Upload
lynga
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Renstra PPHH 2015 - 2019 iiii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................. iii
I. Pendahuluan .............................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................ 1
1.2. Landasan Hukum Pembangunan Hortikultura ............ 3
1.3. Tujuan ......................................................................... 4
1.4. Ruang Lingkup ............................................................ 5
II. Keragaan Pembangunan Hortikultura
2.1. Kondisi Umum Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura ................................................................. 6
2.2. Permasalahan ............................................................. 7
2.3. Potensi ........................................................................ 14
2.4. Tantangan ................................................................... 16
2.4.1. Penanganan pascapanen hortikultura yang masih
kurang................................................................. 16
2.4.2. Permintaan Produk Olahan Hasil Hortikultura Makin
Beragam dan Berkualitas.................................. 17
2.4.3. Distribusi dan Pemasaran Produk Hortikultura... 17
Renstra PPHH 2015 - 2019 iiiiiiii
III. Visi, Misi dan Tujuan .................................................. 20
3.1. Visi .............................................................................. 20
3.2. Misi ............................................................................. 20
3.3. Strategi ....................................................................... 21
3.4. Arah Kebijakan............................................................ 27
3.4.1. Kebijakan Pascapanen Hasil Hortikultura......... 28
3.4.2. Kebijakan Pengolahan Hasil Hortikultura ........ . 30
3.4.3. Kebijakan Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura 32
3.4.4. Kebijakan Pemasaran dan Investasi ................. 33
IV. Program, Sasaran Program, Indikator, Target dan Langkah
Operasional ............................................................... 35
4.1. Program ...................................................................... 35
4.2. Sasaran Program ........................................................ 35
4.3. Indikator Outcome dan Indikator Kegiatan Sasaran
Program ...................................................................... 36
4.4. Target dan Langkah Operasional ............................... 37
V. PENUTUP ................................................................... 39
Lampiran .............................................................................
KATA PENGANTAR
ertamatama kami panjatkan puji syukur ke hadirat TuhanYang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nyasehingga Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura 2015-2019 dapat disusun dan merupakan panduan pelaksanaan tugaspokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pengolahan dan pemasaran
Hasil Hortikultura dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.Renstra inijuga disusun dengan berpedoman pada RpJMN 2015-2019, Renstra Kementerian Pertanian serta mempertimbangkanberbagai keadaan, terutama menyangkut keunggulan, peluang,kendala, tantangan dan searah dengan Nawacita untuk programpembangunan pertanian.
Renstra ini menjadi satri kesatuan yang utuh dari proses.perencanaan pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil
hortikultura mulai di tingkat Direktorat Jenderal, hingga padajajaran pemerintahan daerah. Dengan demikian, visiPembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura2015-2019 yaitu "Menjadi institusi yang peduli dan memilikikomitmen tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertaniansejahtera, handal dan berdaya saing di bidang pengolahan danpemasaran hasil hortikultura melalui penyelenggaraan birokrasiyang profesional dan berintegitas". yang akan direalisasikanmenjadi visi pembangunan pengolahan dan pemasaran hasilhortikultura dari pusat sampai daerah.
frenaZra,trl{l{ 2OI5 - 2OI9
Semoga Tuhan Yang Maha Esa genantiasa memberikan petunjuk
dalam mewujudkan visi, misiserta pencapaian tujuan dan sasaranyang ditetapkan didalam Rencdna Strategis ini.
2418
Pemasaran
Taufik, MM lU
Reru*pffl{l{ 2015 - 2019 ,,r/.
Renstra PPHH 2015 - 2019 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan hortikultura dipayungi oleh Undang-Undang
Hortikultura No.13 tahun 2010 yang diundangkan dengan tujuan
agar potensi hortikultura dikelola dan dimanfaatkan secara efisien,
terkoordinasi dan berkelanjutan. Dalam UU tersebut dijelaskan
bahwa penyelenggaraan hortikultura berdasarkan asas:
kedaulatan, kemandirian, kebermanfaatan, keterpaduan,
kebersamaan, keterbukaan, keberlanjutan, efisiensi, berkeadilan,
kelestarian fungsi lingkungan dan kearifan lokal.
Pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura
harus sejalan dengan Undang-Undang Hortikultura Nomor 13
tahun 2010, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(2005-2025), Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP)
tahun 2013-2045, Renstra Kementerian Pertanian, Renstra
Direktorat Jenderal Hortikultura (2016-2019), Blue Print
Pengembangan Hortikultura (2011-2025) dan Renstra Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura (2016-2019).
Kebijakan pengembangan usaha hortikultura yang semula
berorientasi produksi diarahkan kepada penerapan konsep
pengembangan usaha agribisnis yang utuh yaitu usahatani yang
fokus dan terpadu antara usaha agro input (hulu) kegiatan
produksi (onfarm) dan pascapanen, pengolahan (processing)
serta pemasaran (off farm), dengan berorientasi pada
peningkatan produksi, serta nilai tambah dan daya saing hasil
hortikultura. Wujud pengembangan usaha yang dituju adalah
berkembangnya agribisnis baik di hulu maupun di hilir oleh
petani dan masyarakat dipedesaan. Hal tersebut dimaksudkan
Renstra PPHH 2015 - 2019 2
agar nilai tambah atau added value berada di tingkat petani dan
usaha kelompok/ koperasi menjadi profit center dipedesaan.
Untuk menghasilkan produk hortikultura yang bermutu dan
mempunyai nilai tambah maka perlu ada penanganan
pascapanen dan pengolahan produk hortikultura yang baik.
Penanganan pasca panen ditujukan agar produk panen tidak
mudah rusak, memperpanjang kesegaran serta kualitasnya tetap
terjaga dengan baik agar bisa diproses lagi. Selain penanganan
pascapanen, pengolahan produk segar juga merupakan upaya
untuk menjaga kualitas produk agar dapat bertahan lebih lama dan
meningkatkan nilai tambah dan daya saing dari produk segar
hortikultura tersebut. Pengembangan pengolahan hasil
hortikultura dilaksanakan dengan peningkatan nilai tambah
melalui agroindustri pedesaan, peningkatan inovasi dan
diseminasi teknologi pengolahan, peningkatan efisiensi usaha
pengolahan hasil pertanian melalui optimalisasi dan modernisasi
sarana pengolahan, peningkatan kemampuan dan
memberdayakan SDM pengolahan dan penguatan lembaga
usaha pengolahan hasil di tingkat petani, dan peningkatan upaya
pengelolaan lingkungan, serta diarahkan untuk meningkatkan
efisiensi pengolahan, standardisasi mutu produk dan keamanan
pangan, ramah lingkungan dan peningkatan nilai tambah yang
berkeadilan (berkelanjutan) dan disinergikan dengan
pengembangan agroindustri pedesaan berbasis kelompok
komoditi hortikultura.
Dalam upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil
hortikultura, pengembangan penerapan sistem jaminan mutu hasil
hortikultura (aneka cabai dan bawang merah) secara efektif dan
operasional difokuskan pada peningkatan kualitas guna
mendukung peningkatan daya saing dan ekspor baik di pasar
Renstra PPHH 2015 - 2019 3
domestik maupun internasional. Salah satu strategi yang dapat
diformulasikan adalah dalam bentuk penerapan sistem jaminan
mutu yang memenuhi persyaratan atau tuntutan pasar. Untuk
kebijakan standardisasi dan mutu hasil hortikultura, saat ini
masih memfokuskan pada aspek keamanan dan mutuproduk.
Dimana dalam perdagangan komoditas hasil hortikultura
(khususnya aneka cabai dan bawang merah) di era pasar bebas
s a a t ini,merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
dapat memenangkan persaingan.
Pemasaran komoditas hortikultura merupakan salah satu aspek
yang sangat penting dalam pengembangan sub sektor hortikultura
(aneka cabai dan bawang merah). Pemasaran produk hortikultura
(aneka cabai dan bawang merah) diarahkan untuk
pengembangan dan penguatan jaringan pemasaran baik dalam
negeri, dan ekspor (luar negeri).
Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura, perlu merumuskan rencana
strategis (renstra) tahun 2016 – 2019 dengan berpedoman pada
Renstra Kementerian Pertanian, Renstra Direktorat jenderal
Hortikultura dan Renstra Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura. Selanjutnya Renstra tersebut dijadikan sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura.
1.2. Landasan Hukum Pembangunan Hortikultura
Dasar hukum penyusunan Rencana Strategis Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah :
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
Renstra PPHH 2015 - 2019 4
3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-
2025)
4. Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun 2013-
2045
5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2015 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
7. Renstra Kementerian Pertanian 2016-2019
8. Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah 2015-
2019
9. Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian
Pertanian 2016-2019
10. Blue Print Pengembangan Hortikultura 2011-2025
11. RENSTRA Direktorat Jenderal Hortikultura 2016-2019
1.3. Tujuan
Tujuan Rencana Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura diselaraskan dengan tujuan Rencana Strategis
yang akan dicapai Direktorat Jenderal Hortikultura 2016-2019,
yaitu:
1. Meningkatkan produk hortikultura segar yang aman, bermutu
dan berdaya saing baik di pasar domestik maupun
internasional.
2. Meningkatkan daya saing produk olahan hasil hortikultura
melalui pengembangan diversifikasi produk dan penggunaan
teknologi tepat guna.
3. Menguatkan kelembagaan kelompok/gapoktan dan koperasi
dalam mengembangkan kewirausahaan dan ekonomi kreatif
sub sektor hortikultura.
Renstra PPHH 2015 - 2019 5
4. Menciptakan iklim investasi produk hortikultura yang menarik.
5. Meningkatkan pangsa pasar produk nusantara di pasar
domestik.
6. Meningkatkan sarana dan kelembagaan pemasaran hasil
hortikultura
7. Meningkatkan kerjasama/kemitraan antar pelaku usaha dan
sinergi antar instansi terkait.
8. Meningkatkan promosi dalam dan luar negeri
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Rencana Strategis Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian 2015 - 2019 mencakup visi, misi,
tujuan dan sasaran serta strategi, kebijakan, program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura pada kurun waktu 2016 – 2019.
Renstra PPHH 2015 - 2019 6
II. KERAGAAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA
2.1. Kondisi Umum Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hortikultura
Komoditas hortikultura telah menjadi sumber pendapatan bagi
masyarakat dan petani sub sektor hortikultura secara nasional
juga memberikan kontribusi positif terhadap indikator ekonomi
makro. PDB sub sektor hortikultura pada tahun 2012 mencapai
117,8 miliar rupiah dan diproyeksikan mengalami peningkatan
menjadi 124 Trilyun rupiah pada tahun 2014. Indeks Nilai Tukar
Petani (NTP) sektor hortikultura pada tahun 2012 mencapai
109,03 dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 111,33 di
tahun 2014. Sementara di sektor Ketenagakerjaan, jumlah
pekerja yang bekerja di subsektor hortikultura pada tahun 2011
adalah sebesar 3,11 juta orang.
Jumlah penduduk Indonesia dewasa ini sebanyak 250 juta jiwa
(kondisi tahun 2014) dengan pertumbuhan sekitar 1,5% per
tahun. Data tersebut menekankan bahwa Indonesia memiliki
jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dan merupakan 35 % dari
jumlah penduduk ASEAN (600 juta jiwa). Hal ini menggambarkan
potensi pasar sekaligus tantangan yang besar dalam pemenuhan
kebutuhan hortikultura. Tantangan lain adalah mengendalikan
impor dan mengoptimalkan kemampuan produksi dalam negeri,
terutama komoditas hortikultura yang dapat dibudidayakan di
Indonesia.
Selanjutnya, dampak dari kesepakatan dari hubungan
internasional mengharuskan kesiapan kemampuan produksi
dalam negeri dan meningkatkan daya saing terhadap produk dari
negara lain. Sebagai contoh adalah pelaksanaan AEC (ASEAN
Renstra PPHH 2015 - 2019 7
Economic Community) tahun 2015 yang menyebabkan bebasnya
arus masuk produk hortikultura dari negara ASEAN, namun juga
memberikan peluang agar produk hortikultura nusantara dapat
dipasarkan ke negara ASEAN lainnya.
Di sisi lain tuntutan kesehatan dan perkembangan gaya hidup
masyarakat menghendaki produk yang berkualitas baik,
menyehatkan, dengan tampilan menarik dan diproduksi secara
ramah lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaku
usaha hortikultura dituntut untuk dapat meningkatkan daya saing
usahanya, dan memanfaatkan teknologi informasi, meningkatkan
kerjasama dan kemitraan usaha, serta pemerintah memberikan
dukungan, fasilitasi dan pendampingan kepada pelaku usaha
hortikultura.
Memasuki periode RPJMN 2015 – 2019, sejumlah komoditas
hortikultura akan menjadi isu strategis komoditas pertanian yang
mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pelaku usaha
akibat kontribusinya terhadap perekonomian nasional antara lain:
bawang merah, aneka cabai, jeruk, mangga, manggis, nenas,
salak dan kentang.
2.2. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang masih ditemui dalam
pengembangan usaha agribisnis hortikultura di Indonesia,
diantaranya rendahnya produksi, produktivitas dan mutu produk;
lokasi usaha yang terpencar; skala usaha yang sempit dan belum
efisien; serta kebijakan dan regulasi dibidang perbankan,
transportasi dan logistik, ekspor dan impor yang belum
sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional.
Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu
Renstra PPHH 2015 - 2019 8
bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara
lain.
Secara umum beberapa kendala yang masih ditemui sebagai
faktor penghambat pembangunan hortikultura diantaranya:
(1) meningkatnya resiko kegagalan/ kerusakan panen akibat
perubahan lingkungan dan iklim global (2) terbatasnya
sumberdaya dan daya dukung lahan dan infrastruktur usaha,
(3) belum optimalnya kelembagaan perbenihan dan perlindungan
tanaman, (4) terbatasnya akses petani terhadap
permodalan,lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan
penyuluh, (6) masih rendahnya nilai tukar petani dan nilai tambah
hasil produk petani dan (7) lemahnya koordinasi dan keterpaduan
pengelolaan pembangunan antara pusat - daerah maupun antar
sektor terkait.
Pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan sampai saat ini
masih banyak memerlukan penanganan yang cermat dan tepat
Tantangan pembangunan pertanian yang dihadapi Bangsa
Indonesia saat ini antara lain: 1) belum maksimumnya
produktifitas dan nilai tambah produk pertanian di beberapa
sentra produksi disamping terjadinya konversi lahan di Pulau
Jawa yang sulit dikendalikan; 2) kurangnya perbaikan dan
pembangunan infrastruktur lahan dan air serta perbenihan dan
perbibitan;4) masih kurangnya akses pembiayaan pertanian
dengan suku bunga rendah bagi petani/peternak dan nelayan
kecil; 5) belum tercapainya Millenium Development Goals
(MDG’s) yang mencakup angka kemiskinan, pengangguran, dan
rawan pangan; 5) kurangnya kebijakan yang proporsional untuk
produk-produk pertanian khusus; 6) lemahnya persaingan global
dalam berbagai dimensi produk, mutu, teknologi, sumberdaya
manusia, dan efisiensi; 7) menurunnya citra petani dan pertanian
Renstra PPHH 2015 - 2019 9
serta pentingnya diciptakan suatu keadaan agar kembali diminati
generasi muda; 8) masih lemahnya kelembagaan usaha ekonomi
produktif di perdesaan; 9) pentingnya sistem penyuluhan
pertanian yang inovatif; dan 10) perlunya kebijakan insentif yang
tepat agar sub sektor hortikultura menjadi bidang usaha yang
menarik dan menjanjikan.
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program/kegiatan
pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura, antara lain adalah:
1) Unit pengolahan hasil hortikultura belum banyak yang
beroperasi secara optimal, rendahnya jaminan ketersediaan
dan mutu bahan baku, teknologi pengolahan hasil belum
sepenuhnya diadopsi oleh pengolah, dan sumber
pendanaan berbunga rendah masih sulit didapatkan atau
akses perbankan masih lemah, serta belum adanya
kepastian pemasaran produk olahan
2) Kemampuan pelaku usaha pengolah (SDM) masih belum
optimal dalam penguasaan teknologi pengolahan, mutu
produk dan aspek Sanitari dan Phytosanitari (SPS). Hal ini
diakibatkan selama ini pelaku usaha masih lebih
berkonsentrasi pada teknologi budidaya.
3) Pengendalian impor produk hortikultura masih belum
menunjukkan hasil yang optimal, produk impor semakin
menyerbu ke tingkat kecamatan di pedesaaan.
4) Sertifikasi pangan organik atau sistem jaminan mutu masih
mengalami kendala karena proses sertifikasi harus
melibatkan Lembaga Sertifikasi dan kelompoktani/gabungan
kelompok tani belum menerapkan sistem pangan organik
secara efektif.
Renstra PPHH 2015 - 2019 10
5) Proses industrialisasi perdesaan sangat lambat. Hal ini
terlihat antara lain dari semakin senjangnya ekonomi desa-
kota. Dualisme ekonomi desa-kota telah mengakibatkan
kota menjadi pusat segala-galanya dan ekonomi perdesaan
hanyalah pendukung ekonomi perkotaan. Terlebih lagi
apabila dikaitkan dengan kebijakan di masa lalu yang lebih
mendorong pengembangan industri yang kurang berbasis
pada bahan baku lokal, menyebabkan potensi yang ada
kurang dapat dioptimalkan
6) Kurangnya Pembiayaan Usaha Pertanian dan
Pemberdayaan Masyarakat Tani. Sebagian besar usaha
pertanian bergerak dengan memanfaatkan dana
masyarakat sendiri yang sangat terbatas dan relatif kecil.
Hal ini tentu disebabkan karena sebagian besar petani yang
menggerakkan usaha pertanian adalah golongan penduduk
yang miskin. Implikasinya karena investasi yang sangat
minim, output dan pertumbuhan yang dihasilkan juga
rendah, akibatnya peningkatan pendapatan yang
diharapkan juga tidak akan signifikan. Iklim investasi di
sektor agroindustri yang tidak menarik
7) Masih sulitnya membangun kelembagaan dan kemitraan
dan pengembangan kewirausahaan agribisnis, antara lain
akibat: (i) kelembagaan kelompok yang belum kuat baik dari
sisi organisasi maupun manajemen, (ii) rendahnya
komitmen pihak-pihak yang bermitra, (iii) posisi tawar yang
tidak seimbang, (iv) kerjasama yang sudah disepakati dalam
MoU tidak semuanya dilanjutkan dengan kontrak,
(v) perusahaan pertanian yang bersedia sebagai avails dan
inti dalam kemitraan agribisnis masih terbatas,
(vi) kurangnya modal dalam pengembangan usaha, serta
Renstra PPHH 2015 - 2019 11
kurangnya infrastruktur penunjang kewirausahaan seperti
akses penghubung (jalan) dan akses pemasaran.
8) Investasi di sub sektor hortikultura selama ini dianggap
kurang memberikan keuntungan baik bagi swasta domestik
dan asing, sehingga investasi untuk sub sektor hortikultura
setiap tahunnya mengalami penurunan. Padahal investasi
atau penanaman modal sangat diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi maupun perluasan tenaga kerja.
Demikian halnya dengan fasilitas pendukung seperti
infrastruktur pendukung pertanian yang termasuk dalam
sektor jasa-jasa lainnya,padahal seperti yang diketahui,
sektor hortikultura berperan sebagai katup penyelamat
perekonomian Indonesia ketika terjadi krisis.
9) Permasalahan Harga, Inefisiensi Pemasaran dan Sistem
Pemasaran yang Belum Adil. Fluktuasi permintaan dan
penawaran produk pertanian dunia juga berakibat pada
fluktuasi harga produk pertanian yang disebabkan oleh
berbagai faktor seperti kekurangan pasokan pada musim
tertentu atau kelebihan pasokan pada musim panen raya.
Untuk beberapa produk pertanian tertentu menurunnya
daya saing di pasar internasional karena faktor harga. Hal
ini disebabkan tingginya inefisiensi di semua subsistem
dalam rangkaian sub-sistem agribisnis. Inefisiensi tersebut
terjadi mulai dari pengadaan sarana produksi, budidaya,
pengolahan panen dan pasca panen serta biaya
transportasi. Namun demikian apabila ditelaah lebih jauh
inefisiensi pemasaran menempati peringkat tertinggi.
10) Permasalahan Pemasaran Produk Pertanian Di Pasar
Domestik seperti lemahnya Akses Pasar, Fluktuasi Harga
Renstra PPHH 2015 - 2019 12
yang sering kali terjadi dan lemahnya informasi pasar. Pada
umumnya para petani belum terbiasa melakukan
penanganan produk yang mengarah kepada peningkatan
mutu dan nilai tambah. Hasil usahatani yang diperjual
belikan hanya diolah sampai tahap pengeringan, tanpa
memperhatikan proses pengolahan yang bermutu, seperti
melakukan pengkelasan (grading), pembersihan (sortation)
dan pengemasan (packing) yang baik. Konsekuensi dari
lemahnya pengelolaan mutu hasilpada penanganan produk
ini mengakibatkan lemahnya posisi rebut tawar (bargaining
position) dalam memasarkan hasil produksi. Sementara itu
peningkatan kualitas pendidikan dan pendapatan
masyarakat menuntut adanya peningkatan kualitas dari
produk yang akan dikonsumsi.
• Akses Pasar
Produk-produk primer yang dihasilkan umumnya
dipasarkan melalui pedagang perantara yang telah
menguasai jaringan pasar secara keseluruhan. Para
pedagang perantara ini begitu kuat posisi tawarnya
sehingga sangat berperan dalam penentuan harga,
yang pada akhirnya merekalah yang memperoleh
marjin keuntungan terbesar dari harga yang dibayar
konsumen, sementara resiko yang mereka pikul lebih
kecil daripada petani. Hal ini disebabkan antara lain
terbatasnya sarana dan prasarana pasar serta
lemahnya kelembagaan pemasaran ditingkat petani.
• Fluktuasi Harga
Komoditi pertanian umumnya bersifat musiman
sehingga menyebabkan adanya fluktuasi produksi dan
harga. Skala produksi yang kecil dan lokasi yang
terpencar dengan hasil produksi yang relatif kecil
Renstra PPHH 2015 - 2019 13
menyebabkan terjadinya in-efisiensi dalam
pengangkutan dan pemasaran. Kondisi tersebut
menyebabkan ketidak-sesuaian antara permintaan dan
pasokan, yang pada akhirnya mengakibatkan tingginya
fluktuasi harga.
• Informasi Harga dan Produk
Kendala utama lainnya di bidang pemasaran pertanian
rakyat adalah keterbatasan petani dalam perolehan
informasi menyangkut harga, teknologi, permodalan,
dan informasi mutu dan hasil produk yang dibutuhkan
pasar. Keterbatasan itu menyebabkan lemahnya posisi
tawar petani dalam perencanaan produk dan
penetapan harga produk yang dihasilkan, yang
akhirnya cenderung ditetapkan oleh pedagang
pengumpul.
11) Permasalahan Liberalisasi Pasar Global dan Ketidakadilan
Perdagangan.Petani Indonesia saat ini menghadapi pasar
persaingan yang tidak adil dengan petani dari negara lain
yang dengan mudah mendapatkan perlindungan tarif dan
subsidi langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu,
kedepan pemerintah akan mencari instrumen kebijakan
perlindungan inovatif tidak saja berupa tarif tetapi juga
perlindungan non tarif maupun dukungan domestik lainnya
dalam rangka memperkuat daya saing produk pertanian,
namun diakhir tahun 2025 semua jenis proteksi sudah tidak
ada lagi.
Renstra PPHH 2015 - 2019 14
2.3. Potensi
Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat besar dan
sangat penting dalam pembangunan pertanian, meskipun
berbagai masalah masih dihadapi dalam pemanfaatan sumber
daya tersebut. Potensi yang terkait dengan kondisi pertanian,
antara lain:
a. Indonesia memiliki sumber daya dasar agribisnis (iklim
tropis, keanekaragaman hayati (biodiversity) yang
berlimpah.
b. Indonesia merupakan produsen utama dunia beberapa
komoditas hortikultura berupa buah-buahan tropis eksotis
seperti salak, manggis dan durian.
c. Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki ragam
budaya, citarasa, dan berbagai jenis produk olahan yang
dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.
d. Produk olahan memiliki pangsa pasar yang cukup besar
dan terus berkembang sehingga kemajuan di bidang
agroindustri dapat membuka peluang investasi serta
mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional
secara keseluruhan.
e. Meningkatnya kesadaran masyarakat (prevalensi
konsumen) terhadap kualitas dan keamanan pangan.
f. Bidang pengolahan dan pemasaran memiliki keterkaitan
yang besar ke hulu, on-farm maupun ke hilir, off farm
(forward and backward linkages), sehingga mampu
menarik kemajuan sektor-sektor lainnya.
g. Bertambahnya golongan menengah yang tercepat
dikawasan Asia, dimana Indonesia menjadi Middle Income
Country.
h. Permintaan produk agroindustri meningkat sejalan dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat dunia (Income
Elastic Demand).
Renstra PPHH 2015 - 2019 15
i. Meningkatnya daya saing Indonesia dari peringkat 38 pada
2013-2014 menjadi peringkat 34 pada 2014-2015(World
Economic Forum/WEF 2014).
Daya beli masyarakat yang terus meningkat serta jumlah
penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan pasar dalam
negeri yang sangat potensial bagi produk-produk pertanian yang
dihasilkan petani. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000
jumlah penduduk Indonesia tercatat sebesar 237 juta jiwa dengan
pertumbuhan 1,49 persen per tahun. Saat ini, tingkat konsumsi
aneka produk hasil hortikultura Indonesia, kecuali beras, gula dan
minyak goreng, masih relatif rendah. Rendahnya tingkat konsumsi
produk pertanian ini, terutama disebabkan masih rendahnya
tingkat pendapatan perkapita penduduk Indonesia sehingga
mempengaruhi daya beli.
Seiring dengan keberhasilan pembangunan ekonomi yang saat ini
tengah giat dijalankan, maka pendapatan per kapita penduduk
juga akan meningkat. Peningkatan pendapatan di satu sisi,
makadapat terjadi peningkatan permintaan produk termasuk
subsektor hortikultura. Permintaan pasar domestik, di samping
jumlahnya yang semakin meningkat, juga membutuhkan
keragaman produk yang bervariasi, sehingga akan membuka
peluang yang lebihbesar terhadap diversifikasi produk.Sejalan
dengan era globalisasi dan pemberlakuan pasar bebas,produk
pertanian Indonesia juga berpeluang untuk dipasarkan ke pasar
internasional, baik produk segar maupun olahan. Apabila peluang
pasar dalam negeri dan luar negeri dapat dimanfaatkan, maka hal
ini akan menjadi pasar yang sangat besar bagi produk pertanian
Indonesia.
Renstra PPHH 2015 - 2019 16
2.4. Tantangan
2.4.1. Penanganan pascapanen hortikultura yang masih
belum sesuai standar
Penanganan hasil hortikultura sejak produk dipanen di kebun
sampai siap di konsumsi sebagai produk segar atau bahan baku
industri pengolahan. Dengan kata lain penanganan pascapanen
merupakan wajah komoditas dan daya tahan dari produk
hortikultura. Dikatakan wajah karena penampilan merupakan
syarat mutu utama yang harus diperhatikan oleh petani agar
produk yang dihasilkan tersebut terlihat bagus, menarik dan dipilih
oleh konsumen. Sedangkan daya tahan merupakan upaya
meningkatkan daya simpan dan daya tahan selama proses
pengangkutan dan waktu tunggu sampai produk tersebut terjual.
Sehubungan dengan itu penanganan pascapanen harus
difokuskan pada aspek memenuhi permintaan untuk pasar dalam
negeri dan substitusi impor, peningkatan ekspor, memenuhi
bahan baku industri, dan meningkatkan ketahanan pangan.
Penanganan pascapanen yang dihadapi saat ini antara lain
- Persaingan semakin ketat dan tuntutan daya saing meningkat
- Meningkatnya tuntutan konsumen terhadap produk
hortikultura bermutu, aman konsumsi dan menyehatkan serta
ramah lingkungan
- Penanganan pascapanen produk hortikultura pada tingkat
petani belum menjadi hal yang penting dan suatu kebutuhan
- Tingkat kehilangan hasil dari tahap panen sampai distribusi
masih tinggi yaitu antara 20–40%. Sebagai contoh kehilangan
hasil untuk komoditas Cabe 23 %, Bawang merah 39,3 – 50,8
%, Manggis 15 – 25 %, Mangga 20 – 21 %, Pisang 36 – 43 %
( Sumber : Surat Kepala Badan Litbang Nomor B -1129/TI-
020/H/10/2017 tanggal 23 Oktober 2017 )
Renstra PPHH 2015 - 2019 17
- Penjualan produk bentuk curah, ukuran produk beragam dan
kurang bermutu.
- Penampilan dan kemasan belum menarik
2.4.2. Permintaan Produk Olahan Hasil hortikultura Makin
Beragam dan Berkualitas
Permintaan terhadap produk olahan hasil hortikultura akan makin
beragam dan berkualitas. Hal ini didorong oleh makin besarnya
proporsi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dengan
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan paritisipasi wanita
dalam pekerjaan yang makin tinggi. Konsumen menuntut produk
olahan hasil hortikultura yang lebih bervariasi, lebih sehat, lebih
aman dan lebih praktis untuk dikonsumsi. Karena itu,
tantangannya di sektor hulu adalah bagaimana menyediakan
komoditas pertanian yang lebih sehat, lebih bergizi dan lebih
aman, sementara tantangan di sektor hilir adalah bagaimana
memproses bahan baku pangan menjadi produk pangan olahan
yang menarik, bergengsi, bergizi, sehat, tahan lama, dan
berkarakter cepat saji. Untuk itu diperlukan inovasi di bidang
teknologi budidaya pertanian dan teknologi pengolahan hasil
hortikultura untuk menghasilkan produk-produk pertanian sesuai
dengan permintaan pasar domestik, pasar ASEAN dan pasar
dunia.
2.4.3. Distribusi dan Pemasaran Produk Hortikulltura
Mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan diperlukan
aksesibilitas dan sarana transportasi yang lebih efisien.Distribusi
pangan berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan
efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah
tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas
yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau.
Renstra PPHH 2015 - 2019 18
Untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh
pangan yang cukup dalam jumlah maupun kualitas secara
berkelanjutan, merupakanan tantangan besar, mengingat masih
ada sebagian masyarakat yang tidak mampu mengakses pangan
yang cukup, penyebab utamanya adalah kemiskinan. Sebagian
besar penduduk miskin adalah petani diperdesaan yang berperan
sebagai produsen dan sekaligussebagai konsumen. Disamping
itu Indonesia sebagai negara kepulauan, yang jarak antar wilayah
membutuhkan alat/sarana yang cukup dalam kelancaran
distribusi pangan.
Masalah yang dijumpai dalam mendukung kelancaran distribusi
dan akses pangan adalah : (1) infrastruktur distribusi, (2) sarana
dan prasarana pasca panen, (3) pemasaran dan distribusi antar
dan keluar daerah dan isolasi daerah, (4) sistem informasi pasar,
(5) keterbatasan Lembaga pemasaran daerah, (6) hambatan
distribusi karena pungutan resmi dan tidak resmi, (7) kasus
penimbunan komoditas pangan oleh spekulan, (8) adanya
penurunan akses pangan karena terkena bencana.
Kestabilan pasokan bahan pangan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan harga yang terjadi, oleh sebab itu kelancaran
sarana dan prasarana distribusi sangat berpengaruh terhadap
kecepatan distribusi bahan pangan tersebut.
Dari sudut pandang produsen pangan dan produk pertanian,
pemasaran merupakan bagian hilir dari segala upaya yang
dilakukan dalam kegiatan produksi. Dalam pasar dan pemasaran,
faktor kualitas, kontinuitas dan kuantitas menjadi faktor kunci.
Tantangan ke depan bagi produsen pertanian atau petani adalah
bagaimana memproduksi hasil hortikultura yang memenuhi
standar mutu, kontinuitas pasokan yang terjamin serta dalam
Renstra PPHH 2015 - 2019 19
skala kuantitas yang memenuhi permintaan pelanggan. Dengan
memenuhi syarat pemasaran tersebut, maka daya saing dari
suatu produk pertanian akan lebih baik. Namun sebaliknya, bila
produk dalam negeri tidak mampu memenuhi
Renstra PPHH 2015 - 2019 20
III. VISI, MISI, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
3.1. Visi
Mengacu kepada visi Kementerian Pertanian yakni ”Terwujudnya
pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis
sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai
tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani”, maka visi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah
”Menjadi institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi
untuk mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal
dan berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran
hasil hortikultura melalui penyelenggaraan birokrasi yang
profesional dan berintegritas”.
3.2. M i s i
Untuk mencapai visi tersebut di atas, diemban misi yang harus
dilaksanakan yaitu:
1. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan
dan pemasaran petani yang merupakan basis ekonomi
perdesaan, yang nantinya di harapkan sebagai wadah
peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani
pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan
permodalan secara profesional.
2. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu melalui
keterpaduan sistem penanganan pascapanen, pengolahan,
pemasaran hasil pertanian dan penerapan sistem jaminan
mutu, sehingga mampu memberikan peningkatan
pendapatan petani, kesempatan kerja di pedesaan dan
peningkatan nilai tambah produk hortikultura secara adil dan
profesional.
Renstra PPHH 2015 - 2019 21
3. Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil
hortikultura secara efektif dan operasional untuk
meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, baik di
pasar domestik maupun internasional.
4. Meningkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan
promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan
efisien.
5. Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil hortikultura
melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian
yang efektif dan efisien.
6. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang profesional dan
berintegritas moral tinggi.
Tabel 1. ……………….
No MISI TUJUAN Indikator tujuan Target
2018
Target
2019
T2 2.
Meningkatkan
Nilai Tambah
dan Daya Saing
Komoditas
Pertanian
Berkembangnya
komoditas
pertanian bernilai
ekonomi tinggi
Pertumbuhan nilai
ekspor komoditas
strategis
hortikultura
? ?
*) angka target belum ditentukan
3.3. Strategi
1. Penerapan dan pengawasan standar mutu komoditi
strategis dan keamanan pangan.
2. Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan
pemasaran produk hasil pertanian.
3. Pengembangan kewirausahaan dan investasi
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
Renstra PPHH 2015 - 2019 22
4. Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan
penguatan ekspor komoditas strategis.
Sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Hortikultura, antara lain:
A. Meningkatnya Ekspor Produk Hortikultura Andalan
Neraca perdagangan produk hortikultura diupayakan terus
mengalami surplus. Target utama pengembangan ekspor
diantaranya difokuskan pada produk segar dan olahan dari
komoditas sayuran dan buah-buahan yaitu nenas, kubis, jahe,
cabe, dan manggis. Neraca perdagangan produk hortikultura
selama tahun 2015-2017 menunjukkan trend defisit sebagaimana
terlihat pada Tabel 2, untuk itu Kementerian Pertanian c.q
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura perlu
melakukan langkah-langkah strategis dalam rangka peningkatan
ekspor produk hortikultura. Saat ini Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura telah melakukan upaya-upaya
sinergis melalui penguatan penyiasatan pasar luar negeri,
pengembangan pengolahan produk hortikultura di tingkat
pedesaan, peningkatan mutu produk hortikultura melalui
penerapan standar dan sertifikasi produk, penguatan diplomasi
dan negosiasi perdagangan internasional regional maupun
bilateral, serta melakukan promosi dan advokasi untuk
mengurangi kampanye negatif terhadap beberapa produk ekspor
andalan Indonesia.
Renstra PPHH 2015 - 2019 23
Tabel 2. Neraca Perdagangan Produk Hortikultura Tahun 2015-2017
Komoditas 2015 2016 2017
Sayuran -507.967.964 -650.590.118 -850.073.375
Buah -424.345.249 -662.767.501 -977.438.689
Tan. Obat 37.205.212 34.478.641 39.096.904
Florikultura 11.014.318 5.343.892 -2.680.286
TOTAL -884.093.683 -1.273.535.086 -1.791.095.446
Sumber: Data Pusdatin Kementan, diolah. 2018
Peningkatan ekspor produk hortikultura masih bersumber dari
sayuran dan buah-buahan segar seperti nenas, kubis, jahe, cabe,
dan manggis seperti yang tercantum pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Ekspor produk sayuran dan buah-buahan olahan yang bernilai
tambah juga didorong untuk terus tumbuh. Pertumbuhan pada
sub sektor hortikultura ini diharapkan terjadi karena adanya
program peningkatan ekspor terutama produk nenas, manggis
mangga dan salak.
Tabel 3. Volume Ekspor ProdukHortikultura Andalan (ribu ton) Tahun 2013-2017
2013 2014 2015 2016 2017
1 Nenas 174,1 192,3 193,9 138,4 210
2 Kubis 53,6 25,8 40 68,8 36,6
3 Jahe 22,4 91,9 25,9 21,9 24,3
4 Cabe 11 12,1 14,8 14,3 8,6
5 Manggis 7,6 10 38,1 34,9 9,1
6 Polong - polongan 7,2 7,2 7,1 7,4 8,1
7 Kapulaga 6,7 7,7 6,2 4,1 7,1
8 Jamur dan Cendawan 6,2 5,6 6,7 5 3
9 Pisang 5,6 26,2 22,3 19 18,8
10 Kentang 6 6,5 7,1 6 5,2
No EksporVolume (ribu ton)*
Sumber : Pusdatin Kementan, diolah. 2018
Renstra PPHH 2015 - 2019 24
Tabel 4. Nilai Ekspor ProdukHortikultura Andalan(Juta US$) Tahun 2013-2017
2013 2014 2015 2016 2017
1 Nenas 157,4 193,4 232,3 188,9 242
2 Kubis 12,7 5,4 7,8 13,4 7
3 Jahe 14,9 49,1 18,2 10,5 13,9
4 Cabe 23,5 25,7 37,9 35 20,3
5 Manggis 5,7 6,5 17,2 20,2 4
6 Polong - polongan 10,7 11,1 11 11,7 14
7 Kapulaga 10,7 10,1 7,7 6,2 10,9
8 Jamur dan Cendawan 12,9 12,2 13,1 10 6,1
9 Pisang 2,9 16,2 13 10,8 8,8
10 Kentang 4,2 6,1 5 4,8 4,3
Nilai (Juta US$)*EksporNo
Sumber : Pusdatin Kementan, diolah. 2018
B. Penurunan Laju Volume Impor Produk Hortikultura
Berdasarkan data historis maka trend volume impor produk
hortikultura diperkirakan masih 5,79%. Hal ini perlu tetap dijaga
pada tingkat yang relatif rendah namun tetap tersedia di pasaran
untuk memenuhi permintaan industri olahan dalam negeri, tanpa
mengorbankan produk dalam negeri. Hal ini juga harus disertai
dengan upaya pengadaan produk hortikultura dalam negeri yang
mencukupi.
Renstra PPHH 2015 - 2019 25
Tabel 5. Volume Impor Produk Hortikultura Andalan Tahun 2013-2017
2013 2014 2015 2016 2017
1 Bawang Putih 442,7 494,6 482,6 448,8 559,7
2 Lobak Cina 155,4 151,2 83,1 108,5 24,4
3 Apel 131,6 140,9 85,4 141,6 155
4 Pir 128 85,6 103,1 99,7 167,6
5 Jeruk 111,7 159 121,48 86,6 120,3
6 Kentang 107,9 93,2 101,5 106,2 140
7 Lengkeng 56,4 72,1 45,5 58,1 100,4
8 Anggur 41,5 54,9 49,5 67,5 86,5
9 Bawang Bombai 37,7 74,1 46,1 108,5 155,8
10 Kurma 29,1 30,5 21 23,4 34,6
No ImporVolume (ribu ton)*
Sumber : Pusdatin Kementan, diolah. 2018
Tabel 61. Nilai Impor Produk HortikulturaAndalan Tahun 2013-2017
2013 2014 2015 2016 2017
1 Bawang Putih 366,5 354,9 347,5 448,6 596
2 Lobak Cina 54,3 49,5 33,1 21,8 15,4
3 Apel 179,1 202 141,2 266,2 317
4 Pir 109,2 78,6 97 110,4 202,7
5 Jeruk 142,6 203,1 162,4 124,4 175,3
6 Kentang 93,5 83,2 82,5 85,1 107,2
7 Lengkeng 67,1 90,4 61,1 81,5 157,2
8 Anggur 111,7 160,3 148,2 206,3 260,3
9 Bawang Bombai 28,8 48,4 34,2 61,1 76,6
10 Kurma 37,5 37,2 29,7 32,9 53,6
Nilai (Juta US$)*ImporNo
Sumber : Pusdatin Kementan, diolah. 2018
Pertumbuhan ekspor dan penurunan laju impor pada sub sektor
hortikultura terus diupayakan. Namun saat ini, Indonesia masih
sangat tergantung pada impor beberapa komoditas hortikultura
Renstra PPHH 2015 - 2019 26
seperti bawang putih, apel, pir, jeruk, kentang dll seperti yang
tercantum pada Tabel 5 dan Tabel 6. Hal ini dikarenakan
beberapa komoditas tersebut tidak dapat diproduksi di Indonesia.
C. Meningkatnya Penguasaan Pasar Domestik Produk
Hortikultura Nusantara
Penguasaan pasar domestik produk hortikultura nusantara
dengan penurunan laju impor produk hortikultura khususnya
komoditas segar dan olahan dari bawang putih, apel, pir, jeruk,
dan kentang.
Untuk itu dilakukan upaya sinergis melalui penguatan market
intelligent khususnya pasar dalam negeri, penguatan pemasaran
dalam negeri, pengembangan produk olahan serta peningkatan
mutu produk hortikultura. Selain itu dilakukan promosi produk
pertanian nusantara untuk mengenalkan produk dalam negeri
kepada masyarakat, penataan prasarana pemasaran dan
kelembagaan pasar, serta dikembangkan kemitraan usaha untuk
menumbuhkan usaha produk hortikultura yang sehat dan berdaya
saing.
Strategi Penanganan Pascapanen
- Penyadaran tetang persaingan yang semakin ketat dan
tuntutan konsumen akan produk yang bermutu dan aman
konsumsi.
- Sosialisasi pentingnya penanganan pascapanen
- Pendampingan dan pembinaan penanganan pascapanen
- Pengembangan kemitraan ( jaminan pasar )
- Fasilitasi sarana dan prasarana pascapanen
- Peningkatan kapabilitas petani / kelompok tani / pelaku usaha
dan petugas.
Renstra PPHH 2015 - 2019 27
Renstra Direktorat Hortikultura merupakan bagian dari Renstra
Kementerian Pertanian 2015-2019.Oleh karena itu Direktorat
Jenderal Hortikultura secara berjenjang memangku tanggung
jawab pencapaian beberapa Sasaran Strategis Kementerian
Pertanian yang telah ditetapkan. Hal ini secara skematis dapat
dilihat pada tabel berikut :
Kode SS IKSS/IKSP Satuan Target
2018 2019
SS3 1 Pertumbuhan volume ekspor produk
pertanian nasional % 8,97 10,52
a Pertumbuhan volume ekspor untuk
produk pertanian hortikultura % 2,83 3,29
2 Penurunan volume impor untuk
produk pertanian nasional % 5,02 6,61
b Penurunan volume impor untuk
produk pertanian hortikultura % -7,38 -10,65
SS8 4 Rasio ketersediaan Alat dan Mesin
Pertanian (alsintan) berdasarkan
kebutuhan (pra dan pasca panen)
% 66.3 68.4
Rasio ketersediaan Alat dan Mesin
Pertanian (alsintan) berdasarkan
kebutuhan pascapanen hortikultura
% 90 90
3.4. Arah kebijakan
Kebijakan yang akan dilakukan dalam mencapai visi dan misi
pembangunan hortikultura 2015-2019 fokus pada usaha
pengembangan kawasan, pengembangan sistem perbenihan,
pengembangan sistem pascapanen, pengolahan dan pemasaran
produk hortikultura, pengembangan sistem perlindungan, serta
Renstra PPHH 2015 - 2019 28
tata kelola manajemen. Adapun penjelasan mengenai arah
kebijakan adalah sebagai berikut:
Mengacu kepada arah kebijakan Kementerian Pertanian dan
tugas pokok dan fungsi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura, maka kebijakan pengembangan Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian ditetapkan sebagai berikut :
3.4.1. Kebijakan Pascapanen Hasil Hortikultura
Dalam upaya menekan kehilangan hasil produksi dan
mempertahankan mutu hasil hortikultura (aneka cabai dan
bawang merah) diperlukan dukungan sarana dan prasarana
penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen yang baik
harus mampu menekan kehilangan hasil, memperpanjang umur
simpan (selflife), mempertahankan kesegaran (vaselife),
meningkatkan daya saing, meningkatkan nilai tambah,
meningkatan efisiensi penggunaan sumber daya sarana, dan
memberikan keuntungan yang optimum untuk pengembangan
hortikultura yang berkelanjutan. Penanganan pascapanen itu
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan terhadap
produk hortikultura untuk siap jual.
Dalam penanganan pascapanen komoditas hortikultura (aneka
cabai dan bawang merah), secara umum meliputi kegiatan mulai
dari pendataan jumlah produk siap panen, pengumpulan, sortasi,
trimming, pembersihan, penirisan, pengkelasan (grading),
pengemasan atau pembungkusan, pelabelan, penyimpanan
sampai cara pengiriman dan distribusinya. Pada tahapan-tahapan
tersebut diperlukan sarana dan prasarana pascapanen yang
memadai seperti gudang/bangsal pasca panen dan
perlengkapannya, alat pengangkutan dari lahan usaha ke
packinghouse, alat pengangkutan berpendingin (mobil cooling
Renstra PPHH 2015 - 2019 29
box) untuk pendistribusian produk ke pasar, konsumen dan lain-
lain.
Realisasi fasilitasi pascapanen hortikultura baik itu fasilitasi
pengelolaan pascapanen tanaman buah, tanaman florikutura
serta tanaman sayuran & obat dari tahun ke tahun cenderung
terus meningkat baik dari jumlah, jenis dan mutunya. Hal ini
merupakan upaya Direktorat Jenderal Hortikultura untuk
mengembangkan Hortikultura mulai kawasan hulu sampai
kawasan hilir melalui penyediaan fasilitasi pengelolaan
pascapanen hasil hortikultura. Penyediaan fasilitas pengelolaan
pascapanen bertujuan untuk mengurangi kehilangan hasil selama
proses penganganan pascapanen agar produk yang dihasilkan
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi sehingga dapat menambah
penghasilan dari petani/pelaku usaha kecil.
Dalam hal penanganan pascapanen petani belum sepenuhnya
menyadari perlunya penanganan pascapanen yang baik sehingga
tingkat kehilangan hasil dari pemetikan hasil sampai dikonsumsi
sangat besar yaitu antara 20 – 40%. Sementara penanganan
pascapanen yang dilakukan oleh petani / pelaku usaha di daerah
masih sederhana dan tradisionil / relatif tertinggal dibandingkan
kegiatan pra panen. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya
penerapan teknologi dan terbatasnya sarana prasarana
penanganan pascapanen.
Penanganan pascapanen komoditas hortikultura dilandasi
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 73 tahun 2013
tentang Pedoman Panen, Pascapanen, dan Pengelolaan Bangsal
Pascapanen Hortikultura Yang Baik. Dengan adanya Permentan
ini diharapkan akan mampu mendukung penerapan penanganan
pascapanen hortikultura oleh petani dan/atau pelaku usaha.
Renstra PPHH 2015 - 2019 30
Kegiatan yang perlu dilakukan antara lain menekan kehilangan
hasil, meningkatkan mutu dan nilai tambah serta fasilitasi dan
pembinaan penanganan pascapanen. Fasilitasi pascapanen
dengan prioritas untuk cabe, bawang jeruk, komoditas masif dan
produk ekspor
Langkah Operasional yang telah dilakukan antara lain fasilitasi
peralatan pascapanen, pengadaan bangsal pascapanen,
pembinaan dan pendampingan pascapanen, bimbingan teknis
pascapanen serta pembuatan website Bimbingan Pascapanen
3.5.2. Kebijakan Pengolahan Hasil Hortikultura
Dalam upaya pengembangan pengolahan hasil hortikultura
(aneka cabai, bawang merah, pisang dan komoditas lainnya),
dengan karakteristik usaha yang berskala kecil dengan berbagai
keterbatasannya, memerlukan kebijakan pengembangan yang
memiliki keunggulan. Salah satu pendekatan terintegrasi yang
dipandang sesuai, adalah pendekatan kelompok yang memiliki
jaringan usaha yang terkait. Pendekatan pengembangan aktifitas
usaha pengolahan secara berkelompok dalam kegiatan usaha
yang sejenis, tentunya dapat meningkatkan kapasitas serta daya
saing usaha, yang kemudian dapat dikembangkan beberapa
usaha yang cakupannya berbeda tetapi masih saling terkait
menjadi bentuk klaster (inti dan plasma). Keunggulan pola klaster
ini, mengacu pada argumentasi bahwa sulit bagi usaha berskala
kecil secara individual untuk bersaing dengan usaha berskala
besar dalam suatu aktifitas usaha yang sama (economic of scale).
Pengembangan suatu usaha dengan pendekatan klaster, dimana
kelompok usaha yang saling terakit dari berbagai jenis usaha dan
beroperasi dalam wilayah yang saling berdekatan, terbukti
memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Usaha
Renstra PPHH 2015 - 2019 31
pengolahan yang berbasis klaster di beberapa negara,
menunjukkan kemampuannya secara berkesinambungan untuk
mampu menembus pasar ekspor, menghasilkan nilai tambah
yang memadai, mampu menyerap tenaga Optimalisasi potensi
perempuan dalam meningkatkan produktivitas pertanian dapat
dilakukan melalui kegiatan produktif dimana kesetaraan gender
menjadi inti pengembangan program peningkatan nilai tambah
dan daya saing produk pertanian. Oleh karena itu, perencanaan
pembangunan sektor pertanian, khususnya usaha-usaha
agroindustri pedesaan yang responsif gender sangat diperlukan.
Hal tersebut mempunyai peran untuk : (1) menjamin pelaksanaan
pembangunan yang lebih mantap, berkesinambungan, dan
mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, dengan
mempertimbangkan pengalaman, aspirasi, permasalahan dan
kebutuhan perempuan dan laki-laki; (2) memperkecil kesenjangan
gender yang terjadi di berbagai bidang pembangunan;
(3) meningkatkan pendapatan keluarga sehingga dapat
mensejahterakan keluarga.
Secara teknis usaha agroindustri terpadu adalah unit usaha yang
telah memperhatikan dan mengembangkan aspek-aspek
penyiapan bahan baku yang bermutu, menerapkan prinsip-prinsip
Good Agricultural Practices (GAP), Good Handling Practices
(GHP), dan Good Manufacturing Practices (GMP), menerapkan
sistem jaminan keamanan dan mutu hasil hortikultura, serta telah
memanfaatkan dan mengelola limbah dengan baik (zero waste).
Usaha agroindustri tersebut merupakan industri pengolahan hasil
pertanian skala kecil-menengah dan skala rumah tangga yang
pada umumnya berada dan dimiliki warga di pedesaan yang
bergerak dalam usaha pengolahan makanan minuman,
biofarmaka, bioenergy, dan pengolahan hasil samping.
Agroindustri terpadu ini dikembangkan dengan tujuan :
Renstra PPHH 2015 - 2019 32
meningkatkan nilai tambah hasil panen di pedesaan, baik untuk
konsumsi langsung, maupun untuk bahan baku agroindustri
lanjutan; memberikan jaminan mutu dan harga sehingga tercapai
efisiensi agribisnis; mengembangkan diversifikasi produk sebagai
upaya penanggulangan kelebihan produksi atau kelangkaan
permintaan pada periode tertentu; sebagai wahana pengenalan,
penguasaan, pemanfaatan teknologi tepat guna dan sekaligus
sebagai wahana peran serta masyarakat pedesaan dalam sistem
agribisnis, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Kebijakan pengembangan pengolahan hasil hortikultura antara
lain dilaksanakan dengan peningkatan nilai tambah melalui
agroindustri pedesaan, peningkatan inovasi dan diseminasi
teknologi pengolahan, peningkatan efisiensi usaha pengolahan
hasil pertanian melalui optimalisasi dan modernisasi sarana
pengolahan dan peningkatan kemampuan dan memberdayakan
SDM pengolahan dan penguatan lembaga usaha pengolahan
hasil di tingkat petani.
3.5.3. Kebijakan Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura
Kebijakan penerapan jaminan mutu hortikultura (aneka cabai dan
bawang merah) meliputi kebijakan di bidang standardisasi dan
penerapan standar mutu. Kebijakan standardisasi merupakan
bagian yang tak dapat dipisahkan daripembinaan mutu hasil
hortikutura dari proses penyiapan bahan baku, produksi hingga
produk ditangan konsumen. Penerapan standar mutu secara
optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil pertanian bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi proses produksi maupun
produktivitas dibidang pertanian yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran pemasaran
serta mendorong berkembangnya investasi disektor pertanian.
Renstra PPHH 2015 - 2019 33
Untuk kebijakan mutu hasil pertanian, saat ini masih
memfokuskanpadaaspek keamanan pangan dan mutu produk
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
memenangkan persaingan. Sistem keamanan pangan dan mutu
produk pangan hasil hortikultura (aneka cabai dan bawang
merah) harus sudah mulai diterapkan sejak awal hingga pada
akhir periode, sehingga diharapkan sistem berjalan dengan baik.
Diera pasar bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau
harus mampu bersaing dengan masuknya produk industri pangan
negara lain yang telah mapan dalam sistem manajemen mutunya.
Kebijakan pengembangan standardisasi dan mutu dilaksanakan
dengan bimbingan teknis dan pendampingan penerapan standar
mutu aneka cabai dan bawang merah.
3.4.4. Kebijakan Pemasaran dan Investasi
Kebijakan yang diambil dalam bidang pemasaran dan investasi
difokuskan pada pengembangan pemasaran dalam negeri yang
diarahkan bagi terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan,
sistem pemasaran yang efisien dan efektif, meningkatnya posisi
tawar petani/ pelaku usaha,serta meningkatnya pangsa pasar
produk lokal di pasar domestik, dan meningkatnya konsumsi
terhadap produk hortikultura Indonesia,s erta terpantaunya harga
komoditas hasil hortikultura diseluruh propinsi. Untuk mencapai
hal tersebut maka kebijakan pemasaran dan investasi
dilaksanakan dengan pengembangan jaringan pemasaran
domestik, pengembangan sarana dan kelembagaan pasar,
kebijakan pemantauan pasardan stabilisasi harga dan
pengembangan pelayana informasi pasar.
PIP bertujuan untuk menciptakan sistem Pelayanan Informasi
Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, terkini dan dapat dipercaya
agar langsung dapat dimanfaatkan oleh para pengguna
Renstra PPHH 2015 - 2019 34
informasi, meningkatkan kualitas data dan informasi pasar
sehingga lebih akurat, terkini, kontinyu dan lengkap dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaksana kegiatan
pelayanan informasi pasar.
Untuk pengembangan pemasaran internasional dimaksudkan
untuk percepatan peningkatan ekspor hasil pertanian, baik dalam
bentuk segar maupun olahan, sehingga dapat meningkatkan
pangsa pasar produk lokal dipasar internasional dan sekaligus
meningkatkan perolehan devisa negara. Di samping itu,
pengembangan pemasaran internasional juga dimaksudkan
untuk melindungi produk pertanian dalam negeri melalui
kebijakan yang kondusif dan tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku pada WTO. Untuk mencapai hal tersebut
maka kebi jakan pemasaran internasional yang dilaksanakan
adalah peningkatan negosiasi dan advokasi pemasaran
internasional, perumusan dan disiminasi kebijakan pemasaran
internasional, peningkatan akses pasar komoditi segar/ produk
olahan ekspor, pengembangan market intellegence dan database
dan penguatan rantai pasok.
Renstra PPHH 2015 - 2019 35
IV PROGRAM, SASARAN PROGRAM, INDIKATOR, TARGET
DAN LANGKAH OPERASIONAL
4.1. Program
Program Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai pedoman
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran, Direktorat Jenderal
Hortikultura mempunyai satu program yaitu “Peningkatan
Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura”.
Sejalan dengan program Direktorat Jenderal Hortikultura, maka
program Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikltura
adalah “Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing
Hortikultura”.
4.2. Sasaran Program Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura
1. Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan
kemandirian petani dan pelaku usaha lainnya dalam
usaha agroindustri serta kelembagaannya.
2. Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan
profesionalisme SDM Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Hortikultura.
3. Berkembangnya agroindustri terpadu di perdesaan
melalui, keterpaduan sistem produksi, penanganan
pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil
hortikultura.
4. Tercapainya penerapan sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan.
Renstra PPHH 2015 - 2019 36
5. Meningkatnya kualitas dan jumlah olahan produk
hortikultura untuk mendukung peningkatan daya saing
dan ekspor.
6. Meningkatnya daya serap pasar domestik dan devisa
negara dari ekspor produk pertanian.
4.3. Indikator Outcome
Pencapaian sasaran program sangat dipengaruhi dari
tercapainya sasaran kegiatan. Hal ini sebagaimana terlihat pada
Tabel berikut; Kode
SP IKSP/IKSK Satuan
Penanggung
Jawab IKSP/IKSK
SP01 Pertumbuhan volume ekspor untuk
produk pertanian hortikultura
% Direktorat Jenderal
Hortikultura
Volume ekspor hortikultura Ton Direktorat PPHH
SP1 Penurunan volume impor untuk produk
pertanian hortikultura
% Direktorat Jenderal
Hortikultura
Rasio informasi pasar terkait komoditas
hortikultura yang tersedia informasi
yang dibutuhkan
% Direktorat PPHH
SP3 Rasio ketersediaan Alat dan Mesin
Pertanian (Alsintan) pasca panen
tanaman hortikultura berdasarkan
kebutuhan
% Direktorat Jenderal
Hortikultura
Rasio Alat Mesin Pertanian (Alsintan)
dan sarana prasarana pasca panen
dan pengolahan hortikultura yang
dimanfaatkan terhadap total Alat Mesin
Pertanian (Alsintan) dan sarana pasca
panen dan pengolahan hortikultura
% Direktorat PPHH
Renstra PPHH 2015 - 2019 37
4.4. Target dan Langkah Operasional
4.4.1. Target
Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura menetapkan beberapa
target pembangunan yang akan dijadikan indikator kinerja setiap
tahun anggaran. Hal ini dilakukan sebagai bahan rujukan bagi
proses evaluasi. Target tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 28. Target Renstra Ditjen Hortikultura
Kode SP IKSP/IKSK Satuan Target
SP01 Pertumbuhan volume ekspor untuk produk
pertanian hortikultura
% 3% 2,83% 3,29%
Volume ekspor hortikultura Ton 206.402 212.246 219.226
SP1 Penurunan volume impor untuk produk
pertanian hortikultura
% -8.77 -7.38 -10.65
Rasio informasi pasar terkait komoditas
hortikultura yang tersedia informasi yang
dibutuhkan
% 60 70 75
SP3 Rasio ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian
(Alsintan) pasca panen tanaman hortikultura
berdasarkan kebutuhan
%
90 90 90
Rasio Alat Mesin Pertanian (Alsintan3) dan
sarana prasarana pasca panen dan pengolahan
hortikultura yang dimanfaatkan terhadap total
Alat Mesin Pertanian (Alsintan) dan sarana
pasca panen dan pengolahan hortikultura
%
90 90 90
Rasio luas area terkena DPI yang dapat
ditanggulangi dibanding luas tanam tanaman
hortikultura (%)
% - 0,5 0,5
SP5 Nilai AKIP Direktorat Jenderal Hortikultura
berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian
Nilai 82,50 82,50 83,00
Nilai AKIP Direktorat Jenderal Hortikultura
berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian
Nilai 82,50 82,50 83,00
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun
2011)
Nilai 73,50 73,75 74,00
Nilai Kinerja (NK) (berdasarkan PMK 249 tahun
011)
Nilai 73,50 73,75 74,00
Renstra PPHH 2015 - 2019 38
4.4.2. Langkah Operasional
Adapun langkah operasional yang akan dilakukan untuk
mempertajam pencapaian strategi pembangunan hortikultura
2015 – 2019 dilakukan melalui Program Peningkatan Produksi
dan Nilai Tambah Hortikultura dan dapat diurai sebagai berikut:
− Fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan cabai dan
bawah merah
− Fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan hortkultura
lainnya
− Fasilitasi petugas informasi pasar
− Fasilitasi pasar lelang dan pasar tani
− Penyediaan teknologi pasca panen dan pengolahan produk
hortikultura
− Fasilitasi jaminan mutu produk hortikultura
− Fasilitasi Dokumen Sistem Jaminan Mutu
Renstra PPHH 2015 - 2019 39
IV. PENUTUP
Tujuan dan sasaran pembangunan pengolahan dan pemasaran
hasil hortikultura 2015-2019 akan diwujudkan melalui program
Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura”. Lebih
lanjut program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan
utama meliputi Pengembangan Pasca Panen Hortikultura,
Pengolahan Hasil Hortikultura, Pengembangan Mutu dan
Standarisasi, serta Pengembangan Pemasaran dan Investasi.
Untuk pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan
pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura perlu melibatkan
berbagai komponen masyarakat selaku stake holder dan
meningkatkan sinergi seluruh potensi sumber daya sehingga
pemerintah lebih berperan dalam memfasilitasi, mendorong, dan
memberdayakan masyarakat. Kerjasama antara Eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura atau lembaga terkait, dan
antara pusat dan daerah perlu dijalin dalam rangka mengatasi
berbagai masalah dan kendala yang dihadapi. Kerjasama antara
para aparat pelaku pembangunan pengolahan dan pemasaran
hasil hortikultura baik internal maupun eksternal di pusat atau
daerah sangat dibutuhkan mengingat kompleksnya
permasalahan sehingga dibutuhkan pelibatan berbagai fungsi
dan kebijakan.
Penguatan arah program disesuaikan dengan Visi dan Misi
Pemerintahan (Kabinet Kerja) 2015-2019, sehingga
pelaksanaannya merupakan perwujudan target pembangunan
yang telah dicanangkan. Disadari bahwa untuk mencapai tujuan
dan sasaran strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura bukanlah tugas yang ringan, namun dengan
tekad dan kerja keras, bahu membahu dan terus meningkatkan