12
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Campak Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak. B. Etiologi Campak Virus campak berada di secret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif dalam minimal dalam 4 minggu disimpan dalam temperatur 35 derajat celcius dan beberapa hari pada suhu 0 derajat celcius. Virus tidak aktif pada PH rendah 1. Bentuk Virus Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA) yang merupakan struktur heliks nucleoprotein

CR PJR Morbili.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CR PJR Morbili.docx

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Campak

Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh

infeksi virus yang umumnya menyerang anak.

B. Etiologi Campak

Virus campak berada di secret nasofaring dan di dalam darah, minimal

selama masa tunas dan dalam waktu yang singat sesudah timbulnya ruam.

Virus tetap aktif dalam minimal dalam 4 minggu disimpan dalam

temperatur 35 derajat celcius dan beberapa hari pada suhu 0 derajat

celcius. Virus tidak aktif pada PH rendah

1. Bentuk Virus

Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat

dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh

selubung selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di

dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong terdiri

dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA) yang

merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Pada

selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek. Salah satu protein

yang berada di selubung luar berfungsi sebagai hemaglutinin.

2. Ketahanan Virus

Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.

Apabila berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal.

Pada temperature kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya

setelah 3-5 hari, pada suhu 37 derajat celcius waktu paruhnya usianya

2 jam, sedangkan pada suhu 56 derajat celcius hanya satu jam.

Page 2: CR PJR Morbili.docx

Sebaliknya virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin. Pada suhu

-70 derajat celcius dengan media protein dapat hidup selama 5,5 tahun,

sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-6 derajat celcius,

dapat hidup selama 5 bulan. Tetapi bila tanpa media protein, virus ini

hanya mampu bertahan selama 2 minggu dan dapat dengan mudah

dihancurkan oleh sinar ultraviolet.

3. Struktur Antigenik

Virus campak menunjukkan antigenitas yang homogen, berdasarkan

penemuan laboratorik dan epidemiologic. Infeksi dengan virus campak

merangsang pembentukan neutralizing antibody, complement fixing

antibody dan hemaglutinine inhibition antibody. Imunoglobin kelas

IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama-sama

diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah

21 hari. Kemudian Ig M menghilang dengan cepat sedangkan IgG

menunjukkan jumlahnya terukur. Keberadaan imunoglobin kelas IgM

menunjukkan pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapatkan

vaksinasi, sedangkan IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi

walaupun sudah lama. Antibodi IgA sekretori dapat dideteksi dari

secret nasal dan terdapat di seluruh saluran nafas.

C. Manifestasi Klinik

Penyakit campak terdiri dari 4 stadium, yaitu:

1. Stadium Masa Tunas

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12

hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi

yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.

Page 3: CR PJR Morbili.docx

2. Stadium Kataral (Prodormal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala

demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.

Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul

eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih

kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal

yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4

dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut.

Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering

didiagnosis sebagai influenza.

3. Stadium Erupsi

Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi

adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di

palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.

Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai

naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di

bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal,

muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen

dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan

akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam

2-3 hari.

4. Stadium Konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri.

Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula

kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal

kecuali bila ada komplikasi.

Page 4: CR PJR Morbili.docx

D. Epidemiologi

Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak

menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi

(0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak

usia 1-4 tahun (0,77%).

Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara sedang

berkembang. Di Indonesia penyakit campak sudah lama dikenal. Di masa

lampau campak dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap

anak, sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka

beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam

sudah keluar. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam yang keluar

semakin baik. Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat

keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit campak akan berbahaya

bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul di dalam rongga

tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru, perut atau usus. Hal ini akan

menyebabkan anak sesak nafas atau diare yang dapat menyebabkan

kematian.

Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah

terserang penyakit campak walaupun yang dilaporkan hanya sekitar

30.000 kasus per tahun. Hasil survey prospektif oleh badan Litbangkes di

Sukabumi tahun 1982 menunjukkan CFR campak pada anak balita sebesar

0,64%.

Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan

terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya

dalam program imunisasi. Di daerah transmigrasi sering terjadi wabah

dengan angka kematian yang tinggi. Di daerah perkotaan khusus, kasus

campak tidak terlihat kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini tidak berarti

bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah urban yang padat dan

kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat menular

Page 5: CR PJR Morbili.docx

seperti campak. Daerah seperti ini dapat merupakan sumber kejadian luar

biasa penyakit campak.

E. Patogenesis

Penularan campak terjadi secara droplet memalui udara, sejak 1-2 hari

sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Virus

masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel

mononuklear, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Di sini

virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah

penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear

yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel

warthin), sedangkan limfosit-T yang rentan terhadap infeksi turut aktif

membelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masi belum diketahui secara

lengkap, tetapi 5-6 hari setalah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi

yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke

permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung

kemih dan usus.

Pada hari ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan

konjungtiva, akan menybabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai 2

lapis sel. Pada saat itu dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh

darah dan meimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali

dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak

merah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada

sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam

tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecill pada

mukosa pipi yang disebut bercak koplik, yang dapat tanda pasti untuk

menegakkan diagnosis.

Page 6: CR PJR Morbili.docx

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed

hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada

hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat

dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang

mengalami defisit sel-T.

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan

memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa

bronkopneuminia, otitis media dan lain-lain.

F. Penyulit

a. Laringitis akut

b. Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.

Ditandai dengan batuk, menigkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki

basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala

pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut

sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pda saat yang

diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat

diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi

pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus . gambaran infiltrat pada

foto toraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis.

c.Kejang demam

d. Ensefalitis

e. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)

f. Otitis media

g. Enteritis

h. Konjungtivitis

i. Adenitis servikal

j. Purpura trombositopenik dan non-trombositopenik

k. pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus dan kelainan

kongenital pada bayi

Page 7: CR PJR Morbili.docx

l. Aktivasi tuberkulosis

m. Pneumomediastinal

n. Emfisema subkutan

o. Apendisitis

p. gangguan gizi sampai kwasiorkor

q. Infeksi piogenik pada kulit

r. Kankrum oris (noma)

G. Pengobatan

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan

cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat asimtomatik,

dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan

bila diperlukan. Sedangkan campak denang penyulit perlu dirawat inap. Di

rumah sakit pasien campak dirawat diabngsalisolasi sitem pernafasan,

diperlukan vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila

terdapat mal nutrisi dilanjutkan 1500 IU per oral tiap hari.

Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi

penyulit yang timbul, yaitu :

Bronkopenumonia

Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena

dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam

4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per

oral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila diccurigai

infeksi spesifik maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali

(3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif

(anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed

hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.

Enteritis

Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan

intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi.

Page 8: CR PJR Morbili.docx

Otitis Media

Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu

diberikan antibiotic kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari

dibagi dalam dua dosis)

Ensefalopati

Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga ¾ kebutuhan untuk

mengurangi edema di otak, di samping pemberian kortikosteroid. Perlu

dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

H. Pencegahan