Upload
trinhdiep
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PENJUALAN KONSINYASI PADA APOTEK JAMBAK PALEMBANG
Sri Winarni. Kiki Ameliawin [email protected]
Staf Pengajar Politeknik Darussalam dan Mahasiswi
Setelah dilakukan pemisahan pencatatan antara pencatatan reguler dengan pencatatan konsinyasi maka, Apotek Jambak Palembang akan lebih mudah melakukan penilaian terhadap penjualan reguler dan konsinyasi per tahunnya. Dengan demikian apotek dapat memfokuskan tingkat penjualan mana yang lebih tinggi antara penjualan reguler dan penjualan konsinyasi. Dari permasalahan yang dihadapi apotek tersebut sebaiknya, apotek melakukan pemisahan pencatatan penjualan reguler dan penjualan konsinyasi. Dengan menggunakan pencatatan terpisah akan memudahkan dalam proses pengecekan, dalam penyusunan laporan penjualan dan dapat melihat pendapatan atau laba yang diperoleh dari penjualan konsinyasi.
Kata Kunci : Penjualan Konsinyasi, Penjualan Reguler, Pencatatan terpisah
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia industri yang semakin meningkat dari waktu kewaktu baik dari
aspek manajemen maupun teknologi menuntut perusahaan untuk menciptakan inovasi-inovasi
terbaru agar lebih unggul dibandingkan dengan para pelaku bisnis lainnya dan lebih baik dari
segi kualitasnya. Dalam masa perekonomian yang semakin berkembang perusahaan menemui
kesulitan dalam memasarkan barang dagangan dan dihadapkan berbagai masalah, antara lain :
persaingan dari perusaahaan sejenis, kejenuhan pasar dan lain-lain yang akan menambah
kesulitan perusahaan yang bersangkutan. Berbagai cara untuk memasarkan produk telah
dilakukan oleh perusahaan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut dapat
ditempuh dengan melakukan penjualan konsinyasi. Penjualan konsinyasi merupakan suatu
jenis penjualan yang dilakukan dengan cara menitipkan sejumlah barang kepada pihak lain
dengan memberikan komisi kepada pihak yang menjualkan.
Penjualan yang dilakukan dengan cara konsinyasi akan lebih memudahkan perusahaan
dalam memasarkan produk-produknya. Hal tersebut dikarenakan dengan penjualan cara
konsinyasi banyak pihak yang akan menjadi mitra perusahaan. Dengan demikian daerah-
daerah yang akan menjadi tujuan pemasaran produk perusahaan akan lebih mudah dijangkau,
karena sudah memiliki mitra kerja sama dalam memasarkan barang-barang perusahaaan.
Dalam menjalankan usaha konsinyasi perlakuan akuntansi berbeda dengan perusahaan
umum, karena pencatatan transaksi penjualan barang konsinyasi memiliki dua metode
pencatatan yaitu metode pencatatan terpisah dan metode pencatatan tidak terpisah. Perusahaan
yang semakin berkembang atau semakin besar, akan membutuhkan akuntansi sebagai alat
untuk mengontrol atau mengendalikan keuangan perusahaan dan dapat memberikan informasi
keuangan kepada semua pihak yang membutuhkan. Perusahaan dalam menyajikan informasi
keuangan perlu memperhatikan cara penyajian termasuk pula pemilihan dan pemakaian
metode-metode yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan.
Dalam hal metode pencatatan atas transaksi penjualan konsinyasi terdapat prosedur-
prosedur pembukuan tersendiri yang biasanya diikuti oleh pihak pemilik barang atau
konsinyor. Pada prinsipnya pendapatan dalam konsinyasi diakui pada saat penjualan terhadap
barang-barang konsinyasi dilakukan oleh pihak penjual barang atau konsinyi kepada pihak
ketiga atau konsumen. Jika konsinyor membutuhkan laporan penjualan atas penjualan barang-
barang konsinyasi, maka pencatatannya harus diselenggarakan secara terpisah dari transaksi
penjualan reguler.
Perbedaan yang mendasar antara transaksi penjualan biasa atau reguler dengan
transaksi penjualan konsinyasi, yaitu dalam hubungannya dengan penyerahan hak atas barang
yang bersangkutan. Dalam transaksi penjualan biasa, hak atas barang berpindah kepada
pembeli pada saat penyerahan barang, sedangkan dalam transaksi konsinyasi, meskipun telah
terjadi perpindahan atau penyerahan barang dan perpindahan terhadap pengelolaan dan
penyimpanan barang kepada konsinyi, hak milik atas barang yang bersangkutan masih tetap
berada pada konsinyor. Hak milik barang akan berpindah dari konsinyor apabila konsinyi
telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga atau konsumen.
Dalam transaksi penjualan secara konsinyasi, biasanya perusahaan melakukan
pencatatan penjualan secara terpisah dengan penjualan reguler. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadinya kekeliruan atau kesalahan dalam pencatatan penjualan dan dapat mempermudah
dalam pengendaliannya.
Salah satu usaha yang berkaitan dengan penjualan konsinyasi yaitu apotek. Dalam hal
ini apotek sebagai pihak konsinyi yang dititipi barang-barang konsinyasi yaitu berupa obat-
obatan oleh konsinyor atau produsen obat untuk menjualkan barangnya.
Apotek Jambak Palembang merupakan salah satu institusi bisnis yang melakukan
penjualan secara konsinyasi. Hal ini dikarenakan banyaknya para distributor obat yang ingin
memperluas penjualan dan memperkenalkan produk baru atau produk yang belum banyak
dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Apotek Jambak Palembang perlu menerapkan
pencatatan penjualan konsinyasi yang baik agar tidak terjadinya kesalahan dan kekeliruan
dalam pencatatan.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Analisis Penerapan Akuntansi atas Penjualan Konsinyasi pada Apotek Jambak
Palembang.”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah : Bagaimana
penerapan Akuntansi atas Penjualan Konsinyasi pada Apotek Jambak Palembang.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui metode pencatatan akauntansi untuk penjualan konsinyasi yang digunakan
Apotek Jambak Palembang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi
Dalam dunia usaha, ilmu akuntansi memegang peranan yang sangat penting dalam
menjalankan operasi perusahaan tersebut, apabila ilmu akuntansi pada perusahaan diterapkan
dengan baik, maka perusahaan dapat lebih profesional dan bijaksana dalam pengambilan
keputusan agar keputusan yang diambil benar-benar menunjang keberhasilan usaha.
Pengertian akuntansi menurut Baridwan(2006:1).
Akuntansi adalah “Suatu kegiatan jasa yang fungsinya adalah menyediakan jasa
kuantitatif terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari
suatu keadaan.
Menurut Sugiarto (1999:4) akuntansi dapat didefinisikan dari dua segi yaitu: Pertama
dari segi ilmu akuntansi yang berarti keseluruhan pengetahuan yang bersangkutan dengan
fungsi menghasilkan informasi keuangan suatu unit organisasi kepada pihak yang
berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Kedua dari segi proses atau
kegiatannya akuntansi dapat diartikan sebagai kegiatan pencatatan, penyortiran,
penggolongan, pengikhtisaran, peringkasan dan penyajian transaksi keuangan suatu unit
organisasi dengan cara tertentu.
Berdasarkan dari pengertian akuntansi diatas, dapat dinyatakan bahwa akuntansi
sebagai aktifitas jasa yang menyediakan data atau informasi kuantitatif mengenai keuangan
dari suatu kesatuan agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Pengertian Penjualan Konsinyasi
Penjualan merupakan sumber pendapatan bagi perusahaan dalam bidang perdagangan.
Keberhasilan perusahaan dilihat dari hasil usahan perusahaan tersebut dalam melakukan
usahanya.
Penjualan merupakan aktivitas utama perusahaan. Besarnya pendapatan perusahaan
sangat ditentukan oleh besar kecilnya penjualan. Kegiatan penjualan berhubungan erat dengan
kegiatan marketing atau pemasaran.
Penjualan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terpadu untuk
mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan
dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
Konsinyasi menurut Drebin (1999:158) adalah :
“Berkaitan dengan penyerahan fisik barang-barang oleh pihak pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual, secara hukum dapat dinyatakan bahwa hak atas barang-barang ini tetap berada ditangan pemilik sampai barang-barang ini dijual oleh pihak agen penjual. Penyerahan ini disebut konsinyasi.
Menurut Maria (2011:16) definisi konsinyasi adalah” Suatu perjanjian dimana salah
satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang tertentu untuk dijualkan
dengan memberikan komisi tertentu”.
Dari pengertian di atas ada dua pihak yang melakukan perjanjian ini, yaitu :
1. Pihak pemilik atau orang yang menyerahkan barang atau yang disebut dengan konsinyor.
2. Pihak yang menerima barang atau yang menjualkan barang yang disebut dengan konsinyi.
Penjualan konsinyasi menurut Arifin (2002:147) “Merupakan suatu jenis penjualan
dengan cara menitipkan barang dagangan ke pihak lain untuk dijualkan”.
Akuntansi Penjualan Konsinyasi
Menurut Suginto (2001:68) Akuntansi penjualan konsinyasi adalah:
Pada dasarnya akuntansi penjualan konsinyasi sama saja dengan penjualan reguler. Pengakuan atas adanya penjualan diberikan jika pihak konsinyi telah mengirimkan nota penjualan pada konsinyor. Penyerahan barang pada konsinyi hanya sekedar penitipan, tanpa adanya perpindahan hak milik dan pengakuan penjualan.
Akuntansi Penjualan Konsinyasi, Metode pencatatan yang dapat dipakai baik oleh
konsinyor (consignor) maupun konsinyi (consignee) ada dua yaitu, Metode Terpisah dan
Metode Tidak Terpisah.
1. Metode Terpisah
Dalam metode terpisah laba atau rugi dari penjualan konsinyasi disajikan secara
terpisah dengan laba atau rugi penjualan biasa atau penjualan lainnya. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar pada akhir periode dapat diketahui berapa laba atau rugi yang diperoleh
dari penjualan konsinyasi dan berapa laba atau rugi yang diperoleh dari penjualan lainnya.
2. Metode Tidak Terpisah
Dalam metode tidak terpisah laba atau rugi dari penjualan konsinyasi tidak dipisahkan
dengan laba atau rugi dari penjualan biasa atau penjualan lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan pada akhir periode perusahaan tidak dapat mengetahui berapa laba atau rugi
yang diperoleh dari penjualan konsinyasi dan berapa laba yang diperolah dari penjualan biasa
atau penjualan lainnya. Untuk tujuan pengendalian intern sebaiknya perusahaan tidak
menggunakan metode ini.
Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi terhadap barang konsinyasi baik
yang diselenggarakan oleh pihak konsinyor (consignor) maupun pihak konsinyi (consignee),
maka berikut ini dijelaskan Akuntansi yang diselenggarakan oleh masing-masing pihak.
Akuntansi untuk Konsinyor
3Metode Laba Terpisah
Didalam metode ini, laba atau rugi yang berasal dari penjualan konsinyasi dicatat
terpisah dengan laba atau rugi dari penjualan reguler. Pencatatan dengan metode ini akan
memunculkan rekening barang konsinyasi atau konsinyasi keluar. Rekening ini digunakan
untuk menampung seluruh transaksi yang terjadi pada barang titipan.
Rekening ini akan didebit untuk harga pokok terhadap barang yang dikirim, biaya
pengiriman barang-barang konsinyasi dan biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi
yang dibayar oleh konsinyi akan tetapi ditanggung oleh konsinyor. Sebaliknya rekening ini
akan dikredit untuk mencatat hasil penjualan barang-barang konsinyasi.
Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh pengamanat atau konsinyor hanya
mencakup empat transaksi, yaitu :
Tabel.1Pencatatan Konsinyor dengan Metode Laba Terpisah
Transaksi Ayat Jurnal
1. Pengiriman barang konsinyasi. Barang konsinyasi-pengiriman barang xxx
Persediaan xxx
2. Pembayaran biaya angkut barang konsinyasi.
Barang konsinyasi-biaya angkut xxx
Kas xxx
3. Menerima laporan pertanggung jawaban yang berisi penjualan, biaya dan pendapatan yang akan diterima dari konsinyi.
Piutang konsinyi xxx
Barang konsinyasi-biaya komisi xxx Barang konsinyasi-penjualan xxx
4. Menerima pembayaran dari kosinyi.
Kas xxx
Piutang-konsinyi xxx
Sumber : Maria Evi (2011)
Setelah akhir periode, perusahaan melakukan penutupan untuk semua rekening
nominal dan rekening barang konsinyasi, kemudian selisihnya diakui pada rekening laba atau
rugi konsinyasi. Setelah itu barulah laba atau rugi konsinyasi ditransfer ke rekening iktisar
laba atau rugi untuk digabungkan dengan laba atau rugi penjualan reguler.
Metode Tidak Terpisah
Di dalam metode ini laba atau rugi dari kegiatan konsinyasi tidak dipisahkan dengan laba atau
rugi dari kegiatan reguler. Pada motode ini, konsinyor tidak membuat rekening tersendiri
untuk mencatat transaksi atas barang titipan. Transaksi atas barang titipan dicatat layaknya
seperti transaksi penjualan biasa. Untuk barang titipan yang belum terjual oleh konsinyi tetap
diperlakukan sebagai persediaan barang di gudang sendiri. Pada akhir periode perusahaan
harus melakukan penutupan untuk rekening nominal.
Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh pengamanat hanya mencakup tiga
transaksi, yaitu :
Tabel. 2
Pencatatan Konsinyor dengan Metode Laba tidak Terpisah
Transaksi Ayat Jurnal
1. Pembayaran biaya angkut barang konsinyasi.
Biaya angkut xxx Kas xxx
2. Menerima laporan pertanggung jawaban yang berisi penjualan, biaya dan pendapatan yang akan diterima dari konsinyi.
Piutang konsinyi xxxBiaya komisi xxx Penjualan xxxDan Harga pokok penjualan xxx Persediaan xxx
3. Menerima pembayaran dari konsinyi.
Kas xxx Piutang – konsinyi xxx
Sumber : Maria Evi ((2011)
Akuntansi Untuk Konsinyi
Metode Laba Terpisah
Pencatatan dengan metode ini akan memunculkan rekening konsinyasi masuk atau
barang komisi. Rekening ini akan didebet untuk mencatatan biaya-biaya yang ditanggung
konsinyor ( jadi dalam pencatatan tidak dibuat rekening biaya secara terpisah), mencatat
pengiriman uang ke konsinyor, mencatat penerimaan komisi dari konsinyor dan mencatat
pengembalian barang yang terjual sebelumnya. Sebaliknya rekening ini akan dikredit untuk
pencatatan penjualan barang-barang konsinyasi dan pendapatan lain yang berhubungan
dengan barang konsinyasi.
Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh konsinyi hanya mencakup empat
transaksi, yaitu :
Tabel. 3Pencatatan Konsinyi dengan Metode Laba Terpisah
Transaksi Ayat Jurnal
1. Membayar biaya angkut atau perakitan.
Barang konsinyasi xxx Kas xxx
2. Menjual barang konsinyasi Kas xxx Barang konsinyasi xxx
3. Mengirimkan laporan pertanggung jawaban dan mengakui pandapatan konsinyasi.
Barang konsinyasi xxx Utang-konsinyor xxxdanBarang konsinyasi xxx Pendapatan konsinyasi xxx
4. Mengirim pembayaran kepada konsinyor.
Utang-konsinyor xxx Kas xxx
Sumber : Maria Evi ((2011)
Setelah akhir periode, perusahaan melakukan penutupan untuk semua rekening
nominal, kemudian selisihnya ditransfer ke rekening laba atau rugi konsinyasi. Setelah itu
barulah laba atau rugi konsinyasi ditransfer ke rekening iktisar laba atau rugi untuk
digabungkan dengan laba atau rugi penjualan reguler.
Metode Laba Tidak Terpisah
Dalam pencatatan dengan metode ini, penjualan barang titipan akan dicatat dalam
rekening penjualan. Namun sebaliknya konsinyi harus segera mengakui adanya pembelian
atau harga pokok penjualan atas barang yang terjual tersebut.
Dalam pencatatan ini muncul rekening kontra utang pada konsinyor yang akan
digunakan untuk mendebit pembelian atau HPP (dicatat sebesar jumlah yang harus disetor
kepada konsinyor untuk barang-barang yang dijual). Sebaliknya rekening ini akan didebit
untuk mencatat biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan barang-barang konsinyasi.
Dengan prosedur ini, maka besarnya jumlah yang harus disetor kepada konsinyor
tercermin pada saldo utang-konsinyor tersebut. Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh
konsinyi mencakup tiga transaksi, yaitu :
Tabel. 4Pencatatan Konsinyi dengan Metode Laba tidak Terpisah
Transaksi Ayat Jurnal1. Membayar biaya angkut. Utang-konsinyor xxx
Kas xxx2. Menjual barang konsinyasi. Kas xxx
Penjualan xxxdanpembelian xxx utang-konsinyor xxx
3. Mengirim pembayaran kepada konsinyor.
Utang-konsinyor xxx Kas xxx
Sumber : Maria Evi ((2011)
Pada akhir periode, perusahaan harus melakukan penutupan semua rekening nomonal
kemudian selisihnya ditransfer ke rekening iktisar laba/rugi.
METODE PENELITIANJenis Penelitian
Suprapto (2004:12) menjelaskan tentang pembagian jenis penelitian menurut
tempatnya antara lain :
1. Riset lapangan (Field Research)Field Research adalah riset yang dilakukan dengan mendatangi langsung rumag tangga atau perusahaan-perusahaan dan instansi-instansi atau tempat-tempat lainnya.
2. Riset kepustakaan (Library Research)Library Research adalah riset dimana dilakukan dengan membaca buku-buku atau majalah-majalah serta literature dari sumber data lainnya yang berhubungan dengan pengumpulan data.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Menurut Suliyanto (2006:131) data primer dan data sekunder dapat diartikan
sebagai berikut :
1. Data PrimerData Primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi langsung dari objek yang diteliti.
2. Data SekunderData Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi. Data telah dikumpulkan oleh pihak atau instansi lain.
Teknik Pengumpulan Data
Data adalah sesuatu yang telah terjadi dan dapat dijadikan fakta atau bukti untuk
mendukung analisis terhadap permasalahan yang dibahas.
Menurut Rachmatul (2001) Teknik-Pengumpulan Data sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam penelitian untuk
mengumpulkan dokumen yang tersedia sebagai sumber informasi untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
2. Wawancara
Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan mewawancarai langsung atau
bertanya langsung kepada pimpinan atau narasumber yang berwenang untuk mendapatkan
informasi dan data-data yang diperlukan dalam peulisan laporan akhir ini.
3. Observasi
Observasi yaitu metode dengan mengadakan penelitian langsung dengan objek yang
diteliti.
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi.
Kerangka berfikir
Konsinyasi merupakan suatu cara penjualan barang dagangan dengan menitipkan
barang tersebut kepada pihak tertentu untuk dijual. Adapun pengertian konsinyasi menurut
Arifin (2002:147) adalah “merupakan suatu jenis penjualan dengan cara menitipkan barang
dagangan ke pihak lain untuk dijualkan”.
Sebagai konsinyi sehubungan dengan pencatatan akuntansi konsinyasi terdapat dua
metode pencatatan. Metode pencatatan dimaksud yaitu metode pencatatan terpisah dan
metode pencatatan tidak terpisah.
Pada metode laba terpisah pencatatan akan memunculkan rekening konsinyasi masuk.
Rekening ini akan didebit untuk mencatat biaya-biaya yang ditanggung konsinyor, mencatat
pengiriman uang ke konsinyor, mencatat penerimaan komisi dari konsinyor dan mencatat
pengembalian barang yang tidak laku terjual sebelumnya. Sebaliknya rekening ini akan
dikredit untuk pencatatan penjualan barang-barang konsinyasi dan pendapatan lain yang
berhubungan dengan barang konsinyasi.
Pada metode laba tidak terpisah pencatatan penjualan barang titipan atau konsinyasi
akan dicatat dalam rekening penjualan. Konsinyi juga harus segera mengakui adanya
pembelian atau harga pokok penjualan atas barang yang dijual tersebut.
Pencatatan yang biasa dibuat pada buku konsinyi jika transaksi konsinyasi tidak
diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan biasa reguler.
Penyerahan barang kepada pihak konsinyi.
Disini pihak konsinyi mencatat barang konsinyasi dengan ayat jurnal memorandum.
Beban pihak konsinyi ditetapkan pada pihak konsinyor.
Pihak konsinyi mendebet perkiraan pihak konsinyor untuk beban yang harus dibebankan
pada pihak konsinyor dan mengkredit perkiraan aktiva atau perkiraan kewajiban yang
bersangkutan.
Penjualan oleh pihak konsinyi.
Konsinyi mencatat penjualan konsinyasi seperti pada penjualan biasa. Masing-masing
ayat jurnal penjualan disertai dengan sebuah ayat jurnal untuk mencatat beban yang
dikeluarkan oleh pihak konsinyor, untuk barang-barang yang dijual, perkiraan pembelian
atau perkiraan harga pokok penjualan didebet dan perkiraan pihak konsinyor dikredit.
Komisi atau laba yang masih harus diterima bagi pihak konsinyi.
Pihak konsinyi tidak membuat ayat jurnal untuk komisi atau laba atas penjualan
konsinyasi. Pendapatan atas penjualan konsinyi akan tergambar dalam laba kotor pihak
konsinyi sebagai akibat dari ayat-ayat jurnal yang dibuat diatas tadi.
Pengiriman uang kas dan perkiraan penjualan konsinyasi oleh pihak konsinyi.
Pihak konsinyi mencatat pembayaran kepada pihak konsinyor dengan mendebet perkiraan
pihak konsinyor dan mengkredit perkiraan kas.
Dalam penelitian ini kerangka dan penyelesaian masalah mengenai “Analisis
Penerapan Akuntansi Atas Penjualan Konsinyasi pada Apotek Jambak Palembang” dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar. 1 Kerangka Berfikir
Konsinyi
Akuntansi Penjualan Konsinyasi
Pencatatan Terpisah Pencatatan Tidak Terpisah
PEMBAHASAN
Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Penentuan laba
tersebut didasarkan atas aktivitas perusahaan tersebut, untuk mengendalikan aktivitas
perusahaan tersebut diperlukan adanya pencatatan akuntansi. Begitu juga halnya dengan
Apotek Jambak Palembang selaku pihak konsinyi, perlu melakukan pencatatan terhadap
kegiatan usahanya yaitu penjualan secara konsinyasi. Berikut ini hasil dan pembahasan
mengenai penerapan pencatatan akuntansi atas penjualan konsinyasi pada Apotek Jambak
Palembang yang dilakukan hanya pada satu konsinyor yaitu PT Satria Medikantara.
Penerapan Pencatatan Akuntansi atas Penjualan Konsinyasi dengan Laba Terpisah
dan Laba Tidak Terpisah pada Apotek Jambak Palembang
Apotek Jambak Palembang, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam kegiatan
akuntansinya tidak dilakukan berdasarkan pencatatan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan
perusahaan tidak melakukan penarapan pencatatan akuntansi atas penjualan konsinyasi
dengan metode pencatatan terpisah dengan penjualan reguler.
Penjualan yang dilakukan secara konsinyasi, merupakan alternatif lain selain
penjualan regular, karena keberadaan penjualan konsinyasi yang berbeda dengan penjualan
regular, maka diperlukan akuntansi yang berbeda untuk pencatatan penjualan konsinyasi
dengan penjualan regular, sehingga informasi yang disajikan dapat menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dan tidak menimbulkan informasi keuangan yang menyesatkan.
Pada tahun 2012 terdapat 5 konsinyor yang menitipkan barangnya pada Apotek
Jambak Palembang. Dari 5 konsinyor tersebut, salah satunya yaitu PT Satria Medikantara
Palembang yang memiliki lebih banyak produk barang yang dititipkan di Apotek Jambak
Palembang dengan jumlah penjualan yang tinggi pada bulan Februari. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 5 mengenai data barang konsinyasi yang diterima dari PT Satria Medikantara.
Laporan Keuangan (Laba Rugi)
Tabel. 5
Data Barang PT Satria Medikantara
Februari 2012
No. Nama barang Harga (Rp.) Jumlah Bruto (Rp.) Komisi
1. Vermint 8 fls. 34.000 5 170.000 20%
2. Vermint 6 fls. 16.000 5 80.000 20%
3. Naprex drops. 75.000 5 375.000 20%
4. Neurobion inj 500. 109.300 5 546.500 20%
5. Duphanton th 228.700 5 1.143.500 20%
6. Dexa m tab 0,75 mg 150
30.000 9 270.000 20%
7. Arooxia 120 mg 363.000 5 1.815.000 20%
8. Arooxia 90 mg. 294.000 3 882.000 20%
9. Arooxia 60 mg. 270.000 3 810.000 20%
10. Betaserc 24 mg. 140.000 5 700.000 20%
Jumlah 1.679.900 50 6.792.000 -
Sumber : Apotek Jambak Palembang
Tabel. 6
Apotek Jambak Palembang
Laporan Penjualan Konsinyasi bulan Februari 2012
No. Nama barang Harga (Rp.)
Jumlah Brutto (Rp.)
Komisi Jumlah komisi yang diterima
(Rp.)1. Vermint 8 fls. 34.000 3 102.000 20% 20.400
2. Vermint 6 fls. 16.000 4 64.000 20% 12.800
3. Naprex drops. 75.000 2 150.000 20% 30.000
4. Neurobion inj 500.
109.300 1 109.300 20% 21.860
5. Duphanton th 228.700 1 228.700 20% 45.740
6. Dexa m tab 0,75 mg 150
30.000 6 180.000 20% 36.000
7. Arooxia 120 mg
363.000 4 1.452.000 20% 290.400
8. Arooxia 90 mg.
294.000 1 294.000 20% 58.800
9. Arooxia 60 mg.
270.000 2 540.000 20% 108.000
10. Betaserc 24 mg.
140.000 5 700.000 20% 140.000
Jumlah 1.679.900 25 3.820.000 - 764.000
Sumber : Apotek Jambak Palembang
Penerapan Akuntansi atas Penjualan Konsinyasi dengan Laba Terpisah pada Apotek
Jambak Palembang
Sesuai dengan teori akuntansi yang merujuk pada Widayat (1999), penerapan
akuntansi atas penjualan konsinyasi pada Apotek Jambak Palembang jika diterapkan dengan
laba terpisah dapat digambarkan sebagai berikut :
Penerapan akuntansi atas penjualan konsinyasi pada Apotek Jambak Palembang jika
diterapkan dengan laba terpisah dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Penerimaan Barang Konsinyasi
Setiap barang konsinyasi yang diterima oleh Apotek Jambak Palembang dari PT Satria
Medikantara dicatat dengan memorandum. Contohnya dapat dilihat dalam gambar 2
berikut ini.
Gambar. 2Memorandum Penerimaan barang Konsinyasi
Apotek Jambak PalembangJl. Demang Lebar Daun No. 2233 E
Pada tanggal 1 Februari 2012 Diterima dari PT. Satria Medikantara sebanyak 10 jenis
produk obat-obatan dengan berbagai ukuran dengan rincian terlampir atas atas konsinyasi,
biaya yang berkaitan dengan penjualan barang-barang tersebut akan diganti oleh
konsinyor meliputi biaya angkut dan komisi yang diberikan sebesar 20% dari penjualan.
sumber : data olahan dari Apotek Jambak Palembang
Di dalam perjanjian kesepakatan konsinyasi antara pemilik Apotek Jambak Palembang
dan pihak dari konsinyor, Apotek Jambak Palembang tidak diharuskan membayar uang muka
atas penerimaan barang konsinyasi.
b. Penjualan Barang Konsinyasi
Transaksi penjualan barang konsinyasi ke konsumen yang berlangsung pada bulan
Februari 2012 dicatat dengan mendebet perkiraan aktiva yang bersangkutan dan
mengkredit perkiraan konsinyasi masuk. Jurnalnya :
Kas Rp. 3.820.000
Konsinyasi Masuk – PT Satria Medikantara Rp. 3.820.000
c. Pembayaran Kepada Konsinyor
Apabila Apotek Jambak Palembang mengeluarkan beban atas barang konsinyasi, maka
Apotek Jambak Palembang melakukan pencatatan dengan jurnal :
Konsinyasi Masuk-PT Satria Medikantara xxx
Kas xxx
Dalam hal ini, Apotek Jambak Palembang tidak mengeluarkan biaya atas barang
konsinyasi sehingga jumlah biaya dimisalkan dengan xxx. Pencatatan untuk komisi atau
laba atas penjualan barang konsinyasi dicatat oleh Apotek Jambak Palembang dengan
mendebet perkiraan Konsinyasi Masuk dan mengkredit perkiraan pendapatan yang
bersangkutan. Jurnalnya:
Konsinyasi Masuk- PT Satria Medikantara Rp. 764.000
Pendapatan Komisi Konsinyasi Rp. 764.000
(komisi = Rp. Rp. 3.820.000 x 20%)
Apotek Jambak Palembang mengirimkan uang kas sebesar saldo yang terhutang
beserta rincian penjualan barang konsinyasi yang telah terjual kepada PT Satria
Medikantara dengan mendebet perkiraan Konsinyasi Masuk dan mengkredit perkiraan
aktiva yang bersangkutan. Jurnalnya:
Konsinyasi Masuk- PT Satria Medikantara Rp.3.056.000
Kas Rp.3.056.000
(Jurnal untuk mencatat pembelian barang konsinyasi setelah dikurangi komisi =
Rp.3.820.000- (20% x Rp. 3.820.000)
d. Penyajian Konsinyasi dalam Perhitungan Neraca dan Laba Rugi
Barang-barang konsinyasi yang telah dikirimkan ke Apotek Jambak Palembang,
haknya ditahan oleh PT Satria Medikantara sampai barang tersebut terjual dan jika belum
terjadi piutang atau barang belum terjual kepada pihak konsumen, maka barang-barang itu
harus tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan PT Satria Medikantara. Barang-
barang ini dapat dinyatakan terpisah dalam neraca sebagai barang-barang dalam
konsinyasi. Barang-barang yang dikonsinyasi tidak menjadi milik dari Apotek Jambak
Palembang dan Apotek Jambak Palembang harus sangat berhati-hati untuk tidak
memasukkan setiap barang konsinyasi sebagai bagian dari persediaan. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka persediaan barang konsinyasi tidak disajikan pada Laporan Laba
Rugi Apotek Jambak Palembang. Tetapi di dalam penerapannya, Apotek Jambak
Palembang telah mengakui persediaan barang konsinyasi sebagai persediaan di Laporan
Laba Rugi Apotek Jambak Palembang. Sehingga persediaan barang konsinyasi tersebut
harus dikeluarkan dari persediaan barang milik Apotek Jambak Palembang. Hasil analisis
tersebut disajikan pada Laporan Laba Rugi tabel 7.
Transaksi penjualan konsinyasi di Apotek Jambak Palembang merupakan bagian yang
cukup penting dalam kegiatan penjualan secara total, maka data hasil penjualan, harga
pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan seharusnya dilaporkan
secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan regular di dalam laporan perhitungan
laba rugi yang disajikan pada tabel 7 berikut.
Tabel . 7Penyajian Konsinyasi Secara terpisah dalam Perhitungan
Laporan Laba Rugi Apotek Jambak PalembangPeriode 1 s/d 29 Februari 2012
Keterangan Penjualan Penjualan JumlahKonsinyasi RegularHasil Penjualan Rp. 3.820.000 Rp. 31.000.000 Rp. 34.820.000
Pendapatan Komisi Konsinyasi - Rp. 764.000 Rp. 764.000Harga Pokok Penjualan (Rp. 3.056.000) (Rp. 21.500.000) (Rp. 24.556.000) Laba kotor Rp. 764.000 Rp. 10.264.000 Rp. 11.028.000 BEBAN-BEBAN B. Gaji - Rp. 3.500.000 Rp. 3.500.000B. Administrasi & Umum - Rp. 200.000 Rp. 200.000
B. Air - Rp. 150.000 Rp. 150.00
0
B. Telepon - Rp. 150.000 Rp. 150.00
0B. Listrik - Rp. 300.000 Rp. 300.000 Total Biaya Operasi - (Rp. 4.300.000) (Rp. 4.300.000) Laba Bersih Rp. 764.000 Rp. 5.964.000 Rp. 6.728.000
Sumber : Diolah dari perhitungan laporan laba rugi atas transaksi penjualan barang pada bulan Februari 2012.
Dari tabel 7, seharusnya pendapatan dari penjualan konsinyasi tidak mempengaruhi
laba bersih Apotek Jambak Palembang karena hanya komisi yang diakui sebagai pendapatan.
Oleh karena itu, pada tabel 8 disajikan data laporan laba rugi yang seharusnya dibuat oleh
Apotek Jambak Palembang untuk bulan Februari 2012.
Tabel. 8
Penyajian Laporan Laba Rugi Tanpa Menampilkan
Penjualan Konsinyasi Periode 1 s/d 29 Februari 2012
Hasil Penjualan Rp. 31.000.000Pendapatan Komisi Konsinyasi Rp. 764.000
Harga Pokok Penjualan (Rp 21.500.000) Laba kotor Rp. 10.264.000 BIAYA OPERASI B. Gaji Rp. 3.500.000 B. Administrasi & Umum Rp. 200.000 B. Air Rp. 150.000 B. Listrik Rp. 300.000 B. Telepon Rp. 150.000 Total Biaya Operasi Rp. 4.300.000 Laba Bersih Rp. 5.964.000
Sumber : Diolah dari perhitungan laporan laba rugi atas transaksi penjualan barang pada bulan Februari 2012.
Penerapan Pencatatan Akuntansi atas Penjualan Konsinyasi dengan Laba Tidak
Terpisah pada Apotek Jambak Palembang
Penerapan akuntansi atas penjualan konsinyasi yang diterapkan di Apotek Jambak
Palembang dengan menggunakan metode pencatatan laba tidak terpisah dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Penerimaan Barang Konsinyasi
Sebelum memulai kegiatan konsinyasi, terlebih dahulu diadakan pertemuan
antara perwakilan dari pihak konsinyor dengan pemilik Apotek Jambak
Palembang. Kesepakatan bersama yang dihasilkan secara lisan menjadi dasar dari
kegiatan konsinyasi yang akan dilaksanakan, meskipun kesepakatan lisan tersebut
sudah mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, syarat pembayaran dan
penyerahan barang, tetapi kesepakatan ini memiliki kekuatan hukum yang lemah
jika dibandingkan dengan persetujuan yang dibuat dalam kontrak kerja tertulis.
Selain itu dalam pelaksanaan kegiatan konsinyasi dapat menimbulkan masalah
atau penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapkan baik bagi konsinyi
maupun konsinyor karena tidak adanya pedoman bagi pihak pelaksana kegiatan
konsinyasi.
Setelah kesepakatan diperoleh, Kiriman barang dari konsinyor diterima oleh
pemilik Apotek disertai bukti pengiriman dan order pembelian. Setelah diperiksa
apakah faktur telah sesuai dengan surat pesanan dan barang yang telah diterima
sesuai dengan pesanan, maka pemilik atau bagian administrasi menandatangani
faktur atau bukti pengiriman. Faktur dan surat pesanan disatukan satu lembar kopi
bersama barang yang diterima dari konsinyor diserahkan kepada bagian adm
untuk disimpan, sedangkan faktur atau bukti pengiriman yang asli dikembalikan
kepada konsinyor. Faktur diotorisasi oleh pimpinan sebelum diserahkan kepada
bagian adm yang merangkap sebagai bagian akuntansi dan konsinyor.
Pimpinan memeriksa barang yang diterima dan menetapkan harga jualnya.
Harga jual barang konsinyasi ditetapkan oleh Apotek Jambak Palembang dengan
syarat tidak melebihi harga jual diluarnya.
Penerimaan barang konsinyasi bagi Apotek Jambak Palembang dianggap
sebagai persediaan barang dagangnya. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan
karakteristik dari penjualan konsinyasi yang telah dijelaskan pada tinjauan
pustakabahwa yang menyangkut hak milik barang konsinyasi tetap berada di
pihak konsinyor dan masih dilaporkan sebagai persediaan dalam laporan
konsinyor
Selain itu menurut teori akuntansi yang merujuk pada Widayat (1999), pada
saat penerimaan barang sebaiknya Apotek Jambak Palembang mengakui
penerimaan barang konsiyasi dengan membuat memorandum.
Pencatatan transaksi konsinyasi selanjutnya harus dicatat secara terpisah
dengan transaksi regular dan pendapatan hanya dicatat sebesar komisi yang akan
diterima dari hasil penjualan konsinyasi yang terjadi.
2. Penjualan barang konsinyasi
Persediaan barang konsinyasi di Apotek Jambak Palembang terbagi atas dua
kelompok yaitu:
1. Barang konsinyasi yang diletakkan di rak-rak umum.
2. Barang konsinyasi yang diletakkan pada tempat-tempat khusus (etalase).
Untuk penjualan barang konsinyasi yang diletakkan di rak umum tidak
dibuatkan faktur untuk penjualannya. Hal ini akan menyulitkan pengawasan
terhadap barang konsinyasi karena pada saat pembeli membayar, kasir lapangan
hanya memasukkan data banyak barang, harga barang dan jenis barang. Dengan
demikian data penjualan barang konsinyasi bergabung dengan data penjualan
barang regular, sehingga untuk mengetahui berapa banyak barang konsinyasi yang
terjual harus dilakukan perhitungan fisik terlebih dahulu.
Dengan kondisi Apotek Jambak Palembang yang demikian maka Apotek
Jambak Palembang tidak dapat mencatat secara terpisah antara transaksi penjualan
barang konsinyasi dengan barang regular. Contohnya dapat dilihat pada ilustrasi
tabel 8 berikut.
Tabel . 8
Transaksi Penjualan Apotek Jambak palembang
1 s/d 29 Februari 2012
Tanggal
TransaksiPenjualan Regular
Penjualan
Konsinyasi
1 Feb 2012
5 Feb 2012
7 Feb 2012
17 Feb 2012
Rp. 1.225.000
Rp. 1.600.000
Rp. 1.495.000
Rp. 1.364.500
Rp. 900.000
Rp. 830.000
Rp. 580.000
Rp. 700.000
29 Feb 2012 Rp. 1.617.000 Rp. 810.000
Jumlah Rp. 7.301.500 Rp. 3.820.000Sumber : Diolah dari transaksi penjualan barang yang terjadi pada bulan April 2010
Penjualan diatas dicatat dengan jurnal :
01/02 Kas Rp. 2.125.000
Penjualan Rp. 2.125.000
05/02 Kas Rp. 2.430.000
Penjualan Rp. 2.430.000
07/02 Kas Rp. 2.075.000
Penjualan Rp. 2.075.000
17/02 Kas Rp. 2.064.500
Penjualan Rp. 2.064.500
29/02 Kas Rp. 2.427.000
Penjualan Rp. 2.427.000
Jurnal penjualan diatas menurut teori akuntansi yang merujuk pada Widayat
(1999) belumlah lengkap karena jika perusahaan tidak mencatat transaksi
penjualan konsinyasi secara terpisah, maka setelah jurnal penjualan harus dibuat
suatu jurnal pengakuan terhadap pembelian atau Harga Pokok Penjualan sebesar
jumlah yang harus disetor kepada konsinyor untuk barang-barang yang telah
dijual.
Berdasarkan contoh data penjualan di atas, menurut teori akuntansi yang
merujuk pada Widayat (1999) harus dicatat dengan jurnal :
Persediaan Barang Konsinyasi Rp. 611.200
Utang Konsinyasi - PT Satria Medikantara Rp. 611.200
( Jurnal untuk mencatat pembelian barang konsinyasi setelah dikurangi komisi =
Rp. 764.000 - (20% x Rp. 764.000) ).
Kas Rp. 764.000
Penjualan Rp. 764.000
( Jurnal untuk mencatat penjualan)
Harga Pokok Penjualan Rp. 611.200
Persediaan Barang Konsinyasi Rp. 611.200
( Jurnal untuk mencatat pengeluaran barang konsinyasi)
Jadi menurut teori akuntansi yang merujuk pada Widayat (1999), utang
konsinyasi dicatat sebesar harga pokok barang konsinyasi yang terjual dan bukan
diakui sebesar total harga pokok barang konsinyasi yang diterima.
3. Pembayaran Kepada Konsinyor
Sebelum melakukan pembayaran, konsinyor melakukan penagihan dengan
menyerahkan laporan penjualan kepada Apotek Jambak Palembang disertai
lampiran faktur penjualan asli yang telah divalidasi. Pada saat penagihan,
konsinyor juga harus melampirkan faktur asli sejumlah harga pokok barang yang
terjual yang ditagih. Setelah faktur penjualan asli cocok dengan kopi faktur yang
ada dan perhitungan harga pokok sesuai dengan faktur tagihan dari konsinyor,
maka Apotek Jambak Palembang melakukan pembayaran. Pembayaran ini dicatat
sebagai angsuran terhadap utang konsinyasi.
Seandainya ada biaya yang telah dikeluarkan oleh Apotek Jambak
Palembang, biaya tersebut dijurnal :
Piutang Konsinyasi - PT Satria Medikantara xxx
Kas xxx
Pencatatan diatas belum tepat karena istilah piutang digunakan untuk
sesuatu barang atau jasa yang dijual secara kredit dimana hak kepemilikan barang
atau jasa tersebut adalah benar-benar milik perusahaan. Menurut teori akuntansi
yang merujuk pada Widayat (1999), seharusnya pencatatan yang dibuat oleh
Apotek Jambak Palembang sehubungan dengan biaya yang telah dikeluarkan
adalah :
Utang Konsinyasi - PT Satria Medikantara xxx
Kas xxx
Dengan demikian pada saat pembayaran kepada PT Satria Medikantara,
utang konsinyasi hanya di debet sejumlah kas yang harus dikeluarkan, yaitu harga
pokok barang yang telah terjual dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan
dan komisi, tetapi dalam hal ini tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh Apotek
Jambak Palembang sehingga pencatatan jurnalnya:
Utang Konsinyasi - PT Satria Medikantara xxx
Kas xxx
Pencatatan pengeluaran biaya sampai pembayaran utang konsinyasi oleh
perusahaan memberikan saldo yang sama dengan pencatatan menurut teori
akuntansi berlaku umum. Oleh sebab itu, tidak ada jurnal koreksi untuk
perusahaan.
4. Penyajian Konsinyasi dalam Perhitungan Neraca dan Laba Rugi
Untuk penyajian penjualan konsinyasi pada laporan perhitungan laba rugi
dikaitkan dengan kondisi Apotek Jambak Palembang dimana tidak ada pemisahan
penjualan konsinyasi dengan penjualan regular dan tidak ditetapkannya harga
pokok secara khusus atas transaksi penjualan yang terjadi. Penjualan konsinyasi
disajikan bergabung dengan penjualan regular, demikian juga harga pokok
penjualannya. Hal ini dapat dilihat pada daftar laba rugi yang dibuat oleh Apotek
Jambak Palembang dimana tidak ada pemisahan antara penjualan konsinyasi dan
penjualan regular. Demikian juga harga pokok hanya dicantumkan harga pokok
penjualan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 pada laporan laba rugi Apotek
Jambak Palembang.
Barang konsinyasi yang belum terjual pada suatu akhir periode diakui oleh
perusahaan sebagai persediaan barang dagangnya. Hal ini dilakukan dengan
alasan keamanan, dimana semua barang dagang yang ada di Apotek Jambak
Palembang termasuk barang konsinyasi diasuransikan untuk menghindari
kerugian akibat kebakaran atau bencana alam yang tidak terduga. Oleh sebab itu
persediaan konsinyasi disajikan bergabung dengan persediaan barang regular di
neraca.
Menurut teori akuntansi yang merujuk pada Widayat (1999), persediaan
konsinyasi tidak boleh dimasukkan sebagai bagian dari persediaan konsinyi
karena hak milik barang masih berada pada pihak konsinyor meskipun barang
berada pada pihak konsinyi. Jika semua penjualan telah diselesaikan
pembayarannya maka konsinyi tidak memiliki saldo utang konsinyasi lagi karena
utang konsinyasi hanya timbul sebesar harga pokok barang yang terjual.
Berdasarkan contoh sebelumnya dengan pencatatan yang dilakukan oleh
perusahaan maka pada akhir bulan Februari 2012 setelah penyelesaian
pembayaran dilakukan, sisa barang konsinyasi sebesar harga pokok barang
konsinyasi yang belum terjual yaitu sebesar Rp 2.972.000 didapat dari Rp
6.792.000 – Rp 3.820.000
Tabel. 9
Penyajian Penjualan Konsinyasi Bergabung dengan
Penjualan Regular dalam Laporan Laba Rugi
Periode 1 s/d 29 februari 2012
Hasil Penjualan Rp. 34.820.000Pendapatan Komisi Konsinyasi Rp. 764.000Harga Pokok Penjualan Rp. (24.556.000) Laba kotor Rp. 11.028.000 BIAYA OPERASI B. Gaji Rp. 3.500.000 B. Administrasi & Umum Rp. 200.000 B. Air Rp. 150.000 B. Listrik Rp. 300.000 B. Telepon Rp. 150.000 Total Biaya Operasi Rp. 4.300.000 Laba Bersih Rp. 6.728.000
Sumber : Diolah dari transaksi penjualan barang yang terjadi pada bulan Februari 2012
Penerapan Pencatatan Akuntansi atas Persediaan Barang Konsinyasi pada Apotek
Jambak Palembang
Usaha Apotek sama seperti usaha lain yang didalamya meningkatkan penjualan untuk
memperoleh keuntungan dengan maksud untuk memanfaatkan semua kekuatan serta peluang
yang ada, untuk menutupi kelemahan dan menetralisasi hambatan yang dihadapi. Timbulnya
keadaan seperti itu menandakan bahwa pengusaha semakin menyadari pentingnya
mempertahankan dan memperluas jaringan untuk kesinambungannya. Pada dasarnya
keberhasilan usaha dibidang retail ini berada pada pengadaan dan penjualan barang dagangan,
baik secara kuantitas maupun kualitas, serta harga yang rendah guna meningkatkan jumlah
kunjungan konsumen.
Apotek Jambak Palembang adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang
perdagangan. Apotek ini menyediakan beranekaragam jenis obat untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Dalam mencatat persediaan, apotek menggunakan metode perpetual dan
menggunakan metode FIFO (First In First Out) dalam menilai persediaannya.
Hampir sebagian besar persediaan barang dagang yang ada di Apotek Jambak
Palembang terdiri dari persediaan yang berupa barang konsinyasi dan sisanya berupa barang
regular. Kebijakan ini dibuat oleh pimpinan untuk mengurangi tingkat kerugian, memperkecil
modal dan mengurangi kebutuhan modal kerja.
Beranekaragamnya persediaan yang dimiliki oleh Apotek Jambak Palembang,
mengharuskan pimpinan membuat kebijaksanaan untuk memudahkan pengawasan dengan
membagi jenis produknya ke dalam beberapa bagian.
Tidak adanya penggolongan bagian tersebut menyebabkan antara barang yang dibeli
secara regular dengan barang konsinyasi tidak ada identifikasi yang jelas, karena dalam satu
bagian yang sama terdapat barang regular dan barang konsinyasi. Padahal perusahaan
memiliki kewajiban untuk mengelola secara terpisah baik dari segi fisik maupun administratif
terhadap barang konsinyasi.
Persediaan konsinyasi yang belum terjual di Apotek Jambak Palembang diperlakukan
seperti persediaan di gudang sendiri. Penjualan barang titipan dianggap sebagai penjualan
barang sendiri sehingga tidak perlu diberi tanda khusus. Padahal menurut teori akuntansi yang
merujuk pada Widayat (1999), hal yang menyangkut persediaan yaitu barang-barang
konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh konsinyor dan pihak konsinyi sendiri
tidak boleh mencatat dan memperhitungkan barang-barang konsinyasi itu sebagai
persediaannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa:
1. Penerapan akuntansi atas penjualan konsinyasi dengan laba terpisah memisahkan antara
penjualan konsinyasi dan penjualan regular sedangkan penerapan akuntansi atas penjualan
konsinyasi yang diterapkan di Apotek Jambak Palembang dengan laba tidak terpisah yaitu
menggabungkan penjualan konsinyasi dan penjualan regular.
2. Setelah dilakukan pemisahan antara pencatatan penjualan konsinyasi dan penjualan
reguler, maka apotek akan lebih mudah melakukan penilaian terhadap penjualan reguler
dan penjualan konsinyasi pertahunnya, dan melihat seberapa besar tingkat penjualan
reguler dan penjualan konsinyasi pertahunnya.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran :
1. Sebaiknya Apotek Jambak Palembang menggunakan metode laba terpisah agar dapat
mengetahui dengan jelas berapa laba yang diperoleh dari penjualan konsnyasi tersebut.
2. Sebaiknya Apotek Jambak Palembang melakukan pemisahan antara pencatatan penjualan
konsinyasi dan pencatatan penjualan reguler sehingga akan memudahkan pengendalian
persediaan dan pembuatan laporan penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto dkk. 1999. Pengantar Akuntansi I. Penerbit Universitas Terbuka: Jakarta.
Maria, Evi. 2011. Akuntansi Lanjutan. Yogyakarta: Gava Media.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Alfabeta.
Jati, Waluyo. 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Malang: UniversitasMuhammadiyah Malang.
Widayat, Utoyo. 1999. Akuntansi Keungan Lanjutan. Jakarta: Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.