Upload
sliphi-uwie
View
351
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
Berdasarkan klasifikasi bahan yang sering digunakan pada industri kimia pada umumnya
mempunyai sifat :
1. Mudah meledak
2. Teroksidasi
3. Mudah menyala
4. Beracun
5. Korosif
6. Iritatif
7. Berbahaya bagi lingkungan
8. Karsinogenik
9. Teratogenik
10. Mutagenik
Bencana kimia dapat berupa :
1. Kebakaran
Penyebab : kebocoran material yang mudah terbakar bercampur dengan udara dan
mengenai sumber api yang mengakibatkan kebakaran. Dampak pada manusia, tingkat
keparahan luka bakar bergantung kepada intensitas panasnya api dan lamanya paparan.
Penyebabnya adalah :
a. Gas yang mudah terbakar
b. Cairan yang sangat mudah terbakar
c. Cairan mudah terbakar
2. Kebakaran tangki yang diikuti dengan ledakan (Bleve)
3. Ledakan
4. Kebocoran gas kimia
5. Tumpahan bahan kimia cair
6. Semburan partikel kimia
Bencana kimia dapat terjadi akibat :
1. Kecelakaan meliputi kelalaian manusia dan kerusakan teknologi
2. Bencana alam : banjir, tsunami, gempa bumi yang mengenai industri kimia dan menimbulkan
bencana kimia
3. Sabotase pada industri kimia
Kejadian bencana industri kimia juga dapat muncul perlahan-lahan karena
kebocoranyang tidak terdeteksi pada lokasi industri, tempat penyimpanan bahan kimia atau
dari tempat pembuangan limbah beracun. Gejala/ keluhan penyakit yang massal dapat menjadi
tanda pertama dari kejadian tersebut.
Bencana kimia dapat mengakibatkan antara lain:
1. Tersebarnya gas buang berbahaya dan beracun ke ruang udara bebas;
2. Tercemarnya limbah cair dan padat ke media tanah/ lahan, perairan sungai, perairan
pesisir laut dan pantai, perairan danau maupun rawa;
3. Rembesan limbah pada air permukaan tanah dan air tanah dalam disamping kondisi
fisiohidrografi, hidrografi, biologi dan kimia disekitar wilayah bencana.
Dampak bencana kimia
Bencana kimia dapat diukur dari intensitas dampak, jumlah manusia yang terkena dampak dan
luasnya dampak. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah pemakaian jumlah bahan, sifat dan
karakter bahan yang digunakan. Kecelakaan industri kimia dapat terjadi pada kegiatan
penyimpanan, pendistribusian/pengangkutan, pengolahan, pemakaian, dan pembuangan.
Bencana industri dapat terjadi sebagai dampak kebakaran, ledakan atau kecelakaan lain ketika
sedang bekerja dengan bahan kimia pada industry atau tempat penyimpanan, dampak bencana
alam atau serangan teroris pada suatu tempat, atau selama transportasi bahan kimia
berbahaya. Paparan dapat terbatas pada orang-orang yang berada dalam suatu tempat atau
kepada masyarakat diluar daerah populasi udara atau air, melalui kontaminasi tanah dan
makanan. Krisis kesehatan muncul ketika manajemen kesehatan dan keselamatan kerja tidak
dilaksanakan dengan baik dan pelayanan gawat darurat di rumah sakit setempat kurang
memadai.
a. Dampak langsung
Kematian
Luka akibat ledakan, bangunan yang runtuh, kecelakaan transportasi bahan kimia,
kebakaran dan lain-lain
Penyakit akibat paparan bahan kimia :
o saat kejadian : contoh inhalasi menyebabkan iritasi saluran nafas, absorpsi melalui kulit
yang terpapar, luka bakar.
o setelah kejadian : dari kulit yang terpapar melalui kontak dengan makanan, air dan
benda lain yang terkontaminasi
b. Dampak tidak langsung
Dampak psikologi dan psikososial berupa ketakutan dan kegelisahan, yang dapat
meningkatkan gejala penyakit dan gejala medis non spesifik.
Dampak sosial jika orang-orang kehilangan rumah, tempat usaha dan sumber ekonomi
lainnya.
Resiko yang terkait dengan zat-zat berbahaya :
Pertama
Produksi, penyimpanan, trasportasi, dan penggunaan zat yang mudah terbakar, zat kimia
toksik atau yang eksplosif telah berkembang pesat di negara-negara maju maupun
negara sedang berkembang.
Kedua
Produksi yang lebih tersentralisasi dan lebih besar telah meningkatkan jumlah pabrik-
pabrik bahan kimia dan jarak pengangkutannya.
Ketiga
Pertumbuhan penduduk disekitar pabrik bahan kimia dan disepanjang jalur transportasi
berarti bahwa terdapat lebih banyak kelompok penduduk dalam jumlah besar yang
beresiko tinggi akibat kecelakaan kimiawi.
1. Langkah-langkah Penanggulangan
a. Kesiapsiagaan
Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan bencana jajaran kesehatan perlu
mendorong partisipasi kalangan industri danperan masyarakat agar memiliki upaya
kewaspadaan dalam penanggulangan bencana dan bekerja sama satu dengan lainnya serta
mengikuti dan memantau kemungkinan dampak kesehatan yang terjadi di daerahnya. Upaya
kesiapsiagaan dilakukan oleh seluruh komponen sesuai dengan peran masing-masing, yaitu
peran pemerintah, peran kalangan industry dan peran masyarakat.
1). Peran Jajaran Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, pada periode kesiapsiagaan perlu
melakukan pemetaan daerah-daerah yang beresiko bilamana terjadi situasi kedaruratan,
menyusun rencana kontinjensi yang dapat dioperasionalkan dengan melibatkan sektor lain.
Unit pelayanan kesehatan setempat harus mengetahui potensi resiko, termasuk data bahan
kimia berbahaya yang digunakan di wilayahnya serta memiliki jejaring rujukan dan sistim
informasi 24 jam yang memadai. Ketika muncul gejala-gejala yang mengarah pada keadaan
darurat bahan kimia maka jajaran kesehatan segera melakukan identifikasi dan penyiapan
sebagai berikut:
Sumberdaya dan jenis kontaminan, cara pelepasan, macam penyebaran, resiko kesehatan
masyarakat pekerja dan masyarakat yang beresiko lainnya.
Paparan individu – orang-orang yang ada di daerah yang bersangkutan, respons pertama,
masyarakat di sekitar (melalui lingkungan dan monitoring personal/biologis berdasarkan
sampling, kuesioner dan perwakilan).
Dampak kesehatan – pada awalnya dampak akut, kemudian akan berlanjut pada dampak
jangka panjang (data dari rekam medik).
Kapasitas pelayanan setempat yang memadai – kualifikasi personil, peralatan
perlindungan, antidotum, kapasitas diagnosis, fasilitas ruang isolasi dan lain-lain.
Upaya kesiapsiagaan jajaran kesehatan :
Analisis dan pemilihan upaya pengendalian situasi serta rencana penempatan masyarakat
pada lokasi yang aman, jalur evakuasi dengan memperhitungkan ramalan cuaca (arah
angin dan hujan) serta perkiraan perubahan lingkungan yang dapat menyebarkan
sumber polusi bahan kimia yang ada.
Persiapan Rumah Sakit
Rumah sakit harus memiliki area / ruangan dekontaminasi (dekat dengan UGD)
termasuk penanganan limbahnya, tenaga, sarana dan prasarana.
Identifikasi daerah ’berbahaya’ (ring 1), ’kurang berbahaya’ (ring 2) dan ’aman’ (ring 3)
disekitar daerah bencana.
Promosi kesehatan yang berisi informasi tentang resiko dan upaya kewaspadaan kepada
masyarakat, contohnya tempat perlindungan dari polusi udara (tinggal didalam dan
menutup semua jendela), mengurangi resiko pencemaran terhadap air tanah dan
persediaan makanan.
Evakuasi medis, jika dibutuhkan, dan penyediaan pelayanan penting di daerah evakuasi
(jika ada resiko kesehatan akut).
Tersedia Standard Operational Procedure (SOP)
Melakukan Geladi Bencana Kimia
Pelatihan Awam Khusus (First Responder)
Sumber Daya Manusia Kesehatan
1). Jumlah tergantung besar kecilnya bencana dan perkiraan jumlah korban
2). Kemampuan
a) Dapat bekerjasama dalam tim
b) Memiliki pengetahuan tentang penanggulangan bencana kimia
c) Memiliki pengetahuan tentang peran unit kerja lain
d) Memiliki kemampuan analisis kejadian, termasuk memperkirakan jumlah
dan jenis tenaga , sarana dan prasarana yang dibutuhkan
e) Memperhatikan keamanan individu dan mengerti proteksi diri
3). Petugas di area merah (red zone), area hijau (green zone) dan area pemisah
(extrication)
Sarana dan Prasarana
1). Alat pelindung diri dalam kondisi siap pakai.
2). Peralatan medik dan obat yang diperlukan dalam penanganan pertama.
3). Peralatan dekontaminasi di lapangan (gross decontamination)
4). Peralatan transportasi pasien
5). Peralatan komunikasi
6). Penetapan lokasi penanganan termasuk lokasi tempat pembuangan limbah.
7). Sarana transportasi, termasuk :
a). Menentukan jenis alat transportasi yang akan digunakan.
b). Menyiapkan korban yang akan dirujuk sesuai dengan alat transportasi yang akan
digunakan.
c). Menyiapkan jenis peralatan yang lebih spesifik untuk penanganan pasien terkait.
Selama transportasi dilakukan
d). Menjamin kelancaran transportasi pasien dengan selalu berkoordinasi dengan
pihak yang terkait.
e). Diperlukan peran ketua tim dalam pengaturan proses transportasi korban.
2). Peran Industri
Industri mempunyai tanggung jawab dan berkewajiban memberikan informasi tentang
potensi bahaya bahan kimia yang dimiliki, antidotum dan cara penanganannya. Bilamana
terjadi bencana wajib mendukung sumber daya kesehatan yang dimiliki kepada Dinas
Kesehatan setempat.
3). Peran Masyarakat
Untuk perlindungan kesehatan terhadap kemungkinan terjadinya bencana industri
kimia, masyarakat yang diwakili oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan organisasi
kemasyarakatan memiliki peran:
a). Melakukan komunikasi dengan pejabat setempat dan pimpinan industry dalam hal isu
yang penting dalam masyarakat.
b). Melakukan komunikasi dengan masyarakatnya dalam hal rencana dan program yang
disusun untuk melindungi kesehatan dan lingkungan
c). Berperan dalam forum keagamaan, organisasi masyarakat, sekolah dan program lain
untuk memberikan penyuluhan tentang program penanggulangan bencana.
d). Membantu menggerakkan masyarakat dan dukungannya dalam menyusun program
penanggulangan bencana. Masyarakat berperan aktif sebagai tenaga awam khusus
terlatih (first responder) untuk melindungi dan menyelamatkan diri terhadap paparan
bahan kimia, sesuai pengetahuan yang telah diberikan. Jika terjadi kebakaran atau
gangguan pada proses industri kimia yang dapat beresiko terjadi ledakan atau keluarnya
bahan yang mengandung racun ke dalam atmosfir atau aliran air, peringatan dapat
disampaikan oleh staf teknis kepada masyarakat untuk melakukan evakuasi atau tinggal
di dalam rumah/ bangunan.
b. Tanggap Darurat
Tanda-tanda pertama tentang kedaruratan kimiawi dapat berasal dari sumber yang
beraneka ragam. Untuk membuktikan informasi ini, penting sekali adanya kunjungan cepat
ke lokasi oleh seorang yang mempunyai keahlian menangani bahan-bahan berbahaya atau
seorang ahlli kimia, untuk mengambil tindakan pencegahan yang sesuai. Hampir semua
kecelakaan kimiawi terjadi di tempat kerja, dan mungkin tidak menimbulkan akibat langsung
dengan efek yang luas atau berjangka panjang. Bilamana telah diperoleh informasi adanya
bencana kimia yang perlu segera dilakukan adalah mengaktivasi sistem kedaruratan yang
ada, yang meliputi :
Penyelamatan korban
Penilaian cepat
1). Penyelamatan korban
a) Penanganan Teknis Medis
Penanganan medik korban bencana kimia dilakukan sejak dilokasi kejadian/
lokasi bencana, selama transportasi dan penanganan di rumah sakit. Pada
bencana kimia prinsip penanganan medis sesuai standar penanganan pasien
gawat darurat, hal khusus yang harus dilakukan adalah melakukan dekontaminasi.
Tenaga medis dan non medis yang melakukan pertolongan dalam tim reaksi cepat
harus selalu menjaga dirinya agar tidak terpapar bahan kimia berbahaya dari
tubuh korban. Selain itu proteksi juga harus dilakukan pada peralatan medik yang
akan digunakan, memperhatikan limbah yang berada dilokasi atau ruang
penanganan. Penanganan medik harus dilakukan dengan cepat dengan
membentuk tim khusus yang akan melakukan dekontaminasi. Tim ini bisa disebut
sebagai ”Tim HAZMAT” (Hazard material team) dengan menggunakan alat
proteksi diri terutama terdiri dari masker pelindung yang juga melindungi mata
dan pakaian khusus yang dapat melindungi penolong (tahan uap, tahan air)
termasuk sepatu. Harus serlalu diingat bahwa bahan kimia atau kontaminan
dapat terbawa melalui pakaian, kulit, pernafasan atau sekresi korban. Bahan
kimia dapat mencemari lingkungan rumah sakit dan membahayakan orang lain.
Sehingga petugas kesehatan harus mampu memakai alat proteksi diri.
Petugas fase darurat
• Level 1: First Responder (Awareness) menemukan dan melaporkan
• Level 2: First Responder (Operation) respon secara defensif dan tak ada paparan
bahan kimia, fisika dan bahaya operasional lain
• Level 3: Hazmat Technician respon secara ofensive dan terpapar bahan kimia,
fisika dan bahaya operasional lain
• Level 4: Hazmat Specialist mendukung hazmat technician, sangat berkompeten
dan berpengetahuan, dan terpapar bahan kimia, fisika dan bahaya operasional
lain
• Level 5: On-scene Commander mempunyai tanggung jawab sebagai supervisor
dan secara terbatas tak terpapar atau sedikit terpapar bahan kimia, fisika dan
bahaya operasional lain.
Triage untuk dekontaminasi
Dilakukan pada korban masal terutama pd korban yg terkontaminasi bahan
kimia.
Prinsipnya sama dengan triage utk korban masal lainnya dgn memberikan
prioritas layanan ;
1. Prioritas utama , layanan cepat bagi pasien dgn ancaman kematian &
perlu tindakan segera. (label merah-kuning)
2. Prioritas berikut : Pasien yg dapat berjalan dan tidak ada gejala. (label
hijau)
3. Prioritas terakhir : Pasien yg meninggal.
Prioritas kasus untuk dekontaminasi, yaitu:
Pasien yang terkontaminasi uap / gas /asap berbahaya (Gangguan
respirasi)
Pasien yang kulit dan pakaiannya tercemar bahan kimia (Cegah absorbsi)
Pasien dengan keluhan dan gejala klinis yg serius (frekuensi nafas cepat,
pergerakan thorax tdk normal)
Pasien dengan trauma
b) Dekontaminasi
Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan
dekontaminasi, pastikan korban dalam keadaan stabil atau telah dilakukan
stabilisasi fungsi vitalnya. Dekontaminasi seharusnya telah dilakukan sebelum
dibawa ke rumah sakit terdekat (Gross decontamination). Gross dekontaminasi
secara tradisional dapat dilakukan melalui semprotan air mobil pemadam
kebakaran. Prinsip dekontaminasi di rumah sakit adalah bahwa setiap pasien yang
datang dan terpapar bahan kimia harus di dekontaminasi sebelum masuk
keruangan yang ada di rumah sakit. Dekontaminasi dilakukan di tempat yang
telah dipersiapkan, terpisah dan tertutup, tersedia air mengalir dan sebaiknya
dekat dengan UGD/IRD . Dengan dialiri/ disemprot air (shower) semua pakaian
korban, dilepaskan dan tubuh korban dibersihkan dengan sabun dan dikeringkan.
Berikan pakaian rumah sakit/ selimut untuk penanganan medis lanjutan Korban di
masukkan ke ruang UGD/ IRD sesuai kriteria triage (dapat dilakukan triage ulang
walaupun sudah dilakukan triage di lapangan. Penanganan dilakukan berdasarkan
skala prioritas kegawat daruratan korban bencana. Pelayanan medik yang
diberikan sesuai standar kemampuan rumah sakit tersebut.
Tipe Dekontaminasi
• Parsial
– Dilakukan didaerah Warm/ Contamination Reduction Zone
– Untuk pekerja yang istirahat dari hot zone
– Cuci tangan dan muka sebelum makan dan minum
• Penuh
– Dilakukan didaerah Warm/ Contamination Reduction Zone
– Dilakukan di akhir tugas
– Pembersihan maksimum dari peralatan, pakaian dan orangnya.
Metode
• Dilusi : Menggunakan air
• Absorpsi : Menggunakan absorbent
• Degradasi kimiawi : Dengan zat kimia untuk mengubah struktur kimianya
• Removal, isolasi dan disposal.
Prosedur Dekontaminasi :
Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80% kontaminant)
Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dgn 6 galon air ( 25 ltr
air/ 4-5 ember air) dan diperlukan area 22 inches² (66 cm²) per-orang.
Lakukan dgn cepat pencucian / penyiraman seluruh tubuh korban
Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5 % Sodium
hypochlorite (HTH chlorine) efektif untuk kontaminant biologi atau kimia. Utk
kontaminant biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit utk korban masal)
Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe)
Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa dan bersihkan
kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Keringkan tubuh pasien dan ganti/ berikan pakaian kering dan bersih.
Panduan umum dalam dekontaminasi
Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan gejala jelas segera lakukan
dekontaminasi.
Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa gejala jelas pindahkan dari area tindakan,
pakaian dibuka dan observasi (medical evaluation)
Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis , berikan prioritas
dekontaminasi.
Bila semua fasilitas dapat tersedia dalam 1 jam diharapkan dapat dilakukan
dekontaminasi pada 200 korban yg bisa berjalan sendiri dan 30-35 korban yg tdk bisa
bergerak/ perlu
tandu.
c) Penanganan Teknis Medis Khusus
Penanganan yang tepat dapat dilakukan setelah ada hasil laboratorium tentang
jenis bahan kimia yang terpapar untuk menentukan antidotumnya.
Gangguan pada sistem persarafan
Antidotum untuk bahan yang menyebabkan gangguan pada saraf adalah
Atropin dan Pralidoxime chloride (2-PAM). Bila terjadi distress pernafasan
lakukan intubasi dan berikan benzodiazepin atau lorazepam atau midazolam
Gangguan pernafasan
Pertahankan jalan nafas tetap terbuka walaupun dilakukan dekontaminasi,
pertimbangkan keperluan inubasi dan penggunaan ventilator. Permasalahan
banyaknya secret dan mudah terjadi bronchospasm. Siapkan dan berikan
bronchodilator dan steroid. Bila hipotensi maka pikirkanperlu penambahan
cairan i. v atau vasopressor.
Gangguan darah
Keracunan sianida ditangani dengan meningkatkan kemampuan tubuh
melakukan detoxifikasi. Dengan merangsang pembentukan thiocyanate yang
dapat dibuang melalui ginjal.
Gangguan kulit (vesicant, blister)
Buka pakaian pasien, mata cuci dengan air sekitar min 5 menit, cuci kulit dalam
2 menit. Bahan kimia yang terpapar di nonaktifkan dengan khlorinasi..
kehilangan cairan sesuai dengan luas kerusakan kulit., ganti cairan bila
diperlukan. , cegah infeksi. Bersihkan kulit, buang yang nekrosis , lakukan irigasi
dengan air 3-4 kali sehari. Sakit pada mata dan kulit yang rusk dapatb berikan
obat topikal, Untuk gangguan pernafasan yang dapat terjadi pertimbangan
intubasi dan penggunaan ventilator.
d) Penanganan korban akibat bahan pengendali massa
Tidak ada antidotum khusus, penanganan dilakukan bersifat simtomatik. Data
statistik bahwa korban yang memerlukan penanganan medis < 1 %. Karena gejala
akan menghilang sendiri (self limiting) dalam 15-30 menit.
e) Penanganan Pengungsi.
Dilakukan sesuai dengan standar minimal pelayanan kesehatan bagi
pengungsi yang meliputi standar air bersih, sanitasi lingkungan, tempat tinggal,
pangan & gizi dan pelayanan kesehatan.
f) Penanganan Lingkungan Pemukiman
Penanganan berdasarkan tingkat keparahan lingkungan, luas area yang
terkontaminasi.
2). Penilaian cepat
Pada skala yang terbatas, penilaian cepat merupakan tindakan yang relatif
sederhana, akan tetapi, bilamana sejumlah besar penduduk dan daerah yang lebih
luas terpapar pada bahaya zat kimia, penilaian tersebut merupakan kegiatan yang
penting. Pada bencana industri kimia harus segera dilakukan penilaian dalam waktu
selambat-lambatnya 24 jam setelah terjadinya bencana. Suatu penilaian yang
menyeluruh harus dilakukan kemudian.
a). Memastikan adanya suatu kedaruratan kimiawi
Pemeriksaan klinis dari suatu sample dari kasus-kasus akan membantu
memastikan kedaruratan. Pengumpulan sample dari lingkungan (udara, air,
makanan, tanah, daun-daunan) adalah penting karena banyak produk ikutan
yang tidak diketahui dapat diproduksi dalam kebakaran dan ledakan. Informasi
ini penting untuk menentukan penduduk yang beresiko, kisaran potensi dari
keterpaparan yang diakibatkan oleh kecelakaan dan tindakan yang akan diambil.
b). Menetapkan sumber, lokasi, jenis, besarnya dan distribusi dari pelepasan
Lokasi yang tepat dan jenis kejadian harus ditentukan, terutama karena
suatu kedaruratan kimiawi dapat melibatkan satu jenis pelepasan atau lebih.
Ciri-ciri kunci lainnya meliputi besarnya pelepasan (perkiraan berat atau volume
dari zat kimia yangtersebar) dan pola distribusinya (yang dipengaruhi oleh
kondisi cuaca).
c). Mengidentifikasi jenis zat kimia yang spesifik dan reaksi produk ikutannya sumber
dari industri kimia:
(1). Identifikasi jenis zat kimia yang dipakai, bertujuan untuk:
- Mengantisipasi kemungkinan efeknya yang berbahaya
- Mengembangkan definisi kerja kasus dari orang-orang yang terpapar dan
cedera dan menetapkan criteria untuk ‘triage’
- Menentukan pertolongan medis untuk orang-orang yang cedera dan
kebutuhan untuk pengobatan khusus, dekontaminasi dan regimen tindak
lanjut untuk mereka yang terpapar
- Memberikan alat-alat pelindung untuk regu penyelamat
- Memulai tindakan penanggulangan untuk pembersihan lingkungan
- Melakukan sampling lingkungan
d). Menetapkan penduduk yang beresiko dan dampak kesehatannya
Tentukan penduduk yang beresiko. Kumpulkan informasi tentang dekatnya
dan besarnya daerah perumahan, lokasi, jumlah penduduk terutama yang
beresiko tinggi (contoh : orang-orang dengan penyakit menahun, wanita hamil
dan bayi). Lakukan evaluasi resiko toksikologi dan jalur keterpaparan manusia.
Kajian tentang keterpaparan lingkungan dan beban tubuh biasanya tidak layak
dilaksanakan selama tahap akut dari kecelakaan. Hal ini membutuhkan sampling
yang kompleks dan prosedur analitis yang membutuhkan banyak tenaga. Uraikan
morbiditas dan mortalitas secara sistematis, hal ini penting untuk
mengembangkan suatu definisi proses terjadinya kasus, dan digunakan secara
konsisten. Selama kedaruratan yang sebenarnya, tidak layak untuk melakukan
suatu survei. Akan tetapi, adalah penting untuk mengumpulkan informasi apakah
telah terjadi peningkatan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh
pelepasan kimia.
e). Penilaian rekam medik di fasilitas kesehatan di lingkungan industri bila terjadi
kenaikan kasus yang berarti :
iritasi mata, kulit, selaput mukosa
batuk, asma, gangguan pernafasan
penyakit-penyakit syaraf
f). Penyebaran dan resiko kesehatan
Sebagian besar kecelakaan terjadi diantara kegiatan transportasi,
penyimpanan, pengolahan, pemakaian dan pembuangan. Hal ini terjadi akibat
sangat kurangnya pengawasan dan kemungkinan perilaku yang buruk. Resiko
kecelakaan pelepasan zat kimia akan menjadi lebih besar sesuai dengan jumlah
zat-zat berbahaya baru yang dihasilkannya.
g). Analisis Dampak kesehatan
Dampak kesehatan dari suatu keterpaparan terhadap zat kimia ditentukan
oleh zat kimia itu sendiri, dan besarnya keterpaparan. Jalur keterpaparan
berbeda bergantung dari tahap pelepasan. Selama pelepasan, dapat
diperkirakan adanya efek kesehatan dari keterpaparan kulit dan pernafasan.
Pada tahap pasca bencana, resiko yang lebih besar adalah keterpaparan kulit,
melalui kontak dengan objek-objek terkontaminasi dan masuknya makanan dan
air yang terkontaminasi melalui pencernaan.
Dampak kesehatan yang berat dari kedaruratan kimiawi yang besar
memerlukan keterlibatan aktif dari sektor kesehatan dalam proses
tanggapdarurat dan dalam pengkajian. Sektor kesehatan harus bekerja sama
dengan lintas sektor yang bertanggung jawab untuk kebakaran dan
penyelamatan, keamanan, lingkungan, trasportasi dan barang-barang
berbahaya. Kontaminasi makanan oleh bahan kimia atau racun dapat juga
mengakibatkan terjadinya kedaruratan akut atau kronis yang kedua-duanya
mempunyai dampak jangka panjang.
h). Evaluasi kapasitas respon setempat.
Upaya tanggapdarurat dari pelayanan kesehatan harus dipersiapkan dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
- Adanya pelayanan kedaruratan medis terdepan dan rujukan (termasuk petugas
dan fasilitas kesehatan)
- Tersedianya alat-alat pelindung bagi petugas
- Penggunaan kriteria diagnostik yang jelas, standar pengobatan dan kepatuhan
penggunaannya
- Tersedianya anti dotum
- Tersedianya fasilitas untuk melakukan dekontaminasi orang-orang yang terpapar
(termasuk petugas kesehatan)
- Kepekaan fasilitas kesehatan terhadap zat kimia
i). Monitoring dan evaluasi kegiatan tanggap darurat kesehatan.