Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DESAIN MEJA SLITLAMP UNTUK
PELAYANAN PEMERIKSAAN DAN
PENGOBATAN PENYAKIT MATA
DENGAN KONSEP MOBILE
Jeffri Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111,Telp/Fax (031) 5931147
ABSTRAKSI
Kementrian kesehatan (KEMENKES) telah mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah kebutaan yang dituangkan dalam Kepmenkes no.1473/2005 tentang rencana strategi nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Visio 2020. Salah satu isi dari Renstranas PGPK yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (DEPKES RI) itu adalah dalam bidang research & development, diharapkan dapat melakukan pengembangan model atau prototype yang tepat.
Sebuah masalah muncul saat sebuah produk tidak dapat memenuhi keinginan dari pengguna itu sendiri. Masalah juga bisa muncul akibat faktor – faktor tertentu yang terjadi dilapangan. Sebuah konsep harus dibuat untuk mengatasi masalah tersebut. Masalah yang paling sering muncul adalah ketidakmampuan sebuah benda produk untuk dapat digunakan di beberapa lokasi tertentu. Benda produk itu sendiri tidak harus dirubah untuk memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Sebuah konsep desain diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut.
Konsep mobilitas dapat diartikan sebagai konsep yang dapat berpindah – pindah, telah banyak digunakan di beberapa produk desain. Konsep seperti ini mampu menjawab beberapa permasalahan yang sering muncul dalam beberapa desain produk. Suatu benda produk mengalami permasalahan karena kemampuannya yang terbatas. Produk yang seharusnya mampu menangani permasalahan di beberapa situasi dan kondisi, ternyata tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik hanya karena tidak dapat bergerak secara mobilitas. Konsep ini tidak bisa semata – mata hanya mengacu pada kemampuannya dalam bergerak, namun juga
mempertimbangkan beberapa aspek desain. Sebuah konsep tidak dapat berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek lain dalam sebuah desain.
Penggunaan konsep mobilitas sering melahirkan inovasi dalam beberapa bidang desain. Sehingga diharapkan dengan menggunakan konsep mobilitas ini, akan ditemukan jawaban atas permasalahan yang muncul pada nantinya.
ABSTRACTION
The Ministry of Health (Kemenkes) has developed a strategy to overcome the problem of blindness that is poured in Kepmenkes no.1473/2005 of the national strategy plan of prevention of visual impairment and blindness (Renstranas PGPK) to reach the Visio 2020. One of the contents of Renstranas PGPK issued by the Ministry of Health (Ministry of Health RI) it is in the field of research & development, expected to carry out the development of appropriate models or prototypes.
A problem arises when a product can not meet the desires of the user itself. Problems can also arise due to factors - certain factors that occur in the field. A concept must be made to resolve the issue. The problem most often arises is the inability of a product object to be used in certain locations. The object is not the product itself should be changed to meet certain needs. A design concept is expected to resolve the issue.
The concept of mobility can be interpreted as a concept that can moving, has been widely used in several product design. Such concepts are able to answer some of the problems that often arise in several product design. One thing the product has problems because of limited ability. The product should be able to handle problems in some circumstances, it can not carry out their duties properly just because it can not move in mobility. This concept not only refers to the ability of moving, but also consider some aspects of the design. A concept can not stand alone without considering other aspects of a design.
The use of the concept of mobility often gave birth to innovations in several areas of design. So expect to use this mobility concept, will find answers to problems that arise in the future.
Solar energy stove is an alternative media or tool in the cooking process that is used for household needs. as the crude oil prices around the world that also happens in Indonesia, solar energy stove begin be considered by the people that use the fuel oil stove.
To solve the problems above, need an initial studies in the analysis of new products based on convenience and purchasing power. Then, the next steps would result a new innovative design which consider the compound criteria and standard of users and housewifes on choosing product and user friendly in use.
Innovation to meet the requirements above is a design of solar energy stoves in accordance with the concept of environmentally friendly, inexpensive, and easy to use. The design is a form of solar energy stoves using water media as a heat source in accordance with the working principles of a magnifying glass (loops) which will be reflected on a flat mirror using human power.
KATA KUNCI
mobile, safety, easy to use.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan. Disamping itu, Indonesia juga termasuk
negara yang beriklim tropis. Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. WHO(World Health Organization) juga menyatakan, jika angka kebutaan lebih dari 1 persen maka masalah ini menjadi masalah sosial. Indra penglihatan merupakan syarat penting bagi upaya peningkatan kualitas SDM, karena mata merupakan jalur informasi utama. Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak. Ketua umum Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Nila.F.Moeleok menyatakan, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menderita katarak lebih cepat 15 tahun dibandingkan masyarakat yang tinggal di daerah subtropis.
Kementrian kesehatan (KEMENKES) telah mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah kebutaan yang dituangkan dalam Kepmenkes no.1473/2005 tentang rencana strategi nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Visio 2020. Salah satu isi dari Renstranas PGPK yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (DEPKES RI) itu adalah dalam bidang research & development, diharapkan dapat melakukan pengembangan model atau prototype yang tepat, guna menunjang pelayanan kesehatan mata. Menurut informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jatim, terdapat 658 kecamatan di Jawa Timur. Setiap Kecamatan memiliki beberapa Puskesmas dan Puskesmas pembantu. Di setiap Kecamatan disediakan 3 hingga 4 buah alat periksa mata yang disebut slit lamp dan meja slit lamp. 2 Alat ini harus didistribusikan di setiap Puskesmas secara berkala atau di setiap wilayah yang terdapat penderita penyakit mata yang segera membutuhkan bantuan. Menurut data yang diperoleh dari Dinkes Surabaya, pada tahun 2010 ditemukan 2154 penderita penyakit mata. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita belum sadar betul tentang pentingnya menjaga mata. Slit lamp adalah alat untuk mendiagnosa penyakit mata. Alat ini lebih dapat memeriksa dan mendeteksi berbagai jenis penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan seumur hidup. Penyakit mata yang menyebabkan hal tersebut biasanya adalah katarak, strabismus, dan juga glaukoma, dan beberapa penyakit mata lainnya. Alat berikutnya yang tidak kalah penting adalah meja slit lamp. Kedua alat ini dibawa bersamaan saat akan didistribusikan. Hal ini mengindikasikan ketidakpraktisan suatu produk yang seharusnya diwujudkan berupa sebuah benda produk yang multifungsi.
Tujuan
Membuat sistem penyimpanan alat untuk diagnosa penyakit mata, yaitu slitlamp, untuk mengurangi resiko terjatuh pada saat proses perjalanan menuju lokasi. Menurunkan angka kebutaan dari 1,5 % pada tahun 2000 menjadi 1,0% pada tahun 2010 dan 0,5 % pada tahun 2020. Meningkatkan kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kesehatan Indera Penglihatan. Meningkatkan jangkauan pelayanan mulai pemerataan pelayanan termasuk pemenuhan sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan mata.Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan peran swasta termasuk LSM dalam upaya peningkatan kesehatan mata, pencegahan kebutaan dan upaya penanggulangan kebutaan. Melaksanakan rencana Kepmenkes yaitu mengembangkan strategi yang dituangkan dalam Kepmenkes no.1473/2005
tentang “Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Visio 2020”.
Masalah
Belum terjangkaunnya sarana pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat seperti puskesmas. Alat deteksi dini glaukoma atau alat untuk deteksi katarak itu hanya ada di 20 - 30% rumah sakit. Oleh karenanya dibutuhkan sistem kerja yang berpindah – pindah yang mengakibatkan pemakaian alat tersebut bergiliran. Alat – alat pemeriksaan mata seperti slitlamp membutuhkan perhatian khusus untuk membawanya, karena alat ini rawan terjatuh jika tidak diberi tempat khusus, pada saat proses perjalanan menuju lokasi.
METODOLOGI
Metode penyelesaian yang digunakan dibagi dalam 4 tahap riset utama yang terdiri dari 1. Riset mengenai segmen yang dituju untuk menentukan pasar, demografi dan psikografi, 2. Riset mengenai material dan kompetitor untuk menghasilkan desain yang up to date, 3. Riset tentang aktivitas, ergonomi, konfigurasi, riset mengenai segmen yang dituju untuk menentukan pasar lingkungan dan volume untuk desain yang ramah terhadap pengguna dan memenuhi kebutuhan pengguna 4. Riset desain acuan dan kompetitor untuk menentukan diferensiasi.
PEMBAHASAN
Analisa aktifitas
Studi analisa aktivitas bertujuan untuk mengetahui aktivitas apa saja yang terjadi di dalam pemeriksaan penyakit mata yang dilakukan oleh para petugas medis. Hasil dari analisa aktivitas ini adalah sebagai acuan tinjauan untuk mendesain sebuah troli untuk menyimpan dan membawa alat diagnnosa penyakit mata. Meliputi pemeriksaan, pengobatan, serta pengidentifikasian peyakit mata yang diderita oleh semua lapisan masyarakat, mulai dari usia anak sekolah dasar hingga para lansia (lanjut usia). Analisa aktivitas ini berlangsung di dalam klinik mata.
Gambar 1. Alur Aktifitas
Analisa Kebutuhan
Analisa ini mencoba untuk mengumpulkan informasi apa saja yang akan didapatkan dengan mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada awal mula pengangkatan alat hingga ke tempat tujuan dan akhirnya di tempatkan lagi ke posisi semula.
Gambar 2. Analisa Kebutuhan
Analisa Sistem Mekanis Otomatis
Pada perancangan sarana diagnosa ini, diharapkan benda yang ada dilamnya dapat dibawa dan disimpan dengan baik. Analisa sistem otomatis ini menitik beratkan pada peminimalisiran pemakaian tenaga manusi itu sendiri. Dengan kata lain, peran manusia akan digantikan oleh peran mesin yang menggunakan sistem mekanikal tertentu.
Alternatif Penggerak 1
menggunakan sistem ulir, ketinggian dapat diatur untuk memasukkan benda tersebut ke dalam kotak agar aman. kekurangan dari sistem ini adalah benda didalamnya tidak dapat tertutup atau masuk dengan sempurna karena terhalang oleh panjang dari besi ulir.
Alternatif Penggerak 2
menggunakan sistem dongkrak sebagai support, karena keterbatasan tinggi dongkrak, maka ujung dongkrak diberi tambahan agar dongkrak dapat lebih tinggi saat dipakai dan dapat memenuhi tinggi dari meja sebagai tempat pemeriksaan, ketinggian dapat diatur untuk memasukkan benda tersebut ke dalam kotak agar aman. penggunaan tambahan dongkrak pada sistem ini sangat memudahkan pengguna untuk mengatur tinggi rendah alat, akan tetapi tetap memiliki kekurangan, yaitu dari sistem ini adalah benda didalamnya tidak dapat tertutup atau masuk dengan sempurna karena terhalang oleh panjang dari tambahan untuk dongkrak
Alternatif Penggerak 3
menggunakan sistem stang sebagai support, stang atau besi yang memanjang ini dapat diangkat naik turun dan dapat dikunci. penyesuaian ketinggian ini menggunakan sistem manual, yaitu dengan tenaga manusia. kelebihan sistem ini adalah benda dapat masuk dengan sempurna dan tertutup, sehingga mengurangi resiko terjatuh dari ketinggian tertentu.
Alternatif Penggerak 4
Dari beberapa analisa rekayasa mekanisme tempat penyimpanan slitlamp diatas,
akan dipilih alternatif ke 4, karena rekayasa tersebut lebih dapat memenuhi
kebutuhan desain. Alat ukurnya adalah
Tabel 1. Alat Ukur Rekayasa Mekanis
KRITERIA ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2 ALTERNATIF 3 ALTERNATIF 4
SISTEM MEKANISME 9 8 8 8
SAFETY 6 5 9 10
KEMUDAHAN PEMBUATAN 8 8 8 8
KENYAMANAN 7 7 7 9
TOTAL 30 28 32 35
6: sangat buruk 7: buruk 8: cukup 9: baik 10 : sangat baik
Penjelasan dari kriteria diatas adalah
1. Sistem mekanisme Yang dimaksud dengan sistem mekanisme adalah cara benda tersebut beroperasi dan proses naik turunya alat didalamnya.
2. Safety Keamanan barang yang ada didalamnya, yaitu alat – alat pemeriksaan mata, yaitu slitlamp.
3. Kemudahan pembuatan Adalah beberapa cara pembuatan yang dimiliki masing – masing alternatif. Beberapa dari alternatif diatas memiliki tingkat kemudahan pembuatan.
4. Kenyamanan Adalah faktor yang membuat pengguna merasa mudah untuk menggunakannya. Dengan kata lain dengan meminimalkan tenaga, kita dapat mengangkat benda didalamnya.
KONSEP DESAIN
Dari beberapa analisa bentuk yang dihasilkan, telah terpilih beberapa analisa yang kemudian dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai konsep desain. Konsep desain ini merupakan hasil analisa dari perancangan tempat slit lamp. Pada desain terpilih ini, jumlah as drat sebagai penggerak dari yang semula berjumlah 4 buah, dikurangi menjadi 2 buah. Hal ini dikarenakan pertimbangan antara besar as drat dengan kekuatanya. Untuk mengangkat sebuah benda dengan beban sekitar 25kg saja, hanya dibutuhkan 2 penggerak sebagai penyangga.
Gambar 3. Rangka Produk
Gambar 4. Rangka Produk dengan Slit lamp
Gambar 5. Produk dengan Panel
Gambar 6. Pengaman Produk
Kondisi jalan pada saat proses pendistribusian tidak selalu bagus, adapun pada saat tertentu, produk ini dibawa pada kondisi yang sedikit ekstrim. Pada kondisi seperti ini sebuah produk sangat membutuhkan sisi keamanan. Untuk sebuah produk yang rawan akan benturan, perlindungan sangat dibutuhkan. Perlindungan ini tidak selalu bersifat permanen, dapat juga bersifat bongkar pasang, akan tetapi kondisi seperti ini bukanlah sebuah masalah bagi sebuah produk. Karena sistem pengaman ini sebaiknya tidak menghalangi atau membuat sebuah produk terlihat kurang bagus. Sistem pengaman ini sebaiknya dibuat semi permanen, atau dapat juga dikategorikan dapat di bongkar passang menurut kebutuhan di lapangan. Dibawah ini adalah gambar dimana sebuah produk dapat terlindung dari beberapa kemungkinan benturan.
Gambar 7. Produk Dibawa Menggunakan Mobil Pick Up
Gambar 8. Pengaman Produk Memakai Hook
Gambar 9. Pengaman Tambahan untuk Menahan Benturan
Gambar 10. Pengaman Slit lamp
Gambar 11. Handle Tambahan untuk Mengangkat Produk
Gambar 12. Posisi Produk Saat Dalam Perjalanan
Sebelumnya pada saat proses pendistribusian, sudah ditentukan bahwa pada saat kondisi sumber listrik dari PLN sedang mati, maka sumber listrik dapat digantikan dengan genset, alternatif lain adalah dengen menggunakan sumber tenaga lain, yaitu menggunakan beberapa rangkaian hardware yaitu, Inverter & accu
Gambar 13. Alternatif Sumber Listrik
DESAIN AKHIR
Pada tahap akhir, penulis telah melakukan tahapan sebelumnya, yaitu membuat sebuah konsep desain yang telah mengalami beberapa perubahan secara global. Tahap desain akhir merupakan sebuah tahapan yang telah mengalami perubahan dari tahapan konsep desain, sehingga diharapkan pada desain akhir ini akan didapatkan sebuah produk yang bagus dan yang lebih penting lagi adalah dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Gambar 14. Desain Final
Gambar 15. Varian Produk
Gambar 16. Pengaman Tambahan Pengaman tambahan diatas merupakan sebuah pengaman yang terbuat dari karet. Sebenarnya untuk masalah bahan, dapat juga menggunakan plastik tertentu. Pengaman tersebut berguna jika pada kondisi tertentu, benda menaglami benturan, sehingga diharapkan, dapat meredam benturan tersebut. Pengaman tersebut tidak bersifat permanen, melainkan dapat dilepas dan dipasang kembali jika dibutuhkan.
Aktifitas User
Dibawah ini adalah beberapa gambar yang menunjukkan aktifitas pengguna dengan
menggunakan produk yang telah di redesain
Gambar 17. Aktifitas Paramedis
Secara berurutan, gambar diatas merupakan aktifitas yang dilakukan oleh paramedis sebelum proses pemeriksaan berlangsung. Produk tersebut harus diangkat oleh 2 orang, karena terdapat 2 sisi yang berbeda, dikarenakan benda tersebut lebih ideal untuk diangkat oleh 2 orang.
Pendaftaran Pasien
Setelah produk tersebut dikeluarkan dari mobil, maka selanjutnya adalah proses pendaftaran pasien yang dilakukan oleh paramedis. Proses ini adalah proses
memeriksa tekanan darah dan gula darah, untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan mata oleh dokter.
Gambar 18. Pasien Diperiksa Tekanan dan Gula Darah
Gambar 19. Pasien Diperiksa Oleh Dokter
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Di Indonesia telah banyak sekali kasus penyakit mata yang terlambat ditangani, sehingga menyebabkan kebutaan, pada dasarnya penyakit katarak dapat disembuhkan. Katarak merupakan penyakit yang tidak hanya terdapat di Indonesia saja, akan tetapi hampir di semua negara di dunia. Hanya saja penderita terbesar adalah di negara tropis seperti di Indonesia. Desain alat ini ditujukan kepada semua lapisan masyarakat yang berhubungan dengan masalah mata, terutama masalah penyebab kebutaan. Alat ini menjawab kebutuhan akan sebuah desain yang bersifat mobile, alat ini disebut “Motorized Table”. Dengan memaksimalkan kemampuan slit lamp yang terbatas, alat ini mampu mengatasi beberapa masalah slit lamp seperti kemampuan untuk dipindah-pindah, kemampuannya bertahan dari guncangan hingga benturan. Motorized Table ini mampu membuat slit lamp aman dari benturan dan mampu membuat slit lamp mempunyai kemampuan lebih. Inovasi pada produk ini terletak pada kemampuannya yang bersifat “Mobile, Safety, & Easy”. Fungsi mobile terletak pada kemampuannya yang dapat membuat slit lamp dapat dibawa berpindah. Sedangkan untuk fungsi safety terletak pada kemampuannya yang memberikan sisi keamanan pada alat yang berada di dalamnya. Easy merupakan kata lain untuk sesuatu yang berarti mudah digunakan. Hanya dengan menekan panel atau sakelar, alat ini mampu membuat slit lamp bergerak naik dan turun. Saran Desain Motorized Table ini tentunya masih mempunyai kekurangan. Salah satunya adalah pada produk yang dibawa, yaitu slit lamp. Penulis hanya memberikan beberapa jenis slit lamp yang dapat dibawa dengan beberapa spesifikasi teknis tertentu. Sehingga diharapkan, kedepannya akan dibuat suatu inovasi baru yang memungkinkan alat ini dapat membawa semua jenis slit lamp. Sehingga tidak terbatas pada suatu merek atau spesifikasi tertentu.
DAFTAR RUJUKAN
BUKU
Ulrich, Karl T. & Steven D. Eppinger (2001) Perancangan & Pengembangan Produk. Salemba Teknika, Jakarta.
Dreyfuss, Henry (1976) The measure of man, Human Factor in Design, McGraw Hill, USA.
Hubel, Vello. & Diedra B. Lussow (1984) FOCUS ON DESIGNING, McGraw Hill, USA..
Panero, Julius. & Martin Zelnik (2003) Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip (2002) Manajemen Pemasaran, Buku 1 dan 2, RENHALLINDO, Jakarta.
Nurmianto, Eko ( 2004) Ergonomi : Konsep dasar dan aplikasinya. Guna Widya. Surabaya
WEBSITE www.tempointeraktif.com www.wikipedia.com www.google.com www.msn.com www.ditplb.or.id www.Sidomucul.com
www.eye-instrument.com www.lings.com www.prometheusmedical.co.uk www.magnetseparator.in www.rajabaut.indonetwork.co.id http://www.bearings.machinedesign.com