23
12 G. Contoh Kasus Judul : KONTRIBUSI POLA REKRUITMENT, SISTEM PENGGAJIHAN, JENJANG KARIER, DAN MOTIVASI PEGAWAI, TERHADAP KINERJA PEGAWAI Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan dua variabel tergantung, yaitu variabel motivasi pegawai dan kinerja pegawai. Dalam model ini adalah ingin mengukur besamya pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai secara langsung dan secara tidak langsung melalui variabel motivasi pegawai. Model diagram jalurnya dapat digambarkan sebagai berikut: Keterangan: - Pola rekrutmen merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X 1 - Sistem penggajian merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X 2 - Jenjang karier merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol X 1 - Motivasi tertentu merupakan variabel tergantung satu dan diberi simbol Y 1 - Kinerja merupakan variabel tergantung dua dan diberi simbol Y 2 Pola Rekruitment Sistem Penggajihan Jenjang Karier Motivasi Kinerja

Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

12

G. Contoh Kasus

Judul : KONTRIBUSI POLA REKRUITMENT, SISTEM PENGGAJIHAN, JENJANG KARIER, DAN MOTIVASI PEGAWAI, TERHADAP KINERJA PEGAWAI

Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, pola rekrutmen, sistem penggajian dan

jenjang karier dengan dua variabel tergantung, yaitu variabel motivasi pegawai dan

kinerja pegawai.

Dalam model ini adalah ingin mengukur besamya pengaruh variabel pola

rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai

secara langsung dan secara tidak langsung melalui variabel motivasi pegawai.

Model diagram jalurnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

- Pola rekrutmen merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X1

- Sistem penggajian merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X2

- Jenjang karier merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol X1

- Motivasi tertentu merupakan variabel tergantung satu dan diberi simbol Y1

- Kinerja merupakan variabel tergantung dua dan diberi simbol Y2

Pola Rekruitment

Sistem Penggajihan

Jenjang Karier

Motivasi Kinerja

Page 2: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

13

MASALAH :

1. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan

jenjang karier terhadap variabel motivasi pegawai secara parsial atau sendiri-

sendiri dan variabel mana yang pengaruhnya paling besar?

2. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan

jenjang karier terhadap variabel motivasi pegawai secara gabungan?

3. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan

jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai?

4. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan

jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai melalui variabel motivasi

pegawai?

DATA :

Data seperti terlihat di bawah ini:

Pola Rekrutment

Sistem Penggajian

Jenjang Karier Motivasi Kinerja

18 18 16 16 15 15 18 16 18 12 18 15 21 16 14 14 15 14 15 13 15 15 16 16 12 17 16 16 16 13 13 17 15 13 14 19 19 18 21 12 15 16 16 17 14 19 19 21 18 15 15 16 17 17 13 16 12 17 15 11 15 14 18 14 12 16 17 15 18 12 11 14 12 17 13 13 16 16 17 14 20 12 16 18 15 16 13 13 17 14 16 13 18 15 15 16 15 15 16 14 12 12 15 16 14 18 16 19 15 14 14 16 21 15 11 15 15 11 13 12 14 13 14 18 12 11 11 12 13 10 14 17 9 13 10 12 13 15 11 10 12 14 13 12 9 9 15 14 8 8

Page 3: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

14

PENYELESAIAN :

Penyelesaian masalah akan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

Tahap 1:

Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan antar-

variabel sebagai berikut:

Tahap 2:

Membuat diagram jalur persamaan strukturalnya sebagai berikut:

Diagram jalur di atas terdiri atas dua persamaan struktural, di mana X1, X2, dan X3

adalah variabel eksogen dan Y1 serta Y2 adalah variabel endogen. Persamaan

strukturalnya dapat dilihat sebagai berikut:

Persamaan substruktur 1: Y1 = PY1 X1 + PY1 X 2 + PY1 X 3 + €1

Persamaan substruktur 2 : Y2 = PY2 X1 + PY2 Y1 + PY 2 X 3 + PY 2 X 2 + €2

X1

X2

X3

Y1 Y2

Pola Rekruitment

Sistem Penggajihan

Jenjang Karier

Motivasi Kinerja

€1

€2

€1

€2

Page 4: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

15

Tahap 3 : Tahap Analisis

Dalam tahap analisis ini akan digunakan SPSS. Analisis yang akan dilakukan

terdiri dari dua langkah. Pertama: analisis untuk substruktur 1, dan kedua untuk

substruktur 2.

I. Substruktur 1:

Persamaan strukturalnya:

Y1 = PY1 X1 +PY1 X 2 +PY1 X 3 + €1

di mana Y1 = Motivasi

X1 = Pola rekrutmen

X2 = Sistem penggajihan

X3 = Jenjang karier

€1 = Error

Hasil penghitungan (output) adalah sebagai berikut:

Regresi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,643a .413 ,345 2,055

a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment

Model

Sum of Squares

df

Mean Square F Sig.

1 Regression Residual Total

77.228 109,773 187.002

3 26 29

25.743 4.222

6.097 ,003a

a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: Motivasi pegawai

ANOVAb

Page 5: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

16

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5.134 3.073 1.671 .107 Sistem penggajian .131 ,193 ,112 .677 .504 Pola recruitment ,565 ,180 ,590 3.143 .004 Jenjang karir -.002 ,161 -.002 -.013 .990

a. Dependent Variable: Motivasi pegawai

Korelasi

Correlations Pola Sistem recruitment penggajian Jenjang karir

Pola recruitment Pearson Correlation 1 ,412* .534**

Sig. (2-tailed) ,024 ,002 N 30 30 30

Sistem penggajian Pearson Correlation ,412* 1 ,285 Sig. (2-tailed) ,024 ,127 N 30 30 30

Jenjang karir Pearson Correlation ,534** ,285 1 Siq. (2-tailed) ,002 ,127

N 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

PENAFSIRAN HASIL

A. Analisis Regresi

Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua, yaitu:

Pertama : melihat pengaruh secara gabungan

Kedua : melihat pengaruh secara parsial.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,643a .413 ,345 2,055

a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment

a. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier

secara gabungan terhadap motivasi

Page 6: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

17

Pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier

terhadap motivasi secara gabungan, maka dapat dilihat dari hasil perhitungan

dalam model summary, khususnya angka R square di bawah ini:

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,643a .413 ,345 2,055

a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment

Besarnya angka R square (r) adalah 0,413. Angka tersebut digunakan untuk melihat

besarnya pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap

motivasi dengan cara menghitung koefisien (KD) dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

KD = r x l00% = 0,413 x 100%

KD = 41,3%

Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh pola rekrutmen, sistem

penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi secara gabungan adalah

41,3%, sedangkan sisanya sebesar 58,7% (100%-41,3%) dipengaruhi oleh faktor

lain. Dengan kata lain, variabilitas motivasi yang dapat diterangkan dengan

menggunakan variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier adalah

sebesar 41,3%, sedangkan pengaruh sebesar 58,7% disebabkan oleh variabel-

variabel lain di luar model ini.

Untuk mengetahui kelayakan model regresi (Apakah model regresi sudah benar atau

salah), maka diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis dapat menggunakan angka F pada table

berikut:

Model

Sum of Squares

df

Mean Square F Sig.

1 Regression Residual Total

77.228 109,773 187.002

3 26 29

25.743 4.222

6.097 ,003a

a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: Motivasi pegawai

ANOVAb

Page 7: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

18

Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:

H0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian

dan jenjang karier dengan motivasi.

H1 : Ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan

jenjang karier dengan motivasi.

Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara :

Pertama, dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel.

Kedua, dengan membandingkan angka taraf signifansi (sig) hasil penghitungan

dengan taraf signifikansi 0,05 (5%).

*Menggunakan cara pertama atau membandingkan besarnya angka F penelitian

dengan F tabel. Caranya sebagai berikut:

1. Menghitung F penelitian. F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar

6,097.

2. Menghitung F tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat kebebasan

(DK) dengan ketentuan numerator: jumlah variabel -1 atau 5-1 = 4; dan

denumerator: jumlah kasus - 4 atau 30 - 4 = 26. Dengan ketentuan

tersebut, diperoleh angka F tabel sebesar 2,69.

3. Menentukan kriteria uji hipotesis :

- Jika F penelitian > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

- Jika F penelitian < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Dari hasil perhirtungan didapatkan angka F penelitian sebesar 6,097 > F tabel

sebesar 2,69 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya : Terdapat hubungan

linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan

motivasi. Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar.

Kesimpulannya : pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier secara

gabungan mempengaruhi motivasi. Besamya pengaruh ialah 0,413 %. Besamya

pengaruh variabel lain di luar model regresi tersebut dihitung dengan rumus: 1 - r2

atau 1 - 0,413 = 0,587 atau sebesar 58,7%.

Page 8: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

19

*Menggunakan cara kedua atau membandingkan besarnya angka taraf

signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dengan

kriterianya sebagai berikut:

- Jika sig penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

- Jika sig penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,003 < 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pola rekrutmen,

sistem penggajian dan jenjang karier.

b. Melihat pengaruh, pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier

secara parsial terhadap motivasi pegawai

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan

jenjang karier terhadap motivasi pegawai secara sendiri-sendiri/parsial, digunakan

Uji T, sedangkan untuk melihat besamya pengaruh, digunakan angka Beta atau

Standardized Coeffecient di bawah ini.

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Beta t Sig.

1 (Constant) 5.134 3.073 1.671 .107 Sistem penggajian .131 ,193 ,112 .677 .504 Pola recruitment ,565 ,180 ,590 3.143 .004 Jenjang karir -.002 ,161 -.002 -.013 .990

a. Dependent Variable: Motivasi pegawai

b.1 Hubungan antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan

motivasi pegawai, kita dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai

berikut:

Pertama : Menentukan hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi

pegawai.

Page 9: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

20

H1: Ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai.

Kedua: Menghitung besarnya angka t penelitian

Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 3,143.

Ketiga: Menghitung besarnya angka t table dengan ketentuan sebagai berikut:

Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK =

n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut diperoleh angka t tabel sebesar

2,048.

Keempat: Menentukan kriteria

Kriteria uji hipotesisnya sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 3,143 >

t table sebesar 2,048 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada

hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai. Besarnya

pengaruh pola rekrutmen terhadap motivasi pegawai sebesar 0,590 atau 59,0%.

b.2 Hubungan antara sistem penggajian dan motivasi pegawai

Hipotesis :

H0: Tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi

pegawai.

H1: Ada hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi pegawai.

Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 0,677.

Dengan taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) = n -2, atau 30 -

2 = 28. akan diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.

Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,677 < t

table sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada

hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi pegawai. Besamya

pengaruh sistem penggajian terhadap motivasi pegawai sebesar 0,112 atau 11,2%

dianggap tidak signifikan

Page 10: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

21

b.3 Hubungan antara jenjang karier dan motivasi pegawai

Hipotesis :

H0: Tidak ada hubungan linier antara j enj ang karier dan motivasi pegawai.

H1: Ada hubungan linier antara jenjang karier dan motivasi pegawai.

Dari hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar -0,013.

Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) = n -2, atau 30

-2 = 28, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.

Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,013 < t

tabel sebesar -2,048 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada

hubungan linier antara jenjang karier dengan motivasi pegawai. Besarnya

pengaruh jenjang karier dan motivasi pegawai sebesar -0,002 atau sebesar

-0,2 % dianggap tidak signifikan.

B. Analisis Korelasi

Untuk menganalisis korelasi antar variabel pola rekrutmen, sistem pegawai, dan

jenjang karier, dapat dianalisis dari hasil penghitungan SPSS sebagai berikut:

Correlations Pola Sistem recruitment penggajian Jenjang karir

Pola recruitment Pearson Correlation 1 ,412* .534**

Sig. (2-tailed) ,024 ,002 N 30 30 30

Sistem penggajian Pearson Correlation ,412* 1 ,285 Sig. (2-tailed) ,024 ,127 N 30 30 30

Jenjang karir Pearson Correlation ,534** ,285 1 Siq. (2-tailed) ,002 ,127

N 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 11: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

22

a. Korelasi antara pola rekrutmen dan sistem penggajian

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola

rekrutmen, dan sistem penggajian sebesar 0,412. Untuk menafsir angka

tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut:

0 - 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)

> 0,25 - 0,5 : Korelasi cukup

> 0,5-0,75 : Korelasi kuat

> 0,75 - 1 : Korelasi sangat kuat

Korelasi sebesar 0,412 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola

rekrutmen dan sistem penggajian cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif).

Searah artinya jika pola rekrutmen tinggi maka sistem penggajian juga tinggi.

Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,024 <

0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel

signifikan. Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan

kedua variabel tidak signifikan.

b. Korelasi antara pola rekrutmen dan jenjang karier

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola

rekrutmen dan jenjang karier sebesar 0,534. Korelasi sebesar 0,534

mempunyai maksud hubungan antara variabel pola rekrutmen dan jenjang

karier kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka

signifikansi sebesar 0,002 < 0,01.

c. Korelasi antara sistem penggajian dan jenjang karier

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel sistem

penggajian dan jenjang karier sebesar 0,285. Korelasi sebesar 0,285

mempunyai maksud hubungan antara sistem penggajian dan jenjang karier

Page 12: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

23

cukup kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena

angka signifikansi sebesar 0,127 > 0,05.

II. Substruktur 2

Persamaan strukturnya ialah:

Y2 = PY2 X1 + PY2 Y1 + PY 2 X 3 + €2

Hasil Penghitungan dengan SPSS adalah sebagai berikut:

Regresi

Model Summary Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 ,646a ,418 ,324 1.595 a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian,

Pola recruitment

Model

Sum of Squares

df

Mean Square F Sig.

1 Regression Residual Total

45,601 63,598 109.199

4 25 29

11,400 2,544

4,481 ,007a

a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: kinerja pegawai

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5,158 2,510 2.055 ,050 Sistem penggajian -,112 .151 -.126 -.741 .466 Pola recruitment ,294 .164 .402 1,795 .085 Jenjang karir Motivasi pegawai

.087

.214

.125

.152

.126

.280

.696

1.407

.493

.172

a. Dependent Variable: Kinerja pegawai

ANOVAb

Page 13: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

24

Korelasi

Correlations Pola Sistem Motivasi

recruitment penggajian Jenjang karir pegawai

Pola recruitment Pearson Correlation 1 ,412* .534** .634** Sig. (2-tailed) ,024 ,002 ,000 N 30 30 30 30

Sistem penggajian Pearson Correlation ,412* 1 ,285 ,354 Sig. (2-tailed) ,024 ,127 ,055

N 30 30 30 30

Jenjang karir Pearson Correlation ,534** ,285 1 .344 Siq. (2-tailed) ,002 ,127 .062 N 30 30 30 30

Motivasi pegawai Pearson Correlation .634** ,354 .344 1 Siq. (2-tailed) .000 ,055 ,062

N 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Penafsiran Hasil

A. Analisis Regresi

Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua yaitu pengaruh secara gabungan

dan melihat pengaruh secara parsial.

a. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier

dan motivasi pegawai secara gabungan terhadap kinerja

Untuk melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier

dan motivasi pegawai secara gabungan, dapat dilihat dari hasil

penghitungan dalam model summary, khususnya angka R square di bawah

ini:

Model Summary Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 ,646a ,418 ,324 1.595 a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian,

Pola recruitment

Page 14: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

25

Besamya angka R square (r~) adalah 0,418. Angka tersebut dapat digunakan untuk

melihat besamya pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan

motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai dengan cara menghitung Koefesien

Determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD= r2xl00% = 0,418x100%

KD = 41,8%

Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh pola rekrutmen, sistem

penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan terhadap

kinerja pegawai adalah 41,8%, sedangkan sisanya sebesar 58,2% (100% - 41,8%)

dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kinerja pegawai yang

dapat diterangkan dengan menggunakan variabel pola rekrutmen, sistem

penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai adalah sebesar 41,8%, sedangkan

pengaruh sebesar 58,2% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini.

Uji hipotesis menggunakan angka F dari tabel di bawah ini

Model

Sum of Squares

df

Mean Square F Sig.

1 Regression Residual Total

45,601 63,598 109.199

4 25 29

11,400 2,544

4,481 ,007a

a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: kinerja pegawai

Hipotesis:

H0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian,

jenjang karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai

Ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang

karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai

Pengujian hipotesis:

Dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel.

F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar 4,481

ANOVAb

H1 :

Page 15: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

26

Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat kebebasan (DK) dengan

numerator: jumlah variabel -1 atau 5 -1 =4 ; dan denumerator: jumlah kasus

- 4 atau 30 - 4 = 26, diperoleh angka F tabel sebesar 2,74.

Jika F penelitian > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika F penelitian

< F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Dari hasil perhitungan didapatkan angka F penelitian sebesar 4,481 > F tabel

sebesar 2,74 sehingga H0 ditolak dan HI diterima. Artinya, ada hubungan

linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi

pegawai dengan kinerja pegawai. Dengan demikian, model regresi di atas

sudah layak dan benar. Kesimpulannya ialah pola rekrutmen, sistem

penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan mem-

pengaruhi kinerja pegawai. Besarnya pengaruh ialah 41,8%. Besarnya

pengaruh variabel lain di luar model regresi tersebut dihitung dengan rumus 1 -

r2 atau 1 - 0,418 = 0,582 atau sebesar 58,2%.

b. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan

motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel rekrutmen, sistem penggajian,

jenjang karier dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai secara sendiri-

sendiri/parsial, digunakan Uji T, sedangkan untuk melihat besamya pengaruh,

digunakan angka Beta atau Standardized Coefficient di bawah ini.

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5,158 2,510 2.055 ,050 Sistem penggajian -,112 .151 -.126 -.741 .466 Pola recruitment ,294 .164 .402 1,795 .085 Jenjang karir Motivasi pegawai

.087

.214

.125

.152

.126

.280

.696

1.407

.493

.172

a. Dependent Variable: Kinerja pegawai

Page 16: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

27

b. 1 Hubungan antara sistem penggajian dan kinerja pegawai

Hipotesis:

H0 : Tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja

pegawai.

H1 : Ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja

pegawai.

Menghitung besamya angka t penelitian:

Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar -0,741.

Menghitung besamya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan

Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n - 2, atau 30 - 2 = 28. Dari

ketentuan tersebut diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H0 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H0 ditolak.

Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,741 < t

tabel sebesar -2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada

hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja pegawai. Besamya

pengaruh sistem penggajian terhadap kinerja pegawai sebesar -0,126 atau -

12,6% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermiii dalam angka signifikansi

sebesar 0,466 yang lebih besar dari 0,05.

b.2 Hubungan antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai

Hipotesis:

H0 : Tidak ada hubimgan linier antara pola rekrutmen dan kinerja

pegawai.

H1: Ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai.

Menghitung besamya angka t penelitian:

Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 1,795.

Menghitung besaniya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan

Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari

ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.

Page 17: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

28

Jika t penelitian > tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dan

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 1,795 < t

tabel sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada

hubungan linier antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai. Besamya pengaruh

pola rekrutmen terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 0,402 atau 40,2% yang

dianggap tidak signifikan. Hal ini juga sesuai dengan nilai signifikansi sebesar

0,085 yang lebih besar dari 0,05.

b.3 Hubungan antara jenjang karier dan kinerja pegawai

Hipotesis:

H0 : Tidak ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai.

H1 : Ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai.

Menghitung besamya angka t penelitian:

Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 0,696.

Menghitung besamya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat

Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan

tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,696 < t tabel

sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan

linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai. Jika dilihat dari angka Beta,

besarnya pengaruh layanan ter-hadap loyalitas sebesar 0,126 atau 12,6% dianggap

tidak signifikan.

b.4 Hubungan antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai

Hipotesis:

H0: Tidak ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja

pegawai.

H1 : Ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai.

Page 18: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

29

Menghitung besarnya angka t penelitian:

Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 1,407.

Menghitung besarnya angka t tabel:

Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan

ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut, diperoleh

angka t tabel sebesar 2,048.

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 1,407 <

t tabel sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada

hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai. Besarnya

pengaruh motivasi pegawai ter-hadap kinerja pegawai adalah sebesar 0,280

atau 28,0% yang dianggap tidak signifikan. Hal ini juga sesuai dengan nilai

signifikansi sebesar 0,172 yang lebih besar dari 0,05.

B. Analisis Korelasi

Korelasi antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan

motivasi pegawai dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Correlations Pola Sistem Motivasi

recruitment penggajian Jenjang karir pegawai

Pola recruitment Pearson Correlation 1 ,412* .534**

.634** Sig. (2-tailed) ,024 ,002 ,000

N 30 30 30 30

Sistem penggajian Pearson Correlation ,412* 1 ,285 ,354 Sig. (2-tailed) ,024 ,127 ,055

N 30 30 30 30

Jenjang karir Pearson Correlation ,534** ,285 1 .344 Siq. (2-tailed) ,002 ,127 .062 N 30 30 30 30

Motivasi pegawai Pearson Correlation .634** ,354 .344 1 Siq. (2-tailed) .000 ,055 ,062

N 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 19: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

30

a. Korelasi antara pola rekrutmen dan sistem penggajian

Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel pola

rekrutmen dan sistem penggajian sebesar 0,412. Untuk menafsir angka

tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut:

0 - 0,25 : Korelasi sangat le all (dianggap tidak ada)

> 0,25-0,5 : Korelasi cukup

> 0,5 -0,75 : Korelasi kuat

> 0,75 - 1 : Korelasi sangat kuat

Korelasi sebesar 0,412 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola

rekrutmen dan sistem penggajian cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif).

Searah artiiiya jika pola rekrutmen tinggi maka sistem penggajian juga tinggi.

Korelasi dua variabel bersifat sigiiifikan karena angka signifikansi sebesar 0,024 <

0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan.

Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak

signifikan.

b. Korelasi antara pola rekrutmen dan jenjang karier

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen

dan jenjang karier sebesar 0,534. Korelasi sebesar 0,534 mempunyai maksud

hubungan antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier kuat dan searah.

Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,002 <

0,01.

Catatan: angka 0,01 digunakan karena hasil penghitungan SPSS memberikan

angka signifikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan dua bintang (**).

Standar SPSS antara 0,01 sampai dengan 0,05.

c. Korelasi antara sistem penggajian dan jenjang karier

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel sistem

penggajian dan jenjang karier sebesar 0,285. Korelasi sebesar 0,285 mempunyai

maksud hubungan antara variabel sistem penggajian dan jenjang karier cukup kuat

Page 20: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

31

dan searah. Korelasi dua variabel tidak bersifat signifikan karena angka

signifikansi sebesar 0,127 < 0,05.

d. Korelasi antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel rekrutmen dan

motivasi pegawai sebesar 0,634. Korelasi sebesar 0,634 mempunyai maksud

hubungan antara variabel rekrutmen dan motivasi pegawai kuat dan searah.

Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,00 <

0,01.

Catatan: digunakan angka 0,01 karena hasil penghitungan SPSS memberikan

angka signi-fikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan dua bintang (**).

Standar SPSS antara 0,01 sampai dengan 0,05.

e. Korelasi antara jenjang karier dan motivasi pegawai

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara jenjang karier dan

motivasi pegawai sebesar 0,344. Korelasi sebesar 0,344 mempunyai maksud

hubungan antara variabel jenjang karier dan motivasi pegawai cukup kuat dan

searah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi

sebesar 0,62 > 0,05.

PERHITUNGAN PENGARUH

a. Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE)

Untuk menghitung pengaruh langsung atau DE, digunakan formula sebagai

berikut:

- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap motivasi

X1 Y1 = 0,590

- Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap motivasi

X2 Y1 = 0,112

- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap motivasi

X3 Y1 = -0,002

- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja

Page 21: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

32

X1 Y2 = 0,402

- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja

X3 Y2 = 0,126

- Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja

Y1 Y2 = 0,280

b. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE)

Untuk menghitung pengaruh tidak langsung atau IE, digunakan formula sebagai

berikut:

- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja melalui motivasi

X1 Y1 Y2 = (0,590 x 0,280) = 0,1652

- Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap kinerja melalui

motivasi

X2 Y1 Y2 = (0,112 x 0,280) = 0,03136

- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja melalui motivasi

X3 Y1 Y2 = (-0,002 x 0,280) = -0,00056

c. Pengaruh Total (Total Effect)

- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja melalui motivasi

X1 Y1 Y2 = (0,590 + 0,280) = 0,87

- Penganih variabel sistem penggajian terhadap kinerja melalui

motivasi

X2 Y1 Y2 = (0,112 + 0,280) = 0,392

- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja melalui motivasi

X3 Y1 Y2 = (-0,002 + 0,280) = 0,278

- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja

X1 Y2 = 0,402

Page 22: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

33

- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja

X3 Y2 = 0,126

- Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja

Y1 Y2 = 0,280

Persamaan struktural untuk model tersebut ialah:

Substruktur 1: Y1 = 0,590X1 + 0,112X2 -0,002X3 + €1

Substruktur 2: Y2 = 0,402X1 + 0,126X2 -0,280X3 + €2

KESIMPULAN

Dari hasil analisis perhitungan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja pegawai secara langsung

X1

X2

X3

Y1 Y2

€1= 0.587

€2= 0.5827 r X1 X2

0,412

r X3X2

0,285

r X1X3

0,534

p y3X1

0,112

p y2 y1

0,280

p y1X1

0,590

p y1X3

-0,002

p y2X1

0,402

p y2X3

0,126

Page 23: Contoh-Soal-Analisis-Jalur1.pdf

34

sebesar 0,402.

2. Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja pegawai secara langsung

sebesar 0,126.

3. Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja pegawai secara langsung

sebesar 0,280.

4. Pengaruh variabel pola rekruitmen, sistem penggajian, jenjang karier dan

motivasi terhadap kinerja secara gabungan sebesar 0,418.

5. Pengaruh variabel-variabel lain di luar model terhadap kinerja sebesar

0,582.

6. Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap motivasi sebesar 0,590.

7. Pengaruh variabel jenjang karier terhadap motivasi sebesar -0,002.

8. Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap motivasi sebesar 0.112.

9. Pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian, dan jenjang karier

secara gabungan terhadap motivasi sebesar 0,413.

10. Pengaruh variabel lain di luar model terhadap motivasi sebesar 0,587.