128
RANCANG UNTU MEND G BANGUN UK MENEN DAPATKAN JU FA UN N DETEKSI NTUKAN W N UKURAN TU ZUHR N URUSAN T AKULTAS S NIVERSITA MAULAN I KECEPAT WAKTU PO N IMAGE P SERAGAM UGAS AKH Oleh : RITA ARIE NIM. 055500 TEKNIK IN SAINS DAN AS ISLAM N NA MALIK MALANG 2010 TAN KEND OTRET YAN PLAT NOM M. HIR EFIANI 045 NFORMATI N TEKNOL NEGERI ( U K IBRAHIM G DARAAN B NG TEPAT MOR POLIS IKA LOGI UIN ) M BERMOTO T GUNA SI YANG OR

deteksi kecepatan.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

deteksi keceoatan

Citation preview

Page 1: deteksi kecepatan.pdf

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

TUGAS AKHIR

ZUHRITA ARIEFIANI

NIM. 05550045

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

MAULANA MALIK IBRAHIM

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

SERAGAM.

TUGAS AKHIR

Oleh :

ZUHRITA ARIEFIANI

NIM. 05550045

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2010

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

SERAGAM.

TUGAS AKHIR

ZUHRITA ARIEFIANI

NIM. 05550045

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

MAULANA MALIK IBRAHIM

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT GUNA

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

Page 2: deteksi kecepatan.pdf

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT GUNA

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

SERAGAM.

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada :

Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer ( S. Kom)

Oleh :

Zuhrita Ariefiani

NIM 05550045

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2010

Page 3: deteksi kecepatan.pdf

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zuhrita Ariefiani

NIM : 05550045

Fakultas / Jurusan : Sains dan Teknologi / Teknik Informatika

Judul Penelitian :RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN

KENDARAAN BERMOTOR UNTUK MENENTUKAN

WAKTU POTRET YANG TEPAT GUNA MENDAPATKAN

UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

SERAGAM.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini tidak

terdapat unsure-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiuah yang dilakukan

atau dibuat orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan

disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata hasil penelitian penelitian ini terdapat unsure-unsur jiplakan,

maka saya bersedia untuk mempertanggungjawabkan, serta diproses sesuai peraturan

yang berlaku.

Malang, Januari 2009

Penulis,

Zuhrita Ariefiani

05550045

Page 4: deteksi kecepatan.pdf

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT GUNA

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

SERAGAM

TUGAS AKHIR

Oleh :

Zuhrita Ariefiani

NIM. 05550045

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing II

Totok Chamidy, M. Kom Dr. Munirul Abidin, M.A

NIP. 196912222006041001 NIP. 197204202002121003

Tanggal Januari 2009

Mengetahui,

Ketua Jurusan teknik Informatika

Ririen Kusumawati, M.Kom

NIP. 197203092005012002

Page 5: deteksi kecepatan.pdf

RANCANG BANGUN DETEKSI KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR

UNTUK MENENTUKAN WAKTU POTRET YANG TEPAT GUNA

MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR POLISI YANG

SERAGAM

TUGAS AKHIR

Oleh:

ZUHRITA ARIEFIANI

NIM. 05550045

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Tugas Akhir dan Dinyatakan

Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Komputer (S.Kom)

Tanggal 14 Januari 2010

Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Penguji Utama : Zainal Abidin, M.Kom (……………)

2. Ketua Penguji : Fatchurrohman, M.Kom (……………)

3. Sekretaris Penguji : Totok Chamidy, M.Kom (……………)

4. Anggota Penguji : Dr. Munirul Abidin, M.A (……………)

Mengetahui dan Mengesahkan

Ketua Jurusan Teknik Informatika

Ririen Kusumawati, M.Kom

NIP. 197203092005012002

Page 6: deteksi kecepatan.pdf

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah Tuhan

Alam semesta dan jagat raya, Tuhan dari segala sesuatu yang dikuasai. Alhamdulillah

dan berterimaksih kepada-Mu atas segala rahmat dan karuniaMu, akhirnya kami

dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul RANCANG BANGUN DETEKSI

KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK MENENTUKAN WAKTU

POTRET YANG TEPAT GUNA MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR

POLISI YANG SERAGAM. Pembuatan alat ini disusun untuk memenuhi persyaratan

dalam menempuh gelar strata 1 (S-1) dan kelulusan di Jurusan Teknik Informatika,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Kami menyadarari bahwa dalam penulisan dan pembuatan alat ini tidak akan

terwujud tanpa adanya motivasi, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, yang

senantiasa Kami terima selama ini. Oleh karenanya penulis menyampaikan

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Semua yang ada di bumi dan menguasai jagat raya, Tuhanku Allah s.w.t.

Tak ada yang tak mungkin karenaNya. Maha Besar Allah.

2. Nabi Muhammad s.a.w, rindu Kami padamu Yaa Rosul.

3. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam negeri Maulana

Malik Ibrahim (UIN MMI) Malang.

4. Bapak Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU., DSc selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN

MMI) Malang.

5. Ririen Kusumawati, M.Kom. Selaku Ketua Jurusan Teknik Informatiaka

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

(UIN MMI) Malang.

Page 7: deteksi kecepatan.pdf

6. Bapak Pembimbing I, Totok Chamidy, M.T, karena atas bimbingan, bantuan dan

kesabaran beliau penulisan ini dapat terselesaiakan. Dan Bapak Munirul Abidin,

M.Ag selaku pembimbing II yang senantiasa mengarahkan dan membimbing

penulisan skripsi yang berhubungan dengan Agama.

7. Bapak dan Ibu dosen teknik Informatika, terutama Bapak Fatchurrochman, M.

Kom selaku ayah selama sembilan semester yang saya jalani di perkuliahan ini,

serta Bapak Zainal Abidin, M.Kom, terimakasih atas bimbingan dan

motivasinya.

8. Orang tua Kami, ayah ibundaku tercinta Drs. H. Zainal Mahmudi, M. Ag dan Hj.

Muslihati Nurlaila, S.Pd yang mensupport kami baik moril dan spirituil tanpa

henti, serta Bpk Syai’in dan Ibu Sri Wahyuni.

9. Teman-teman Teknik Informatika, angkatan 2005 dan 2004 yang sangat banyak

membantu, baik dukungan dan loyalitas serta kerjasamanya selama penulisan

skripsi ini.

10. Sahabat, kekasih sekaligus musuh selama empat tahun terakhir ini, Usman

Nurhasan, terimakasih atas segala bantuannya, materi, tenaga dan semuanya.

11. Teman-teman SMK Grafika, Om Gembul, Mustoper dan teman-temanku. Para

satpam UIN Maliki Malang, “I don’t think that the rain are come down to our

earth by Love from our God. I understood now.” Thanks.

Dalam penulisan Laporan Akhir ini Kami telah berusaha dengan baik. Namun Kami

menyadari masih banyak kekeliruan dan kekurangan dalam pembuatannya. Oleh

karena itu, kami mohon maaf sebesar-besarnya dan kritikan serta masukan kami

tunggu dengan tangan terbuka. Akhirnya kami sampaikan terimakasih yang tak

terhingga, dan Subhanallah, Maha Benar Allah dengan segala Cintanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 14 Januari 2010

Zuhrita Ariefiani

Page 8: deteksi kecepatan.pdf

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengajuan

Halaman Persetujuan

Halaman Pengesahan

Halaman Persembahan

Kata Pengantar .............................................................................................. x

Daftar Isi ....................................................................................................... xi

Daftar Tabel .................................................................................................. xii

Daftar Gambar ............................................................................................... xiii

Daftar Lampiran ............................................................................................ xv

Abstrak .......................................................................................................... xvi

BAB I : Pendahuluan .................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3 Tujuan Pembuatan Sistem ..................................................................... 5

1.4 Manfaat pembuatan Sistem ................................................................... 5

1.5 Batasan Masalah .................................................................................... 6

1.6 Metodologi Penelitian ............................................................................ 6

1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................ 10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 12

2.1 Infrared dan Sinar (Cahaya) .................................................................... 12

2.1.1 Infrared Transmitter ............................................................................. 13

2.1.2 Infrared Receiver (IRM8510N) ........................................................... 14

2.1.3 IC 555 ................................................................................................... 15

2.2 Mikrokontroler ....................................................................................... 18

Page 9: deteksi kecepatan.pdf

2.2.1 Arsitektur Mikrokontroler .................................................................... 20

2.2.2 Susunan PIN MCS AT89S51 ............................................................... 21

2.2.3 Rangkaian Osilator ............................................................................... 25

2.2.4 Memori Data Eksternal ........................................................................ 26

2.2.5 SFR (Special Fungtion Register) ......................................................... 27

2.3 Konsep Komunikasi Serial ...................................................................... 40

2.4 Kecepatan, Jarak dan Waktu ................................................................... 43

2.5 Kamera A4-Tech (Audio Video) ............................................................ 45

2.6 Software Pemograman ........................................................................... 47

2.6.1 Borland Delphi ..................................................................................... 47

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ............................... 62

3.1 Perancangan Perangkat Keras ................................................................. 62

3.1.1 Sensor Infrared ..................................................................................... 62

3.1.2 Perancangan Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 ............................. 64

3.1.3 Kamera ................................................................................................. 67

3.2 Peancangan Sistem Deteksi Kecepatan ................................................... 67

3.2.1 Tujuan Sistem Deteksi Kecepatan ....................................................... 67

3.3 Perancangan dan Pembuatan perangkat lunak ........................................ 68

3.3.1 Perancangan dan Pembuatan GUI ........................................................ 68

A. Form Setting ........................................................................................ 71

B. Form Database ..................................................................................... 72

3.4 Teknik Pengambilan Data ....................................................................... 75

3.4.1 Pengujian Sensitivitas Rangkaian sensor infrared ............................... 75

3.4.2 Pengujian Kamera A-4 Tech ................................................................ 75

3.4.3 Pengujian Alat menggunakan mikrokontroler AT89S51 ..................... 76

3.5 Teknik Analisa Data ................................................................................ 76

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 78

Page 10: deteksi kecepatan.pdf

4.1 Perangkat keras ....................................................................................... 78

4.1.1 Hasil Pengujian Sensivitas rangkaian Sensor Infrared........................ 78

4.1.2 Hasil Pengujian Kamera ....................................................................... 79

4.2 Perangkat Lunak ..................................................................................... 80

4.3 Penjelasan Program ................................................................................. 81

4.4 Sistem Kerja Software............................................................................. 84

4.5 Pembahasan ............................................................................................. 85

4.5.1 Pembahasan Alat .................................................................................. 85

4.5.2 Integrasi Alat dengan Al-Qur’an .......................................................... 95

4.5.3 Integrasi alat dan Manfaatnya untuk Manusia ...................................... 98

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 100

5.2 Saran ................................................................................................. 101

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

Page 11: deteksi kecepatan.pdf

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penjelasan sistematika penulisan .................................................. 10

Tabel 2.1 Fungsi Alternatif Port 3................................................................. 23

Tabel 2.2 Component palette ........................................................................ 49

Tabel 2.3 Penjelasan Icon Tab Standart. ....................................................... 50

Tabel 2.4 Penjelasan Komponen Tab Additional. ........................................ 52

Tabel 2.5 Penjelasan Komponen Tab Win32. ............................................... 53

Tabel 2.6 Penjelasan Komponen Tab System. .............................................. 54

Tabel 2.7 Penjelasan Komponen Tab Data Access ....................................... 55

Tabel 2.8 Penjelasan Komponen Tab Data Control ...................................... 56

Tabel 2.9 Penjelasan Komponen Tab BDE................................................... 57

Tabel 2.10 Penjelasan Komponen Tab Samples ........................................... 57

Tabel 2.11 Penjelasan Komponen Tab ADO. ............................................... 58

Tabel 4.1 Hasil Pengujiian Infrared .............................................................. 78

Tabel 4.2 Tabel IR dengan kecepatan random dan pengukuran jarak

dengan kamera ............................................................................................. 86

Tabel 4.3 Gambar Hasil Uji Coba I ............................................................. 87

Table 4.4 Gambar Hasil Uji Coba II ............................................................. 89

Table 4.5 Gambar Hasil Uji Coba III ............................................................ 91

Tabel 4.6 Gambar Hasil Uji Coba IV .......................................................... 93

Page 12: deteksi kecepatan.pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Blok Diagram system ................................................................ 4

Gambar 2.1 Infrared Transmitter .................................................................. 13

Gambar 2.2 IRM 8510N dimension package ................................................ 15

Gambar 2.3 Rangkaian IC 555 ...................................................................... 16

Gambar 2.4 Blok Diagram MK-AT89S51 .................................................... 21

Gambar 2.5 Pin Diagram AT89S51 .............................................................. 22

Gambar 2.6 Rangkaian Osilator AT89S51 ................................................... 25

Gambar 2.7 Peta Register Fungsi Khusus- SFR ........................................... 30

Gambar 2.8 Bit Latch dan I/O Buffer 89S51 ................................................ 30

Gambar 2.9 Timer / Counter 1 Mode 0 : Counter 13 bit .............................. 34

Gambar 2.10 Timer / Counter 1 Mode 2 : 8 bit Auto- Reload ...................... 34

Gambar 2.11 Timer / Counter 1 Mode 3 : 2 Counter 8 bit ........................... 35

Gambar 2.12 TMOD : Timer / Counter Mode Control Register .................. 36

Gambar 2.13 SCON (serial port control register) ........................................ 39

Gambar 2.14 Port DB-9 Jantan dan betina ................................................... 41

Gambar 2.15 Pin konfigurasi DB-9 .............................................................. 41

Gambar 2.16 Wiring gambar RS-232(DB-9) ke mikrokontroler .................. 42

Gambar 2.17 Konfigurasi IC Max 232 ......................................................... 43

Gambar 2.18 Kamera A4-Tech .................................................................... 46

Gambar 2.19 Lembar Kerja Borland Delphi ................................................. 48

Gambar 2.20. Kotak Dialog Customize ........................................................ 49

Gambar 2.21 Tampilan Form ........................................................................ 59

Gambar 2.22 (a). Lembar kerja object inspector ........................................... 59

Gambar 2.22 (b). Beberapa Tampilan Pilihan Pada Object Inspector .......... 60

Gambar 2.23 Code editor. ............................................................................. 60

Gambar 3.1 (a) rangkaian IR transmitter ...................................................... 63

Page 13: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 3.1 (b) rangkaian IR Receiver ......................................................... 63

Gambar 3.2 Blok diagram sistem keseluruhan ............................................. 65

Gambar 3.3 Rangkaian Power Supply .......................................................... 66

Gambar 3.4 Kamera A4-Tech yang dihubungkan ke laptop ......................... 67

Gambar 3.5 Blok diagram Sistem keseluruhan ............................................. 67

Gambar 3.6 Diagram Alir Program Utama ................................................... 69

Gambar 3.7 Gambar Peta Form sistem deteksi kecepatan ............................ 69

Gambar 3.8 Flow chart form utama system .................................................. 70

Gambar 3.9 Tampilan Form Utama .............................................................. 71

Gambar 3.10 Tampilan setting Boundrate untuk Detektor Kecepatan

(infrared) .................................................................................................................. 72

Gambar 3.11 Diagram Alir untuk menampilkan Database kecepatan ..................... 73

Gambar 3.12 Tampilan Database Kecepatan ................................................ 73

Gambar 3.13 Diagram Alir untuk menampilkan Database gambar. ............. 74

Gambar 3.14 Tampilan Database Gambar .................................................... 74

Gambar 3.15 Rangkaian pengujian sensor Infrared ...................................... 75

Gambar 4.1 Tampilan Awal Kamera setelah di select device

(dipilih kameranya) ....................................................................................... 79

Gambar 4.2 Tampilan kamera setelah proses peng-capture-an

secara manual ................................................................................................ 80

Gambar 4.3 Tampilan Program Utama Setelah device-device

terkoneksi. ..................................................................................................... 82

Gambar 4. 4 Tampilan database kecepatan ................................................... 83

Gambar 4.5 Tampilan Database Gambar ...................................................... 84

Gambar 4.6 Uji coba Alat Keseluruhan I ...................................................... 87

Gambar 4.7 Uji coba Alat Keseluruhan II .................................................... 89

Gambar 4.8 Uji Coba Alat Keseluruhan III .................................................. 91

Gambar 4.9 Uji Coba Alat Keseluruhan IV .................................................. 93

Page 14: deteksi kecepatan.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Rangkaian Alat Keseluruhan

Lampiran 2 Gambar Rangkaian PCB

Lampiran 3 Source code Program Assembler

Page 15: deteksi kecepatan.pdf

ABSTRAK

Zuhrita Ariefiani, 2010. Rancang Bangun Deteksi Kecepatan Kendaraan

Bermotor Untuk Menentukan Waktu Potret Yang Tepat Guna

Mendapatkan Ukuran Image Plat Nomor Yang Seragam.

Pembimbing : Totok Chamidy, M.Kom

Kata Kunci : Sensor Infrared, Mikrokontroler AT89S51, Kamera, Deteksi

Kecepatan, Kendaraan Bermotor.

Deteksi kecepatan kendaraan bermotor merupakan suatu sistem yang

dirancang dengan menggunakan sensor infrared sebagai pemancar sinar yang

diproses menggunakan Mikrokontroler AT89S51 untuk membaca kecepatan

kendaraan bermotor.

Sistem ini dibangun untuk mengembangkan tekhnologi infrared sebagai

pengirim signal untuk inputan yang diselaraskan dengan kamera untuk mendapatkan

hasil output berupa data kecepatan dan gambar plat kendaraan bermotor.

Ditujukan untuk pengembangan security system dan membantu

mengurangi tindak kejahatan yang marak di jalanan.

Page 16: deteksi kecepatan.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

�� ����������� ��������� ��������� �� �� ��������������� �� ������� �� �� ������� �������� �� ������ ��� ��� �� � ���� ���

��� ������ ��������

96. Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan)

matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha

Mengetahui. (Q.S Al An am : 96)

Allah berkuasa terhadap benda-benda langit, yakni bahwa Dia

menyingsingkan pagi agar makhluk dapat bergerak dengan bebas dan menjadikan

malam gelap untuk menyediakan waktu beristirahat. Setelah menyebutkan gelap dan

terang disebutnya penyebab gelap dan terang itu dan dinyatakan bahwa, dan Allah

juga yang menjadikan matahari dan bulan beredar berdasar perhitungan yang

sangat telilti, memancarkan cahaya dan sinar dan menyilihgantikan malam dan

siang. Yang demikian itu bertujuan untuk menjadi perhitungan waktu bagi kamu

semua. Itulah yakni yang diuraikan oleh ayat ini dan ayat-ayat yang lalu – takdir

ketetapan Allah Yang Maha Perkasa sehingga tidak dapat dibatalkan oleh siapapun

lagi Maha Mengetahui sehingga semua diatur-Nya secara amat teliti lagi tepat.

(Quraish Shihab, Vol 4, 2007 : 210)

Penggalan ayat ini dipahami oleh sebagian ulama dalam arti peredaran

matahari dan bumi terlaksana dalam satu perhitungan yang sangat teliti. Selain itu ada

juga ulama yang memahami penggalan ayat diatas dalam arti Allah menjadikan

Page 17: deteksi kecepatan.pdf

peredaran matahari dan bulan sebagai alat untuk melakukan perhitungan waktu,

tahun, bulan, minggu dan hari bahkan menit dan detik.

Dalam ayat yang menginspirasi ini, Allah menjadikan matahari dan bulan

sebagai alat bantu perhitungan. Dapat dianalogikan, tidak hanya matahari dan bulan

sebagai ciptaan Allah yang memancarkan sinar yang kemudian dijadikan sebagai alat

perhitungan, namun ada banyak hal yang bisa dijadikan manusia sebagai alat

perhitungan, yakni sinar-sinar lain yang pancaran sinarnya lebih kecil dari matahari

dan bulan, yang kemudian dijadikan untuk membantu dalam menyelesaikan masalah

yang dianggap penting untuk sebuah kemaslahatan umat. Salah satunya kecepatan

kendaraan bermotor.

Sebuah piranti bernama infrared yang kemudian menjadi salah satu ide untuk

mengembangkan alat yang dapat mengetahui kecepatan kendaraan bermotor.

Terinspirasi dari film TAXI 4 serta beberapa film aksi mobil balap seperti The Fast

and The Furious (the series), yang kebanyakan menceritakan kecepatan kendaraan

bermotor jauh di luar batas kendaraan biasa, dan membuat alat sensor yang ada rusak

serta tidak dapat mengukur kecepatan mobil setelah mendeteksi kecepatan kendaraan

tersebut.

Hobi berkendara sepeda dan mencoba berkendara dengan kecepatan yang

memacu adrenalin juga menjadi salah satu alasan untuk membuat sebuah sistem yang

dapat membaca kecepatan dan mengukurnya sekaligus mencatat nomor polisi untuk

mengetahui kendaraan yang dimaksud. Karena banyaknya aksi yang dilakukan, maka

hal itu menginspirasi perancang sebagai bagian dari masyarakat tekhnologi, untuk

Page 18: deteksi kecepatan.pdf

merencanakan pengembangannya, yang semuanya akan dicatat dalam satu sistem

yang dapat membantu untuk pelacakan nomor kendaraan (nopol) dan sebagainya,

sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Alzalzalah,

� ������ ��� ������� �� ����� �� ���� �������� �� ���������� ������� ���������� �� ����� �� ���� ����� �� ���������

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat

(balasan)nya.

8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan

melihat (balasan)nya pula. (Q. S Al Zalzalah : 7-8)

Disanalah mereka masing-masing menyadari bahwa semua diperlakukan

secara adil, maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah yakni

butir debu sekalipun, kapan dan dimanapun niscaya dia akan melihatnya. Demikian

juga sebaliknya barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah sekalipun,

niscaya dia akan melihatnya pula. Hal ini juga merupakan salah satu inspirasi

sekaligus loncatan terbesar untuk mengembangkan alat ini, ketika semua pengerjaan

yang akan dilakukan dalam sistem, dicatat dan dianalisa sebagai sebuah akhir dari

proses yang akan dijalankan. Sabagaimana amal perbuatan manusia, kecepatan

kendaraan pun dapat dihitung, kemudian nomor polisinya pun dapat dicatat sebagai

suatu bahan untuk pengerjaan sistem. Disinilah kami, dengan nikmat Allah, berupa

akal, dengan bacaan bismillahirrohmanirrohim merancang alat berupa detektor

kecepatan, yang kemudian diberi judul RANCANG BANGUN DETEKSI

KECEPATAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK MENENTUKAN WAKTU

POTRET YANG TEPAT GUNA MENDAPATKAN UKURAN IMAGE PLAT NOMOR

Page 19: deteksi kecepatan.pdf

POLISI YANG SERAGAM. Semoga tidak sampai disini Allah memberikan

kemampuan kepada hambanya. Pada penelitian dan pembuatan alat ini ditujukan

untuk mengetahui seberapa kuatkah infrared dalam memancarkan sinarnya sebagai

titik awal dalam penentuan waktu henti dari sebuah kendaraan, serta bagaimana

menyajikannya dalam satu sistem yang nantinya dapat mengakses nomor polisi

dengan bentukan gambar yang seragam. Hal ini difungsikan sebagaimana di negara-

negara maju yang mengidentifikasi plat nomor sepeda motor sebagai bukti tindakan

kejahatan dan kriminalitas. Selain itu diharapkan alat ini nantinya juga bisa dijadikan

sebagai salah satu security system untuk mengecek keberadaan kendaraan yang keluar

masuk dalam parking area sebuah instansi.

Secara umum gambaran penelitian ini adalah :

Gambar 1.1 Blok Diagram system

Page 20: deteksi kecepatan.pdf

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Pembuatan alat untuk mendeteksi dan mengetahui kecepatan kendaraan

bermotor di luar mesin kendaraan tersebut (deteksi external sistem).

b. Pemanfaatkan infrared untuk mendeteksi adanya kendaraan bermotor yang

melewati sinar yang dihantarkannya

c. Inputan yang dikirim oleh infrared mampu dibaca oleh komputer sebagai

penentuan t (waktu) dan pemrosesannya.

d. Pemotretan (pengambilan gambar) setelah sinar infrared kedua diputus oleh

kendaraan sebagai t (akhir).

e. Penganalisaan sebuah gambar untuk mendeteksi nomor polisi yang ada pada

kendaraan bermotor setelah dipotret oleh kamera.

f. Mengetahui dan menentukan t (waktu) potret yang tepat untuk mengetahui

hasil image plat nomor polisi.

1.3 Tujuan Pembuatan Sistem

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah :

a. Menangkap obyek bergerak saat melewati infrared dengan kecepatan

tertentu

b. Meng-capture obyek tersebut dengan kamera jika melewati infrared

kedua dengan kecepatan tertentu.

1.4 Manfaat Pembuatan Sistem

Adapun manfaat dari pembuatan sistem informasi ini adalah :

Page 21: deteksi kecepatan.pdf

- Membantu untuk sistem registrasi kendaraan bermotor.

- Dapat dijadikan sebagai alat untuk security system dalam sebuah

instansi.

- Dapat dijadikan sebagai studi awal dari pengaturan jarak sensor

infrared dengan menggunkan bahasa pemrograman Assembly dan

mengetahui perbandingan v (kecepatan) serta t potret kamera untuk

mendapatkan besaran image dari plat nomor polisi.

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari rancang bangun detektor kecepatan ini adalah :

a. Rancang bangun detektor kecepatan ini menggunakan 2 buah infrared sebagai

deteksi awal dan deteksi akhir untuk mengetahui t (waktu) awal dan t akhir

dari laju kendaraan.

b. Rancang bangun sistem ini dispesifikasikan terhadap kendaraan bermotor

beroda dua, yakni sepeda motor.

c. Rancang bangun sistem ini menggunakan kamera A4-Tech sebagai properti

untuk pemotretan plat kendaraan.

d. Rancang bangun ini menggunakan bahasa pemograman Borland Delphi

sebagai interface.

e. Sistem ini menggunakan DT 51 sebagai downloader dan jembatan untuk

mengetahui signal inputan yang masuk.

f. Dalam pembuatan alat ini, akan dibuat suatu alat pengukur jarak sensor

infrared dengan menggunakan bahasa pemograman Assembly.

Page 22: deteksi kecepatan.pdf

1.6 Metodologi Penelitian

Dalam mengembangkan aplikasi ini digunakan metode yaitu :

1. Fase Perencanaan

Fase perencanaan terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya :

• Studi kelayakan judul.

Pada studi kelayakan judul, dipilih judul yang cocok dengan kemampuan.

Judul ini telah dikonsultasikan kepada para dosen Pembimbing dan

disetujui

• Pembuatan proposal

Setelah didapatkan judul proses selanjutnya dibuat proposal untuk

dilakukan pengujian

• Seminar proposal

Proposal yang sudah jadi dilakukan pengujian dengan diadakannya

seminar proposal.

2. Fase Analisis

Fase Analisis ini terdiri dari :

• Identifikasi

Pengidentifikasian masalah ini menyangkut bagaimana nantinya

kecepatan dan image dapat diukur dalam satu waktu, dengan berbeda

penanganan. Pengukuran terhadap tinggi sepeda motor dan panjang

sepeda motor juga diperlukan untuk penentuan panjang dari sensor satu (t

Page 23: deteksi kecepatan.pdf

awal) dengan yang kedua (t akhir) diletakkan. Serta penentuan peletakan

kamera dalam pengambilan gambar.

• Pengujian sensor (alat deteksi)

Setelah melakukan pengidentifikasian dan pengukuran, maka akan

dilakukan pengujian sensor. Karena sensor yang dihasilkan oleh infrared

cenderung lemah, maka kami menggunakan trigger (penguat) agar signal

yang dihasilkan akan jauh lebih panjang untuk menangkap pantulan dari

kendaraan yang diujicobakan.

• Pengumpulan data image

Pengumpulan data image ini adalah setelah pengujian alat (sensor) dan

image diinputkan kedalam database yang selanjutnya akan diproses dalam

penganalisaan image.

• Analisa image

Setelah semuanya selesai, maka image plat nomor akan menentukan

bagaimana nantinya besaran image yang akan diperoleh dan dianalisa

lebih lanjut agar image tersebut seragam.

3. Fase Desain

Fase design terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya :

• Perancangan Alat dan Pembuatan Alat

Pada dasarnaya perencanaan alat ini adalah dengan pemanfaatan infrared

sebagai alat sensor untuk mendeteksi adanya benda bergerak yakni

Page 24: deteksi kecepatan.pdf

kendaraan bermotor yang selanjutnya inputan tersebut akan dijadikan

sebagai penentuan t (waktu) awal dan waktu akhir. Kemudian dari

kecepatan tersebut, akan didapakan image yang nantinnya akan dianalisa

untuk mendapatkan besaran image yang seragam.

• Perancangan dan pembuatan Software

Setelah pembuatan alat selesai, maka akan dilakukannya pembuatan

software utamanya untuk pendigitalisasian dari signal yang masuk untuk

diterjemahkan sebagai inputan. Kemudian pembuatan software untuk

interface analisa image menggunakan Borland Delphi.

• Pengujian Software

Pengujian software dilakukan setelah software selesai dibuat. Ini lebih

kepada penanaman kedalam alat dan untuk interface dalam sistem.

• Pengujian Integrasi Alat dan Software

Dalam pengujian integrasi alat dan software ini lebih cenderung pada

software yang ditanamkan pada alat, lalu disinkronkan dengan interface

yang telah jadi sebelumya.

4. Fase Implementasi

Dalam fase implementasi ini ada beberapa hardware dan software yang

akan dipergunakan.

Software yang digunakan untuk pengembangan aplikasi ini adalah :

• OS (Windows XP)

Page 25: deteksi kecepatan.pdf

• Bahasa pemograman untuk pembuatan program pengisian IC

(MIDE 51)

• Bahasa pemograman untuk pembuatan interface (Borland Delphi)

• Ms Acsess 2003

Hardware yang digunakan adalah :

• Laptop

• Kamera A4-Tech (audio dan video).

• Infrared transmitter dan receiver (IRM 8510N)

• Mikrokontroler AT89S51

• Kabel USB to serial (RS232)

• Kabel USB

1.7 Sistematika Penulisan

Pembuatan tugas akhir ini dilakukan dengan pembagian bab sebagai berikut :

Tabel 1.1 Penjelasan sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar

belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang analisis dan

Page 26: deteksi kecepatan.pdf

perancangan sitem deteksi ini. Adapun

literatur yang digunakan meliputi buku

referensi dan dokumentasi internet.

BAB III

DESAIN DAN

PERANCANGAN

SISTEM

Pada bab ini dijelaskan tinjauan organisasi,

tahap perencanaan, desain dan perancangan

deteksi kecepatan dan penentuan waktu

potret untuk mendapatkan image plat nomor

polisi yang seragam

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tahapan implementasi

dan uji coba dari perancangan sistem serta

analisis hasil.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dari

pembahasan dan saran yang bermanfaat

untuk pengembangan tugas akhir ini.

Page 27: deteksi kecepatan.pdf

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam merencanakan dan merealisasikan perangkat ini dibutuhkan pemahaman

tentang berbagai hal yang mendukung. Pemahaman ini akan bermanfaat untuk

merealisasikan detektor ini. Pengetahuan yang mendukung perencanaan dan realisasi

alat meliputi :

2.1 Infrared dan Sinar (Cahaya)

����� �������������������� �� ����������� ���! ������� �������� �� ���! "�� � #���$ �� � �#����%%��

44. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (Q.S

Annur : 44)

Pada ayat tersebut, Allah memberikan kekuatan kepada manusia sebuah

pelajaran untuk mengeksploitasi pengelihatan baik dalam keadaan malam

maupun siang, dimana sebuah pergerakan infrared yang nantinya

memancarkan sinar untuk mendeteksi sepeda motor yang lewat. Karena

keterbatasan penglihatan kecepatan manusia itulah, dipergunakannya infrared

disini sebagai sinar pendeteksi yang sekiranya mampu untuk memantau

kecepatan kendaraan.

Dalam optika, sinar adalah berkas sempit cahaya yang diidealkan.

Sinar digunakan untuk memodelkan pemancaran cahaya melalui sebuah

sistem optik, dengan membagi medan cahaya ke dalam sinar diskret (terpisah)

Page 28: deteksi kecepatan.pdf

yang kemudian dapat disebarkan melalui sistem menggunakan teknik

pelacakan sinar. Ini memungkinkan sistem optik yang sangat rumit dianalisis

secara matematis atau disimulasikan oleh komputer. Sedangkan Inframerah

(infrared) adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih

panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio.

Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah

merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi

inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan memiliki panjang gelombang

antara 700 nm dan 1 mm.

2.1.1 Infrared Transmitter

� Infrared Transmitter merupakan suatu modul pengirim data melalui

gelombang infra merah dengan frekuensi carrier sebesar 38 kHz. Modul ini

dapat difungsikan sebagai output dalam aplikasi transmisi data nirkabel

seperti robotik, sistem pengaman, datalogger, absensi, dan sebagainya.

Gambar 2.1 Infrared Transmitter

Spesifikasi Hardware

1. Tegangan kerja: +5 VDC.

2. Frekuensi carrier penerima infra merah: 38 kHz.

Page 29: deteksi kecepatan.pdf

3. Panjang gelombang puncak 940 nm.

4. Sudut pancaran ±17o.

5. Jarak maksimum yang teruji pada sudut 0o: 16 m. Jarak maksimum sesuai

datasheet: 35 m

6. Memiliki input yang kompatibel dengan level tegangan TTL, CMOS, dan

RS-232.

7. Terdapat 2 mode output: non-inverting dan inverting.

8. Kompatibel penuh dengan DT-51™ Minimum Sistem (MinSys) ver 3.0,

DT-51™ PetraFuz, DT-BASIC Series, DT-51™ Low Cost Series, DT-

AVR Low Cost Series, dan lain-lain.

2.1.2 Infrared Receiver (IRM 8510N)

� Infra Red Receiver merupakan suatu modul penerima data melalui

gelombang infra merah dengan frekuensi carrier sebesar 38 kHz. Modul ini

dapat difungsikan sebagai input dalam aplikasi transmisi data nirkabel seperti

robotik, sistem pengaman, datalogger, absensi, dan sebagainya. Modul ini

merupakan jenis infrared penerima (infrared receiver) yang merupakan

pengendali jarak yang dikembangkan dan dirancang dengan pemanfaatan

tekhnologi hybrid.

Page 30: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.2 IRM 8510N dimension package.

Sumber : Everlight electronic

Spesifikasi Hardware

1. Tegangan kerja: +5 VDC.

2. Frekuensi carrier penerima infra merah: 37,9 s.d 38 kHz.

3. Panjang gelombang puncak 940 nm s.d 950 nm.

4. Sudut penerimaan ±45o. Memiliki 2 output: non-inverting (OUT) dan

inverting (OUT). Keduanya kompatibel dengan level tegangan TTL, CMOS,

dan RS-232.

5. Kompatibel penuh dengan DT-51™ Minimum System (MinSys) ver 3.0, DT-

51™ PetraFuz, DT-BASIC Series, DT-51™ Low Cost Series, DT-AVR Low

Cost Series, dan lain-lain.

2.1.3 IC 555

Page 31: deteksi kecepatan.pdf

IC ini didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit

komponen luar untuk bekerja. Diantaranya yang utama adalah resistor dan

kapasitor luar (eksternal). IC ini bekerja dengan memanfaatkan prinsip

pengisian (charging) dan pengosongan (discharging) dari kapasitor melalui

resistor luar tersebut. Untuk menjelaskan prinsip kerjanya, pada diagram

gambar IC 555 dengan resistor dan kapasitor luar, dimana rangkaian ini tidak

lain adalah sebuah rangkaian pewaktu (timer) monostable. Prinsipnya

rangkaian ini akan menghasilkan pulsa tunggal dengan lama tertentu pada

keluaran pin 3, jika pin 2 dari komponen ini dipicu. Dalam IC ini ada dua

komparator yaitu Comp A dan Comp B. Dan dalam IC ini ada 3 resistor

internal R yang besarnya sama. Dengan susunan seri yang demikian terhadap

VCC dan GND, rangkaian resistor internal ini merupakan pembagi tegangan.

Susunan ini memberikan tegangan referensi yang masing-masing besarnya 2/3

VCC pada input negatif komparator A dan 1/3 VCC pada input positif

komparator B.

Page 32: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.3 Rangkaian IC 555

Pada keadaan tanpa input, keluaran pin 3 adalah 0 (ground atau

normally low). Transistor Q1 yang ada di dalam IC ini selalu ON dan

mencegah kapasitor eksternal C dari proses pengisisian (charging). Ketika ada

sinyal trigger dari 1 ke 0 (VCC to GND) yang diumpankan ke pin 2 dan lebih

kecil dari 1/3 VCC, maka serta merta komparator B men-set keluaran flip-

flop. Ini pada gilirannya memicu transistor Q1 menjadi OFF. Jika transistor

Q1 OFF akan membuka jalan bagi resistor eksternal R untuk mulai mengisi

kapasitor C (charging). Pada saat yang sama output dari pin 3 menjadi high

(VCC), dan terus high sampai satu saat tertentu yang diinginkan. Permisalan

lamanya adalah t detik, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengisi kapasitor

C mencapai tegangan 2/3 VCC. Tegangan C ini disambungkan ke pin 6 yang

tidak lain merupakan input positif comp A. Maka jika tegangan 2/3 VCC ini

Page 33: deteksi kecepatan.pdf

tercapai, komparator A akan men-reset flip-flop dan serta merta transistor

internal Q1 menjadi ON kembali. Pada saat yang sama keluaran pin 3 dari IC

555 tersebut kembali menjadi 0 (GND).

Berapa lama pulsa yang dihasilkan amat tergantung dari nilai resitor

dan kapasitor eksternal yang pasangkan. Dari rumus ekponensial pengisian

kapasitor diketahui bahwa :

Vt = VCC(1- e-t/RC

) ….. (1)

Vt adalah tegangan pada saat waktu t. Jika t adalah waktu eksponensial

yang diperlukan untuk mengisi kapasitor sampai Vt = 2/3 VCC, maka rumus

(1) dapat disubstitusi dengan nilai ini menjadi :

2/3 = 1-e-t/RC

1/3 = e-t/RC

ln(1/3) = -t/RC dan seterusnya dapat diperoleh

t = (1.0986123)RC yang dibulatkan menjadi

t = 1.1 RC

Inilah rumusan untuk mengitung lamanya keluaran pulsa tunggal yang

dapat dihasilkan dengan rangkaian monostable dari IC 555.

Page 34: deteksi kecepatan.pdf

2.2 Mikrokontroller

Dalam sejarahnya mikrokontroler MCS-51 merupakan jenis

mikrokontroler yang termasuk tua, keluarga mikrokontroler MCS-51 adalah

mikrokontroler yang paling populer saat ini. Keluarga mikro-kontroler MCS-

51, diawali oleh Intel yang mengenalkan IC mikrokontroler type 8051 pada

awal tahun 1980-an. Sampai kini sudah lebih 100 macam mikrokon-troler

turunan 8051, sehingga terbentuk-lah keluarga besar mikrokontroler dan biasa

disebut sebagai MC-S-51. Pada perkembangannya pabrik IC (Integra-ted

Circuit) Atmel ikut menambah anggota keluarga MCS-51. Produksi

mikrokontro-ler M-CS-51 Atmel dibagi dua macam, yang pertama yaitu

mikrokontroler dengan jumlah pin 40 setara dengan 80-51 yang asli, dan yang

kedua adalah mikrokontroler dengan jumlah pin 2 MC-S-51 yang

disederhanakan. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam kapasitas Flash

PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) dari tipe,

AT89C51 mempunyai Flash PEROM dengan ka-pasitas 4K byte, AT89C52

dengan kapa-sitas 8K byte, AT89C53 dengan kapasi-tas 12K byte, AT89C55

dengan kapasi-tas 20K byte dan AT89C8252 berisikan 8K byte Flash PE-

ROM dan 2K byte EEPROM (Electrical Erasa-ble and Programable ROM),

penyederhanaan daripada mikrokontroler ukuran kecil ini, dengan cara

mengurangi jalur untuk I/O paralel, kemampuan lain sama sekali tidak

mengalami pengurangan, penye-derhanaan ini dimaksudkan untuk mem-

Page 35: deteksi kecepatan.pdf

bentuk mikrokontroler yang bentuk fisik-nya sekecil mungkin tetapi mempu-

nyai kemampuan yang sama.

ATMEL sendiri memproduksi 3 buah mikrokontroler mini, masing-

masing adalah AT89C1051 dengan kapa-sitas Flash PEROM sebesar 1K byte,

AT89C2051 kapasitas 2K byte dan AT-89C4051 dengan kapasitas 4K byte.

AT89C51 adalah mikrokontroler 8 bit keluaran ATMEL dengan 4K byte

Flash PEROM (Programmable and Era-sablRead Only Memory) merupakan

memori dengan teknologi high density nonvolatile memory dan kompatibel

de-ngan mikrokontroler standard industri MCS51, isi memori tersebut dapat

diisi ulang ataupun dihapus sampai batas 1000 kali, mikrokontroler ini

merupakan high performance teknologi CMOS (Complementary Metal Oxide

Semicon-ductor) dan dikemas dalam paket 40 pin dengan catu daya tunggal.

Dia-gram susunan kaki mikrokontroler AT89-C51 dalam bentuk PDIP

(Plastic Dual Inline Package)

Mikrokontrontroler adalah suatu chip (rangkaian terintegrasi – IC)

VLSI (Very Large Scale IC) mikroprosesor yang dikhususkan untuk

instrumentasi dan kendali dan bersifat reprogrammable. Mikrokontroler

memiliki unit memory sendiri (meskipun sangat terbatas), unit I/O

(Input/Output) yang bisa dikoneksikan langsung dengan sensor atau aktuator.

Program disimpan dalam memori yang tidak hilang bila catu daya padam,

biasanya dalam bentuk ROM, PROM atau EPROM diluar mikrokontroler,

Page 36: deteksi kecepatan.pdf

atau beberapa seri atau varian memiliki ROM didalam mikrokontroler itu

sendiri. Cara mengisi program dengan suatu alat pemrogram, yang biasanya

berhubungan dengan PC.

2.2.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 merupakan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan

4KB Flash Programmable dan Erasable Read Only Memory (PEROM).

Mikrokontroler berteknologi memori non volatile kerapatan tingi dari Atmel

ini kompatibel dengan mikrokontroler standar industri MCS-51, baik pin kaki

IC maupun set instruksinya serta harganya yang cukup murah.

AT89S51 mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal sebesar 128

byte dengan alamat 00H-7FH dapat diakses menggunakan RAM address

register. RAM Internal ini terdiri dari Register Banks dengan 8 buah register

(R0-R7). Memori lain yaitu 21 buah Special Function Register dimulai dari

alamat 80H-FFH. RAM ini beda lokasi dengan Flash PEROM dengan alamat

000H -7FFH.

Page 37: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.4 Blok Diagram MK-AT89S51

2.2.2 Susunan PIN MCS AT89S51

Pin AT89S51 dibedakan menjadi pin sumber tegangan, pin osilator,

pin I/O, dan pin untuk proses intrupsi luar. 89S51 mempunyai 4 port

bidirectional (Port 0- Port 3), yang masing-masing terdiri dari 8-bit.

Setiap port terdiri dari sebuah latch (Special Function Registers P0

sampai P3), sebuah output driver, dan sebuah input buffer.

Page 38: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.5 Pin Diagram AT89S51

Sumber : www.atmel.com

Output driver Port 0 dan Port 2, serta input buffer Port 0 digunakan

untuk mengakses memori eksternal. Untuk aplikasi yang

menggunakan memori eksternal, maka Port 0 mengeluarkan 'low order

byte' alamat memori eksternal (A0-A7), yang dimultipleks dengan

data (1 byte) yang dibaca atau ditulis. Port 2 mengeluarkan 'high order

byte' alamat memori eksternal (A8-A15) bila alamat yang diperlukan

sebanyak 16 bit. Bila alamat yang diperlukan hanya A0-A7 maka

output Port 2 sama dengan isi SFR (Special Function Registers).

Adapun lebih jelasnya fungsi-fungsi pin tersebut adalah sebagai

berikut :

Page 39: deteksi kecepatan.pdf

• Pin 40 adalah pi Vcc, yaitu pin positif sumber tegangan 5 volt

DC

• Pin 20 adalah pin Vss, yaitu grounding sumber tegangan.

• Pin 32-39 adalah pin port 0, merupakan port I/O 8 bit full

duplex. Port ini dapat digunakan sebagai gabungan antara

alamat dan data selama ada pengambilan dan penyimpanan

data dengan eksternal ROM dan Ram.

• Pin 1-8 adalah pin port 1, merupakan pirt I/O 8 bit full duplex.

Setiap pin dapat digunakan sebagai masukan atau keluaran

tanpa tergantung dari pin yang lain.

• pin 21-28 adalah pin port 2. Sama seperti port 0, port ini hanya

digunakan sebagai addres bus tinggi, selama ada pengambilan

dan penyimpangan data eksternal ROM dan RAM.

• Pin 10-17 adalah pin port 3, sama seperti port 1, tetapi port ini

memiliki keistimewaan seperti pada table berikut :

Tabel 2.1 Fungsi Alternatif Port 3

Sumber : www.atmel .com/ datasheet AT89S51

Kaki Port Fungsi alternative

P3.0 RXD (masukan penerima data serial)

P3.1 TXD(keluaran pengirim data serial)

Page 40: deteksi kecepatan.pdf

P3.2 INT 0( interupsi ekternal 0)

P3.3 INT 1 ( interupsi eksternal 1)

P3.4 T0 (masukan eksternal pewaktu / pencacah 0)

P3.5 T1 (masukan eksternal pewaktu/ pencacah 1)

P3.6 WR (strobe penulisan memori data eksternal)

P3.7 RD (strobe pembacaan memori data eksternal)

• Pin 9 adalah RST/VPD yang berfungsi untuk me-reset sistem

AT89S51. Kondisi High (logika ‘1’) dari pin ini selama dua

siklus clock (siklus mesin) me-reset mikrokontroler yang

bersangkutan.

• Pin 30 adalah pin ALE/PROG yang berfungsi untuk mengunci

low addres (alamat rendah) pada saat akses memori program

selama operasi normal.

• Pin 29 adalah pin PSEN, Program Strobe Enable merupaka

strobe output yang digunakan untuk membaca eksternal

program memori PSEN aktif setiap siklus mesin.

• Pin 31 adalah pin EA/VPP, External Accsess Enable secara

eksternal haus disambung ke logika ‘0’, jika diinginkan

MCS51 menjadi enable untuk mengakses kode mesin dari

Page 41: deteksi kecepatan.pdf

program memori eksternal. Namun jika EA dihubungkan ke

logika ‘1’ maka device akan mengambil kode mesin dari

internal program memori, kecuali jika program counter berisi

lebih besar dari 0 FFFh.

• Pin 18 adalah pin XTAL1, pin ini merupakan input ke

inverting amplifier osilator. Pin ini dihubungkan dengan kristal

atau sumber osilator dari luar.

• Pin 19 adalah pin XTAL 2, yang merupakan output dari

inverting amplifier osilator. Pin ini dihubungkan dengan

Kristal atau ground jika menggunakan sumber Kristal internal.

2.2.3 Rangkaian Osilator

Jantung dari mikrokontroler AT89S51 terletak pada rangakaian yang

membangkitkan pulsa clock. Pin XTAL1 dan XTAL2 disediakan

untuk disambungkan dengan jaringan resonan untuk membentuk

sebuah osilator. AT89S51 dirancang untuk running pada frekuensi 3

MHz sampai 24 Mhz.

Page 42: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.6 Rangkaian Osilator AT89S51

Sumber : www.atmel.com/ datasheetAT89S51

2.2.4 Memori Data Ekternal

Mengakses memori eksternal ada 2 macam yakni akses

Program Memory eksternal dan akses Data Memory eksternal.

Mengakses Program Memory eksternal menggunakan sinyal PSEN

(Program Store Enable) sebagai sinyal baca. Sedangkan untuk

mengakses Data Memory eksternal digunakan RD dan WR (fungsi

alternatif P3.7 dan P3.6) untuk membaca dan menulis ke memori.

Membaca Program Memory eksternal selalu menggunakan alamat 16

bit. Sedangkan untuk mengakses Data Memory eksternal dapat

menggunakan alamat 16 bit (MOVX @DPTR) atau alamat 8 bit

(MOVX @Ri). Pada saat alamat 16 bit digunakan, high byte dari jalur

alamat dihasilkan oleh Port 2, yang dipertahankan selama siklus

pembacaan atau penulisan. Perhatikan bahwa Port 2 mempunyai pull-

up yang kuat selama mengeluarkan bit alamat '1' (pada saat eksekusi

instruksi MOVX @DPTR). Pada saat ini latch Port 2 (SFR) tidak

selalu berisi '1', dan isi SFR Port 2 tidak berubah. Bila siklus memori

eksternal tidak segera diikuti siklus memori eksternal yang lain maka

isi SFR Port 2 yang tidak berubah tersebut akan muncul kembali pada

siklus berikutnya. Bila menggunakan alamat 8 bit (MOVX @Ri), isi

Page 43: deteksi kecepatan.pdf

SFR Port 2 tetap sama dengan pin Port 2 selama siklus memori

eksternal. Karakteristik ini memberikan kemampuan paging memori.

Low byte dari alamat bersifat timemultiplexed dengan data byte Port 0,

artinya data dan alamat dihasilkan oleh pin yang sama secara

bergantian dengan selang waktu tertentu. Sinyal alamat / data

mengaktifkan kedua FET pada output buffer Port 0 (lihat gambar 4A).

Jadi dalam aplikasi ini pin-pin Port 0 tidak bersifat sebagai output

opendrain, dan tidak memerlukan pull-up eksternal.Sinyal ALE

(Address Latch Enable) digunakan untuk menyimpan address byte ke

sebuah latch eksternal. Address byte valid pada saat transisi negatif

ALE. Pada siklus penulisan, data yang akan dituliskan muncul pada

Port 0 tepat sebelum WR aktif, dan data ini tetap ada sampai WR

dinonaktifkan. Pada siklus pembacaan, data byte diterima oleh Port 0

sesaat sebelum sinyal RD dinonaktifkan.

Ada 2 kondisi untuk mengakses Program Memory eksternal :

1. Pada saat sinyal EA aktif, atau

2. Pada saat Program Counter (PC) berisi nilai lebih besar dari 0FFFH

(1FFFH untuk 89S52).

2.2.5 SFR (Special Fungtion Register)

Gambar 8 menunjukkan pemetaan dari daerah memori yang disebut

dengan Special Function Registers (SFR). SFR yang ditandai dengan (…)

Page 44: deteksi kecepatan.pdf

hanya terdapat pada 89C52, tetapi tidak terdapat pada 89C51. Tidak semua

alamat ditempati, alamat yang kosong tidak diimplementasikan pada chip.

Melakukan pembacaan pada alamat yang kosong, akan menghasilkan data

random, sedangkan penulisan tidak berpengaruh. Fungsi dari masing-masing

register dijelaskan pada bagian berikut :

a. Akumulator

ACC merupakan register akumulator. Pada program ditulis dengan A. ACC

menempati lokasi E0h digunakan sebagai register untuk menyimpan data

sementara.

b. Register B

Register B (lokasi F0h) digunakan pada operasi perkalian dan pembagian.

Pada instruksi-instruksi yang lain berfungsi seperti register umumnya.

c. Program Status Word

PSW(lokasi D0h) berisi informasi status program,

d. Stock Pointer (SP)

Register SP (lokasi 81h) merupakan register dengan panjang 8-bit,

digunakan dalam proses simpan dan ambil dari/ke stack. Nilainya akan

dinaikkan sebelum data disimpan menggunakan instruksi PUSH dan

CALL. Walau Stack bisa menempati lokasi dimana saja dalam Ram,

register SP akan selalu diinialisasikan ke 07h setelah adanya reset, hal ini

menyebabkan stack berawal di lokasi 08h.

Page 45: deteksi kecepatan.pdf

e. Data Pointer (DPTR) Register DPTR untuk byte tinggi DPH dan byte

rendah DPL yang masing-masing berada di lokasi 83h dan 82h, bersama-

sama membentuk register yang mampu menyimpan alamat 16-bit. Dapat

dimanipulasi sebagai register 16-bit atau sebagai register 8-bit yang

terpisah.

f. Port 0, Port 1, Port 2 dan Port 3, masing-masing menempati lokasi 80h,

90h, A0h dan B0h merupakan pengunci-pengunci (latches), yang

digunakan untuk menyimpan data yang akan dibaca atau ditulis dari/ke port

untuk masing-masing port.

g. Serial Data Buffer SBUF (lokasi 99h) sebenarnya terdiri dari dua register

yang terpisah, yaitu register penyangga pengirim (transmit buffer) dan

penyangga penerima(receive buffer). Pada saat data disalin ke SBUF, maka

data sesungguhnya dikirim ke penyangga pengirim dan sekaligus

mengawali transmisi data serial. Sedangkan pada saat data disalin SBUF,

maka sebenarnya data tersebut dari penyangga penerima.

h. Timer Register. Pasangan register (TH0, TL0) di lokasi 8Ch dan 8Ah,

(TH1, TL1) di lokasi 8Dh dan 8Bh serta (TH2, TL2) di lokasi CDh dan

CCh merupakan register-register pencacah 16-bit untuk masing-masing

Timer 0, Timer 1 dan Timer 2.

i. Control Register Register-register IP, IE, TMOD, TCON, T2CON,

T2MOD, SCON dan PCON berisi bit-bit control dan status untuk sistem

interupsi.

Page 46: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.7 Peta Register Fungsi Khusus- SFR

Konfigurasi I/O

Gambar 2.8 Bit Latch dan I/O Buffer 89S51

Sumber : www.atmel.com

Gambar diatas menunjukkan diagram latch dan I/O buffer tiap bit dari Port 0

- Port 3. Port 1,2, dan 3 mempunyai pull-up internal. Sedangkan Port 0,

Page 47: deteksi kecepatan.pdf

konfigurasi outputnya adalah open drain. Setiap bit I/O ini berdiri sendiri, jadi

dapat berfungsi sebagai input atau output tanpa tergantung satu sama lain.

Port 0 dan 2 tidak dapat dipakai sebagai I/O bila digunakan sebagai jalur

alamat / data. Bila port-port tersebut ingin difungsikan sebagai input, maka bit

latch harus berisi '1', yang akan mematikan output driver FET. Sehingga pin-

pin Port 1,2, dan 3 akan 'ditarik' ke high oleh pull-up internal, tetapi bila

diinginkan dapat juga 'ditarik' ke low dengan sumber eksternal. Port 0 agak

berbeda, karena tidak menggunakan pull-up internal. FET pull-up pada output

driver P0 (lihat gambar 4A) hanya digunakan pada saat Port mengeluarkan '1'

selama akses memori eksternal, selain keadaan ini FET pull-up tidak aktif.

Akibatnya bila bit-bit P0 berfungsi sebagai output maka bersifat open drain.

Penulisan logika '1' ke bit latch menyebabkan kedua FET tidak bekerja,

sehingga pin dalam keadaan mengambang (floating). Pada kondisi ini pin

dapat berfungsi sebagai high impedance input. Port 1,2, dan 3 sering disebut

dengan 'quasibidirectional' karena mempunyai pull-up internal. Saat berfungsi

sebagai input maka mereka akan 'ditarik' ke high dan akan bersifat sebagai

sumber arus bila 'ditarik' ke low secara eksternal. Port 0 sering disebut sebagai

'true-bidirectional', karena bila dikonfigurasikan sebagai input maka pinpinnya

akan mengambang. Pada saat reset semua port latch akan berlogika '1'.

Beban Port dan Antarmuka

Page 48: deteksi kecepatan.pdf

Output buffer Port 1,2, dan 3 dapat dibebani 4 input LS TTL. Bila port

berfungsi sebagai input, maka dapat menerima output opencollector atau

open-drain, tetapi transisi '0' ke '1' tidak dapat berlangsung dengan cepat.

Output buffer Port 0 dapat dibebani dengan 8 input LS TTL. Bila Port 0

berfungsi sebagai port, maka diperlukan pull-up eksternal, kalau digunakan

sebagai jalur alamat / data pull-up tidak diperlukan.

Overlapping Lokasi Program dan Data Memory Eksternal

Pada DT51 program user didownload dari PC dan disimpan pada memori

eksternal yaitu EEPROM 28C64B yang sekaligus berfungsi pula sebagai Data

Memory. Overlapping ini dapat diatasi dengan meng-AND-kan PSEN dan

RD. Karena siklus PSEN lebih cepat dari siklus RD maka memori eksternal

yang dipakai harus cukup cepat.

Timer / Counter

89S51 mempunyai 2 buah register timer / counter 16 bit : Timer 0 dan Timer

1. Keduanya dapat beroperasi sebagai timer atau counter. Pada fungsi 'timer',

isi register ditambah satu setiap siklus mesin. Jadi, seperti menghitung siklus

mesin. Karena satu siklus mesin terdiri dari 12 periode osilator, maka

kecepatannya i= 1/12 frekuensi osilator. Pada fungsi 'counter', isi register

ditambah satu setiap terjadi transisi 1 ke 0 pada pin input eksternal yang

bersesuaian T0 atau T1. Untuk mengenali transisi 1 ke 0 ini dibutuhkan 2

siklus mesin (24 periode osilator), maka input maksimum ialah 1/24 frekuensi

Page 49: deteksi kecepatan.pdf

osilator. Tidak ada batasan untuk duty cycle sinyal input. Timer 0 dan Timer 1

mempunyai 4 mode operasi yang bisa dipilih.

Timer 0 dan Timer 1

Fungsi timer dan counter dipilih dengan bit kontrol C/T pada SFR TMOD.

Kedua timer / counter ini mempunyai 4 mode operasi yang dipilih dengan

sepasang bit M1 dan M0

Mode 0

Kedua timer pada mode ini berfungsi sebagai counter 8 bit dengan divided-by-

32 prescaler. Gambar 2.8 menunjukkan operasi mode 0 pada timer 1,

sehingga konfigurasi register timer menjadi 13 bit. Ketika perhitungan

berubah dari nilai maksimum (semua bit = 1) menjadi 0 maka flag interupt

timer TF1 akan aktif. Input akan dihitung oleh timer bila TR1=1 dan salah

satu GATE=0 atau INT1=1. Bila GATE diset = 1 maka timer dikontrol oleh

input eksternal INT1, dan dapat digunakan untuk mengukur lebar pulsa. TR1

adalah bit kontrol pada SFR TCON, sedangkan GATE ada pada TMOD.

Men-set TR1 Register 13 bit terdiri dari 8 bit TH1 dan 5 bit TL1. 3 bit TL1

bagian atas dapat diabaikan. Men-set TR1 tidak menghapus isi register. Mode

0 untuk Timer 0 sama seperti Timer 1. Substitusi TR1, TF1 dan INT1 pada

gambar 12 dengan TR0, TF0, dan INT0. Ada 2 bit GATE yang berbeda yaitu

TMOD.7 / TMOD bit ke 7 untuk Timer 1 dan TMOD.3 / TMOD bit ke 3

untuk Timer 0.

Page 50: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.9 Timer / Counter 1 Mode 0 : Counter 13 bit

Mode 1

Mode 1 sama dengan mode 0, kecuali register timer berjalan dengan 16 bit.

Jadi semua bit pada TH1/TL1 (Timer 1) atau TH0/TL0 (Timer 0) berfungsi.

Mode 2

Pada mode ini register timer berfungsi sebagai counter 8 bit (TL1) dengan isi

ulang otomatis. Overflow dari TL1 tidak hanya men-set TF1, tetapi juga

mengisi ulang TL1 dengan isi TH1, yang ditentukan dengan software. Proses

isi ulang ini tidak mengakibatkan isi TH1 berubah. Mode 2 untuk Timer /

Counter 0 sama seperti Timer / Counter 1.

Gambar 2.10 Timer / Counter 1 Mode 2 : 8 bit Auto- Reload

Page 51: deteksi kecepatan.pdf

Mode 3

Timer 1 pada Mode 3 tidak menghitung sama sekali, sama seperti men-set

TR1 = 0. Timer 0 pada mode 3 menjadikan TL0 dan TH0 sebagai 2 counter

yang terpisah. Cara kerja Timer 0 pada Mode 3 ini ditunjukkan gambar 14.

TL0 menggunakan bit kontrol Timer 0 : C/T, GATE, TR0, INT0, dan TF0.

TH0 berfungsi sebagai timer yang menghitung siklus mesin dan mengambil

alih kontrol TR1 dan TF1 dari Timer 1. Jadi TH0 sekarang mengontrol

interupt Timer 1. Mode 3 ini digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan

sebuah timer atau counter 8 bittambahan. Dengan timer 0 pada Mode 3,

89S51 seolah-olah mempunyai 3 buah timer / counter. Ketika Timer 0 bekerja

pada Mode 3, Timer 1 dapat diaktifkan pada mode yang lain. Sebagai contoh

Timer 1 dapat digunakan sebagai baud rate generator atau aplikasi apapun

yang tidak memerlukan interupt.

Gambar 2.11. Timer / Counter 1 Mode 3 : 2 Counter 8 bit

Page 52: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.12 TMOD : Timer / Counter Mode Control Register

Serial Interface

Page 53: deteksi kecepatan.pdf

Port serial 89S51 bersifat full duplex, jadi dapat mengirim dan menerima data

(byte) secara simultan. Selain itu ada buffer penerima, sehingga port serial

dapat bersiap menerima data kedua sebelum data pertama dibaca dari register

penerima. Namun bila data pertama belum dibaca juga sampai data kedua

diterima lengkap, maka salah satu data tersebut akan hilang. Register

penerima dan pengirim port serial diakses melalui SFR SBUF. Menulis ke

SBUF berarti mengisi register pengirim, dan membaca SBUF berarti

mengakses register penerima yang terpisah. Port serial dapat bekerja dalam 4

mode :

Mode 0 : data serial masuk dan keluar melalui RXD. TXD mengeluarkan

sinyal clock. 8 bit data dikirim / diterima dengan bit LSB (Least Significant

Bit) yang pertama. Baud rate tetap pada 1/12 frekuensi osilator.

Mode 1 : 10 bit dikirim melalui TXD atau diterima melalui RXD yang terdiri

dari sebuah start bit (0), 8 bit data (LSB pertama), dan sebuah stop bit (1).

Pada penerimaan, stop bit menuju RB8 pada SFR SCON. Baud rate variabel.

Mode 2 : 11 bit dikirim melalui TXD atau diterima melalui RXD, sebuah start

bit (0), 8 bit data (LSB pertama), bit data ke 9 yang terprogram, dan sebuah

stop bit (1). Pada saat pengiriman, bit data ke 9 (TB8 pada SCON) dapat

diberi nilai 0 atau 1. Sebagai contoh bit parity (P pada PSW) dapat

dipindahkan ke TB8. Pada penerimaan, bit data ke 9 masuk ke RB8 pada

SCON sedangkan stop bit diabaikan. Baud rate dapat diprogram 1/32 atau

1/64 frekuensi osilator.

Page 54: deteksi kecepatan.pdf

Mode 3 : 11 bit dikirim melalui TXD atau diterima melalui RXD, sebuah start

bit (0), 8 bit data (pertama LSB), bit data ke 9 yang terprogram dan sebuah

stop bit (1). Sebenarnya Mode 3 sama seperti Mode 2, namun baud rate Mode

3 variabel. Pada semua mode di atas, pengiriman diinisialisasi dengan

instruksi yang menggunakan SBUF sebagai register tujuan.

Penerimaan diinisialisasi pada Mode 0 dengan kondisi RI = 0 dan REN = 1.

Pada mode lain penerimaan diinisialisasi dengan diterimanya start bit dengan

syarat REN = 1.

Komunikasi Multiprosesor

Mode 2 dan 3 mempunyai kemampuan untuk komunikasi multiprosesor. Pada

kedua mode ini, 9 bit data diterima. Bit ke 9 masuk ke RB8. Kemudian

diterima sebuah stop bit. Port serial dapat diprogram sedemikian rupa

sehingga ketika stop bit diterima, interupt port serial akan aktif hanya bila

RB8 = 1. Fasilitas ini dapat diaktifkan dengan men-set bit SM2 pada SCON.

Cara menggunakan fasilitas ini untuk komunikasi multiprosesor adalah

sebagai berikut :

Ketika prosesor master ingin mengirimkan satu blok data ke beberapa slave,

master mengirim byte alamat terlebih dahulu untuk mengidentifikasi slave

yang dituju. Byte alamat berbeda dari byte data pada bit ke 9 yaitu '1' untuk

byte alamat dan '0' untuk byte data. Dengan SM2 = 1, tidak ada slave yang

Page 55: deteksi kecepatan.pdf

diinterupsi oleh byte data. Sedangkan byte alamat akan menginterupsi semua

slave, sehingga setiap slave akan memeriksa byte yang diterima apakah sama

dengan alamatnya. Slave yang dialamati akan mereset bit SM2-nya dan

bersiap untuk menerima byte data dari master. Sedangkan slave yang tidak

dialamati akan membiarkan bit SM2-nya '1' dan melanjutkan tugasnya

masing-masing tanpa perlu memperhatikan byte data yang dikirim. SM2 tidak

berpengaruh pada Mode 0, sedang pada Mode 1 dapat dipakai untuk

memeriksa ke-valid-an stop bit. Pada penerimaan Mode 1, bila SM2 = 1,

interupt penerima tidak akan diaktifkan kecuali stop bit yang diterima valid.

Serial Port Control Register

Kontrol dan status port serial terdapat pada SFR SCON ditunjukkan gambar

10. Register ini berfungsi bit untuk memilih mode operasi, bit data ke 9 untuk

penerimaan dan pengiriman (TB8 dan RB8), serta bit interrupt port serial (TI

dan RI). Pada 89C51, baud rate untuk Mode 1 dan Mode 3 ditentukan oleh

overflow rate Timer 1.

Page 56: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.13. SCON (serial port control register)

Nilai dari SMOD adalah sebagai berikut :

Untuk aplikasi ini interupt Timer 1 harus dinonaktifkan. Timer bisa

dioperasikan sebagai 'timer' atau 'counter', dan bisa menggunakan salah satu

dari 3 mode di mana Timer 1 aktif. Pada umumnya Timer 1 dikonfigurasikan

sebagai 'timer' dengan mode auto-reload (Mode 2) di mana high nibble / 4 bit

upper TMOD = 0010B. Dalam kondisi ini, rumus untuk baud rate Bila

diperlukan baud rate yang rendah, maka interupt Timer 1 diaktifkan, dan

menginisialisasi Timer 1 sebagai timer 16 bit (high nibble TMOD = 0001B).

Interupt Timer 1 ini digunakan untuk mengisi ulang nilai 16 bit pada TH1 dan

Page 57: deteksi kecepatan.pdf

TL1 secara software. Gambar 16 menunjukkan daftar baud rate yang umum

digunakan dan bagaimana cara menghasilkan baud rate tersebut dengan Timer

1.

2.3 Konsep Komunikasi Serial

Pada PC/Laptop standar, biasanya terdapat sebuah port untuk

komunikasi serial. Pada prinsipnya, komunikasi serial adalah komunikasi di

mana pengiriman data dilakukan per bit., sehingga lebih lambat dibandingkan

komunikasi pararel seperti pada port printer yang mampu mengirim 8 bit

sekaligus dalam sekali detak. Beberapa contoh penerapan komunikasi serial

adalah mouse, scanner, dan sistem akuisisi data yang terhubung ke port serial

COM1 / COM2.

• Port Komunikasi serial

Komunikasi serial membutuhkan port sebagai saluran data. Berikut ini

adalah tampilan port serial DB9 yang umum digunakan sebagai port

serial.

Page 58: deteksi kecepatan.pdf

Gambar. 2.14 Port DB-9 Jantan dan betina

Gambar 2.15 Pin konfigurasi DB-9

Konektor port serial terdiri dari dua jenis, yaitu konektor 25-pin (DB25)

dan 9-pin (DB9) yang berpasangan (jantan dan betina).

Adapun konfigurasi dari pin-pin yang ada dalam DB-9 adalah sebagai

berikut :

• Konverter Logika RS-232

Page 59: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.16 Wiring gambar RS-232(DB-9) ke mikrokontroler

Dalam pembuatan alat ini menggunakan logika TTL, maka sinyal serial

port dikonversikan dahulu ke pulsa TTL sebelum menggunakannya.

Sebaliknya, sinyal dari peralatan kita harus dikonversikan ke logika RS-232

sebelum diinputkan ke serial port.

Konverter yang dipergunakan adalah MAX-232, dimana dalam IC ini

terdapat Charge Pump yang akan membangkitkan +10 Volt dan -10 Volt dari

sumber +5 Volt tunggal. Dalam IC DIP (Dual In-line Package) 16 pin (8 pin x

2 baris) ini terdapat dua buah transmitter dan dua buah receiver.

Page 60: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.17 Konfigurasi IC Max 232

Untuk menghubungkan antara 2 buah PC, biasanya digunakan format null

mode, dimana pin TxD dihubungkan dengan RxD pasangan, pin sinyal

ground (5) dihubungkan dengan SG di pasangan, dan masing-masing pin

DTR, DSR, dan CD dihubung singkat, serta pin RTS dan CTS dihubung

singkat di setiap peralatan.

2.4 Kecepatan, Jarak dan Waktu

Adalah dalam AlQuran Surat Yunus ayat 5,

�& �'�(�� ��������� ������ �������)�� ���!���� �����������&�������� ���* ������"� �� �����& � �� �� �#����$���%��+,��� �����

�&� ���'���������� ������� �(��������� ����- ���!"��'���� � ����� �#�)����*$ �� �.���$/�& ����� &� �� �� ����0��

Page 61: deteksi kecepatan.pdf

5. Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan

ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,

supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak

menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan

tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.

Ayat tersebut menjelaskan tentang bagaimana mengetahui kecepatan dan cara

mengukurnya, bagaimana sebuah perjalanan sebuah kendaraan dapat dianalisa yakni

jarak (tempat penghentian awal dan akhir dari sebuah kendaraan). Jarak adalah angka

yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda dengan benda lainnya melalui suatu

lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam pengertian sehari-hari, jarak dapat berupa

jarak fisik, sebuah periode waktu, atau estimasi/perkiraan berdasarkan kriteria

tertentu (misalnya jarak tempuh antara Jakarta-Bandung). Dalam matematika, jarak

haruslah memenuhi kriteria tertentu. Kemudian waktu yang menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau

keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval

antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu

kejadian, yang nantinya akan sangat berhubungan dengan bagaimana menentukan

detik awal dan detik akhir untuk mengukur kecepatan dan pemotretan.

Karena Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan

percuma, melainkan dengan penuh hikmah. Bukan hanya berarti bahwa perhitungan

tahun, tempat beredarnya matahari yang nantinya akan menghasilkan bilangan tahun

yang dijadikan sebagai acuan manusia dalam menentukan hari besar dan sebagainya

saja yang dapat dianalogikan dalam ayat tersebut, namun sebuah manzilah atau

Page 62: deteksi kecepatan.pdf

tempat beredar adalah sebagai jalan dan sekaligus bisa juga diartikan sebagai jarak

(s). Selain itu waktu (t) juga dapat dianalogikan dalam perhitungan yang nantinya

sangat menentukan kecepatan edar yang dianalogikan sebagai kecepatan kendaraan

(v). Kecepatan (simbol: v) atau velositas adalah pengukuran vektor dari besar dan

arah gerakan. Nilai absolut skalar(magnitudo) dari kecepatan disebut kelajuan

(bahasa Inggris: speed). Kecepatan dinyatakan dengan jarak yang ditempuh per

satuan waktu.� Rumus kecepatan yang paling sederhana adalah "Kecepatan =

Perpindahan/Waktu" atau

2.5 Kamera A4-Tech (audio dan video)

Kamera merupakan perangkat perekam gambar video yang mampu

menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video

termasuk salah satu produk teknologi digital, sehingga disebut pula salah satu

perangkat digitizer yang memiliki kemampuan mengambil input data analog

berupa frekuensi sinar dan mengubah ke mode digital elektronis. Sedangkan

video adalah rangkaian banyak Frame gambar yang diputar dengan cepat.

Masing-masing Frame merupakan rekaman dari tahapan-tahapan dari suatu

gerakan. Semakin cepat perputarannya semakin halus gerakannya, walaupun

sebenarnya terdapat jeda antara frame namun kita sebagai manusia tidak bisa

menangkap jeda tersebut.

Page 63: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.18 Kamera A4-Tech

Spesifikasi kamera :

• Sensor gambar: 1/6"CMOS, 640×480 (350K Pixels)

• Frame Rate: 30fps@320x240, @160x120, 15fps@640x480,

@800x600

• Lens: F=2.4, f=3.0 mm

• View Angle: 66 degree

• Focus Range: 10cm to infinity

• Exposure Control: Automatic

• White Balance: Automatic

• Still Image Capture Resolution: (Installing Driver) 2560x1920,

1600x1200, 2048x1536, 1280X1024, 1024x768, 800x600, 640X480,

352x288, 320x240, 160x120

• Microphone for WebCam: Built-in Microphone

• Flicker Control: 50Hz, 60Hz and None

Page 64: deteksi kecepatan.pdf

• Interface: USB 2.0 Port

2.6 Software Pemograman

2.6.1 Borland Delphi 7.0

Borland Delphi adalah bahasa pemograman berbasis visual. Walaupun

menggunakan dialek seperti pada pemograman Pascal tetapi secara konsep

pemograman ini jauh berbeda. Pada pemograman berbasis visual ini akan

lebih mudah membuat program aplikasi karena desain interace akan lebih

mudah, dan sudah banyak fungsi atau procedure yang telah disediakan untuk

melakuakan perintah-perintah. Konsep yang ditekankan pada pemograman

delphi adalah konsep event, yakni suatu kegiatan atau akses suatu instruksi

program yang bergantung pada respon event yang diberikan. Keunggulan

bahasa pemograman ini terletak pada produktivitas, kualitas, pengembangan,

perangkat lunak, kecepatan kompilasi, pola desain yang menarik serta

diperkuat dengan pemogramannya yang terstruktur. Lingkungan

pengembangan terpadu atau integrated development environment (IDE) dalam

program delphi terbagi menjadi delapan bagian utama, yaitu Main window,

Toolbar, Component Palette, Form Designer, Code Editor, Object Inspector,

Exploring, dan Object Tree View.

Page 65: deteksi kecepatan.pdf

Toolba Main window

��������������� ���������

��������

������������

���� ����

�������

����������������

Gambar 2.19 Lembar Kerja Borland Delphi.

1. Main Window

Jendela utama ini adalah bagian dari IDE yang mempunyai fungsi yang

sama dengan semua fungsi utama dari program aplikasi Windows lainnya. Jendela

utama Delphi terbagi menjadi tiga bagian, berupa Main Menu, Toolbar dan

Component Palette.

2. Main Menu

Menu utama pada Delphi memiliki kegunaan yang sama seperti program

aplikasi windows lainnya. Dengan menggunakan fasilitas menu, anda dapat

memanggil atau menyimpan program. Pada dasarnya semua perintah yang anda

berikan dapat anda temukan pada bagian menu utama ini.

3. ToolBar

Delphi memiliki beberapa toolbar yang masing-masing memiliki perbedaan

fungsi dan setiap tombol pada bagian toolbar berfungsi sebagai pengganti suatu

menu perintah yang sering digunakan. Toolbar sering disebut juga dengan

speedbar.

Page 66: deteksi kecepatan.pdf

Toolbar terletak pada bagian bawah baris menu. Pada kondisi default

Delphi memiliki enam bagian toolbar, antara lain : Standart, View, Debug,

Desktops, Custom, dan

Component Palette. Tombol-tombol yang terletak pada bagian toolbar

dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan.

Gambar 2.20. Kotak Dialog Customize

4. Component Palette

Component Palette adalah pustaka dari component-komponent yang

digambarkan berupa icon-icon. Komponent-komponent terbagi menjadi beberapa

kelompok. Defaultnya, komponent ini dikelompokkan berdasarkan fungsinya.

Pengelompokan ini dinyatakan dengan nama tab/ pages. Page asal yang disediakan

sebagai berikut:

Tabel 2.2 Component palette

Standart Berisi komponen yang diperlukan untuk membangun aplikasi

windows yang standart.

����� ������

�������������

Page 67: deteksi kecepatan.pdf

Additional Berisi komponen pelengkap dari page standart

Win32 Komponen kontrol 32 bit dari windows (95/ NT)

Syatem Berisi komponen yang memungkinkan untuk berhubungan dengan

aplikasi lain.

Internet Berisi komponen untuk mengakses internet. Membuat browser

yang sederhana sampai yang kompleks

Data access

Berisi komponent untuk mengakses sumber data, misalnya: data

base, seperti data paradox, dbase, interbase, MS SQL, MS

Access juga dapat berhubungan lewat ODBC.

Data

controls

Berisi komponen untuk mengontrol isi dan aliran data dari access

control.

Midas Berisi komponen untuk membangun aplikasi multi-tiered

ADO Berisi komponen untuk membangun aplikasi ADO

Decision

Cube

Berisi komponen untuk analisa data seperti cross tabulation, drill

down, pivots dan lainnya untuk membantu user melihat

rekapitulasi data dengan cepat dan dapat dipakai untuk mengambil

keputusan.

a. Tab Standart

Tabel 2.3 Penjelasan Icon Tab Standart.

Nomor Icon Jenis Komponen

NonV

Frame. Dipakai untuk menampung komponen-

komponen. Misal beberapa komponen disimpan pada

sebuah frame. Bila frame ini dipanggil kedalam sebuah

form, maka komponen yang ada diframe tersebut akan

terbawa.

Page 68: deteksi kecepatan.pdf

NonV MainMenu. Dipakai untuk mebuat menu bar dan menu

drop-down.

NonV PopUpMenu. Untuk membuat PopUp. Yang akan

muncul jika user mengklik tombol kanan mouse.

Visual Label. Dipakai untuk menempatkan teks didalam form.

Visual Edit. Dipakai untuk menerimah masukan satu baris

teks dan dapat juga dipakai untuk menampilakan teks.

Visual Memo. Dipakai untuk menerimah masukan beberapa

baris teks

Visual Button. Untuk mebuat tombol.

Visual CheckBox. Untuk memilih atau membatalkan pilihan,

caranya dengan mengklik pada checkBox

Visual RadioButton. Untuk memberikan sekumpulan Option

dan hanya satu yang dapat dipilih

Visual ListBox. Untuk membuat sebuah daftar item dan user

dapat memilih salah satu diantaranya.

Visual

ComboBox. Mirip seperti ListBox, tetapi memliki

unsur komponen Edit. User dapat memilih item dan

dapat mengetikkan teks kedalam kotak.

Visual ScrollBar. Untuk menggulung form.

Visual

GroupBox. Merupakan sebuah kontainer yang dipakai

untuk mengelompokkan kontrol-kontrol dari

komponen radio Button, checkBox dan lainnya) yang

berhubungan dengan komponen lainnya.

Visual RadioGroup. Merupakan kombinasi dari GroupBox

dan RadioButton.

Visual Panel. Merupakan container untuk mengelompokkan

Page 69: deteksi kecepatan.pdf

komponen-komponen, misalnya label, edit, status bar.

NonV

ActionList. Komponen yang berisi daftar aksi yang

digunakan bersama-sama dengan komponen dan

control seperti item menu an button.

Keterangan:

NonV: jenis komponen non-visual (tidak tampil saat run).

Visual: jenis komponen visual, kebalikan dari NonV.

b. Tab additional

Tabel 2.4. Penjelasan Komponen Tab Additional.

Nomor Icon Jenis Komponen

Visual BitBtn. Mirip komponen button, hanya saja bitBtn

dilengkapi dengan grafik bitmap. Misdal tombol OK

dengan tanda V.

Visual speedButton. Button yang dipakai bersama-sama

dengan komponen panel. Spb dipakai untuk membuat

toolbar dan button-button khusus.

Visual Maskedit. Untuk memformat data masukkan.

Visual StringGrid. Untuk menampilkan data String dalam

baris dan kolom

Visual DrawGrid. Untuk menampilkan informasi yang bukan

teks dalam baris dan kolom.

Visual Image. Untuk menampilkan grafik seperti I con, bitmap

dan metafile.

Visual Shape. Untuk menampilkan bentuk-bentuk dasar.

Seperti segiempat, segitiga, lingkaran.

Page 70: deteksi kecepatan.pdf

Visual Bevel. Untuk menggambar segiempat dengan tampilan

insert atau meninjol..

Visual ScroollBox. Untuk membuat area tampilan yang bisa

menggulung.

Visual CheckListBox. Pengembangan dari ListBox,

disbanding menggunakan fasilitas MultiSelect disini.

Visual Splitter. Untuk membelah form.

Visual StaticText. Mirip dengan label, tetapi dengan kelebihan

untuk pengontrolan windows.

Visual Controlbar. Untuk mengatur tata letak dari komponen

toolbar.

Visual ValueListeditor. Mirip dengan listBox, tapi dengan

kemampuan buat panel terdiri atas daftar (KeyList) dan

nilai (ValueList) yang dapat diedit.

Visual LabeledEdit. Gabungan komponen antara TLabel dan

Tedit

Visual Chart. Untuk membuat chart/ grafik.

c. Tab Win32

Tabel 2.5 Penjelasan Komponen Tab Win32.

Nomor Icon Jenis Komponen

Visual

TabControl. Dipakai untuk menambahkan tab pada

sebuah form.

Nomor Icon Jenis Komponen

Visual PageControl. Untuk membuat page-page pada sebuah

Page 71: deteksi kecepatan.pdf

form.

Visual

ImageList. Untuk mendaftrkan image-image. Setiap

image yang didaftrakan diberi nomor index mulai

nomor 0, 1, 2 dst. Komponen biasa dipakai bersamaan

dengan Toolbar (untuk penempatan I con- icon).

Visual RichEdit. Edit box dengan bebrapa warna, font dan

lain-lain.

Visual Trackbar. Untuk membuat TrackBar pada form.

Visual

ProgressBar. Dipakai untuk memkai progress dari

jalannya procedure. Progress akan terisi dari kiri

kekanan

Visual UpDown. Dipakai untuk mengubah ukuran dari nilai

numeric. Biasanya digabung dengan Edit.

Visual Hotkey. Dipakai sebagai pengganti beberapa kunci.

Visual Animate. Dipakai untuk mengontrol animasi.

Visual DateTimerPicker. Untuk memasukkan data jam dan

tanggal

Visual MonthCalender. Dipakai untuk memilih sebuah tanggal

atau range tanggal.

Visual TreeView. Dipakai nuntuk menampilkan data dalam

bentuk hirarki.

Visual ListView. Untuk menampilkan daftar dalam bentuk

kolom.

Visual

HeaderControl. Untuk membuat header yang multiple

dan dapat dipindahkan.

Visual Statusbar. Untuk menampilkan informasi status

dibeberapa panel.

Page 72: deteksi kecepatan.pdf

Visual Colbar. Merupakan kumpulan pengontrolan windows

yang dapat dipindahkan dan diubah ukurannya.

Visual PageScroller. Untuk mendefinisikan area tampilan pada

jendela yang kecil.

d. Tab system

Tabel 2.6. Penjelasan Komponen Tab Sy.tem.

Nomor Icon Jenis Komponen

NonV Timer. Untuk mengaktifikan procedure, fuction dan

event pada interval waktu tertentu.

Visual PaintBox. Untuk membuat area yang dapat dicat

Visual

Media Player, untuk mengontrol panel sehingga terlihat

seperti VCR, dipakai untuk mengontrol file-file suara

dan video.

Visual

OLEContainer. Diapakai untuk membuat OLE client

area.

e. Tab Data Access

Tabel 2.7. Penjelasan Komponen Tab Data Access

Nomor icon Jenis Komponen

NonV

Data Source. Bertindak sebagai penghubung antara

komponen pengakses data dengn DataSet (Table atau

Query)

NonV Table. Komponen yang mengakses record-record dari

Page 73: deteksi kecepatan.pdf

suatu table

NonV Query. Komponen-komponen yang mengakses record-

record dari suatu table berdasarkan perintah SQL

NonV

StoredProc. Komponen-komponen yang mengakses

record-record dari suatu table berdasarkan perintah

store procedure untuk database server

NonV Database. Menciptakan koneksi database antara client

dan server

NonV Session. Menciptakan sebuah session dalam aplikasi

multi-threaded database.

f. Tab Data Control

Tabel 2.8. Penjelasan Komponen Tab Data Control.

Nomor Icon Jenis Komponen

Visual DBGrid. Tampilan dan edit Dataset dalam format

tabular (baris dan kolom)

Visual

DBNavigator. Untukmengontrol/ menggerakkan posisi

record. Seperti previous,next, first, last record dan

mengubah statusnya seperti:Open, Close, Edit, Post

(simpan), Delete, Cancel Edit.

Visual DBText. Menampilkan sebuah field dalam bentuk label

Visual DBEdit. Menampilkan dan mengedit sebuah field

dalam kotak edit 1 baris.

Visual DBMemo. Menampilkan dan mengedit sebuah field

dalam kotak edit beberapa baris. Biasanya field memo.

Page 74: deteksi kecepatan.pdf

Visual DBImage. Menampilkan dan mengedit sebuah field

dalam kotak edit 1 baris.

Visual

DBListBox. Menampilkan sejumlah pilihan untuk

mengisi sebuah field, pilihan tersebut diambil dari

dataset lain.

Visual

DBlookupComboBox. Menampilkan sebuah edit-box

dan drop-list untuk mengisi sebuah field, pilihan dari

drop-list diambil dari dataset lain

Visual DBRichEdit. Menampilkan sebuah field pada sebuah

penyunting teks RTF (Rich Tech File)

Visual

DBCtrlGrid. Menampilkan dan mengedit record secara

tabular (grid) dan setiap selnya dapat terdiri dari Data-

aware Component.

Visual DBChart. Menampilkan data dalam bentuk grafik.

g. Tab BDE

Tabel 2.9. Penjelasan Komponen Tab BDE.

Nomor Icon Jenis Komponen

NonV Table. Untuk mengakses table

NonV Query. Untukmengakses query

NonV StoreProc. Untuk mengakses store procedure

NonV Database. Untuk mengakses database

NonV Session. Dalam sebuah transaksi secara otomatis,

komponen ini membantu manajemen session

Page 75: deteksi kecepatan.pdf

NonV BatchMove. Dipakai jika kita ingin memindahkan

seluruh record/ field dari sebuah tabel ke tabel lainnya.

NonV UpdateSQL. Untuk menjalankan perintah SQL seperti

insert, update dan delete.

h. Tab Samples

Tabel 2.10. Penjelasan Komponen Tab Samples.

Nomor Icon Jenis Komponen

Visual

Gauge. Seperti ProgressBar, dapat digunakan untuk

menandahkan sebuah proses sedang berlangsung

i. Tab ADO

Tabel 2.11. Penjelasan Komponen Tab ADO.

Nomor Icon Jenis Komponen

NonV ADOConnection. Komponen yang berfungsi untuk

menghubungkan aplikasi dengan dengan basis data

NonV ADOCommand. Perintah-perintah SQL untuk teknik

ADO, tanpa mengembalikan sebuah nilai.

Page 76: deteksi kecepatan.pdf

Visual ADODataset. Perwakilan data dari satu atau lebih tabel

yang terdapat dalam sebuah database ADO

NonV

ADOTable. Perwakilan data dari sebuah tabel yang

diakses lewat ADO setelh terhubung dengan

DataSource

NonV ADOQuery. Perintah SQL untuk memanggil data fisik

(tabel) di dalam sebuah basisdata.

NonV

AdoStoredProc. Digunakan untuk aplikasi yang

mengakses StoreProcedure milik server dengan teknik

ADO

NonV

RDSConnection. Mengelolah sekumpilan record yang

dilewatkan dari sebuah proses atau mesin ke mesin

lainnya. Komponen ini digunakan untuk membangun

aplikasi multi-tier.

j. Form Designer

Merupakan suatu objek yang dapat dipakai sebagai tempat untuk merancang

program aplikasi. Form berbentuk meja kerja yang dapat diisi dengan komponen-

komponen yang diambil dari komponen palette.

Dalam sebuah form terdapat titik-titik yang disebut grid yang berguna untuk

membantu pengaturan tata letak objek yang dimasukkan dalam form, gerakan pointer

mouse akan disesuaikan dengan posisi titik-titik grid.

Page 77: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 2.21 Tampilan Form

k. Object Inspector

Digunakan untuk mengubah properti atau karaktristik dari sebuah komponen.

Objek inspector terdiri dari dua tab, yaitu properties dan event

Gambar 2.22 (a). Lembar kerja object inspector.

Page 78: deteksi kecepatan.pdf

(b). Beberapa Tampilan Pilihan Pada Object Inspector.

l. Code Editor

Gambar 2.23. Code editor.

Code editor dilengkapi dengan fasilitas highlight yang memudahkan

pamakaimenemukan kesalahan. Title bar yang terletk pada bagian atas jendela Code

Editor menunjukkan nama file yang sedang disunting, serta pada bagian bawah

terdapat tiga bagian informasi yang perlu untuk diperhatikan, yaitu :

• Nomor baris/kolom yang terletak pada bagian paling kiri. Bagian ini berfungsi

untuk menunjukkan posisi kursor di dalam jendela Code Editor.

Page 79: deteksi kecepatan.pdf

• Modified menunjukkan bahwa file yang sedang anda sunting telah mengalami

perubahan dan perubahan tersebut belum tersimpan. Teks ini akan hilang jika

perubahan yang dilakukan telah disimpan.

• Insert / Overwrite yang terletak pada bagian paling kanan menunjukkan

modus pengetikan teks dalam jendela Code Editor. Insert menunjukkan

bahwa modus penyisipan teks dalam keadaan aktif, sedang Overwrite

menunjukkan bahwa modus penimpaan teks dalam keadaan aktif. Tekan

tombol insert untuk mengubah keadaan Insert menjadi overwrite dan

sebaliknya.

m. Code Explorer Object Treeview

Jendela Code Explorer adalah lembar kerja baru yang terdapat di dalam

Delphi 7, yang tidak ditemukan pada versi-versi sebelumnya. Code Explorer

digunakan untuk memudahkan pemakai berpindah antar file unit yang terdapat

di dalam jendela Code editor.

Jendela Code Explorer berisi diagram pohon yang menampilkan semua

tipe, class, property, method, variable global, dan rutin global yang telah

didefinisikan di dalam unit.

Objek TreeView menampilkan diagram pohon dari komponen-komponen

yang bersifat visual maupun non visual yang telah terdapat dalam form, data

module, atau frame. Object TreeView juga menampilkan hubungan logika antar

komponen.

Page 80: deteksi kecepatan.pdf

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan perangkat

keras dari sensor IR serta perangkat lunak pendukungnya. Perangkat lunak yang

digunakan adalah software Program Delphi 7 untuk mengolah proses kecepatan

sekaligus gambar nomor polisi yang didapat dari pemotretan berdasarkan ukuran

kecepatan yang terjadi. Sedangkan perangkat keras yang digunakan meliputi kamera

A4-Tech, rangkaian sensor IR dan mikrokontroler, serta Laptop, setelah itu

dilanjutkan dengan pengujian dari sistem yang akan digunakan Perencanaan

instrument penyusunan digram blok sistem dan pembuatan skema rangkaian serta

pemilihan komponenm-komponen perangkat keras yang berada dipasaran.

3.1 Perancangan Perangkat Keras.

3.1.1 Sensor Infrared

Sensor infrared dirancang dengan memanfaatkan transmitter inframerah

dan inframerah receiver IRM8510N yang mana dirangkai dalam satu box

universal. Keduanya dirancang dengan menggunakan prinsip awal dan akhir

yakni penggunaan start untuk memulai perhitungan gerakan dan stop untuk

mengakhiri gerakan. Gambaran dalam rangkaiannya adalah sebagai berikut :

Page 81: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 3.1 (a) Rangkaian IR transmitter

Gambar 3.1 (b) Rangkaian IR receiver

Dalam rangkaian diatas, ketika push button dalam kotak box universal

dihidupkan (di-on-kan) arus listrik pada power supply di kirimkan kepada

semua rangkaian sebesar masing-masing 5 volt. Arus listrik yang masuk

kedalam rangkaian masuk ke kaki 8 dan 4 untuk menggerakkan driver 555,

yang dianalogikan sebagai penguat sinyal. Fekuensi yang keluar dari IR1 itu

adalah 1/t dari t awal yang masuk dikirimkan oleh transmitter dari IR1 yang

Page 82: deteksi kecepatan.pdf

diteruskan pada alamat P2.0 dan IR2 yang diteruskan pada alamat P2.5,

sedangkan pada signal yang dikirimkan sebagai receiver akan masuk dalam

rangkaian dan diterima oleh mikrokontroler di alamat P2.1, hal yang sama

terjadi pada IR2 sebagai waktu yang kedua. yang kemudian diterima oleh

receiver dan diteruskan ke mikrokontroler pada alamat P2.4,

Adapun komponen-komponen infrared transmitter-receiver

• R 220 � sebanyak 2 buah, masing-masing pada receiver dan

transmitter.

• R 18 K� pada IR transmitter

• R 1 K�

• K 1 nF

• LM 555

• IR transmitter

• IRM 8510N (IR receiver)

3.1.2 Perencanaan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroler yang digunakan sebagai control ini tidak dapat melakukan

prosesnya tanpa dibantu oleh rangkaian lain seperti clock dan reset. Selain

rangkaian tersebut perlu juga dilakukan penentuan penggunaan dari port-

portnya dan sinyal-sinyal yang digunakan untuk mendukung proses kerja

rangkaian.

Page 83: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 3. 2 Konfigurasi Port AT89S51 yang dipergunakan

Berikut adalah konfigurasi port-port yang digunakan :

a. P2.0 : menerima inputan Tx 1 (transmitter)

b. P2.5 : menerima inputan Tx 2

c. P2.1 : menerima inputan Rx 1 (receiver)

d. P2.4 : menerima inputan Rx 2

e. Port Rx D (Port 10) : Mengirimkan data kepada RS-232 sebagai Rx

f. Port Tx D (Port 11) : Mengirimkan data kepada RS-232 sebagai Tx

g. Port 31 : Port Vcc, untuk masukan arus listrik dari power supply.

h. Port 9: Reset, mengeset dimulai dari 0 lagi.

i. Port 19 XTAL1

j. Port 18 XTAL 2

Page 84: deteksi kecepatan.pdf

Dalam hal ini juga membutuhkan power supply, yang akan memberikan arus

kepada masing-masing Vcc dalam rangkaian sebesar 5 volt.

Gambar 3.3 Rangkaian Power Supply

dimana komponen pada Power Supply dengan spesifikasi sebagai berikut :

• R 100 � 5 watt

• R 0,1 � 5 watt

• R 18 � 5 watt

• R 10 K�

• K 3300 µF 50 watt

• K 30 pF

• K 10 µF

• Dioda 1 A

• Trafo CT 2A

• LM 7805

• TIP 29C5

Page 85: deteksi kecepatan.pdf

3.2

3.1.3 Kamera

menangkap plat nomor dari kendaraan bermotor (sepeda motor) yang melaju

dan memotong sudut dari pantulan sinar infrared. Kamera ini sangat mudah

dalam instalasi dan pemakaiannya. Kamera berintegrasi dengan computer

menggunakan port USB

3.2 Perancangan Sistem Deteksi Kecepatan

3.2.1 Tujuan Sistem deteksi Kecepatan

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengukur kecepatan serta memotret

nomor polisi yang ada pada kendaraan bermotor

keseluruhan blok diagram alat yang dirancang ditujukan dalam blok digram

dibawah ini :

• Kristal 11,059 Hz

3.1.3 Kamera

Kamera yang dipergunakan dalam

menangkap plat nomor dari kendaraan bermotor (sepeda motor) yang melaju

dan memotong sudut dari pantulan sinar infrared. Kamera ini sangat mudah

dalam instalasi dan pemakaiannya. Kamera berintegrasi dengan computer

menggunakan port USB

Gambar 3.4 Kamera A4

Perancangan Sistem Deteksi Kecepatan

3.2.1 Tujuan Sistem deteksi Kecepatan

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengukur kecepatan serta memotret

nomor polisi yang ada pada kendaraan bermotor

keseluruhan blok diagram alat yang dirancang ditujukan dalam blok digram

dibawah ini :

Kristal 11,059 Hz

Kamera yang dipergunakan dalam

menangkap plat nomor dari kendaraan bermotor (sepeda motor) yang melaju

dan memotong sudut dari pantulan sinar infrared. Kamera ini sangat mudah

dalam instalasi dan pemakaiannya. Kamera berintegrasi dengan computer

menggunakan port USB.

Gambar 3.4 Kamera A4

Perancangan Sistem Deteksi Kecepatan

3.2.1 Tujuan Sistem deteksi Kecepatan

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengukur kecepatan serta memotret

nomor polisi yang ada pada kendaraan bermotor

keseluruhan blok diagram alat yang dirancang ditujukan dalam blok digram

Kamera yang dipergunakan dalam

menangkap plat nomor dari kendaraan bermotor (sepeda motor) yang melaju

dan memotong sudut dari pantulan sinar infrared. Kamera ini sangat mudah

dalam instalasi dan pemakaiannya. Kamera berintegrasi dengan computer

Gambar 3.4 Kamera A4-Tech yang dihubungkan ke laptop

Perancangan Sistem Deteksi Kecepatan

3.2.1 Tujuan Sistem deteksi Kecepatan

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengukur kecepatan serta memotret

nomor polisi yang ada pada kendaraan bermotor

keseluruhan blok diagram alat yang dirancang ditujukan dalam blok digram

Kamera yang dipergunakan dalam sistem

menangkap plat nomor dari kendaraan bermotor (sepeda motor) yang melaju

dan memotong sudut dari pantulan sinar infrared. Kamera ini sangat mudah

dalam instalasi dan pemakaiannya. Kamera berintegrasi dengan computer

Tech yang dihubungkan ke laptop

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengukur kecepatan serta memotret

nomor polisi yang ada pada kendaraan bermotor

keseluruhan blok diagram alat yang dirancang ditujukan dalam blok digram

sistem ini berfungsi untuk

menangkap plat nomor dari kendaraan bermotor (sepeda motor) yang melaju

dan memotong sudut dari pantulan sinar infrared. Kamera ini sangat mudah

dalam instalasi dan pemakaiannya. Kamera berintegrasi dengan computer

Tech yang dihubungkan ke laptop

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengukur kecepatan serta memotret

(sepeda motor). Secara

keseluruhan blok diagram alat yang dirancang ditujukan dalam blok digram

ini berfungsi untuk

menangkap plat nomor dari kendaraan bermotor (sepeda motor) yang melaju

dan memotong sudut dari pantulan sinar infrared. Kamera ini sangat mudah

dalam instalasi dan pemakaiannya. Kamera berintegrasi dengan computer

Tech yang dihubungkan ke laptop

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengukur kecepatan serta memotret

(sepeda motor). Secara

keseluruhan blok diagram alat yang dirancang ditujukan dalam blok digram

ini berfungsi untuk

menangkap plat nomor dari kendaraan bermotor (sepeda motor) yang melaju

dan memotong sudut dari pantulan sinar infrared. Kamera ini sangat mudah

dalam instalasi dan pemakaiannya. Kamera berintegrasi dengan computer

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengukur kecepatan serta memotret

(sepeda motor). Secara

keseluruhan blok diagram alat yang dirancang ditujukan dalam blok digram

Page 86: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 3.5 Blok diagram sistem keseluruhan

3.3 Perancangan dan Pembuatan Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang akan dibangun harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

• Mampu menampilkan pengiriman data dari infrared yang di program

dalam mikrokontroler kedalam aplikasi.

• Mampu menampilkan video dari perangkat webcam ke panel aplikasi.

• Mampu mengcapture dengan proses otomatis kedalam label gambar yang

tersedia dalam aplikasi.

3.3.1 Peancangan dan Pembuatan GUI

Tujuan dari pembuatan GUI (Graphical User Interface) untuk

mendapatkan hasil kinerja maksimal dari interaksi manusia dan computer.

Tampilan GUI yang baik adalah tampilan yang memberikan kemudahan dan

efisiensi bagi pengguna. Dalam tampilannya, didisain dengan satu halaman

form utama yang didalamnya ter-include dua form untuk menampilkan

database dari data yang terproses oleh aplikasi. Kesemuanya itu dirancang

Page 87: deteksi kecepatan.pdf

dalam digram alir, dimana diagram alir utama sistem menunjukkan cara kerja

sistem secara umum. Diagram alir ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 3.6 Diagram Alir Program Utama

Untuk mengoptimalkan diagram alir tersebut, maka diperlukan

pembuatan perangkat lunak untuk menampilkan interface dari sistem, yang

mana dalam hal ini digambarkan sebagai berikut :

Page 88: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 3.7 Gambar Peta Form sistem deteksi kecepatan

Pada form utama terdapat kontrol sistem berupa tombol untuk

mensetting alat deteksi dan tombol untuk mengkoneksi kepada kamera.

Dimana dalam pensettingan alat deteksi akan ada pemilihan port dan setting

boundrate yang akan menghubungkan alat deteksi dengan PC. Tidak demikian

pada kamera. Kamera hanya akan terkoneksikan secara otomatis dengan

pengkondisian sistem. Setelah dijalankan, kedua alat tersebut akan mendeteksi

kecepatan dan plat nomor yang selanjutnya secara otomatis tersimpan.

Keduanya akan disimpan dalam database yang sama dengan pembedaan tabel.

Karena akan menampilkan hasil yang berbeda, yakni kecepatan dan waktu

serta gambar dari hasil pemotretan tersebut. Yang dalam pelaksanaannya,

akan ada flow chart untuk memperjelas bagaimana system ini dibuat :

Page 89: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 3.8 Flow chart form utama sistem.

Tampilan form utama adalah sebagai berikut :

Gambar 3.9 Tampilan Form Utama

Page 90: deteksi kecepatan.pdf

A. Form Setting

Sebelum masuk dalam pendeteksian benda bergerak, ada satu

button yakni button setting yang menampi

boundrate. Ketika menyeting dan tersettingkan dengan alat, maka

akan terkoneksi. Setelah terkoneksi dengan alat, maka

pensettingan dengan kamera yang akan dipergunakan yakni

dengan cara memilih device kamera mana yang digunakan. Setel

itu dilakukan pendeteksiannya, dan otomatis mengnyimpan data

kecepatan dan waktunya sekaligus gambar dari plat nomor

kendaraan.

Adapun form tampilan pensettingan kamera tersebut adalah :

Gambar 3.

B. Form Database

Form Setting

Sebelum masuk dalam pendeteksian benda bergerak, ada satu

button yakni button setting yang menampi

boundrate. Ketika menyeting dan tersettingkan dengan alat, maka

akan terkoneksi. Setelah terkoneksi dengan alat, maka

pensettingan dengan kamera yang akan dipergunakan yakni

dengan cara memilih device kamera mana yang digunakan. Setel

itu dilakukan pendeteksiannya, dan otomatis mengnyimpan data

kecepatan dan waktunya sekaligus gambar dari plat nomor

kendaraan.

Adapun form tampilan pensettingan kamera tersebut adalah :

Gambar 3.10 Tampilan setting Boundrate untuk Detektor Kecepatan

Form Database

Sebelum masuk dalam pendeteksian benda bergerak, ada satu

button yakni button setting yang menampi

boundrate. Ketika menyeting dan tersettingkan dengan alat, maka

akan terkoneksi. Setelah terkoneksi dengan alat, maka

pensettingan dengan kamera yang akan dipergunakan yakni

dengan cara memilih device kamera mana yang digunakan. Setel

itu dilakukan pendeteksiannya, dan otomatis mengnyimpan data

kecepatan dan waktunya sekaligus gambar dari plat nomor

Adapun form tampilan pensettingan kamera tersebut adalah :

Tampilan setting Boundrate untuk Detektor Kecepatan

(infrared)

Sebelum masuk dalam pendeteksian benda bergerak, ada satu

button yakni button setting yang menampi

boundrate. Ketika menyeting dan tersettingkan dengan alat, maka

akan terkoneksi. Setelah terkoneksi dengan alat, maka

pensettingan dengan kamera yang akan dipergunakan yakni

dengan cara memilih device kamera mana yang digunakan. Setel

itu dilakukan pendeteksiannya, dan otomatis mengnyimpan data

kecepatan dan waktunya sekaligus gambar dari plat nomor

Adapun form tampilan pensettingan kamera tersebut adalah :

Tampilan setting Boundrate untuk Detektor Kecepatan

(infrared)

Sebelum masuk dalam pendeteksian benda bergerak, ada satu

button yakni button setting yang menampilkan setting port dan

boundrate. Ketika menyeting dan tersettingkan dengan alat, maka

akan terkoneksi. Setelah terkoneksi dengan alat, maka

pensettingan dengan kamera yang akan dipergunakan yakni

dengan cara memilih device kamera mana yang digunakan. Setel

itu dilakukan pendeteksiannya, dan otomatis mengnyimpan data

kecepatan dan waktunya sekaligus gambar dari plat nomor

Adapun form tampilan pensettingan kamera tersebut adalah :

Tampilan setting Boundrate untuk Detektor Kecepatan

Sebelum masuk dalam pendeteksian benda bergerak, ada satu

lkan setting port dan

boundrate. Ketika menyeting dan tersettingkan dengan alat, maka

akan terkoneksi. Setelah terkoneksi dengan alat, maka

pensettingan dengan kamera yang akan dipergunakan yakni

dengan cara memilih device kamera mana yang digunakan. Setel

itu dilakukan pendeteksiannya, dan otomatis mengnyimpan data

kecepatan dan waktunya sekaligus gambar dari plat nomor

Adapun form tampilan pensettingan kamera tersebut adalah :

Tampilan setting Boundrate untuk Detektor Kecepatan

Sebelum masuk dalam pendeteksian benda bergerak, ada satu

lkan setting port dan

boundrate. Ketika menyeting dan tersettingkan dengan alat, maka

akan terkoneksi. Setelah terkoneksi dengan alat, maka

pensettingan dengan kamera yang akan dipergunakan yakni

dengan cara memilih device kamera mana yang digunakan. Setelah

itu dilakukan pendeteksiannya, dan otomatis mengnyimpan data

kecepatan dan waktunya sekaligus gambar dari plat nomor

Tampilan setting Boundrate untuk Detektor Kecepatan

Page 91: deteksi kecepatan.pdf

Dalam pembuatan program, ada beberapa hal yang akan otomatis

disimpan dalam database., yakni bberupa kecepatan kendaraan

tersebut dan gambar dari nomor polisi. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kendaraan yang melintasi jalan dan mengenai detektor

untuk selanjutnya di-capture oleh kamera. Dimaksudkan untuk

melihat seberapa besar kecepatannya dan seberapa baikkah

hasilpemotretan yang dilakukan.

Dibuat dengan 2 tabel di dalam database dikarenakan ada dua

spesifikasi yang akan dilihat, yakni spesifikasi kecepatan dan

spesifikasi gambar. Sebelum dibuat dalam tampilan, maka

dirancang terlebih dahulu bagan alir dari database tersebut.

Adapun diagram alirnya adalah :

Gambar 3.11 Diagram Alir untuk menampilkan Database kecepatan

Berikut ini adalah gambaran dari tampilan database yang

dirancang :

Page 92: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 3.12 Tampilan Database Kecepatan

Sama halnya dengan database kecepatan, database gambar demikian

pula yakni dengan dirancang alir programnya. Adapun diagram alir program

tersebut adalah :

Page 93: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 3.13 Diagram Alir untuk menampilkan Database gambar.

Selanjutnya setelah digambarkan diagram alirnya maka dirancang

tampilan form database untuk gambarnya sebagai berikut :

Gambar 3.14 Tampilan Database Gambar

3.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengujian

pada masing-masing rangkaian dan pengujian pada rangkaian secara

keseluruhan.

3.4.1 Pengujian Sensivitas Rangkaian Sensor Infrared

Uji sensivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan sensor

infrared mampu bekerja. Langkah-langkah dalam melakukan uji sensivitas

adalah :

Page 94: deteksi kecepatan.pdf

1. Menyusun rangkaian sensor seperti gambar 3. 9

2. Menghidupkan alat

3. Mengukur frekuensi yang diperlukan

4. Menguji sensitivitas dengan benda bergerak

5. Membaca alat dengan hyperterminal

Gambar 3.15 Rangkaian pengujian sensor Infrared

3.4.2 Pengujian Kamera A4-Tech

Pengujian terhadap kamera dilakukan untuk mengetahui apakah

kamera berfungsi dalam sistem yang dibuat dan dapat bekerjasama denga

infrared sesuai dengan program yang telah diatur.

3.4.3 Pengujian Alat kecepatan menggunakan mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui sistem yang dibuat mampu bekerja sesuai dengan

sistem yang diharapkan maka perlu dilakukan pengujian sistem secara

keseluruhan. Pada pengujian ini, langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

1. Rangkaian infrared dan kamera diset dipinggir jalan dengan asumsi

jarak infrared 1 dan infrared 2 adalah ±3 meter.

Page 95: deteksi kecepatan.pdf

2. Alat dihidupkan dan sistem dijalankan

3. Menunggu sepeda motor berjalan, ketika ada sepeda motor berjalan

maka sinar yang dipantulkan oleh transmitter akan dihambat dan

ditangkap oleh receiver. Data ini akan masuk sebagai hasil kecepatan

dari kendaraaan. Setelah itu kamera akan menangkap gambar.

4. Besar nilainya kecepatan dan waktu, akan dihitung secara otomatis

dalam sistem yang kemudian disimpan dalam database. Gambar yang

ditangkap juga akan otomatis tersimpan dalam database.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan dengan memanfaatkan rumus fisika dari

kecepatan atau velositas. Velositas adalah pengukuran vektor dari besar dan

arah gerakan. Nilai absolut skalar� (magnitudo) dari kecepatan disebut

kelajuan. Kecepatan dinyatakan dengan jarak yang ditempuh per satuan

waktu.�Rumus kecepatan yang paling sederhana adalah

Dimana :

V = kecepatan

s = Jarak (perpindahan)

t = waktu tempuh

Page 96: deteksi kecepatan.pdf

Dalam implementasi rumus velositas tersebut, kecepatan kendaraan akan

diukur dengan acuan efektifitas sensor bekerja. Sedangkan jarak yang

dipergunakan adalah jarak infrared 1 dan infrared 2 yakni ± 3 meter.

Page 97: deteksi kecepatan.pdf

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat yang

dapat dibuat dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi perencanaan yang telah

ditentukan. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kerja dari perangkat keras pada

masing-masing blok rangkaian penyusun sistem, antara lain pengujian sensivitas

rangkaian sensor infrared (receiver IRM8510N dan transmitter), pengujian rangkaian

sistem mikrokontroler AT89S51 dan pengujian kamera A4-Tech untuk mengetahui

kecepatan kendaraan bermotor dan pemotretan terhadap nomor polisi. Adapun

pengujiannya meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang telah dibuat.

4.1 Perangkat Keras

Perangkat keras yang dipergunakan dalam sistem ini berfungsi untuk

mendeteksi kecepatan kendaraan bermotor. Perangkat keras yang dipergunakan

meliputi modul infrared dan kamera.

4.1.1 Hasil Pengujian Sensivitas Rangkaian Sensor Infrared

Data hasil pengujain sensor infrared ditujukan pada table dibawah ini :

Tabel 4.1 Hasil Pengujiian Infrared

No Jarak IR dengan benda Hasil

V Ket Y N

1

30 cm

V 74 BISA

2 V 430 BISA

3 V 225 BISA

4 V 90 BISA

Page 98: deteksi kecepatan.pdf

5 V 69 BISA

6

60 cm

V 221 BISA

7 N T. BISA

8 N T. BISA

9 N T. BISA

10 N T. BISA

11

100 cm

N T. BISA

12 N T. BISA

13 N T. BISA

14 N T. BISA

15 N T. BISA

16

150 cm

N T. BISA

17 N T. BISA

18 N T. BISA

19 N T. BISA

20 N T. BISA

4.1.2 Hasil Pengujian Kamera

Dalam pengujian kamera dilakukan dengan memilih device kamera yang

dipilih. Setelah itu kamera dihadapkan pada benda bergerak yang sedang melaju.

Pengujian ini dilakukan didalam sebuah gang kecil dengan peletakan kamera yang

dikondisikan dengan gang tersebut. Ini adalah tampilan awal sepeda motor yang

melintas.

Page 99: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 4.1 Tampilan Awal Kamera setelah di select device (dipilih kameranya)

Pengujian dilakukan dengan tombol capture manual untuk memproyeksikan

kendaraan yang berjalan, dan agar dapat di capture sesuai dengan pengkondisian

kamera. Adapun hasil pemotretannya adalah :

Gambar 4.2 Tampilan kamera setelah proses peng-capture-an secara manual

4.2 Perangkat Lunak

Untuk mempermudah pengoprasiannya, maka dalam pengembangan

perangkat lunak ini dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam

pengembangannya. Bahasa pemograman yang dipergunakan dalam sistem ini adalah

Borland Delphi 7 beserta komponen-komponen yang dibutuhkan dalam program

deteksi kecepatan ini, yakni komponen serial-ComPortLib dan DSPACK234.

Semuanya itu dapat dijalankan pada sistem operasi windows XP.

Page 100: deteksi kecepatan.pdf

4.3 Penjelasan Program

Dalam program yang dirancang terdapat button-button sebagai control dari

program yang telah dibuat. Adapun penjelasan dari button tersebut ialah :

a. Pada Analisa detektor terdapat button setting, dimana ketika button setting

dibuka maka akan ada form untuk pemilihan port dan boundrate. Yang

berfungsi untuk mengkoneksikan software dengan hardware. Sedangkan

button open berfungsi untuk membuka port hardware dan jika di push

maka akan hardware terbuka/ terkoneksi dengan software. Dan terdapat

button close connection yang berfungsi untuk menutup koneksi dengan

hardware.

b. Pada Analisa kecepatan terdapat 3 edit text yang masing-masing berfungsi

untuk mengindai seberapa kecepatan, mengatur jarak dan hasil waktu

yakni pembagian dari kecepatan itu sendiri dengan jarak. Yang

kesemuanya otomatis disimpan dalam database. Dan tombol view Db

tersebut berguna untuk menampilkan database kecepatan. Serta terdapat

button clear untuk menghapus masukan awal yang didapat untuk

kemudian menerima masukan selanjutnya.

c. Pada kotak Analisa gambar terdapat koneksi terhadap kamera yang mana

ditandai dengan pemilihan selection device mana yang akan dipilih. Ada

tombol manual yang difungsikan untuk memotret secara manual, gambar

yang bergerak. Digunakan sebagai tombol penguji dalam pengujian

Page 101: deteksi kecepatan.pdf

kamera. Dalam kotak ini juga terdapat button db pic yang mana berfungsi

untuk menampilkan data base gambar. Serta ada kotak waktu yang

menampilkan waktu sekarang. Selain itu terdapat tombol terminated yang

berfungsi untuk mengakhiri program.

d. Pada Form database gambar terdapat button delete yang berfungsi untuk

menghapus gambar dari form database.

e. Pada masing-masing Form untuk tampilan database terdapat button back

yang berfungsi untuk kembali ke form utama.

Gambar 4. 3 Tampilan Program Utama Setelah device-device terkoneksi.

Untuk menampilkan database-database yang ada dipergunakan control button

untuk menampilkannya. Seperti pada Analisa kecepatan view database kecepatan

ditandai dengan tombol View DB dan akan tampil tampilan seperti dibawah ini :

Page 102: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 4. 4 Tampilan database kecepatan

Sedangkan dalam Analisa Gambar terdapat button view database untuk gambar.

Tampilannya sebagai berikut :

Page 103: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 4.5 Tampilan Database Gambar

4.4 Sistem Kerja Software

Dalam pembuatannya, software dirancang agar dapat menganalisa kecepatan

kendaraan bermotor serta memotret nomor polisinya. Sistem ini menggunakan dua

pengendali, inti alat yakni infrared dan kamera. Dimana keduanya saling berhbungan

dalam pemrosesannya. Ketika koneksi hardware sudah terbuka dan terkoneksi serta

kamera telah standby, maka jika ada sebuah sepeda motor yang bergerak, system

akan membaca dan memasukkan angka kecepatan yang otomatis ter-autosave-kan

dan kamera juga akan memberikan gerakan yakni memotret secara otomatis. Dimana

gambar yang dipeoleh juga akan disimpan dalam database. Penggunaan database dari

inputan kecepatan dan gambar ini adalah satu database namun dengan pembedaan

table. Karena dirancang ada aksi dalam database gambar, yakni penyimpanan gambar

Page 104: deteksi kecepatan.pdf

kepada directori tersendiri. Karena file gambar yang berupa .bmp tidak dapat

tersimpan dalam database access.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Pembahasan Alat

Sensor infrared dirancanag untuk mendeteksi adanya benda bergerak yang mana

dalam pengujiannya dilakukan dengan menggunakan mobil-mobilan dengan

perbandingan mobil sesungguhnya dengan mobil tersebut adalah 1 : 15. Sensor

tersebut mengeluarkan sinar dan menangkapnya apabila terjadi pemotongan sinar

oleh benda bergerak. Adalah sensor pertama yang yakni modul infrared start sebagai

penanda awal masuknya data awal, yakni waktu awal kemudian dilanjutkan dengan

infrared stop yang menjadi akhir dari proses berjalannya deteksi atau waktu akhir.

Dalam hal ini inputan berupa tembakan awal infrared pertama dan infrared kedua

dianalisa dan diatur dalam program untuk menghitung kecepatan, dengan perhitungan

menggunakan rumus V = s/t. yang mana dalam hal ini t1 ditandai dengan sensor awal

dan t2 ditandai dengan sensor akhir, atau bisa dikatakan V = s/ t2 – t1. Jarak kedua

inframerah tersebut adalah ±3 meter. Setelah dilakukan pendeteksian kecepatan

tersebut secara otomatis kamera yang ada akan memotret dengan asumsi kecepatan

yang dijalankan lebih besar dari 20 km / jam. Teknik analisa data hanya memasukkan

jarak dan waktu tempuh untuk dibagi dengan memperoleh kecepatan dengan satuan

km/jam.

Page 105: deteksi kecepatan.pdf

Data inputan berupa kecepatan akan disimpan dalam database, sedangkan hasil

penjepretan kamera juga demikian. Dalam hal ini dilakukan uji coba dengan hasil

sebagai berikut :

4.2 Tabel IR dengan Kecepatan Random dan Pengukuran Jarak dengan Kamera

No Jarak IR1 dengan IR2 Jarak kamera dengan IR2 Hasil V Ket

(cm) s (jarak dg IR 2) h (ketinggian) Y N

1

50

10 cm 9 cm

V 114,8 BISA

2 V 63 BISA

3 V 75 BISA

4 V 51,9 BISA

5 V 90 BISA

6

100

V 140 BISA

7 V 47,5 BISA

8 V 43,2 BISA

9 V 107,8 BISA

10 V 142 BISA

11

200

V 100 BISA

12 V 191 BISA

13 V 37,5 BISA

14 V 93 BISA

15 V 46,7 BISA

16

250 10 cm / 15 cm 20 cm

V 166 BISA

17 V 51,3 BISA

18 V 33,75 BISA

19 V 67,5 BISA

20 V 98,18 BISA

Dimana dalam table diatas dilakukan percobaan dengan menggunakan jarak

infrared 1 dengan infrared 2 yakni dengan jarak 50 cm, jarak infrared 2 dengan

kamera adalah 10 cm dengan ketinggian 9 cm, dan yang digambarkan dalam

rangkaian berikut :

Page 106: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 4.6 Uji Coba Alat Keseluruhan I

Hasil pengujian tersebut didapatkan gambar mobil :

Tabel 4. 3 Gambar Hasil Uji Coba I

V

(km/jam) Gambar

114,8

63

Page 107: deteksi kecepatan.pdf

75

51,9

90

Kemudian dilakukan pengujian yang kedua, yakni dengan infrared pertama dan

kedua dengan jarak 100 cm dan menggunakan jarak tetap antara kamera dengan

infrared kedua, seperti di awal yakni dengan jarak 10 cm dan ketinggian 10 cm, yang

digambarkan sebagai berikut :

Page 108: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 4.7 Uji Coba Alat Keseluruhan II

Hasil pengujian diatas diperoleh kecepatan dan gambar hasil pemotretan sebagai berikut :

Table 4.4 Gambar hasil Uji coba II

V

(km/jam) Gambar

140

47,5

Page 109: deteksi kecepatan.pdf

43,2

107,8

142

Setelah dilakukan pengujian yang kedua, dilakukanlah pengujian yang ketiga

dengan jarak infrared pertama dan infrared kedua sebesar 250 cm, sedangkan jarak

infrared kedua dengan kamera yakni 10 cm, dengan ketinggian 9 cm, sebagaimana

dalam gambar dibawah ini :

Page 110: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 4.8 Uji Coba Alat Keseluruhan III

Dalam percobaan ketiga tersebut didapatkan hasil gambar sebagai berikut :

Tabel 4.5 Gambar Hasil Uji Coba III

V

(km/jam) Gambar

100

191

Page 111: deteksi kecepatan.pdf

37,5

93

46,7

Kemudian dilakukan pengujian yang keempat. Dimana dalam pengujian ini

menggunakan formasi infrared pertama dan kedua dengan jarak 250 cm, sedangkan

jarak infrared kedua dengan kamera berjarak 10 cm, namun kali ini kamera dipasang

15 cm didepan infrared dengan menggunakan bantuan plang untunk melihat tampilan

depan mobil uji coba. Dimana digambarkan sebagai berikut :

Page 112: deteksi kecepatan.pdf

Gambar 4.9 Uji Coba Alat keseluruhan IV

Dalam uji coba terakhir ini dihasilkan gambar sebagai berikut :

Table 4.6 Gambar hasil Uji coba IV

V

(km/jam) Gambar

166

51,3

Page 113: deteksi kecepatan.pdf

33,75

67,5

98,18

Pengujian ini dilakukan dengan prototype, yakni menggunakan mobil remote

control, yang diumpamakan mobil sesungguhnya. Dengan jarak sensor yang

diperkecil dan jarak kamera juga diperkecil dengan perbandingan 1 : 15 dalam

keadaan sesungguhnya. Dalam keempat pengujian diatas, kecepatan yang didapatkan

adalah random, diatas 20 km/jam, yakni berkisar antara 30 km/jam hingga 170

Page 114: deteksi kecepatan.pdf

km/jam. Dilakukan empat kali pengujian dengan spesifikasi yang berbeda antara

keempat pengujian alat keseluruhan tersebut yang mana menghasilkan gambar yang

berbeda. Gambar yang diambil adalah gambar depan dari mobil uji coba karena delay

(waktu jeda) yang dipergunakan dalam pengambilan gambar adalah 1000 milisecond,

dengan penjelasan yakni ketika infrared kedua meembakkan sinarnya dan

memantulkannya sebagai inputan yang kedua, dalam program sudah diatur

sedemikkian rupa untuk langsung memotret.

Dalam kondisi diatas, percobaan pertama, kedua dan ketigalah yang dirasa cukup

memungkinkan untuk pengujian lebih lanjut dalam menghasilkan gambar plat nomor

mobil yang seragam. Yakni dengan ketentuan jarak infrared pertama dan infrared

kedua 50 cm,100 cm dan 250 cm kemudian jarak infrared kedua dengan kamera

adalah 10 cm dengan ketinggian 9cm, dan posisi kamera menjepret bagian depan

mobil. Sedangkan pada pengujian keempat gambar yang dihasilkan adalah gambar

bagian atas mobil, dan bagian plat nomor tidak dapat dipotret dengan baik.

4.2.2 Integrasi Alat dengan Al-Quran

%�� �� ��� �%����+��� ) ����� ���,�� ����-����� ���������-����&�'���&� ���� �� ������������'����� �����'� �� �� �����������(-) ��.�� ���

�1 �*�� ����-������ ����� ����-���*1 +� ���! ����*$ ���)/��0 �� �# ����-���$� �1����-���,� �����-���! ���$�$ �2�2�-+,� .��

�0���

59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya

kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai

daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun

Page 115: deteksi kecepatan.pdf

dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis

dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"

Al-Qur’an surat Al-An’am pada ayat 59 diatas menyatakan bahwa :

Sesungguhnya Kami menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati hatinya

maupun yang telah terhenti denyut jantungnya dan tidak lagi berfungsi otaknya, dan

Kami melalui malaikat-malaikat yang Kami tugaskan, terus menerus mencatat apa

yang telah mereka kerjakan selama mereka hidup di dunia, yang baik dan yang

buruk. Bukan berarti Kami khawatir lupa tetapi untuk menjadi bukti bagi setiap yang

bermaksud mengajukan keberatan dan demikian juga Kami mencatat berkas-berkas

yang mereka tinggalkanyakni amal-amal mereka yang diikuti oleh generasi sesudah

mereka, sehingga jika baik, mereka ikut memperoleh juga ganjaran seperti ganjaran

orang-orang yang mengamalkannya sesudah mereka dan sebaliknya pun demikian.

(Quraish Shihab, 2007 :127).

Kaitannya dengan detektor kecepatan ini adalah pencatatan kecepatan dan

nomor polisi yang ditangkap oleh kamera sehingga menjadi bukti bagi pelanggar

yang melanggar batas kecepatan yang telah ditentukan. Kesemuanya itu akan direkam

dan disimpan dalam database yang dapat dilihat dan diketahui sebagai bukti

pelanggaran. Dijelaskan lebih dalam Al-Quran surat Yasin,

3 � �3$ �'�/4�5 �� ���6�4�� ���� �#�(2��7��� �%&�����8��

��'�&��������9 �&�� �� ������ �� �#�(2��7���)) 0������%��

Page 116: deteksi kecepatan.pdf

�9 �&�� �� ���&� �#�5 �:��! �;�%��< �� �' �&�� �6�����������������< => ���� �6����= �7�����< �� ������ �6���� ���&��8 2�� &�� ��0������0��

63. Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengannya).

64. Masuklah ke dalamnya pada hari Ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya.

65. Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan

memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.

Pada malaikat-malaikat penyiksa berkata kepada mereka yang disesatkan etan,

sesaat sebelum mereka dihempaskan ke neraka : “Inilah yang berada dihadapan

kamu nraka jahanam, yang dahulu ketika kamu hidup di dunia telah dijanjikan kepada

kamu. Masuklah ke dalamnya, dan rasakan kepedihannya pada hari ini, disebabkan

karena kamu dahulu senantiasa kufur, yakni tidak mempercayai ajaran ilahi dan tidak

juga mensyukuri nikmat-Nya.

Jangan duga bahwa sanksi itu, sewenang-wenang, atau mereka dijatuhi

hukumna tanpa diadili. Tidak! Ada saksi-saksi yang memberatkan mereka, bahkan

anggota badan mereka sendiri yang mengkui sendiri kesalahannya dan menjadi saksi

yang memberatkan mereka. Pada hari itu kami yakin Allah SWT menutup mulut

mereka sehingga mulut itu terdiam tidak dapat berbohong bahkan tidak dapat

berbicara; dan bercakap kepada KAmi tangan mereka mengakui dan menyaksikan

kedurhakaan yang pernah diperbuat pelakunya melalui tangan itu dan bercakap juga

serta memberi kesaksian kaki mereka atas dosa-dosa yang pernah dikerjakannya.

Demikian juga semua bagian dari totalitas diri manusia, seperti mata, telinga dan hati

– semua tampil- mengaku dan bersaksi menyangkut apa yang dahulu mereka selalu

lakukan. (Quraish Shihab, Vol. 11, 2007 : 564)

Page 117: deteksi kecepatan.pdf

Selain ayat diatas ada beberapa ayat yang telah disebutkan dalam bab-bab

sebelumnya yang menerangkan tentang sinar, dimana dalam Q.S Al An’am ayat 96,

diterangkan bahwa Allah menjadikan peredaran matahari dan bulan sebagai alat untuk

melakukan perhitungan waktu, tahun, bulan, minggu dan hari bahkan menit dan

detik. (Quraish Shihab, 2007 : 210). Disini dijelaskan ada pehitungan waktu yang

dihasilkan oleh detektor tersebut, yang nantinya akan dicatat dan disimpan dalam

database. Selain ayat tersebut juga dijelaskan dalam Q.S Al-zalzalah yakni disanalah

mereka masing-masing menyadari bahwa semua diperlakukan secara adil, maka

barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah yakni butir debu

sekalipun, kapan dan dimanapun niscaya dia akan melihatnya. Demikian juga

sebaliknya barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah sekalipun,

niscaya dia akan melihatnya pula. Semua pengerjaan yang akan dilakukan dalam

sistem, dicatat dan dianalisa sebagai sebuah akhir dari proses yang akan dijalankan.

Sabagaimana amal perbuatan manusia, kecepatan kendaraan pun dapat dihitung,

kemudian nomor polisinya pun dapat dicatat sebagai suatu bahan untuk pengerjaan

sistem.

4.5.3 Integrasi Alat dan Manfaatnya untuk Manusia

Deteksi kecepatan yang dibuat ini sejatinya adalah untuk membantu manusia

dalam merekan kecepatan, yakni kecepatan sebuah benda yang bergerak yang

ditujukan kepada kendaraan bermotor. Dengan memanfaatkan inframerah sebagai

salah satu properti yang dipergunakan untuk menembakkan sinarnya dan dihasilkan

Page 118: deteksi kecepatan.pdf

sebuah inputan untuk mengetahui waktu kecepatan benda tesebut sehingga munculah

kecepatan. Dari sini juga didapatkan gambar dari benda tersebut yang terpotret ketika

inframerah kedua menangkap benda tersebut.

Deteksi kecepatan ini bermanfaat sebagai studi pengembangan tentang

security system, pencitraan, dan pengembangan hardware-nya tersendiri yang

bermanfaat bagi peneliti lain untuk mengamankan wilayah maupun instansi.

Page 119: deteksi kecepatan.pdf

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

1. Sistem pendeteksi kecepatan kendaraan bermotor merupakan sistem yang

dirancang untuk mendeteksi kendaraan bermotor yakni sepeda motor,

sekaligus memotret plat nomor dari kendaraan tersebut yang menggunakan

infrared sebagai deteksi kecepatan, dan device kamera sebagai properti

pemotretan. Pemotretan dengan kamera A4-Tech hanya dapat dilakukan

dengan jarak maksimal 6 meter.

2. Proses analisa kecepatan benda diperoleh dari hasil pembagian dari jarak yang

sudah diatur dengan waktu tempuh yang ditembakkan oleh infrared kepada

benda tersebut.

3. Infrared hanya dapat mendeteksi kecepatan benda yang bergerak dengan jarak

± 30 cm.

4. Dengan hasil pengujian yang dilakukan secara prototype yakni dengan

membandingkan mobil yang sesungguhnya dengan mobil remote control

menggunakan jarak infrared pertama dan infrared kedua untuk mendapatkan

hasil potret yang tepat diantara 50 cm hingga 250 cm, dimana jarak kamera

dengan infrared kedua adalah 10 cm dengan batasan ketinggian 9 cm dari

Page 120: deteksi kecepatan.pdf

tanah, dengan delay (waktu jeda) infrared terakhir dan kamera adalah 1000

milisecond.

5. 2 Saran

1. Sensitifitas alat pada infrared kurang sehingga apabila dikemudian hari

perancang lain disarankan untuk menggunakan laser sebagai piranti

pengganti.

2. Penggunaan kamera juga disarankan menggunakan kamera yang lebih focus

dalam memotret bagian mobil, yakni plat nomor.

3. Sebagai titik awal untuk pengembangan uji coba pada deteksi kecepatan di

jalan raya dengan menggunakan alat ini. Selain itu dapat dipergunakan

sebagai pengembangan penelitian dalam pencitraan dan security system.

Page 121: deteksi kecepatan.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Ari, M. Haryanto, S.T dan Wisnu Adi. P, Ir, Pemograman Bahasa C untuk

Mikrokontroler Atmega8535. Andi Offset, Yogyakarta : 2008.

Budhi, Romy Widodo dan Joseph Dedy Irawan. Interfacing Pararel dan Serial

Menggunakan Delphi. Graha Ilmu, Yogyakarta : 2007

Budiharto, Widodo dan Rizal Gameyel, Belajar Sendiri 12 Proyek Mikrokontroler

untuk Pemula. P.T Elex Media Komputindo, Jakarta. Juli 2007

Christanto, Danny, S.T dan Kris Pusporini, S.T, M.T. Panduan Praktikum Dasar

Mikrokontroler Keluarga MCS-51 Menggunakan DT-51 Minimum System

Ver 3.0 Dan DT-51 Trainer Board. Innovative Ekectronics, Surabaya :

2004

Iswanto, Design dan Impementasi Sistem Embedded Mikrokontroler ATMega8535

dengan Bahasa Basic. Gava Media, Yogyakarta : 2008.

Muhammad yusuf, ahmad, Lc. Himpunana Dalil dalam AlQur’an dan Hadist. PT.

Media Suara Agung, Jakarta : 2008.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.

Volume 4 dan 11,Lentera hati, Jakarta : 2007.

Suhata, ST. Aplikasi Mikrokontroler sebagai Pengendali Peralatan elektronik via

Line Telepon. P.T Elex Media Komputindo, Jakarta. 2005.

Sulistiyanto, Nanang. Pemograman Mikrokontroler R8C/13. Bab10 Antar Muka

Serial. P.T Elex Media Komputindo, Jakarta. Juli 2008.

Page 122: deteksi kecepatan.pdf

Tim Listrik Elektonika. Modul Training Microcontroller. Departemen Listrik

Elektronika, Vocational Education Development Center (VEDC) : 2003.

Tim Penyusun UIN Maulana Malik Malang. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. UIN

Maulana Malik Malang, Malang : 2009.

Tim Lab Mikroprosessor. Pemograman Mikrokontroller AT89S51 dengan C/C++

dan Assembler. Andi Offset, Bandung : 2007.

Utami, Ema dan Sutrisno. Konsep Dasar Pengolahan dan pemograman database

dengan SQL Server, Ms Acceess dan Ms. Visual Basic. Andi Offset

Yogyakarta : 2005.

Wahyono, Teguh. Sistem Informasi (KonsepDasar, Analisis Design dan

Implementasi). Graha Ilmu Yogyakarta : 2004.

Wahyudin, Didin. Belajar Mikrokontroller AT89S52 dengan Bahasa basic

Menggunakan BASCOM-8051. Andi offset, Yogyakarta : 2007

Yulikuspartono, S. Kom, Pengantar Logika dan Algoritma.Andi Offset, Bandung :

2004.

Page 123: deteksi kecepatan.pdf

����� �!��

����� �!���

Page 124: deteksi kecepatan.pdf

LAMPIRAN II

LAMPIRAN II

LAMPIRAN II

Page 125: deteksi kecepatan.pdf

"#$�

������������

�������������������������������������������������������������������������

����������������������������������� ���������������������������������

�������������������������������������������������������������������������

�������

����������� ���� �����

����������� ���� �����

��

����������� ���� �����

����������� ���� �����

��

�� ��� �! � ��"� � �

� # "��� �! � ��"�

�� ���� �! � ��"�

���� � �! � �$"�

� � %�&� ��"�

� � '(�� ) #�� � �*����

��

+��#���������#,� �

� )%-� �)%./0��1� ��� �����������2����� �����#� �

� )%-� �1�/0�321� ������������� �����32�"�4�� �����������5�

� *3�6� ���� � ��������������

� )%-� *7%8/0��1� �� ������#�� ����

� *3�6� 39� � �����#������� ���##�

� *3�6� 3*� � �����#������#������ ��4�����:������������#�5�

� ����

����,�

� 7'�� 3*� � �����������#������ �������������

Page 126: deteksi kecepatan.pdf

"#%�

� )%-� *6;</9�� ����������#�� ==��� ����� ��>�� ������

� ?86� �+/@� � ���+/����������� ���( ��������//�� ��� �

�����������#�����:# ��������

� 7'�� �+� � ���#��������������� ���=#��

� ����� ��� � ��������������

� ����

�#>,�� � � �����#�������

� �:� �$/0�� � ��A�� �� � ��� ���� �/���#�� ���#/� �������

#��,� ���� � � ��������������

� (�B� ��/#���� �� ��������( �����B���/�� �����(����� ���/�

#����������#��/���4==5� �������� ���#����

� (�B� �$/#���� �� �������������

� ����

����������������������������������������������������������������������

7%8-3�*+,�

� )%-� 9/0��� � ��������������� � ������ ���#�

� )%-� 6/9� � �������� ��� ��� �

� )%-� 9/��� � �����>� ��������� �4���������/���������5�

� .+-� 96� � ������� � �����

� )%-� .+�+/9�� ��"��#����//� ��� � ����>���� ���/���#��

�$�4 ��������5�

� )%-� 9/6� � ������ ������ �����������6/� �����������

���������9�

� )%-� *9�;98/9� ��9� ������ ��#����������� ���� ����

#���

� )%-� 9/0��� � ��� � �

� )%-� 6/9� � ��6������

� )%-� 9/.+�+�� ��

� .+-� 96� � ��

� )%-� �9�;*98/9� ��

� )%-� 9/6� � �

Page 127: deteksi kecepatan.pdf

"#&�

� )%-� �;';198/9�

�3�� � �

��������������������������������������������������������������������������������

����

) #�,�

� �#�� �����������

� �#�� �����������

� �:� ��/0��"�� � � �������

� �##� +��#���������#� � ����#������� ������ ����7�

���,� ����� �����������

� (�� ����������/���� � � ��=���#����������/��������

����� ���������#��

� �#�� �����������

���,����� ��� � � � ����������������������

� �##� �#>� � � � ����������/�����������������

��"/��A��#�����#��������

� ����� �����������

� (�� ����������/���� � ��� ��������#�( ��������� ����

�A"�>��

� �#�� �����������

����������7� � � � � ��

� �:� /��� � � � ����� "����>� ��������������

9� #����

� �:� ��/� � � � �� ������#��������

� �##����7%8-3�*+� �

��

� )%-� .���/098&�9� � � �� ���� ����� ��#��>�� �A��#��

���#��#����� �

� 7'�� 9� � � � �

� )%-� 9/�� ��� � � �

Page 128: deteksi kecepatan.pdf

"#'�

� )%-7� 9/C9D.���� � � ���� "��� ��(�/�>��� ��� �

���"���.���/�>�� ���� "������.����

� �##� ����� � � � ��

� �##� �#>�

�� �

� )%-� .���/098&�9� �

� 7'�� 9�

� )%-� 9/� # "��

� )%-7� 9/C9D.����

� �##� �����

� �##� �#>�

��

� )%-� .���/098&�9� �

� 7'�� 9�

� )%-� 9/�� ��

� )%-7� 9/C9D.����

� �##� �����

� �##� �#>�

� #(�� #�� � � � � ��#����( �/� #��4( ��

�"��5�

98&�9,��.6�� E���$��FG2H���67.3<E� � � �� ����������� ��>�

� �

�� �