Upload
reza-gernistha-reza
View
256
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
G. Contoh Kasus
Judul : KONTRIBUSI POLA REKRUITMENT, SISTEM PENGGAJIHAN, JENJANG KARIER, DAN MOTIVASI PEGAWAI, TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, pola rekrutmen, sistem penggajian dan
jenjang karier dengan dua variabel tergantung, yaitu variabel motivasi pegawai dan
kinerja pegawai.
Dalam model ini adalah ingin mengukur besamya pengaruh variabel pola
rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai
secara langsung dan secara tidak langsung melalui variabel motivasi pegawai.
Model diagram jalurnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
- Pola rekrutmen merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X1
- Sistem penggajian merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X2
- Jenjang karier merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol X1
- Motivasi tertentu merupakan variabel tergantung satu dan diberi simbol Y1
- Kinerja merupakan variabel tergantung dua dan diberi simbol Y2
Pola Rekruitment
Sistem Penggajihan
Jenjang Karier
Motivasi Kinerja
13
MASALAH :
1. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan
jenjang karier terhadap variabel motivasi pegawai secara parsial atau sendiri-
sendiri dan variabel mana yang pengaruhnya paling besar?
2. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan
jenjang karier terhadap variabel motivasi pegawai secara gabungan?
3. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan
jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai?
4. Berapa besar pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan
jenjang karier terhadap variabel kinerja pegawai melalui variabel motivasi
pegawai?
DATA :
Data seperti terlihat di bawah ini:
Pola Rekrutment
Sistem Penggajian
Jenjang Karier Motivasi Kinerja
18 18 16 16 15 15 18 16 18 12 18 15 21 16 14 14 15 14 15 13 15 15 16 16 12 17 16 16 16 13 13 17 15 13 14 19 19 18 21 12 15 16 16 17 14 19 19 21 18 15 15 16 17 17 13 16 12 17 15 11 15 14 18 14 12 16 17 15 18 12 11 14 12 17 13 13 16 16 17 14 20 12 16 18 15 16 13 13 17 14 16 13 18 15 15 16 15 15 16 14 12 12 15 16 14 18 16 19 15 14 14 16 21 15 11 15 15 11 13 12 14 13 14 18 12 11 11 12 13 10 14 17 9 13 10 12 13 15 11 10 12 14 13 12 9 9 15 14 8 8
14
PENYELESAIAN :
Penyelesaian masalah akan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1:
Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan antar-
variabel sebagai berikut:
Tahap 2:
Membuat diagram jalur persamaan strukturalnya sebagai berikut:
Diagram jalur di atas terdiri atas dua persamaan struktural, di mana X1, X2, dan X3
adalah variabel eksogen dan Y1 serta Y2 adalah variabel endogen. Persamaan
strukturalnya dapat dilihat sebagai berikut:
Persamaan substruktur 1: Y1 = PY1 X1 + PY1 X 2 + PY1 X 3 + €1
Persamaan substruktur 2 : Y2 = PY2 X1 + PY2 Y1 + PY 2 X 3 + PY 2 X 2 + €2
X1
X2
X3
Y1 Y2
Pola Rekruitment
Sistem Penggajihan
Jenjang Karier
Motivasi Kinerja
€1
€2
€1
€2
15
Tahap 3 : Tahap Analisis
Dalam tahap analisis ini akan digunakan SPSS. Analisis yang akan dilakukan
terdiri dari dua langkah. Pertama: analisis untuk substruktur 1, dan kedua untuk
substruktur 2.
I. Substruktur 1:
Persamaan strukturalnya:
Y1 = PY1 X1 +PY1 X 2 +PY1 X 3 + €1
di mana Y1 = Motivasi
X1 = Pola rekrutmen
X2 = Sistem penggajihan
X3 = Jenjang karier
€1 = Error
Hasil penghitungan (output) adalah sebagai berikut:
Regresi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,643a .413 ,345 2,055
a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment
Model
Sum of Squares
df
Mean Square F Sig.
1 Regression Residual Total
77.228 109,773 187.002
3 26 29
25.743 4.222
6.097 ,003a
a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: Motivasi pegawai
ANOVAb
16
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.134 3.073 1.671 .107 Sistem penggajian .131 ,193 ,112 .677 .504 Pola recruitment ,565 ,180 ,590 3.143 .004 Jenjang karir -.002 ,161 -.002 -.013 .990
a. Dependent Variable: Motivasi pegawai
Korelasi
Correlations Pola Sistem recruitment penggajian Jenjang karir
Pola recruitment Pearson Correlation 1 ,412* .534**
Sig. (2-tailed) ,024 ,002 N 30 30 30
Sistem penggajian Pearson Correlation ,412* 1 ,285 Sig. (2-tailed) ,024 ,127 N 30 30 30
Jenjang karir Pearson Correlation ,534** ,285 1 Siq. (2-tailed) ,002 ,127
N 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PENAFSIRAN HASIL
A. Analisis Regresi
Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua, yaitu:
Pertama : melihat pengaruh secara gabungan
Kedua : melihat pengaruh secara parsial.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,643a .413 ,345 2,055
a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment
a. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier
secara gabungan terhadap motivasi
17
Pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier
terhadap motivasi secara gabungan, maka dapat dilihat dari hasil perhitungan
dalam model summary, khususnya angka R square di bawah ini:
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,643a .413 ,345 2,055
a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian, Pola recruitment
Besarnya angka R square (r) adalah 0,413. Angka tersebut digunakan untuk melihat
besarnya pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier terhadap
motivasi dengan cara menghitung koefisien (KD) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
KD = r x l00% = 0,413 x 100%
KD = 41,3%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh pola rekrutmen, sistem
penggajian dan jenjang karier terhadap motivasi secara gabungan adalah
41,3%, sedangkan sisanya sebesar 58,7% (100%-41,3%) dipengaruhi oleh faktor
lain. Dengan kata lain, variabilitas motivasi yang dapat diterangkan dengan
menggunakan variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier adalah
sebesar 41,3%, sedangkan pengaruh sebesar 58,7% disebabkan oleh variabel-
variabel lain di luar model ini.
Untuk mengetahui kelayakan model regresi (Apakah model regresi sudah benar atau
salah), maka diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis dapat menggunakan angka F pada table
berikut:
Model
Sum of Squares
df
Mean Square F Sig.
1 Regression Residual Total
77.228 109,773 187.002
3 26 29
25.743 4.222
6.097 ,003a
a. Predictors: (Constant), Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: Motivasi pegawai
ANOVAb
18
Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:
H0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian
dan jenjang karier dengan motivasi.
H1 : Ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan
jenjang karier dengan motivasi.
Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara :
Pertama, dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel.
Kedua, dengan membandingkan angka taraf signifansi (sig) hasil penghitungan
dengan taraf signifikansi 0,05 (5%).
*Menggunakan cara pertama atau membandingkan besarnya angka F penelitian
dengan F tabel. Caranya sebagai berikut:
1. Menghitung F penelitian. F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar
6,097.
2. Menghitung F tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat kebebasan
(DK) dengan ketentuan numerator: jumlah variabel -1 atau 5-1 = 4; dan
denumerator: jumlah kasus - 4 atau 30 - 4 = 26. Dengan ketentuan
tersebut, diperoleh angka F tabel sebesar 2,69.
3. Menentukan kriteria uji hipotesis :
- Jika F penelitian > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
- Jika F penelitian < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Dari hasil perhirtungan didapatkan angka F penelitian sebesar 6,097 > F tabel
sebesar 2,69 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya : Terdapat hubungan
linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier dengan
motivasi. Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar.
Kesimpulannya : pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier secara
gabungan mempengaruhi motivasi. Besamya pengaruh ialah 0,413 %. Besamya
pengaruh variabel lain di luar model regresi tersebut dihitung dengan rumus: 1 - r2
atau 1 - 0,413 = 0,587 atau sebesar 58,7%.
19
*Menggunakan cara kedua atau membandingkan besarnya angka taraf
signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dengan
kriterianya sebagai berikut:
- Jika sig penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
- Jika sig penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,003 < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara pola rekrutmen,
sistem penggajian dan jenjang karier.
b. Melihat pengaruh, pola rekrutmen, sistem penggajian dan jenjang karier
secara parsial terhadap motivasi pegawai
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian dan
jenjang karier terhadap motivasi pegawai secara sendiri-sendiri/parsial, digunakan
Uji T, sedangkan untuk melihat besamya pengaruh, digunakan angka Beta atau
Standardized Coeffecient di bawah ini.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Beta t Sig.
1 (Constant) 5.134 3.073 1.671 .107 Sistem penggajian .131 ,193 ,112 .677 .504 Pola recruitment ,565 ,180 ,590 3.143 .004 Jenjang karir -.002 ,161 -.002 -.013 .990
a. Dependent Variable: Motivasi pegawai
b.1 Hubungan antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan
motivasi pegawai, kita dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai
berikut:
Pertama : Menentukan hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi
pegawai.
20
H1: Ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai.
Kedua: Menghitung besarnya angka t penelitian
Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 3,143.
Ketiga: Menghitung besarnya angka t table dengan ketentuan sebagai berikut:
Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK =
n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut diperoleh angka t tabel sebesar
2,048.
Keempat: Menentukan kriteria
Kriteria uji hipotesisnya sebagai berikut:
Jika t penelitian > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika t penelitian < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 3,143 >
t table sebesar 2,048 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada
hubungan linier antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai. Besarnya
pengaruh pola rekrutmen terhadap motivasi pegawai sebesar 0,590 atau 59,0%.
b.2 Hubungan antara sistem penggajian dan motivasi pegawai
Hipotesis :
H0: Tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi
pegawai.
H1: Ada hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi pegawai.
Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 0,677.
Dengan taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) = n -2, atau 30 -
2 = 28. akan diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.
Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,677 < t
table sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara sistem penggajian dan motivasi pegawai. Besamya
pengaruh sistem penggajian terhadap motivasi pegawai sebesar 0,112 atau 11,2%
dianggap tidak signifikan
21
b.3 Hubungan antara jenjang karier dan motivasi pegawai
Hipotesis :
H0: Tidak ada hubungan linier antara j enj ang karier dan motivasi pegawai.
H1: Ada hubungan linier antara jenjang karier dan motivasi pegawai.
Dari hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar -0,013.
Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) = n -2, atau 30
-2 = 28, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.
Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,013 < t
tabel sebesar -2,048 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara jenjang karier dengan motivasi pegawai. Besarnya
pengaruh jenjang karier dan motivasi pegawai sebesar -0,002 atau sebesar
-0,2 % dianggap tidak signifikan.
B. Analisis Korelasi
Untuk menganalisis korelasi antar variabel pola rekrutmen, sistem pegawai, dan
jenjang karier, dapat dianalisis dari hasil penghitungan SPSS sebagai berikut:
Correlations Pola Sistem recruitment penggajian Jenjang karir
Pola recruitment Pearson Correlation 1 ,412* .534**
Sig. (2-tailed) ,024 ,002 N 30 30 30
Sistem penggajian Pearson Correlation ,412* 1 ,285 Sig. (2-tailed) ,024 ,127 N 30 30 30
Jenjang karir Pearson Correlation ,534** ,285 1 Siq. (2-tailed) ,002 ,127
N 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
22
a. Korelasi antara pola rekrutmen dan sistem penggajian
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola
rekrutmen, dan sistem penggajian sebesar 0,412. Untuk menafsir angka
tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut:
0 - 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 - 0,5 : Korelasi cukup
> 0,5-0,75 : Korelasi kuat
> 0,75 - 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,412 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola
rekrutmen dan sistem penggajian cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif).
Searah artinya jika pola rekrutmen tinggi maka sistem penggajian juga tinggi.
Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,024 <
0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel
signifikan. Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan
kedua variabel tidak signifikan.
b. Korelasi antara pola rekrutmen dan jenjang karier
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola
rekrutmen dan jenjang karier sebesar 0,534. Korelasi sebesar 0,534
mempunyai maksud hubungan antara variabel pola rekrutmen dan jenjang
karier kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka
signifikansi sebesar 0,002 < 0,01.
c. Korelasi antara sistem penggajian dan jenjang karier
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel sistem
penggajian dan jenjang karier sebesar 0,285. Korelasi sebesar 0,285
mempunyai maksud hubungan antara sistem penggajian dan jenjang karier
23
cukup kuat dan searah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena
angka signifikansi sebesar 0,127 > 0,05.
II. Substruktur 2
Persamaan strukturnya ialah:
Y2 = PY2 X1 + PY2 Y1 + PY 2 X 3 + €2
Hasil Penghitungan dengan SPSS adalah sebagai berikut:
Regresi
Model Summary Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 ,646a ,418 ,324 1.595 a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian,
Pola recruitment
Model
Sum of Squares
df
Mean Square F Sig.
1 Regression Residual Total
45,601 63,598 109.199
4 25 29
11,400 2,544
4,481 ,007a
a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: kinerja pegawai
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5,158 2,510 2.055 ,050 Sistem penggajian -,112 .151 -.126 -.741 .466 Pola recruitment ,294 .164 .402 1,795 .085 Jenjang karir Motivasi pegawai
.087
.214
.125
.152
.126
.280
.696
1.407
.493
.172
a. Dependent Variable: Kinerja pegawai
ANOVAb
24
Korelasi
Correlations Pola Sistem Motivasi
recruitment penggajian Jenjang karir pegawai
Pola recruitment Pearson Correlation 1 ,412* .534** .634** Sig. (2-tailed) ,024 ,002 ,000 N 30 30 30 30
Sistem penggajian Pearson Correlation ,412* 1 ,285 ,354 Sig. (2-tailed) ,024 ,127 ,055
N 30 30 30 30
Jenjang karir Pearson Correlation ,534** ,285 1 .344 Siq. (2-tailed) ,002 ,127 .062 N 30 30 30 30
Motivasi pegawai Pearson Correlation .634** ,354 .344 1 Siq. (2-tailed) .000 ,055 ,062
N 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Penafsiran Hasil
A. Analisis Regresi
Pada bagian ini analisis dibagi menjadi dua yaitu pengaruh secara gabungan
dan melihat pengaruh secara parsial.
a. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier
dan motivasi pegawai secara gabungan terhadap kinerja
Untuk melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier
dan motivasi pegawai secara gabungan, dapat dilihat dari hasil
penghitungan dalam model summary, khususnya angka R square di bawah
ini:
Model Summary Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 ,646a ,418 ,324 1.595 a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian,
Pola recruitment
25
Besamya angka R square (r~) adalah 0,418. Angka tersebut dapat digunakan untuk
melihat besamya pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan
motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai dengan cara menghitung Koefesien
Determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD= r2xl00% = 0,418x100%
KD = 41,8%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh pola rekrutmen, sistem
penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan terhadap
kinerja pegawai adalah 41,8%, sedangkan sisanya sebesar 58,2% (100% - 41,8%)
dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kinerja pegawai yang
dapat diterangkan dengan menggunakan variabel pola rekrutmen, sistem
penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai adalah sebesar 41,8%, sedangkan
pengaruh sebesar 58,2% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini.
Uji hipotesis menggunakan angka F dari tabel di bawah ini
Model
Sum of Squares
df
Mean Square F Sig.
1 Regression Residual Total
45,601 63,598 109.199
4 25 29
11,400 2,544
4,481 ,007a
a. Predictors: (Constant), Motivasi pegawai, Jenjang karir, Sistem penggajian , Pola recruitment b. Dependent Variable: kinerja pegawai
Hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian,
jenjang karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai
Ada hubungan linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang
karier dan motivasi pegawai dengan kinerja pegawai
Pengujian hipotesis:
Dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel.
F penelitian dari SPSS didapatkan sebesar 4,481
ANOVAb
H1 :
26
Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat kebebasan (DK) dengan
numerator: jumlah variabel -1 atau 5 -1 =4 ; dan denumerator: jumlah kasus
- 4 atau 30 - 4 = 26, diperoleh angka F tabel sebesar 2,74.
Jika F penelitian > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika F penelitian
< F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Dari hasil perhitungan didapatkan angka F penelitian sebesar 4,481 > F tabel
sebesar 2,74 sehingga H0 ditolak dan HI diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan motivasi
pegawai dengan kinerja pegawai. Dengan demikian, model regresi di atas
sudah layak dan benar. Kesimpulannya ialah pola rekrutmen, sistem
penggajian, jenjang karier dan motivasi pegawai secara gabungan mem-
pengaruhi kinerja pegawai. Besarnya pengaruh ialah 41,8%. Besarnya
pengaruh variabel lain di luar model regresi tersebut dihitung dengan rumus 1 -
r2 atau 1 - 0,418 = 0,582 atau sebesar 58,2%.
b. Melihat pengaruh pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan
motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel rekrutmen, sistem penggajian,
jenjang karier dan motivasi pegawai terhadap kinerja pegawai secara sendiri-
sendiri/parsial, digunakan Uji T, sedangkan untuk melihat besamya pengaruh,
digunakan angka Beta atau Standardized Coefficient di bawah ini.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5,158 2,510 2.055 ,050 Sistem penggajian -,112 .151 -.126 -.741 .466 Pola recruitment ,294 .164 .402 1,795 .085 Jenjang karir Motivasi pegawai
.087
.214
.125
.152
.126
.280
.696
1.407
.493
.172
a. Dependent Variable: Kinerja pegawai
27
b. 1 Hubungan antara sistem penggajian dan kinerja pegawai
Hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja
pegawai.
H1 : Ada hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja
pegawai.
Menghitung besamya angka t penelitian:
Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar -0,741.
Menghitung besamya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan
Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n - 2, atau 30 - 2 = 28. Dari
ketentuan tersebut diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.
Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H0 diterima.
Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H0 ditolak.
Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar -0,741 < t
tabel sebesar -2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara sistem penggajian dan kinerja pegawai. Besamya
pengaruh sistem penggajian terhadap kinerja pegawai sebesar -0,126 atau -
12,6% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermiii dalam angka signifikansi
sebesar 0,466 yang lebih besar dari 0,05.
b.2 Hubungan antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai
Hipotesis:
H0 : Tidak ada hubimgan linier antara pola rekrutmen dan kinerja
pegawai.
H1: Ada hubungan linier antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai.
Menghitung besamya angka t penelitian:
Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 1,795.
Menghitung besaniya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan
Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari
ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.
28
Jika t penelitian > tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima dan
Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 1,795 < t
tabel sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara pola rekrutmen dan kinerja pegawai. Besamya pengaruh
pola rekrutmen terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 0,402 atau 40,2% yang
dianggap tidak signifikan. Hal ini juga sesuai dengan nilai signifikansi sebesar
0,085 yang lebih besar dari 0,05.
b.3 Hubungan antara jenjang karier dan kinerja pegawai
Hipotesis:
H0 : Tidak ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai.
H1 : Ada hubungan linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai.
Menghitung besamya angka t penelitian:
Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 0,696.
Menghitung besamya angka t tabel dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat
Kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan
tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 2,048.
Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Didasarkan hasil penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,696 < t tabel
sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan
linier antara jenjang karier dan kinerja pegawai. Jika dilihat dari angka Beta,
besarnya pengaruh layanan ter-hadap loyalitas sebesar 0,126 atau 12,6% dianggap
tidak signifikan.
b.4 Hubungan antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai
Hipotesis:
H0: Tidak ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja
pegawai.
H1 : Ada hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai.
29
Menghitung besarnya angka t penelitian:
Hasil penghitungan SPSS diperoleh angka t penelitian sebesar 1,407.
Menghitung besarnya angka t tabel:
Dengan Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan
ketentuan: DK = n -2, atau 30 - 2 = 28. Dari ketentuan tersebut, diperoleh
angka t tabel sebesar 2,048.
Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar 1,407 <
t tabel sebesar 2,048 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak ada
hubungan linier antara motivasi pegawai dan kinerja pegawai. Besarnya
pengaruh motivasi pegawai ter-hadap kinerja pegawai adalah sebesar 0,280
atau 28,0% yang dianggap tidak signifikan. Hal ini juga sesuai dengan nilai
signifikansi sebesar 0,172 yang lebih besar dari 0,05.
B. Analisis Korelasi
Korelasi antara pola rekrutmen, sistem penggajian, jenjang karier dan
motivasi pegawai dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Correlations Pola Sistem Motivasi
recruitment penggajian Jenjang karir pegawai
Pola recruitment Pearson Correlation 1 ,412* .534**
.634** Sig. (2-tailed) ,024 ,002 ,000
N 30 30 30 30
Sistem penggajian Pearson Correlation ,412* 1 ,285 ,354 Sig. (2-tailed) ,024 ,127 ,055
N 30 30 30 30
Jenjang karir Pearson Correlation ,534** ,285 1 .344 Siq. (2-tailed) ,002 ,127 .062 N 30 30 30 30
Motivasi pegawai Pearson Correlation .634** ,354 .344 1 Siq. (2-tailed) .000 ,055 ,062
N 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
a. Korelasi antara pola rekrutmen dan sistem penggajian
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel pola
rekrutmen dan sistem penggajian sebesar 0,412. Untuk menafsir angka
tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut:
0 - 0,25 : Korelasi sangat le all (dianggap tidak ada)
> 0,25-0,5 : Korelasi cukup
> 0,5 -0,75 : Korelasi kuat
> 0,75 - 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,412 mempunyai maksud hubungan antara variabel pola
rekrutmen dan sistem penggajian cukup kuat dan searah (karena hasilnya positif).
Searah artiiiya jika pola rekrutmen tinggi maka sistem penggajian juga tinggi.
Korelasi dua variabel bersifat sigiiifikan karena angka signifikansi sebesar 0,024 <
0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan.
Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan.
b. Korelasi antara pola rekrutmen dan jenjang karier
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel pola rekrutmen
dan jenjang karier sebesar 0,534. Korelasi sebesar 0,534 mempunyai maksud
hubungan antara variabel pola rekrutmen dan jenjang karier kuat dan searah.
Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,002 <
0,01.
Catatan: angka 0,01 digunakan karena hasil penghitungan SPSS memberikan
angka signifikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan dua bintang (**).
Standar SPSS antara 0,01 sampai dengan 0,05.
c. Korelasi antara sistem penggajian dan jenjang karier
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel sistem
penggajian dan jenjang karier sebesar 0,285. Korelasi sebesar 0,285 mempunyai
maksud hubungan antara variabel sistem penggajian dan jenjang karier cukup kuat
31
dan searah. Korelasi dua variabel tidak bersifat signifikan karena angka
signifikansi sebesar 0,127 < 0,05.
d. Korelasi antara pola rekrutmen dan motivasi pegawai
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel rekrutmen dan
motivasi pegawai sebesar 0,634. Korelasi sebesar 0,634 mempunyai maksud
hubungan antara variabel rekrutmen dan motivasi pegawai kuat dan searah.
Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,00 <
0,01.
Catatan: digunakan angka 0,01 karena hasil penghitungan SPSS memberikan
angka signi-fikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan dua bintang (**).
Standar SPSS antara 0,01 sampai dengan 0,05.
e. Korelasi antara jenjang karier dan motivasi pegawai
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara jenjang karier dan
motivasi pegawai sebesar 0,344. Korelasi sebesar 0,344 mempunyai maksud
hubungan antara variabel jenjang karier dan motivasi pegawai cukup kuat dan
searah. Korelasi dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi
sebesar 0,62 > 0,05.
PERHITUNGAN PENGARUH
a. Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE)
Untuk menghitung pengaruh langsung atau DE, digunakan formula sebagai
berikut:
- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap motivasi
X1 Y1 = 0,590
- Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap motivasi
X2 Y1 = 0,112
- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap motivasi
X3 Y1 = -0,002
- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja
32
X1 Y2 = 0,402
- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja
X3 Y2 = 0,126
- Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja
Y1 Y2 = 0,280
b. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE)
Untuk menghitung pengaruh tidak langsung atau IE, digunakan formula sebagai
berikut:
- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja melalui motivasi
X1 Y1 Y2 = (0,590 x 0,280) = 0,1652
- Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap kinerja melalui
motivasi
X2 Y1 Y2 = (0,112 x 0,280) = 0,03136
- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja melalui motivasi
X3 Y1 Y2 = (-0,002 x 0,280) = -0,00056
c. Pengaruh Total (Total Effect)
- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja melalui motivasi
X1 Y1 Y2 = (0,590 + 0,280) = 0,87
- Penganih variabel sistem penggajian terhadap kinerja melalui
motivasi
X2 Y1 Y2 = (0,112 + 0,280) = 0,392
- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja melalui motivasi
X3 Y1 Y2 = (-0,002 + 0,280) = 0,278
- Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja
X1 Y2 = 0,402
33
- Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja
X3 Y2 = 0,126
- Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja
Y1 Y2 = 0,280
Persamaan struktural untuk model tersebut ialah:
Substruktur 1: Y1 = 0,590X1 + 0,112X2 -0,002X3 + €1
Substruktur 2: Y2 = 0,402X1 + 0,126X2 -0,280X3 + €2
KESIMPULAN
Dari hasil analisis perhitungan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap kinerja pegawai secara langsung
X1
X2
X3
Y1 Y2
€1= 0.587
€2= 0.5827 r X1 X2
0,412
r X3X2
0,285
r X1X3
0,534
p y3X1
0,112
p y2 y1
0,280
p y1X1
0,590
p y1X3
-0,002
p y2X1
0,402
p y2X3
0,126
34
sebesar 0,402.
2. Pengaruh variabel jenjang karier terhadap kinerja pegawai secara langsung
sebesar 0,126.
3. Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja pegawai secara langsung
sebesar 0,280.
4. Pengaruh variabel pola rekruitmen, sistem penggajian, jenjang karier dan
motivasi terhadap kinerja secara gabungan sebesar 0,418.
5. Pengaruh variabel-variabel lain di luar model terhadap kinerja sebesar
0,582.
6. Pengaruh variabel pola rekrutmen terhadap motivasi sebesar 0,590.
7. Pengaruh variabel jenjang karier terhadap motivasi sebesar -0,002.
8. Pengaruh variabel sistem penggajian terhadap motivasi sebesar 0.112.
9. Pengaruh variabel pola rekrutmen, sistem penggajian, dan jenjang karier
secara gabungan terhadap motivasi sebesar 0,413.
10. Pengaruh variabel lain di luar model terhadap motivasi sebesar 0,587.