Upload
nguyenduong
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAYA PEMBENGKAKAN (SWELLING POWER) CAMPURAN TEPUNG KIMPUL
(Xanthosoma sagittifolium) DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP TINGKAT
PENGEMBANGAN DAN KESUKAAN SENSORIK CAKE
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun Oleh:
MEINA MARDINAWATI
J 310 080 039
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
iii
ABSTRACT
MEINA MARDINAWATI. J 310 080 039 SWELLING POWER RATIO OF MIXTURE OF XANTHOSOMA SAGITTIFOLIUM FLOUR AND WHEAT FLOUR TOWARD THE EXPANSION LEVELS AND SENSORY PREFERENCES OF CAKE Swelling power is the power flour to inflate, influenced by many factors such as amylose, amylopectin and temperature. One of the factors that influence the expansion levels of cake is a swelling power. This research aims to know influence of swelling power ratio of mixture of Xanthosoma sagittifolium flour and wheat flour toward the expansion levels and sensory preferences of cake. Type of research is experimental research. The research design used was completely randomized design group with the various 5 treatments of Xanthosoma sagittifolium flour. The data ratio mixture of flour to the swelling power, the expansion levels and sensory preferences of cake analyzed using one-way ANOVA test. The results showed that there was no significant effect of the swelling power ratio flour mixture to 5 treatments. There was effect of ratio flour mixture to the expansion levels. There was effect of ratio flour mixture to the sensory preferences of Xanthosoma sagittifolium cake on color, aroma, taste, texture and overall, and there was effect of swelling power the expansion levels of cake. From the results of the research is suggested that a maximum substitution Xanthosoma sagittifolium flour in making cake is 25%. Keywords : Swelling power, Xanthosoma sagittifolium flour,
The Expansion level and Sensory preferences.
Bibliography : 27 : 1959-2012
1
A. PENDAHULUAN
Pola konsumsi masyarakat yang
berbasis pada beras menyebabkan beras
ditempatkan sebagai makanan pokok yang
strategis. Hasil data SUSENAS 1999
sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa
pola konsumsi pangan pokok pada
kelompok masyarakat berpendapatan
rendah, terutama di pedesaan semakin
mengarah pada bahan pangan berbasis
tepung terigu. Kondisi tersebut perlu
diwaspadai mengingat besarnya konsumsi
tepung terigu menyebabkan naiknya impor
gandum Indonesia, sehingga menyebabkan
tersedotnya sebagian devisa negara. Upaya
mengurangi jumlah konsumsi tepung terigu,
secara tidak langsung dapat mengurangi
pengeluaran negara, bahkan dapat
menciptakan lapangan kerja dan
pendapatan rakyat Indonesia ( Devega, dkk,
2010)
Salah satu sumber pangan lokal yang
berbasis karbohidrat yang bisa
dikembangkan menjadi suatu produk, yaitu
kimpul. Kimpul (Xanthosoma sagittifolium)
yaitu umbi berukuran sedang berwarna
putih. Selain rasanya gurih dan lezat, umbi
kimpul juga rendah karbohidrat dan rendah
lemak. Umbi kimpul juga memiliki potensi
keunggulan lain, yaitu dapat menjadi
sumber pangan karbohidrat alternatif dan
kandungan gizi yang ada dalam kimpul
cocok untuk dikonsumsi bagi penderita
penyakit degeneratif. Kandungan lemak
yang rendah berguna bagi penyakit jantung,
kalsium yang cukup tinggi dibandingkan
dengan beras, dapat mencegah
osteoporosis. Kandungan karbohidrat yang
rendah dapat bermanfaat bagi penderita
diabetes mellitus.
Swelling power adalah kekuatan
tepung untuk mengembang, yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain,
2
seperti perbandingan amilosa-amilopektin,
panjang rantai dan distribusi berat molekul
(Moningka, 1996). Penelitian yang
menggunakan swelling power ada beberapa
keuntungan, antara lain biaya lebih murah
sehingga lebih mudah apabila digunakan
dalam industri pangan, dan waktu yang
dibutuhkan relatif sedikit.
Cake merupakan makanan ringan
yang terbuat dari adonan dengan formulasi
tepung, gula, telur dan lemak. Upaya
pengembangan kimpul dalam
pengembangan produk, yaitu cake perlu
dilakukan penelitian daya pembengkakan
pati untuk arah pengembangan produknya
karena untuk mengetahui daya
pembengkakan dari campuran tepung
kimpul dan tepung terigu. Pengembangan
pangan lokal yang optimal hasilnya dalam
hal tingkat pengembangan dan kesukaan
sensorik menjadi penting dilakukan untuk
meningkatkan nilai ekonomi dari pangan
lokal. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis daya pembengkakan pati dan
campuran tepung kimpul terhadap tingkat
pengembangan dan kesukaan sensorik
cake.
B. TUJUAN
Menganalisis daya pembengkakan
campuran tepung kimpul (Xanthosoma
sagittifolium) dan tepung terigu terhadap
tingkat pengembangan dan kesukaan
sensorik cake.
C. METODE
Penelitian ini menurut jenisnya
merupakan penelitian eksperimen.
Penelitian yang bertujuan mengetahui daya
pembengkakan (swelling power) campuran
tepung kimpul dan tepung terigu terhadap
tingkat pengembangan dan kesukaan
sensorik cake.
Alat yang diperlukan untuk membuat
cake adalah mixer, oven, sendok, spatula,
loyang, baskom, ayakan, piring, dan
timbangan. Alat yang diperlukan untuk
pengujian daya pembengkakan (swelling
power) adalah water bath, centrifuge, gelas
ukur, tabung reaksi, termometer dan
3
timbangan digital. Alat yang diperlukan
untuk pengujian tingkat pengembangan
adalah tusuk gigi steril, penggaris alat tulis
dan kalkulator. Alat yang diperlukan untuk
pengujian kesukaan sensorik adalah alat
tulis dan formulir uji kesukaan.
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan metode
ANOVA. Uji lanjut menggunakan Duncan
Multiple Range Test (DMRT) taraf signifikan
95%.
D. PEMBAHASAN
1. Daya pembengkakan (swelling
power)
Hasil uji statistik anova satu arah
menunjukkan tidak terdapat pengaruh
perbandingan campuran tepung kimpul
terhadap daya pembengkakan (swelling
power) dengan nilai p sebesar 0, 283.
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui
bahwa hasil rata-rata uji daya
pembengkakan (swelling power) pada cake
tepung kimpul 100 : 0 memiliki daya
pembengkakan terendah yaitu sebesar 451.
Pada cake tepung kimpul dengan campuran
75 : 25 memiliki daya pembengkakan
tertinggi yaitu sebesar 669. Pada cake
tepung kimpul dengan campuran 50 : 50
memiliki daya pembengkakan sebesar 524.
Pada cake tepung kimpul dengan campuran
25 : 75 memiliki daya pembengkakan
sebesar 676 dan pada cake tepung kimpul
dengan campuran 0 : 100 (kontrol) memiliki
daya pembengkakan sebesar 668. Apabila
dibandingkan dengan kontrol, perbandingan
terbaik adalah perbandingan campuran
tepung kimpul dan tepung terigu 25 : 75
karena nilai swelling powernya mendekati
nilai swelling power kontrol. Hal itu
berpengaruh pada tingkat pengembangan
cake yang dihasilkan.
Gambar 1.
Grafik rata-rata uji daya
pembengkakan (swelling power)
451
669
524
676 668
0
200
400
600
800
100% : 0% 75% : 25% 50% : 50% 25% : 75% 0% : 100%Day
a P
em
be
ngk
akan
(%
)
Campuran tepung kimpul : tepung terigu
4
2. Tingkat pengembangan
Hasil uji statistik anova satu arah
menunjukkan adanya pengaruh campuran
tepung kimpul terhadap tingkat
pengembangan cake dengan nilai p 0,002.
Karena adanya perbedaan perbandingan
campuran tepung kimpul terhadap tingkat
pengembangan cake sehingga sehingga
dilanjutkan ke uji Duncan.
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui
bahwa nilai signifikansi uji Duncan diperoleh
nilai p 0,002, sehingga disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan nyata perbandingan
campuran tepung kimpul 0% : 100%, 25% :
75% dan 50% : 50% terhadap tingkat
pengembangan. Tetapi terdapat perbedaan
tidak nyata pada perbandingan campuran
100% : 0% dan 75% : 25%. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suryani (2000), bahwa
tingkat pengembangan kue bolu kukus/cake
dipengaruhi oleh mutu dan jumlah bahan
yang digunakan yaitu tepung. Penggunaan
tepung kimpul dalam pembuatan bolu
kukus/cake sangat berpengaruh pada
tingkat pengembangan, karena sedikitnya
gluten pada tepung kimpul secara tidak
langsung menghambat proses
pengembangan.
Tabel 1. Hasil rata-rata tingkat
pengembangan cake tepung kimpul
Perbandingan campuran tepung
Tingkat pengembangan
100% : 0% -29,30a 75% : 25% -22,12a 50% : 50% 15,70b 25% : 75% 20,00c 0% : 100% 6,47d
Nilai p 0,002
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda
menunjukkan beda nyata
pada hasil analisis Duncan
3. Kesukaan sensorik
Hasil penilaian daya terima 20 panelis
terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan
kesukaan keseluruhan pada perbandingan
campuran tepung kimpul dan tepung terigu
dibagi menjadi 5 kategori yaitu sangat suka,
suka, agak suka, tidak suka dan sangat
tidak suka. Hasil perhitungan ANOVA satu
arah menunjukkan bahwa warna, aroma,
rasa, tekstur dan keseluruhan cake tepung
5
kimpul terdapat pengaruh perbandingan
campuran tepung kimpul dan tepung terigu
100 : 0, 75 : 25, 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100
terhadap uji daya terima warna, aroma,
rasa, tekstur dan keseluruhan cake tepung
kimpul, sehingga dilanjutkan dengan uji
Duncan.
a. Warna
Hasil penilaian persepsi panelis
terhadap kesukaan sensorik warna cake
tepung kimpul dengan persentase 100 : 0,
75 : 25, 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100
menunjukkan bahwa warna cake tepung
kimpul 0 : 100 (kontrol) mendapatkan
apresiasi daya terima sangat suka yaitu
sebesar 60% kemudian diikuti dengan
persepsi terhadap warna cake tepung
kimpul 25 : 75 dan 50 : 50, dengan
persentase suka sebanyak 60% dan 20%.
Kemudian diikuti dengan cake tepung
kimpul 75 : 25 dan 100 : 0, dengan
persentase agak suka sebanyak 55% dan
40%.
Hasil penilaian persepsi panelis
terhadap warna cake tepung kimpul pada uji
Duncan menunjukkan bahwa cake tepung
kimpul berbeda nyata dengan campuran
tepung kimpul 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100
tetapi tidak berbeda nyata dengan
campuran tepung kimpul dan tepung terigu
100 : 0 dan 75 : 25.
b. Aroma
Hasil penilaian persepsi panelis
terhadap aroma cake tepung kimpul dengan
persentase 100 : 0, 75 : 25, 50 : 50, 25 : 75
dan 0 : 100 menunjukkan bahwa aroma
cake tepung kimpul 0 : 100 (kontrol)
mendapatkan apresiasi daya terima sangat
suka paling banyak yaitu sebesar 25%
kemudian diikuti dengan persepsi terhadap
aroma cake tepung kimpul 25 : 75, 50 : 50,
75 : 25 dan 100 : 0 dengan persentase suka
sebanyak 70%, 65%, 30% dan 45%.
Hasil penilaian persepsi panelis
terhadap aroma cake tepung kimpul pada
uji Duncan menunjukkan bahwa cake
tepung kimpul berbeda nyata dengan
campuran tepung kimpul 50 : 50, 25 : 75
dan 0 : 100 tetapi tidak berbeda nyata
dengan campuran tepung kimpul 100 : 0
dan 75 : 25. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Prihatiningrum (2012), bahwa
6
dapat disebabkan karena tepung kimpul
mempunyai karakteristik aroma yang langu
sehingga penggunaan prosentase tepung
kimpul yang banyak atau sedikit dapat
mempengaruhi terhadap aroma yang
dihasilkan.
c. Rasa
Berdasarkan Tabel 9 hasil uji
frekuensi daya terima rasa cake tepung
kimpul dengan persentase 100 : 0, 75 : 25,
50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100 menunjukkan
bahwa rasa cake tepung kimpul 0 : 100
(kontrol) dan 25 : 75 mendapatkan apresiasi
daya terima sangat suka paling banyak
yaitu sebesar 20% kemudian diikuti dengan
persepsi terhadap rasa cake tepung kimpul
50 : 50, 75 : 25 dan 100 : 0 dengan
persentase suka sebanyak 55%, 20% dan
10%.
Hasil penilaian persepsi panelis
terhadap rasa cake tepung kimpul pada uji
Duncan menunjukkan bahwa cake tepung
kimpul berbeda nyata dengan campuran
tepung kimpul 100 : 0, 75 : 25 dan 50 : 50
tetapi tidak berbeda nyata dengan
campuran tepung kimpul 25 : 75 dan 0 :
100. Penggunaan tepung kimpul yang tidak
terlalu banyak maka akan berpengaruh
terhadap rasa cake tepung kimpul. Selain
itu, rasa cake tepung kimpul juga
dipengaruhi oleh bahan-bahan yang
digunakan dan proses pengovenan.
d. Tekstur
Hasil uji frekuensi daya terima tekstur
cake tepung kimpul dengan persentase 100
: 0, 75 : 25, 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100
menunjukkan bahwa tekstur cake tepung
kimpul 25 : 75 mendapatkan apresiasi daya
terima sangat suka paling banyak yaitu
sebesar 30% kemudian diikuti dengan
tekstur cake tepung kimpul 50 : 50 dan 0 :
100 (kontrol) dengan persentase suka
sebanyak 65% dan 50%.
Hasil penilaian persepsi panelis
terhadap tekstur cake tepung kimpul pada
uji Duncan menunjukkan bahwa cake
tepung kimpul berbeda nyata dengan
campuran tepung kimpul 50 : 50, 25 : 75
dan 0 : 100 tetapi tidak berbeda nyata
dengan campuran tepung kimpul 100 : 0
dan 75 : 25. Hasil analisis uji kesukaan
sensorik tekstur cake tepung kimpul
7
menunjukkan adanya perbedaan daya
terima tekstur pada ke 5 cake. Hal ini
karena pemakaian tepung dengan
perbandingan yang berbeda, meskipun
faktor yang mempengaruhi diberikan dalam
jumlah yang sama untuk setiap perlakuan.
Pengaruh perbandingan tepung
kimpul dalam pembuatan cake tepung
kimpul sangat berarti, karena apabila
penggunaan tepung kimpul banyak dan
tepung terigu lebih sedikit akan menjadikan
campuran tepung semakin kasar sehingga
hasil yang diperoleh lembek, dan apabila
penggunaan tepung kimpul sedikit dan
tepung terigu lebih banyak akan menjadikan
campuran semakin lembut, sehingga hasil
yang diperoleh empuk. Ini terjadi karena
tepung terigu mempunyai karakteristik daya
serap air rendah, maka akan membentuk
tekstur lembut pada cake (Prihatiningrum,
2012).
e. Keseluruhan
Hasil uji frekuensi daya terima
keseluruhan cake tepung kimpul dengan
persentase 100 : 0, 75 : 25, 50 : 50, 25 : 75
dan 0 : 100 menunjukkan bahwa persepsi
terhadap kesukaan keseluruhan cake
tepung kimpul 0 : 100 (kontrol)
mendapatkan apresiasi daya terima sangat
suka paling banyak yaitu sebesar 30%
kemudian diikuti dengan persepsi terhadap
kesukaan keseluruhan cake tepung kimpul
25 : 75 dan 50 : 50 dengan persentase suka
sebanyak 45%.
Hasil penilaian persepsi panelis
terhadap kesukaan keseluruhan cake
tepung kimpul pada uji Duncan
menunjukkan bahwa cake tepung kimpul
berbeda nyata dengan campuran tepung
kimpul 50 : 50, 25 : 75 dan 0 : 100 tetapi
tidak berbeda nyata dengan campuran
tepung kimpul 100 : 0 dan 75 : 25.
Kesukaan keseluruhan merupakan
gambaran keseluruhan tingkat kesukaan
cake berdasarkan dari segi warna, aroma,
rasa, dan tekstur. Apabila dibandingkan
dengan ke tiga perbandingan campuran
tepung kimpul selain 0 : 100 (kontrol), cake
dengan perbandingan campuran tepung
kimpul 25 : 75 lebih disukai daripada
substitusi yang lain.
8
4. Daya pembengkakan (swelling
power) terhadap tingkat
pengembangan
Berdasarkan uji anova satu arah
pada Tabel 2, daya pembengkakan
(swelling power) terhadap tingkat
pengembangan cake tepung kimpul
menunjukkan tidak adanya pengaruh daya
pembengkakan (swelling power) terhadap
tingkat pengembangan (100 : 0, 75 : 25, 50
: 50, 25 : 75 dan 0 : 100) dengan nilai p
sebesar 0. Hal ini dapat disebabkan karena
daya pembengkakan dapat mempengaruhi
tingkat pengembangan cake, dimana
pengukuran tingkat pengembangan cake
dipengaruhi oleh mutu dan jumlah bahan
yang digunakan, proses pembuatan, proses
pencampuran dan pemanasan (pengukusan
atau pengovenan) (Suryani, 2000).
Tabel 2.
Daya pembengkakan (swelling power) terhadap tingkat pengembangan pada
cake
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Kesimpulan
a. Tidak terdapat pengaruh daya
pembengkakan (swelling power)
terhadap campuran tepung kimpul :
tepung terigu pada berbagai
perbandingan.
b. Terdapat pengaruh perbandingan
campuran tepung kimpul terhadap
Campuran tepung kimpul : tepung terigu
Rata-rata Daya
Pembengkakan
Rata-rata Tingkat
Pengembangan
100 : 0 451 -29,3% 75 : 25 669 -22,12% 50 : 50 524 15,70% 25 : 75 676 20,00% 0 : 100 668 6,47%
Nilai p
0
9
tingkat pengembangan. Cake dengan
tingkat pengembangan tertinggi adalah
pada perbandingan campuran tepung
25 : 75 dan terendah adalah pada
perbandingan campuran tepung 75 :
25.
c. Terdapat pengaruh perbandingan
campuran tepung kimpul terhadap
kesukaan sensorik cake tepung kimpul
pada warna, aroma, rasa, tekstur dan
keseluruhan. Berdasarkan hasil
keseluruhan daya terima yang paling
disukai adalah cake dengan campuran
tepung kimpul 25 : 75 lebih disukai
panelis.
d. Tidak terdapat pengaruh daya
pembengkakan (swelling power)
terhadap tingkat pengembangan cake.
2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dapat
disarankan bahwa :
a. Dalam pembuatan cake dengan
substitusi tepung kimpul maksimal
yang dapat digunakan adalah 25 : 75,
karena dari segi daya terima
keseluruhan lebih disukai panelis.
b. Perlu adanya pengembangan produk
berbahan dasar tepung kimpul,
misalnya brownies, untuk
mengurangi ketergantungan tepung
terigu dan pemanfaatan bahan
pangan lokal.
10
Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia. Jakarta. Avrelina dan Artiani. 2006. Modifikasi
Cassava Starch dengan Proses Acetylasi Asam Asetat untuk Produk Pangan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Bogasari. 2011. Seputar Tepung Terigu. http://www.bogasari.com/tentang-kami/seputar-tepung-terigu.aspx. Diakses pada 6 Oktober 2012.
Charles, A.L, Chang, Y.H, Ko, W.C, Sriroth, K, dan Huang, T.C. 2005. Influence of Amylopectin Structure and Amylose Content on Gelling Properties of Five Cultivars of Cassava Starches. J. Agric. Food Chemistry Vol53 : 2717-2725.
Firmansyah. 2012. Memilih Tepung Terigu Yang Benar Untuk Cake. http://budiboga.blogspot.com/2006/05/memilih-tepung-terigu-yang-benar-untuk.html. Diakses pada 6 Oktober 2012.
Departemen Pertanian RI. 2002. Panduan Karakterisasi dan Evaluasi Plasma Nutfah Talas. Komisi Nasional Plasma Nutfah.Jakarta.
Devega, F., Islamiah, M., Ulfah, K. 2010. Peranan Modified Cassava Flour (MOCAF) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu pada Proses Pembuatan Mie dalam Upaya Mengurangi Impor Gandum Nasional. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Direktorat gizi. 2005. Daftar komposisi bahan makanan. Depkes RI.
Hastati, MK. 2005.Pemanfaatan Singkong sebagai Bahan Dasar Bolu. Skripsi. Fakultas teknik. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Ismayani, Yeni. 2008. 100+ Tip Antigagal Bikin Kue. Kawan Pustaka. Jakarta.
Leach HW, Mc Cowen LD, Schoch TJ
.1959. “Structure of The Starch Granules. In: Swelling and Solubility Patterns of Various Starches”. Cereal Chem. 36: 534 – 544.
Li, J.Y., dan Yeh, A.I. 2001. Relationship Between Thermal, Rheological Characteristics, and Swelling Power for Various Starches. J. Food Engineering Vol 50 : 141-148.
Meilgaard, dkk. 2000. Sensory Evaluation Techniques. Boston. CRC
Moningka, J. 1996. Kajian Viskositas Umbi Kimpul (Xanthosoma sagittifolium schott.) dan Kemungkinan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Produk Olahannya. Eugenia 2 (2) : 212-217.
Mudjajanto, E dan Yulianti, L. 2004. Membuat kue. Penebar swadaya. Jakarta.
Ningrum, Dewi, 2009. Kadar Kalsium, Kemekaran Linier, dan Daya Terima Kerupuk Udang yang Dibuat dari Udang Putih (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Prihatiningrum. 2012. Pengaruh Komposit Tepung Kimpul dan Tepung Terigu terhadap Kualitas Cookies Semprit. Food Science and Culinary Education Journal. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Putri, S. 2010. Substitusi Tepung Biji Nangka pada Pembuatan Kue Bolu Kukus ditinjau dari Kadar Kalsium, Tingkat Pengembangan dan Daya Terima. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
11
Sasaki dan Matsuki. 1998. Effect Wheat Starch Structure On Swelling Power. Jurnal cereal chemistry Vol. 75 No.4. American.
Soekarto, S. 1985. Penilaian organoleptik. Bhatara karya aksara. Jakarta.
Subagyo, A. 2003. Pengaruh Penambahan Isolat Protein Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.) Terhadap Karakteristik Cake. Jurnal Teknologi dan Industri pangan Vol. XIV No.2. Universitas Jember. Jember.
Suhardjito, Y. 2006. Pastry dan Perhotelan. Andi. Yogyakarta.
Suryani, I. 2000. Laporan Akhir Pemanfaatan Tepung Cantel sebagai Bahan dalam Pembuatan Cake. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Yogyakarta.
Sutomo, B. 2006. Memilih Tepung Terigu yang Benar untuk Membuat Roti, Cake dan Kue Kering. http://www.gizi.org/gizi/kesehatan /masyarakat.html. Diakses pada 4 Desember 2011.
Sutomo, B. 2011. Fungsi dan Kegunaan Bahan Pembuat Kue untuk pemula. http://budiboga.blogspot.com/2011/07/mengenal-fungsi-kegunaan-bahan-kue.html. Diakses pada 12 Januari 2012.
Winarno, F. G. 1997. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia. Jakarta.
Wirakusumah, E. 2005. Menikmati Telur Bergizi, lezat dan Ekonomis. Gramedia Pustaka. Jakarta.