Upload
hoangdan
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
GAYA HIDUP MEMBELI
SEBAGAI TEMA
DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS
TUGAS AKHIRDiajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan
Guna Melengkapi Gelar Sarjana SeniJurusan Seni Rupa Murni
Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :RISMIYARNA SUBAGYA
C0602025
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPAUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
GAYA HIDUP MEMBELI
SEBAGAI TEMA
DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS
Disusun Oleh
RISMIYARNA SUBAGYA
C.0602025
Telah disetujui oleh pembimbing
Untuk diajukan dalam sidang Tugas Akhir
Surakarta, 16 Juli 2010
Pembimbing I
Drs. Sunarto, M.Sn.NIP. 194708301980031002
Pembimbing II
Drs. Setyo Budi, M.Sn.NIP. 196706041994031006
MengetahuiKetua Jurusan Seni Rupa Murni
FSSR UNS
Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn.NIP. 195007111981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
GAYA HIDUP MEMBELI
SEBAGAI TEMA
DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS
Disusun oleh
RISMIYARNA SUBAGYAC.0602025
Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas AkhirFakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada Tanggal 23 Juli 2010
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. ………………………NIP. 195007111981031001
Sekretaris Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum. ………………………NIP. 195603121987031001
Penguji I Drs. Sunarto, M.Sn. ………………………NIP. 194708301980031002
Penguji II Drs. Setyo Budi, M.Sn. ………………………NIP. 196706041994031006
DekanFakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A.NIP. 195303141985061001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Rismiyarna Subagya
NIM : C.06020025
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pengantar Tugas Akhir berjudul Gaya
Hidup Membeli Sebagai Tema dalam Penciptan Karya Lukis adalah betul – betul
karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang
bukan karya saya, dalam pengantar Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan)
dan ditunjukkan dengan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan Gelar yang
diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.
Surakarta, 9 Juli 2010
Yang membuat pernyataan
Rismiyarna Subagya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
(Q.S ALI IMRAN : 92)
“Seorang mu`min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada orang mu`min yang lemah dan untuk segala perkara kebaikan”.
( H. R. Muslim)
Allah itu indah,
dan sesungguhnya Allah itu mencintai keindahan.
(HADIST)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Untuk Ibuku. Untuk Ibuku. dan Untuk Ibuku.
Untuk Bapakku.
Untuk kakak-kakakku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Seni. Sholawat serta salam tidak lupa saya
persembahkan untuk kholifah terhebat selama di dunia Nabi besar Muhammad
SAW yang dimuliakan Allah SWT dan makhluk-Nya.
Ucapan terima kasih atas bimbingan, perhatian dan kerjasamanya sehingga
karya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, kepada :
1. Bapak Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. selaku Ketua Jurusan Seni Rupa
Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum. selaku Koordinator Tugas
Akhir Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret.
4. Bapak Drs. Sunarto, M.Sn. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
dorongan semangat, motivasi dalam penyusunan dan penyelesaian karya
Tugas Akhir ini.
5. Bapak Drs. Setyo Budi, M.Sn. selaku pembimbing II yang telah bersedia
memberikan waktunya untuk berkonsultasi dan motivasi dalam penyusunan
dan penyelesaian karya Tugas Akhir ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Seluruh teman–teman Seni Rupa Murni angkatan 2002, AmadTatto, Thatit,
Encus, Bonar, Dieke dan lainnya atas dukungannya, serta seluruh keluarga
besar seni rupa. Rubayak, Savir, dan Mamik atas transportasi VW-nya.
7. Teman–teman KKTT Wiswakarman, untuk teman nongkrong dan untuk
semuanya.
8. Serta seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu doa dan dukungannya dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih mengalami banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangatlah diharapkan.
Akhirnya penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi
Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Surakarta, 23 Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
HALAMAN PERSETUJUAN …………….……………………………………...ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………..….iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………iv
HALAMAN MOTTO………………………………………………….…….……v
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….……………vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………...…vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...………ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
ABSTRAK…………………………………………...…………………..............xii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………...………1
A. Latar Belakang …………………………………………..……1
B. Batasan ………………………………………………….……3
C. Rumusan …………………………………………………......4
D. Tujuan …………………………………………………….…4
E. Manfaat …………………………………………………….....4
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………..…5
A. Globalisasi Budaya ..………………………………………….5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
B. Konsumsi..........………………………………………………..6
C. Kapitalisme ………….........…………………………………..8
D. Gaya Hidup Membeli Sebagai Pemenuhan Prestis……………9
E. Pop Art.....................................................................................10
BAB III GAYA HIDUP MEMBELI SEBAGAI TEMA
DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS....................................12
A. Implementasi Teoritis ………………………………………12
B. Implementasi Visual …………………………………………14
1. Bentuk ….......…..…………………………......................14
2. Medium ……………………………..….....................…...15
3. Teknik Penggarapan …………………...........................…16
C. Deskripsi Karya.......................................................................17
BAB IV PENUTUP …………..…………………………..……………….28
A. Simpulan …………………………………………………….28
B. Saran ………………………………………………………...29
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...30
LAMPIRAN ..........................................................................................................31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Judul Karya : Nice Food 17
Gambar 2 Judul Karya : Best Food, I like it... 18
Gambar 3 Judul Karya : Stylish Junk Food 19
Gambar 4 Judul Karya : Treadmil 21
Gambar 5 Judul Karya : Beng!!. I get you. 23
Gambar 6 Judul Karya : Skak Mat 24
Gambar 7 Judul Karya : I Love You 25
Gambar 8 Judul Karya : Melihat TV 26
Gambar 9 Judul Karya : Obrolan Punakawan 32
Gambar 10 Judul Karya : Enjoy Coca-Cola 33
Gambar 11 Judul Karya : Ho..hoho..i like it…. 34
Gambar 12 Judul Karya : Great Food 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
Rismiyarna Subagya. C.0602025. 2010. Gaya Hidup Membeli Sebagai Temadalam Penciptaan Karya Lukis. Tugas Akhir : Jurusan Seni Rupa MurniFakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Membeli merupakan salah satu dari kegiatan manusia. Membeli dikategorikansebagai salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhanhidup manusia. Perkembangan budaya saat ini mempengaruhi pola konsumsimasyarakat. Membeli mengalami suatu pergeseran makna dan tujuan. Kegiatanmembeli bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan barang atau jasa yangdiperlukan sebagai syarat pemenuhan hidup, melainkan sudah berangsurdipengaruhi budaya konsumerisme kapitalis. Adapun tujuan dari membeli lebihbanyak ditekankan untuk memperoleh prestis atas barang atau jasa yang di bayar.Jadi bukan fungsi praktisnya tetapi nilai “kehormatan“ atas barang atau jasa yangdibayar tersebut. Membeli menjadi gaya hidup (lifestyles), bukan lagi berbicaratentang kebutuhan tetapi berbicara tentang keinginan dalam status sosial. Padaakhirnya kegiatan membeli sudah mengarah pada transaksi brand minded.Ketidaksadaran masyarakat dalam melakukan proses membeli ini menempatkanmasyarakat menjadi korban. Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir iniadalah (1) Bagaimana yang dimaksud dengan gaya hidup membeli. (2) Nilai–nilaiapakah yang ada dalam gaya hidup membeli. (3) Bagaimana visualisasi dari temagaya hidup membeli ke dalam karya lukis. Tujuan penulisan Tugas Akhir iniadalah (1) Mengetahui secara terperinci tentang gaya hidup membeli. (2)Merumuskan nilai–nilai gaya hidup membeli, sebagai pesan dalam karya. (3)Memvisualisasikan tema gaya hidup membeli ke dalam karya seni lukis.
Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalahimplementasi teoritik dan implementasi visual. Implementasi teoritik mencakuptinjauan karya secara teoritik dan konseptual penulis. Implementasi visualmencakup bahan, teknik, proses, bentuk karya.
Kapitalisme merupakan satu dinamika budaya global yang menjadikanmasyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan proses konsumsi.Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat sebagai korban.Keadaan sadar merk membuat masyarakat menjadi pecandu prestis. Kemudianpada akhirnya masyarakat kita semakin jauh dari nilai dan esensi utama darikegiatan membeli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membeli merupakan salah satu bagian dari kebiasaan manusia. Membeli
dikategorikan sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Perjalanan proses transaksi dari barter
hingga membeli mengalami proses sejarah yang panjang. Hingga akhirnya
perjalanan budaya sampai pada pola uang sebagai alat tukar demi mendapatkan
hal yang diinginkan.
Dewasa ini, perkembangan budaya mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat. Membeli mengalami suatu pergeseran makna dan tujuan. Kegiatan
membeli bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diperlukan sebagai syarat pemenuhan hidup, melainkan sudah berangsur
dipengaruhi budaya konsumerisme kapitalis. Adapun tujuan dari membeli di era
sekarang ini lebih banyak ditekankan untuk memperoleh prestis atas barang atau
jasa yang di bayar. Jadi bukan fungsi praktisnya tetapi nilai “kehormatan“ atas
barang atau jasa yang dibayar tersebut, pada akhirnya kegiatan membeli sudah
mengarah pada transaksi brand minded.
Membeli menjadi gaya hidup (lifestyles), bukan lagi berbicara tentang
kebutuhan tetapi berbicara tentang keinginan dalam status sosial. Gaya hidup
(lifestyles) menurut David Chaney, adalah suatu cara terpola dalam penggunaan ,
pemahaman, atau penghargaan artefak–artefak budaya material untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menegoisasikan permainan kreteria status dalam konteks sosial yang tidak
diketahui namanya (David Chaney, 2009: 91). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, gaya berarti kesanggupan untuk melakukan sesuatu, kekuatan,
dorongan untuk mengerakan benda bebas. Hidup berarti masih tetap ada. Jadi
gaya hidup membeli dapat diartikan suatu kekuatan atau dorongan untuk
melakukan sesuatu (dalam hal ini membeli menukarkan uang dengan barang atau
jasa) untuk memenuhi keinginan agar tetap ada dalam status sosial.
Harga mahal tidak menjadi masalah asalkan penghargaan yang berbentuk
kepercayaan diri dapat diraih. Membeli menjadi sebuah rutinitas sosial budaya
yang bertujuan memaksimalkan manfaat prestis dari komoditas yang diluncurkan
kapitalisme.
Menurut Baudrillard, budaya konsumen secara efektif adalah budaya
postmodern, suatu budaya kedangkalan yang di dalamnya budaya itu nilai-nilai
ditransvaluasi (dievaluasikan oleh prinsip baru) (Baudrillard dalam Featherstone,
2008: 204). Dari pendapat tersebut bisa ditarik sebuah pemahaman bahwa budaya
konsumsi masyarakat sekarang ini telah mengalami sebuah pendangkalan makna
dan pergeseran fungsi. Dengan kata lain, kegiatan ekonomi sudah menjadi
semacam perpanjangan tangan kapitalisme, yang menjadikan manusia lupa pada
esensi awal dari kegiatan ekonomi, dan masuk pada sebuah paradigma masyarakat
“modern” yang telah ditafsir secara keliru dan tidak tepat. Seperti kata Baudrillard
dalam buku lainnya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
“You want us to consume, OK, let’s consume always more, and anything
whatsoever; for any useless and absurd purpose” (Baudrillard dalam Best and
Kellner, 1991: 131).
Fenomena ini menjadi semacam bahasa baru bagi laju peradaban manusia,
sebuah budaya yang begitu menyedihkan, dan cukup layak mendapat tempat
untuk diperhatikan serta mencari upaya solutif menuju kehidupan yang lebih baik.
Dari paparan di atas, maka penulis bermaksud ingin mengambil tema
fenomena gaya hidup membeli (lifestyles) sebagai sumber ide kreatif dalam proses
penciptaan karya seni lukis.
B. Batasan
Dalam pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis membatasi pembahasan
hanya terhadap budaya membeli masyarakat pada masa kini, yang telah
mengalami pergeseran pada maknanya. Membeli bukan lagi transaksi
menukarkan uang dengan barang atau jasa untuk pemenuhan kebutuhan dalam
hidup, tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup dalam status sosial. Membeli
menjadi sebuah upaya pemenuhan prestis akan diri, melalui produk–produk
tertentu yang menjadi simbol dalam status sosial sebagai dampak dari globalisasi
budaya dan kapitalisme modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Rumusan
1. Bagaimana yang dimaksud dengan gaya hidup membeli ?
2. Nilai–nilai apakah yang ada dalam gaya hidup membeli ?
3. Bagaimana visualisasi dari tema gaya hidup membeli ke dalam karya
lukis?
D. Tujuan
1. Mengetahui secara terperinci tentang gaya hidup membeli.
2. Merumuskan nilai–nilai gaya hidup membeli, sebagai pesan dalam
karya.
3. Memvisualisasikan tema gaya hidup membeli ke dalam karya seni
lukis.
E. Manfaat
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Sebagai landasan berkarya bagi penulis untuk berusaha menghasilkan
karya seni terutama seni lukis.
2. Dapat memberikan wacana kepada masyarakat, tentang fenomena
gaya hidup membeli yang dewasa ini tengan berkembang.
3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi diri penulis dan pembaca
pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Globalisasi Budaya
Budaya global (global culture) adalah sebuah konsep yang menjelaskan
tentang mendunianya berbagai aspek kebudayaan, yang di dalam ruang global
tersebut terjadi proses penyatuan, kesalingberkaitan, dan kesalingterhubungkan.
Oleh sebab itu, budaya global sering diidentikan dengan proses penyeragaman
budaya atau imperialisme budaya (Piliang, 2004: 285).
Selama dekade terakhir abad kedua puluh, tumbuh kesadaran di antara
wiraswastawan, politikus, ilmuwan sosial, pemimpin masyarakat, aktivis akar
rumput, seniman, ahli sejarah budaya dan orang-orang biasa dari berbagai bidang
bahwa sedang muncul suatu dunia baru, dunia yang dibentuk teknologi baru,
struktur sosial baru, ekonomi baru, dan kebudayaan baru. “Globalisasi” menjadi
istilah yang digunakan untuk meringkaskan segala perubahan luar biasa dan
momentum yang tampak tak tertahankan, yang dirasakan jutaan orang (Capra,
2005: 145).
Peran budaya dalam kapitalisme baru sebagai salah satu pelimpahan budaya
yang dimunculkan oleh adanya logika bentuk komoditas (Jameson dalam
Featherstone, 1979: 131), misalnya, telah menulis bahwa budaya merupakan
“unsur yang sangat penting dalam masyarakat konsumen itu sendiri; tidak ada
masyarakat yang benar-benar dipenuhi dengan tanda dan imaje seperti halnya
masyarakat konsumen ini”. Pernyataan ini baru-baru ini telah dimasukkan ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dalam beberapa tulisan Jameson mengenai budaya postmodern ketika dia
membicarakan tentang pembinasaan ”semi-otonomi lingkup budaya” yang
digantikan oleh “ekspansi budaya yang luar biasa dalam kalangan masyarakat,
sampai titik dimana segala sesuatu dalam kehidupan masyarakat dapat dikatakan
telah menjadi ‘berbudaya’ (Jameson dalam Featherstone, 1984: 87).
B. Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan manusia dalam menggunakan hasil produksi untuk
memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan semakin berkurang atau habisnya
nilai guna barang atau jasa, konsumsi dapat diartikan juga sebagai kegiatan
mengurangi atau menghabiskan nilai guna barang atau jasa dalam rangka
memenuhi kebutuhan (Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).
Barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang satutidaklah selalu sama dengan konsumen yang lainnya. Demikian pula,barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang sama dapatberbeda untuk kondisi yang berbeda. Alasannya pola konsumsi tiaporang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang membuat tingkatkebutuhan terhadap barang dan atau jasa menjadi beraneka ragam.Perbedaan itu menunjukkan adanya keberagaman kebutuhan akanbarang dan atau jasa. Keberagaman itu membuktikan adanya polakomsumsi yang berbeda untuk tiap orang pada jangka waktu tertentu.Pada dasarnya , pola konsumsi dipengaruhi oleh sejumlah faktor berikutini:
1. Usia.2. Jenis kelamin.3. Tingkat pendidikan.4. Harga barang / jasa.5. Kebudayaan masyarakat sekitar.6. Jenis pekerjaan.7. Jumlah anggota keluarga.8. Pendapatan.9. Agama.10. Lingkungan tempat tinggal.11. Gaya hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
karena itulah kebutuhan konsumen yang satu dengan konsumen lainnyaberbeda (Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).
Manusia melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhikebutuhan. Dalam melakukan kegiatan konsumsi, manusia melakukanberbagai pilihan. Pilihan untuk mengkonsumsi barang atau jasa tertentutidak muncul begitu saja. Pilihan tersebut didorong oleh alasan tertentuyang disebut motif konsumsi. Macam motif konsumsi dapat dibedakanmenurut beberapa motif sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan keuntungan.2. Ingin mendapatkan pengakuan.3. Ingin menolong orang lain.4. Ingin menaikan kedudukan.
(Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).
Meskipun perilaku konsumtif terkesan negatif (karena sering dihubungkan
dengan sifat berfoya–foya), perilaku konsumtif juga memiliki aspek positif, yaitu :
1. Termotifasi untuk meningkatkan pendapatannya agar bisa membeli barang
dan atau jasa yang lebih banyak lebih baik kualitasnya.
2. Menciptakan “pasar” bagi produsen, sehingga produsen bisa memproduksi
dengan jumlah yang lebih banyak.
3. Jika produsen meningkatkan produksinya, bisa menambah lapangan
pekerjaan.
4. Kalau lapangan pekerjaan bertambah, maka pengangguran berkurang.
5. Kalau pengangguran berkurang, maka pendapatan masyarakat meningkat.
6. Kalau pendapatan masyarakat meningkat, maka keadaan masyarakat
menjadi lebih baik.
7. Perilaku konsumtif juga mendorong produsen untuk meningkatkan
teknologi dalam berproduksi agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat
yang berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sedangkan aspek negatif perilaku konsumtif, yaitu:
1. Mengurangi kesempatan untuk melakukan tabungan.
2. Kalau tabungan rendah, maka investasi juga rendah.
3. Jika investasi rendah, maka pendapatan akan cenderung rendah.
4. Perilaku komsumtif cenderung melupakan kebutuhan yang akan datang.
5. Hidup berfoya–foya menimbulkan kecemburuan sosial.
(Suyanto & Nurhadi, 2007 : 54).
C. Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital
(modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang
digunakan dalam produksi barang lainnya. Menurut Ayn Rand (1970) dalam
artikel Husain Heriyanto, kapitalisme adalah "a social system based on the
recognition of individual rights, including property rights, in which all property is
privately owned". (Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-
hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat).
(http://usepsaefurohman.wordpress.com/2010/02/02/388/).
Dengan penciptaan World Trade Organization (WTO) pada
pertengahan1990-an, globalisasi ekonomi, yang berciri “perdagangan bebas”,
dielu-elukan oleh para pemimpin perusahaan dan politikus sebagai tatanan baru
yang akan menguntungkan segala bangsa, menghasilkan ekonomi di seluruh dunia
yang memberi kekayaan bagi semua. Akan tetapi, segera jelaslah bagi makin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
banyak aktivis lingkungan dan akar-akar rumput bahwa aturan-aturan ekonomi
baru yang dibuat WTO nyata-nyata tak dapat berkelanjutan dan menghasilkan
banyak konsekuensi fatal yang saling berhubungan , disintegrasi sosial,
kemacetan demokrasi, makin pesat dan luasnya kerusakan lingkungan,
penyebaran penyakit-penyakit baru, dan meningkatnya kemiskinan serta
keterasingan (Capra, 2003: 145).
D. Gaya Hidup Membeli Sebagai Pemenuhan Prestise
GNP perkapita yang meningkat di negara-negara Asia Tenggaradekade terakhir ini, termasuk Indonesia, telah menciptakan satu tatamasyarakat kelas menengah baru, yang dapat menentukan gayahidupnya secara bebas sesuai dengan pilihannya, tanpa perlu terikat olehnorma-norma sosial dan kultural yang ada. Mereka mengekspresikangaya hidup melalui kepemilikan obyek-obyek dan simbol-simbol sosial.Mereka membeli makna sosial di tempat-tempat seperti PlanetHollywood atau Sogo. Mereka melihat gaya hidup seperti fashion, yangdapat dicoba, dipertahankan, atau ditinggalkan Kecenderungan umumke arah pembentukan simbol sosial dan identitas kultural melalui gayapakaian, mobil, atau produk lainnya sebagai komunikasi simbolik danmakna-makna sosial mewabahi masyarakat Indonesia pada dekadeterakhir ini. Konsep gaya hidup yang dikondisikan melalui teknikkomunikasi pemasaran adalah satu bentuk dari pembentukan budayakonsumerisme di dalam masyarakat konsumer Indonesia (Piliang, 2004:306).
Dalam budaya konsumerisme, konsumsi tidak lagi diartikan semata
sebagai satu lalu lintas kebudayaan benda, akan tetapi menjadi sebuah panggung
sosial, yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, yang di dalamnya
terjadi perang posisi di antara anggota-anggota masyarakat yang terlibat. Budaya
konsumerisme yang berkembang merupakan satu medium untuk pembentukan
personalitas, gaya, citra, gaya hidup, dan secara diferensiasi status sosial yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
berbeda-beda. Barang-barang konsumer, pada akhirnya menjadi sebuah cermin
tempat para konsumer menemukan makna kehidupan (Piliang, 2004: 307).
Relasi sosial sehari-hari mereka tidak lagi berhenti sebagai relasi di antara
sesama manusia, melainkan sebagai fungsi dari pemilikan dan penggunaan benda-
benda dan gaya hidup (Piliang, 2004: 307).
E. Pop Art
Pop Art merupakan gerakan seni yang muncul pada tahun 1950-
pertengahan di Inggris dan di akhir 1950-an di Amerika Serikat. Pop Art berasal
dari kata popular art, merupakan sebuah aliran seni yang memanfaatkan simbol-
simbol dan gaya visual yang berasal dari media massa yang populer seperti koran,
majalah, iklan, televisi, komik
(http://venusofwillendorftd1.worldpresss.com/2008/03/26/pop-art).
Pop Art pada dasarnya berasal dari istilah Popular Culture, yaitu sebuah
ungkapan untuk menggambarkan sebuah budaya rendah karena lebih berkaitan
dengan masalah hiburan, komersial bahkan selera masyarakat awam
( http://venusofwillendorftd1.worldpresss.com/2008/03/26/pop-art).
Pada masa-masa kemunculan perdananya banyak kalangan yang
beranggapan bahwa karya pop adalah karya yang tidak mempunyai nilai estetik
dan hanya sebuah karya yang diciptakan untuk kesenangan belaka. Tapi di
samping itu banyak pula orang yang beranggapan bahwa karya pop adalah sebuah
karya yang tercipta dari kebebasan berekspresi dan membuktikan bahwa tidak
adanya diskriminasi dalam seni. Bahkan ada yang beranggapan bahwa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
karya pop, masyarakat di ajak untuk lebih obyektif dalam melihat sebuah karya
(pada masa itu banyak orang yang beranggapan bahwa ada dominasi seniman
abstrak ekspresionis dari Eropa dan Amerika):
(http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art.).
Jauh sebelum kehadiran Pop Art, seni adalah suatu hal yangmahal dan eksklusif yang hanya dimiliki oleh orang kaya, media, danseniman itu sendiri. Pada masa itu, mereka menterjemahkan keindahanmelalui teori-teori idealis mereka yang memiliki filosofi tersendiri. Dankemudian lahirlah abstrak ekspresionisme. Sesuai namanya, masyarakatawam tidak dapat menikmati keindahan tanpa berpikir panjang danmencerna hasil karya dari aliran ini. Butuh pemahaman yang seksamauntuk mengartikannya. Kemudian lahirlah pemikiran yang dapatmengubah keadaan tersebut, yaitu sebuah pemikiran untuk dapatmenikmati keindahan hasil karya seni dengan cara yang lebih mudah dimengerti.
Para seniman Pop Art tahu persis mana seni yang populer danmanas seni yang tidak populer, eksekusi seperti apa yang bagus, teknikmacam apa yang bisa dinikmati khalayak luas, dan lain sebagainya. PopArt bukan hanya sebuah nama aliran seni, lebih dari itu Pop Artmerupakan sebuah medium komunikasi yang menyampaikan pesankeindahan kepada masyarakat awam melalui cara-cara yang mudahdimengerti oleh mereka dan menggunakan estetika masyarakat awamtersebut. Maka dari itu, umumnya objek yang terdapat pada karyasebuah aliran Pop Art merupakan objek yang terkenal atau familiardimata masyarakat. Terkesan bahwa hasil karya Pop Art tidakberestetika, ya memang begitulah adanya, karena berfokus pada estetikamasyarakat awam yang tidak membicarakan komposisi warna, gradasi,kontras, dan lain sebagainya. Yang terpenting bagi masyarakat awamadalah kehadiran ikon terkenal dalam sebuah karya Pop Art(http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB III
GAYA HIDUP MEMBELI
SEBAGAI TEMA
DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS
A. Implementasi Teoritis
Membeli adalah satu dari sekian aktivitas konsumsi begitu rutin
dilakukan. Dari kegiatan ekonomi yang terjadi, begitu banyak idea-idea
kreativitas terlahir. Sejalan dengan proses perkembangan zaman yang dibungkus
dengan gejolak globalisasi dan ekspansi kapitalisme universal, seiring itu pula
nilai-nilai penting dalam kemanusiaan ikut tergerus dalam satu pola ritme
konsumsi kosmopolitan yang hanya mengedepankan prestis.
Pekembangan kapitalisme yang luar biasa telah menciptakan tatanan
kelas baru dalam masyarakat. Masyarakat begitu banyak diberi pilihan, mereka
bebas menentukan gaya hidup mereka melalui apa yang dikonsumsinya. Mereka
mengekspresikan gaya hidup melalui fast food sebagai obyek-obyek dan simbol-
simbol sosial. Karena seperti diketahui, kapitalisme masuk melalui tiga lini, satu
diantaranya adalah makanan (food), kemudian yang dua lainnya adalah fashion
dan fun. Pada akhirnya makna membeli bukan lagi menukarkan uang dengan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup (fungsional),
tetapi sudah menjadi sebuah gaya hidup (lifestyles) hingga tujuan membelipun
bergeser dari kebutuhan (need) menjadi hasrat (desire) bahkan menjadi keinginan
(want).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Ironisnya, masyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan
proses konsumsi. Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat
sebagai korban. Anehnya masyarakat begitu menikmati keterjajahan itu, mereka
bangga dengan produk-produk fast food yang dikonsumsinya. Bukan nilai
kenyang saja yang ingin didapat, tetapi nilai dari brand produk–produk fast food
itu yang lebih utama, sebagai eksistensi mereka dalam status sosial.
Mereka begitu sadar akan merk, apa yang masuk dalam lambung mereka
haruslah merk produk–produk fast food tertentu yang mampu mewakili citra gaya
hidup mereka. Keadaan sadar merk inilah yang membuat masyarakat menjadi
pecandu prestis.
Dampaknya masyarakat mencari identitas diri melalui merk fast food
tertentu sebagai simbol status sosial mereka. Konsumsi tidak lagi diartikan
mereka sebagai satu lalu lintas benda, akan tetapi menjadi sebuah panggung
sosial, yang di dalamnya makna-makna sosial diperebutkan, yang di dalamnya
terjadi perang posisi di antara anggota-anggota masyarakat yang terlibat. Budaya
membeli yang berkembang merupakan pembentukan personalitas, gaya, citra,
gaya hidup masyarakat. Pada akhirnya merk fast food menjadi sebuah cermin
tempat para masyarakat menemukan identitas diri dalam kehidupan.
Pada era kapitalisme sekarang ini proses membeli sudah berubah
menjadi gaya hidup, dengan masyarakat sebagai obyek yang siap diadu gengsi
dan pertarungan prestisnya, dalam tatanan status sosial. Pertarungan yang tidak
akan pernah selesai, karena produk akan selalu memperbarui diri. Dan ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
masyarakat bertarung dengan produk maka selamanya masyarakat tidak akan
pernah memenangkan pertarungan yang sesungguhnya tidak seimbang itu. Sebuah
pertarungan yang musuh sesungguhnya adalah diri sendiri.
B. Implementasi Visual
Pemilihan tema membeli sebagai dasar dalam berkarya rupa bukanlah
sesuatu tanpa alasan. Visualisasi tema membeli ke dalam karya rupa lukis
sesungguhnya merupakan tantangan tersendiri. Seperti diketahui gairah Pop Art
adalah ketika ia mampu menjelaskan sesuatu yang berbeda dengan bahasa
universal, sebuah bentuk yang mampu ditangkap oleh semua jenis masyarakat.
Dalam visualisasi tema membeli kali ini, proses penggarapannya dapat di
golongkan menjadi:
1. Bentuk
Dalam mewujudkan ide yang diambil dari tema membeli, maka
pengambilan objek-objek dan simbol yang banyak tervisualkan di media massa
elektronik maupun konvensional di masyarakat, utamanya dalam wilayah fast
food menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan.
Sasaran utama dalam konsep yang diangkat ini adalah satu bentuk visual
yang mampu difahami sebagai sindiran yang ditujukan kepada masyarakat yang
selama ini dengan tanpa sadar sudah menjadi korban kapitalisme global.
Dengan alasan tersebut di atas, maka diadopsilah logo-logo merk dagang
seperti McDonald dan KFC, demikian juga Coca-Cola yang dimana ketiga merk
tersebut sudah terbukti menjadi trend setter di semua kalangan masyarakat. Di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ambilnya simbol dan logo visual tersebut disertai harapan bahwa karya rupa kritik
sosial ini dapat dengan mudah dibaca maksud dan tujuannya oleh masyarakat
sebagai salah satu unsur dalam rotasi kesenian dan budaya.
Kemudian sebagai perwujudan resistensi budaya lokal terhadap budaya
konsumsi masa kini tersebut, maka diambilah beberapa tokoh pewayangan
diantaranya adalah Petruk. Sebagai sebuah simbol masayarakat timur.
Sebagaimana bisa dilihat dalam beberapa lukisan, dapat dilihat betapa masyarakat
kita begitu enjoy, tanpa sadar begitu menikmati ”keterjajahan”. Pesan inilah yang
sesungguhnya ingin disampaikan dalam karya rupa kali ini.
Secara global bentuk lukisan dalam karya rupa yang bertemakan gaya
hidup membeli ini adalah tokoh-tokoh yang menjadi simbol dagang beberapa
merk fast food yang kemudian dideformasi secukupnya, sesuai dengan judul dan
orientasi setiap karya.
Di sini penulis tidak membicaran komposisi warna, garis, bidang, kontras
dan lain sebagainya, ini bertujuan supaya penyampaian pesan keindahan karya
lukis kepada masyarakat mudah dimengerti. Dalam karya penulis, yang terpenting
adalah kehadiran tokoh-tokoh yang menjadi simbol dagang beberapa merk fast
food.
2. Medium
Media lukis yang digunakan dalam penggarapan karya rupa yang
bertemakan membeli kali ini adalah kanvas. Kemudian untuk medium adalah cat
genteng dengan merk Tamitex. Dengan bahan berbasis air tersebut diharapkan
penggarapan dalam bidang yang besar mampu dikerjakan secara efektif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
efisien tanpa harus mengurangi kualitas artistika dan estetika seni rupa. Zat warna
yang dipakai sebagai pencampur adalah pigmen sablon yang berbasis air yang
terdiri dari warna primer dan hitam. Untuk penguat kelekatan cat, maka dipakailah
binder, sejenis zat campuran yang difungsikan sebagai perekat dalam sablon
3. Teknik Penggarapan
Dalam penggarapan karya menggunakan teknik yang dipelajari selama
menempuh praktek studio, juga beberapa hasil improvisasi dari pengembangan
pengalaman yang didapat dari berbagai media.
Untuk mencapai kualitas maksimal dalam tema kali ini, maka teknik
penggarapan karya rupa dikerjakan dengan cara konvensional. Kuas digunakan
sebagai alat utama untuk melukis. Dalam pengerjaan karya, sketsa langsung
dieksekusi pada bidang kanvas. Jadi tidak dimulai dulu dengan sketsa pada
selembar kertas, ini bertujuan untuk efesiensi waktu dalam proses pengerjaan
karya. Pemilihan warna disesuaikan dengan warna asli ikon-ikon dagang yang
dipilih, kemudian dalam beberapa tempat di improvisasikan ulang sesuai orientasi
tiap-tiap karya.
Pola dan bentuk gambar dibuat nyaris seperti bentuk asli kemudian
dibeberapa bagian sengaja dideformasi sesuai dengan maksud dan tujuan setiap
lukisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
C. Deskripsi Karya
Gambar 1
Judul : Nice Food
Tahun : 2010
Media : Acrilic on canvas
Ukuran : 175 cm x 110 cm
Fotografer : Rubayak Thalib
Di dalam karya ini, seekor babi (hewan yang mengkonsumsi
makanan apa saja) dengan kepala petruk, yang tengah berada di tengah
kelebatan hutan, tetap mengutamakan style dengan mengkonsumsi produk
McDonald, di atasnya ia ditunggangi Mr. Ronald dengan membawa
bendera Amerika sedang mengendalikan si babi sebagai simbol
keterjajahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 2
Judul : Best Food, I like it...
Tahun : 2010
Media : Acrilic on canvas
Ukuran : 175 cm x 110 cm
Fotografer : Rubayak Thalib
Di dalam karya ini, Petruk sedang berdialog dengan Gareng.
Mereka saling membanggakan dengan apa yang dikonsumsinya, Gareng
dengan produk KFC-nya, sedangkan Petruk dengan produk McDonald-
nya. Produk–produk itu seperti hantu yang selalu muncul di kepala
mereka. Di bawah mereka dua kepala babi berdialog mengolok–olok
mereka, bahwa itu hanya makanan sampah (makanan yang tidak sehat),
bukan makanan yang untuk dibanggakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 3
Judul : Stylish Junk Food
Tahun : 2010
Media : Acrilic on canvas
Ukuran : 140 cm x 240 cm
Fotografer : Rubayak Thalib
Di dalam karya ini, ikon produk fast food telah menjelma menjadi
sesosok Hitler (pimpinan partai Nazi yang kejam), yang memperbudak
Gareng dan Petruk sebagai pengikutnya. Mereka tampak menikmati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
keterbudakan itu, sambil mengkonsumsi produk dari fast food tersebut,
yang terprnting bagi mereka adalah Stylish Junk Food.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 4
Judul : Treadmil
Tahun : 2010
Media : Acrilic on canvas
Ukuran : 140 cm x 210 cm
Fotografer : Rubayak Thalib
Di dalam karya ini, petruk berubah menjadi ikon produk fast food
McDonald yang terlihat gemuk, mencoba berolahraga mengurangi berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
badannya agar dapat mengkonsumsi kembali produk fast food tersebut,
karena kecintaannya akan merk produk McDonald.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 5
Judul : Beng!!. I get you.
Tahun : 2010
Media : Acrilic on canvas
Ukuran : 240 cm x 140 cm
Fotografer : Rubayak Thalib
Di dalam karya ini, petruk bermain boneka tangan, dengan sisi
kanan ikon produk dari KFC dan sisi kiri ikon produk McDonald.
Seharusnya petruk menjadi dalang, yang mengendalikan boneka–boneka
tersebut. Tetapi disini tampak menjadi ironis, karena boneka–boneka itulah
yang mendapatkan petruk dengan pistol untuk dapat dikendalikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 6
Judul : Skak Mat
Tahun : 2010
Media : Acrilic on canvas
Ukuran : 240 cm x 140 cm
Fotografer : Rubayak Thalib
Di dalam karya ini, petruk bermain catur dengan ikon merk dagang
fast food McDonald. Pertarungan ini tidak pernah dimenangkan oleh
petruk, karena pertarungan dengan produk hanya akan menempatkan
petruk menjadi seorang korban. Namun ironisnya, dalam keterjajahan
produk-produk itu, petruk selalu enjoy menikmatinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 7
Judul : I Love You
Tahun : 2010
Media : Acrilic on canvas
Ukuran : 200 cm x 120 cm
Fotografer : Rubayak Thalib
Di dalam karya ini, petruk jatuh cinta terhadap merk dagang fast
food KFC, baginya merk ini nampak bagaikan artis Hollywood, Marlyn
Moonro yang harus dicintai dengan lebih. Nampak pula merk dagang fast
food McDonald yang berubah menjadi cupid, dewa cinta dalam mitologi
Yunani yang menancapkan panah cinta pada mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 8
Judul : Melihat TV
Tahun : 2010
Media : Acrilic on canvas
Ukuran : 200 cm x 120 cm
Fotografer : Rubayak Thalib
Di dalam karya ini, petruk sedang menyaksikan televisi yang
sedang menginformasikan bahwa merk dagang fast food KFC adalah
produk makanan hebat untuk gaya. Petruk mengamini apa yang
diinformasikan televisi itu, kerena Petruk adalah pengkonsumsi merk fast
food KFC. Disana juga terdapat dua ekor babi yang juga sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mengkonsumsi produk KFC, bagi babi-babi ini produk fast food itu hanya
makanan sampah (makanan yang tidak sehat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Membeli pada pengertian awalnya adalah sebagai komplementer dan
substitusi. Kemudian pada era kapitalisme sekarang ini membeli mengalami
pergeseran makna, membeli bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan pokok
untuk hidup (fungsional), tetapi sudah menjadi gaya hidup (lifestyle), tujuannya
pun ikut bergeser dari kebutuhan (need), menjadi hasrat (desire) bahkan menjadi
keinginan (want). Gaya hidup (lifestyle), tidak lain adalah satu bentuk
pembentukan dari budaya konsumerisme yang di dalamnya makna-makna sosial
diperebutkan, gaya hidup (lifestyle) mengekspresikan dirinya melalui kepemilikan
obyek-obyek dan simbol-simbol sosial. Barang-barang konsumer, pada akhirnya
menjadi sebuah cermin tempat para konsumer menemukan makna identitas
dirinya.
Kapitalisme merupakan satu dinamika budaya global yang menjadikan
masyarakat terlena dalam ketidaksadaran ketika melakukan proses konsumsi.
Ketidaksadaran dalam konsumsi menempatkan masyarakat sebagai korban.
Keadaan sadar merk membuat masyarakat menjadi pecandu prestis. Pada akhirnya
masyarakat kita semakin jauh dari nilai dan esensi utama dari kegiatan membeli.
Membeli menjadi sebuah gaya hidup (lifestyle), yang di sana terdapat ajang adu
gengsi dan pertarungan prestis yang tidak akan pernah selesai. Karena produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
akan selalu memperbarui diri. Dan ketika masyarakat bertarung dengan produk
maka selamanya masyarakat tidak akan pernah memenangkan pertarungan yang
sesungguhnya tidak seimbang itu. Sebuah pertarungan yang musuh sesungguhnya
adalah diri sendiri. Kapitalisme bukanlah sebuah monster yang harus dihindari
tatkala masyarakat mampu memahami dengan citarasa ketimuran yang
sesungguhnya kaya akan nilai dan kultur kebijaksanaan.
Dengan menonjolkan tokoh-tokoh dagang beberapa merk fast food dalam
setiap karya, tanpa mementingkan komposisi warna, garis, bidang dan sebagainya,
dengan tujuan supaya penyampaian pesan keindahan karya lukis kepada
masyarakat mudah di mengerti, karya seni lukis yang diangkat dengan tema gaya
hidup membeli diharapkan bisa mewakili penggambaran tema tersebut untuk
menjadi sesuatu yang berguna di masa mendatang.
B. Saran
Berpijak dari telaah mengenai budaya beli masyarkat sekarang, maka
kiranya perlu diadakan penyadaran ulang. Merevisi kebijakan sosiologis agar
kemungkinan menuju bentuk peradaban yang lebih baik segera terwujud tanpa
harus mengurangi nilai dan esensi sebuah modernitas.
Pada titik terakhirnya, terciptalah masyarakat yang sadar akan diri sendiri.
Kemudian tercapailah sinergi postif antara kemajuan zaman dan kearifan lokal
sebagai unsur penyangga ketika budaya ketimuran mulai hilang oleh deru
kapitalisme global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
DAFTAR PUSTAKA
Capra, Fritjof. 2005. The Hidden Conncetion: Strategi Sistemik Dalam MelawanKapitalisme Baru (terj. Andya Primanda). Yogyakarta: Jalasutra.
Chaney, David. 2009. Lifestyles (Sebuah Pengantar Komprenhensif).Yogyakarta: Jalasutra.
Featherstone, Mike. 2008. Postmodernisme dan Budaya Konsumen. (terj. MizbahZulfa Elisabeth). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Yogyakarta: Jalasutra.
Best, Steven and Kellner, Douglas. 1991. Postmodern Theory CriticalIntrergration. New York: Giulford Press.
Suyanto dan Nurhadi. 2007. IPS Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
http://venusofwillendorftd1.wordpresss.com/2008/03/26/pop-art.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pop_Art.
http://usepsaefurohman.wordpress.com/2010/02/02/388/.