dan mengikuti mata

kuliah tenis lapangan berjumlah 200 0rang. Penentuan sampel penelitian dilakukan

dengan teknik Randomized group design, yaitu

dengan cara 200 orang diacak dan diambil

120 orang sampel. Kemudian dari 120 sampel tersebut diacak kembali untuk menentukan

masing-masing 40 orang sampel. Jumlah murid laki-laki sebanyak 60 siswa yang

terbagi ke dalam 6 sel, masing-masing sel berjumlah 10 orang Dengan demikian

terbentuk 6 (enam) sel dari ketiga kelompok metode mengajar tersebut yakni: (1)

Kelompok metode mengajar keseluruhan dengan tingkat motivasi tinggi (A1B1), (2) Kelompok metode mengajar keseluruhan

dengan tingkat motivasi rendah (A1B2), (3) Kelompok metode mengajar bagian dengan

tingkat motivasi tinggi (A2B1), (4) Kelompok metode mengajar bagian dengan tingkat

motivasi rendah (A2B2), (5) Kelompok metode mengajar gabungan dengan tingkat

motivasi tinggi (A3B1), dan (6) Kelompok metode mengajar gabungan dengan tingkat

motivasi rendah (A3B2). Teknik pengumpulan data yang dilakukan mengacu

kepada variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini, yakni: (1) Untuk data variabel

terikat di dapat melalui tes penilaian proses

gerak keterampilan teknik servis flat tenis

lapangan, (2) untuk data variabel atribut

didapat melalui tes motivasi. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah teknik analisis varian (ANAVA) dua arah

dengan taraf signifikansi α = 0,05. Persyaratan yang diperlukan dalam analisis varian adalah uji normalitas dengan

menggunakan uji Liliefors, dan uji homogenitas dengan menggunakan uji

Barlett, dan dilanjutkan dengan uji Tukey

jika terdapat interaksi. Teknik analisis data menggunakan SPSS Versi 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dikemukakan

adalah sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan pengaruh metode mengajar keseluruhan

dengan metode mengajar bagian terhadap

hasil belajar keterampilan servis flat tenis

lapangan mahasiswa FIK UNM, diperoleh

perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung 5,100 dan Q-tabel 2,95, terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih kecil dari 0,05 (0,025

< 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,025, atau probabilitas jauh di

bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar keterampilan servis

flat pada permainan tenis lapangan antara

kelompok metode mengajar keseluruhan dengan kelompok metode mengajar bagian

pada mahasiswa FIK UNM. (2) terdapat perbedaan pengaruh metode mengajar

keseluruhan dengan metode mengajar gabungan terhadap hasil belajar keterampilan

servis flat tenis lapangan mahasiswa FIK

UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata

atau nilai Q-hitung = -5,250 dan Q-tabel 2,95, terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih

kecil dari 0,000 (0,000 < 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,000, atau

probabilitas jauh di bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan

servis flat pada permainan tenis lapangan

antara kelompok metode mengajar keseluruhan dengan kelompok metode

mengajar gabungan pada mahasiswa FIK UNM. (3) terdapat perbedaan pengaruh

metode mengajar bagian dengan metode

Page 30: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

26

mengajar gabungan terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan

mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan

nilai rata-rata atau nilai Q-hitung -10,350 dan Q-

tabel 2,95, terdapat perbedaan yang nyata sig

(p) lebih kecil dari 0,000 (0,000 < 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,000,

atau probabilitas jauh di bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar keterampilan servis flat pada

permainan tenis lapangan antara kelompok metode mengajar bagian dengan kelompok

metode mengajar gabungan pada mahasiswa FIK UNM. (4) Terdapat interaksi antara

metode mengajar keseluruhan, metode mengajar bagian, metode mengajar gabungan

dan motivasi terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan hal ini

dibuktikan dengan perolehan Fhitung sebesar 6,012. Jika dibandingkan Fhitung lebih besar

dari Ftabel, (Fhitung 6,012 > Ftabel 3,17), dengan demikian dapat diambil keputusan bahwa

tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara

metode mengajar keseluruhan, bagian, gabungan dan motivasi terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat pada permainan tenis

lapangan pada mahasiswa FIK UNM. (5)

terdapat perbedaan antara metode mengajar keseluruhan dan metode mengajar bagian

pada kelompok pemain yang memiliki motivasi tinggi terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan

mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan

nilai rata-rata atau nilai Q-hitung -10,800 dan Q-

tabel 4,9, terdapat perbedaan yang nyata sig (p)

lebih kecil dari 0,000 (0,000 < 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,000,

atau probabilitas jauh di bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar keterampilan servis flat pada

permainan tenis lapangan antara kelompok metode mengajar keseluruhan dengan

kelompok metode mengajar bagian bagi mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi

pada mahasiswa FIK UNM. (6) tidak terdapat perbedaan antara metode mengajar

keseluruhan dan metode mengajar gabungan pada kelompok pemain yang memiliki

motivasi tinggi terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan

mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung 2,500 dan Q-

tabel 3,15. Sedangkan pada uji signifikansi tidak terdapat perbedaan yang nyata karena

signifikansinya lebih besar dari 0,05 atau (0,959 > 0,05), untuk terlihat pada tabel

kolom Sig (p) adalah 0,959, atau probabilitas

jauh di diatas nilai 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H1 dan terima

H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan

servis flat pada permainan tenis lapangan

antara kelompok metode mengajar

keseluruhan dengan kelompok metode mengajar gabungan bagi mahasiswa yang

memiliki motivasi tinggi pada mahasiswa FIK UNM. (7) terdapat perbedaan antara

metode mengajar bagian dan metode mengajar gabungan yang memiliki motivasi

tinggi terhadap hasil belajar keterampilan

servis flat tenis lapangan mahasiswa FIK

UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung 13,300 dan Q-tabel 3,15.

Sedangkan pada uji signifikansi terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih kecil dari

0,005 atau (0,000 < 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,000, atau

probabilitas jauh di bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan

servis flat pada permainan tenis lapangan

antara kelompok metode mengajar bagian dengan kelompok metode mengajar gabungan

bagi mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi pada mahasiswa FIK UNM. (8)

terdapat perbedaan antara metode mengajar keseluruhan dan metode mengajar bagian

pada kelompok pemain yang memiliki motivasi rendah terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan

mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan

nilai rata-rata atau nilai Q-hitung -10,500 dan Q-

tabel 3,15. Sedangkan pada uji signifikasi

terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih kecil dari 0,005 (0,001 < 0,05), untuk terlihat

pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,001, atau

probabilitas jauh di bawah nilai 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar keterampilan servis flat pada

permainan tenis lapangan antara kelompok

Page 31: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

27

metode mengajar keseluruhan dengan

kelompok metode mengajar bagian bagi mahasiswa yang memiliki motivasi rendah

pada mahasiswa FIK UNM. (9) tidak terdapat perbedaan antara metode mengajar

keseluruhan dan metode mengajar gabungan pada kelompok pemain yang memiliki

motivasi rendah terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan

mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung -4,600 dan Q-

tabel 3,15. Pada uji signifikansi terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih kecil dari

0,05 (0,431 > 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0, 000, atau probabilitas

jauh di atas 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa terima H1 dan tolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar servis flat pada

permainan tenis lapangan antara kelompok

metode mengajar keseluruhan dengan kelompok metode mengajar gabungan bagi

mahasiswa yang memiliki motivasi rendah pada mahasiswa FIK UNM dan (10) tidak

terdapat perbedaan antara metode mengajar bagian dan metode mengajar gabungan yang

memiliki motivasi rendah terhadap hasil

belajar keterampilan servis flat tenis lapangan

mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung 5,900 dan Q-

tabel 3,15, sedangkan pada uji signifikansi tidak terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih

besar dari 0,05 (0,942 > 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,942, atau

probabilitas jauh di atas 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H1 dan terima H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar

keterampilan servis flat pada permainan tenis

lapangan antara kelompok metode mengajar bagian dengan kelompok metode mengajar

gabungan bagi mahasiswa yang memiliki motivasi rendah pada mahasiswa FIK UNM.

SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut : (1) Metode mengajar keseluruhan lebih tinggi

pengaruhnya dari metode mengajar bagian

terhadap hasil belajar keterampilan servis flat

tenis lapangan pada kelompok mahasiswa, (2)

Metode mengajar keseluruhan lebih rendah pengaruhnya dari metode mengajar gabungan

terhadap hasil belajar keterampilan servis flat

tenis lapangan pada kelompok mahasiswa, (3) Metode mengajar bagian lebih rendah

pengaruhnya dari metode mengajar gabungan

terhadap hasil belajar keterampilan servis flat

tenis lapangan pada kelompok mahasiswa, (4) Terdapat interaksi antara metode mengajar

keseluruhan, metode mengajar bagian, metode mengajar gabungan dan motivasi

terhadap hasil belajar keterampilan servis flat

tenis lapangan, (5) Metode mengajar

keseluruhan lebih tinggi dari metode mengajar bagian terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan pada

kelompok motivasi tinggi, (6) Metode mengajar bagian lebih rendah dari metode

mengajar gabungan terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan pada

kelompok motivasi tinggi, dan (7) Metode mengajar keseluruhan lebih rendah dari

metode mengajar bagian terhadap hasil

belajar keterampilan servis flat tenis lapangan

pada kelompok motivasi rendah. Dari kesepuluh hipotesis penelitian yang

diajukan terdapat 3 (tiga) hipotesis penelitian yang ditolak, yaitu: hipotesis enam,

kesembilan dan kesepuluh yaitu: 6) tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan

antara metode mengajar keseluruhan dan metode mengajar gabungan terhadap hasil

belajar keterampilan servis flat tenis lapangan

motivasi belajar tinggi, 9) tidak terdapat

perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode mengajar keseluruhan dan metode

mengajar gabungan terhadap hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan

motivasi rendah, 10) tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode

mengajar bagian dan metode mengajar gabungan terhadap hasil belajar keterampilan

servis flat tenis lapangan motivasi rendah.

Berdasarkan kesimpulan hasil

penelitian dan implikasi sebagaimana diuraikan di atas maka diketengahkan saran-

saran sebagai berikut: 1. Karena secara keseluruhan metode

mengajar gabungan telah menunjukkan keunggulan. sebagai sebuah metode

mengajar dalam meningkatkan hasil

belajar keterampilan servis flat tenis

lapangan mahasiswa dibanding dengan metode mengajar bagian dan metode

mengajar keseluruhan maka bagi para dosen, guru, pelatih, peneliti, dan

Page 32: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

28

mahasiswa dianjurkan untuk

memanfaatkan hasil penelitian ini dalam rangka meningkatkan hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan.

Dengan kata lain metode mengajar

gabungan dapat dijadikan sebagai pedoman pengajaran dalam proses belajar

mengajar, khususnya metode mengajar yang mempunyai karakterisatik yang

sama dengan meningkatkan hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan

mahasiswa, selain itu juga disarankan untuk mempertimbangkan faktor motivasi

dalam proses belajar mengajar. 2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan

dengan menambahkan variabel dan memilih variabel kategori atau atribut

yang lainnya. 3. Penelitian ini dilakukan terhadap

mahasiswa putera FIK UNM Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

yang belum memprogramkan dan mengikuti mata kuliah tenis lapangan dan

tidak melibatkan mahasiswa puteri. Karena meningkatkan hasil belajar

keterampilan servis flat tenis lapangan

diperlukan juga oleh mahasiswa puteri,

maka sebaiknya juga dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan sampel

puteri.

DAFTAR RUJUKAN

Djaali (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT

Bumi Aksara. 2008.

Magill.A.Richard. (2011). Motor Learning and

Control. Ninth Ed. New York: McGraw-

Hill.

Mahendra..Agus. (2007). Modul Teori Belajar

Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI

Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2005.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan; Dalam

Undang-Undang R.I. Nomor 12 Tahun

2012 Bandung : Citra Umbara.2012.

Usman. Husaini. (2009). Manajemen: Teori

Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Page 33: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

29

COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution

4.0 International License

ANALISIS SIKAP FAIR PLAY PADA PERMAINAN FUTSAL

SMA SE-KOTA BINJAI

Nurkadri1, Rini Andriani2, Imam Aris Munandar Hutagaol3

Keywords : Attitude; Fair Play; Futsal.

Corespondensi Author 1Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Universitas Negeri

Medan, [email protected] 2SMA Negeri 7 Binjai, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera

Utara, [email protected] 3Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Universitas Negeri

Medan, [email protected]

Article History

Received: Desember 2019;

Reviewed: Januari 2020;

Accepted: Januari 2020;

Published: Februari 2020

ABSTRACT

This research is to find out how much is the understanding of the attitude of fair play in high school clubs in the city of Binjai. The

research sample, namely the high school futsal club in the city of Binjai, among them are SMAN 1 Binjai, SMAN 2 Binjai, SMAN 4 Binjai, and SMAN 5 Binjai with 70 respondents. Data collection

methods using questionnaire techniques that will be filled by respondents, the data were analyzed using descriptive analysis of percentages. Based on the results of the study note that the award

for opposing players was 14.54%, cheating 5.3%, playing skills 9.3%, and respecting teammates 16.78%. It can be concluded that

most of the futsal clubs in the city of Binjai are sufficient in understanding fair play. The researcher suggests to the school to pay more attention to improving the quality of coaching in futsal

training in schools in giving a fair play attitude. The trainer must continue to improve teaching the understanding of fair play on an ongoing basis to their students. So that in the future an exciting and

fun futsal game will be created, avoiding cheating and increasingly upholding the spirit of fair play.

ABSTRAK

Penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pemahaman sikap

fair play di klub SMA se-kota Binjai. Sampel penelitiannya, yaitu klub futsal SMA yang ada di kota Binjai, di antara nya adalah

SMAN 1 Binjai, SMAN 2 Binjai, SMAN 4 Binjai, dan SMAN 5 Binjai sejumlah 70 responden. Metode pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner yang akan di isi oleh responden,

data dianalisis menggunakan analisis deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penghargaan untuk

pemain lawan sebanyak 14,54%, curang 5,3%, keahlian bermain 9,3%, dan menghormati rekan setim 16,78%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar klub futsal di kota Binjai kategori cukup

dalam memahami fair play. Peneliti menyarankan pada pihak sekolah untuk lebih memperhatikan meningkatkan kualitas pembinaan dalam latihan futsal di sekolah dalam pemberian sikap

fair play. Bagi pelatih harus tetap meningkatkan lagi pengajaran pemahaman tentang fair play secara berkesinambungan pada anak

didiknya. Sehingga kedepannya tercipta sebuah permainan futsal yang menarik dan menyenangkan, terhindar dari sikap kecurangan dan semakin menjunjung tinggi semangat fair play.

Page 34: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

30

PENDAHULUAN Keberadaan olahraga saat ini telah

menjadi bagian penting di kehidupan masyarakat (Hardiyono & Nurkadri, 2018);

(Prakoso & Sugiyanto, 2017). Futsal adalah salah satu kegiatan olahraga yang cukup

popular dan banyak diminati oleh warga negara Indonesia bahkan di dunia saat ini.

Hal ini terlihat dari antusiasme bermain futsal yang dilakukan oleh anak-anak, orang muda, orang tua, laki-laki, maupun perempuan,

yang begitu tertarik dengan olahraga ini. Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh

seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan

yang berarti (Nurkadri & Rizka Hayati, 2020); (EM Zul Fajri., Ratu Arilia Senja,

2008). Dalam rangka memfasilitasi prilaku dalam olahraga, beberapa aspek yang harus

dipertimbangkan dalam praktek, antara lain: kinerja dan prestasi seperti dalam kompetisi

olahraga fair play yang berarti melakukan

yang terbaik dan terus meningkatkan kinerja

dalam aturan yang sama berarti mengamati dan mempromosikan prinsip-prinsip dasar

dari ide ini dalam olahraga kesehatan.

Fair play berarti menjamin kesehatan

sesama pemain serta seseorang dan kesehatan

sendiri dalam olahraga dan juga menghasilkan kesejahteraan olahraga

(Mihaela Păunescu et al. / Procedia - Social and

Behavioral Sciences 92 (2013:693). Hasil jurnal

Ercan Zorba merupakan salah satu yang

mendasari peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan. Peneliti Ercan Zorba

menerangkan bahwa sikap fair play dan

pendidikan membentuk karakter hubungan

yang kinetis dan dinamis. Bila sikap fair play

diaplikasikan dalam ruang lingkup sekolah,

maka sikap fair play akan semakin lebih baik

khususnya di cabang olahraga futsal.

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas yang terencana dan terstruktur yang paling

berpengaruh dalam kelangsungan proses

pembentukan sikap. Pembentukan sikap fair

play dapat diberikan melalui olahraga secara

efisien dan ideal. Olahraga sangat mengutamakan tentang disiplin dan moral. Namun, hasil yang tidak diinginkan tetap bisa terjadi jika tidak benar-benar diperhatikan.

Olahraga yang menciptakan disiplin, moral, dan individu saling berinteraksi karena

dilakukan dengan kelompok. Proses ini harus

dilakukan untuk mengembangkan sikap fair

play dan kerja sama. Terutama, individu-

individu yang telah bisa menerima pendidikan tentang sikap bermain yang adil

ini sejak dini dalam kehidupan awal prestasi mereka.

Perilaku yang tidak fair play dalam

olahraga khususnya futsal, menjadi sesuatu

hal yang negatif karena dapat menyakiti, merugikan lawan ataupun dirinya sendiri.

Dalam olahraga dapat muncul pula perilaku agresif yang bertujuan untuk menyakiti

lawan. Perilaku yang tidak fair play yang tak

sepantasnya dilakukan oleh pemain futsal di

dalam lapangan baik secara individu maupun kelompok.

Penyerangan atau pun perkelahian yang terjadi pada pertandingan futsal, bahkan

kerap dialami pula oleh pemain futsal di kalangan seperti klub futsal SMA kota Binjai,

bahkan tak jarang pertandingan di hentikan pada saat ada kejadian dimana salah satu

pemain klub futsal SMA di kota Binjai

melakukan sikap yang tidak fair play kepada

pemain lawan. Sebagai contoh pemain futsal tim A di lapangan saling berebut bola di area

sudut lapangan dengan tim lawan B, lalu pemain tim A tidak terima karna pemain

lawan dari tim B melakukan aksi mendorong dan menarik-narik baju tim A, dan terjadi lah

keributan yang mengundang wasit untuk mengeluarkan kartu, karna wasit menganggap

tindakan yang dilakukan lawan dari tim B tidak seharus nya di lakukan karna dianggap

melanggar permainan dan tidak fair play,

Contoh lain yang masih sering terjadi adalah

pelatih yang tidak menerima keputusan wasit yang mengeluarkan kartu merah untuk

pemain nya yang sengaja menyentuh bola di area pinalti, pelatih merasa tim nya di rugikan

sebab hal itu tidak di sengaja karna pemain nya bertindak refleks atau spontan.

Dalam hal ini ternyata pengetahuan tentang fair play di sebagian tim futsal masih

sangat rendah, dan untuk masalah tersebut pelatih harus menanamkan kepada pemain

pengetahuan tentang sikap fair play pada saat

latihan, tidak hanya untuk pemain saja, tetapi

pelatih dari setiap tim juga harus memahami

tentang fair play dalam lapangan, agar

olahraga futsal terus berkembang baik dari segi bermain nya maupun peraturan nya,

karna peraturan di terapkan untuk di patuhi, dan sebagai pedoman tim agar lebih baik dan

fair play.

Page 35: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

31

Menurut Vidoni dan Ward (2009) dalam

jurnal (Nevzat Mirzeoglu (2015:2470) fair play

merupakan keterampilan sosial seperti

pemenuhan harapan kelas, upaya siswa dikemukakan dalam hal keterlibatan mereka,

menghormati hak-hak siswa lain untuk belajar dan untuk berpatisipasi, bersikap mendukung

dengan rekan-rekan dan bermain menurut peraturan, dan menunjukkan rasa hormat

kepada lawan serta wasit. Sebuah tim yang sering mengikuti

pertandingan, sudah tentu setiap pemain harus memiliki pengetahuan memadai

tentang makna fair play yang sesungguhnya.

Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti,

bahwa pemahaman setiap pemain terhadap

nilai-nilai fair play masih sangatlah minim,

artinya setiap pemain masih perlu diberikan

penjelasan yang benar tentang nilai- nilai fair

play. Hal inilah yang membuat peneliti

tertarik untuk meneliti topik tersebut. Maka penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif tipe survei. Penelitian ini

bertujuan untuk menguji perilaku fair play

pemain futsal di SMA atau sederajat mengenai beberapa variabel. Berdasarkan

penelitian terdahulu pada Jurnal Ercan Zorba (2018) dan hasil observasi, maka peneliti akan

meneliti “Analisis sikap fair play pada

permainan futsal di klub SMA Kota Binjai.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat

sikap fair play pada siswa di klub Futsal SMA

Kota Binjai Tahun 2019. Tujuan dari analisis adalah untuk

menjelaskan suatu data agar lebih mudah dipahami, selanjutnya dibuat kesimpulan.

Suatu kesimpulan dari analisis data didapatkan dari sampel yang umumnya

dibuat berdasarkan pengujian. Menurut Ali Ata Alkhaldi dan Tamara Oshchepkova

(2018:228). Yang artinya penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dan lainnya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab, duduk

perkara, dan sebagainya).

Umumnya fair play di identifikasikan

sebagai sikap yang menunjukkan sikap hormat dan adil terhadap orang lain serta

sikap menerima dengan baik apapun

hasilnya. Fair play berarti semua peserta

memiliki kesempatan yang adil untuk mengejar kemenangan melalui sikap yang

elegan dan spotrif. Norma, aturan, dan perintah standar olahraga, serta norma-norma

sosial dan aturan tanda kehidupan sosial pada

perilaku, yang diinternalisasikan dan berperilaku dalam semangat bermain.

Menghormati lawan dan rekan satu tim, belajar dan menghormati aturan bermain dan

perilaku sosial mengarah ke semangat fairplay,

kebiasaan yang terjadi dalam setiap situasi

kehidupan. Popescu, Veronica, Gianina-Ana Masari (2011:24).

Menghargai peraturan dan ofisial meskipun tidak kompeten merupakan bentuk

lain dari moral yang harus dibina dalam olahraga, berjabat tangan setelah usai

pertandingan, mengakui lawan lebih baik merupakan bagian lain bentuk perilaku atlet

di lapangandan tidak menunjukkan perilaku temperamen setelah melakukan kesalahan

merupakan perilaku yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Nono

Hardinoto, 2017:9). Dalam permainan futsal, sering terjadi

hal yang tidak di ingin kan, contoh nya pemain yang cedera di karenakan pemain

lawan yang bermain secara kasar dan tidak mengikuti peraturan permaian yang sudah di

terapkan oleh pelatih, terkadang ada juga seorang pelatih yang menghiraukan untuk

menerapkan sikap fair play kepada pemain

nya tersebut, alhasil pemain nya selalu

bermain tidak sportif, selalu mendapat kan kartu merah atau kuning akibat pelanggaran

yang di lakukan oleh pemain nya tersebut. Untuk hal tersebut setiap pelatih seharus

wajib melakukan atau menerapkan sikap fair

play kepada pemain nya, agar pemain nya

bermain dengan baik data bertanding. Bukan hanya pelatih dan pemain saja yang

terkadang tidak fair play, wasit juga terkadang

bisa melakukan hal yang tidak fair play,

contoh nya saja wasit mendukung salah satu tim agar bisa menang, banyak factor yang

mendukung, bisa saja wasit di bayar dengan mahal, alhasil di lapangan wasit tidak

memimpin pertandingan dengan baik, contoh lain adalah penonton atau supporter dari

masing masing tim yang melakukan hal hal yang jauh dari kata mendukung, seperti

mencaci maki pemain lawan untuk membuat tim lawan menjadi tidak konsentrasi saat

bertanding, ada juga penonton yang tidak menerima keputusan wasit, jika sudah seperti

itu maka wasit lah yang jadi sasaran para penonton karna tim yang di dukung nya

sudah merasa di rugikan, tidak jarang juga penonton atau supporter di larang untuk

Page 36: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

32

mendukung tim nya di saat bertanding

dikarenakan masalah yang terjadi sebelum nya, hal itu sering terjadi di karena kan

kurang pengetahuan nya soal fair play.

Dan faktor-faktor yang menghambat

kemajuan dan perkembangan pemain futsal itu adalah selalu bermain curang, dan tidak

menghargai tim, lawan, pelatih wasit dan bahkan juga penonton. Untuk meningkatkan

sikap fair play terhadap lawan, wasit,penonton

bahkan tim, sebisa mungkin menerima atau

harus mengetahui tentang pembelajaran sikap

fair play pada permainan futsal, dan sebagai

peneliti yang melakukan penelitian lanjutan, harus membimbing dengan materi atau

pedoman fair play yang menarik dan dapat

membuat pemain futsal di klub SMA mengerti bahwa sangat penting untuk

menanamkan sikap fair play kepada diri

sendiri, untuk menunjukkan sikap professional

dalam bermain futsal. Karena setiap olahraga sudah ada peraturan nya masing-masing, dan

yang paling erat kaitan nya dengan peraturan

permainan adalah penerapan sikap fair play.

METODE Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah

dan di Tempat Latihan para pemain Klub

Futsal yang ada di Kota Binjai Sumatera Utara diantaranya, SMA Negeri 1, SMA

Negeri 2, SMA Negeri 4, dan SMA Negeri 5. Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan juli 2019. Populai adalah seluruh objek penelitian

yang diteliti. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh atlet klub futsal yang ada di

SMA Negeri di Kota Binjai. SMA Negeri yang ada di Kota Binjai berjumlah 7

sekolah,dan yang memiliki klub futsal yang aktif hanya 4 SMA Negeri yaitu SMA Negeri

1 Kota Binjai, SMA Negeri 2 Kota Binjai, SMA Negeri 4 Kota Binjai, dan SMA Negeri

5 Kota Binjai. Sedangkan SMA Negeri 3 Kota Binjai, SMA Negeri 6 Kota Binjai, SMA

Negeri 7 Kota Binjai tidak memiliki klub futsal yang aktif. Jadi populasi penelitian ini

berjumlah 70 siswa. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti

(Suharsimi Arikunto, 2010:109). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut (Suharsimi

Arikunto 2010:112), subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika

subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Jadi berdasarkan pendapat dari teori diatas

maka peneliti menentukan sampel untuk

penelitian ini adalah berjumlah 70 siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah yang mencakup tentang sikap fair play.

Berdasarkan permasalahan yang di ungkap

maka inti dalam penelitian ini adalah seberapa jauh pemain klub futsal di Kota

Binjai memahami tentang sikap fair play.

Dalam penelitian ini yang di maksud dengan

sikap fair play adalah kemampuan seseorang

untuk dapat menjelaskan suatu hal atau

materi fair play, Erwin Widiasworo., Mahir

Penelitian Pendidikan Modern., Araska., Yogyakarta-Indonesia (2018:hh83-84).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian di diketahui bahwa sikap

fair play pada klub futsal SMA Kota Binjai

tahun 2019 dengan tingkatan penghargaan

untuk konfesi, curang, keahlian bermain dan menghormati rekan setim secara umum dapat

disimpulkan cukup, hal ini juga menunjukan bahwa di klub futsal SMA Kota Binjai tahun

2019 masih cukup dalam menterjemahkan menafsirkan, memahami, dan mengartikan

fair play dalam sebuah pertandingan futsal.

Berarti pengetahuan menerapkan materi fair

play yang telah di pelajari selama latihan, tidak hanya secara teori namun mereka tidak

mempraktekan dengan baik dalam sebuah permainan futsal baik sebelum bertanding

maupun pada saat pertandingan berlangsung. Jika hal ini dihubungkan dengan

pengalaman yang mereka miliki dimana rata-rata atau sebagian besar pemain telah

menekuni futsal dalam jangka waktu yang bulum cukup lama rata-rata 2 tahun namun

mereka tidak mampu memahami dengan baik tentang pemahaman fair play pada

permainan futsal, hal ini sudah baik bagi mereka, apalagi mereka masih memiliki

waktu yang relatif lama untuk dapat memahami lebih jauh tentang materi fair play

baik secara teori maupun praktek secara langsung, diharapkan mereka bisa tetap

menjaga hasil baik ini dan nantinya bisa meningkat menjadi lebih baik. Selain itu

dengan usia yang relatif masih muda (16 tahun) dan dengan latar belakang pendidikan

sebagi siswa SMA maka mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima

informasi tentang materi fair play, mampu

menterjemahkan, memahami materi fair play

dalam pertandingan futsal dengan lebih baik,

Page 37: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

33

diharapakan hasil ini harus semakin

ditingkatkan sehingga dapat tercipta sebuah permainan futsal yang lebih jujur, adil dan

lebih menjunjung tinggi semangat fair play. Pemahaman kemampuan seseorang

untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari

ingatan dan hafalan, atau sebagai kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat diinterprentasikan semua materi tersebut

secara benar, sangat relevan dengan hasil penelitian ini, dimana sebagian besar klub

futsal SMA Kota Binjai tahun 2019 masih memiliki pemahaman cukup terhadap arti,

tujuan, peraturan atau eksponen, nilai-nilai moral dan bentuk harga diri yang tekandung dalam fair play.

Hal ini menimbulkan suatu harapan bahwa pemain futsal di tim futsal tingkat

SMA Kota Binjai kedepan dapat menjadi contoh bagi sesama pemain futsal SMA

lainnya, baik di tingkat regional, karisidenan maupun nasional. Dalam memahami tentang

arti kata fair play yang sebenarnya, sebagian besar dari mereka atau sebanyak 34

responden telah memahami dengan sangat baik tentang arti kata fair play yang

sebenarnya. Berarti mereka telah mampu memahami apa yang dimaksud dengan fair

play yang senantiasa menjunjung tinggi semangat sportivitas dan bersikap ksatria serta

mematuhi semua peraturan peraturan yang ada dalam pertandingan untuk mewujudkan

permainan futsal yang besih dari kecurangan. Bermain fair mensyaratkan bahwa semua

kontestan memahami dan mematuhi tidak hanya dengan aturan formal permainan tetapi

juga semangat kerjasama dan aturan tidak tertulis bermain yang diperlukan untuk

memastikan agar pertandingan berjalan wajar. Dalam memahami bentuk harga diri

yang ada dalam fair play sebagian besar dari mereka atau sebanyak 34 responden sudah

baik dalam memahami bentuk harga diri yang ada dalam fair play. Hal ini menunjukan

bahwa sebagian besar pemain futsal telah mampu memahami bentuk harga diri yang

mencerminkan sikap fair play seperti : kejujuran dan rasa keadilan, rasa hormat

terhadap lawan baik dalam kekalahan maupun kemenangan, sikap dan perbuatan

ksatria tanpa pamrih, sikap tegas dan

berwibawa kalau terjadi lawan atau penonton

yang tidak berbuat fair play, kerendahan hati dalam kemenangan dan ketenangan atau

pengendalian diri dalam kekalahan untuk mewujudkan suatu pertandingan yang adil

dan jujur. Berdasarkan hasil penelitian, dengan

kemampuan pemahaman yang dimiliki pemain dapat memahami dengan cukup baik

peraturan-peraturan fair play dalam permainan futsal. Hal ini menunjukan bahwa

sebagian besar siswa klub futsal SMA Kota Binjai tahun 2019 sudah cukup mampu

memahami peraturan-peraturan fair play

dalam permainan futsal seperti tunduk dan

ikhlas terhadap keputusan juri atau wasit dalam pertandingan, tidak mencari

keuntungan pribadi atau tim untuk memenangkan pertandingan, memperlakukan

lawan secara terhormat dalam suatu permainan futsal berlangsung, berbuat adil

dan jujur saat pertandingan dan peraturan-

peraturan lain yang melanggar fair play. Hal

ini menunjukan bahwa sebagian besar pemain futsal di tim futsal tingkat klub futsal SMA

Kota Binjai tahun 2019 sudah cukup baik memahami peraturan-peraturan atau

eksponen fair play dalam pertandingan futsal

seperti tunduk dan ikhlas terhadap peraturan

juri atau wasit dalam pertandingan, tidak mencari keuntungan pribadi atau tim untuk

memenangkan pertandingan, memperlakukan lawan secara terhormat dalam suatu

pertandingan dan peraturan-peraturan lain yang melanggar fair play.

Dalam memahami nilai-nilai moral yang

terkandung dalam fair play, sebagian dari

besar mereka atau sebanyak 34 responden telah memahami dengan baik nilai-nilai moral

tersebut yang meliputi keadilan, yang artinya tidak memihak, tidak berat sebalah dan tidak

condong pada salah satu pihak. Keadilan ini diimplemantasikan dalam bentuk tidak

mencari keuntungan pribadi atau tim untuk memanangkan pertandingan, tidak

materialistik dan mampu menahan diri untuk berbuat yang tidak adil terhadap lawan. Nilai

moral yang kedua yaitu kejujuran yang artinya lurus hati, tidak curang serta ikhlas.

Nilai kejujuran ini meliputi menolak mengunakan cara-cara yang akan

menguntungkan diri sendiri, tidak memanfaatkan keuntungan-keuntunganyang

dapat diperoleh dari penerapan peraturan-peraturan yang ketat, tunduk dan ikhlas

Page 38: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

34

kepada keputusan juri atau wasit meskipun

nyata-nyata merugikan dan bersedia membantu wasit atau juri serta berusaha

untuk membetulkan keputusan juri atau wasit yang telah memberikan keuntungan.

Nilai moral selanjutnya yaitu tanggung jawab dan kedamaian. Perilaku yang

menunjukan fair play akan diawali dengan

kemampuan untuk sepenuhnya 100% tunduk

kepada peraturan-peraturan yang tertulis.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan tentang pemahaman fair play pada permainan futsal tingkat SMA Kota

Binjai tahun 2019, dapat disimpulkan bahwa 0,157% mempunyai tingkat pemahaman fair

play yang sangat baik, 0,414% mempunyai tingkat pemahaman fair play yang baik,

0,371% mempunyai tingkat pemahaman fair flay yang cukup, 0,042% mempunyai tingkat

pemahaman fair flay yang kurang dan 0,014% mempunyai tingkat pemahaman fair play

yang sangat kurang. Secara umum tingkat pemahaman fair play pada permainan futsal

SMA di Kota Binjai tahun 2019 tergolong cukup. Berarti mereka tidak mampu

menerapkan materi fair play yang telah di pelajari selama latihan, tidak hanya secara

teori namun mereka tidak mampu mempraktekan dengan baik dalam sebuah

permainan futsal. Hal ini menunjukan bahwa sebagian

besar pemain futsal di klub SMA Kota Binjai tahun 2019 tidak mampu menciptakan suatu

bentuk pertandingan yang wajar, adil, jujur, berwibawa, tidak berat sebelah, damai jauh

dari kerusuhan baik pada saat kalah maupun menang.

DAFTAR RUJUKAN Amir Supriadi. (2015). Hubungan Koordinasi

Mata-Kaki Terhadap Keterampilan

Menggiring Bola Pada Permainan Sepakbola.

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 14 (1) Januari – Juni 2015: 1-14.

Fonseca, S., et al. 2013. Measuring spatial interaction behavior in team sports using

superimposed voronoi diagrams. International

journal of performance analysis in sport, 13

(1), 179-189. Hardiyono, B., & Nurkadri, N. 2018.

Efektifitas Model Latihan Keseimbangan Badgan dan Model Latihan Keseimbangan

Konvensional Terhadap Hasil Pemanjatan

Pada Olahraga Panjat Dinding Untuk Pemanjat Pemula. Jurnal Prestasi.

https://doi.org/10.24114 /jp.v2i3.10131

Hardinoto, Nono, Syahbuddin Syah, Indra

Darma Sitepu, 2017., Perbedaan Karakter Olahraga Kompetitif (Studi Komparatif

Olahraga Individu Dan Olahraga Tim),

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan., Jurnal Prestasi Vol. 1(2)

: 7-12., p-ISSN : 2549-9394, e-ISSN : 2579-7093.,

[email protected].

Mirzeuglo, Nevzet, 2015., The validity and reliability of Turkish version of fair play questionnaire in Physical Education (FPQ-

PE) and an implementation., Academic

Journal, 10(17), 2469-2480. ISSN. 1990-

3839.

Nurkadri., Hayati, Rizka. 2020. Pengeruh Dataran Tinggi Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa Universitas

Negeri Manado., Kinestetik: Jurnal Ilmiah

Pendidikan Jasmani, 4(1), 79-84.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/kinestetik/article/view/10411

Widiasworo, Erwin. 2018. Mahir Penelitian

Pendidikan Modern, Araska Publisher, 1-

238 halaman. ISBN 978–602–5805–72–

1.

Zorba, Ercan,2018.Fair Play Behavior in Futsal

: Study in High School Students“, Universal

Journal of Educational Risearch (UJER),

1449-1453, 6(7), (http://www.hrpub.org).

Page 39: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

41

COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution

4.0 International License

HUBUNGAN MEROKOK DAN HEMOGLOBIN TERHADAP DAYA

TAHAN

Sonang Rona1

Keywords :

Merokok; Hemoglobin;

Daya Tahan.

Corespondensi Author 1Universitas Negeri Padang, [email protected]

Article History

Received: Desember 2019;

Reviewed: Januari 2020;

Accepted: Januri 2020;

Published: Februari 2020

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi hubungan merokok dan hemoglobin terhadap daya tahan jenis peneletian korelasional dengan mengunakan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan di

lakukan di padang dan di puskesmas air tawar padang dalam proses pengambilan data kadar hemoglobin yang dilakukan oleh

petugas laboratorium. Sampel yang digunakan dalam penelitian mahasiswa fakultas ilmu keolahragaan universitas negri padang dilakukan pada 18 maret hingga 1 april 2019. Teknik pengujian

hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik korelasi sederhana dan korelasi ganda yang dilanjutkan dengan

uji-t pada taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil pengolahan data

yang telah dilakukan didapatkan nilai untuk ry1 = 0,143966 atau

˂ 0,05 yang mana artinya terdapat hubungan signifikan antara merokok dengan daya tahan. Hasil pengolahan data selanjutnya

didapatkan nilai ry2 = 0,670314 atau ˂ 0,05 yang mana artinya

terdapat hubungan signifikan antara kadar hemoglobin dengan daya tahan. Dan pengolahan data didapatkan nilai ry1,2 =

0,580062 atau ˂ 0,05 yang artiya terdapat hubungan signifikan antara merokok dan kadar hemoglobin terhadap daya tahan.

PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman,

menjadikan banyak orang menjalani aktivitas

yang serba praktis, contohnya pergi ke suatu tempat tidak lagi dengan jalan kaki melainkan

dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. Tanpa disadari, aktivitas tersebut justru

menjadi aktivitas yang tidak sehat karena minimnya gerakan. Salah satu contoh dampak

negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah banyaknya aktivitas manusia

yang digantikan peranannya oleh sebuah mesin atau robot yang berakibat pada

menurunnya mobilitas gerak manusia dan tingkat kebugaran jasmani seseorang(Fathan

Nurcahyo 2011) . Tidak hanya kebiasan aktifitas kekurangan dalam aktifitas gerak

akan mempengaruhi kesegaran jasmani.

Orang yang mulanya harus bekerja secara fisik, misalnya berjalan dari rumah ke tempat

bekerja, diganti oleh peran motor atau mobil sehingga orang cenderung statis kurang kerja

fisik dan bermalas-malasan (sedentary) (gilang okta prativi et al, 2013).selain aktifitas gerak

yang kurang pola makan juga berperan sangat penting dalam memperoleh kesegaran

jasmani. Pola hidup termasuk pola makan dengan tercukupi gizi serta pengaturan

istirahat yang baik yang merupakan faktor lain yang tidak kalah pentingnya untuk

menciptakan kesehatan maupun kebugaran tubuh (F. Suharjana & Heri purwanto 2008).

Pola makan juga sangat berpengaruh terhadap pola hidup sering kali seseorang

menghabaikan apa yang dikonsumsi nya akan memberikan efek terhadap tubuhnya. Makan

Page 40: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

42

merupakan kebutuhan hidup manusia. Kita

adalah cerminan apa yang kita makan. Jika kita sehat maka sesungguhnya apa yang kita

makan adalah jenis makanan yang sehat pula (Ratu ayu dewi sartika 2008). efek yang

diterima akan sesuai dengan apa yang di konsumsi oleh tubuh tidak hanya makanan

kebiasaan mengkonsumsi yang mengandung zat lain seperti kopi juga menjadi hal yng

dapat berpengaruh terhadap tubuh. jika seseorang memiliki tumpatan resin komposit

jenis hybrith secara rutin mengkonsumsi minuman kopi maka tumpatan tersebut akan

mengalami kontak dengan zat warna dan zat asam yang terdapat di dalam minuman kopi

(aprilia et al, 2007) .selain pola makan kebiasaan buruk juga dapat mempengaruhi

pola hidup seperi rokok akan akan berpengaruh pada tubuh sesuai dengan kesegran jasmani kandungan zat yang kita

konsumsi. Kebiasaan merokok merupakan aktifitas

membakar tembakau kemudian dihisap yang dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi

suatu hal yang dilakukan berkelanjutan. Merokok merupakan overt behavior dimana

perokok menghisap gulungan tembakau (Nindirah septia et al, 2016). Aktifitas

merokok menjadi hal yang sangat sering dijumpai di semua kalangan baik di kalangan

anak-anak remaja, dewasa, hingga orang tua. hal ini terjadi karna mudahnya proses

transaksi jual beli rokok dan harga yang masih dapat dijangkau oleh kalangan anak muda dan

mahasiswa. Kebiasaan merokok di perguruan tinggi juga makin banyak dijumpai, baik di

fakultas olahraga, fakultas kedokteran maupun fakultas lainnya (Alex Jakfar Zuhdi & Dita

Yuliastrid 2017). Dengan banyak nya orang yang mekonsumsi rokok akan menjadi

ancaman yang membahayakan dalam jangka pendek hingga panjang. Merokok merupakan

salah satu masalah utama yang terjadi di Indonesia dan menyebabkan lebih dari

200.000 kematian pertahunnya ( E eriwati, M azrin & Yovi 2014). Bahaya rokok tidak hanya

mempengaruhi proses pernapasan dan menggangu proses peredaran darah namun

rokok dapat menyerang apa saja yang berkaitan dengan pernafasan ini karena

merokok dapat menyebabkan saturasi oksigen dalam darah. Saturasi oksigen adalah jumlah

oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang

terikat pada hemoglobin (nindirah septia et al,

2016). Seiring dengan marak nya aktifitas

merokok kini tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga sering ditemui hal ini tentu sangat

membutuhkan perhatian khusus tidak hanya sampai disitu mereka yang seharus nya jauh

dari rokok namun idealnya tidak sesuai dengan realita diantaranya olahragawan yang

seharusnya pola hidup sehat tanpa rokok namun sering terjadi kealahan yang terlihat

pada olahragawan yang mengkonsumi rokok. Namun kenyataan menununjukkan bahwa

ditemukan para pengolahraga yang melakukan kegiatan merokok baik di rumah atau

lingkungannya, hingga ke tempat-tempat berolahraga, atau tempat berlatih, dan di

gelagang atau stadion olahraga (M. Nadjib Bustan 2013). Merokok menjadi persoalan yang serius hal ini benar-benar menjadi

masalah yang ingin di atasi pemerintah mengingat dampak mengkonsumsi zat pada

rokok tidak hanya mengganggu fisik tetapi juga mempengaruhi psikis. kandungan zat

dalam rokok khususnya nikotin juga mem‐ pengaruhi kondisi psikologi, sistem syaraf, serta aktivitas dan fungsi otak, baik pada

perokok aktif maupun pasif (Andrian liem, 2010). Mengingat banyak nya bahaya dari

nikotin pada rokok membuat organ di dalam tubuh tidak beroperasi sebagai mestinya

terutama pada organ-organ induk di dalam tubuh salah satunya jantung pemompaan

darah akan berjalan tidak normal karna adanya gangguan sistem kerja jantung akibat

nikotin dan karbon monoksida. Kebiasaan merokok mempengaruhi daya tahan

kardiovaskuler karena karbon monoksida yang dikeluarkan oleh asap sebesar 4% dan

mengikat kadar Hb lebih cepat dari pada oksigen (Cici violita dewi cintya & Sri widati

2017). Hameglobin merupakan salah satu

molekul yang mengikat oksigen dalam proses pemompaan darah serta keberlangsungan

proses sirkulasi darah. Hemoglobin (Hb) mengandung besi yang diperlukan untuk

bergabung dengan oksigen dan beredar ke seluruh tubuh (Ario Debbian Sr 2016).

Hameglobin berperan penting dalam proses pengedaran darah keseluruh tubuh

hemoglobin mengikat oksigen dalam darah dan diedarkan keseluruh tubuh. Hemoglobin

(Hb) adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb

Page 41: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

43

merupakan senyawa pembawa oksigen pada

sel darah merah (Juwita Pramodya W et al, 2015). Hemoglobin berada pada sel darah

merah yang menjadikan darah menjadi warna merah hemoglobin sangat dibutuhkan dalam

proses sirkulasi darah. Hemoglobin adalah suatu protein majemuk yang mengandung

unsur non protein yaitu heme yang terdapat pada sel darah merah dan yang memberi

warna merah pada darah yang berfungsi untuk mengatur pertukaran oksigen dengan

karbondioksida di dalam jaringan – jaringan tubuh( Eko Yanuarto Mustaqim & Endang Sri

Wahyuni 2013). Peran hemoglobin sangat lah besar dalam

proses peredaran darah dilihat dari fungsi hemoglobin yang mengikat oksigen dan

melakukan pertukaran oksigen dengan karbondioksida tingkat hemoglobin seseorang tentu akan berpengaruh terhadap kemampuan

jantung dalam proses pengedaran darah keseluruh tubuh jantung akan memompakan

darah keseluruh tubuh dan dan hemoglobin mengikat darah dengan oksigen dan siap

diedarkan keseluruh tubuh. Oksigen secara normal sampai ke jaringan otot dibawa oleh

hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Pada saat orang bernafas, udara yang dihisap

terdiri dari oksigen, nitrogen, dan beberapa zat lain termasuk karbon monoksida yang

memiliki afinitas 200 kali lebih besar dari oksigen (Elina Wahyu Hapsari 2014).

Kadar hemoglobin setiap orang memiliki perbedaan hemoglobin seseorang tidak dapat

di tentukan dengan aktifitas nya saja tetapi banyak fator seperi penyakit, makanan, usia,

jenis kelamin dan termasuk kebiasan buruk juga dapat memepengaruhi tingkat

hemoglobin seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dan sel

darah merah (eritrosit) pada seseorang adalah makanan, usia, jenis kelamin, aktivitas,

merokok, dan penyakit yang menyertainya seperti leukemia, thalasemia, dan tuberkulosi.

Makanan merupakan zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan

yang dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu Fe (zat besi)

dan protein ( Dwi Aries Saputro & Said junaidi 2015). Dengan banyak nya faktor yang

dapat mempengaruhi kadar hemaglobin tentunya dapat memepengaruhi tingkat sisitim

kerja jantung dan kelancaran dalam proses sirkulasi darah sistem kerja jantung yang baik

akan menghasilkan tingkat kesehatan dan

kebugaran yang baik pada seseorang. Kesegaran jasmani itu sendiri merupakan

kemampuan daya tahan fisik atau tubuh seseorang dalam melakukan berbagai aktifitas

kehidupan sehari-hari, tanpa mengalami kelelahan yang berarti . Pola hidup termasuk

pola makan dengan tercukupi gizi serta pengaturan istirahat yang baik merupakan

faktor lain yang tidak kalah pendngnya unmk menciptakan kesehatan maupun kebugaran

jasmani. Lingkungan hidup yang higienis juga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan

seseorang (Eka Swata Budayati (2011). Kesegaran jasmani seseorang akan

dipengaruhi dari banyak aspek diantaranya pola istirahat, kebiasaan dan zat gizi yang di

konsumsi oleh seseorang. Salah satu bentuk kebiasaan buruk yang

mempengaruhi kebugaran jasmani salah

satunya Merokok merupakan suatu kebiasaan yang sering kita jumpai kebiasaan merokok

tentunya sangat mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang. Kebiasaan merokok

berpengaruh terhadap kesegaran jasmani, karena di dalam rokok terdapat bermacam-

macam zat yang merugikan tubuh, yaitu karbon monoksida, nikotin, tar, dan beberapa

zat lainnya (Elina Wahyu Hapsari 2014). Kesegaran jasmani tidak hanya dipengaruhi

oleh kebiasaan buruk seperi merokok aktifitas dan pola keseharian juga mempengaruhi

kondisi kesegaran jasmani seseorang. Setiap individu perlu memiliki tingkat kebugaran

jasmani yang ideal. Hal itu disesuaikan dengan tuntutan tugas maupun aktivitasnya

dalam kehidupan sehari-hari ( Rino Hariyono & Sasminta christina Yuli Hartati 2013).

Daya tahan termasuk dalam hal yang diperlukan dalam semua aktifitas baik aktifitas

keseharian juga dalam berolahraga untuk memperoleh kesegaran jasmani. Dalam proses

aktifitas kesegaran jasmani daya tahan menjadi hal yang penting untuk meraih

kesegran jasmani untuk memulai aktifitas membutuhkan daya tahan umum. Daya

tahan umum wajib dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Tanpa daya tahan umum yang baik maka, seseorang tidak akan dapat melakukan

aktivitas secara maksimal dalam menghadapi rutinitasnya sehari-hari( I Gusti Putu Ngurah

Adi Santika, S.Pd., M.Fis 2015). Dengan berolahraga akan membantu

pembentukan daya tahan dengan berolahraga

Page 42: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

44

kapasitas oksigen akan bertamabah. Hal ini

karena tubuh yang kita guanakan untuk bergerak membutuhkan asupan oksigen dalam

proses berlangsungnya kegiatan olahraga agar tidak mengalami kelelahan (Ilman Alifa

Syahda et al, 2016). Dalam proses pembentukan konsisi fisik dapat dipengaruhi

dua faktor internal dan eksternal yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor internal adalah

sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap, misalnya

genetik, umur, jenis kelamin, dan durasi latihan, sedangkan faktor eksternal di

antaranya aktivitas fisik, pola makan, istirahat, faktor lingkungan, dan seperti kebiasan

merokok (Muhammad Yobbie Akbar dan Widiyanto 2014). Daya tahan menjadi hal

yang perlu diperhatikan oleh orang yang memiliki aktifitas hal ini karena daya tahan yang baik bisa dimiliki dari kempuan jantung

dan paru dalam memompakan oksigen dan darah keseluruh tubuh akan berperan penting

dalam terjadinya daya tahan. Fungsi jntung dan paru yang baik akan

menghasilkan nilai konsumen oksigen maksimal (VO2 max) (Susiana Candrawati et

al, 2016). Daya tahan yang membutuhkan oksigen yang banyak karna oksigen

menentukan ketahanan seseorang dalam beraktifitas seperti daya tahan kardiorespirasi

kemampuan jantung dalam memompakan darah dan oksigen dalam waktu yang cukup

lama. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan

dinamis yang melibatkan banyak kelompok otot dalam waktu yang lama dengan intensitas

sedang hingga tinggi (Anak Agung Fridami Dewi & I Made Muliarta 2016).

Berdasarkan uraian diatas mengenai hubungan hemoglobin dan merokok terhadap

daya tahan maka peniliti ingin mengetahui

hubungan merokok dan hemoglobin terhadap daya tahan. maka peneliti ingin melakukan

penelitian untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara ketiga variabel yaitu

merokok, tingkat hemoglobin, dan daya tahan.

METODE Jenis penelitian ini ialah penelitian

korelasional dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan maret sampai april 2019 dan bertempat di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Padang dan laboratorium. Sampel diambil dengan menggunakan teknik obsevasi

dengan melakukan wawancara. jumlah populasi 30 orang dengn responden sebanyak

10 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data penggunaan rokok oleh

responden diketahui melalui kuesioner yang diisi oleh responden yang sebelumnya telah

menyatakan bersedia dan menyatakannya dalam lembaran informed consent.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan di puskesmas air tawar padang oleh petugas

laboratorium. Jenis tes yang dilakukan untuk mengukur tingkat daya tahan menggunakan

tes lari 2,4 Km (cooper).

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran tentang penyebaran

yang data meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, simpangan baku,

median, modus, varians, distribusi frekuensi, serta histogram dari masing-masing variabel

X1, X2 maupun Y. Berikut data lengkapnya:

Tabel 1 Deskripsi data penelitian

Variabel Merokok Kadar Hemoglobin Daya Tahan

Nilai tertinggi 8 17,4 15,09

Nilai terendah 3 13,7 11,11

Rata-rata 4,5 15,93 12,676

Standar deviasi 1,509231 1,043552 1,05855457

Median 4,5 16,3 12,33

Varian 2,277778 1,089 1,12053778

Variabel Merokok

Hasil penelitian ini menunjukan rentang

skor merokok (X1) adalah antara 3 sampai

8,03 dengan rata-rata sebesar 4,5, serta standar

deviasi 1,509231, dengan median 4,5 dan varian 2,277778.

Page 43: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

45

Tabel 2

Distribusi frekuensi merokok

Interval Frekuensi Persentase

3 - 4,25

4,26 – 5,51 5,52 – 6,72

6,78 – 8,03

5

4 0

1

50%

40% 0%

10%

Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel diatas dibandingkan

dengan nilai rata-rata terlihat tastee berada

Pada kelas raata-rata sebanyak 5 (50%) dan

yang berada dibawah rata-rata sebanyak 5 (50%) sedangkan testee yang berada di atas rata-rata 0 (0%)

Variabel kadar hemoglobin. Hasil penelitian ini menunjukan rentang

score kadar hemoglobin (X2) adalah antara

13,7 hingga 17,4, dengan rata-rata 15,93 ,serta standar deviasi 1,043552, dengan median 16,3

dan varian 1,089.

Tabel 3 Distribusi frekuensi kadar hemoglobin

Interval Frekuensi Persentase

13,7 – 14,63 14,64 – 15,57

15.58 – 16,51 16,52 – 17,45

1 1

6 2

10% 10%

60% 20%

Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel diatas dibandingkan

dengan nilai rata-rata,terlihat testee yang

berada pada kelas rata-rata sebanyak 6 (60%)

dan yang berada dibawah rata-rata sebanyak 6

(60%) sedangkan testee yang berada di atas

rata-rata adalah 1 (10%).

Variabel daya tahan

Hasil penelitian ini menunjukan rentang score

tingkat daya tahan (y) adalah antara 11,11 sampai 15,09 dan rata-rata 12,676 , dengan

standar deviasi 1,05855457, serta median 12,33 dan varian 1,12053778.

Tabel 4

Distribusi frekuensi daya tahan

Interval Frekuensi Persentase

11,11 – 12.11

12,12 – 13,12 13,13 – 14,13

14,14 – 15,14

1

6 2

1

10%

60% 20%

10%

Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel diatas dibandingkan

dengan nilai rata-rata, terlihat testee yang

berada pada kelas rata-rata sebanyak 6 (60%) dan yang berada dibawah rata-rata sebanyak 6

(60%) sedangkan testee yang berada diatas rata-

rata adalah 1 (10%). Dari hasil pengolahan data yang telah

dilakukan didapatkan nilai untuk ry1 =

0,143966 atau ˂ 0,05 yang mana artinya

terdapat hubungan signifikan antara merokok dengan daya tahan. Hasil pengolahan data

selanjutnya didapatkan nilai ry2 = 0,670314

atau ˂ 0,05 yang mana artinya terdapat hubungan signifikan antara kadar hemoglobin

dengan daya tahan. Dan pengolahan data

didapatkan nilai ry1,2 = 0,580062 atau ˂ 0,05 yang artiya terdapat hubungan signifikan

Page 44: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

46

antara merokok dan kadar hemoglobin

terhadap daya tahan.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pengolahan data

yang dilakukan dalam penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai berikut.

1. Adanya terdapat hubungan signifikan antara merokok dengan daya tahan

2. Adanya terdapat hubungan kadar hemoglobin dengan daya tahan

3. Adanya terdapat hubungan merokok dan kadar hemoglobin terhadap daya tahan

Dalam menjalani kehidupan hendaklah memperhatikan pola kebiasaan buruk yang

dapat memberikan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. agar kesehatan dapat dimiliki

disarankan agar memulai hidup sehat dan menjauhi zat-zat berbahaya yang akan

menganggu tingkat kesehatan, kebugaran dan daya tahan tubuh.

DAFTAR RUJUKAN Erawati, E., Azrin, M., & Yovi, I. 2014.

Hubungan kebiasaan merokok dengan ketahanan kardiorespirasi pada dosen pria

fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Universitas Riau. Jurnal Online Mahasiswa

(JOM) Bidang Kedokteran, 1(2), 1-7.

Liem, A. 2010. Pengaruh Nikotin terhadap Aktivitas dan Fungsi Otak serta

Hubungannya dengan Gangguan

Psikologis pada Pecandu Rokok. Buletin

Psikologi, 18(2).

Septia, N., Wungouw, H., & Doda, V. 2016.

Hubungan merokok dengan saturasi oksigen pada pegawai di fakultas

kedokteran universitas Sam Ratulangi

Manado. Jurnal e-Biomedik, 4(2).

Sartika, R. A. D. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans

terhadap kesehatan. Kesmas: National

Public Health Journal, 2(4), 154-160.

Suharjana, F., & Purwanto, H. 2008. Kebugaran Jasmani Mahasiswa D II

PGSD Penjas FIK UNY. Jurnal

Pendidikan Jasmani Indonesia, 5(2).

Debbian, A. 2016. Profil Tingkat Volume

Oksigen Maskimal (VO2 Max) dan Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Atlet Yongmoodo

Akademi Militer Magelang. Yanuarto Mustaqim, E.K.O. 2013. Hubungan

Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Kebugaran Jasmani pada Siswa

Ekstrakurikuler Sepakbola SMA Negeri 1

Bangsal. Jurnal Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan, 1(3).

Saputro, D. A., & Junaidi, S. 2015. Pemberian vitamin C pada latihan fisik maksimal

dan perubahan kadar hemoglobin dan

jumlah eritrosit. Journal of Sport Sciences

and Fitness,4(3).

Hapsari, E. W. 2014. Perbedaan Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Antara Perokok

Dan Bukan Perokok Pada Siswa Putra Kelas IX SMPN 1 Tlogowungu Pati

Tahun Ajaran 2012/2013. Unnes Journal of

Public Health, 3(2).

Hariyono, R. 2013. Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas X

Berdasarkan Letak Geografis (Studi Pada Siswa Putera Kelas X SMA Negeri 1

Ngadirojo Dan Siswa Putera Kelas X

SMA Negeri 1 Tulakan). Jurnal

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 1(2)

Budayati, E. S. 2011. Kebugaran Jasmani Dan

Indek Masa Tubuh Mahasiswa Program

Studi IKORA FIK UNY. Medikora, (1).

Wibowo, D. V., Pangemanan, D. H., & Polii,

H. 2017. Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin dan Trombosit pada

Perokok Dewasa. Jurnal e-Biomedik, 5(2).

Nurcahyo, F. 2011. Kaitan Antara Obesitas

Dan Aktivitas Fisik.Medikora, (1).

Santika, I. G. P. N. A. 2015. Hubungan

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Umur Terhadap Daya Tahan Umum

(Kardiovaskuler) Mahasiswa Putra Semester II Kelas A Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali

TAHUN 2014. Jurnal Pendidikan

Kesehatan Rekreasi, 1(1), 42-47.

Aprilia, A., Rochyani, L., & Rahardianto, E.

2008. Pengaruh minuman kopi terhadap perubahan warna pada resin

komposit. Journal of Dentistry

Indonesia, 14(3), 164-170.

Syahda, I. A., Damayanti, I., & Imanudin, I.

2016. Hubungan Kapasitas Vital Paru-Paru Dengan Daya Tahan

Cardiorespiratory Pada Cabang Olahraga

Sepak Bola. Jurnal Terapan Ilmu

Keolahragaan, 1(1), 24-28.

Akbar, M. Y. 2014. Kemampuan Daya Tahan

Anaerobik Dandaya Tahan Aerobik Pemain Hoki Putra Universitas Negeri

Yogyakarta. Medikora, (1).

Page 45: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

47

Bustan, M. N. 2014. Pentingnya Perokok Vs

Pengolahraga: Manfaat Olahraga Bagi Perokok dan Risiko Rokok Bagi

Pengolahraga. Jurnal Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Indonesia, 3(01).

Septia, N., Wungouw, H., & Doda, V. 2016. Hubungan merokok dengan saturasi

oksigen pada pegawai di fakultas kedokteran universitas Sam Ratulangi

Manado. Jurnal e-Biomedik, 4(2).

Prativi, G. O. 2013. Pengaruh Aktivitas

Olahraga terhadap Kebugaran Jasmani.

Journal of Sport Sciences and Fitness, 2(3).

Candrawati, S., Sulistyoningrum, E., agung

Prakoso, D. B., & Pranasari, N. 2016. Senam Aerobik Meningkatkan Daya

Tahan Jantung Paru dan Fleksibilitas.

Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(1), 69-73.

Dewi, A. A. F., & Muliarta, I. M. 2016. Daya tahan kardiorespirasi siswa pemain basket

sekolah menengah atas di kota denpasar lebih baik dari pada siswa bukan pemain

basket. E-Jurnal Medika, 5(4), 1-7.

Jakfar Zuhdi, A.L.E.X. 2017. Hubungan

Kebiasaan Merokok Terhadap Volume Oksigen Maksimal (Vo2 Max) Pada

Mahasiswa Jurusan Penkesrek UNESA

Angkatan 2015. Jurnal Kesehatan

Olahraga, 5(1).

Cintya, C. V. D., & Widati, S. 2018. Pengaruh

Faktor Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku terhadap Kebiasaan Merokok

pada Atlet di UKM Bulutangkis X

Surabaya. Jurnal Biometrika dan

Kependudukan, 6 (1), 26-34.

Page 46: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

48

COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution

4.0 International License

EFEKTIFITAS METODE MENGAJAR KESELURUHAN DENGAN

METODE MENGAJAR BAGIAN PERBAGIAN TERHADAP HASIL

BELAJAR MENGUMPAN (PASSING) KAKI BAGIAN DALAM

PADA PERMAINAN FUTSAL MAHASISWA FIK UNM

Sudirman1, Andi Mas Jaya2

Keywords :

Metode; Mengajar

Keseluruhan; Mengajar Bagian; Hasil Belajar;

Passing Futsal.

Corespondensi Author 1Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,

Universitas Negeri Makassar, [email protected] 2Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,

Universitas Negeri Makassar, [email protected]

Article History

Received: Desember 2019;

Reviewed: Januari 2020;

Accepted: Januari 2020;

Published: Februari 2020

ABSTRACT This study aims to find out which is more effective between the overall method and the teaching method part by section on learning outcomes passing (passing) the inner leg in students who take Futsal

learning. This research was carried out by an experimental method in total sampling. The data analysis technique used to test the

hypothesis is the t-test, at a significant level α = 0.05, starting with calculating the t-count value to compare with the t-table value at a

significant level of 95%. (1) The whole method is obtained by t-count = 4, the value listed in t-table with degrees of freedom (dk) =

15-1 = 14. A significant level of 5% is 2.14, so t-count> t-table, means that there is a convincing (significant) difference before and after being given the overall method treatment. (2) The teaching

method part of division is obtained the value of t-count = 3.7, the value listed in t-table with degrees of freedom (dk) = 15-1 = 14. Significant level of 5% is 2.14, so t-count> t-table, means that there

is a convincing (significant) difference before and after the treatment method is given in part. And (3) The overall method and the part-

by-part teaching method obtained t-count = 3.2, the values listed in t-table with degrees of freedom (dk) = 15 + 15-2 = 28. A significant level of 5% is 2.05. So t-count> t-table.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara metode keseluruhan dengan metode mengajar bagian perbagian terhadap hasil belajar mengumpan (passing) kaki bagian

dalam pada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran Futsal. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen secara total

sampling. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk menguji

hipotesis adalah uji-t, pada taraf signifikan α0,05, dimulai dengan menghitung nilai t-hitung untuk membandingkan dengan nilai t-tabel pada taraf signifikan 95%. (1) Metode keseluruhan diperoleh

nilai t-hitung =4, nilai yang tercantum dalam t-tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 15-1=14. Taraf signifikan 5% adalah

2,14, jadi t-hitung > t-tabel, berarti ada perbedaan yang meyakinkan (signifikan) sebelum dan setelah diberikan perlakuan metode keseluruhan. (2) Metode mengajar bagian perbagian

diperoleh nilai t-hitung =3,7, nilai yang tercantum dalam t-tabel

Page 47: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

49

dengan derajat kebebasan (dk) =15-1=14. Taraf signifikan 5%

adalah 2,14, jadi t-hitung > t-tabel, berarti ada perbedaan yang meyakinkan (signifikan) sebelum dan setelah diberikan perlakuan metode mengajar bagian perbagian. Dan (3) Metode keseluruhan

dan metode mengajar bagian perbagian diperoleh nilai t-hitung =3,2, nilai yang tercantum dalam t-tabel dengan derajat kebebasan

(dk) =15+15-2=28. Taraf signifikan 95% adalah 2,05. Jadi t-hitung > t-tabel.

PENDAHULUAN Futsal identik dengan permainan sepak

bola, hanya yang membedakan keduanya adalah sisi lapangan, peraturan, jumlah

pemain, dan cara bermain, Futsal tidak

mengenal panas ataupun hujan. Dikarenakan

tempatnya terbatas, permainan Futsal

membutuhkan kecepatan berpikir dalam

melakukan operan yang akurat dan juga

stamina yang bagus, dalam permainan Futsal

harus baik dalam mempertimbangkan

penggunaan teknik ketika masing-masing

pemain. Futsal adalah permainan sangat cepat

dan dinamis oleh karena itu diperlukan kerja

sama antar pemain lewat passing yang keras

dan akurat. Dan banyaknya jenis keterampilan

passing yang digunakan dalam menguasai bola

ketika melakukan serangan, lawan akan sulit dalam melakukan organisasi pertahanan

daerah gawangnya. Kadir Yusuf (1982:31) mengatakan bahwa, bermain bola sebenarnya

sederhana sekali, yakni bagaimana kita bisa kompak bertahan pada saat kehilangan bola

dan bagaimana bisa kompak menyerang pada saat menguasai bola. Mengumpan lebih efisien

dari pada menggiring, bahwa bermain Futsal

yang baik adalah selalu mengumpan bola

kepada kawan sebelum bola direbut lawan, sehingga bola yang diumpan dapat diterima

oleh kawan dengan mudah tanpa direbut lawan. Seorang pemain yang memiliki

keterampilan passing yang baik adalah pemain

yang melakukan passing tepat ke arah yang

dituju tanpa menyusahkan rekan satu tim yang menerima. Seperti yang dikemukakan oleh

Gerhard Bauer bahwa kualitas atau mutu dari

passing menentukan keberhasilan dalam

permainan kombinasi. Operan yang baik

adalah inti dari Futsal atau sepak bola, tetapi

ada beberapa pilihan yang harus ditentukan

sebelum mengoper. Pada saat menguasai bola

dan memulai suatu serangan dalam Futsal

membutuhkan kualitas passing yang baik dan

harus sering dilatih. Untuk menguasai

keterampilan passing diperlukan penguasaan

gerakan sehingga sasaran yang diinginkan

tercapai.

Menurut John D. Tenang (2008) Futsal

merupakan suatu permainan yang mengutamakan operan-operan pendek atau

istilah Passing Game, karena seorang pemain

harus menguasai teknik mengumpan atau

operan bola yang benar. Passing dalam sebuah

permainan Futsal banyak jenisnya ada passing

dekat, passing jauh, passing mendatar, passing

melambung, passing satu atau dua kali sentuh,

passing yang mematikan, passing melengkung

dan lain-lain. Yang paling pokok dari semua

jenis passing itu adalah mudah diterima rekan

satu tim tanpa ia bersusuah payah. Karena

passing yang baik adalah passing yang mampu

kita tujukan ke arah sasaran dengan teknik

yang benar. Untuk dapat melakukan passing

dengan baik dan benar pemain Futsal harus

mengetahui teknik dasar dalam

melakukannya, hal ini erat hubungannya dengan pelaksanaan di lapangan. Dalam

permainan Futsal teknik mengoper bola passing

yang dominan dengan menggunakan kaki

bagian dalam agar mudah untuk mengarahkan ke kawan pada saat tim menguasai bola,

dengan situasi lapangan yang kecil mengoper

bola passing harus tepat di kaki, apabila tidak

tepat di kaki maka lawan akan mudah

merebutnya. Keterampilan passing bola yang

benar dan harus siswa pelajari terlebih dahulu

biasanya disebut dengan push pass (operan

dorongan) karena bagian samping kaki sebenarnya mendorong bola. Menendang

adalah salah satu skill dasar permainan Futsal

yang sangat dibutuhkan oleh setiap pemain,

sebab hampir sebagian besar pemain Futsal

menggunakan tendangan atau menendang. Dalam hal ini adalah tendangan yang

bertujuan untuk passing ke arah teman, passing

yang baik adalah ketepatan dalam melakukan

Page 48: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

50

tendangan bola ke arah sasaran yang

diinginkan. Adapun Menurut John D. Tenang (2008), terdapat tiga teknik dasar dalam

mengoper bola, yaitu: (1) Dengan kaki bagian

dalam (Inside of the foot), (2) Dengan kaki

bagian luar (Outside of the foot), dan (3) Dengan

punggung kaki (Instep of the foot).

Teknik dasar passing kaki bagian dalam.

Yaitu hanya passing yang menggunakan kaki

bagian dalam. Bagian dalam kaki adalah

bagian yang paling sering digunakan untuk menendang bola. Bagian kaki tersebut

memiliki permukaan yang paling luas untuk menendang bola dibandingkan bagian lain,

sehingga lebih mudah bagi siswa untuk menembak ke arah bola jika siswa

menendangnya, sehingga sangat ideal untuk melakukan operan yang akurat. Menurut Gill

Harvey (2003) definisi passing kaki bagian

dalam adalah: Passing menggunkan kaki

bagian dalam adalah dimana posisi kaki tumpu sejajar dan dekat dengan bola, lutut

kaki sedikit ditekuk, dengan lutut berputar arah keluar, posisi badan berada di atas bola

(menutup), tangan membentang kesamping untuk menjaga keseimbangan tubuh. Ketika

bola ditendang pada bagian tengah-tengah bola lalu diikuti gerakan lanjutan. Sedangkan

Joseph A. Luxbacher (1997), definisi passing

kaki bagian dalam sebagai berikut: Passing

menggunkan kaki bagian dalam adalah ketika berdiri menghadap kedepan letakan kaki yang

menahan keseimbangan di samping bola, arahkan kaki kedepan, bahu dan pinggul lurus

ke depan. Tekukkan sedikit lutut kaki, dan ayunkan kaki yang akan menendang ke

belakang. Pada saat tubuh berada di atas bola, ayunkan kaki yang akan menendang ke depan,

jaga kaki agar tetap lurus, tendang bagian tengah bola dengan bagian samping dalam

kaki, pindahkan berat badan ke depan, dan lajutkan gerakan searah dengan bola.

Pendapat lain dikemukakan oleh Justin Lhaksana (2006), definisi dalam melakukan

passing kaki bagian dalam adalah: Passing

menggunakan kaki bagian dalam adalah

tempatkan kaki tumpu disamping bola, gunakan kaki bagian dalam untuk melakukan

passing, kunci atau kuatkan tumit agar saat

sentuhan dengan bola lebih kuat. Pada saat

kaki dalam dari atas di arahkan ketengah bola (jantung) dan diteken kebawah agar bola tidak

melambung, dan diteruskan dengan gerakan lanjutan, dimana setelah sentuhan dengan

bola dalam melakukan passing ayunan kaki

jangan dihentikan. Pada saat melakukan

passing perkenaan kaki yang bersentuhan tepat

ditengah-tengah bola agar alur jalannya bola mendatar di permukaan lapangan. Kesalahan

umum yang biasa dilakukan pemain adalah

melakukan passing dengan mengayunkan kaki

secara menyilang di depan tubuh dan gerakan ini akan mengurangi kekuatan tendangan dan

sering membuat passing menjadi lemah dan

tidak efektif. Dengan demikian, yang

dimaksud dengan passing mengunakan kaki

bagian dalam, dalam penelitian ini adalah posisi kaki tumpu sejajar di samping bola,

posisi kaki tumpu mengarah ke depan, lutut kaki tumpu sedikit ditekuk, posisi kaki tumpu

menahan keseimbangan berat badan, posisi kaki ayun ditarik ke belakang dan diangkat,

posisi kaki ayun digerakan mengenai bola, sentuhan kaki menggunakan kaki bagian dalam, bola ditendang pada bagian tengah

bolanya, pada saat sentuhan dengan bola, posisi badan sejajar dengan kaki tumpu,

lanjutkan gerakan kaki ayun searah dengan bola, diikuti berat badan ke depan.

Hasil belajar merupakan informasi yang menjadi indikator masukan dari proses belajar

mengajar. Sedangkan proses biasanya berhubungan dengan metode proses belajar

mengajar. Untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar itu diperlukan penilaian

bersifat formatif maupun sumatif. Menurut Supandi (1992) belajar adalah sesuatu yang

masuk ke dalam proses belajar mengajar seperti siswa, guru, bahan ajar, media, sarana

dan prasarana. Proses adalah kegiatan-kegiatan yang menggarap, upaya, mengubah

masukan menjadi keluar, produk hasil out put dan hasil belajar akibat atau sebab dari proses

belajar mengajar. Dengan demikian, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil

yang diperoleh atau disebabkan dari adanya kegiatan proses belajar mengajar yang

dirancang atau disusun oleh guru secara sistematis dengan dukungan alat bantu dan

metode belajar. Tetapi jika proses tersebut tidak dilakukan dengan benar, maka suatu

hasil belajar diperoleh dengan tidak maksimal. Ketidak berhasilan suatu hasil belajar

dikarenakan seorang guru yang tidak mempergunakan pendekatan yang tidak sesuai

dengan karakteristik siswa, seperti terlalu lelah atau kompleks.

Seorang pengajar harus bisa membuat pedoman tersendiri dalam mengatur

Page 49: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

51

pembelajaran demi suksesnya proses belajar

mengajar. Menyampaikan nilai-nilai pendidikan serta pengembangan keterampilan

dan pengetahuan yang dimana kesemuanya ini mengarah pada tujuan yang di harapkan.

Dalam pendidikan jasmani mengajar harus mengetahui apakah siswa akan selalu siap

dalam menerima pengajaran sehubungan dengan kemampuan melakukan gerakan

dengan kekuatan ototnya. Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku melalui

pembelajaran yaitu perubahan yang lebih maju, lebih tinggi dan lebih kecil baik dari

pada tingkah laku yang sedia ada sebelum aktivitas pembelajaran. Sedangkan Oemar

Hamlik (2005) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-

unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Didalam pembelajaran yang mana suatu

kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan

bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat

dijelaskan dengan dasar kecendrungan-kecendrungan reaksi asli, kematangan atau

perubahan sementara dari suatu organisme. Untuk dapat menjalankan proses

pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik peserta didik diperlukan sesuatu

yang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran. Pada pembelajaran

konvensional biasanya pendidik kurang mempergunakan berbagai metode, namun

dalam pembelajaran modern seperti saat ini seorang pendidik lebih diarahkan untuk

menggunakan berbagai metode dalam proses pembelajaran.

Metode yang digunakan oleh dosen di dalam mengajar tentunya tidak semua jenis

metode yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran pendidikan jasmani, seorang

guru dapat menentukan metode mengajar yang dianggap tepat dan sesuai dengan materi

ajar serta dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dalam istilah

metode berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini

berasal dari kata meta dan hodos. Meta

diartikan sebagai seberang, sedangkan hodos

diartikan sebagai jalan. Perkembangan

selanjutnya metode didefinisikan menjadi menempatkan pelbagai hal atau menunjukan

pelbagai kegiatan yang sangat menyenangkan.

Menurut John M. Mickleson, (1987) dalam

(J. Matakupan, 1994/1995) Metode adalah suatu prosedur atau proses untuk memproleh

suatu objek, sebagai suatu rencana yang sistematis dalam menyajikan sesuatu dalam

pengajaran. Berarti metode sangat berpengaruh terhadap pembelajaran terhadap

pembelajaran yang kemudian membentuk konsepsi mengenai metode belajar untuk dapat

diterapkan dalam proses belajar. Mahasiswa FIK UNM dalam hal

melakukan tehnik passing masih banyak

mengalami kendala, terutama pada saat

perkenaan bola pada kaki terkhusus kaki bagian dalam. Ini dapat dilihat dengan masih

banyaknya mahasiswa yang mempergunakan ujung kaki bagian dalam dan tumit bagian

dalam. Dimana seharusnya perkenaan bola adalah bagian tengah sisi dalam kaki, ini

bertujuan untuk mudah dalam penguasaan bola dan terkontrol. Selain itu dengan

tepatnya bagian perkenaan bola maka pada saat mengumpan bisa terarah dan bola akan

mengarah tepat kesasaran yang akan diberikan. Pada saat melaksanakan

pembelajaran dengan mengandalkan kemampuan dosen dan mahasiswa yang

merupakan salah satu matakuliah yang

menyelenggarakan pembelajaran Futsal.

Kegiatan ini dilaksanakan guna membina kemampuan dan minat siswa terhadap cabang

olahraga Futsal. Minat yang besar perlu dibina

agar kemampuan mereka meningkat dan

dapat mencapai suatu pembelajaran yang optimal.

Pembelajaran metode keseluruhan dapat diartikan merupakan aktivitas gerak yang

dilakukan secara keseluruhan dengan metode ini biasanya digunakan untuk melatih teknik

dan gerakan yang sederhana atau apabila keseluruhan serangkaian gerak dari suatu

teknik olahraga, tidak bisa dipecah menjadi bagian-bagian. Proses belajar mengajar guru

harus dapat memilih metode mengajar yang tepat dan dapat diberikan peluang agar proses

belajar mengajar terjadi secara efektif dalam kegiatan intruksional. Dalam penggunaan metode mengajar keseluruhan perlu diketahui

tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang akan disampaikan, juga perlu diketahui

apakah materi tersebut relatif sederhana atau tidak. Hal ini dijelaskan oleh Harsono (1993)

yang mengemukakan: Jika keterampilan dalam suatu cabang olahraga gerakannya

secara relatif sederhana dan mudah dipahami

Page 50: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

52

atau dikuasai, keterampilan seperti itu dapat

dilatih sebagai satuan yang utuh, tidak perlu dipilah pilah menjadi beberapa bagian dan

dipelajari atau dilatih bagian demi bagian. Metode demikian disebut metode keseluruhan

atau whole method. Dalam proses belajar

mengajar terjadi interaksi antara guru dan

murid yang menjadi syarat utama keberhasilan dari proses belajar mengajar. Siswa dapat

berkembang dengan optimal berkat bimbingan dari guru, bimbingan ini adalah akibat suatu

metode yang diterapkan dalam penyampaian materi pelajaran. Adapun anggapan bahwa

bahan ajar itu seharusnya disampaikan secara utuh dan jangan sepotong-sepotong. Hal ini

didasarkan pada anggapan bahwa dalam kehidupan sehari-hari belajar dimulai dari

keseluruhan. Metode keseluruhan diartikan sebagai metode yang bersifat umum atau

global yang menyajikan materi secara utuh, suatu cara pendekatan dalam mengajar

dimana untuk menguasai gerakan, kepada mahasiswa diajarkan semua unsur rangkaian

gerakan secara keseluruhan sekaligus. Hal ini ditegaskan oleh sugiyanto bahwa: Metode

keseluruhan adalah cara pendekatan dalam mengajar dimana untuk menguasai suatu

rangkaian gerakan, kepada atlet diajarkan semua unsur rangkaian gerakan secara keseluruhan dan dipraktekkan secara

keseluruhan sekaligus pula. Dengan menggunakan metode keseluruhan mahasiswa

diharapkan untuk berkonsentrasi pada gerakan secara keseluruhan. Jika siswa lebih mudah

dan lebih cepat dapat menyesuaikan diri dengan metode keseluruhan ini, maka

sebaiknya metode tersebut diterapkan. Hal ini dapat menghemat waktu siswa dalam

mempelajari keterampilan secara keseluruhan. Adapun mengenai pelaksanaan metode

keseluruhan pada proses belajar mengajar

passing kaki bagian dalam ini adalah: (1)

Dosen memberikan penjelasan tentang

rangkaian gerakan passing kaki bagian dalam

dari tahap awalan hingga akhiran, (2)

Kemudian dosen mendemonstrasikan rangkaian gerakan tersebut berulang-ulang, (3) Selanjutnya siswa melakukan gerakan-gerakan

passing kaki bagian dalam dari tahap awalan

hingga akhiran secara berulang-ulang, dan (4) Dalam pengulangan-pengulangan yang

dilakukan oleh siswa ini guru memberikan koreksi tentang kesalahan gerak yang dibuat

oleh mahasiswa. Penggunaan metode keseluruhan mempunyai keuntungan seperti

yang dikemukakan Nana Kosasih (1994): (1)

Siswa mendapat insight yaitu pengertian yang

diperoleh secara mendadak dari hubungan

antara bagian-bagian tugas gerakan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam situasi

keseluruhan, (2) Siswa berusaha menghubungkan bagian yang satu dengan

bagian yang lainnya sebanyak mungkin, (3) Bagian-bagian dari gerakan dipelajari tidak

terlepas dari konteks keseluruhan tugas, (4) Siswa aktif terlibat dalam pemecahan masalah

yang dihadapi, dan (5) Jika kemampuan secara menyeluruh benar-benar telah dikuasi

maka akan terjadi transfer, bila suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul maka

dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain. Metode keseluruhan sangat cocok untuk

mengajar keterampilan gerak yang sederhana. Metode ini memiliki efek yang baik dalam hal

membangun motivasi siswa, karena mereka melihat langsung contoh gerakan yang utuh

sehingga menimbulkan rasa ingin mencoba. Rasa ingin mencoba ini akan memungkinkan

terjadinnya pengulangan-pengulangan gerakan yang utuh dilakukan oleh siswa. Dengan

menggunakan metode keseluruhan mahasiswa berkonsentrasi pada gerakan secara

keseluruhan, sehingga hal ini akan dapat menghemat waktu dalam mempelajari keterampilan secara keseluruhan.

Metode bagian menurut Beltasar Tarigan (1999/2000), tugas gerak dipelajari

dan dilatih bagian demi bagian dan metode ini diterapkan apabila struktur gerak cukup

kompleks sehingga diperkirakan dengan mempelajari bagian demi bagian akan

memberikan hasil optimal. Jadi kegiatan yang paling strategis dalam pembelajaran adalah

pemilihan metode mengajar bagian disesuaikan dengan kebutuhan. Dari sekian

banyak metode mengajar yang dikenal diantaranya, yaitu metode mengajar bagian

perbagian dan metode mengajar keseluruhan. Kedua metode ini cukup dikenal dan dapat

diterapkan pada saat menetapkan strategi belajar mengajar Pendidikan Jasmani maupun

untuk bidang studi yang lainnya. Dalam penggunaan metode bagian perbagian

program pengajaran disajikan melalui bagian-bagian terkecil yaitu bagian-bagian gerakan

disusun menjadi unit-unit yang kecil sehingga setiap langkah pelajaran diharapkan dapat

dikuasai karena gerakannya menjadi lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sugiyanto bahwa metode bagian perbagian

Page 51: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

53

adalah cara pendekatan mengajar dimana

untuk menguasai suatu rangkaian gerakan kepada atlet diajarkan bagian demi bagian dari

unsur-unsur rangkaian gerakan untuk dipraktekkannya bagian demi bagian pula.

Sedangkan menurut Beltasar Tarigan (1999/2000) bahwa metode bagian adalah

tugas-tugas gerak dipelajari dan latihan bagian demi bagian.

Pelaksanaan metode mengajar bagian perbagian penyampaian materi pelajaran

dilakukan secara bertahap, yaitu dengan jalan membagi-bagi materi gerak menjadi bagian

yang lebih kecil atau sederhana. Metode ini biasanya digunakan untuk mempelajari materi

gerak keterampilan yang kompleks agar mudah dipelajarinya maka bahan-bahan itu

dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. Pada metode bagian perbagian siswa harus mengusai dahulu satu bagian,

barulah dilanjutkan ke bagian yang lain dari yang mudah beralih ke yang sulit. Sehingga

dapat diketahui bagian-bagian mana yang telah dikuasai dan bagian-bagian mana yang

belum dikuasai oleh siswa, hal ini akan memudahkan guru dalam mengoreksi/

mencari bagian gerakan yang salah. Misalnya seorang guru mengajarkan gerakan sepak bola,

kepada siswa tidak langsung diajarkan gerakan sepak bola secara utuh. Mula-mula siswa

diajarkan gerakan ayunan kaki, tendangan bola dengan menyusur tanah dengan

menggerakan kaki bagian dalam ke arah bola, sehingga dalam melakukan koreksi juga per

bagian gerakan tersebut. Penggunaan metode bagian perbagian

diharapkan siswa dapat lebih mudah menerima maupun mempelajari materi

pelajaran yang disampaikannya. Diharapkan dengan menggunakan metode bagian

perbagian siswa lebih konsentrasi pada satu aspek saja dari keterampilan gerak

keseluruhan. Metode mengajar bagian perbagian juga lebih tepat jika digunakan pada

siswa yang kurang pandai, hal ini seperti yang disampaikan oleh Sugiyanto (1993): Jika

keterampilan gerak merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan secara efisien dan

efektif, merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian

tubuh yang terlibat dalam gerakan dan makin kompleks pola gerak yang harus dilakukan,

makin kompleks juga koordinasi dan kontrol

tubuh yang harus dilakukan dan ini berarti

makin sulit juga untuk dilakukan. Penggunaan metode baik keseluruhan maupun bagian

perbagian harus dipertimbangkan mengenai kompleksitas gerakan dan keeratan

hubungan/rangkaian antar unsur gerakan. Semakin kompleks gerakan atau rumitnya

unsur rangkaian gerakan, sebaiknya cendrung ke arah penggunaan metode bagian perbagian.

Sedangkan semakin erat hubungan/rangkaian antar unsur, sebaiknya cendrung ke arah

penggunaan metode keseluruhan.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode eksperimen yaitu

dengan uji-t dengan melakukan Pretest dan

Posttest design, yaitu dengan mengobservasi

pada dua kelompok yang mendapat perlakuan

yang berbeda. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2018 berupa tes awal dan selesai pada bulan Agustus 2018 berupa tes akhir.

Pertemuan berlangsung dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu dengan jumlah

pertemuan 12 kali. Teknik analis data yang dipergunakan untuk menguji hipotesis adalah

uji-t, pada taraf signifikan α = 0,05, dimulai dengan menghitung nilai t-hitung untuk membandingkan dengan nilai t-tabel pada

taraf signifikan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Data tes awal metode keseluruhan

terhadap proses hasil belajar mengumpan

(passing) kaki bagian dalam.

Data hasil tes awal (X1) diperoleh nilai

terendah 15 sampai nilai tertinggi 24 dan tes akhir (X2) nilai terendah 40 sampai nilai

tertinggi 44 dengan mean of difference (MD) =

21,2, nilai standar deviasi dari difference (SDD) =

2,8, nilai standar error dari mean difference

(SEMD) = 0,3 kemudian dari hasil perhitungan

selanjutnya diperoleh nilai t hitung (th) = 4 dan t table (tt) = 2,14. Di bawah ini disajikan

mengenai distribusi frekuensi dan grafik histrogam data hasil tes awal dan tes akhir

metode keseluruhan terhadap proses hasil

belajar passing kaki bagian dalam pada

mahasiswa yang mengikuti pembelajaran

Futsal di FIK UNM.

Page 52: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

54

Tabel 1. Distribusi frekuensi tunggal tes awal (X1)

No Skor Frekuensi Prosentasi

1 15 1 6,66%

2 17 1 6,66%

3 18 1 6,66%

4 20 5 33,33%

6 22 3 20,00%

7 24 4 26,66%

Jumlah 15 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa frekuensi terbesar terdapat pada skor 20 berjumlah 5 orang dengan

33,33%.

Di bawah ini digambarkan grafik

diagram batang dari hasil tes awal (X1) metode mengajar keseluruhan terhadap proses hasil

belajar passing kaki bagian dalam.

15 17 18 20 22 24

Gambar 1. Grafik diagram batang hasil tes awal metode keseluruhan

Tabel 2.

Distribusi frekuensi tunggal hasil tes akhir (X2)

No Skor Frekuensi Prosentasi

1 40 2 13,33%

2 41 2 13,33%

3 42 6 40%

4 43 4 26,66%

5 44 1 6,66%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa frekuensi terbesar terdapat pada skor 42 berjumlah 6 orang dengan

prosentasi 40 %.

Di samping digambarkan diagram batang

dari data hasil tes akhir (X2) metode keseluruhan

dengan proses hasil belajar mengumpan (passing)

kaki bagian dalam.

40 41 42 43 44

Page 53: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

Volume 12 Nomor 1, Februari 2020

55

Gambar 2. Grafik diagram histogram hasil tes akhir metode Keseluruhan

2. Data hasil tes awal metode mengajar

bagian perbagian terhadap proses hasil

belajar mengumpan (passing) kaki bagian

dalam dengan uji t. Data hasil tes awal (X1) metode

mengajar bagian perbagian diperoleh nilai

terendah 20 dan nilai tertinggi 28, sedangkan data tes akhir metode mengajar bagian

perbagian (X2) diperoleh nilai terendah 38 sampai nilai tertinggi 43. Dengan demikian

mean of difference (MD) = 15,4. Nilai standar

deviasi dari difference (SDD) = 2,6. Nilai standar

error dari mean difference (SEMD) = 0,7 .

Kemudian dari hasil perhitungan selanjutnya diperoleh nilai t hitung (th) sebesar 3,7 dan t

table (tt) sebesar 2,14. Di samping disajikan mengenai

distribusi frekuensi dan grafik batang data hasil tes awal dan tes akhir metode mengajar

bagian perbagian terhadap proses hasil belajar

passing kaki bagian dalam.

Tabel 3. Distribusi frekuensi tunggal hasil tes awal (Y1)

No Skor Frekuensi Prosentasi

1 20 1 6,66%

2 21 2 13,33%

3 22 1 6,66%

4 23 1 6,66%

5 25 2 13,33%

6 26 2 13,33%

7 27 2 13,33%

8 28 4 26,66%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa frekuensi terbesar pada skor 28 berjumlah 4 orang dengan 26,66 %. Di

samping digambarkan diagram batang dari

data hasil tes awal (Y1) metode mengajar

bagian perbagian terhadap proses hasil belajar

mengumpan passing kaki bagian dalam.

20 21 22 23 25 26 27 28

Gambar 3. Grafik diagram histogram tes awal metode mengajar bagian Perbagian

Tabel 4. Distribusi frekuensi tunggal tes akhir (Y2)

No Skor Frekuensi Prosentasi

1 38 2 13,33%

2 39 3 20,00%

3 40 2 13,33%

4 41 4 26,66%

5 42 2 13,33%

Page 54: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389

56

6 43 2 13,33%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar terdapat

pada skor 41 berjumlah 4 orang dengan 26,66 %. Di bawah ini digambarkan grafik diagram

lingkaran dari tes akhir (Y2) metode mengajar bagian perbagian terhadap hasil belajar

mengumpan passing kaki bagian dalam.

38 39 40 41 42 43

Gambar 4.

Grafik diagram histogram tes akhir metode mengajar bagian perbagian

PEMBAHASAN

1. Hasil tes awal dan tes akhir kelompok

metode keseluruhan Data yang terkumpul pada hasil tes

awal dan akhir diperoleh th sebesar 4 yang

kemudian dirujukan dengan t table pada taraf

kepercayaan α 0,05 dan derajat kebebasan N – 1 = 14, diperoleh tt = 2, 14 yang berarti nilai

th = 4 > tt = 2, 14. Maka Ho ditolak dan H1

diterima, berarti metode mengajar

keseluruhan efektif dalam meningkatkan

proses hasil belajar mengumpan (passing) kaki

bagian dalam pada mahasiswa yang

mengikuti pembelajaran Futsal di FIK UNM.

2. Hasil tes awal dan tes akhir kelompok

metode mengajar bagian perbagian Data yang terkumpul dari hasil tes

awal dan akhir diperoleh th sebesar 3,7 yang

kemudian dirujukan dengan t table pada taraf

kepercayaan α 0,05 dan derajat kebebasan N – 1 = 14, diperoleh tt = 2, 14 yang berarti nilai th = 3,7 > tt = 2, 14. Maka Ho ditolak dan H1

diterima, berarti metode mengajar bagian perbagian efektif dalam meningkatkan proses

hasil belajar mengumpan (passing) kaki bagian

dalam pada mahasiswa yang mengikuti

pembelajaran Futsal di FIK UNM.

3. Hasil akhir kelompok metode keseluruhan

dengan metode mengajar bagian

perbagian.

Data yang ada dari hasil tes akhir metode keseluruhan dan hasil akhir metode

mengajar bagian perbagian terhadap proses

hasil belajar mengumpan (passing) kaki bagian

dalam adalah sebagai berikut : hasil perhitungan tes akhir metode keseluruhan

diperoleh nilai rata-rata (x) = 40.4, nilai

standar deviasi (SD) sebesar = 1.6, nilai standar

error mean (SDMD) = 0.4, sedangkan nilai

standar error mean (SEMD) antara variabel (x)

dan variabel (Y) diperoleh hasil = 0,5. dan

hasil perhitungan tes akhir metode mengajar bagian perbagian diperoleh nilai rata-rata (x)

= 42, nilai standar deviasi (SD) sebesar = 1.1,

nilai standar error mean (SDMD) = 0.3,

Perhitungan selanjutnya diperoleh nilai t hitung (th) sebesar 3.2 dan nilai t-tabel (tt)

sebesar dan nilai t tabel (tt) sebesar 2.05 dengan taraf signifikann 5%. Dengan

demikian nilai th 3.2 > tt 2.05. Maka Ho

ditolak H1 diterima maka metode keseluruhan

lebih efektif dari pada metode mengajar bagian perbagian terhadap hasil belajar

mengumpan (passing) kaki bagian dalam pada

mahasiswa yang mengikuti pembelajaran

Futsal di FIK UNM.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian

menjelaskan bahwa dari kedua metode

mengajar tersebut, metode mengajar keseluruhan lebih efektif pengaruhnya

Page 55: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id

57

dibandingkan metode mengajar bagian

perbagian dalam meningkatkan hasil belajar

mengumpan (passing) kaki bagian dalam pada

mahasiswa yang mengikuti pembelajaran

Futsal di FIK UNM.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini penulis menyarankan agar:

1. Dosen menggunakan metode keseluruhan dalam meningkatkan hasil belajar yang

optimal, dalam menyusun materi

mengumpan (Passing) kaki bagian dalam

pada mahasiswa yang mengikuti

pembelajaran Futsal.

2. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan

khususnya Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi dapat meneliti

metode mengajar yang lain.

DAFTAR RUJUKAN Beltasar Tarigan. (1999/2000). Penjaskes

Adaptif. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Gill Harvey. (2003). Teknik Mengoper dan

Menembak. Jakarta: PT. Gapuramitra

Sejati.

Harsono. (1993). Prinsip-Prinsip Latihan,

Jakarta: KONI, Pusat Pendidikan Dan

Penataran.

J. Matakupan. (1994/1995). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Jakarta: Dinas Pendidikan

dan Pengajaran DKI Jakarta Proyek Pembinaan Pendidikan Extrakulikuler.

John D. Tenang. (2008). Mahir Bermain Futsal,

Dilengkapi Teknik dan Strategi Bermain.

DAR! Mizan

Joseph A. Luxbacher. (1997). Sepakbola,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Justin Lhaksana. (2006). Futsal Coaching Clinik

Kelme Futsalismo. Jakarta: Difamata

Sport EO.

Kadir Yusuf. (1982). Sepakbola Indonesia.

Jakarta: PT. Gramedia.

Murhananto. (2006). Dasar-dasar Permainan

Futsal, (sesuai dengan peraturan FIFA).

Jakarta: Kawan Pustaka.

Nana Kosasih. 1994. Pengaruh Metode Belajar Keseluruhan Bagian Dan Bagian Keseluruhan Terhadap Hasil Belajar

Panahan Bagi Mahasiswa Yang Mempunyai Kekuatan Otot Punggung

Yang Berbeda. Jakarta: Lembaga

Penelitian IKIP Jakarta.

Oemar Hamlik. (2005). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharjanto. 2007. Taktik, Strategi dan Teknik Dasar Futsal, (Jakarta: Difamata Sport

EO.

Sugiyanto. (1993). Belajar Gerak. Jakarta:

Koni Pusat Pendidikan dan Penataran.

Supandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Jakarta: Depdikbut Dirjen Pendidikan

Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Page 56: COMPETITOR - ojs.unm.ac.id