Contoh Hasil Seismogram Hal63

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    1/111

    i

    ANALISIS DATA SEISMOGRAM UNTUK MENENTUKAN

    PARAMETER MAGNITUDE GEMPABUMI

    (Studi Kasus Gempabumi Padang 30 September 2009)

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Sains

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh :

    F A U Z I

    NIM : 108097000033

    PROGRAM STUDI FISIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010 M / 1431 H

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    2/111

    ii

    PENGESAHAN UJIAN

    Skripsi 

    yang 

    berjudul 

    “Analisis 

    Data 

    Seismogram 

    Untuk 

    Menentukan 

    Parameter 

    Magnitude Gempabumi (Studi Kasus Gempabumi Padang 30 September 2009)” telah 

    diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakutas Sains dan Teknologi, 

    Universitas Islam Negeri Sarif  Hidayatullah Jakarta pada hari senin 2 Agustus 2010. 

    Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana 

    Strata Satu ( S1 ) Jurusan Fisika. 

    Jakarta, Agustus 2010

    Tim Penguji,

    Penguji I Penguji II

    Drs. Sutrisno, M.Si Arif Tjahjono, M.Si

    NIP :19590202 198203 1 005 NIP : 150 389 715

    Mengetahui,

    Dekan Fak. Sains dan Teknologi Ketua Jurusan Fisika

    DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Drs. Sutrisno, M.Si

    NIP : 19680117 200112 1 001 NIP : 19590202 198203 1 005

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    3/111

    iii

    LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya

    sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan atau duplikat dari Skripsi yang telah

    dipergunakan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik dilingkungan Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maupun diperguruan tinggi lain, serta

     belum pernah dipublikasikan.

    Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab

    serta bersedia menerima segala resikonya jika ternyata pernyataan diatas tidak

     benar.

    Jakarta, Juli 2010

    F A U Z I

     NIM. 108097000033

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    4/111

    iv

    KATA PENGANTAR

     Bismillahirahmanirrahim,

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

    yang berjudul “Analisis Data Seismogram Untuk Menentukan Parameter Gempabumi

    (Studi Kasus Gempa Padang 30 September 2009)” dengan baik. Laporan Tugas

    Akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan menempuh perkuliahan jenjang

    Sarjana (S1) di Program Studi Fisika, Jurusan Geofisika - Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan

    dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

    menyampaikan terima kasih kepada:

    1.  Bapak Dr. Ir. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Selaku Dekan Fakultas Sains

    dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah - yang telah

    memberikan izin penulisan Laporan Tugas Akhir.

    2.  Bapak Drs. Sutrisno, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Fisika

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan izin,

     bimbingan dan arahan kepada penulis.

    3.  Bapak Rahmat Triyono, ST, M.Sc  selaku Kepala Sub Bidang Informasi

    Gempa, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta yang telah

    memberikan izin waktunya kepada penulis untuk kuliah di Universitas Islam

     Negeri Syarif Hidayatullah - Jakarta.

    4. 

    Bapak Benny Hendrawanto, MT. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    dengan sabar membimbing, mengarahkan, memberikan saran dan masukan

    yang sangat berguna bagi kelancaran dan terselesaikanya penulisan laporan

    tugas akhir ini.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    5/111

    v

    5.  Ibu Siti Ahmiatri Saptari, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan

    sabar membimbing, mengarahkan, memberikan saran kepada penulis sampai

    selesai penulisan laporan tugas akhir ini.

    6.  Istriku, Bunga Ch. Rosha dan buah hatiku, Hilya Aisyah Robbani yang telah

    menginspirasi, memotivasi dan memberikan semangat dalam kuliah dan

     proses penulisan laporan tugas akhir ini hingga selesai.

    7.  Orang tua dan mertua beserta keluarga atas do’a dan dukunganya yang tak

    terhingga sehingga terselesaikanya laporan tugas akhir dan kuliah di UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    8. 

    Teman- teman kuliah dari BMKG Sirojudin, Novi dan Arif yang bersama -

    sama dalam suka duka menjalani kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    9.  Teman - teman Fisika UIN angkatan 2006, 2007 dan 2008 yang tidak bisa

    disebutkan disini yang dengan kebersamaan dan kekompakanya selama

    dalam menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    10. Teman - teman kantor kelompok 2 khususnya dan teman - teman staf

    operasional Gempabumi dan Tsunami BMKG yang tidak bisa disebutkan

    disini yang terus menyemangati dan memberikan toleransi selama menjalani

     perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    11. Teman - teman kajian di Mushola “Al-Hidayah” yang memotivasi dan

    memberikan semangat dalam menjalani perkuliahan di UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu

    disempurnakan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai

    masukan agar dapat bermanfaat dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

    Jakarta, 12 Juli 2009

    Penulis

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    6/111

    vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL………………………………………………………………. i

    LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………... ii

    LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI………………………………………….............. iii

    KATA PENGANTAR……………………………………………………………... iv

    DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. vi

    DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. x

    DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. xi

    DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….. xii

    ABSTRAK…………………………………………………………………………. xiii

    ABSTRACT………………………………………………………………………... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1

    1.2.Tujuan Penulisan….……………………………………………………. 7

    1.3.Manfaat Penulisan…………………………………………………........ 8

    1.4. Batasan Masalah…………………………………………………….. 9

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………...9

    1.6. Sistematika Penulisan…………………………………………............. 10

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    7/111

    vii

    BAB II TINJAUAN TEORI

    2.1. Gempabumi………………………………………………………….... 9

    2.2. Gelombang Seismik (Seismic wave)………………………………….. 14

    2.2.1. Gelombang Badan ( Body Wave)………………………………. 15

    2.3.2. Gelombang Permukaan (Surface Wave)……………………….. 16

    2.3. Magnitudo Gempabumi……………………………………………….. 17

    2.3.1. Magnitudo Lokal (ML) ………………………………………... 18

    2.3.2. Magnitude Bodywave (mb)………………………………......... 19

    2.3.3. Bodywave Magnitude (mB)…………………………................ 21

    2.3.4. Magnitudo Gelombang Permukaan (Ms) ……………............... 22

    2.3.5. Magnitude Momen (Mw) ……………............... ………………23

    2.3.6. Hubungan antar magnitude…………................. ………………25

    2.4. Intensitas Gempabumi ………………………………………………... 26

    2.5. Energi Gempabumi………………………………………………........ 29

    2.6. Teori Tektonik Lempeng…………………………………………........ 29

    2.7. Sesar ( patahan)………………………………………………………. 30

    2.8. Tatanan Tektonik Sumatera Barat…………………………………… 32

    BAB III DATA DAN METODE PENELITIAN

    3.1. Data Penelitian……………………………..………………………… 35

    3.2. Metode Penelitian……………………………..…………………….. 37

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    8/111

    viii

    3.3. Peralatan Penelitian...................................................................... 40

    3.3.1. Perangkat Keras ( Hardware)........................................... 40

    3.3.2. Perangkat Lunak (Software)............................................. 40

    3.4. Pengolahan Data............................................................................ 41

    3.4.1. Menentukan Magnitude Lokal (ML)............................... 41

    3.4.2. Menentukan Magnitude Body (mb)................................. 42 

    3.4.3. Menentukan Magnitude Body (mB)................................. 43

    3.4.4. Menentukan Magnitude Surface (Ms).............................. 44

    3.4.5. Penentuan Seismik Moment (Mo) dan Magnitude

    moment (Mw).................................................................... 44

    3.4.6. Menentukan Momen Seismik dan

    Mekanisme Focal.................................................. .......... 46

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pendekatan Rumus Empiris Magnitude…………………….... ……... 48

    4.1.1. Magnitude Lokal (ML)………………………………………. 50

    4.1.2. Magnitude Surface (Ms)……………………………………... 51

    4.1.3. Body Magnitude (mB)……………………………………….. 53

    4.1.4. Magnitude Body (mb)……………………………………….. 54

    4.2. Hubungan Antara Magnitude Untuk Magnitude Momen (Mw)…….. 56

    4.3. Moment Seismik dan Mekanisme Focal……………………………... 58

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    9/111

    ix

    4.4. Hasil Parameter Empiris dengan BMKG dan USGS………………. 61

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan …………………………………………………………... 66

    5.2. Saran -saran…………………………………………………………… 67

    DAFTAR PUSTAKA....................……………………………………………….. 68

    LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 69

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    10/111

    x

    DAFTAR GAMBAR 

    Gambar.1.1. Seismisitas wilayah Sumatra Barat (gempa merusak dan

    tidak merusak) Periode 2000 – 2009…………………… 2

    Gambar 2.1. Pemekaran dasar samudera……………………………….. 14

    Gambar 2.2. Pola rambatan gelombang P dan S………………………. 16

    Gambar 2.3. Pola rambatan gelombang permukaan (Surface Wave)…... 17

    Gambar 2.4. Ketetapan Richter dalam menentukan Magnitude

    Local (ML)……………………………………….. ………19

    Gambar 2.5. Grafik Guntenberg & Richter Q(∆, h) Untuk mb, mB…… 22

    Gambar 2.6. Penggunaan seismogram dalam penentuan mb, mB,

    Mw dan Ms……………………………………………….. 23

    Gambar 2.7. Kopel ganda dan equivalen kopel ganda............................. 24

    Gambar 2.8. Tatanan tektonik di Indonesia…………………………….. 33

    Gambar 2.9. Tektonik wilayah Indonesia bagian barat dan kecepatan

     pergerakan Lempeng Indo – Australia yang menunjam

    di bawah Lempeng Eurasia (Lasitha dkk., 2006)………… 34

    Gambar 3.1. Peta Sebaran sensor stasiun dari data seismogram……….. 36

    Gambar 3.2. Diagram Alir Penentuan Magnitude.................................... 39

    Gambar 4.1. Seismogram (waveform) dari masing – masing

    sensor stasiun……………………………………………... 49

    Gambar 4.2. Ketetapan pembacaan Amplitude dan Perioda…………… 50

    Gambar 4.3. Lokasi episenter gempabumi Padang……………………. 59

    Gambar 4.4. Mekanisme focal dan sebaran waveform………………… 60Gambar 4.4. Fungsi moment gempabumi Padang……………………… 61

    Gambar 4.4. Hasil parameter gempa Seiscomp3 – BMKG……………. 62

    Gambar 4.4. Hasil analisis mekanisme pergeseran sesar pada sumber

    Gempa USGS...................................................................... 65 

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    11/111

    xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1.  Sebaran Data Seismogram dari sensor stasiun……………. 35

    Tabel 4.1. Sebaran nilai Magnitude Lokal (ML) yang diperoleh……... 50

    Tabel 4.2.  Nilai Sebaran data xi – x untuk Magnitude Lokal (ML)….. 51

    Tabel 4.3. Sebaran nilai Magnitude Surface (Ms) yang diperoleh……. 52

    Tabel 4.4.  Nilai Sebaran data xi – x untuk Magnitude Surface (Ms)…. 52

    Tabel 4.5. Sebaran nilai Broad-Band Bodywave Magitudo (mB)Yang diperoleh …………………………………………. 53

    Tabel 4.6.  Nilai Sebaran data xi – x untuk magnitude Body (mB)….. 54

    Tabel 4.7. Sebaran nilai magnitude body (mb) yang diperoleh……….. 54

    Tabel 4.8.  Nilai Sebaran data xi – x untuk magnitude body (mb)……. 55 

    Tabel 4.9. Sebaran nilai moment seismik (Mo)  yang diperoleh……… 57

    Tabel 4.10. Sebaran nilai Magnitude moment (Mw) yang diperoleh…... 57 

    Tabel 4.11.  Nilai Sebaran data xi – x untuk Magnitude Moment (Mw)... 58

    Tabel 4.12. Parameter BMKG untuk gempa Padang 30 September…… 62

    2009

    Tabel 4.13. Perbandingan parameter magnitude BMKG dengan

    Magnitude empiris Padang 30 September 2009…………… 64

    Tabel 4.14. Perbandingan parameter magnitude BMKG dan USGS….. 64 

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    12/111

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Instrumen Respon Data Seismogram………………………. 69

    Lampiran 2 Hasil Pembacaan Perioda Berdasarkan Amplitude

    Maksimum Seismogram…………………………………… 77

    Lampiran 3 Hasil Pembacaan Amplitude Berdasarkan Amplitude

    Maksimum Seismogram…………………………………… 78

    Lampiran 4 Hasil Pembacaan Amplitude Berdasarkan Amplitude

    Maksimum Seismogram Gelombang P (mB)……………... 79

    Lampiran 5 Hasil Pembacaan Perioda Seismogram Gelombang P(mB).. 80

    Lampiran 6 Hasil Pembacaan Perioda Seismogram Gelombang P(mb).. 81

    Lampiran 7 Hasil Pembacaan Amplitude Maksimum Seismogram

    Gelombang P (mb)…………………………………………. 82

    Lampiran 8 Hasil Penghitungan Mo Berdasarkan Rumus Empiris Ms… 83

    Lampiran 9 Hasil Penghitungan Magnitude Berdasarkan Nilai

    Amplitude dan Perioda……………………………………. 84

    Lampiran 10 Data Phase Gelombang P untuk mB……………………… 85

    Lampiran 11 Data Phase Gelombang P untuk mb……………………… 90

    Lampiran 12 Data Phase Gelombang S untuk Ms, ML, Mw…………… 96

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    13/111

    xiii

    ABSTRAK

    Gempabumi Padang 30 September 2009 berdasarkan kekuatan gempa yang

    dirilis BMKG adalah 7.6 SR Mw(mB), termasuk dalam klasifikasi gempabumi besar

    (Hagiwara, 1964). Tingkat keakurasian kekuatan sebuah gempa sangat penting. Hal

    ini berkaitan erat dengan pengambilan keputusan dan antisipasi teknis yang harus

    dilakukan terhadap dampak yang terjadi. Seberapa besar magnitude yang tepat

    (stabil) pada suatu gempa perlu menjadi sebuah bahan kajian. Ditinjau rumus dasar

     beberapa magnitude dan bersumber analisa seismogram dari suatu gempa maka nilai

    mb, ML, Ms, mB dan Mw dapat diketahui besarnya.

    Parameter Magnitude pada event gempa padang berdasarkan rumus empiris

    dan pengujian tingkat kesalahan menggunakan metode RMS (Root Mean Square)

    diperoleh hasil dari nilai rata-ratanya dan besarnya RMS : Ms = 7.7 dengan RMS =

    0.31, mB = 7.3 dengan RMS = 0.16, mb = 7.3 dengan RMS = 0.17, ML = 7.6 dengan

    RMS = 0.14, Mw = 7.7 dengan RMS = 0.31. Magnitude Lokal (ML) dianggap

    memiliki tingkat kestabilan yang baik karena nilai RMS relatife kecil, dimana nilai

    magnitudenya relatife sama dengan BMKG Mw=7.6 dan relatife mendekati dengan

    USGS Mw = 7.5. Besarnya energi Moment Seismic (Mo) berdasarkan data hitung

    rumus empiris 2.3269E+20 Nm sedangkan dari manual CMT adalah Mo =

    2.3000E+20 Nm dan Mw = 7.5. dan mekanisme focalnya adalah sesar mendatar

    (strike slip).

    Kata Kunci : Seismogram, Gempabumi, Magnitude dan Rumus Empiris

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    14/111

    xiv

    ABSTRACT

    Padang’s earthquake on September 30, 2009 based on the strength of

    earthquake is released BMKG SR 7.6 Mw(mB), including the classification of large

    earthquakes (Hagiwara, 1964). Accuracy level of strength of an earthquake is very

    important. This is closely related to technical decisions and to anticipate what to do

    with the impacts occured. How big is the precise magnitude of an earthquake should

     be a study object. Reviewed the basic formula of some magnitude and sourced by

    analysis of seismograms from an earthquake, then the value of mb, ML, Ms, mB and

    Mw can be known the magnitude.

    Magnitude parameters of Padang’s earthquake based on the empirical formula

    is obtained the result of average rating and the test error rate using the RMS (Root

    Mean Square) obtained from the average rating and the RMS magnitude: Ms = 7.7

    with RMS = 0:31, mK = 3.7 with RMS = 0:16, mb = 3.7 with RMS = 0:17, ML = 7.6

    with RMS = 0.14, Mw = 7.7 with RMS = 0:31. Local Magnitude (ML) is considered

    to have a good degree of stability for small relatife RMS values, where the magnitude

    value is equal relatife to BMKG Mw = 7.6 and relatife approached with USGS Mw =

    7.5. The amount of Seismic Moment’s energy (Mo) based on count data of empirical

    formula Mo= 2.3269E+20 Nm, and by CMT’s manual is Mo= 2.3000E+20 Nm and

    Mw = 7.5. and the focal mechanisms is dextral (strike slip).

    Keywords: Seismogram, Earthquake, Magnitude and Empirical Formula

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    15/111

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Kepulauan Indonesia sebagai benua maritim (maritime continent )

    merupakan daerah rawan gempabumi karena dilaui oleh tiga pertemuan lempeng

    tektonik, yaitu: lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Pasifik.

    Lempeng Indo-Auastralia bergerak relatif kearah utara dan menyusup kedalam

    lempeng Eurasia, sementara lempeng pasifik bergerak relatif ke arah barat.

    Wilayah kepulauan Indonesia menjadi daerah pertemuan atau tumbukan

    tiga lempeng dunia, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang tidak

    mungkin lepas dari bahaya tsunami. Tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-

    Australia membentang dari ujung utara Aceh sampai NTT. Tumbukan dua

    lempeng dunia tersebut membentuk palung laut yang sangat dalam dan telah

    diketahui sejak zaman penjajahan Belanda, sehingga dinamakan Java Trench.

    Pergerakan atau tumbukan lempeng tektonik bisa terjadi akibat dipicu oleh

     panas diinti bumi. Secara teoritis, inti bumi sangat panas karena mencapai ribuan

    derajat celcius. Diatas inti bumi relatif dingin, yaitu antara 30 sampai 50 derajat

    celcius.

    Di Indonesia seperti yang terjadi di wilayah Sumatera Barat, pergerakan

    antar lempeng tektonik termasuk dalam jenis tumbukan. Mengenai jenis

     pergerakan lempeng tektonik, ada tiga macam. Selain bertumbukan dua lainnya

    adalah pembukaan (perpisahan) dan pergeseran. Gempa bumi yang terjadi di

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    16/111

    Indonesia termasuk jenis tumbukan. Gempa jenis pembukaan, umumnya terjadi di

    Samudera Atlantik. Sedangkan gempa bumi jenis pergeseran terjadi di California,

    Amerika Serikat.

    Pulau Sumatera dan sekitarnya terletak pada jalur gempa Mediteranian,

    dimana di daerah ini merupakan bagian dari daerah pertemuan lempengan Indo-

    Australia di Utara dan lempengan Eurasia di Selatan yang menyerong ke arah

    Barat Laut mengarah ke Teluk Andaman. Disamping itu kota-kota di Pulau

    Sumatera juga dilalui Sesar Minor atau patahan-patahan lokal.

    Wilayah Sumatera Barat merupakan salah satu kawasan yang terletak pada

     pinggiran lempeng aktif (active plate margin) dunia yang dicerminkan dengan

    tingginya frekuensi kejadian gempabumi di wilayah ini. Sebaran gempabumi di

    wilayah ini tidak hanya bersumber dari aktivitas zona subduksi, tetapi juga dari

    sistem sesar aktif di sepanjang Pulau Sumatera (Gambar I.1)

    Gambar I.1:  Seismisitas wilayah Sumatra Barat (gempa merusak dan

    tidak merusak) Periode 2000 – 2009

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    17/111

    Musibah gempa bumi tektonik di Padang berdasarkan hasil data parameter

    BMKG, pusat gempa berada pada koordinat 0.81 LS – 99.97 BT atau terletak

     pada posisi ± 57 km barat daya kota Pariaman dengan kekuatan 7.6 SR Mw(mB)

    dengan kedalaman gempa 71 km. Berdasar parameternya, gempa bumi tersebut

    diklasifikasikan sebagai gempa bumi besar dengan aktivitas subduksi yang aktif

    (Hagiwara, 1964), sedangkan bila ditinjau dari sejarah gempa kuat dan merusak,

    wilayah Padang merupakan termasuk kawasan dengan kondisi tektonik seismik

    yang aktif dan kompleks.

    Gempa bumi Padang 30 September 2009 berdasarkan pendapat beberapa

    ahli dipicu oleh pelepasan energi di patahan Sumatera (sesar Semangko) yang

    melalui segmen Singkarak. Akibat desakan lempeng Indo-Australia menuju

    lempeng Eurasia yang pergerakanya diperkirakan 5-7 cm per tahun. Bagian barat

     bergerak ke selatan dan bagian timur bergerak ke utara. Jika pergerakan segmen

    itu sudah berlangsung cukup lama akan menjadi pemicu terjadinya gempa besar.

    Gempa yang terjadi di Padang berada pada lokasi di sebelah timur segmen

    Mentawai. Dimana, energi yang lepas masih di kawasan pinggir dari segmen

    mentawai. Segmen mentawai mulai dari pulau Siberut, pulau Sipora, sampai

     pulau Bagai. Menurut para ahli geologi secara historis pada segmen mentawai

    telah terjadi gempa besar dengan skala magnitudo lebih dari delapan, yaitu pada

    tahun 1833. dan gempa ini memiliki periode perulangan sekitar 200 tahunan.

    Diperkirakan pengumpulan energi pada segmen mentawai masih berlangsung

    hingga sekarang.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    18/111

    Bila membahas gempabumi tidak akan lepas dari apa yang disebut

    Magnitude atau kekuatan gempa. Dimana pengertian Magnitude itu sendiri adalah

    ukuran kekuatan gempabumi yang menggambarkan besarnya energi seismik yang

    dipancarkan oleh sumber gempa dan merupakan hasil pengamatan seismograf.

    Besaran ini akan berharga sama, meskipun dihitung dari tempat yang berbeda.

    Skala yang kerap digunakan untuk menyatakan magnitudo gempa ini adalah skala

    Richter ( Richter Scale).

    Beberapa hal yang melatarbelakangi penelitian ini menggunakan event

    gempabumi Padang antara lain :

    1.  Data magnitude gempabumi Padang 30 September 2009 yang dirilis BMKG

    mengalami perubahan (Updating) dari magnitude 7.6SR Mw(mB) berubah

    menjadi 7.9SR Mw(mB). Hal ini menarik untuk dikaji mengenai seberapa

     besar kekuatan gempa Padang yang dianggap stabil sehingga dianggap

    sepadan dengan dampak dari korban jiwa maupun fisik yang begitu besar.

    Gempabumi Padang berdasarkan kekuatan gempa (magnitude) yang pertama

    kali dirilis BMKG kekuatanya adalah 7.6 Mw(mB). Dampak goncangan yang

    ditimbulkan gempa padang ternyata begitu kuat, rambatan energinya terasa

    hingga Kepulauan Riau, Singapura bahkan sampai ke Malaysia. Dengan

    tingkat kekuatan tersebut mengakibatkan dampak kerusakan bangunan yang

     begitu hebat dan korban jiwa yang begitu banyak, tercatat sekitar 711 orang

    meninggal dan ribuan orang menderita luka-luka dan juga beberapa bangunan

    seperti hotel, sekolah, kantor pemerintah, tempat-tempat ibadah, rumah-rumah

     penduduk dan berbagai fasilitas publik lainya-pun ikut hancur dan roboh.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    19/111

    Bahkan ada satu perkampungan di daerah Pariaman yang tertimbun longsor

    yang ditimbulkan dari dampak sekunder sebuah gempa.

    2.  Lokasi gempabumi Padang berada pada jalur pertemuan antar dua lempeng

    dan jalur sesar (patahan) yang melingkupinya. Dimana wilayah Provinsi

    Sumatera Barat yang terletak di bagian barat Pulau Sumatera merupakan

     bagian dari Lempeng Eurasia yang bergerak sangat lambat dan relatif ke arah

    tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun. Relatif berada di bagian

     barat provinsi ini, terdapat interaksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng

    Samudera Hindia yang bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan

    mencapai 7 cm per tahun. Interaksi ini menghasilkan pola penunjaman atau

    subduksi menyudut (oblique) yang diperkirakan telah terbentuk sejak zaman

    kapur dan masih terus berlangsung hingga kini. Selain subduksi, interaksi

    kedua lempeng ini juga menghasilkan pola struktur utama Sumatera, yang

    dikenal sebagai Zona Sesar Sumatera dan Zona Sesar Mentawai.

    3.  Berdasarkan pandangan orang awam, bisa membantu memberikan

     pemahaman bagaimana sebenarnya rumus – rumus yang dipakai dalam

    menentukan kekuatan gempa, khususnya Gempabumi Padang sehingga bisa

    diperoleh beberapa parameter magnitude dari sebuah gempa tersebut . Hal ini

     perlu diketahui lebih lanjut melalui sebuah penelitian tentang perhitungan

     parameter magnitude yang bersumber dari konstanta dari pembacaan

    seismogram dari event gempa, seperti gempabumi Padang.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    20/111

    Tingkat keakurasian (kestabilan) kekuatan sebuah gempa sangtlah begitu

     penting, Sebab hal ini berkaitan erat dengan pengambilan keputusan dan antisipasi

    teknis yang harus dilakukan terhadap dampak yang terjadi. Jika terjadi gempa

     berkekuatan kecil tetapi mengakibatkan tingkat kerusakan yang begitu parah,

    tentunya ini akan menjadi masalah dan tanda tanya besar dikemudian hari. Atau

    sebaliknya terjadi gempa dengan kekuatan yang dipublikasi begitu besar dan

    dampak kerusakan yang terjadi tidak terlalu signifikan, ini hanya mengurangi

    tingkat kepercayan publik terhadap kevalidan informasi yang telah beredar.

    Harapanya adalah keakurasian (kestabilan) data kekuatan magnitude selalu valid

    dan stabil, sehingga memiliki korelasi dengan dampak yang terjadi akibat gempa.

    Bila terjadi gempa dengan kekuatan yang besar, maka informasi ini akan

    dianggap sebagai gempa merusak atau bahkan berpotensi tsunami jika memang

    telah terpenuhi persyaratanya. BMKG sendiri menetapkan gempa berpotensi

    tsunami jika magnitudenya ≥ 7.5 dengan kedalaman gempa ≤70 km dan gempa

     berada dilaut. Jika syarat-syarat yang ada terpenuhi maka BMKG akan

    mengeluarkan warning tsunami  yang dirilis ke media masa dan diteruskan ke

    aparat terkait. Informasi ini akan direspon masyarakat secara meluas. Daerah yang

     berpotensi tsunami akan dievakuasi demi menyelamatkan dan meminimalisir

    korban. Kalaupun tidak terjadi tsunami maka informasi ini akan bermanfaat

    sebagai dasar upaya penanganan pasca gempa. Tetapi disinilah permasalahanya,

     bagaimana magnitude atau kekuatan dari sebuah event gempa menjadi salah satu

    faktor yang sangat menentukan dalam mempertimbangkan apakah gempa tersebut

    termasuk dalam kategori potensi tsunami atau tidak berpotensi.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    21/111

    Aktifitas pelepasan energi pada deformasi lempeng gempabumi di Padang

    30 September 2009 yang memiliki kekuatan magnitude yang cukup besar,

    seberapa besar kekuatan magnitudenya perlu untuk dikaji lebih lanjut. Untuk

    mengawalinya akan dihitung seberapa besar kekuatan (magnitude) gempanya

     berdasarkan rumus empiris yang bersumber dari konstanta pembacaan

    seismogram dari event gempa. Sehingga dapat diperoleh seberapa besar kekuatan

    gempanya yang terdiri dari berbagai parameter magnitude seperti: ML, mb, mB,

    Ms, Mw dan Mo. Untuk melengkapi datanya menjadi parameter gempabumi

    dapat pula diketahui energi momen seismik dan mekanisme focalnya dengan

    menggunakan software CMT. Jika dalam perhitungan maupun menggunakan

    manual CMT dapat diperoleh seberapa kekuatan magnitude yang berupa ML, mb,

    mB, Ms, Mw dan Mo serta mekanisme focalnya dari gempa padang. Data ini akan

    menjadi data parameter gempabumi. Data parameter ini dapat pula

    diperbandingkan dengan institusi kegempaan seperti BMKG dan USGS. Tentunya

    ini sangat bermanfat sebagai salah satu analisis pendahuluan mengenai tingkat

    keakurasian kekuatan gempa (magnitude) pada salah satu event gempabumi,

    khususnya pada event gempabumi Padang. 

    1.2. Tujuan Penulisan

    Penelitian ini mempunyai tujuan diantaranya adalah

    1.  Menentukan beberapa jenis parameter Magnitude event gempa

     berdasarkan Rumus Empiris yang bersumber pada data

    seismogram gempabumi Padang.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    22/111

    2.  Menentukan tingkat keakurasian (kestabilan) perhitungan beberapa

    Magnitude berdasarkan metode statistic RMS (Root Mean

    Square).

    3.  Membandingkan (mengkomparasikan) hasil parameter Magnitude

    gempabumi berdasarkan Rumus Empiris dengan dari Institusi lain

    seperti BMKG maupun USGS.

    4.  Menentukan besarnya energi Moment Seismic (Mo) dan

    mekanisme focal gempa padang dari hasil secara manual.

    1.3. Manfaat Penulisan

    Pada penelitian ini penulis berharap memberikan manfaat antara lain :

    1.  Sebagai analisis pendahuluan terhadap tingkat keakurasian

    (kestabilan) Magnitude pada suatu event gempa .

    2.  Sebagai evaluasi melalui informasi pembanding mengenai

    kekuatan gempa (Magnitude) yang memenuhi syarat potensi

    tsunami.

    3.  Memberikan informasi data pembanding tentang tingkat resiko

    gempabumi berdasarkan data kekuatan Magnitude pada suatu

    event gempa.

    4.  Dapat menentukan besarnya Magnitude moment (Mw) yang

    merupakan magnitude yang menggambarkan sebuah event gempa.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    23/111

    1.4. Batasan Masalah

    Pada penelitian ini penulis membatasi bahwa dalam penentuan parameter

    gempabumi hanya membahas penentuan parameter magnitudo gempa yang

     bersumber pada seismogram, atau parameter yang memiliki keterikatan erat

    dengan magnitudo seperti moment sismik dan mekanisme focal yang akan

    melengkapi data daripada energi gempanya. Parameter gempabumi lainya seperti

    lokasi gempa(epic), kedalaman(depth), Waktu gempa (Origin Time) tidak

    termasuk dalam Penelitian dan pembahasan ini.

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang Lingkup penulisan ini adalah untuk menghitung besarnya

     parameter magnitude gempabumi Padang 30 September 2009 berdasarkan rumus

    empiris dengan menggunakan data seismogram gempabumi padang. Sedangkan

    event gempabumi padang 30 September 2009 memiliki parameter episentrum

     berada pada koordinat 0.81 LS – 99.97 BT dengan kedalaman 71 km dan

    kekuatan gempanya adalah 7.6 SR Mw(mb) . Dengan mengambil data

    seismogram dan ditentukan Amplitude P atau S maksimum dan periodanya, dicari

     pula jarak antara sensor stasiun ke pusat episentrum gempa. Kemudian dengan

    dengan nilai-nilai konstanta yang telah lengkap dimasukan ke rumus empiris

    masing-masing komponen magnitude sesuai persyaratan yang harus dipenuhi.

    Sehingga jika memenuhi syarat akan diperoleh nilai jenis berbagai magnitude tiap

    sensor stasiun, kemudian untuk mengetahui seberapa jauh kestabilan perhitungan

    Magnitude diuji tingkat kesalahnya dengan metode statistik RMS (Root Mean

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    24/111

    10 

    Square) . Untuk melengkapi datanya menjadi parameter gempabumi dapat pula

    diketahui energi momen seismik dan mekanisme focalnya dengan menggunakan

    software CMT (Centroid Moment Tensor ). Dengan cara manual dapatlah

    diperoleh moment seismik dan mekamisme focalnya. Setelah parameter yang

    dicari telah lengkap, dapat dibandingkan parameter yang ada dengan institusi lain

     baik BMKG maupun USGS sebagai studi dan analisis pendahuluan terhadap

    tingkat keakurasian Magnitude pada suatu event gempa .

    1.6. Sistematika Penulisan

    Pada sistematika penulisan dijelaskan bagaimana uraian dalam bab per-

     babnya seperti di bawah yang telah diuraikan dibawah ini :

    BAB. I.

    Berisi tentang latar belakang masalah bagaimana ide awal penulisan ini

    ditulis. Serta tujuan penulisan yang menguraikan maksud dan arah tujuan

     penulisan ini. Manfaat penulisan yang menjelaskan mengenai kegunaan penulisan

    yang berguna sebagai analisis pendahuluan. Ruang lingkup penelitian

    menjelaskan bagaimana cakupan langkah-langkah dalam penulisan ini di tulis.

    Dan sistematika penulisan menjelaskan bagaimana tahapan-tahapan penulisan ini.

    Serta batasan masalah bagaimana dalam penulisan ini hanya dibatasi bebrapa hal

     pokok bahasan saja.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    25/111

    11 

    BAB. II.

    Menguraikan bagaimana tinjauan teori (pustaka) diambil yang akan

    melandasi dalam penulisan. Tinjauan pustaka meliputi ketetapan-ketetapan rumus

    dasar dan penjelasan yang akan melandasi pembahasan pada penelitian ini.

    BAB. III.

    Menjelaskan bagaimana proses pengambilan data, tahapan memilah-milah

    data dan kemudian adalah menjelaskan metode penelitian yang menguraikan

     penentuan mencari nilai hasil yang didasari dari rumus teoritisnya.

    BAB. IV.

    Menjelaskan bagaimana analisa data awal yang telah masuk sesuai teori

    dasarnya, kemudian dapat dihasilkan data yang diharapkan dalam penelitian ini.

    Tahap disini adalah menganalisis, membahas dan membandingkan dengan data

    yang telah ada, dimana hasilnya dapat menjadi koreksi atau menguatkan satu

    sama lain terhadap data yang telah ada.

    BAB. V.

    Terakhir berisi uraian tentang kesimpulan dari data yang telah dianalisis.

    Bagaimana kesimpulan data sebaiknya searah dengan tujuan penelitian ini. Hasil

    dalam penelitian ini tidaklah lepas dari kekurangan, maka sepantasnya dijelaskan

     bagaimana saran-saran terhadap penelitian ini sebagai studi dan analisis

     pendahuluan yang mudah-mudahan akan bermanfaat dikemudian hari.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    26/111

    12 

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    2.1. Gempabumi

    Gempabumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempabumi

     biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempabumi

     juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempabumi

    tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempabumi terjadi

    apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat

    ditahan.

    Menurut R. Hoernes, 1878, gempabumi dapat diklasifikan secara umum

     berdasarkan sumber kejadian gempa menjadi :

    1.  Gempabumi runtuhan, merupakan gerakan diakibatkan oleh

    runtuhan dari lubang-lubang interior bumi. Sebagai contoh adalah

    runtuhnya dinding gua pada pertambangan bawah tanah.

    2.  Gempabumi vulkanik, merupakan gerakan yang diakibatkan oleh

    aktivitas gunung berapi

    3.  Gempabumi tektonik, merupakan gerakan yang diakibatkan oleh

    lepasnya sejumlah energi pada saat bergesernya lempeng.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    27/111

    13 

    Menurut Fowler (1990), gempabumi dapat diklasifikasikan berdasarkan

    kedalaman fokus yaitu:

    1.  Gempa dangkal, jika kedalaman pusat gempa kurang dari 70 km

    2.  Gempa menengah, jika kedalaman pusat gempa kurang dari 300 km

    3.  Gempa dalam, jika kedalaman pusat gempa lebih dari 300 km

    Klasifikasi besarnya kekuatan gempa menurut Hagiwara (1964)

     berdasarkan magnitudenya terdiri atas :

    1.  Gempa sangat besar (Great Earthquake) : M > 8.0

    2.  Gempa besar (Major Earthquake) : 7.0 < M ≤ 8.0

    3.  Gempa Sedang ( Moderate Earthquake) : 5.0 < M ≤ 7.0

    4.  Gempa Kecil ( Small Earthquake) : 3.0 < M ≤ 5.0

    5.  Gempa Mikro (Micro Earthquake) : 1.0 < M ≤ 3.0

    6.  Gempa Ultramikro (Ultramicro Earthquake) : M ≤ 1.0

    Gempabumi tektonik disebabkan oleh perlepasan tenaga yang terjadi

    karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik

    dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara

     batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari plat tektonik (tektonik plate)

     plat tektonik menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan,

    sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan

    seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan

     bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa

    tektonik. Gempabumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    28/111

    14 

    dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan

    lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi(gambar 2.1). Dalam ilmu

    kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan  postulat  

    untuk menjelaskan fenomena gempabumi tektonik yang melanda hampir seluruh

    kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. 

    Gambar 2.1. Pemekaran dasar samudera

    2.2. Gelombang Seismik (Seismic Wave)

    Secara sederhana dapat diartikan sebagai merambatnya energi dari pusat

    gempa atau hiposentrum (fokus) ke tempat lain di bumi. Gelombang ini terdiri

    dari gelombang badan dan gelombang permukaan. Gelombang badan adalah

    gelombang gempa yang dapat merambat di lapisan bumi, sedangkan gelombang

     permukaan adalah gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    29/111

    15 

    Gerakan batuan yang tiba-tiba di sepanjang celah pada sesar bumi

    menimbulkan getaran (vibration) yang mentransmisikan energi dalam bentuk

    gelombang  (wave). Gelombang yang merambat di sela-sela bebatuan di bawah

     permukaan bumi disebut dengan gelombang badan  (body wave). Sedangkan

    gelombang yang merambat dari episenter ke sepanjang permukaan bumi disebut

    dengan gelombang permukaan (surface wave).

    2.2.1. Gelombang Badan ( Body Wave)

    Ada 2 macam gelombang badan, yaitu gelombang primer atau

    gelombang P  ( primary wave) dan gelombang sekunder atau gelombang S  

    (secondary wave). Gelombang P atau gelombang mampatan (compression wave),

    adalah gelombang longitudinal yang arah gerakannya sejajar dengan arah

     perambatan gelombang. Ini merupakan gelombang seismik tercepat yang

    merambat di sela-sela bebatuan dengan kecepatan 6-7 km per/detik.

    Gelombang S atau gelombang rincih  (shear wave), adalah gelombang

    transversal yang arah gerakannya tegak lurus dengan arah perambatan gelombang.

    Gelombang seismik ini merambat di sela-sela bebatuan dengan kecepatan sekitar

    3,5 km/detik.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    30/111

     

    Baik 

    ntuk menc

    erjalan di

    (reflection)

    cahaya yan

    emeriksa

    .3.2. Gelo

     Ada

    dari nama

    ama geofis

    Gel

    asilnya ta

    love meni

    erpindaha

    ambar 2.2.

     gelombang

    ari letak hi

    dalam da

    dan  pembi

     seolah me

    embelokan

    bang Per

     2 macam

    isikawan I

    ikawan Ing

    mbang Ra

    ah bergera

     bulkan efe

     vertikal.

    Pola ramba

     P maupun

    osenter da

      permuka

    san  (refra

     belok saat

    ini untuk m

    ukaan (Su

    elombang

    ggris Lord

    ris A.E.H.

    leigh meni

     naik turun

      gerakan ta

    tan gelomb

    gelombang

    episenter

    n bumi,

    tion) atau

    menembus

    enentukan

     rface Wave

    ermukaan,

    Rayleigh;

    ove.

    mbulkan e

     seperti om

    nah yang h

    ng P dan S

    S dapat me

    empa. Saa

    eduanya

    membelok,

    kaca benin

    arimana sua

     

    aitu gelom

    an gelomb

    ek gerakan

    ak di laut.

    orizontal, d

     

     bantu ahli

    kedua gel

    engalami

     persis sep

    . Para ahli

    tu gempa b

    ang raylei

    ng love, d

      tanah yan

    Sedangkan

    n tidak me

    16

    seismologi

    mbang ini

    emantulan 

    rti sebuah

    seismologi

    rasal.

    h, diambil

    ambil dari

    g sirkular.

    gelombang

    nghasilkan

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    31/111

    17 

    Gambar 2.3. Pola rambatan gelombang permukaan (Surface Wave)

    Kecepatan merambat kedua gelombang permukaan ini selalu lebih

    kecil daripada kecepatan gelombang P, dan umumnya lebih lambat daripada

    gelombang S. 

    2.3. Magnitudo Gempabumi

    Magnitudo gempa adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya

    energi seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa. Besaran ini akan berharga

    sama, meskipun dihitung dari tempat yang berbeda. Skala yang kerap digunakan

    untuk menyatakan magnitudo gempa ini adalah skala Richter ( Richter Scale).

    Secara umum, magnitudo dapat dihitung menggunakan formula berikut:

    ∆,     .......................................................(2.1)

    dengan  M   adalah magnitudo, a  adalah amplitudo gerakan tanah (dalam

    mikrometer), T   adalah periode gelombang, Δ  adalah jarak pusat gempa atau

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    32/111

    18 

    episentrum, h  adalah kedalaman gempa, C S , dan C  R  adalah faktor koreksi yang

     bergantung pada kondisi lokal dan regional daerahnya.

    Selain Skala Richter diatas, ada beberapa definisi magnitudo yang dikenal

    dalam kajian gempabumi adalah  M S   yang diperkenalkan oleh Guttenberg

    menggunakan fase gelombang permukaan gelombang Rayleigh, mb  (body waves

    magnitudo) diukur berdasar amplitudo gelombang badan, baik P maupun S.

    2.3.1. Magnitudo Lokal (ML)

    Magnitudo lokal (ML)  diperkenalkan oleh Richter untuk mengukur

    magnitudo gempa-gempa lokal, khususnya di California Selatan. Nilai amplitudo

    yang digunakan untuk menghitung magnitudo lokal adalah amplitudo maximum

    gerakan tanah (dalam mikron) yang tercatat oleh seismograf torsi (torsion

    seismograph) Wood-Anderson, yang mempunyai periode natural = 0,8 sekon,

    magnifikasi (perbesaran) = 2800, dan faktor redaman = 0,8. Jadi formula untuk

    menghitung magnitudo lokal tidak dapat diterapkan di luar California dan data

    amplitudo yang dipakai harus yang tercatat oleh jenis seismograph di atas.

    Magnitudo lokal dapat di hitung menggunakan formula berikut:

    ML = Log A + 2.76 Log ∆ - 2.48..........................................................(2.2)

    Dengan: A = Amplitude getaran tanah (mm)

    ∆ = Jarak Stasiun pencatat ke sumber gempabumi (km) dengan

    syarat ∆ ≤ 600 km.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    33/111

    19 

    Batasan Magnitude Lokal (ML) :

       Nilai ML memenuhi ketika gempabumi cukup besar (M=6.5).

      Pada gempabumi berjarak dekat, gelombang yang paling besar

    adalah gelombang S. Pada jarak lebih jauh (∆>650km) perioda

    gelombang permukaan menjadi lebih domonan. Peroide ini diluar

    daerah frekuensi dari geopon Woods Anderson.

    Gambar 2.4. Ketetapan Richter dalam menentukan Magnitude Local (ML)

    2.3.2. Magnitude Bodywave (mb)

    Magnitudo gempa yang diperoleh berdasar amplitudo gelombang badan

    (P atau S) disimbulkan dengan mb. Magnitude ini didefinisikan sebagai magnitude

    yang didasarkan catatan amplitude dari gelombang P yang menjalar melalui

     bagian dalam bumi (Lay. T and Wallace T.C.). Dalam prakteknya (di USA),

    Contoh Ketetapan Magnitudo Lokal berdasarkan Richter 

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    34/111

    20 

    amplitudo yang dipakai adalah amplitudo gerakan tanah maksimum dalam mikron

    yang diukur pada 3 gelombang yang pertama dari gelombang P (seismogram

     periode pendek (short period, komponen vertikal), dan periodenya adalah periode

    gelombang yang mempunyai amplitudo maksimum tersebut. Sudah tentu rumus

    yang dipakai untuk menghitung mb ini dapat digunakan disemua tempat

    (universal). Tapi perlu dicatat bahwa faktor koreksi untuk setiap tempat (stasiun

    gempa) akan berbeda satu sama lain. Magitudo gelombang badan diperkenalkan

    oleh Gutenberg dan Ricter (1956).

    mb = log (A/T) + Q(∆, h).....................................................................(2.3)

    Dimana T adalah perode dalam detik (dibatasi 0.1≤T≤3.0). A adalah

    amplitudo gerakan tanah (dalam prakteknya amplitudo yang dipakai adalah

    amplitudo gerakan tanah maksimum dalam mikron yang diukur pada 3 gelombang

    yang pertama dari gelombang P seismogram perode pendek komponen vertikal,

    sedang periodenya adalah periode gelombang yang mempunyai amplitudo

    maksimum tersebut. Q merupakan fungsi dari

    Jarak ∆  dan kedalaman (h). Magnitudo gelombang badan ini berlaku

    universal dengan tentu saja faktor koreksi yang berbeda untuk setiap tempatnya.

    Batasan dalam penggunaan mb :

      mb dapat dipakai setelah jarak gempa lebih atau sama dengan 5°

      mb saturate (memenuhi) pada magnitude 6.0

      mb memiliki kecendrungan nilai yang tidak stabil

      noise yang ada pada data akan sangat berpengaruh pada nilai mb

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    35/111

    21 

    2.3.3. Bodywave Magnitude (mB)

    Broad-Band Bodywave Magitudo (mB) diperkenalkan oleh

    Guntenberg dan Richter (1956). Magnitude body (mB) di definisikan berdasarkan

    catatan Amplitude dari gelombang P perioda panjang (long periode) broadband

    yang menjalar melalui bagian dalam bumi.

    mB kurang akurat nilainya bila M

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    36/111

    22 

    Gambar 2.5. Grafik Guntenberg & Richter Q(∆, h) Untuk mb, mB

    2.3.4. Magnitudo Gelombang Permukaan (Ms)

    Magnitudo yang diukur berdasar amplitudo gelombang permukaan

    disimbolkan dengan  M S . Dalam Prakteknya (di USA), amplitudo gerakan tanah

    yang dipakai adalah amplitudo maksimum gelombang permukaan, yaitu

    gelombang Rayleigh dalam mikron dari seismogram periode panjang (long

     periode) komponen vertikal dengan periode 20 ± 3 sekon dan periodenya diukur

     pada gelombang dengan amplitudo maksimum tersebut. Magnitude surface

    ditetapkan berdasarkan formula rumus Vanek et.al (1962) adalah : :

    Ms = Log (A/T) + 1.66 Log ∆ + 3.3............................................(2.5)

    Dimana T adalah periode (dalam detik). A amplitudo maksimum gerakan

    tanah (dalam mikron) gelombang permukaan seismogram komponen vertikal

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    37/111

    23 

    dapat memiliki batasan 18≤T≤22 untuk hasil yang lebih teliti. D adalah jarak

    dalam geocentric degrees (stasiun ke episenter) dimana D≤160°.

    Gambar 2.6. Penggunaan seismogram dalam penentuan mb, mB, Mw, Ms dan ML

    2.3.5. Magnitude Momen (Mw)

    Seismik Moment(Mo) dianggap sebagai cara terbaik yang dapat

    dilakukan untuk memperoleh ukuran suatu gempabumi. Seismic moment Mo

    dirumuskan sebagai :

    Mo = æ D S............................................................................................(2.6)

    Dimana: æ = harga rigiditas dibawah lapisan batuan

    D = nilai pergeseran dari rata-rata bidang sesar

    S = area bidang sesar.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    38/111

    24 

    Dengan M o adalah momen gempa, µ adalah rock regidity dalam Pa, µ pada

    kerak bumi sebesar 32 GPa dan pada mantel 75 GPa.  A adalah luas daerah sesar

    atau rupture area, dan d  adalah pergeseran slip atau displacement .

    Kekuatan gempabumi sangat berkaitan dengan energi yang dilepaskaan

    oleh sumbernya. Pelepasan energi ini berbentuk gelombang yang menjalar

    kepermukaan dan bagian dalam bumi. Dalam penjalaranya energi ini mengalami

     pelemahan karena absorbsi dari batuan yang dilaluinya, sehingga energi yang

    sampai stasiun pencatat kurang dapat menggambarkan energi gempabumi yang

    terjadi di hiposenter. Seperti halnya pada mekanika, dua gaya yang sama besar

    dan berlawanan arah menyebabkan suatu momen yang besarnya sama dengan

    gaya kali jarak antara kedua gaya tersebut. Dalam gempa bumi, sesuai dengan

    model dislokasi yang menyatakan bahwa gempa bumi disebabkan oleh adanya

     pergeseran yang diskontinu pada lapisan kulit bumi, ekivalen dengan kopel ganda

    (double couple).  ( Aki, K and Richards, P. 1980., Rybicki, K. 1981., Aki, K.

    1966 ). Bisa dikatakan pula bahwa moment gempa (seismic moment) adalah

     besarnya momen ekivalen dengan kopel ganda yang tersebar didalam bidang

    sesar.

    Gambar 2.7. Kopel ganda dan equivalen kopel ganda

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    39/111

    25 

    2.3.6. Hubungan antar magnitude

    Secara umum magnitude gempa dapat dicari dengan menggunakan rumus

    empirisnya, namun kadang-kadang dalam penerapanya kita terbentur dengan

     batasan persyaratan yang memaksa kita tidak dapat menggunakan rumus

    empirisnya. Dalam hal ini dapatlah digunakan menggunakan pencarian nilai

    magnitude berdasarkan hubungan antara magnitude. Penggunakan nilai rumus

    empiris ini telah ditetapkan formulanya oleh beberapa ahli, dimana disini nilai

    yang dicari adalah nilai derivatif dengan nilai magnitude lain yang telah didapat

    lebih dulu atau telah diketahui.

    Dalam menentukan magnitude, tidak ada keseragaman materi yang

    dipakai kecuali rumus umumnya, yaitu persamaan (2.1)  sampai dengan

     persamaan (2.5). Untuk menentukan m b  misalnya, orang dapat memakai data

    amplitudo gelombang badan (P dan S) dari sebarang fase seperti P, S, PP, SS, pP,

    sS (yang jelas dalam seismogram). Seismogram yang dipakaipun dapat dipilih

    dari komponen vertikal maupun horisontal (asal konsisten). Demikian juga untuk

     penentuan MS. Oleh karena itu, kiranya dapat dimengerti bahwa magnitude yang

    ditentukan oleh institusi yang berbeda akan bervariasi, walaupun mestinya tidak

     boleh terlalu besar.

     Namun demikian, tampaknya ada hubungan langsung antara Magnitude

    vang satu dengan yang lain secara empiris yang ditulis oleh Hirro Kanamori dan

    Tom Hanks sebagai berikut :

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    40/111

    26 

    Hubungan magnitude moment(Mw) dengan moment seismik (Mo) dalam

    satuan Newton-meter menurut Kanamori dan Hanks (1979) adalah :

    Mw = 2/3 Log Mo – 10.7.......................................................................(2.7)

    Hubungan rumus empiris antara seismic moment Mo(Nm) dan magnitude

    surface (Ms) menurut Kanamori(1977) adalah :

    Log Mo = 1.5 Ms + 9.1..........................................................................(2.8)

    Berdasarkan hubungan rumus empiris diatas, Kanamori (1977)

    mendefinisikan sebuah moment magnitude(energy Magnitude) Mw

    sebagai berikut :

    Mw = (Log Mo – 9.1)/1.5......................................................................(2.9)

    Berdasarkan hubungan rumus empiris antara mb dengan Ms, Kanamori

    (1977) juga mendefinisikan :

    mb = 0.56 Ms + 2.9..............................................................................(2.10)

    2.4. Intensitas Gempabumi

    Intensitas adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

    selain dengan magnitude. Intensitas dapat pula didefenisikan sebagai suatu

     besarnya kerusakan disuatu tempat akibat gempabumi yang diukur berdasarkan

    tingkat kerusakan yang terjadi. Dulu, sebelum manusia mampu mengukur

    magnitudo gempa, besarnya gempa hanya dinyatakan berdasarkan efek yang

    diberikan terhadap manusia, alam, struktur bangunan buatan manusia, dan reaksi

    hewan. Besarnya gempa yang ditentukan melalui observasi semacam ini

    dinamakan dengan intensitas gempa. Skala intensitas pertama kali diperkenalkan

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    41/111

    27 

     pada tahun 1883 oleh seorang seismologis Italia M.S. Rossi dan ilmuwan Swiss

    F.A.Forel yang dikenal dengan skala  Rossi-Forel. Skala ini kemudian

    dikembangkan lagi pada tahun 1902 oleh seorang seismologis Itali Giuseppe

    Mercalli. Lalu pada tahun 1931, seismologis Amerika, H. O. Wood dan Frank

     Neuman mengadaptasi standar yang telah ditetapkan Mercalli untuk kondisi di

    California, dan menghasilan skala Modified Mercalli Intensity (MMI).

    Beberapa skala intensitas gempa yang lain adalah:

    1.   Japan Meteorological Agency (JMA), ditemukan tahun 1951,

    hingga kini digunakan untuk mengukur kekuatan gempa di Jepang.

    2.   Medvedev, Sponheuer, Karnik (MSK), ditemukan tahun 1960-an.

    3.   European Microseismic Scale (EMS), ditemukan tahun 1990-an.

    Skala gempabumi MMI sifatnya kualitatif, skala intensitas ini sangat

    subjektif dan sangat tergantung pada kondisi lokasi dimana gempa terjadi. Gempa

    dengan magnitudo yang sama, namun terjadi di dua tempat yang berbeda mungkin

    akan memberikan nilai intensitas yang berbeda. Namun demikian antara skala

    magnitudo dan skala intensitas dapat dibuat kesetaraannya, seperti contoh

     perbandingan skala Richter dan MMI di bawah ini :

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    42/111

    28 

    Tabel 2.1. Skala Modified Mercalli Intensity (MMI) 

     Intensitas Gejala / Akibat yang ditimbulkan 

    I MMI : Tidak terasa.

    II MMI : Sangat sedikit yang merasakan.

    III MMI : Cukup banyak yang merasa, namun tidak menyadari

    sebagai gempa.

    IV MMI : Di dalam ruang terasa, seperti ada truk yang menabrak

    gedung.

    V MMI : Terasa oleh hampir setiap orang, yang tidur terjaga, pohon

     berayun, tiang bergoyang.

    VI MMI : Dirasakan oleh semua, orang-orang berlarian ke luar,

     perabotan

     bergerak, kerusakan ringan terjadi.VII MMI : Semua orang lari keluar, bangunan-bangunan berstruktur

    lemah rusak, kerusakan ringan terjadi dimana-mana.

    VIII MMI : Bangunan² berstruktur terencana rusak, sebagian runtuh.

    IX MMI : Seluruh gedung mengalami kerusakan cukup parah, banyak

    Yg bergeser dari pondasinya, tanah mengalami keretakan.

    X MMI : Sebagian besar struktur bangunan rusak parah, tanah

    Mengalami keretakan besar.

    XI MMI : Hampir seluruh struktur bangunan runtuh, jembatan patah,

    Retak pada tanah sangat lebar.

    XII MMI : Kerusakan total. Gelombang terlihat jelas di tanah, objek-

    Objek berhamburan.

    Tabel 2.2. Skala Richter (SR.)

    Magnitude Gejala/akibat yang ditimbulkan

    2.5 : Secara umum tidak terasa, tapi tercatat pada seismograf.

    3.5 : Dirasakan oleh banyak orang.

    4.5 : Kerusakan lokal dapat terjadi.

    6.0 : Menimbulkan kerusakan hebat.

    7.5 : Gempa berkekuatan besar.8.0 ke atas :  Gempa yg sangat dahsyat.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    43/111

    29 

    2.5. Energi Gempabumi

    Kekuatan gempa disumbernya dapat juga diukur dari energi total yang

    dilepaskan oleh gempa tersebut. Energi yang dilepaskan oleh gempa biasanya

    dihitung dengan mengintegralkan energi gelombang sepanjang deretan gelombang

    (wave train) yang dipelajari (misal gelombang badan) dan seluruh luasan yang

    dilewati gelombang (bola untuk gelombang badan, silinder untuk gelombang

     permukaan), yang berarti mengintegralkan energi keseluruh ruang dan waktu.

    Berdasar perhitungan energi dan magnitudo yang pernah dilakukan, ternyata

    antara magnitudo dan energi mempunyai relasi yang sederhana, yaitu:

    log E = 4,78 + 2,57 Mb..........................................................................(2.11)  

    Dengan satuan energi dyne cm atau erg. Berdasar persamaan tersebut,

    kenaikan magnitudo gempa sebesar 1 skala richter akan berkaitan dengan

    kenaikan amplitudo yang dirasakan disuatu tempat sebesar 10 kali, dan kenaikan

    energi sebesar 25 sampai 30 kali.

    2.6. Teori Tektonik Lempeng

    Teori tektonik Lempeng merupakan suatu teori baru yang sangat

     berkembang. Dalam teori ini, kulit bumi digambarkan terdiri atas kepingan-

    kepingan atau lempeng-lempeng batuan atau litosfir, yang dapat bergerak satu

    terhadap lainnya dengan arah dan kecepatan yang berubah-ubah, selama

    astenosfer (upper mantle) yang menghasilkan sel-sel arus konveksi yang dapat

    menggerakkan lempeng-lempeng kulit bumi yang terdiri atas batuan yang bersifat

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    44/111

    30 

    kaku. Sel-sel arus konveksi itulah yang merupakan mesin yang menciptakan

    sejumlah energi yang terkumpul dalam kulit bumi.

    Di Bumi terdapat sekitar tujuh lempeng besar dan beberapa lempeng

    kecil. Ketujuh lempeng besar tersebut adalah

    1. Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua

    2. Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua

    3. Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan lempeng

    India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu) - Lempeng benua

    4. Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua

    5. Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur

    laut - Lempeng benua

    6. Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua

    7. Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

    Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng

    India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng

    Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

    2.7. Sesar ( patahan) 

    Batas lempeng dalam skala yang lebih kecil dikenal sebagai sesar yang

    merupakan suatu batas yang menghubungkan dua blok tektonik yang berdekatan.

    Bidang sesar ( fault plane) adalah sebuah bidang yang merupakan bidang kontak

    antara blok tektonik. Pergeseran bidang sesar dapat berkisar dari antara beberapa

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    45/111

    31 

    meter sampai mencapai ratusan kilometer. Sesar merupakan jalur lemah, dan lebih

     banyak terjadi pada lapisan yang keras dan rapuh. Bahan yang hancur pada jalur

    sesar akibat pergeseran, dapat berkisar dari gouge (suatu bahan yang halus/lumat

    akibat gesekan) sampai breksi sesar, yang mempunyai ketebalan antara beberapa

    centimeter sampai ratusan meter (lebar zona hancuran sesar).

    Mekanisme sumber gempabumi atau biasa dikenal “mekanisme focal”

    adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan sifat penjalaran energi

    gempabumi dipusatnya, atau focus gempabumi itu terjadi. Patahan sering

    dianggap sebagai mekanisme penjalaran energi gelombang elastik pada fokus

    tersebut, sehingga dapat memperoleh arah gerakan patahan dan arah bidang

     patahan untuk suatu gempa diperoleh solusi bidang patahan.

    Terdapat dua unsur pada sesar yaitu hanging wall  (atap sesar) dan  foot

    wall (alas sesar). Hanging wall (atap sesar) adalah bongkah sesar yang terdapat di

     bagian atas bidang sesar, sementara itu foot wall (alas sesar) adalah bongkah sesar

    yang berada di bagian bawah bidang sesar. Bidang sesar terbentuk akibat adanya

    rekahan yang mengalami pergeseran.

    Ditinjau dari kedudukan sesar terhadap struktur batuan sekitarnya sesar

    dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    1.  Sesar Strike, adalah sesar yang arah jurusnya sejajar dengan jurus

     batuan sekitarnya.

    2.  Sesar   Dip, adalah jurus dari sesar searah dengan kemiringan

    lapisan batuan sekitarnya

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    46/111

    32 

    3.  Sesar diagonal  atau Sesar   Oblique, adalah sesar yang memotong

    struktur batuan sekitarnya.

    4.  Sesar Longitudinal, adalah arah sesar paralel dengan arah utama

    struktur regional.

    5.  Sesar Traverse, adalah sesar memotong tegak lurus/ miring

    terhadap struktur regional (biasanya dijumpai pada daerah terlipat,

    memotong sumbu terhadap antiklin)

    Sementara itu apabila ditinjau dari gerakan, sesar dapat digolongkan

    menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut:

    1.  Sesar Normal apabila hanging wall  (atap sesar) bergerak relatif

    turun terhadap foot wall 

    2.  Sesar Naik/ sesar sungkup bila hanging wall (atap sesar) bergerak

    relatif naik terhadap foot wall (alas sesar).

    3.  Sesar Mendatar/ Sesar Geser (Sesar Strike Slip), bagian yang

    terpisah bergerak relatif mendatar pada bidang sesar umumnya

    tegak (90o).

    2.8. Tatanan Tektonik Sumatera Barat

    Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama

    dunia, yaitu  Lempeng Eurasia,  Indo Australia  dan  Lempeng Pasifik . Selain itu

    terdapat pula  Lempeng mikro Filipina, yang bergerak kearah selatan di sebelah

    utara Sulawesi. Oleh karena itu wilayah kepulauan Indonesia menjadi wilayah

    yang rawan gempabum tektonik. Pertemuan lempeng Indo-Australia dengan

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    47/111

    urasia terj

    selatan Jaw

    Ga

    Pert

    egak lurus

    empunyai

    Wila

    Sumatera

    dan relatif k 

    di bagian

    empeng S

    encapai 7

    enyudut (

    asih terus

    adi di sepa

     - Nusa Te

    bar 2.8. Ta

    muan lemp

    , berbeda

    subduksi m

    yah Provin

    erupakan b

    e arah teng

    arat provi

    mudera Hi

    cm/tahun. I

    oblique), ya

     berlangsun

    njang bagi

    ggara dan

    tanan tekto

    eng Indo-A

    engan pert

    iring denga

    si Sumater 

    gian dari L

    ara dengan

    si ini, terd

    dia yang b

    nteraksi ini

    ng diperkir 

     hingga kin

    n barat le

    embelok k 

    ik di Indon

    stralia den

    emuan lem

     kecepatan

    Barat ya

    empeng Eu

    kecepatan s

    apat intera

    rgerak rela

    menghasilk 

    akan telah

    i. Selain sub

    as pantai

    Laut Band

    sia

    an Eurasia

     peng di wi

    5-6 cm/tahu

    g terletak

    asia yang

    ekitar 0,4 c

    si antara

    if ke arah

    an pola pen

    erbentuk s

    duksi, inter 

    umatera,

    .

    di selatan Ja

    layah Sum

    n (Bock, 20

    i bagian b

    ergerak sa

    /tahun. Re

    empeng E

    tara dengan

    njaman ata

     jak Jaman

    ksi kedua l

    33

    enerus ke

    wa hampir

    atera yang

    00).

    arat Pulau

    gat lambat

    atif berada

    urasia dan

    kecepatan

    u subduksi

    Kapur dan

    empeng ini

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    48/111

    34 

     juga menghasilkan pola struktur utama Sumatera, yang dikenal sebagai Zona

    Sesar Sumatera dan Zona Sesar Mentawai.

    Gambar 2.9. Tektonik wilayah Indonesia bagian barat dan kecepatan pergerakan

    Lempeng Indo – Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia (Lasitha

    dkk., 2006).

    Wilayah barat Pulau Sumatera merupakan salah satu kawasan yang

    terletak pada pinggiran lempeng aktif (active plate margin) dunia yang

    dicerminkan tingginya frekuensi kejadian gempabumi di wilayah ini. Sebaran

    gempabumi di wilayah ini tidak hanya bersumber dari aktivitas zona subduksi,

    tetapi juga dari sistem sesar aktif di sepanjang Pulau Sumatera.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    49/111

    35 

    BAB III

    DATA DAN METODE PENELITIAN

    3.1. Data Penelitian

    Dalam melakukan penelitian ini data diambil adalah data sekunder yang

     berasal dari sistem jaringan seismograf broadband BMKG. Dimana data yang

    diambil dalam cakupan yang tersebar di wilayah Sumatera. Data yang diperoleh

    adalah berupa seismogram (waveform) yang terekam oleh sensor pada saat

     peristiwa Gempabumi Padang 30 September 2009. Dengan menggunakan Jopen

    System (sistem prosessing gempa China) yang sudah terpasang di BMKG pusat,

    data telah teraquisisi dan dapat dilakukan prosesing dalam mendapatkan

     parameter gempa. Kemudian data yang tersimpan dapat dibuka kembali lalu

    dieksport kedalam format seed data yang telah siap untuk dianalisis. Selanjutnya

    adalah membuka data seismogram, tahap ini tujuanya adalah menentukan hasil

     pembacaan konstanta-konstanta yang diperlukan dalam menentukan magnitude.

    Tabel 3.1. Sebaran Data Seismogram dari sensor stasiun

    No. Nama 

    Stasiun Koordinat Stasiun  Lokasi 

    1  GSI  1.3039 LU‐97.5755 BT  Gunungsitoli‐Nias 

    2  KLI  2.0912 LS‐101.462 BT  Kotabumi‐Lampung 

    3  PPI  0.45503 LS‐100.397 BT  Padang‐panjang‐Sumbar. 

    4  KSI  3.6517 LS‐102.593 BT Kepahiang‐Bengkulu 

    5  KASI  5.5326 LS‐104.4971 BT  Kota Agung‐Lampung 

    6  PDSI  0.9118 LS‐100.462 BT  Padang ‐ Sumbar 

    7  PMBI  2.927 LS‐ 104.772 BT  Palembang‐Sumsel 

    8  LHSI  3.827 LS‐ 103.523 BT Lahat‐Sumsel.

    9  MDSI  4.4861 LS‐104.178 BT  Muaradua, Sumut 

    10  LHMI  5.4964 LU‐ 95.2961 BT  Lhoksumawe‐NAD 

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    50/111

    36 

    Pembacaan data yang telah disimpan dapat dilakukan melalui program

    SAC (Seismic Analys Code) yang harus terinstalasi menggunakan sistem operasi

    Linux. Setelah data dapat dibuka maka dapatlah ditentukan sensor stasiun mana

    yang memiliki kualitas data yang baik. Data yang memiliki kategori kualifikasi

     baik dapat mempengaruhi kualitas hasil konstanta-konstanta yang diperlukan

    nantinya. Syarat data yang baik adalah data seismogram yang terhindar dari noise,

    gaps data, maupun spike. Setelah dilakukan proses penentuan kualifikasi data dan

    telah terpilih data yang dalam kategori data yang baik (good data). Didapatlah 10

    (sepuluh) data seismogram(waveform)  dari stasiun sensor seismograp yang bisa

    dianalisis. 10 stasiun sensor tersebut antara lain adalah : PPI, PDSI, GSI, KSI,

    KASI, LHSI, MDSI, PMBI, KLI, LHMI.

    Gambar 3.1. Peta Sebaran sensor stasiun dari data seismogram

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    51/111

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    52/111

    38 

     beberapa magnitude yang ada. Salah satu metode statistik yang dipakai adalah

    metode Root Mean Square (RMS) dengan rumus : 

    n

     X  X  RMS 

    2)(∑   −=  .........................................................................(3.1)

    Dengan data hasil magnitude dari 10 (sepuluh) sensor stasiun diasumsikan

    sebagai x1,  x2, x3, x4, x5, x6, x7, x8, x9, x10 . Kemudian dicari nilai rata-ratanya

    ( X ).  Nilai data dari masing-nasing nilai x1 sampai dengan  x10  dikurangkan

    dengan nilai rata-ratanya ( X ) lalu dikuadratkan. Hasil dari pengoperasian nilai

    tersebut dijumlahkan, selanjutnya nilai hasilnya diakarkan dan dibagi dengan

     banyaknya frekuensi data (n). Nilai inilah yang disebut dengan RMS, dimana

    dapat menjelaskan seberapa jauh tingkat kesalahan dalam perhitungan beberapa

    magnitude.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    53/111

    39 

    Penjelasan tentang metode penelitian dapat diterangkan dengan diagram

    alir seperti dibawah ini :

    Gambar 3.2. Diagram Alir Penentuan Magnitude

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    54/111

    40 

    3.3. Peralatan Penelitian

    Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini antara lain berupa

     perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Adapun penjelasan masing-

    masing perangkat sebagai berikut:

    3.3.1 Perangkat Keras ( Hardware)

    Seperangkat komputer dengan spesifikasi Intel Pentium Dual-Core

    Processor T2390 (1.86 GHz, 533 Mhz FSB, 1MB L2 cache) dengan RAM

    0.99 GB HDD. Sistem operasi menggunakan  Microsoft Windows XP

    Professional Version 2002 service pack 2. Linux Image, linux ubuntu 9.10

    (the Karmic Koala relased in oktober 2009)

    3.3.2 Perangkat Lunak (Software)

    Perangkat lunak yang dipakai dalam penelitian ini adalah

    1. Microsoft Office Excel 2007, dipakai dalam perhitungan data

    secara empiris atau didalam rumus dasar Magnitude.

    2. Microsoft Encarta Premium 2009, kegunaanya adalah menentukan

     jarak antara dua koordinat lokasi suatu tempat.

    3. Seismic Analysis Code (SAC), relased 08/24/2009 version 101.3b

    copyright 1995 Regent of the University of California. Dipakai

    untuk membaca seismogram yang telah dieksport dalam format

    seed data.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    55/111

    41 

    4. CMT (Centroid Moment Tensor ) – BMG Inversi, dipakai untuk

    menentukan pusat gempa (source location), fungsi moment

    seismik (moment function) mekanisme focal dan waveform yang

    telah dipilih ( focal mechanism and waveform fittings).

    5. Program ArcGIS 9.3, berfungsi sebagai sarana untuk membuat peta

    sebaran data seismogram yang digunakan dalam proses

     perhitungan.

    3.4. Pengolahan Data

    Untuk mengetahui besarnya nilai ML, mb, mB, Ms, Mw dan Mo saat

    terjadi gempa bumi dapat dihitung dengan rumus-rumus empirisnya. Penentuan

    ini berdasarkan pada pendapat dan refrensi tulisan beberapa ahli gempa,

    Pengolahan data seismogram dengan menggunakan rumus tersebut seperti yang

    dijelaskan dibawah ini antara lain :

    3.4.1. Menentukan Magnitude Lokal (ML)

    Pada penghitungan magnitude lokal (ML) konstanta yang dipakai

    adalah Amplitude maksimum gelombang S dari komponen vertikal.

    Setelah diperoleh nilai Amplitude maksimum berdasarkan hasil

     pembacaan gelombang (waveform) melalui program SAC didapatlah nilai

    Amaksimum dari beberapa seismogram stasiun. Kemudian dicari pula

    nilai jarak epicenter ke stasiun pencatat (∆). Cara mendapatkan nilai ∆ 

    disini menggunakan software Microsoft Encarta Premium 2009,

    diperolehlah jarak dari masing-masing stasiun ke titik epicenternya. Lalu

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    56/111

    42 

    konstanta A maks. dan ∆  bisa untuk disubstitusikan nilainya terhadap

    rumus Magnitude Lokal (ML).

    Magnitude Lokal memiliki rumus sebagai berikut :

    ML = Log A + 2.76 Log ∆ - 2.48..........................................................(3.2)

    Dengan: A = Amplitude getaran tanah (mm)

    ∆ = Jarak Stasiun pencatat ke sumber gempabumi (km)

    dengan syarat ∆ ≤ 600 km.

    3.4.2. Menentukan Magnitude Body (mb)

    Penentuan nilai Magnitude Body (mb) adalah dengan menentukan

    terlebih dahulu konstanta Amplitude Maksimum (A) dan Perioda (T).

    Pembacaan seismogram dengan SAC pada phase gelombang P komponen

    vertikal dari gelombang periode pendek (Short Periode). Pada pembacaan

    seismogram untuk Magnitude Body (mb) memiliki syarat khusus yaitu

    harus ada batasan filter yang menurut Weber Bernd (2007) adalah sebesar

    0.7 s/d 2.0 Hz. Hal ini dikarenakan jenis waveform yang diambil adalah

     jenis broad band . Kemudian langkah berikutnya adalah menentukan nilai

     jarak stasiun ke pusat gempa atau epicenter (∆) dan menentukan konstanta

    kedalaman (h) yaitu dengan mengambil besarnya kedalaman dari gempa

     padang itu sendiri. Jika konstanta telah lengkap maka tingga tinggal

    mengoperasikan nilai konstanta tersebut kedalam rumus Magnitude Body

    (mb) yang secara umum dirumuskan dengan persamaan :

    mb = log (A/T) + Q(∆, h).......................................................................(3.3)

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    57/111

    43 

    Dengan : A = Amplitude Maksimum Gelombang (æm)

    T = Perioda getaran (s)

    ∆ = Jarak stasiun ke episenter (km)

    h = Kedalaman (km)

    3.4.3. Menentukan Magnitude Body (mB)

    Penghitungan nilai Broad-Band Bodywave Magitudo (mB) dimulai

    mencari nilai konstanta Amplitude Maksimum (A) dan perioda (T).

    Penentuan nilai konstanta A maupun T adalah dengan melakukan

     pembacaan seismogram dari gelombang P perioda panjang broad-band

    (long periode). Setelah nilai A dan T selesai didapatkan, lalu menentukan

    nilai jarak stasiun ke pusat gempa atau epicenter (∆) dan menentukan

    konstanta kedalaman (h). Nilai kedalamn (h) dapat diasumsikan dengan

    mengambil nilai kedalaman gempa Padang. Jika semua data konstanta

    telah lengkap, kemudian tinggal mengoperasikan nilai-nilai data kontanta

    kedalam rumus Broad-Band Bodywave Magitudo (mB). Dimana telah

    dirumuskan sebagai berikut :

    mB = log (A/T) + Q(∆, h).......................................................................(3.4)

    Dengan : A = Amplitude Maksimum Gelombang (æm)

    T = Perioda getaran (s)

    ∆ = Jarak stasiun ke episenter (km)

    h = Kedalaman (km)

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    58/111

    44 

    3.4.4. Menentukan Magnitude Surface (Ms) 

    Penentuan untuk mencari nilai Magnitude Surface (Ms) adalah

    dengan mencari nilai konstanta Amplitude maksimum (A), perioda (T) dan

     jarak stasiun dengan pusat gempa (h). Nilai Amplitude maksimum dan

     perioda diperoleh dari pembacaan gelombang permukaan (surface wave)

    yaitu gelombang Rayleigh dari seismogram periode panjang (long perode) 

    komponen vertikal. Atau secara praktis dilakukan pembacaan seismogram

     pada SAC berupa pembacaan phase gelombang S. Kemudian ditentukan

     pula konstanta jarak stasiun dengan pusat gempa (∆) yaitu dengan dengan

    menggunakan software Microsoft Encarta Premium 2009. Setelah lengkap

    semua konstanta baru dimasukan kedalam formula rumus Magnitude

    Surface (Ms), dimana rumusnya adalah :

    Ms = Log (A/T) + 1.66 Log ∆ + 3.3.......................................................(3.5)

    Dengan : A = Amplitude Maksimum Gelombang (æm)

    T = Perioda getaran (s)

    ∆ = Jarak stasiun ke episenter (km)

    3.4.5. Penentuan Seismik Moment (Mo) dan Magnitude moment (Mw)

    Seismik Moment (Mo) dianggap sebagai cara terbaik yang dapat

    dilakukan untuk memperoleh ukuran kekuatan suatu gempabumi. Seismik

    moment Mo dirumuskan sebagai :

    Mo = æ D S............................................................................................(3.6)

    Dimana: æ = harga rigiditas dibawah lapisan batuan

    D = nilai pergeseran dari rata-rata bidang sesar

    S = area bidang sesar.

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    59/111

    45 

    Kekuatan gempabumi sangat berkaitan dengan energi yang

    dilepaskaan oleh sumbernya. Pelepasan energi ini berbentuk gelombang

    yang menjalar kepermukaan dan bagian dalam bumi. Dalam penjalaranya

    energi ini mengalami pelemahan karena absorbsi dari batuan yang

    dilaluinya, sehingga energi yang sampai stasiun pencatat kurang dapat

    menggambarkan energi gempabumi yang terjadi di hiposenter.

    Pada kenyataanya menentukan Seismik Moment (Mo) yang

    menggunakan data yang bersumberkan seismogram akan menemui

    kendala atau permasalahan. Karena harus menentukan harga rigiditas

     batuan di lokasi yang akan ditentukan dan juga harus menghitung luas

     pergeseran sesar dari bidang rata-ratanya. Penentuan Seismik Moment

    (Mo) salah satu cara yang mungkin adalah mencari dengan menggunakan

    formula rumus hubungan antar magnitude. Jika telah diketahui nilai

    Magnitude Surface (Ms) maka formula rumus hubungan antar magnitude,

    antara nilai Magnitude Surface (Ms) dengan Seismik Moment dapat dicari

    dengan formula rumus yang menurut Kanamori(1977) adalah :

    Log Mo = 1.5 Ms + 9.1..........................................................................(3.7)

    Jika dalam penentuan Mo yang telah didapat dari penrhitungan

    rumus empiris Ms maka dapat pula dicari nilai Magnitude Moment (Mw)

    dengan memakai rumus hubungan antara seismic moment Mo(Nm) dan

    magnitude moment (Mw) yang menurut menurut Kanamori dan Hanks

    (1979) adalah :

    Mw = 2/3 Log Mo – 10.7.......................................................................(3.8)

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    60/111

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    61/111

    47 

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian yang dilakukan pada event gempabumi Padang 30 September

    2009, berdasarkan hasil data parameter BMKG, pusat gempa berada pada

    koordinat 0.81 LS – 99.97 BT atau terletak pada posisi ± 57 km barat daya kota

    Pariaman dengan kekuatan 7.6 SR Mw(mB) dengan kedalaman gempa 71 km.

    Proses pengolahan data akan disajikan dari mulai tahap pembacaan data

    seismogram dari masing-masing stasiun untuk menentukan nilai konstanta

    amplitude maksimum pada phase gelombang P maupun gelombang S, juga dicari

    nilai periodanya baik pada phase gelombang P maupun S. Kemudian dicari pula

     jarak antara koordinat dari episentrum ke masing-masing stasiun. Dengan

    diketahui kedalaman gempa dapat ditentukan nilai konstanta kedalaman. Setelah

    hasil masing-masing konstanta baik Amplitude maksimum (A), perioda (T), Jarak

    (∆) dan kedalaman (h) terpenuhi dapat ditentukan nilai magnitude empiris pada

    setiap jenis masing-masing magnitude (mb, mB, Ms, ML, Mw dan Mo). Pertama

    adalah penghitungan dengan pendekatan empiris, yaitu menggunakan formula

    rumus magnitude untuk mendapatkan parameter magnitude berupa mb, mB, Ms,

    ML, Mw dan Mo. Kedua adalah pendekatan dengan rumus hubungan antara

    magnitude, langkah ini ditempuh jika rumus empiris tidak dapat digunakan, yaitu

    data kurang memenuhi syarat (batasan) dari formula rumus empirisnya. Ketiga

    adalah mencari nilai moment seismik dan mekanisme focal dengan menggunakan

     program CMT-BMG Inversi. Hasil data moment seismik bisa dikomparasikan

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    62/111

    48 

    dengan hasil hitungan berdasarkan rumus empiris. Penentuan ini dapat dicari

    dengan cara manual, jika proses penentuan dilakukan dengan baik, termasuk pada

     pemilahan kualitas waveform inversi dari masing-masing stasiun. Maka hasil data

    yang diperoleh juga memiliki kualitas yang baik. Langkah keempat adalah

    mengkomparasikan parameter magnitude dengan data dari BMKG ataupun

    USGS.

    4.1. Pendekatan Rumus Empiris Magnitude

    Pendekatan rumus empiris magnitude dari data seismogram gempa Padang

    30 September 2009, didapatkan hasil pembacaan seismogram dari 10 sensor

    stasiun yang berupa konstanta Amplitudo maksimum (A) phase gelombang P

    maupun gelombang S dan nilai perioda (T) gelombang P maupun gelombang S.

    Seismogram (waveform) dari sensor stasiun itu antara lain dari PPI, PDSI, GSI,

    KSI, KASI, LHSI, MDSI, PMBI, KLI, LHMI. Jika Jarak antara sensor dan

    episenter gempa (∆) sudah didapatkan, kemudian kedalaman diambil dari

    kedalaman perameter gempa yang telah diketahui, kemudian dicari nilai

    magnitudenya sebagai berikut :

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    63/111

    49 

    Gambar 4.1. Seismogram (waveform) dari masing – masing sensor stasiun

    Teknis pembacaan nilai Amplitude maksimum maupun perioda baik dari

     phase gelombang P maupun gelombang S. Menurut Akio Katsumata, amplitude

    dari ketetapan magnitude dapat diambil setengah dari total amplitude (gambar

    4.2). Perioda (T) adalah nilai sebuah interval waktu diantara dua yang berdekatan

    antara puncak atau lembah dari gelombang (waveform) dari event gempa. 

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    64/111

    50 

    Gambar 4.2. Ketetapan pembacaan Amplitude dan Perioda

    4.1.1. Magnitude Lokal (ML)

    Karena hampir semua parameter konstanta baik A maksimum, perioda (T)

    dari phase gelombang P, Jarak (∆) dan kedalaman (h) ataupun syarat batasanya

    terpenuhi, maka dapat dilakukan pengolahan data Magnitude Lokal (Tabel 4.1)

     Nilai Magnitude Lokal (ML) yang diperoleh setelah memasukan ke formula

    rumus empiris :

    Tabel 4.1. Sebaran nilai Magnitude Lokal (ML) yang diperoleh :

    GSI  KLI  PPI  KSI  KASI  PDSI  PMBI  LHSI  MDSI  LHMI Rata‐

    rata 

    7.6  7.6  6.6  7.9  8.1  6.8  7.7  7.8  7.8  7.8  7.6 

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    65/111

    51 

    Sebagai contoh perhitungan Magnitude Lokal (ML) diambil sampel untuk

    stasiun PPI adalah :

    Dengan nilai Amplitude maksimum, A = 9.09588E+03 mm dan jarak,

    ∆= 70.4 km. Maka :

    ML = Log A + 2.76 Log ∆ - 2.48

    ML = Log (9.09588E+03) + 2.76 Log (70.4) – 2.48

    ML = 6.57815

    ML ≈ 6.6

     Nilai RMS dengan sebaran data xi ‐ adalah :

    Tabel 4.2. Nilai Sebaran data xi – x untuk Magnitude Lokal (ML)

    x1‐  x2‐  x3‐  x4‐  x5‐  x6‐  x7‐  x8‐  x9‐  x10‐  Σ(xi-X) 

    0.002  0.000  0.981  0.103 0.284 0.545 0.015 0.058 0.046  0.062  2.095

     

    Setelah diperoleh hasil dari : Σ(xi-X) = 2.095, maka nilai RMS untuk hasil

     perhitungan ML adalah : RMS =.

     = 0.144735

    ≈ 

    0.14

    Jadi hasil RMS untuk Magnitude Lokal (ML) adalah 0.14

    4.1.2. Magnitude Surface (Ms)

    Setelah diseleksi syarat batas untuk Magnitude Surface (Ms) hampir

    semua parameter konstanta baik A maksimum, perioda (T) dari phase gelombang

    S, Jarak (∆) dan kedalaman (h) memiliki syarat batas yang terpenuhi, maka dapat

    dilakukan pengolahan data Magnitude Surface (Tabel 4.2). Nilai Magnitude

    Surface (Ms) yang diperoleh setelah memasukan ke formula rumus empiris :

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    66/111

    52 

    Tabel 4.3. Sebaran nilai Magnitude Surface (Ms) yang diperoleh

    GSI  KLI  PPI  KSI  KASI  PDSI  PMBI  LHSI  MDSI  LHMI Rata‐

    rata 

    7.9  7.3  7.7  8.1  8  8.2  7.3  7.7  7.7  7.4  7.7 

    Sebagai contoh perhitungan Magnitude Surface (Ms) diambil sampel

    untuk stasiun PPI adalah :

    Dengan nilai Amplitude maksimum, A = 9.09588E+00æm, perioda, T =

    0.452 s dan jarak, ∆= 70.4 km. Maka : 

    Ms = Log (A/T) + 1.66 Log ∆ + 3.3

    Ms = Log (..

    ) + (70.4) + 3.3

    Ms = 7.67068

    Ms ≈ 7.7

     Nilai RMS dengan sebaran data xi ‐ adalah :

    Tabel 4.4. Nilai Sebaran data xi – x untuk Magnitude Surface (Ms)

    x1‐  x2‐  x3‐  x4‐  x5‐  x6‐  x7‐  x8‐  x9‐  x10‐  Σ(xi-X) 

    0.033  0.191  0.002  0.166  0.073  0.201  0.177  0.001  0.001  0.121  0.965 

    Setelah diperoleh hasil dari : Σ(xi-X) = 0.965, maka nilai RMS untuk hasil

     perhitungan Ms adalah : RMS =.

     = 0.31057

    ≈ 

    0.31

    Jadi hasil RMS untuk Magnitude Surface (Ms) adalah 0.31

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    67/111

    53 

    4.1.3. Body Magnitude (mB)

    Setelah diseleksi syarat batas untuk Broad-Band Bodywave Magitudo

    (mB) hampir semua parameter konstanta baik A maksimum, perioda (T) dari

     phase gelombang P, Jarak (∆) berasal dari pusat gempa (episenter) dengan stasiun

    dan kedalaman (h) diambil dari kedalaman gempa yaitu 71 km. Memiliki syarat

     batas yang terpenuhi, maka dapat dilakukan pengolahan data Broad-Band

    Bodywave Magitudo (mB) (Tabel 4.3). Nilai Broad-Band Bodywave Magitudo

    (mB)yang diperoleh setelah memasukan ke formula rumus empiris :

    Tabel 4.5. Sebaran nilai Broad-Band Bodywave Magitudo (mB) yang diperoleh

    GSI  KLI  PPI  KSI  KASI  PDSI  PMBI LHSI  MDSI LHMI Rata‐

    rata 

    7.2  7.6  7.9  7.1  6.9  8.3  6.8  7  6.7  7.2  7.3 

    Sebagai contoh perhitungan Broad-Band Bodywave Magitudo (mB)

    diambil sampel untuk stasiun PPI adalah :

    Dengan nilai Amplitude maksimum, A= 7.37351E+00æm, perioda,

    T= 0.250 s dan Koordinat Q(∆, h) dengan jarak, ∆= 70.4 km dan h = 71 km, sesuai

    grafik Guntenberg dan Richter Koordinat Q adalah 6.5, Maka : 

    mB = log (A/T) + Q(∆, h)

    mB = Log (..

    ) + 6.5 

    mB = 7.96973

    mB ≈ 7.9

  • 8/16/2019 Contoh Hasil Seismogram Hal63

    68/111

    54 

     Nilai RMS dengan sebaran data xi ‐ adalah :

    Tabel 4.6. Nilai Sebaran data xi – x untuk magnitude Body (mB)

    x1‐ 

    x2‐ 

    x3‐ 

    x4‐ 

    x5‐ 

    x6‐ 

    x7‐ 

    x8‐ 

    x9‐ 

    x10‐  Σ(xi-X)

    0.008  0.120  0.473  0.036  0.134  1.097  0.223  0.099  0.303  0.010  2.504 

    Setelah diperoleh hasil dari : Σ(xi-X) = 2.504, maka nilai RMS untuk hasil

     perhitungan mB adalah : RMS = .

     = 0.158224 

    ≈ 0.16

    Jadi hasil RMS untuk Broad-Band Bodywave Magit