Upload
doanhanh
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 1
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI
A. Jalaluddin Sayuti
Administrasi Niaga - Politeknik Negeri Sriwijaya
Abstract
In fact, that Indonesian education is 10 ranked of 14 developing countries in Pacific Asia,
and according to the World Competitiveness Year Book, at the moment; Indonesian education is ranked 16 among Asian countries and ranked 160 in the world. Based on
this data, that all Indonesian education institutions should make a plan to self-evaluate,
and answer why our education system is became low level standard than other countries in the world, especially in Pacific Asia region. This evaluation intended in encouraging
our education institution to compete with foreign education institution in global context.
To make it happen the Indonesian education institution suggested changing its paradigm from teacher centre learning to become student centre learning. This paradigm is
teaching learning processes not only using competency based curriculum in focusing to
the student needs, but also more focusing to the outcome based education. This concept is
used applicable teaching materials that designed to collaborate with stakeholders. To make sure that a new paradigm using optimally, all higher education institution
suggested making a new corporate planning. The corporate planning to be planned must
be discussed clearly for three aspects: human resources; organizational climate; and study material used in teaching learning processes.
Key words: corporate planning, outcome based education, and higher education
PENDAHULUAN
Kita saat ini berada pada perubahan di berbagai sektor
terutama sektor ekonomi yang
dipengaruhi oleh bisnis global,
yang berakibat pada sulitnya pembiayaan ekonomi. Perubahan
situasi ini telah mempengaruhi
dunia pendidikan tinggi, baik pendidikan jalur akademik maupun
jalur vokasi seperti Politeknik.
Pengaruh yang tampak terhadap lembaga Pendidikan Tinggi (PT)
kita akibat dari berbagai perubahan
itu diantaranya menurunnya minat
masyarakat untuk memilih jenjang pendidikan jalur akademik pada
beberapa program studi. Di sisi lain seacara nasional mutu lembaga Pendidikan Tinggi
kita masih dalam katagori rendah (World Competitiveness Year Book, April 2009).
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 2
Secara umum setiap program studi pada lembaga pendidikan tinggi saat ini
menghadapi dampak dari berbagai perubahan. Untuk menghadapinya, diperlukan suatu
konsep penataan melalui evaluasi diri agar dapat mengetahui pada posisi mana dan
memiliki apa saja yang dapat diandalkan dalam pendistribusian semua sumber kekuatan program studi yang ada, Selain menghadapi dampak dari berbagai perubahan ini, lembaga
pendidikan tinggi juga mengahadapi pesaing asing tingkat nasional dan global, karena
lembaga pendidikan tinggi asing saat ini bukan hanya mudah di jangkau oleh masyarakat, tapi karen antar negara saat ini seakan tanpa batas, lebih jauh lagi semakin banyaknya
lembaga pendidikan tinggi asing yang membuka cabang atau perwakilan di Indonesia.
Penerapan dan perubahan ekonomi, politik, dan pasar global akan semakin
menyulitkan lembaga pendidikan tinggi kita dalam membendung pengaruh (negatif) persaingan. Untuk mengantisipasinya diperlukan suatu pegangan sebagai petunjuk
pengelolaan semua kekuatan PT, yang di sebut corporate planning yang memuat seluruh
rancangan tentang mau di bawa ke mana suatu program studi di masa yang akan datang dalam rangka menghadapi saingan di era pasar yang semakin global agar tujuan
jurusan/program studi tetap dapat di capai.
Untuk mengarahkan program studi pada sebuah lembaga PT dalam menjalankan kegiatan untuk mencapai tujuannya perlu di buat suatu rencana menyeluruh untuk
mengubah tradisi sistem pembelajaran dari orientasi pada pengajar (teacher oriented
learning) menjadi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student oriented
learning) Artikel ilmiah ini akan menjabarkan secara deskriptif analisis bagaimana menyusun corporate Planning sebagai dasar pijakan menyusun perencanaan strategis dan
perencanaan operasional suatu program studi pada lembaga PT yang berorientasi pada
Outcome Based Learning.
TINJAUAN PUSTAKA
Organisasi dan manajemen tidak dapat dipisahkan, karena organisasi merupakan
wadah untuk mencapai tujuan, sedangkan manajemen adalah cara untuk bagai mana tujuan itu dapat di capai, cara untuk mancapai tujaun itu dilandaskan pada sebuah
rencana. Rencana-rencana dalam organisasi harus di susun secara berurutan dan secara
hirarkis yang teratur untuk saling mendasari antara satu dengan yang lainnya atau rencana harus dijabarkan dan diterjemahkan menjadi rencana yang dapat dioperasionalkan.
Dari berbagai rencana yang ada dalam sebuah organisasi, rencana harus di susun
berdasarkan suatu gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek potensi bagi organisasi itu yang disebut dengan corporate planning. Oleh karena itu coporate
planning diartikan suatu perencanaan jangka panjang yang bersifat menyeluruh dan
strategis untuk merumuskan beberapa strategi dan program pokok alokasi sumber daya
yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu jangka waktu tertentu (Bambang Resmianto:1977, hal: 17). corporate planning juga dijabarkan sebagai proses
menyusun rencana untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui perhitungan semua
sumber daya organisasi dan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakuka. corporate planning merupakan pendekatan formal secara terstruktur untuk
mencapai tujuan dan untuk mengimplementasikan strategi organisasi.
Jadi corporate planning adalah suatu perencanaan jangka panjang yang mengandung unsur-unsur strategik yaitu hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan
organisasi secara keseluruhan, oleh karena itu dalam pengertian tersebut mengandung
unsur-unsur perumusan dari suatu pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
- Kemana organisasi (suatu program studi) diarahkan? - Bagaimana situasi yang dihadapi (suatu program studi) sekarang?
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 3
- Bagaimana organisasi (sebuah program studi) dapat sampai ke tujuan atau
mencapai tujuannya?
Secara terpisah perencanaan diartikan suatu proses untuk menentukan sesuatu yang akan dilakukan dan bagai mana sesuatu itu dilakukan. Sedangkan rencana adalah
suatu statemen atau pedoman bagai mana suatu tujuan dapat di capai ( R. Wayne Mondy:
1988, hal:86). Agar tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah format/statement rencana dapat di capai perlu di buat suatu strategi. Dalam kegiatan manajemen, startegi diartikan
penentuan terhadap tujuan utama jangka panjang dan sasaran-sasaran dari suatu
organisasi dan pemilihan cara-cara bertindak dan pengalokasian sumber-sumber daya
yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut (Kadarman: 1992, hal:48). Jadi strategi ini menyangkut soal pengaturan sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi
agar dalan jangka panjang atau di masa yang akan datang tidak kalah bersaing.
Pengaturan strategi di maksud harus berdasarkan visi dan misi lembaga, adapun yang dimaksud dengan visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan
karakteristik yang ingin di capai oleh suatu lembaga pada masa yang akan datang,
sedangkan misi yaitu tugas pokok yang harus dilaksanakan untuk merealisasikan visi (Ma’mun Sutisna: 2001, hal: 1 – 3). Secara jelas bahwa yang akan dicapai atau tujuan
dari sebuah program studi adalah memiliki alumni yang dapat di terima oleh masyarakat
penguna alumni, karena para alumninya dapat melakukan atau berbuat sesuai dengan
bidnagnya masing-masing. Berkaitan dengan hal ini, maka diperlukan penerapan konsep Outcome Based Learning (OBE) yaitu, suatu metode desain kurikulum pembelajaran
yang berfokus pada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik atau mahasiswa setelah
mereka menyelesaikan studinya (Acharya:2003).
PEMBAHASAN
Setiap organisasi, baik organisasi
bisnis, organisasi sosial maupun organsiasasi pendidikan harus mempunyai
panduan, panduan ini memuat petunjuk-
petunjuk pelaksanaan (skala prioritas) dalam bentuk rencana jangka pendek dan
rencana jangka panjang organisasi atau
panduan ini bisa di sebut Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) yang disusun
untuk suatu kurun waktu tertentu. Konsep
ini di sebut Corporate Planning (CP).
Secara khusus yang tertuang dalam panduan itu harus ada statement visi dan
misi organisasi yang di ikuti dengan
rencana strategis dan rencana oprasional yang akan dijalankan oleh semua unit yang
ada dalam organisasi.
Corporate planning suatu program studi harus disusun berdasarkan pada corporate planning tingkat lembaga, artinya visi
dan misi, perencanaan strategis dan perencanaan operasional program studi harus
merupakan penjabaran atau berdasarkan pada visi dan misi lembaga. Berdasarkan konsep
ini, pertanyaan yang muncul adalah apakah semua program studi suatu lembaga pendidikan tinggi telah memiliki corporate planning, meskipin telah ada visi dan misi
program studi, barang kali statemen visi dan misi yang ada itu perlu di telaah ulang,
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 4
karena bukan hanya keharusan memiliki statement visi dan misi sebagai landasan
adminsitratif ketika akreditasi saja, melainkan saat ini semua program studi yang sedang
menghadapi perubaan global perlu menata atau mereposisi diri yang di mulai dari
menyusun kembali visi dan misinya.
Menyusun Visi dan Misi sebagai Inti Corporate Planning
Visi dan Misi yang akan disepakati oleh suatu program studi pada lembaga pendidikan tinggi harus disusun dan melibatkan semua komponen yang ada pada lembaga
itu, dasar penyusunannya adalah semua kenyataan yang ada di luar organisasi, dan tentu
saja tidak melupakan kenyataan yang ada di dalam organisasi, penyusunannya harus
berpedoman pada tujuan jurusan atau tujuan program studi. Penjabaran visi, harus tergambar dengan jelas sebagai kerangka kegiatan organisasi yang tertuang pada misi,
misi diartikan suatu tugas pokok yang harus dilaksanakan untuk merealisasikan visi
(Ma’mun Sutisna: 2001).
Menyusun Visi
Sebagai bahan kajian, visi yang akan disusun harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini:
Berorientasi pada masa depan
Tidak dibuat berdasarkan trend saat ini
Mengekspresikan kreativitas Berdasarkan pada nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat
Memperhatikan sejarah, budaya dan nilai organisasi
Mempunyai standar yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota lembaga Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi dan citranya
Bersifat ambisius serta menantang segenap anggota lembaga (Lewis dan Smith, 1994
dari Sukisno, disarikan Ma’mun Sutisna, 2001)
Pada sisi lain komponen organisasi yang akan menyusun visi diperlukan mempunyai
kemampuan:
- Memahami secara benar segala sesuatu tertang organisasi - Memperkirakan masa depan organisasi dengan setepat-tepatnya
- Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dan mantap
Untuk organisasi lembaga
pendidikan tinggi, dalam hal ini program
studi, langkah-langkah pemikiran,
perumusan dan penetapan visi sebaiknya di mulai dari:
1. Unsur pimpinan lembaga/jurusan dan
program studi mengadakan perkiraan tentang masa depan dengan tepat atau
setepat-tepatnya.
2. Berdasarkan kenyataan atau statement diatas pimpinan lembaga dimaksud
merumuskan visi.
3. Konsep visi ini di sampaikan kepada
civitas akademika untuk mendapatkan tanggapan 4. Berdasarkan hasil tanggapan pada langkah ke 3 diatas, visi dimantapkan.
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 5
5. Konsep visi yang telah mantap ini di bawa kedalam rapat khusus Majelis Jurusan
untuk disempurnakan dan bila telah dianggap tepat lalu disyahkan.
6. Visi ditetapkan oleh pimpinan lembaga dan pimpinan jurusan dengan surat
keputusan dan dijadikan bagian dari rencana strategis 7. Visi disosialisasikan kepada seluruh unsur civitas akademika, dan juga kepada
masyarakat luar kampus.
Menyusun Misi
Menurut Peter Drucker (dalam Barry C dan Derek L:1993, hal:47) Suatu bisnis
tidak ditentukan oleh nama, dasar hukum, atau undang-undang pembentukannya. Bisnis
ditentukan oleh misi bisnisnya. Hanya rumusan misi dan tujuan organisasi yang jelas yang akan memungkinkan adanya tujuan-tujuan bisnis yang jelas dan wajar. Oleh karena
itu, berkaitan dengan penjelasan sebelumnya bahwa misi merupakan tugas pokok yang
harus dilaksanakan untuk merealisasikan visi, maka statemen misi harus disusun melalui mekanisme yang sama dengan penyusunan visi, hanya saja sebagai pedoman
penyusunannya perlu diperhatikan bahwa misi harus dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini: Keberadaan lembaga (program studi) untuk berbuat apa?
Apa produk atau jasa yang utama dari lembaga?
Siapa konsumen utama dari lembaga?
Mengapa mereka menjadi konsumen utama? Pihak lain mana yang berkepentingan terhadap lembaga?
Apa nilai dasar (core-value) dari lembaga dan harus dipedomani?
Apa yang berbeda pada lembaga saat sekarang dan 5 (lima) tahun ke depan? Mengapa hal itu berbeda?
Apa jenis jasa yang akan diberikan lembaga di masa depan?
Apa yang harus dipersiapkan lembaga untuk mempersiapkan produk baru tersebut?
(Lewis & Smith, 1994, dari Sukisno Liw, disarikan Ma’mun Sutisna, 2001).
Misi yang telah disepakati pada sebuah organisasi, dalam hal ini jurusan atau program
studi sangat bermanfaat untuk: 1. Menentukan bentuk organisasi dengan strukturnya sebagai potret lembaga
2. Menentukan cara kerja organisasi utuk mencapai tujuannya
3. Sifat dan kualitas organisasi untuk memenangkan persaingan 4. Pedoman pencapaian visi sebagai cita-cita yang harus dapat diwujudkan pada
masa yang akan datang.
Menyusun Corporate Planning dan OBE Program Studi Menyadari betapa pentingnya
corporate planning (CP) dan tujuan yang
hendak di capai oleh suatu program studi pada PT, dan telah kita fahami pula bagai
mana rancangan menyusun visi dan misi, dan
bila kita telah anggap selesai (telah ada) visi dan misi, maka selanjutnya kita akan
menyampaikan bagaimana menyusun
corporate planning melalui langkah-langkah
berikut ini:
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 6
1. Pihak manajemen lembaga pendidikan dan manajemen jurusan atau program studi
menyepakati ulang statement visi dan misi program studi serta memasyarakatkannya
kepada civitas akademika.
2. Manajemen jurusan/program studi melakukan analisis terhadap semua aspek yang ada di dalam organisasi program studi, dan dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang
berupa kekuatan-kekuatan (strength) dan kelemahan-kelemahan (weaknesses)
program studi, hal ini di sebut faktor-faktor internal lembaga. Kemudian menganalisis semua aspek yang ada di luar organisasi yang juga dikelompokkan
menjadi dua yaitu yang berupa peluang-peluang (opportunities) pengembangan dan
yang berupa ancaman/tangtangan (threats) dalam melakukan berbagai kegiatan, hal
ini di sebut faktor-faktor eksternal. Kegiataan tahap ini biasa di sebut dengan analisa SWOT. Kegiatan yang paling mendasar pada tahap ini adalah program studi harus
meneliti dan mengkaji ulang pengertian dan asumsi yang digunakan selama ini
dalam membuat berbagai rencana dan kebijakan untuk menjalankan seluruh kegiatan program studi dalam mencapai tujuannya.
Mengkaji ulang seluruh kegiatan atau kenyataan kita secara objektif adalah suatu hal
yang sangat penting, karena: a. Dengan rencana ini keadaan kita bisa terungkap dan kedudukan serta keberadaan
program studi bisa di sadari posisinya di antara lembaga sejenis.
b. Kadang-kadang kita temukan asumsi yang kita gunakan untuk menentukan
perencanaan atau kegiatan sudah menjadi mitos, tidak realistis, karena kondisi dan kenyataan yang sebenarnya sudah berubah.
c. Pengkajian terhadap kondisi sangat subjektif dan ditentukan oleh kita masing-
masing maupun kedudukan kita. Dengan analisa yang tajam dan objektif serta terencana maka akan membantu
mempertajam persepsi kita sehingga penilaian berat sebelah akan dapat dikurangi.
Hasil akhir dari analisis ini adalah sebagai dasar menyusun strategi pengembangan
program studi.
Konsep OBE
Sesungguhnya OBE merupakan tindak lanjut dari penerapan konsep
learning outcome (T. Adesta:2009).
Secara tegas bahwa learning outcome ini merupakan penekanan konsep Kurikulum
Berbasis Kompetensi (Competency
Based Curriculum) atau KBK yang
berarti pembelajaran yang berbasis kompetensi tertentu untuk suatu program
studi. Namun dalam kenyataanya
penerapan konsep KBK tidak dapat di pakai untuk semua profil pendidikan,
terutama sulit diterapkan untuk profil
pendidikan jenjang akademik (Setiaji & Suranto: 2006, dalam T. Adesta: 2009).
Kesulitan pada konsep KBK ini di atasi
dengan konsep OBE. Pemakaian konsep OBE adalah sebagai salah satu jawaban bahwa
konsep-konsep sebelumnya yang cendrung tidak dapat menjawab tantangan lembaga pendidikan dalam menyiapkan peserat didiknya yang aplikatif terhadap lingkungannya.
Tidak aplikatifnya konsep pendidikan terdahulu terlihat bahwa proses pembelajarannya
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 7
menganut orientasi pada pengajar atau menyajikan kurikulum sesuai dengan apa yang di
kuasai pengajar (teacher centred learning), dengan kata lain proses pembelajaran yang
mengabaikan penyiapan peserta didik yang akan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
bidangnya di dalam masyarakat. Oleh karena itu maka konsep OBE lebih ditekankan pada orientasi kebutuhan peserta didik (student centred learning) atau proses pebelajaran
yang berdasarkan pada penguna alumni untuk menjaga kesesuaian antara kompetensi
alumni dengan pengguna alumni. Hal ini akan dapat dicapai bila menggunakan kurikulum yang menekankan pada aspek psikomorik (learn to do).
T. Adesta (2009) mengatakan bahwa untuk melaksanakan konsep OBE diperlukan
beberapa komponen utama yaitu: Programme Educational Objectives (PEO), adalah tujuan spesifik yang konsisten
dengan visi dan misi program studi dalam merspon kebutuhan pemangku
kepentingan (termasuk pengguna alumni), yang menggambarkan harapan keberhasilan lulusan dalam karir dan kehidupan profesional mereka beberapa tahun
setelah menyelesaikan pendidikannya.
Programme Learning Outcome (PLO), yaitu pernyataan yang menggambarkan apa yang diharapkan untuk dapat diketahui, di pahami, dan di capai setelah
mahasiswa/peserta didik menyelesaikan pendidikan. PLO ini berhubungan dengan
skill, knowledge, dan behaviour (attidute) yang diperoleh ketika menempuh program
pendidikan. Couese Learning Outcomes (CLO) adalah pernyataan yang menggambarkan apa
yang diharapkan untuk dapat di ketahui, di pahami, dan dicapai setelah mahasiswa
menyelesaikan suatu mata kuliah
Menyusun Strategi dan Pengembangan Program Studi
Kegiatan pada tahap ini adalah kita harus mengintegrasikan dan menghubungkan
beberapa aspek dasar untuk kemudian diformulasikan ke dalam objektif lalu dirumuskan kedalam strategi untuk mencapai objektif tujuan tersebut. Dalam kaitan dengan
penyusunan strategi ini, tentu saja semua fakta yang ada, baik yang menyangkut kondisi
internal, maupun kondisi eksternal perlu di akomodir. Fakta internal yang pokok adalah menyangkut: penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam kaitan dengan efektifitas
dan relevansi bahan ajar yang berhubungan dengan pencapaian konsep OBE; kesiapan,
keterampilan, dan kecukupan staf pengajar, juga staf administrasi dan teknisi; kecukupan dan kesiapan sarana dan prasarana pengajaran, seperti kelas, laboratorium, dan bengkel.
Sementara itu fakta eksternal yang harus di perhatikan adalah: dukungan pemerintah, baik
pusat maupun daerah dalam rangka memberikan dukungan dan sumbangan terhadap
kemajuan daerah; daya serap dan penerimaan alumni oleh masyarakat pengguna alumni; kegiatan lembaga pendidikan sejenis baik lokal, nasional maupun global; dan
kecenderungan minat calon mahasiswa masuk program studi. Secara skematis
penyusunan strategi dapat gambarkan sebagai berikut:
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 8
Strategi (pengaturan/pemanfaatan) semua sumber daya yang dimiliki program studi dalam rangka mencapai tujuannya dapat diarahkan kepada aspek-aspek sebagai
berikut:
Aspek Sumber Daya Manusia Aspek ini terdiri dari tiga kelompok, yaitu; kelompok dosen, kelompok teknisi,
dan kelompok staf administrasi. Ketiga kelompok ini harus di buat rancangan
pengembangannya secara terarah, maksudnya pengembangan staf/dosen harus diarahkan untuk mengikuti pendidikan lanjut atau pengembangan profesi untuk memiliki sertifikat
keahlian tertentu yang berkaitan dengan peningkatan kualitas program studi, Program
pengembangan yang layak di ikuti adalah seperti pendidkan lanjutan jenjang S2, S3, dan pelatihan atau seminar-seminar, namun bagi staf/dosen yang baru atau yang belum
mengikuti pelatihan metodologi mengajar harus diberikan kepada mereka sebelum
menjalankan tugasnya di dalam kelas. Untuk meperkuat daya saing kelompok staf
pengajar ini, perlu dibentuk kelompok bidang keahlian sebagai dasar pengembangan dan pemberian tugas dan tanggung masing-masing staf pengajar untuk menjalankan tugas-
tugasnya sehari-hari. Dalam rangka pelaksanaan pengembangan staf, atau apabila staf
akan mengikuti suatu program pengembangan/pelatihan (pendidikan lanjut baik yang dibiayai oleh lembaga maupun tidak), sebelum mengikuti kegiatan tersebut harus
mendapat rekomendasi dari ketua program studi atau ketua jurusan terlebih dahulu,
rekomendasi ini didasarkan pada apakah program atau paket pengembangan staf itu sesuai atau dibutuhkan terhadap rencana pengembangan program studi, dalam arti kata
seleksi awal dilaksanakan oleh pimpinan jurusan atau ketua program studi lalu kemudian
izin mengikuti kegiatan dari direktur/pimpinan lembaga, dengan demikian dimungkinkan
bahwa kegiatan pelatihan/ pendidikan atau seminar yang akan di ikuti betul-betul bermanfaat untuk kemajuan program studi. Agar hasil skill and knowledge yang di dapat
oleh staf pengajar dari program pengembangan bermanfaat ganda bagi staf pengajar yang
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 9
lainnya, maka kewajiban membuat laporan dan diseminasi adalah patut dilakukan. Semua
data kegiatan pengembangan staf ini harus tersusun rapi dan mudah diakses apabila akan
di mamfaatkan untuk tujuan penataan kelembagaan. Pengembangan kelompok teknisi
harus diarahkan agar terampil bagaimana cara mengoperasikan dan merawat semua alat yang ada di kelas dan laboratorium. Sementara pengembangan staf administrasi diarahkan
agar performance dan ketrampilan mengolah data lebih mahir dan juga bisa bersikap
sebagai seorang pelayan yang baik terhadap semua civitas akademika, maupun terhadap orang lain yang datang ke program studi, tentunya hal ini dituntut agar dapat memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi semua pihak.
Aspek Bahan Ajar Bahan ajar yang di pakai oleh program studi idealnya mempunyai kompetensi
yang terukur dan berdasarkan konsep OBE, untuk itu semua bahan ajar yang digunakan
harus berdasarkan kurikulum yang dirangkai berdasarkan kenyataan yang ada dalam masyarakat pemakai (industri). Penyusunan kurikulum dapat didasarkan pada alur
analisis sebagai berikut:
Keterangan:
MPK Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
MKB Mata Kuliah Berkarya
MPB Mata Kuliah Prilaku Berkarya
MBB Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat
MKK Mata Keilmuan dan Ketrampilan
Sumber: Kepmen Nomor 232/U/2000 (Diknas)
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 10
Penyusunan bahan ajar yang berdasarkan sumber kompetensi itu diarahkan pada lima
domain pembelajaran dengan porsi persentase yang berbeda, yaitu:
Kelompok Bahan
Kajian dan
Pelajaran
Content Capacity
Building
Domain
Pembelajaran
%
MPK
Learn to Know Kognitif 15 %
MKK
Learn to learn Afectif 10 %
MKB
Learn to do Psikomotorik 40 %
MPB
Learn to behave Afektif 20 %
MBB
Learn to live
together
Kognitif dan
Afektif
15 %
Sumber : Diolah dari bahan pelatihan Manajemen Pendidikan, Politeknik P5D Bandung, Oktober 2001
Untuk menyusun bahan ajar yang standar dalam rangka mencapai konsep OBE, maka kegiatan berawal dari kurikulum. Kurikulum yang akan disusun harus
mengakomodasi porsi domain sebagai mana tersebut diatas. Untuk itu maka setiap
program studi harus memiliki satu tim permanen, yang bertugas untuk memutuskan setiap kebijakan atau perubahan bahan ajar, mereka harus difasilitasi dan diberikan
kewewenangan untuk menata dan menganilisis pemakaian dan perubahan kurikulum dan
bahan ajar dari waktu kewaktu. Sebagai standar untuk merancang pemakai konsep OBE,
maka setiap konsep yang bekaitan dengan proses pembelajaran terutama penyiapan bahan ajarnya, konsep itu harus menjawab beberapa pertanyaan berikut (Acharya (2003):
Apa yang ingin di pelajari oleh peserta didik?
Mengapa mereka ingin mempelajarinya?
Bagaimana kita (lembaga) bisa memfasilitasi atau membantu mereka belajar?
Seberapa jauh kita (lembaga) mengetahui bahwa mereka telah mempelajari
dan memahaminya?
T. Adesta (2009) mengatakan bahwa agar penerapan
konsep OBE dapat berjalan dengan baik diperlukan
instrument sebagai berikut: Department Board Meeting (DBM) yang
beranggotakan semua staf pengajar di
tambah dengan invited person bila
diperlukan. Faculty Board Meeting (FBM) yang
beranggotakan ketua jurusan/ketua
program studi, sekretaris jurusan/sekretaris program studi dan perwakilan staf
pengajar dan merupakan unit tertinggi
dibawah senat untuk memberikan usulan
yang tidak bertentangan dengan fungsi senat.
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 11
Board of Studies (BOS) yang beranggotakan ketua jurusan/ketua program
studi, sekretaris jurusan/sekretaris program studi dan perwakilan staf pengajar
sebagai anggota internal dan anggota eksternal yang diundang dari lembaga
pendidikan lain. External Examiners (EE) beranggota seorang staf pengajar senior dari dalam
negeri dan staf pengajar senior dari yang diangkat dan disetujui oleh senat.
Industrial Advisor (IA), beranggotakan antara 3 (tiga) atau 5 (lima) orang perwakilan dari industry yang telah memiliki cukup pengalaman untuk
memberikan masukan dan umpan balik terhadap suatu program studi.
Dalam melaksanakan konsep OBE, tentu saja perlu di lihat perkembangan dan relevansinya
baik dari aspek bahan ajar yang sesaui dengan
masyarakat pengguna alumni, maupun dari aspek proses pembelajaran yang di ikuti oleh peserta
didik atau mahasiswa dengan penggunaan semua
alat peraga dan media pembelajaran berserta instuksional materialnya yang lengkap.
Menurut Towers (1996), dalam Acharya,
(2003) untuk mengetahui bahwa hal ini sesuai
dengan kondisi pembelajaran yang sedang di ikuti para mahasiswa maka hal-hal berikut ini perlu
diperhatikan:
Apa yang akan di pelajari oleh peserta didik atau mahasiswa harus telah di
identifikasi dengan jelas
Kemajuan belajar mahasiswa dapat di
lihat dari kemampuan mereka menunjukkan kemampuan yang di
dapat
Berbagai bentuk evaluasi yang strategis dalam melihat kemampuan masing-masing mahasiswa perlu di rancang
Waktu yang cukup untuk membantu masing-masing mahasiswa (termsuk
remedial) sangat diperlukan untuk mencapai dan mengembangkan potensi mereka.
Dengan demikian konsep OBE ini adalah konsep yang diterapkan untuk
meninggalkan pola pembelajaran yang bersifat trasional yang bertumpu pada pengajar (teacher centre learning) atau dengan kata lain Konsep OBE adalah konsep pembelajaran
yang harus lebih banyak melibatkan peserta didik atau mahasiswa
(http://personal.kent.edu/-apoliche/obl/htm.). Oleh karena itu konsep OBE ini harus dapat di ukur dalam semua aspeknya, terutama aspek psikomotiknya. Selain itu yang perlu di
perhatikan dalam menjalankan konsep OBE adalah cukupnya waktu untuk melaksnakan
proses pembelajaran pada setiap mata kuliah yang tergambar pada angka kredit poin pada masing-masing mata kuliah itu perlu penyesuaian (http://ww.ncrel.org/
sdrs/areas/issues/envrnmt/go/go4outcm.htm).
Aspek Organisasi dan Manajemen Sebagai wadah mengkoordinasikan semua kegiatan dalam rangka mencapai
tujuan, maka organisasi dan manajemen program studi harus bisa menaungi semua
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 12
aktivitas/kegiatan program studi yang bersangkutan. Penataan organisasi program studi
ini berdasarkan pengelompokan penanganan berbagai sentra kegiatan proses belajar
mengajar dan juga kegiatan lain serta aspek pengembangan staf pengajar yang berkaitan
dengan penerapan Tridharma Perguruan Tinggi yang di kelola oleh program studi dengan berbagai kelompok kegiatan.
Dalam sudut pandang strategi pengembangan organisasi, maka antar setiap
kelompok kerja harus selalu terikat dan berkesinambungan untuk menjaga kesinambungan efektifitas dan relevansi kegiatan dengan pencapaian tujuan kembaga.
Berkaitan dengan menjaga kesinambungan penjacapaian tujuan ini, maka manajemen
harus punya kesadaran untuk membuat formulasi yang tepat pada setiap tugas serta
mengimplementasikannya secara terkoordinasi, dan selanjutnya memonitor semua unit dan kegiatan organisasi secara terus menerus, menurut Thomson (1995) keterkaitan
kegiatan itu dapat digambarkan seperti berikut ini:
Agar implementasi semua kegiatan yang berkesinambungan itu dapat di capai secara
efektif dan efisien, maka perlu berpegang pada prinsip slogan ”KIISS ME”, yaitu: K = Koordinasi
I = Integrasi
I = Implementasi S = Simplikasi
S = Sinkronisasi
ME = Mekanisasi
Adanya pengelompokan aktivitas
kedalam berbagai unit kegiatan yang
berorientasi pada spesialisasi staf pengajar dan semua bentuk kegiatan di bawah
koordinasi serta tanggung jawab ketua
jurusan/ketua program studi, untuk hal-
hal yang sifatnya strategis (seperti memutuskan pengelolaan kelas kerja
sama dan proyek yang ditangani jurusan)
ketua jurusan seharusnya dapat mengambil keputusan bersama-sama
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 13
dengan staf pengajar yang terhimpun dalam Majelis Jurusan. Majelis jurusan adalah
sekelompok staf pengajar yang terdiri dari anggota senat jurusan (ex-officio) dan beberapa
staf senior yang punya kompetensi serta komitmen tinggi untuk kemajuan jurusan. Untuk
menjalankan fungsi ini, tentunya pihak pimpinan lembaga memberikan kewenangan kepada Ketua Jurusan untuk membuat keputusan yang dapat ditindak lanjuti melalui
pintu jurusan untuk berhubungan dengan pihak luar kampus. Dengan demikian struktur
organisasi jurusan yang ada saat ini memerlukan perubahan agar dapat menggambarkan kelompok-kelompok kerja atau pusat kegiatan yang merupakan tempat berhimpunnya staf
pengajar sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing yang akan mengelola
berbagai kegiatan jurusan untuk mencapai tujuan jurusan atau tujuan program studi
sebagai mana disebutkan di atas. Dengan kata lain organisasi program studi harus mengarah pada Flat Organisation Structure sebagai cirri dari organisasi yang modern
atau memperbanyak kelompok kerja operasional yang otonomi. Oleh karena itu struktur
organisasi jurusan yang akan datang dapat berupa:
Keterangan:
Ka Jur : Ketua Jurusan
Sekjur : Sekretaris Jurusan KPS : Ketua Program Studi
Sek PS : Sekretaris Program Studi
KBK : Kelompok Bidang Keahlian
Lab : Laboratorium C1, C2, C3 : Centra Kegiatan atau Badan otonomi Jurusan
Kls Smt : Kelas Semester Ganjil/Genap
PA : Pembimbing Akademik
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 14
KESIMPULAN
Secara nasional lembaga pendidikan tinggi Indonesia saat ini masih memiliki
daya saing yang rendah, hal ini terlihat dari posisi ranking mutu lembaga pendidikan kita berada di bawah Vietnam atau urutan ke 10 dari 14 negara Asia Pasifik. Bila
dibandingkan dengan negara kawasan Asia maka Indonesia hanya berada pada urutan ke
16, bahkan secara global Indonesia berada pada urutan ke 160 diantara negara dunia. Dari kenyataan yang ada kelemahan lembaga pendidikan kita banyak disebabkan oleh sistem
pengelolaan atau dari sisi manajemen, karena pengaturan organisasi dan sistem
pembelajaran yang belum fokus pada out put pendidikan. Dengan kata lain lembaga
pendidikan kita masih banyak yang menganut paradigm lama yaitu pola proses belajar mengajar yang hanya berorientasi pada pengajar (teacher centre). Dalam proses
pembelajaran secara umum perguruan tinggi kita masih menggunakan bahan ajar yang
belum sepenuhnya melibatkan stakeholders atau pihak yang berkepentingan dan pengguna alumni. Demikian juga dengan proses pembelajaran yang di pakai masih
banyak yang belum berorientasi outcome learning. Kelemahan lain dapat di lihat pada
rencana kelembagaan yang belum terkoordinasi antara perencanaan jangka panjang yang memuat visi dan misi dengan kegiatan operasional dalam berbagai aspek, seperti aspek
dari sumber daya manusia; aspek manajemen, dan aspek bahan ajar atau proses
pembelajarannya.
REKOMENDASI
Agar dapat meningkatkan daya saing lembaga pendidikan kita, maka hendaknya
lembaga pendidikan mereposisi diri melalui evaluasi diri untuk menganalisis dan memahami semua kondisi objektif lembaga. Analisis ini seharusnya melibatkan (data)
stakeholders dalam menata organisasi untuk penyusunan corporate planning sebagai
landasan operasional kegiatan lembaga. Pengembangan kelembagaan seharusnya
diarahkan pada student centre melalui penerapan konsep outcome based education. Untuk menjaga berjalannya konsep ini, lembaga pendidikan harus memiliki tim tangguh secara
proporsional dan professional yang diberikan kewenangan untuk melakukan kegiatan
yang bersifat jemput bola.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya C., 2003, Outcome-based Education, http://www.edtl.nus.edu.sg/link/nov2005/ obe.htm, diakses 20 Nopember 2009
Bambang Resmianto Apt, 1987, Coorporate Planning Keterkaitannya dengan Strategic
Paln, Gema Karya, PT. Kimia Farma, Jakarta
Cushway B. dan Lodge D., 1993, Organisational Behaviour and Design, Edisi Indonesia oleh Sularno Tjiptowardoyo, 1995, PT, Alex Media Komputindo, Jakarta
Conny K, Wachyoe, 2001, Strategi Pengembangan Politeknik, P5D Bandung
http://dictionary.bnet.com/definition/coorporate-planning.html, diakses Maret 2009 http://personal.kent.edu/-apoliche/obl/htm., di akses 20 Nopember 2009
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=180388, di akses tanggal 22
Nopember 2009 Ian Hidayat Tjakraatmadja, 2000, Indikasi Permasalahan manajemen Publik Masa lalu,
Studio Manajemen TI – ITB Bandung
Kadarman AM., 1992, Pengantar Manajemen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Makmun Sutisna, 2001, Visi, Misi dan Tujuan Program Studi Perguruan Tinggi, P5D Bandung
Orasi Bisnis Edisi ke-2
CORPORATE PLANNING dan OUTCOME BASED LEARNING PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TINGGI 15
Mondy Wayne R. dkk, 1998, Management Concept and Practice, A Division of Simon
and Schuter, Fourth Edition, USA
Mendiknas, Kepmen No 232/u/2000, Tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi, Jakarta
PT. Kimia Farma, 1987, Majalah Berkala Khusus GK, Tahun SVIII, Jakarta Thompson, J.L., 1995, Strategy in Action, Chapman & Hall, London
T. Adesta, E.Y., 2009, Lulusan Politeknik: Sudahkah sesuai dengan Kebutuhan Tenaga
Kerja di Era Global?, Orasi Ilmiah pada Dies natalis Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang
World Competitiveness Year Book, http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/kualitas-
pendidikan-indonesia-urutan-ke-160-dunia, di akses tanggal 22 Nopember 2009.