31
QUALITY CONTROL COMPUTED RADIOGRAPHY ( CR ) Disusun oleh: 1. Arnefia Mei Yusnida 2. Aulia Narindra Mukhtar 3. Basuki Budi Raharjo 4. Cory Amelia 5. Dita Kesumayadi 6. Nur Paramita Nira Mulyono 7. Puput Khusniatul Majidah PROGRAM S-1 LINTAS JALUR FISIKA MEDIS FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Computed Radography

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radiologi

Citation preview

Page 1: Computed Radography

QUALITY CONTROL

COMPUTED RADIOGRAPHY ( CR )

Disusun oleh:

1. Arnefia Mei Yusnida 2. Aulia Narindra Mukhtar 3. Basuki Budi Raharjo 4. Cory Amelia 5. Dita Kesumayadi 6. Nur Paramita Nira Mulyono 7. Puput Khusniatul Majidah

PROGRAM S-1 LINTAS JALUR FISIKA MEDISFAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG

2013

Page 2: Computed Radography

LANDASAN TEORI

A. CR (Computed Radiography

1) Pengertian

Computed Radiography (CR) adalah sistem untuk

memproses gambar radiograf digital dengan menggunakan

teknologi phosphor photostimulable plate pada awal akuisisi

data pencitraan. Ballinger (1999)

Computed radiography merupakan teknologi digital yang

mendukung pengembangan komputer berbasis sistem informasi

dan prosessing. Radiograf yang dihasilkan CR akan terformat

dalam bentuk digital sehingga dapat dimanipulasi untuk

mendapatkan hasil yang maksimal (Ballinger, 1999).

2) Komponen pada CR

1) Kaset

Kaset pada Computed Radiography terbuat dari carbon

fiber dan bagian belakang terbuat dari almunium, kaset ini

berfungsi sebagaii pelindung dari Imaging Plate.

2) Imaging plate

Imaging plate ( IP ) berisi photostimulable phosphor

adalah sebuah lembaran flexible dengan beberapa lapisan

yang didesain untuk merekam dan meningkatkan transmisi

gambar dari berkas radiasi pengion. dengan kemampuan

untuk mengambil gambar x-ray sebagai elektron dan

disimpan dalam senyawa fosfor. (Ballinger, 1999).

Page 3: Computed Radography

Imaging plate dalam kaset CR hampir sama dengan

intensiflying screen  kovensional yang membedakan adalah

pada imaging plate dilapisi dengan fosfor. Ketika kaset di-

ekspose, fosfor menyalurkan pola energi yang diserap dari

x-ray sebagai gambar laten (Chesney,1995).

IP digunakan dengan cara recording dibaca oleh sinar

laser dan dihapus untuk dipakai kembali. Dalam

penggunaannya IP berada di dalam kaset datar dengan

berbagai ukuran

Kaset CR terdiri dari bingkai yang terbuat dari

alumunium dan baja dengan dilengkapi tube side dari serat

karbon. Bagian belakang kaset adalah lapisan tipis dari

timah hitam untuk menyerap radiasi hambur. Fungsi utama

dari kaset adalah untuk melindungi IP, bukan untuk

mengontrol cahaya. Yang terakhir adalah label barkode yang

terdiri dari angka-angka yang menunjukan identitas kaset.

Barcode ini memudahkan untuk mencocokan tiap kaset

dengan identitas pasien dan pemeriksaan serta informasi

posisioning (Ballinger, 1999)

Page 4: Computed Radography

Gambar 1. Image Plate

3) System Akuisisi Computed Radiography

Imaging plate dalam kaset CR hampir sama dengan

intensiflying screen  covensional yang membedakan adalah

pada imaging plate dilapisi dengan phosphor ketika kaset di

ekspos phosphor menyalurkan pola energi yang diserap dari x-

ray sebagai gambar laten (Chesney,1995). setelah kaset

diekspos, kaset dimasukan  ke IP reader unit kemudian  secara

mekanik IP reader unit mengeluarkan IP dari Kaset. Phosphor

pada imaging plate ini scan oleh sinar laser helium neon yaitu

emisi cahaya merah dengan panjang gelombang 633 nM

(Balinger,1999) dan menghasilkan cahaya tampak yang

berwarna biru (Blue Light) yang di bebaskan dari IP dalam

proses scanning, kemudian cahaya berwarna biru ini

dipancarkan kesegala arah dan di kumpulkan  oleh sistem optic

kemudian disimpan oleh photomultiplayer tube (PMT) dan

Page 5: Computed Radography

dirubah menjadi sinyal elektronik untuk dikeluarkan dalam

format analog, data analog ini di rubah ke format digilat dengan

analog to digital converted (ADC) kemudian dikirim ke computer

untuk ditampilkan di monitior dan diproses, kemudian IP di-

ekspose dengan cahaya putih terang bertujuan menghapus

setiap sisa energi yang terperangkap, IP kembali dimasukkan

ke kaset dan siap untuk digunakan kembali. (Carlton, 2001)

Sistem akuisisi computed radiography antara lain :

a) Imaging plate reader

Imaging plate reader adalah salah satu komponen

lain dari control akuisi CR. Pembacaan gambar laten yang

tersimpan dalam IP dilakukan oleh Laser yang terdapat

dalam IP reader (Ballinger, 1999). Emisi cahaya dari IP

dikumpulkan oleh optic fiber dan di teranfer ke Photo Multi

Tube (PMT) yang sensitive hanya terdapat cahaya biru

Page 6: Computed Radography

(Carlton 2001). PMT mengubah cahaya tampak kedalam

sinyal elektronik yang di keluarkan dalam bentuk sinyal

analog. Sinyal analog tersebut dirubah kedalam bentuk

digital sebelum ditampiklan ke computer oleh analog digital

converter (ADC) (Carlton 2001).

 

b) System displaying image

Dalam radiografi digital, gambar laten yang telah

ditangkap oleh detector kemudian ditranslasikan ke dalam

format untuk diinterpretasi. Ada dua jenis media untuk dapat

digunakan untuk menampilkan gambar digital, yaitu

hardcopy (film) dan Softcopy (cathode ray tube/ CRT

Monitor) (Ballinger, 1999)

Jika gambar ditampilkan dalam monitor, maka

karakteristik gambar dapat diatur (dimagnifiksi, di rotasi atau

dibalik) oleh radiografer untuk mendapat hasil yang terbaik.

Gambar 2. Imaging Plate Reader

Page 7: Computed Radography

Fungsi ini dilakukan oleh komponen yang disebut

workstation. Workstation terdiri dari konsul komputer dimana

gambar dapat dimanipulasi setelah data di masukkan dalam

memory komputer (Ballinger,1999).

Fungsi workstation antara lain (Papp,2006) :

1) Meningkatkan gradiasi atau kontras gambar

2) Meningkatkan frekwensi spatial (recorded detail).

Pengaturan ini dapat meningkatkan Resolusi spatial atau

meningkatnya noise dan artifact

3) Mengeliminasi pixel - pixel hitam dan putih yang memiliki

kontribusi kecil terhadap informasi diagnostic  

4) Untuk subtraksi gambar, yaitu dengan menghapus

struktur tulang atau menguragi efek hamburan untuk

meningkatkan kontras gambar

5) Magnifikasi gambar

6) Menampakkan daerah region of interest (ROI)

7) Sebagai analisa statistic yaitu menghitung area

permukaan dan mengestimasi volume atau ,mengubah

densitas gambar

8) Memanipulasi window width dan window level untuk

mengatur ketajaman dan kontras gambar

9) Substraksi energi, khususnya pada radiografi thorax,

yaitu dengan mengurangi struktur tulang untuk mendapat

gambaran paru dan jaringan lunak.

10) Untuk menyimpan dan menampilkan gambar softcopy

maupun hard copy. 

Karena gambar CR dalam bentuk digital maka

gambar primer yang dihasilkan dapat dimanipulasi untuk

menekan fitur-fitur yang berfariasi. untuk menampakkan

Page 8: Computed Radography

struktur yang lebih spesifik, gambar yang dicetak sedapat

mungkin sesuai dengan ukuran sebenarnya (Ballinger, 1999)

c) Sistim penyimpanan gambar

Sistem penyimpanan gambar pada CR dapat

dilakukan pada film sebagai hardcopy atau pada alat

penyimpanan elektronik softcopy antara lain optical disk,

magnetic tipe (Ballinger, 1999)

Selanjutnya hasil radiografi Setelah data dalam format

DICOM, (digital computer) maka kita bebas mencetak,

mengirim lewat internet, mengolah kembali gambarnya atau

menyimpan dalam media CD .

Gambar 3. viewing digcom

Page 9: Computed Radography

d) Pencetakan Gambar

Ada beberapa istilah untuk menyebutkan alat ini,

antara lain laser imager, film processor, image recorder,

dan laser printer. Merupakan alat pengolah gambar dan

memprosesnya di atas film. Laser printer dilengkapi

dengan multi formater main featuresyang memungkinkan

untuk memformat gambar dan mengolah gambar lebih tajam

dan fungsi-fungsi yang terus berkembang. Dapat juga

mengolah radiograf dengan kecepatan tinggi dan kualitas

yang bagus serta stabil

     

Gambar 4. Printer pada CR

Page 10: Computed Radography

gambar 8 proser computed radiografi

B. Quality Control CR

1) Imaging Plate Clearning

a. Tujuan

Untuk membersihkan IP dari kotoran

b. Prosedur

Pilih ruangan yang bersih, penerangan cukup, dan meja yang

luas.

Siapkan seluruh kaset yang akan dibersihkan

Kemudian keluarkan screen/IP secara perlahan (jangan sampai

menyentuh permukaan screen).

Kemudian lakukan inspeksi terhadap fisik screen. Jika ada

kerusakan, retak, perubahan warna screen sebaiknya dicatat

dalam QC log.

Lalu bersihkan screen dengan mengusap permukaan screen

dengan kain lembut secara perlahan

Page 11: Computed Radography

Jika belum bersih gunakan cairan pembersih yang

direkomendasikan tiap vendor CR dengan menggunakan lap

lembut dengan gerakan searah.

Biarkan kering

Kemudian bersihkan seluruh bagian kaset.

Setelah screen kering masukkan kembali dalam kaset

c. Peralatan

IP

Cairan Pembersih IP

Kain

d. Frekuensi

Harian ( daily)

2) Retake images

a. Tujuan

Untuk mengetahui besarnya citra yang ditolak atau diulang

karena tidak memiliki nilai diagnostik atau kualitas citra yang

buruk.

b. Prosedur

Penilaian pada citra digital dapat dilakukan pada citra

softcopy dan hardcopy.

Page 12: Computed Radography

Citra Hardcopy

Dilakukan secara manual yaitu menghitung berapa banyak

citra radiograf yang direject (tidak memiliki nilai diagnostik

atau kualitas citra buruk )

Softcopy

1. Otomatis ( menggunakan software)

Jika ada citra yang direject dapat diolah secara otomatis

dengan software, seperti:

– Kodak : Reject Analysis Reporting Software

– Konika : Reject Reason Tracking

– Fuji : Retake Analysis

– Agfa : NX Quality Assurance

Prosedur:

Jika CR memiliki software reject analysis, hasil reject

dapat ditabulasikan oleh software tersebut

Setiap citra yang telah direader ditampilkan pada

monitor kemudian pilih rejected atau accepted

Kemudian jika citra direject maka akan muncul pilihan-

pilihan faktor rejeknya.

Di akhir periode total rejetcnya dapat ditampilkan

berupa tabulasi data maupun grafik.

Page 13: Computed Radography

2. Manual

Sediakan form reject didekat konsul CR

Saat ada citra yang direject, catat pada form tersebut

Di akhir periode, hitung jumlah citra yang dibuat

selama periode yang telah ditetapkan.

Kemudian hitung persentase rejectnya dengan rumus

Total Reject Rate = jumlah citra yangditolak

jumlahtotal citrax100 %

c. Evaluasi

Tingkat penolakan bervariasi besarnya. Menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan tingkat

penolakan sebesar 5%. Tetapi menurut Keputusan Menteri

Kesehatan (2008) nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang

standar pelayanan minimal radiologi menyatakan bahwa

tingkat penolakan sebesar ≤ 2%.

d. Frekuensi

3 bulanan

Page 14: Computed Radography

e. Faktor-faktor reject digital

FAKTOR KESALAHAN

DESKRIPSI

EKSPOSIKetidaktepatan pemakaian faktor eksposi radiografi telalu rendah atau terlalu tinggi (underexpose atau overexpose). Ditunjukkan dengan nilai index exposure.

POSISI

Teknik posisi pemotretan tidak sesuai dengan standar posisi menurut referensi atau kriteria anatomi tidak memenuhi kebutuhan informasi klinik. Kesalahan ini dapat terjadi karena kondisi pasien yang buruk (nonkooperatif) atau kesalahan radiografer dalam memposisikan pasien sehingga obyek terpotong.

KETIDAKTAJAMAN (BLUR)

Dihasilkan dari pergerakan pasien (pernafasan atau detak jantung) dan teknik fiksasi pasien yang tidak sempurna menyebabkan hasil pemtotretan kabur atau blur. Instruksi petugas yang tidak jelas menyebabkan kesalahan pasien menjalankan instruksi tersebut.

KODE ORGAN

Radiografer harus memilih satu kode organ (organ code) untuk setiap IP sebelum plate tersebut diproses. Jika pemilihan kode organ tidak tepat maka plate yang dibaca kemungkinan tidak akan mengalami pemrosesan gambar dalam kondisi yang optimum.

DIGISCAN (ARTEFAK)

Semua ciri-ciri yang tampak pada gambar antara lain karena plate yang retak, tergores, gambaran debu, kesalahan pembacaan oleh plate reader, kesalahan software, atau terjepit atau tertahannya plate dalam mesin plate reader.

LAIN-LAINGambaran double exposure, kesalahan pemasangan marker, atau benda asing yang tidak dikehendaki seperti perhiasan.

Contoh reject citra pada CR

1. Eksposi

Page 15: Computed Radography

2. Posisi

3. Ketidaktajaman atau blur

4. Kode organ

Page 16: Computed Radography

5. Artefak Discan

3) IP Dark Noise

a. Definisi operasional

Dark Noise adalah bintik-bintik hitam (dark noise) yang dapat

mengganggu kualitas citra.

b. Tujuan

Untuk mengetahui kualitas citra yang dihasilkan oleh Imaging

Plate

c. Peralatan

Kaset dan IP

a. Prosedur

(AAPM report no.74, Quality Control in Diagnostic Radiology)

Pengujian ini dilakukan dengan membaca IP tanpa dilakukan

eksposi yang terlebih dahulu IP dilakukan erase.

Periksa citra secara visual atau menggunakan software yang

ada.

Page 17: Computed Radography

Gambar ATidak ada artefak (IP Baik)

Gambar BTidak ada artefak (IP tidak Baik)

Tentukan tingkat sebaran dari dark noise

d. Evaluasi

Kualitatatif (Visual) Kuantitatif ( software)Agfa Fuji Agfa Fuji

Terlihat keseragaman dan tidak ditemukan adanya artefak

PV < 350 PV ≤280 PVSD < 5 PVSD ≤4

Contoh hasil uji dark noise secara kualitatif ( visual )

e. Frekuensi : Tahunan ( annually )

4) IP Uniformity

a. Definisi operational

Uniformity adalah tingkat keseragaman distribusi sebaran gray

level pada citra

b. Tujuan

untuk mengevaluasi kemampuan IP dalam menghasilkan citra yang seragam karena respon IP yang tidak seragam akan mempengaruhi kualitas citra radiografi

Page 18: Computed Radography

c. Peralatan

Kaset

d. Prosedur (AAPM report no.74, Quality Control in Diagnostic

Radiology)

Kumpulkan seluruh IP yang akan diuji

Lakukan penghapusan pada sluruh kaset

Tetapkan faktor eksposi, biasanya pada 80 kVp dengan filter

0,5 mm Cu dan 1 mm AL dan nilai mAs mencapai dosis 10

mR dan FFD 180 cm. Pastikan seluruh area kaset terkena

eksposure.

Ekspose masing-masing kaset.

Kemudian IP di reader

Tetapkan standar pembacaan dan algoritma processing untuk

tes eksposi (contoh: Fuji menggunakan semi-automatic readout

method, Agfa system diagnosis/flat field, kodak body

part/pattern)

Dapat juga dicetak

Kemudian lakukan inspeksi terhadap citra apakah ada artefak

yang muncul

Kemudian ukurlah OD dan PV pada pusat dan masing-masing

quadran tiap film.

Page 19: Computed Radography

e. Evaluasi

Seharusnya tidak ada artefak

Dalam pengukuran uniformity pada film variasi maksimal

densitasnya kurang dari 10%

Jika menggunakan analisis ROI, nilainya 10% satu sama lain.

f. Frekuensi

Tahunan ( annually )

5) Sistem Linearity

a. Definisi operasional

Linearitas adalah nilai yang menunjukkan  keajegan perubahan 

parameter dosis terhadap tebal aluminium

Page 20: Computed Radography

b. Tujuan

Untuk menentukan linearitas luaran dosis dengan daya

penetrasi sinar – X yang digunakan.

c. Peralatan

Stepwedge Al

Pesawat X – Ray

 IP

d. Prosedur

Siapkan pesawat X- Ray.

Tempatkan detector (piranha) pada permukaan kaset IP

Tetapkan faktor eksposi, biasanya pada 80 kVp dengan filter

tambahan (0,5 mm Cu ditambah 1 mm Al) dan nilai mAs 0.63 ,

4.5 , 45 dan FFD 180 cm. Pastikan kolimasi berkas sinar-X

melingkupi area detektor

e. Analisa

KriteriaKualitatif Kuantitatif

Linieritas (log )S vs (Log ) ECC > 0,95Linieritas PV vs (log) E

Page 21: Computed Radography

f. Frekuensi

Annual ( tahunan )

Lampiran

Tabel 1 CR Screens QC Log

Cassette

size

Cassette No.

Date Visual Defects

Clearning

(√)

Nonuni-formitis

Exposure Level

comment

14 x 17

10 x 12

5 x 10

Page 22: Computed Radography

Tabel 1. Pengujian , Parameter pemrosesan dan kriteria penerimaan uji CQ Sistem

PSP Fuji

(Protocol for the QA of Computed Radhiography System.KCARE

www.leedstestobjects.com)

Page 23: Computed Radography