Upload
nguyenthuy
View
239
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL
RADIO DAN BUDAYA POPULER
(Studi Tentang Peran Media Massa Radio Dalam Memfasilitasi Berkembangnya
Nilai-Nilai Budaya Populer di Stasiun Radio JakFM Jakarta)
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
ARDHI GANARDHI
D1215061
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
RADIO DAN BUDAYA POPULER
(Studi Tentang Peran Media Massa Radio Dalam Memfasilitasi Berkembangnya
Nilai-Nilai Budaya Populer di Stasiun Radio JakFM Jakarta)
Ardhi Ganardhi
Pawito
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractPop culture is a culture that occured due to the advancement of culture. Pop culture
deriving from the media, the media take a role of develop facilitate that popular culture value. The society as an audiences of media unconsiuosly adopt any forms of pop culture in their daily lives. Therefore, at a ceratin level, pop culture can influence greatly to the development of society’s lifestyle.
Radio broadcasting as a mass media facilitate the development of popular culture values in this phenomena. Likewise another radio station, JakFM as the one of the famous radio station in Jakarta take a role of develop the popular culture values in the audience society. The urban adolescents as a part of segmentation addressed pop culture growth rapidly.
This study aims is to analyze and explain how the popular culture values disseminating through broadcast content. In spite of the analyze, the values of popular culture can be seen in various aspect, such as information content, verbal languange, popular music. Through the aspect, based on radio function as a mass communication. In addition, the alternative function is to inform, persuade, culture transmition, and entertain. The methdology is descriptive kualitative research, through data collection technique indepth interview and document study. The interviewees from this research are program director, announcer, music director and the audiens of JakFM. Meanwhile this research use mass society theory and triangulation technique for the data analaysis
This study concluded that: (1) The values of pop culture occurred towards several aspect for instance, information aspect such as disseminating information related human lifestyle, verbal language aspect as well as using popular language, and also enteraining aspect infulenced popular music; (2) Through above, there is a impression of popular culture values addressed the impact towards audience lifestyle. The emerging impact tend on cognitive and conative aspect, where it can be influenced act and perspective of audienceKeywords: Popular culture, Radio Broadcasting and The Role of Mass Media
1
Pendahuluan
Generasi saat ini seakan disibukan dengan kebutuhan semu yang menjunjung
tinggi akan nilai-nilai kepopuleran. Seseorang dikatakan eksis apabila mereka
mengikuti perkembangan zaman. Seakan haus dengan eksistensi diri atau
kepopuleran, mereka lebih mendahulukan kebutuhan yang sebenarnya bukan
kebutuhan primer. Kebutuhan akan hiburan misalnya, mendengarkan musik,
menonton film, hingga bermain dengan sosial media, hal tersebut merupakan bagian
dari budaya populer dimana budaya tersebut dimaknai sebuah produk budaya yang
dibuat oleh masyarakat tertentu untuk kepentingan komersial dan media massa ikut
berperan dalam hal ini.
Budaya populer merupakan suatu bentuk kebudayaan yang memiliki
keterkaitan dengan budaya massa, dikarenakan massa atau khalayak memiliki
peranan dalam menyebarkan atau mempopulerkan budaya tersebut. Kebudayaan
populer berkaitan dengan masalah atau fenomena keseharian yang dapat dinikmati
oleh semua orang atau kalangan orang teretentu, seperti musik, fashion, model rumah
dan lain sebagainya (Bungin 2007:100).
Budaya pop yang ada dimasyarakaat sangat erat kitannya dengan budaya
massa. Budaya massa merupakan budaya populer yang dihasilkan atau diproduksi
melalui teknik industrial dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada
khalayak atau konusmen massa (Strinati 2016:13). Hal ini dapat dilihat salah satunya
dari contoh fenomena masyarakat modern saat ini yang selalu berlomba-lomba
mengikuti fashion terbaru, menggunakan gadget tercanggih, mengikuti selera musik
yang sedang trend, hingga pergi ke konser musik yang sedang populer. Kebanyakan
dari mereka mendapatkan refrensi mengenai hal tersebut melalui media massa yang
dikonsumsinya.
Seperti contohnya sebuah radio siaran, apabila kita lihat saat ini, bentuk-bentuk
budaya pop yang diberikan oleh media massa radio beragam, mulai dari bentuk
informasi, gaya berbahasa atau budaya lisan saat penyiaran hingga unsur hiburanya
seperti musik. Bentuk budaya pop melalui musik misalnya, musik-musik dengan
ragam genre yang diputarkan setiap hari membuat khalayak mengkonsumsinya secara
2
terus menerus. Secara tidak langsung hal tersebut dapat mempengaruhi prilaku
kunsumerisme terhadap produk musik tersebut.
Kemunculan beberapa stasiun radio di ibu kota bisa dikatakan sebagai alternatif
sosial untuk memenuhi kebutuhan informasi serta hiburan bagi pendengar. JakFM
sebagaimana dikenal luas merupakan salah satu stasiun radio terkemuka di Jakarta
yang memiliki segmentasi kalangan muda. JakFM menarik untuk diteliti karena
stasiun radio tersebut banyak memuat atau menyuguhkan ragam bentuk budaya pop
seperti dari konten informasinya, budaya lisan penyiaranya, hingga musik yang
diputarkanya.
Penelitian in berfokus nilai-nilai budaya pop yang terdapat dapat pada
bagaimana satasiun radio JakFM menjalankan fungsinya sebagai media massa, mulai
dari fungsi informasi hingga hiburan. Fungsi informasi menurut Jay Black dan
Federick dalam Nurudin (2009:64), Fungsi informasi merupakan fungsi yang paling
penting dalam komunikasi massa, maksudnya disini media massa memiliki fungsi
untuk menyebarkan pesan atau informasi ke khalyak luas. Informasi dalam hal ini
menyangkut informasi, berita, hingga iklan. Apabila kita lihat saat ini infromasi yang
diberikan banyak mengandung nilai budaya pop, seperti informasi gaya hidup,
fashion, musik dan lain sebagainya.
Selain itu nilai-nilai budaya pop juga terlihat pada saat penyiranya. Hal tersebut
dapat dilihat dari budaya berbahasa lisan yang digunakanya. Pada proses penyiaranya
sering kali menggunakan bahasa-bahasa populer yang sedang trend. Tidak jarang,
penyiar JakFM juga membuat suatu trend dari penggunaan bahasanya tersebut. Hal
tersebut sangat menarik, karena dapat dikatakan JakFM menjadi media penyebaran
trend. Dari fungsi hiburan, JakFM lebih banyak menyuguhkan musik dari pada
informasinya. Menarik untuk diteliti bahwa fenomena radio saat ini lebih banyak
menyuguhkan pemutaran musik dibandingkan siaran penyiarnya. Data diatas juga
mendukung bahwa radio lebih sering memutarkan musik darpada konten lainya. Hal
tersebut dikarenakan kebutuhan masyarakat yang konsumtif akan hiburan. Budaya
konsumtif tersebut termasuk dalam ciri-ciri budaya pop, dimana masyarakat massa
mengkonsumsi kebutuhanya secara berlebihan.
3
Salah satu yang menjadi keunikan penelitian ini adalah aspek yang dianalisis,
kebanyakan penelitian terdahulu hanya menganalisis nilai budaya pop dari musik
saja. Walaupun memang musik pop merupakan salah satu bentuk budaya pop yang
paling terlihat, tetapi tidak hanya musik pop saja yang termasuk kedalam bentuk
budaya pop. Konten informasi dan budaya lisan pun turut memberikan asupan nilai-
nilai budaya pop pada khalayak. Maka dari itu penelitian ini diharapkan dapat
menganalisi aspek-aspek dimana budaya pop itu berkembang dan disebarkan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hendak menjawab beberapa
pertanyaan yakni
1. Bagaimana peran JakFM dalam memfasilitasi berkembangnya nilai budaya pop
yang dilihat berdasarkan fungsi informasi, persuasi, transmisi budaya dan fungsi
hiburan pada konten penyiaranya?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari nilai budaya pop tersebut yang
terdapat pada konten penyiaran terhadap khalayak pendengar?
Telaah Pustaka
1. Komunikasi Massa
Joseph A. Devito (dalam Ardianto dan Erdinaya 2004:6), merumusakan definisi
komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian
massa, serta mengenai media yang digunakanya. Pertama, komunikasi massa adalah
komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak banyak yang tidak
terhitung. Ini bukan berarti khalyayak yang dimaksud adalah meliputi seluruh
penduduk atau seluruh masyarakat yang mendengarkan radio, menonton televisi,
tetapi yang dimaksud disini khalayak itu besar dan pada umumnya sedikit sukar
untuk didefinisakan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan
oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa akan lebih mudah
dimengerti apabila didefinikan menurut bentuknya, yaitu televisi, radio siaran, surat
kabar, majalah dan film.
4
Sementara Gerbener dalam Rakhmat (2011:186) mengaitkan komunikasi massa
dengan masyarakat indsutri diamana ia menyatakan bahwa
“Mass communication is the technologically and institutionally based
production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages
in industrial societies”, (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
berlandaskan teknologi dengan arus pesan yang berkelanjutan serta secara luas
dimiliki oleh orang-orang dalam masyarakat industri).
2. Media Massa
Media massa menurut Cangara (2003:134), memiliki beberapa karakteristik
diantaranya, (1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari
banyak orang yakni mulai dari proses pengumpulan, pengelolaan hingga penyajian
informasinya; (2) bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima pesan; (3) meluas dan
serempak, artinya dapat mengatasi rintangan seperti waktu dan jarak dikarenakan
memiliki kecepatan. Informasi dietima oleh banyak orang pada saat bersamaan. (4)
memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan
semacamnya; (5) bersifat terbuka artinya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana
saja tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.
3. Funngsi Media Massa
Laswell dalam Nurudin memiliki pendapat atau pendangan tersendiri mengenai
fungsi dari komunikasi massa. Adapun menurutnya fungsi komunikasi massa dibagi
menjadi beberapa diantaranya, fungsi informasi, fungsi hiburan, fungsi persuasi dan
fungsi transmisi budaya.
a. Fungsi informasi, merupakan fungsi yang paling penting dalam komunikasi
massa, maksudnya disini media massa memiliki fungsi untuk menyebarkan pesan
atau informasi ke khalyak luas. Informasi dalam hal ini menyangkut, berita-berita
yang disajikan media, hingga iklan.
b. Fungsi hiburan, maksud dari fungsi hiburan itu sendiri adalah media massa
merupakan media yang dapat menghibur khalayaknya. Bisa dibilang media
massa juga merupakan sumber hiburan bagi beberapa bahkan semua kalangan.
5
c. Fungsi persuasif, Bagi Devito (1997), fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi
yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai
macam bentuk seperti, memperkuat atau merubah sikap dan kepercayaan
seseoarang, menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu, memperkenalkan
sebuah etika atau menawarkan nilai-nilai tertentu.
d. Fungsi transmisi budaya, transmisi budaya merupakan pengalaman kolektif yang
direfleksikan kembali melalui bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media
massa tetapi juga dalam seni, ilmu pengetahuan dan masyarakat. Transmisi
budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan yaitu kontemporer dan historis.
Dua tingkatan tersebut tidak dipisahkan, tetapi terjalin secara konstan.
4. Radio Siaran
Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja, di dalam mobil, di jalanan,
di dapur, di tempat tidur, dan berbagai tempat lainya. Radio juga memiliki
kemampuan menjual kepada khalayak bagi pengiklan yang produknya dirancang
khusus untuk khalayak tertentu, (Ardianto, Erdinaya 2004:115)
Denis McQuail dalam Morrisan (2013:480), mengatakan bahwa media massa
memiliki sifat atau karakter yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan
luas (universality of reach),dan juga bersifat publik. Apabila dilihat dari prespektif
budaya, media massa menjadi acuan utama atas penggambaran realitas sosial. Selain
itu media massa juga menjadi salah satu sarana hiburan masyarakat.
Radio siaran saat ini memanfaatkan teknologi bermedia guna menjaring khalayak
yang lebih luas. “We shape our tools and they in turn shape us”, (kita membentuk
peralatan kita dan mereka pada giliranya membentuk kita). Hal tersebut disampaikan
McLuhhan karena ia melihat bahwa teknologi bermedia telah membentuk
kebudayaan atau kebiasaan masyarakat sekarang.
5. Budaya Pop
Popular culture atau budaya pop sangat berkaitan atau berkesinambungan
dengan industri budaya. Sesuatu yang populer dan akhirnya membudaya di
masyarakat massa pastinya akan menghasilkan keuntungan bagi beberapa pihak.
Maka dari itu industri budaya bersumber dari sebuah budaya populer dimasyarakat.
6
Mahzab Frankfrut menyatakan bahwa industri budaya mencerminkan konsumerisme
dan kaptalisme terhadap monopoli negara. Industri budaya juga membentuk selera
dan kecenderungan massa dimana massa seakan dicetak akan kinginan dan
kebutuhan-kebutuhan mereka yang sebenarnya tidak diinginkan atau kebutuhan
palsu. Maka dari itu industri budaya berusaha mengesampingkan kebutuhan-
kebutuhan rill atau sejati (strinati 2016:69).
Salah satu produk budaya pop yang sangat digandrungi atau digemari berbagai
kalangan masyarakat khususnya kalangan muda adalah musik. “Popular music is an
actual form of musical culture, characteristic for a tought way and an image of
action of medern youth”, musik pop sebenarnya adalah bentuk dari sebuah budaya
dimana merupakan bagian dari gambaran serta cara berfikir kalangan muda Teslenko
(2016:121). Selain itu budaya pop juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut, tren,
keseragaman bentuk, adaptabilitas, durabilitas,profitabilitas.
6. Teori Masyarakat Massa
Davis dan Baran (2010: 35) mengatakan bahwa teori masyarakat massa adalah
sebuah prespektif yang secara keseluruhan mencakup masyarakat industri barat yang
mengacau pada peran media yang sangat berpengaruh, tetapi umumnya peran ini
bersifat negatif. Teori masyarakat massa memiliki beberapa asumsi dasar mengenai
individu, peran media, dan hakikat dari perubahan sosial. Adapun asumsi tersebut
akan dijelaskan secara terperinci sebagi berikut:
a. Media adalah kekuatan yang sangat kuat dalam masyarakat yang dapat
menggrogoti nilai dan norma sosial sehingga dapat merusak tatanan sosial.
b. Media dapat secara langsung mempengaruhi pemikiran kebanyakan orang,
mentransformasi pandangan mereka tentang dunia sosial.
c. Ketika pemikiran seseorang telah ditransformasikan oleh media, maka bentuk
konsekuensi buruk dalam jangka panjang dapat terjadi tidak hanya pada individu
tetapi juga pada masalah sosial.
d. Dalam masyarakat massa sebagian individu terisolasi dari lembaga sosial
tradisional yang sebelumnya melindungi mereka dari manipulasi media.
7
e. Kerusakan sosial yang disebabkan oleh media kemungkinan akan dapat
diperbaiki dengain pendirian sebuah tatanan sosial yang totaliter, Davis dan
Baran (2010: 69).
Metode Penelitian
Penelitian ini notabanenya menggunakan pendekatan kualitatif, terutama dengan
menggunkan teknik wawancara. Jenis wawancara in-depth interview termasuk
kedalam jenis wawancara semistruktur dimana dalam pelaksaanya lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Indepth interview dilakukan terhadap
sumber dari kalangan media yaitu menejemen radio siaran maupun kalangan
khalayak pendengar. Wawancara terhadap kalangan media terutama dilakukan
terhadap beberapa orang yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan siaran
seperti, program director (PD), penyiar dan music director (MD). Sementara itu
penelitian ini juga memiliki data penunjang atau pendukung dimana peneliti juga
akan meawancara khalyak pendengar radio JakFM yang merupakan pendengar setia
JakFM. Wawancara terhadap khalayak terutama berkenaan dengan nilai-nilai budaya
populer apa yang terkandung dalam penyelenggaran siaran di stasiun radio JakFM
hingga dampak apa yang ditimbulkan dari penyebaran nilai-nilai budaya pop tersebut
Penelitian ini mengambil sampel dengan menggunakan teknik porposive
sampling, teknik ini merupakan pengambilan sampel atau sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Terdapat lima informan pada penelitian ini, tiga informan dari
pihak manajemen JakFM dan dua informan dari Khalayak atau pendengar setia
JakFM. Pada penelitian ini guna menguji keabsahan data yang telah terkumpul
memnggunakan teknik triangulasi sumber dengan cara melihat atau mengecek serta
membandingkan informasi yang diperoleh oleh sumber yang berbeda. Teknik analisis
data pada penelitian ini dibagi menjadi tiga, data reduction (reduksi data), data
display (penyajian data), conclusion drawing/ verivication.
Analisis Data
1. Peran Radio Sebagai Media Komunikasi Massa
8
Hasil dari penelitian ini dikelompokan guna mempermudah dalam menyajikan
data. Data dikelompokan berdasarkan aspek yang telah diteliti, aspek yang dimaksud
dikelompokan berdasarkan atas fungsi komunikasi massa yang telah dijelasakan pada
bab telaah pustaka. Adapun fungsi komunikasi massa yang menjadi dasar untuk
menentukan pengelompokan data pada penelitian ini adalah fungsi informasi, fungsi
persuasi, fungsi hiburan, dan fungsi transmisi budaya.
a. Fungsi Informasi
Radio sebagai media massa berperan dalam menjalankan fungsinya sebagai
sumber informasi bagi khalayak audiensnya. Maksudnya disini media massa
memiliki fungsi untuk menyebarkan pesan atau informasi ke khalyak luas. Informasi
dalam hal ini menyangkut, berita-berita yang disajikan, hingga iklan.
Format yang diusung radio ini adalah lebih menekankan pada informasi yang
memang sedang “in” baik dari dalam maupun luar negeri, dimana informasi atau isu
tersebut memang menjadi buah bibir dikalangan warga Jakarta. JakFM cendenrung
tidak memporsikan informasi atau berita dari dalam maupun luar negeri. Informasi
yang diberikan cenderung berasal dari luar negeri dikarenakan kebanyakan isu-isu
atau informasi menarik lebih banyak datang dari mancanegara. Dengan alasan
informasinya lebih update dan dekat dengan kehidupan atau social lifestyle
pendengar.
Berkenaan dengan format isi konten informasi yang disuguhkan oleh JakFM
seperti yang diketahui lebih cendenrung menyuguhkan format informasi
entertainment dan berita ringan. Hampir sama disetiap program acara, baik itu acara
prime time, talkshow hingga single DJ dapat dilihat bahwa pententuan format isi
konten lebih dilihat dari kebutuhan target audiensya. Target audiens JakFM yang
memang merupakan kalangan muda yang tinggal di ibu kota memang lebih menyukai
informasi seputar hiburan, lifestyle dan news yang tetap up todate tetapi tidak
diberikan secara kaku atau terlalu formal, dan pastinya informasi yang dekat dengan
kehidupan sosial pendengarnya.
Isi konten informasi yang diberikan pun terlihat lebih menyuguhkan informasi
seputar hiburan dan lifestyle. Seperti contohnya informasi seputar trend fashion dan
9
pengiklanan produk. Tentunya dari beberapa hal yang telah dijabarkan diatas terlihat
bahwa hal tersebut termasuk dalam bentuk budaya populer yang berkembang pada
radio siaran melalui konten informasi.
b. Fungsi Transmisi Budaya
Radio sebagai media massa berperan dalam menjalankan fungsinya sebagai
transmisi budaya, maksudnya media massa merupakan alat utama didalam transmisi
budaya. Radio dapat memperkuat nilai budaya dalam masyarakat atau bahkan
mengurangi berbagai macam subkultur. Penelitian ini melihat transmisi budaya dalam
bentuk bahasa lisan penyiaran, dimana JakFM terkadang menggunakan kata-kata
yang disadur dari bahasa asing atau bahkan membuat trend kata-kata tersendiri yang
dikonsumsi oleh khalayak massa.
“Pasti sih kita pake bahasa populer, karena walaupun segmentasinya ga terlalu remaja banget. Kita memggunakan bahasa yang bisa diterima sama mereka. Segmentasi kita 25-35. Gaya bahasanya masih asik, masih supel tapi ga mengganggu. Cenderung lebih pake bahasa asing sih kaya bahasa inggris.” (sumber: Radit, wawancara tanggal 7 Juni 2017)
Selain itu penyiar sengaja menggunakan bahasa populer guna lebih mudah
memposisikan diri dengan pendengar. Tidak jarang, kata singkatan bahasa asing pun
kerap digunakan, selain kata tersebut populer dikalangan pendengar, sang penyiar
pun lebih mudah untuk menjangkau khalyaknya. Kata-kata populer tersebut biasanya
lahir dari latarbelakang kehidupan sehari-hari. John Fiske dalam bukunya Memahami
Budaya Populer (2011:121), mengatakan budaya populer sering diserang karena
penggunaan /penyalahgunaan terhadap bahasa, biasanya terletak pada kebebasan
dalam permaianan kata dimana hal tersebut dilihat dari budaya atau kehidupan sehari-
hari, yang nantinya melahirkan bahasa baru yang dapat merendahkan atau
merevitalisasinya.
c. Fungsi Hiburan
Musik populer, merupakan salah satu aspek dengan hasil data paling signifikan
terlihat unsur budaya populernya. JakFM sebagai media yang memfasilitasi
10
pemutaran musik pop secara langsung meberikan impact baik itu terhadap stasiun
radio maupun terhadap khalayak. Pada aspek ini terlihat sekali bagaimana media
massa radio membentuk budaya konsumerisme khalayak pendengarnya dengan
dilatarbelakangi oleh industri budaya. Budaya populer menjadi landasan media ini
untuk menjadikan budaya massa guna mencari keuntungan.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah hampir disemua stasiun radio siaran
memberikan proporsi pemutaran musik lebih banyak dibandingankan siaranya.
Stasiun-stasiun radio tersebut lebih cenderung memperkecil durasi siaran penyiar
mereka dibandingan pemutaran musiknya. JakFM dalam hal ini secara terang
mengatakan bahwa stasiun radio mereka memang mengikuti industri saat ini,
alasanya tidak lain karena guna meraih perhaitan khalayak pendengar.
Fenomena komersialisasi budaya musik ini sebenarnya bisa menjelaskan
bagaimana strategi budaya yang dijalankan pemilik modal global dalam menguasai
konsumen, jadi industri musik secara langsung ingin menguasai konsumenya dengan
menstandarisasikan produk musik tersebut. Padahal sebagai sebuah karya seni
seharunya musik lebih mementingkan estetika atau keindahnya. Industri budayalah
yang membuat para musisi dan label berlomba meraup keuntungan. Salah satu
kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri adalah kapitalisme global telah menjadikan
musik sebagai komuditas. Sebagai komoditas, musik juga dipaksa atau terpaksa harus
mengikuti kriteria standarisasi produk layaknya barang-barang komoditas masal
lainya (Ibrahim, 2011:96).
Industri musik pop yang memang sedang merajai tanggal lagu dunia saat ini
membuat JakFM lebih mengutamakan musik dengan genre populer tersebut. Tetapi,
tidak semua musik pop akan diputarkan di JakFM. Indikator pemilihan musik pop
disini adalah, musik tersebut memang sudah populer dan sedang didengarkan banyak
orang, pastinya diketahui melalui riset, seperti musik tersebut sering didengarkan di
tempat-tempat umum, request di media sosial dan lain sebagainya. Secara garis besar
pemutaran musik di JakFM memang didominasi oleh genre musik pop, dikarenakan
isndustri budaya yang mengarah kesana. Hal tersebut nampak jelas terlihat pada
11
program khusus musik di JakFM, dimana musik yang masuk dalam to 40 hanyalah
musik pop.
2. Dampak Nilai-Nilai Budaya Pop
Nilai budaya populer memberikan impact atau dampak terutama terhadap
khalayak pendengar. Dampak yang diterima setiap pendengar pun berbeda, apabila
dianalisis melalui pembahasan pada rumusan masalah sebelumnya, maka akan lebih
mudah untuk membagi dampak menjadi tiga aspek, yaitu dampak pemberian
informasi, dampak penggunaan bahasa lisan populer, hingga dampak pemutaran
musik pop.
a. Dampak Pemberian Informasi
Dampak yang ditimbulkan kepada pendengar JakFM saat ini, dari pemberian
informasi adalah mempengaruhi persepsi, mempersuasi, hingga dampak terjauhnya
adalah pengambilan keputusan.
“Karena radio itu sifatnya didengerin jadi tingkat penasaranya lebih tinggi, misalnya trend fashion hijab terbaru yang lagi hits, karena penyiar ngomongin fakta tentang fashion hijab yang lagi happening ga Cuma di Indonesia membuat saya penasaran dan mau nyoba sampe saya nyari info lebih dalam lagi tentang trend itu”. (sumber: Tifany, wawancara tanggal 20 juni 2017)
Dalam hal ini pendengar dibujuk untuk konsumtif akan sesuatu yang dilandaskan
atas kebutuhan semu. Dapat dilihat bahwa dampak yang timbulkan dari pemberian
konten informasi pada saat siaran sangatlah besar, mulai dari mempersuasi
pendengar untuk melakukan sesuatu hingga membuat mereka untuk mengambil
keputusan seperti membeli sebuah produk tertentu.
Teori yang disampaikan Davis, (2010:70), memiliki beberapa asumsi, salah
satunya adalah media dapat secara langsung memengaruhi pemikiran kebanyakan
orang. Asumsi ini lebih menekankan pada media dapat menghasilkan pengaruh
langsung dikarenakan konsumen media biasanya pasrah menghadapi kekuatan
konten media yang manipulatif. Konsumen dalam hal ini adalah pendengar JakFM
tersebut, secara tidak langsung mereka mendapatkan terpaan informasi akan suatu
hal yang sedang populer. Hal tersebut tentunya mendorong pendengar untuk lebih
12
jauh lagi dalam mengambil keputusan, seperti membeli suatu produk, datang ke
suatu tempat hingga merubah gaya hidup mereka. Seperti contoh diatas yang
menggambarkan bahwa seorang pendengar membeli suatu produk, datang ke tempat
tertentu, atau bahkan merubah gaya fashion mereka dilandaaskan atas dasar
kepopuleran atau trend yang diterima dari konten-konten informasi yang diberikan
oleh JakFM.
b. Dampak Penggunaan Bahasas Populer
Jawaban yang ada menujukan kecenderungan bahwa penggunaan bahasa populer
memberikan dampak dalam kehidupan sehari-hari pendengar khususnya dalam
bertuturkata. Dimana memang pendengar merasa bahwa bahasa lisan yang
disampaikan terkadang terbawa dalam cara bertuturkata dilingkungan sehari-hari.
Selain itu penggunaan bahasa lisan yang sedang populer pun dapat mempengaruhi
eksistensi diri seseorang.
Dapat dikatakan bahwa penggunaan bahasa lisan populer memang layak menjadi
aspek pada penilitian ini. Melihat jawaban para informan dari kedua kalangan
menunjukan bentuk bahasa lisan serta dampaknya secara jelas dan siginifikan. Media
memberikan pengaruhnya secara halus, tetapi dampak yang ditimbulkanya sangat
besar.
Davis dan Baran (2010:247) mengatakan bahwa media menghasilkan perubahan-
perubahan mendalam pada kehidupan sosial melalui pengaruhnya yang tidak
menonjol terhadap praktik sosial dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga
menegaskan bahwa salah satu asumsi dasar dari teori masyarakat massa adalah,
media merupakan kekuatan yang sangat kuat dalam masyarakat yang dapat
menggrogoti nilai dan norma sosial sehingga dapat merusak tatanan sosial.
Tentunya hal tersebut secara tidak langsug merusak nilai dan norma sosial
tertutama dalam bertuturkata. Bahasa lisan atau kata-kata baru tersebut, membudaya
dikalangan khalayak sehingga media memanfaatkan hal itu untuk lebih banyak
mengambil keuntungan. Hal ini merupakan dampak dari fenomena budaya populer
yang dilihat dari segi bahasa
13
c. Dampak Pemutaran Musik Pop
Khalayak merubah selera musik mereka, dari yang tidak suka menjadi suka. Hal
tersebut dilakukan secara terpaksa dikarenakan industri yang menggerakanya dan
media radio perantaranya. Selain itu faktor kepopuleran atau eksistensi diri dalam
lingungan sosial juga seakan mendukung.
Pemutaran musik pop yang terus menerus di JakFM, membuat perubahan
terhadap gaya hidupnya terutama dalam hal berekspresi seperti menyukai artis
tertentu hingga dampak terjauhnya adalah pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan yang dimaksud adalah ia rela untuk pergi ke JakFM hanya untuk bertemu
dengan sang idola guna sekedar bertemu dan mendapatkan album terbarunya.
Karena industri budaya, kebanyakan radio tidak memiliki pilihan, mereka lebih
sering memutarkan musik pop yang kebayanyak berasal dari musisi luar negri.
Memang, ini lah yang terjadi saat ini, tetapi apabila kita perhatikan lagu-lagu tersebut
juga memiliki dampak negatif terhadap pendengar, mulai dari liriknya hingga gaya
berbusana para penyanyinya.
Davis dan Baran (2010:247) mengemukakan beberapa asumsi mengenai teori
masyarakat massa. Salah satu asumsinya adalah, ketika pemikiran orang telah di
transformasikan oleh media, maka semua bentuk dari konsekuensi buruk dalam janga
panjang mungkin, tidak hanya dapat menghancurkan kehidupan seseorang, namun
juga menciptakan masalah sosial dalam skala yang luas.
Apabila kita kaitkan dengan hasil temuan diatas radio khususnya JakFM
berperan dalam mentransformasikan pemikiran orang atau khalayak melalui musik
yang diputarkanya. Musik sebagai salah satu bentuk hiburan dari media massa radio
memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan pendengar, secara kasar usnur-usur
didalam musik dapat menghancurkan atau merusak kehidupan sesorang melalui lirik-
liriknya yang bersifat persuasif dan lebih banyak mengarah ke hal negatif
dibandingkan positif.
Tidak disangkal lagi bahwa industri musik punya kekuatan ekonomi dan budaya
yang sangat besar. Sekiranya menjadi penting membedakan antara kekuatan budaya
14
industri dan kekuatan pengaruhnya. Terlalu sering keudanya dicampuradukan,
padahal keudanya tidak selamanya sama.
Kesimpulan
Dilihat dari fungsi media massa sebagai sumber infromasi, JakFM sebagai media
pemberi informasi menyuguhkan format konten informasi yang bersifat trend atau
populer yang dekat dengan kehidupan sosial pendengar seperti lifestyle (gaya hidup).
Bentuk budaya populer yang terlihat adalah proporsi informasi yang lebih banyak
menyuguhkan informasi dari luar negeri dan iklan yang diberikan kepada khalayak.
Dari format tersebut dapat dikatakan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat dampak
terdahap pendengar. Dampak yang ditumbulkan seperti mengubah persepsi
pendengar, mempengaruhi untuk mengambil keputusan, hingga berprilaku konsumtif
terhadap keinginan semu yang didasari akan trend.
Pada aspek kedua bentuk nilai budaya pop yang nampak adalah penggunaan kata
atau diksi dari penyiar, tidak jarang penyiar menggunakan diksi atau kata-kata
populer yang cenderung disadur dari bahasa asing. Temuan lain juga
memperlihatkan, ternyata penyiar JakFM juga sengaja membuat trend dengan
menggunakan kata populer.
Dapat dikatakan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat dampak penggunaan
bahasa populer terutama terhadap gaya bertutur kata pendengar. Dimana pendengar
cendenrung untuk menirukan atau ikut mempopulerkan bahasa tersebut kepada
lingkunganya. Hasil temuan pada aspek ini menguatkan pandangan John Fiske yang
mengatakan bahwa bahasa termasuk dalam bentuk budaya populer biasanya terletak
pada kebebasan dalam permainan kata dimana hal tersebut nantinya cenderung dapat
melahirkan bahasa baru yang dapat merendahkan atau merevitalisasinya.
Jelas bahwa musik merupakan salah satu bentuk budaya pop yang memiliki
pengaruh besar terhadap pendengar. Dari aspek ini dapat dilihat bahwa JakFM
menentukan format pemutaran musiknya lebih cenderung musik populer dan lebih
banyak proposri musik luar negeri dibandingkan dalam negeri. Hal ini
dilatarbelakangi oleh industri budaya yang mana saat ini industri musik lebih banyak
15
diisi oleh genre pop karya musisi luar negeri. Musik pop memiliki dampak terhadap
pendengarnya, dampak yang dimaksud terutama adalah perubahan selera musik
pendengar yang didesak oleh industri media, hingga pengambilan tindakan yang lebih
jauh seperti datang ke konser musik didasarkan atas trend hingga budaya konsumtif
pendengar dalam memberi album musik tertentu. Hasil temuan menguatkan
pandangan Strinati mengenai budaya populer diamana budaya pop lahir atas
kehendak media yang mana audiensnya merupakan konsumen pasif yang cenderung
terpengaruh pada bujukan suatu produk massal.
Saran
Bertolak dari analisis yang sudah dilakukan tentang bagaimana peran JakFM
sebagai media komunikasi massa dalam memfasilitasi berkembanganya nilai-nilai
budaya populer, saran yang diberikan adalah:
1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya
berkenaan dengan radio siaran maupun budaya populer. Penelitian selanjutnya
diharapkan dilakukan secara komprehensif dalam menggali lebih dalam terkait
aspek budaya pop lain yang belum diteliti atau bahkan ditambah menggunakan
observasi lapangan.
2. Seperti yang diketahui budaya populer menggiring masyarakat untuk cenderung
melihat segala sesuatu yang ada dihadapanya dengan sudut pandang hedonisme
dan tidak mengindahkan nilai-nilai kearifan lokal. Maka merupaka suatu
keharusan bagi bangsa ini terutama pelakon media massa untuk turut membantu
mengendalikan pengaruh negatif yang dibawa oleh budaya populer khususnya
dalam konten siaran baik itu informasi, bahasa maupun hiburan yang diberikan.
Daftar Pustaka
Baran, Stanley J dan Dennis K. Davis (2010) Teori Komunikasi Massa (Dasar Pergolakan dan Masa Depan). Jakarta: Salemba Humatika.
Bungin, Burhan. (2007) Soliologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. (2003) Pengantar ilmu komunikasi . Jakarta: Rajawali Press.
16
Elvinaro Ardianto & Erdinaya Lukiati Komala. (2004) Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Fiske, Jhon. (2011) Memahami Budaya Populer. Diterjemahkan oleh: Asma Bey Mahyuddin. Yogyakarta: Jalasutra.
Nurudin. (2009) Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Rakhmat, Jalaludin. (2011) Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.Strinati, Dominic. (2016) Popular Culture (Pengantar Menuju Teori Budaya Populer.
Diterjemahkan Oleh: Abdul Mukhid. Yogyakarta: Narasi-Pustaka Promethea.
Ibrahim, Idi Subandy. (2011) Budaya Populer Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Teslenko, Alexander. (2016) Pop Music as a Case Study of Youth Culture. Kazahkstan: University KASGUU.
17