36
Difinisi Gangguan Difinisi Gangguan Gangguan ( Interference) adalah efek/akibat dari energi yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh satu atau gabungan dari emisi, radiasi, atau induksi terhadap penerimaan dalam sistim komunikasi radio, diwujudkan dengan adanya penurunan dayaguna, kesalahan tafsir atau kehilangan informasi yang bisa disadap akibat energi yang tidak diinginkan tersebut.

Difinisi Gangguan

Embed Size (px)

Citation preview

Difinisi GangguanDifinisi Gangguan

Gangguan ( Interference) adalah efek/akibat dari energi yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh satu atau gabungan dari emisi, radiasi, atau induksi terhadap penerimaan dalam sistim komunikasi radio, diwujudkan dengan adanya penurunan dayaguna, kesalahan tafsir atau kehilangan informasi yang bisa disadap akibat energi yang tidak diinginkan tersebut.

Gangguan dapat dibagi Gangguan dapat dibagi dalam beberapa dalam beberapa pandangan :pandangan :

Gangguan Yang Diperbolehkan (Permissible Interference) adalah gangguan yang diamati atau diramalkan yang memenuhi kriteria kuantitatif gangguan atau sharing yang terdapat dalam RR atau Rekomendasi ITU-R (jo CCIR) atau perjajnian khusus yang terdapat dalam RR.

• Gangguan yang dapat diterima (Acepted Interference) adalah gangguan pada tingkat (level) yang lebih tinggi dari permissible Interference dan yang telah disetujui oleh dua atau lebih administrasi, tanpa prasangka satu sama lain.

Gangguan yang merugikan (Harmful Interference) adalah gangguan yang membahayakan fungsi dinas navigasi radio atau dinas keselamatan lain atau benar-benar menurunkan, menghalangi, atau mengganggu secara berulang-ulang terhadap suatu dinas komunikasi radio yang beroperasi sesuai dengan RR

Macam-macam gangguan Macam-macam gangguan frekuensi radio dalam frekuensi radio dalam komunikasikomunikasi

“In-channel radio interference” adalah gejala gangguan yang terjadi jika gangguan frekuensi-frekuensi penerimaan radio disebabkan oleh pengoperasian perangkat listrik yang membangkitkan gelombang elektromagnetik dan jatuh pada kanal transmisi RF

“Out-channel radio interference” adalah gejala gangguan yang terjadi jika kemunculan frekuensi-frekuensi yang tidak diinginkan disebabkan oleh perangkat listrik, terutama sistem yang memancarkan RF mempengaruhi penerimaan radio meskipun frekuensi-frekuensinya tidak jatuh pada kanal transmisi RF.

“Desentization” adalah menurunnya kualitas penerimaan radio pada sisi penerima yang disebabkan oleh level sinyal (signal) yang kuat pada frekuensi yang berdekatan (adjacent channel) yang masuk melalui gerbang RF penerima.

“Capture effect” disebabkan oleh pemancar kanal bersama. Dari penyebab gangguan radio yang ada, hanya capture effect yang disebabkan oleh pemancar kanal bersama. Capture effect biasanya berguna mencegah gangguan dari pengganggu kanal bersama yang lemah pada waktu kita menerima sinyal yang diinginkan.

“Shadow effect” adalah gangguan yang dialami jika alur bebas pandang (line of sight) antara antena pemancar dan penerima terhalang dan rasio pelindung (protection ratio) RF terlalu rendah

“Intermodulasi” disebabkan oleh dua atau lebih frekuensi (sinyal-sinyal dua atau lebih pemancar) tercampur dalam elemen non-linier dan hasil dari proses tersebut akan menghasilkan sinyal-sinyal tambahan yang frekuensinya berbeda sama sekali

Sumber-sumber gangguanSumber-sumber gangguan Peralatan komunikasi yang sudah tua

masih dioperasikan

Peralatan listrik, mekanis-listrik, ataupun elektronik adalah merupakan sumber gangguan elelektro-magnetik (EMI) yang potensial yang sering disebut noise buatan manusia Pemancar mungkin membangkitkan energi elektromagnetik tidak hanya frekuensi fundamentalnya saja melainkan juga dengan harmonisa dari frekuensi fundamental, dan emisi-emisi yang tersebar (spurious) yang tidak diinginkan.

Sifat non-linearitas pada pemancar, sinyal-sinyal dari dua pemancar atau lebih dapat bercampur melalui proses dalam tahapan keluaran dari salah satunya yang menghasilkan sinyal-sinyal tambahan yang frekuensinya berbeda sama sekali (Intermodulasi)

Kondisi propagasi yang tidak normal (noise alam)

Transmisi-transmisi tanpa izin

Pengoperasian diluar toleransi frekuensi yang diizinkan

Lebar pita (band width) berlebihan

Kesalahan operasi yang diakibatkan oleh kesalahan penggunaan frekuensi, kesalahan kelas emisi, kesalahan penetapan necessary band width, dsb Kuat medan minimum yang tidak tercukupi Pemancar yang co-channel dan adjacent channel Rasio sinyal terhadap noise tidak cukup

Harmonisa

156 MHz

312 MHz

Pemancar dengan frekuensi 156 MHz

-60 dB

Frekuensi harmonisa

11

Intermodulation Intermodulation NoiseNoise Intermodulation noise muncul akibat gejala

intermodulasi

Bila kita melewatkan dua sinyal masing-masing dengan frekuensi F1 dan F2 melalui suatu medium atau perangkat non-linier, maka akan dihasilkan frekuensi-frekuensi spurious yang berasal dari frekuensi harmonisa sinyal

Frekuensi-frekuensi spurious ini bisa terletak di dalam atau di luar pita frekuensi kerja yang diinginkan

Medium/perangkat non-linier

F1

F2

Second-order products: 2F1,2F2,F1F2

Third-order products: 2F1F2 2F2F1

Fourth-order products: 2F12F2 3F1F2

Orde Kedua A ± B

Orde Ketiga A ± 2B, 2A ± B

Orde Keempat A ± 3B, 2A ± 2B, 3A ± B

Orde kelima A ± 4B, 2A ± 3B, 3A ± 2B, 4A ± B

dst

RUMUS UNTUK MENGHITUNGINTERMODULASI YANG MUNGKIN TERJADI

Intermodulasi terjadi jika dua atau lebih frekuensi tercampur dalam elemen non-linear. Kerja non-linear ini biasanya terdapat dalam amplifier daya pemancar.

Intermodulasi Pemancar

Macam – Macam Intermodulasi

Intermodulasi Penerima

Intermodulasi penerima terjadi jika dua atau lebih sinyal-sinyal diluar kanal (off channel) memasuki suatu penerima dan berinteraksi, sesuai dengan sifat ke non linear-an penerima dan biasanya dalam perubah pertama penerima.

• Penyebab intermodulation noise a.l.:– Level input terlalu tinggi sehingga

perangkat berkerja daerah non-linier– Kesalahan penalaan perangkat

sehingga perangkat bekerja secara non-linier

F=156.20 MHz

156.25 MHz

Pemancar A

Pemancar B

Karena perangkat non-linier pemancar B

kurang bagus, maka frek harmonisa pemancar A 2x156.20 MHz

(312.4 MHz) masuk keperangkat non-linier di B

156.15 MHz

Pemancar C

156.15 MHz

Selain memancarkan frek 156.25 MHz, juga ada pemancar bayangan di frek 156.15 MHz

Frek. Intermodulasi orde ketiga = 2FA - FB

2FA - FB

INTERMODULASI

Band width

106.7 MHz 107.1 MHz

372 kHz 372 kHz

400 kHz

500 kHz

Band width max

Spektrum frek. pemancar yg menyebabkan gangguan

Contoh : Radio siaran FM

Band width melebar

Jangkauan pancaran radio Jangkauan pancaran radio siaran siaran Kelas A

66 dBuV/m 21 dBuV/m (steady)

0 30 175

29 dBuV/m (tropo)

275 km

Kelas B

66 dBuV/m 21 dBuV/m (steady)

0 20 140

29 dBuV/m (tropo)

190 km

Kelas C

66 dBuV/m 21 dBuV/m (steady)

0 12 95

29 dBuV/m (tropo)

150 km

Kelas D

66 dBuV/m 29 dBuV/m (tropo)

0 2,5 28

21 dBuV/m (steady)

30 km

21 dBuV/m (steady)29 dBuV/m (tropo)

Steady / tropo dipilih dengan jarak yang paling jauhCochannel protection ratio :

•Steady : 45 dB•Tropo : 37 dB

Jarak minimum

66 dBuV/m

66 dBuV/m

Propose ch. 5

Victim ch.5

CO - CHANNEL

66 dBuV/m 33 dBuV/m (steady)41 dBuV/m (tropo)

66 dBuV/m

Steady / tropo dipilih dengan jarak yang paling jauhCochannel protection ratio :

•Steady : 33 dB•Tropo : 25 dB

Propose ch. 6

Victim ch.5

Jarak minimum

ADJACENT - 1

66 dBuV/m

59 dBuV/m (steady)59 dBuV/m (tropo)

66 dBuV/m

Steady / tropo dipilih dengan jarak yang paling jauhCochannel protection ratio :

•Steady : 7 dB•Tropo : 7 dB

Propose ch. 7

Victim ch.5

Jarak minimum

ADJACENT - 2

73 dBuV/m 66 dBuV/m

66 dBuV/m

Steady / tropo dipilih dengan jarak yang paling jauhCochannel protection ratio :

•Steady : -7 dB•Tropo : -7 dB

Propose ch. 8

Victim ch.5

Jarak minimum

Overlapping area

ADJACENT - 3

Pola pengulangan Pola pengulangan frekuensifrekuensi

KANAL 5

KANAL 4KANAL 3

KANAL 5Cochannel ± 295 kmA

dj-2

± 7

1 km

Adj-1 ± 100 km

Adj

-1 ±

100

km

Kelas A >< Kelas B

A B

BB

Adj-1 ± 170 km

Pengulangan Pengulangan FrekuensiFrekuensi

Kelas Radio

PROPOSE

JARAK MINIMUM (km)

Co-Channel

ADJ-1 ADJ-2 ADJ-3

A

A 305 180 81 55

B 295 170 71 45

C 287 162 63 37

D 277.5 152.5 53.5 27.5

B

B 210 100 48 34

C 202 92 40 26

D 192.5 82.5 30.5 16.5

CC 162 70 34 20

D 152.5 60.5 24.5 10.5

D D 32.5 20.5 7 4.2

Radio Siaran FM

Jarak aman minimum untuk penggunaan frek. co-channel harus memenuhi co-channel protection ratio sebesar 52 dB. Jarak tersebut sama dengan jarak R2 pemancar A yang dapat menerima 65 dBuv/m (R2A) ditambah jarak R3 dari pemancar B yang dapat menerima 13 dBuv/m (R3B) = R2A + R3B.

Co ChannelTV SIARAN

R3R2R2

R1 R2A+R3B

Tx ATx B

65 dBuV/m13 dBuV/m

Jarak aman minimum untuk penggunaan frekuensi adjacent channel harus memenuhi adjacent channel protection ratio sebesar -9 dB, jarak tersebut sama dengan jarak R2 dari pemancar A yang dapat menerima 65 dBuv/m (R2A) ditambah jarak R1 dari pemancar B yang dapat menerima 74 dBuv/m (R1B) = R2A + R1B

Adjacent Channel

R3R2

R1

Tx ATx B

65 dBuV/m74 dBuV/m

R2

R2A+R1B

Noise dari yang jatuh pada kanal transmisi RF

Kanal transmisi RF yang terinterferensi

In-channel radio interference

Kanal transmisi RF sebelum terinterferensi

Noise dari yang jatuh diluar kanal transmisi RF

Noise akan mengganggu

Kanal transmisi RF

Out-Channal Radio Interference

Noise dari yang jatuh pada kanal transmisi RF

Kanal transmisi RF yang digunakan dg modulasi FM

Pengaruh dari capture effect :

Untuk Pemancar dengan modulasi FM, noise akan tertimpa dan hilang, sedangkan untuk modulasi AM, noise akan mempengaruhi penerimaan.

Capture Effect

Kerugian sensitifitas akan sinyal yang diinginkan ini disebut : Desentisasi (desentization).

Kesensitifan suatu penerima, menyatakan seberapa lemah sinyal yang diterima oleh penerima yang masih dapat dipakai untuk komunikasi. Jika kita tinjau dalam situasi pengontrolan aboratorium, suatu peredaman 20 dB dapat memberikan indikasi kesensitifan yang cukup. Dalam prakteknya, biar bagaimanapun, kita menemukan bahwa jika sinyal yang tidak diinginkan masuk ke penerima melalui “pintu depan”, dapat mengakibatkan kerugian sensitifitas penerima.

Desentization

Ada tiga teknik yang bisa digunakan untuk mengurangi desentisasi :

Meredam penerima dari pemancar pengganggu, dengan cara merubah polarisasi antena ke vertikal atau horizontal.

Meningkatkan selektifitas RF penerima dengan menambah filter-filter rongga (notch filters) dalam saluran antena.

Menambah suatu filter kristal dalam jaringan RF penerima, hal ini hanya memberikan sedikit peningkatan sesitifitas.

UndesiredSignal

DesiredSignal

RF Selectivity

HI-IF Selectivity

LO-IF Selectivity

NOISE BUATAN MANUSIA

Pemancar yang berdekatan Kendaraan bermotor Generator

Pengatur tegangan Motor – motor elektrik Lampu neon

NOISE ALAM Hujan statis

Efek dari hujan dan muatan partikel dari debu dan salju

Noise Atmosfir

Noise KosmisEfek dari lapisan atmosfir

Efek dari gangguan luar angkasa (bintang2) Noise Matahari (Solar)Efek dari matahari

RATIO SINYAL TERHADAP NOISRASIO S/N

Pada umumnya dinyatakan sebagai suatu perbandingan sinyal terhadap noise yang dinyatakan dalam decibel (dB) antara sinyal nominal dengan level noise.-75 dBm

-15 dBmS/N = 60 dB

Noise

Sinyal nominal

SHADOW EFFECTPenurunan daya sebagai akibat dari terhalangnya pancaran radio dari pemancar ke penerima sebagai akibat dari banyaknya gedung, gunung dan terowongan

Pemancar Penerima

Sebagai contoh :

Penerima dalam mobil bergerak dari jalan ke dalam gedung, kuat sinyal akan turun sekitar 19 dB akibat dari pemudaran daya bayangan (shadow effect), jika mobil masuk kedalam gedung maka kuat sinyal akan turun sekitar 0,6 dB per meter.

Salah satu cara untuk mengatasi shadow effect dapat dilakukan dengan meninggikan antena pemancar atau penerima