Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
54
BAB III
DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Letak Geografis Desa Sumberkerto
Penelitian dilakukan di desa Sumberkerto Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang. Secara geografis Desa Sumberkerto adalah wilayah yang berupa
dataran tinggi Pegunungan yaitu sekitar 470 Meter di atas permukaan air laut.
Secara administratif, Desa Sumberkerto terletak di wilayah Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga.
Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pagak
Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sempol
Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa Pandanrejo
Di sisi timur berbatasan dengan Desa Pringgondani Kecamatan
Bantur
Luas Wilayah Desa Sumberkerto adalah 1.092.500 Ha. Luas lahan yang
ada terbagi ke dalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti
untuk fasilitas umum, pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi
dan lain-lain.
Luas lahan yang diperuntukkan untuk pemukiman adalah 99,80 Ha.
Luas lahan yang diperuntukkan untuk Pertanian adalah 12 Ha.
Luas lahan untuk ladang tegalan dan perkebunan adalah 781,1 Ha.
Luas lahan untuk fasilitas umum adalah Perkantoran 1.320 Ha, Sekolah
4.160 Ha, Olahraga 0,22 Ha, Tempat pemakaman umum 4 Ha, dan Jalan
55
Desa 189,9 Ha. Wilayah Desa Sumberkerto secara umum mempunyai ciri
geologis berupa lahan tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian
dan perkebunan.
Gambar 3.1. Luas Wilayah Desa Sumberkerto (Sumber: maps.google.com)
Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija seperti kedelai, kacang
tanah, kacang panjang, jagung, dan ubi kayu, ubi jalar, serta tanaman buah
seperti mangga, pepaya, melon dan pisang juga mampu menjadi sumber
pemasukan (income) yang cukup handal bagi penduduk desa ini. Untuk
tanaman perkebunan, jenis tanaman tebu merupakan tanaman handalan.
Kondisi alam yang demikian ini telah mengantarkan sektor pertanian secara
umum menjadi penyumbang tertinggi Produk Domestik Desa Bruto (PDDB).
Sedangkan keberadaan testur tanah hitam yang lembek dan bergerak juga
mengakibatkan jalan-jalan cepat rusak. Karenannya, pilihan teknologi untuk
membangun jalan dari bahan-bahan yang relatif bertahan lama menjadi pilihan
utama.
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2014, jumlah
penduduk Desa Sumberkerto adalah 4.446 jiwa, dengan rincian 2.161 laki-laki
56
dan 2.284 perempuan. Jumlah penduduk demikian ini tergabung dalam 1.215
KK. Agar dapat mendeskripsikan dengan lebih lengkap tentang informasi
keadaan kependudukan di Desa Sumberkerto maka perlu diidentifikasi jumlah
penduduk dengan menitikberatkan pada klasifikasi usia. Untuk memperoleh
informasi ini maka perlulah dibuat tabel sebagai berikut:
No. Usia Jumlah Prosentase
1 0 – 4 351 Orang 6,80 %
2 5 – 9 315 Orang 8,24 %
3 10 – 14 337 Orang 9,80 %
4 15 – 19 363 Orang 8,38 %
5 20 – 24 486 Orang 8,66 %
6 25 – 29 457 Orang 10,61 %
7 30 – 34 452 Orang 9,60 %
8 35 – 39 336 Orang 7,57 %
9 40 – 44 353 Orang 6,96 %
10 45 – 49 235 Orang 5,18 %
11 50 – 54 237 Orang 5,32 %
12 55 – 58 249 Orang 5,66 %
13 > 59 275 Orang 7,22 %
Jumlah Total 4.446 Orang 100 %
Sumber: Data Desa Sumberkerto 2016
Tabel 3.1 : Jumlah Penduduk Desa Sumberkerto Berdasarkan Usia
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa penduduk usia produktif
pada usia 20-49 tahun Desa Sumberkerto sekitar 2.220 jiwa atau hampir
48,57%. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif
dan SDM. Masyarakat dengan jumlah yang masih tergolong tinggi adalah
masyarakat dengan usia produktif yaitu pada usia 20-35 tahun. Usia produktif
memberikan dampak eksplorasi ide masyarakat yang berkembang dan bisa
menerima interaksi budaya dari luar karena keingintahuan di usia produktif
sangat tinggi. Selain itu, usia produktif juga memberikan pengaruh yang
57
signifikan terhadap kebudayaan di desa Sumberkerto. Karena sebagai penerus
dalam penerimaan warisan tradisi dimasa mendatang, usia ini membawa
pengaruh yang luar biasa dalam ham penentu keberlangsungan kebudayaan
masayarakat.
Keberadaan Rukun Tetangga (RT) sebagai bagian dari satuan wilayah
pemerintahan Desa Sumberkerto memiliki fungsi yang sangat berarti terhadap
pelayanan kepentingan masyarakat wilayah tersebut, terutama terkait
hubungannya dengan pemerintahan pada level di atasnya. Dari kumpulan
Rukun Tetangga inilah sebuah Padukuhan (Rukun Warga; RW) terbentuk
Wilayah Desa Sumberkerto terbagi di dalam 6 Rukun Warga (RW) yang
tergabung di dalam 3 Dusun yaitu : 1) Dusun Sumberwader, 2) Dusun Krajan,
dan 3) Dusun Kaligading. Yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala
Dusun. Posisi Kasun menjadi sangat strategis seiring banyaknya limpahan
tugas desa kepada aparat ini.
Wilayah desa Sumberkerto merupakan wilayah yang masih kental
dengan tradisi atau kebudayaannya. Letak yang berada ditengah-tengah desa
yang telah modern membuat desa ini masih minim atau menutup diri dari
dunia luar. Karena letah yang masih kental dengan tradisi-tradisi nenek
moyang membuat desa ini masih melestarikan budaya-budaya atau tradisi-
tradisi yang masih berlangsung hingga saat ini.
Perkembangan dalam berbagai hal tak bisa dihindari di wilayah Desa ini,
perubahan-perubahan disegala hal memaksa untuk mengikuti perkembanganya
jika ingin dikenal oleh generasi selanjutnya. Penguatan pengetahuan tentang
tradisi masyarakat harus ditanamkan sejak dini pada usia-usia produktif karena
58
ini akan memberikan informasi tentang keberlangsungan kebudayaan mereka
dimasa mendatang. Banyak keuntungan yang akan diperoleh jika aktivitas
penanaman dan penguatan informasi tentang pengetahuan budaya yang telah
diperoleh sejak nenek moyang mereka. Memberikan perhatian pada generasi
muda dalam melestarikan budaya, dan berfikir agar para anak muda tertarik
untuk melestarikan budaya atau tradisi dimasa mendatang.
3.2. Sejarah Desa Sumberkerto
Berdasarkan cerita dari Pinisepuh pada masa terdahulu sebelum
terwujudnya Desa, masih berupa hutan belantara sedang yang membabat
pertama tidak di ketahui karena sudah terwujud perkebunan kopi yang
dinamakan Perkebunan Sumberkotes dan peninggalan bekas perkebunan
sampai sekarang masih ada dan Rakyat banyak yang mengetahui. Berhubung
perkembangan Perkebunan tersebut makin lama makin mundur karena
kekurangan modal akhirnya ditinggalkan dan tanah-tanah tersebut menjadi
bongkor atau menjadi hutan kembali.
Pada tahun 1862 datanglah seorang Kyai bernama Wongso dari
Ponorogo dengan pengikutnya yang membabat (Bedah krawang) makin lama
pengikutnya makin banyak sehingga setelah terwujudnya Desa yang pertama
yaitu Desa Sumberwader.
Sedang Kepala Desa nya belum ada asal mulanya disebut Desa
Sumberwader karena ada sumber yang besar dan banyak ikan wadernya.
Adapun pemerintahanya di pimpin oleh Kepala Desa Gampingan sedang Desa
tersebut dipimpin oleh seorang Kamituwo. Pada tahun 1910 oleh Pemerintah
59
Penjajah Belanda di adakan pemecahan Desa sendiri di namakan Desa
Sumberkerto yang mejadi Kepala Desa yaitu Trisnopawiro.
Sejarah Desa Sumberkerto tidak lepas dari peran nenek moyang
masyarakat yang merupakan suku dari Madura. Hingga saat ini aktivitas
mereka tidak lepas dari tradisi atau kebiasaan yang sama yang telah dibawa
oleh nenek moyang mereka. Berkembangnya tradisi di dalam masyarakat
berkembang sejalan dengan perkembangan hidup masyrakat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat tersebut. Untuk menjaga tradis yang telah ada sejak
zaman dulu dan menjada wilayah agar tidak terjadi apa-apa, masyarakat
berinisiatif membuat tradisi-tradisi tetap berlangsung walauapun sekarang
telah memasuki zaman modern.
3.3. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sumberkerto
Mata pencaharian secara umum warga masyarakat Desa Sumberkerto
dapat teridentifikasi ke dalam beberap sektor yaitu pertanian,
jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada,
masyarakat yang bekerja di sektor pertanian dan petani ternak berjumlah 1.604
orang, yang bekerja disektor jasa berjumlah 237 orang, yang bekerja di sektor
industri 18 orang, dan bekerja di sektor lain-lain 109 orang. Dengan demikian
jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 1.861 orang.
60
Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian.
No Macam Pekerjaan Jumlah Prosentase
1 Pertanian/ petani ternak 1.604 orang 93,17 %
2 Jasa/ Perdagangan
a. Jasa Pemerintahan
b. Jasa Perdagangan
c. Jasa Angkutan
d. Jasa Ketrampilan
e. Jasa lainnya
17 orang
93 orang
18 orang
- orang
109 orang
0,79 %
4,33 %
0,83 %
0,00 %
0,05 %
3 Sektor Industri 18 orang 0,83 %
4 Sektor lain / TNI AL 2 orang 0,00 %
Jumlah 1.861 orang 100 % Sumber: Data Desa Sumberkerto 2016
Tabel 3.3 : Macam-macam Pekerjaan Masyarakat Desa Sumberkerto beserta Jumlahnya
Berdasarkan data tersebut maka angka pengangguran di Desa
Sumberkerto bisa dibilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data lain
dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 15-55 yang belum bekerja berjumlah
1.048 orang. Angka-angka inilah yang merupakan kisaran angka
pengangguran di Desa Sumberkerto.
Gambar 3.3. Sumber Mata pencaharian Masyarakat yang mayoritas ada di sektor pertanian yaitu
pertanian tebu.
61
Mayoritas masyarakat Desa Sumberkerto memiliki mata pencaharian di
sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Kesemua ini karena letak
geografis yang kondisi tanah berada dipegunungan sehingga hanya cocok
untuk pertanian tebu, peternakan, dan perkebunan kayu. Dengan
mengandalkan sistem panen selama satu tahun sekali, ekonomi masyarakata
desa sumberkerto mengalami ketidakstabilan yang berakibat pada
kebudayaan, pendidikan, dan sebagainnya mengalami perubahan.
3.4. Kondisi Budaya Masyarakat Desa Sumberkerto
Berkaitan dengan letaknya yang berada Jawa Timur suasana budaya
masyarakat Jawa sangat terasa di Desa Sumberkerto. Dalam hal kegiatan
agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan
sosial Jawa. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Jawa/Islam, masih
adanya budaya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni, dan lainnya, yang
semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa. Selain
budaya Jawa, Masyarakat disini juga masih melaksanakan budaya atau tradisi
dari Madura sebagai identitas masyarakat desa Sumberkerto.
Masyarakat Sumberkerto dalam menjaga identitas dan eksistensi budaya
tradisi dengan masih menjalankan tradisi-tradisi yang ada dan tidak hanya
tradisi Madura saja, melainkan tradisi Jawa juga mereka lestarikan,
diantaranya tradisi yang ada dan dilaksanakan oleh masyarakat Sumberkerto
yaitu seperti tradisi Sogukan, Sakera, Nyadran, Slametan, Tahlilan, Mitoni,
Megengan dan Ojung.
62
Kepala Desa juga memaparkan bahwa masyarakat Desa Sumberkerto
masih memegang erat tradisi yang telah ada. Berikut kutipan wawancara
dengan Hosen selaku kepada Desa Sumberkerto:
“Masyarakat disini masih sangat memegang teguh apa yang ada sejak dulu. Kata orang tua saya dulu semua tradisi ini memiliki manfaat tersendiri bagi kita. Seperti Sogukan itu kan memberi kita pelajaran agar saling berbagi. Ada tari sakera yang mana ini sebagai pengingat kita bahwa, walaupun kita hidup di luar Madura tapi kita tidak boleh lupa dengan identitas kita sebagai suku Madura. Dan begitupun dengan tradisi yang lainnya juga mempunyai manfaat tersendiri. Dari situlah kita sebagai para Suku Madura tidak boleh lupa darimana kita berasal. Dari situlah kita selalu ingat dengan para orang tua dulu agar menjaga tradisi yang telah ada dan jangan sampai lupa apapun yang terjadi.” (wawancara tanggal 21 mei 2017)
Berdasarkan informasi dari masyarakat Desa Sumberkerto, mereka
masih menyelenggarakan dan melestarikan beberapa tradisi yang telah ada,
diantaranya:
a) Sogukan
Tradisi Sogukan merupakan suatu tradisi sumbang-menyumbang di
dalam masyarakat Madura. Budaya ini dilestarikan mulai sekitar tahun
1960-an. Terkait dengan aktifitas sumbang menyumbang dimana
sumbangan ini nilainya dapat melebihi dari yang biasanya. Sogukan
merupakan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang dengan cara
memberikan sesuatu kepada orang lain yang sedang menyelenggarakan
perayaan atau selebrasi, sesuatu tersebut bisa berupa barang yang bernilai
maupun dalam bentuk uang. Tradisi Sogukan yang menjunjung tinggi
nilai ekonomi dan kebersamaan ini bisa membuat sebuah identitas
bersama dari masyarakat pendatang menjadi kebudayaan atau tradisi di
63
wilayah lain. Prosesi yang unik dari tradisi Sogukan, yaitu diiringi tradisi
gending, musik dan hiburan lainnya.
b) Tari Sakera
Sakera merupakan pahlawan dari Pasuruan yang menentang
pemerintahan Belanda. Karena kebiasaan Sakera menggunakan pakaina
Madura maka masyarakat Madura dan Sakera di yakini ada keturunan
darah orang Madura. Untuk mengenang jasanya melawan pemerintahan
Belanda, maka masyarakat Madura berinisiatif mengenang jasanya
dengan cara melestarikan kesenian Sakera dalam bentuk tarian yang
dikombinasikan dengan pencak silat. Umumnya tarian ini hingga saat ini
masih dilestarikan baik di pulau Madura maupun di daerah yang
terpengaruh oleh suku Madura seperti Probolinggo, Jember, Lumajang,
dan Malang. Tarian ini sering ditampilkan pada acara-acara tertentu
termasuk pada acara penyelenggaraan Sogukan.
c) Nyadran
Tradisi Nyadran adalah tradisi yang sudah turun temurun dilakukan
untuk menyambut bulan Ramadhan di Berbagai Wilayah di Jawa. Tradisi
ziarah ke makam leluhur ini biasanya dilakukan satu minggu sebelum
datangnya bulan Ramadhan dimulai. Acara dalam tradisi Nyadran yaitu
melakukan pembersihan pada makam-makam keluarga maupun leluhur
dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah “Besik”.
Tradisi Nyadran bagi masyarakat Desa Sumberkerto adalah sebuah
penghormatan dengan membersihkan makam-makam para leluhur yang
sudah meninggal, terdapat ritual seperti membaca doa, zikir, tahlil, dan
64
ditutup makan bersama. Acara makan bersama dengan masyarakat
lainnya disekitar pemakaman tersebut merupakan bentuk rasa syukur
kepada Tuhan. Selain itu, tradisi Nyadran ini juga bisa dipahami sebagai
bentuk adanya hubungan antara keluarga yang telah meninggal dengan
sesama manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.
d) Slametan
Tradisi Slametan adalah tradisi upacara sedekah makanandan doa
bersama yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketentraman
untuk keluarga penyelengara slametan. Biasanya tradisi ini dilakukan
ketika ada maksud tertentu seperti mau diadakannya sebuah hajatan, atau
hanya bersyukur karena selamat dari kejadian yang tidak diinginkan.
Upacara pada tradisi slametan ini umumnya dilakukan oleh masyarakat
suku jawa, tapi saat ini tidak hanya suku jawa saja yang
menyelenggarakan tradisi ini tapi berbagai suku yang memiliki tujuan
akan sebuah keselamatan dari Tuhan. Saat ini banyak orang meyakini
bahwa tradisi upacara slametan merupakan syarat spiritual yang wajib
diselenggarakan dan jika dilanggar akan mendapatkan ketidakberkahan
hidup atau kecelakaan.
Slametan berasal dari kata Selamat, bahagia, atau sentausa.
Selametan memiliki makna yaitu sebagai keadaan lepas dari insiden-
insiden yang tidak dikehendaki. Kegiatan upacara slametan biasanya
dilakukan pada sebuah pesta ritual yang diselenggarakan di rumah
maupun desa, bahkan dengan skala yang lebih besar. Dengan demikian,
65
slametan memiliki tujuan akan sebuah penegasan dan penguatan kembali
tatanan kultur secara umum.
Masyarakat desa sumberkerto masih menyelenggarakan tradisi
Slametan dan biasanya diselenggarakan pada saat tertentu seperti
menjelang panen tiba, mejelang adanya hajatan, atau hanya sekedar
menyelamati untuk diri mereka sendiri.
e) Tahlilan
Tradisi tahlilan merupakan salah satu tradisi wali songo yang hingga
saat ini masih diamalkan oleh sebagian besar masyarakat. Tahlilan berasal
dari kata ‘Tahlil’ yang memiliki makna makna mengucapkan kalimat
tayyibah. Saat ini tahlil berkembang menjadi serangkaian bacaan yang
terdiri dari kumpulan dzikir dan beberapa bacaan lainya yang ada pada
ajaran Islam. Dengan demikian, serangkaian bacaan inilah yang membuat
istilah tahlilan, yang berarti kegiatan berkumpulnya orang-orang di suatu
tempat untuk membaca tahlil.
Tradisi tahlilan ini masih dilaksanakan oleh masyarakat desa
sumberkerto yang mana masyarakat Madura terkenal dengan sikap
religius. Selain itu, tradisi tahlilan ini diadakan oleh sebagian besar
masyarakat untuk mengenang para leluhur atau orang yang sudah
meninggal agar orang yang sudah meninggal diterima amalannya di sisi
Allah dan mendapat ampunan atas dosa-dosanya selama hidup di dunia.
f) Mitoni
Mitoni merupakan tradisi masyarakat yang memiliki arti tujuh (pitu).
Sebuah ritual hajat pada saat usia kehamilan mencapai tujuh bulan. Tradisi
66
mitoni memiliki tujuan memohon kepada Tuhan agar anak yang
dikandung nantinya menjadi anak yang dapat mengangkat derajat orang
tua dan keluarga. Mitoni adalah serangkaian upacara siklus hidup yang
sampai saat masih dilakukan oleh sebagian masyarakat termasuk
masyrakat desa Sumberkerto.
g) Megengan
Tradisi megengan diambil dari bahasa jawa yang artinya menahan
atau mengagungkan bulan suci ramadhan. Megengan merupakan
ungkapan rasa senang, bahagia menyambut bulan ramadhan dengan cara
berbagi rizeki atau makanan dengan para tetanga atau anggota masyarakat
dalam suatu wilayah. Megengan juga merupakan bentuk penghormatan
kepada Tuhan Yang Maha Esa akan datangnya bulan penuh berkah yaitu
bulan suci ramadhan.
h) Ojung
Ojung merupakan tradisi untuk meminta hujan kepada Tuhan.
Ojung memiliki makna yaitu pertarungan antara dua orang yang saling
menyabet nenggunakan rotan. Acara tradisi ojung dilakukan pada sebuah
panggung, terkadang tradisi ojung ini dilakukan ditempat biasa di altar
atau tempa terbuka. Walaupun bertarung secara nyata tetapi tidak ada
kemarahan dari aksi keras itu, selesai melakukan tradisi ini mereka saling
merangkul satu sama lain dengan makna tanda persahabatan.
Masyarakat Sumberkerto masih melakukan tradisi ini hingga saat ini
dengan tujuan meminta hujan. Wilayah geografis dangan kondisi tanah yang
tidak rata membuat perairan disana sangatlah sulit. Jadi, untuk meminimalisir
67
kekeringan masyarakat selalu melakukan tradisi ini degan tujuan datangnya
hujan.
Keberagaman budaya dan tradisi membuat keeratan hubungan antar
masyarakat pada tradisi masih ada dan dilakukan hingga saat ini. Dengan
adanya tradisi ini masyarakat Desa Sumberkerto mebaur jadi satu tanpa
melihat status sosial masyarakat tersebut.
Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap arus informasi, hal-hal
lama ini mulai mendapat respon dan tafsir balik dari masyarakat. Hal ini
menandai babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru
bersama masyarakat Desa Sumberkerto. Dalam rangka merespon tradisi lama
ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama, dan
budaya di Desa Sumberkerto. Tentunya hal ini membutuhkan kearifan
tersendiri, sebab walaupun secara budaya berlembaga dan berorganisasi adalah
baik tetapi secara sosiologis ia akan beresiko menghadirkan kerawanan dan
konflik sosial.
Gambar 3.4. Sakera dan Sogukan merupakan salah satu kebudayaan yang sangat besar dan
di lakukan oleh masyarakat Desa Sumberkerto.
68
3.5. Agama Masyarakat Desa Sumberkerto
Michel Meyer (dalam Rousydiy, 1986) berpendapat bahwa agama
ádalah sekumpulan kepercayaan dan pengajaran-pengajaran yang
mengarahkan kita dalam tingkah laku kita terhadap Allah SWT, terhadap
sesama manusia dan terhadap diri kita sendiri. Nasution (1986) menyatakan
bahwa agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi
manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari salah satu kekuatan yang lebih
tinggi daripada manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap
dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
kehidupan manusia sehari-hari.
Beragamnya agama yang dianut oleh masyarakat menggambarkan
toleransi kehidupan beragama. Penduduk di Kecamatan Pagak menganut
berbagai keyakinan yang hidup berdampingan secara damai. Seperti halnya
agama yang dianut oleh sebagaian besar penduduk Indonesia, penduduk
Kecamatan Pagak sebagian besar memeluk agama Islam, Hindu, Kristen,
Katholik, serta Budha. Berikut merupakan daftar jumlah masyarakat penganut
keyakinan di Desa Sumberkerto dan Kecamatan Pagak:
Tabel : Prosentase Masyarakat berdasarkan Keyakinan Agama
No. Agama Jumlah Masyarakat (Jiwa) Prosentase
1. Islam 45.120 98.6 %
2. Hindu 296 0.65 %
3. Kristen 225 0.50 %
4. Katholik 111 0.24 %
5. Budha 5 0.01 %
Jumlah Penduduk
Kecamatan Pagak
45.757 Jiwa 100 %
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang
Tabel 3.5. Jumlah Penganut Keyakinan Masyarakat Di Kecamatan Pagak
69
Agama merupakan suatu bentuk kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat dan telah diyakini kebenarannya oleh para penganutnya. Agama
sangat penting bagi masyrakat Desa Sumberkerto dalam menjalani kehidupan
masyarakat. Hampir setiap perilaku, aktivitas sistem itu berlandaskan agama
dan dan telah diajarkan pada generasi muda masyarakat Desa Sumberkerto.
Masyarakat Desa Sumberkerto beragama Islam, Aliran yang dianut
adalah campuaran Islam tradisional dan Islam Modern. Seiring dengan
perkembangan agama Islam di Desa Sumberkerto maka hampir di setiap sudut
terdapat mushola dan atau Masjid. Terdapat juga beberapa pesantren yang
mana tempat ini digunakan oleh masyarakat untuk menuntut ilmu agama.
Gambar 3.5. Salah Satu Lokasi untuk belajar ilmu Agama Masyarakat Desa Sumberkerto.
Berdasarkan temuan di lapangan tradisi Sogukan dan kegiatan agama
menunjukkan bahwa adanya pertentangan dalam aktivitas tradisi Sogukan
tetapi tidak ada larangan diselenggarakannya tradisi Sogukan, bahkan baik
masyarakat religius maupun tidak tetap ikut berbaur jadi satu ikut
melaksanakan tradisi Sogukan. Para anggota masyarakat yang memiliki ilmu
dan pendirian agama yang kuat disebut masyarakat agamis. Para masyarakat
agami selalu diundang pada setiap acara hajatan oleh masyarakat setempat,
70
untuk sekedar memanjatkan doa atau sekedar bentuk saling menghormati antar
masyarakat. Adanya pertentangan terhadap masyarakat agamis terhadap tradisi
Sogukan tetapi mereka tetap menghadiri dan menyelenggarakan tradis Sogukan
tak lepas dari sejarah yang dilakukan masyarakat agamin zaman dahulu.
3.6. Kondisi Pendidikan Masyarakat di Desa Sumberkerto
Eksistensi pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada
khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak
tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong
tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru. Dengan
sendirinya akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan
pengangguran dan kemiskinan. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam
sistematika berpikir atau pola pikir individu, selain mudah menerima
informasi yang lebih maju dan tidak gagap teknologi.
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar manusia untuk
mengembangkan kepribadian yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan
dapat dimiliki oleh seluruh masyarakat sesuai dengan kemampuan
masyarakat tersebut. Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan dalam
membentuk dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Terwujudnya Sumber Daya Manusia sangatlah bergantung pada proses
pembangunan di bidang Pendidikan.
Pendidikan masyarakat di Desa Sumberkerto Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang telah memperlihatkan peningkatan yang cukup
mengembirakan, namun masih banyak masalah-masalah yang dihadapi.
71
Masalah-masalah tersebut menyangkut perbaikan peningkatan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi keberlangsungan generasi
masyarakat Desa Sumberkerto.
Tabel berikut ini menunjukkan jumlah tingkat rata-rata pendidikan
warga Desa Sumberkerto.
No Keterangan Jumlah Prosentase
1 Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas 323 orang 11,44 %
2 Tidak Tamat SD 156 orang 3,63 %
3 Belum Sekolah 385 orang 8,64 %
4 Belum Tamat SD 441 orang 10,06 %
5 Belum Tamat SMP 92 orang 1,36 %
6 Belum Tamat SMA 7 orang 0,15 %
7 Tamat Sekolah SD 2.651 orang 58,21 %
8 Tamat Sekolah SMP 316 orang 4,73 %
9 Tamat Sekolah SMA 65 orang 1,66 %
10 Tamat Sekolah PT/ Akademi 10 orang 0,12 %
Jumlah Total 4.446 orang 100 %
Sumber: Data Desa Sumberkerto 2016
Tabel 3.6. : Pendidikan Sekolah Masyarakat Desa Sumberkerto.
Berdasarkan data kuantitaif tersebut menunjukan bahwa mayoritas
penduduk Desa Sumberkerto hanya mampu menyelesaikan sekolah di jenjang
pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD dan SMP). Dalam hal kesediaan
sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan mumpuni, keadaan ini
merupakan tantangan tersendiri. Sebab ilmu pengetahuan setara dengan
kekuasaan yang akan berimplikasi pada penciptaan kebaikan kehidupan.
Rendahnya kualitas pendidikan di Desa Sumberkerto, tidak terlepas
dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu
masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di
Desa Sumberkerto baru tersedia di level pendidikan dasar 9 tahun (SD dan
72
SMP), sementara akses ke pendidikan menengah ke atas berada di tempat lain
yang relatif jauh.
Pemerintah desa dalam menangani rendahnya Sumber Daya Manusia
yaitu dengan Solusi yang bisa menjadi alternatif bagi persoalan rendahnya
Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa Sumberkerto yaitu melalui pelatihan
dan kursus. Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia
dengan baik di Desa Sumberkerto. Bahkan beberapa lembaga binbel dan
pelatihan yang pernah ada malah gulung tikar. Mungkin dorongnan dari
pemerintah dan masyarakat lemah. Inilah yang menjadi pekerjaan dasar
pemerintahan Desa Sumberkerto sekarang ini.
Gambar 3.6. Lembaga Pendidikan di Desa Sumberkerto
3.7. Kesehatan Masyarakat Desa Sumberkerto
Masalah kesehatan adalah hak setiap orang dan merupakan aset yang
amat penting bagi masa depan bangsa secara umum. Kesehatan merupakan
keadaan kesejahteraan dari tubuh, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang memiliki keproduktifan secara sosial dan ekonomi. Masyarakat yang
produktif adalah masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohaninya. Salah
satu cara untuk mengukur suatu status kesehatan masyarakat adalah dengan
mencermati banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Laporan warga
73
menunjukkan adanya gejala masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi,
yang antara lain disebabkan oleh infeksi pernapasan akut bagian atas, malaria,
penyakit sistem otot dan jaringan pengikat. Data tersebut menunjukkan bahwa
gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang
bersifat cukup berat dan berdurasi lama bagi kesembuhannya, yang
diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang
kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas masyarakat Desa
Sumberkerto secara umum.
Kesehatan di Desa Sumberkerto masih menunjukkan rendahnya
kualitas hidup sehat masyarakat. Tingkat partisipasi demikian ini relatif tinggi
walaupun masih bisa dimaksimalkan mengingat cukup tersedianya fasilitas
kesehatan berupa sebuah Puskesmas, dan Polindes di Desa Sumberkerto Maka
wajar jika ketersediaan fasilitas kesehatan yang relatif lengkap ini berdampak
pada kualitas kelahiran bagi bayi lahir.
Pemerintah desa dalam hal ini terus-menerus memberikan fasilitas
pendukung guna memenuhi kebutuhan kesehatan pada masyarakat. Dengan
ditingkatkanya kualitas medis seperti sarana dan prasaranadan sosialisasi
kesehatan membuat masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan.
Gambar 3.7. Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Desa Sumberkerto.