II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Campak
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh
infeksi virus yang umumnya menyerang anak.
B. Etiologi Campak
Virus campak berada di secret nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singat sesudah timbulnya ruam.
Virus tetap aktif dalam minimal dalam 4 minggu disimpan dalam
temperatur 35 derajat celcius dan beberapa hari pada suhu 0 derajat
celcius. Virus tidak aktif pada PH rendah
1. Bentuk Virus
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat
dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh
selubung selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di
dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong terdiri
dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA) yang
merupakan struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Pada
selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek. Salah satu protein
yang berada di selubung luar berfungsi sebagai hemaglutinin.
2. Ketahanan Virus
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.
Apabila berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal.
Pada temperature kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya
setelah 3-5 hari, pada suhu 37 derajat celcius waktu paruhnya usianya
2 jam, sedangkan pada suhu 56 derajat celcius hanya satu jam.
Sebaliknya virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin. Pada suhu
-70 derajat celcius dengan media protein dapat hidup selama 5,5 tahun,
sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-6 derajat celcius,
dapat hidup selama 5 bulan. Tetapi bila tanpa media protein, virus ini
hanya mampu bertahan selama 2 minggu dan dapat dengan mudah
dihancurkan oleh sinar ultraviolet.
3. Struktur Antigenik
Virus campak menunjukkan antigenitas yang homogen, berdasarkan
penemuan laboratorik dan epidemiologic. Infeksi dengan virus campak
merangsang pembentukan neutralizing antibody, complement fixing
antibody dan hemaglutinine inhibition antibody. Imunoglobin kelas
IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama-sama
diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah
21 hari. Kemudian Ig M menghilang dengan cepat sedangkan IgG
menunjukkan jumlahnya terukur. Keberadaan imunoglobin kelas IgM
menunjukkan pertanda baru terkena infeksi atau baru mendapatkan
vaksinasi, sedangkan IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi
walaupun sudah lama. Antibodi IgA sekretori dapat dideteksi dari
secret nasal dan terdapat di seluruh saluran nafas.
C. Manifestasi Klinik
Penyakit campak terdiri dari 4 stadium, yaitu:
1. Stadium Masa Tunas
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12
hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi
yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.
2. Stadium Kataral (Prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala
demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih
kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal
yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4
dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza.
3. Stadium Erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi
adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di
palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.
Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai
naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di
bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal,
muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen
dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan
akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam
2-3 hari.
4. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri.
Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula
kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal
kecuali bila ada komplikasi.
D. Epidemiologi
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi
(0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak
usia 1-4 tahun (0,77%).
Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara sedang
berkembang. Di Indonesia penyakit campak sudah lama dikenal. Di masa
lampau campak dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap
anak, sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka
beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam
sudah keluar. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam yang keluar
semakin baik. Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat
keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit campak akan berbahaya
bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul di dalam rongga
tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru, perut atau usus. Hal ini akan
menyebabkan anak sesak nafas atau diare yang dapat menyebabkan
kematian.
Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah
terserang penyakit campak walaupun yang dilaporkan hanya sekitar
30.000 kasus per tahun. Hasil survey prospektif oleh badan Litbangkes di
Sukabumi tahun 1982 menunjukkan CFR campak pada anak balita sebesar
0,64%.
Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan
terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya
dalam program imunisasi. Di daerah transmigrasi sering terjadi wabah
dengan angka kematian yang tinggi. Di daerah perkotaan khusus, kasus
campak tidak terlihat kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini tidak berarti
bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah urban yang padat dan
kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat menular
seperti campak. Daerah seperti ini dapat merupakan sumber kejadian luar
biasa penyakit campak.
E. Patogenesis
Penularan campak terjadi secara droplet memalui udara, sejak 1-2 hari
sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Virus
masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel
mononuklear, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Di sini
virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear
yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel
warthin), sedangkan limfosit-T yang rentan terhadap infeksi turut aktif
membelah.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masi belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari setalah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi
yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke
permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung
kemih dan usus.
Pada hari ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menybabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai 2
lapis sel. Pada saat itu dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh
darah dan meimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali
dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak
merah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada
sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecill pada
mukosa pipi yang disebut bercak koplik, yang dapat tanda pasti untuk
menegakkan diagnosis.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada
hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat
dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami defisit sel-T.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneuminia, otitis media dan lain-lain.
F. Penyulit
a. Laringitis akut
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.
Ditandai dengan batuk, menigkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki
basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala
pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut
sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pda saat yang
diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat
diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi
pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus . gambaran infiltrat pada
foto toraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis.
c.Kejang demam
d. Ensefalitis
e. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
f. Otitis media
g. Enteritis
h. Konjungtivitis
i. Adenitis servikal
j. Purpura trombositopenik dan non-trombositopenik
k. pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus dan kelainan
kongenital pada bayi
l. Aktivasi tuberkulosis
m. Pneumomediastinal
n. Emfisema subkutan
o. Apendisitis
p. gangguan gizi sampai kwasiorkor
q. Infeksi piogenik pada kulit
r. Kankrum oris (noma)
G. Pengobatan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat asimtomatik,
dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan
bila diperlukan. Sedangkan campak denang penyulit perlu dirawat inap. Di
rumah sakit pasien campak dirawat diabngsalisolasi sitem pernafasan,
diperlukan vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila
terdapat mal nutrisi dilanjutkan 1500 IU per oral tiap hari.
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi
penyulit yang timbul, yaitu :
Bronkopenumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam
4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per
oral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila diccurigai
infeksi spesifik maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali
(3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif
(anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed
hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.
Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi.
Otitis Media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotic kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari
dibagi dalam dua dosis)
Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga ¾ kebutuhan untuk
mengurangi edema di otak, di samping pemberian kortikosteroid. Perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
H. Pencegahan