Upload
dotuyen
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN
PONOROGO SEBELUM DAN SELAMA OTONOMI DAERAH DALAM
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
SKRIPSI
Oleh :
ASTUTI WIDYAWATI
K7407051
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN
PONOROGO SEBELUM DAN SELAMA OTONOMI DAERAH DALAM
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Oleh :
ASTUTI WIDYAWATI
K7407051
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
BKK Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2012
Pembimbing I
Dra. Kristiani, M. Si. NIP. 19620428 198903 2 002
Pembimbing II
Salman Alfarisy Totalia, S.Pd, M. Si NIP. 19830608 200604 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi Persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : ……………..
Tanggal : ……………...
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang : Tanda Tangan
Ketua : Dra. Sri Wahyuni, M.M NIM. 19540817 198203 2 001 1....................
Sekertaris : Leny Noviani, S.Pd, M.Si NIM. 19790311 200501 2 001 2......................
Anggota I : Dra. Kristiani, M. Si. NIP. 19620428 198903 2 002 3................... Anggota II : Salman Alfarisy Totalia, S.Pd, M.Si
NIP. 19830608 200604 1 002 4......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Astuti Widyawati. ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN PONOROGO SEBELUM DAN SELAMA OTONOMI DAERAH DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Januari 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui dan menganalisis pengaruh kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo sebelum otonomi daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik secara parsial maupun secara bersama-sama, (2) Mengetahui dan menganalisis pengaruh kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo selama otonomi daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik secara parsial maupun secara bersama-sama, (3) Mengetahui perbedaan kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo sebelum dan selama otonomi daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi sebagai subyek dalam penelitian ini adalah realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan data PDRB pemerintah Kabupaten Ponorogo sebelum dan selama otonomi daerah. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive. Penelitian membutuhkan data realisasi APBD dan PDRB selama otonomi daerah yaitu enam tahun dan sebelum otonomi daerah yaitu enam tahun.
Dalam penelitian ini sampelnya adalah data realisasi APBD dan PDRB selama otonomi daerah yaitu enam tahun dan data sebelum otonomi daerah juga sama yaitu enam tahun. Data yang digunakan merupakan data sekunder. Adapun teknis analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda, dan uji Chow Test.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) berdasarkan uji F untuk masa sebelum otonomi daerah diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,030. Karena nilai probabilitas (0,030) lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel keuangan daerah yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Subsidi Daerah Otonom (SDO), dan Dana Pembangunan Daerah (DPD) simultan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB); berdasarkan hasil uji F untuk masa selama otonomi daerah diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel keuangan daerah yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) simultan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB), (2) Masa selama otonomi daerah dilakukan analisis dengan menggunakan principal component diperoleh nilai t dengan nilai probabilitas 0,030. Hal ini berarti nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel predictor terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). Sedangkan untuk masa selama otonomi daerah dilakukan analisis dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
menggunakan principal component diperoleh nilai t dengan nilai probabilitas 0,000. Hal ini berarti nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel predictor terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y), (3) Berdasarkan uji Chow Test, nilai F sebesar 541,71 dengan nilai F Tabel pada df1=2 dan df2 = 44-4 = 40 sebesar 3,23. Sehingga nilai Chow test (541,71) > F tabel (3,23). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari pengaruh 4 variabel independen (PAD, DBH, DAU, dan DAK) terhadap variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi) di masa sebelum otonomi daerah dengan masa selama otonomi daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACK
Astuti Widyawati. ANALYSIS OF REGIONAL FINANCE ABILITY AT REGIONAL DISTRICT IN PONOROGO BEFORE AND DURING REGIONAL AUTONOMY FOR ECONOMIC GROWTH. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, January 2012.
The aim of research (1) to know and anlysis influenec regional finance ability in Ponorogo before regional autonomy for increase economics by partial or totality, (2) to know and analysis influence regional finance ability in Ponorogo during regional autonomy for increase economics by partial or totality, (3) to know difference regional finance ability in Ponorogo before and during regional autonomy for increase economics development.
The methode which used in this research is descriptive quantative methode. Population in this research is realization general Regional Revenue And Expenditure Budget and Gross Domestic Regional Product data of Ponorogo before and during regional autonomy. The sampling which used in this research is purposive sampling. The research wanted for Regional Revenue and Expenditure Budget and Gross Domestic Regional Product realization data before and during regional autonomy for six years. The sample of this research is Regional Revenue and Expenditure Budget and Domestic Regional Product realization data before and during regional autonomy for six years. Data which used is data’a secondary’s data. Technique of analyzing data which used is analyzing technics of double linier regression and Chow test.
The conclusion of reasearch are (1) based on test F before regional autonomy is obtained probabilty 0,030. Probability is small than 0,05 so Ho is get the mitten and can be concluded that it’s have significant’s influence between variable of regional finance which consist of Regional Original Income, Natural Resources Revenue Sharing Autonomiy Regional Subsidy, and Regional Development Fund which stimultance with economics growth; based on test F during regional autonomy obtained probabilty 0,000. Because of teh probability is small than 0,05 so Ho is get the mitten and can be concluded that it’s have significant’s influence between variable of regional finance which consist of Regional Original Income, Natural Resources Revenue Sharing, General Allocation Funds and Special Allocation Funds which stimultance with economics growth; (2) The result of test t before regional autonomy is done analyze by principal component is obtained value of t with probability 0,030. It’s mean that probabilty is less than 0,05 so Ho is get mitten and can be concluded that it’s have significant’s influence by partial between predictor variable of econonics growth. Whereas it’s during regional autonomy is done analyze by principal component is obtained value of t with probability 0,000. It’s mean that probabilty is less than 0,05 so Ho is get mitten and can be concluded that it’s have significant’s influence by partial between predictor variable of econonics growth (Y), (3) Based on Chow Test value of F is 541,71 with value of F. Table in df1=2 and df2 = 44-4 = 40 is 3,23. So, value Chow test (541,71) > table’s F (3,23). It is mean that have significant differences of influence from four independent variable (Regional Original Income, Natural Resources Revenue Sharing, General
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Allocation Funds and Special Allocation Funds) toward dependent variable (economics growth) before and during regional autonomy.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah
selesai (dari satu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, Dan
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Qs. Al Insyirah : 6-8)
“Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang telah membuat
kita sulit, karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah
menyerah untuk mencoba. Maka jangan katakana pada Allah aku punya masalah,
tetapi katakana pada masalah aku punya Allah”.
(Ali bin Abi Thalib)
“Tidak ada akhir yang tak bahagia, jika dilalui dengan benar, iklas, dan semata-mata
mencari ridha Allah dan Allah tidak menjanjikan perjalanan yang mudah, tetapi Allah
menyediakan dermaga yang indah dan sejuk untuk orang –orang yang sabar”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
� Rabb-ku atas semua kemudahan dan karunia-Mu, semoga semua ini bernilai
ibadah di hadapan-Mu
� Ibu dan Bapak tercinta yang selalu mendukung dan mendoakanku, pemberi
inspirasi serta motivasi terbaik ku, Adik ku Tersayang, Ratih Widya H. yang
selalu menjadi teman terbaikku,
� Temen-temen Puskomda Solo Raya 2010 dan 2011: Akh Topan, Ukhty Eka,
Ukhty Santini, Ukty Asri, Ukhty Septi, Ukhtiy Dwi, Ukhty Hindras, dik Sinta,
dik ifa, dan temen – temen yang lain yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu
yang telah memberiku dan mengajariku arti persaudaraan dan perjuangan
dakwah ini. Jazakillah khoiron katsir & Thanks atas semuanya.
� Teman-teman HIMANNOMI kabinet Joeang’09: P’ Suko, P’Heri, Maria, Amin,
Puji, Ika, Umi, Yunita, Mahmudah, dan adik-adikku yang telah memberikan
pengalaman serta kebersamaan untuk ku,
� Temen-temen Lingkar Kecilku, yang senantiasa memberiku motivasi, ukhuwah,
dan pengingatan,
� Kawan-kawan tersayang: Wahyu, Endah, Lala, Sungging, Chory, Andri, Fella,
Yuni’, Rinta, Nurini, Melda, Dian, Adi, Miswan, trimakasih telah membantu,
memberiku semangat, dan menemaniku hingga kelulusan ini,
� Temen-temen TPA Nurul Amal: Mb Cici, Akh Faqih, akh Cahyo, akh Heru, akh
Santo, akh Agung, akh Adik, ukhty Yanti, ukhty Dyah, dik Anis, dik Ima, dik
Siti, dik Novia, dik Isna, dik Ulfa, dik Asri dan adik-adik TPA, yang selalu
memberiku kebahagiaan, kasih saying, dan membuatku belajar memaknai hidup,
� Teman-teman kost “Aulia” yang telah menjadi teman sekaligus keluarga di
perantauan ini,
� Teman Seperjuangan PTN 2007,
� dan Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
pencipta semesta alam beserta seluruh isinya atas segala limpahan rahmat, berkah
serta hidayah-Nya, sehingga skripsi yang telah disusun dengan penuh kesabaran
dan keteguhan hati ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi banyak
mendapatkan bantuan, dorongan, motivasi serta doa dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu atas segala bentuk bantuan
tersebut, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan ijin untuk penyusunan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah menyetujui penyusunan skripsi ini.
4. Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Program Studi
Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta telah
memberikan ijin untuk penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Kriatiani, M.Si, selaku Pembimbing I, yang dengan sabar memberikan
pengarahan serta bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Salman Alfarisy Totalia, S.Pd, M.Si, selaku Pembimbing II yang dengan sabar
telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Segenap dosen dan karyawan di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta khususnya program
Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga yang telah mendidik dan
memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
8. Bapak dan ibu di Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu
dalam penyelesaian penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan PTN 2007, sahabat-sahabatku atas motivasi dan
dorongannya.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan pengarahan yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak
tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna mencapai
penulisan yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna
bagi semua pihak. Amin.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ x
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. .xix
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Pembatasan Masalah.......................................................................... 6
1. Ruang Lingkup Peneltian 6
2. Obyek Penelitian 7
3. Subyek Penelitian 7
D. Rumusan Masalah 7
E. Tujuan Penelitian 8
F. Manfaat Penelitian 8
1. Manfaat Teoritis 8
2. Manfaat Praktis 8
BAB II. LANDASAN TEORI 10
A. Tinjauan Pustaka 10
1. Otonomi Daerah 10
a. Pengertian Otonomi Daerah 10
b. Landasan Hukum Otonomi Daerah 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
c. Prinsip Dasar Pemberian Otonomi Daerah 14
2. Keuangan Daerah 16
a. Pengertian Keuangan Daerah 16
b. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah 18
c. Pendapatan Daerah 19
d. Sumber Pendapatan Daerah Sebelum Otonomi Daerah 25
e. Perubahan Kebijakan Transfer Pemerintah Pusat ke Daerah 26
f. Pelimpahan Aset 27
3. Pertumbuhan Ekonomi 29
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi 27
b. Perhitungan PDRB 30
c. Cara Penyajian PDRB 31
B. Penelitian Yang Relevan 32
C. Kerangka Berfikir 33
D. Hipotesis 36
BAB III. METODE PENELITIAN 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian 38
1. Tempat Penelitian 38
2. Waktu Penelitian 38
B. Populasi dan Sampel 38
1. Populasi 38
2. Sampel 38
C. Teknik Pengumpulan Data 39
1. Jenis dan Sumber Data 39
2.Metode Pengumpulan Data 40
D. Rancangan Penelitian 40
E. Teknik Analisis Data 41
1. Uji Prasarat Analisis 41
a. Normalitas 41
b. Multikolinearitas 42
c. Heteroskedestisitas 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
d. Autokorelasi 44
2. Uji Hipotesis 44
a. Analisis Regresi Berganda 44
b. Uji Chow Test 47
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... .....49
A. Deskripsi Data Variabel Penelitian 49
B. Pengujian Persyaratan Analisis 51
1. Uji Multikolinearitas 51
2. Uji Autokorelasi 52
3. Uji Heteroskedastisitas 53
4. Uji Normalitas 55
C. Pengujian Hipotesis 56
1. Analisis Regresi Ganda 56
2. Uji F 61
3. Uji t 63
4. Uji Chow Test 66
5. Kesimpulan Pengujian Hipotesia 67
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 68
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... .... 74
A. Simpulan 74
B. Implikasi 74
C. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Reformasi Hukum di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah ....... 17
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 34
Gambar 3. Grafik Scatterplot (diagram pencar) masa sebelum otonomi
daerah ............................................................................................ ... 53
Gambar 4. Grafik Scatterplot (diagram pencar) masa selama otonomi
daerah ............................................................................................ ... 54
Gambar 5. Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
masa sebelum otonomi daerah ....................................................... 55
Gambar 6. Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
masa selama otonomi daerah ......................................................... 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Persentase Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia
Menurut Jenis Penerimaan Tahun 1995/1996-2000 ………………… 2
Tabel 2. Persentase Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia
Menurut Jenis Penerimaan Tahun 2001-2005 ………………………. 3
Tabel 3. Penerimaan Daerah Kabupaten Ponorogo Menurut Jenis
Penerimaan Tahun 2003-2006 ………………………………………. 4
Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ponorogo
Tahun 2000-2006 (Juta Rupiah) …………………………………….. 5
Tabel 5. Perjalanan Desentralisasi di Indonesia ……………………………… 13
Tabel 6. Deskripsi Data Variabel PAD, DBH, SDO, DPD, dan PDRB
Sebelum Otonomi daerah yaitu Tahun 1995-2000 ………………..… 49
Tabel 7. Deskripsi Data Variabel PAD, DBH, DAU, DAK, dan PDRB
Tahun 2001-2006 …………………………………………………. 50
Tabel 8. Hasil Uji Multikolinieritas …………………………………………... 51
Tabel 9. Hasil Uji Multikolinieritas (Log natural)……………………………. 52
Tabel 10. Hasil Uji Autokorelasi....................................................................... 52
Tabel 11. Component Score Coefficient Matrix masa sebelum
otonomi daerah ........................................................................ 57
Tabel 12. Koefisien Regresi masa sebelum otonomi daerah
dengan metode Principal Component Analysis ……………………….57
Tabel 13. Component Score Coefficient Matrix ............................................ 59
Tabel 14. Koefisien Regresi masa selama otonomi daerah dengan
metode Principal Component Analysis............................................... 59
Tabel 15. ANOVA masa sebelum otonomi daerah ……………………………. 62
Tabel 16. Model summary masa sebelum otonomi daerah ……………………. 62
Tabel 17. ANOVA masa selama otonomi daerah. …………………………….. 63
Tabel 18. Model summary masa selama otonomi daerah ……………………… 63
Tabel 19. Coefficients masa sebelum otonomi daerah …………………………. 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Tabel 20. Coefficients masa sebelum otonomi daerah setelah terbentuk variabel predictor ………………………………………………… 64
Tabel 21. Coefficients masa selama otonomi daerah …………………………. 65
Tabel 22. Coefficients masa selama otonomi daerah setelah terbentuk variabel predictor …………………………………………………. 65
Tabel 23. Uji Chow Test ………………………………………………………. 66
Tabel 21. Perbandingan Koefisien masa sebelum otonomi daerah dengan
selama otonomi daerah............................................................. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Definisi Operasional ................................................................... 82
Lampiran 2. Data Kuartal Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Ponorogo Tahun 1995-2000 .................................... 85
Lampiran 3. Data Kuartal Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2001-2006 ..................................... 86
Lampiran 4. Data Kuartal Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Ponorogo Tahun 1995-2000 dalam Bentuk
Log Natural ................................................................................. 87
Lampiran 5. Data Kuartal Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2001-2006 dalam Bentuk
Log Natural ................................................................................. 88
Lampiran 6. Output Dari Hasil Olah Data Sebelum Otonomi Daerah
Melalui SPSS 17.0 ...................................................................... 89
Lampiran 7. Output Analisis Analisis Principal Component
Sebelum otonomi daerah......................... ......................... ......... 101
Lampiran 8. Output Dari Hasil Olah Data Selama Otonomi Daerah
Melalui SPSS 17.0 ...................................................................... 110
Lampiran 9. Output Analisis Analisis Principal Component ........................ . 118
Lampiran 10. Surat Keputusan Dekan FKIP…………………………………. 125
Lampiran 11. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi ............................... 126
Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Reserch …………………………………127
Lampiran 13. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ........................ 129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang melanda Indonesia di tahun
1997-1998 membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat di
Indonesia yang berpengaruh ke seluruh aspek kehidupan, baik politik, sosial,
hukum, maupun ekonomi. Salah satu implikasi keberhasilan gerakan demokrasi
Indonesia pada tahun 1998 adalah kuatnya tekanan kepada pemerintah pusat untuk
menyelenggarakan otonomi daerah dan desentralisasi kekuasaan yang demokratis.
Hal inilah yang kemudian mendorong pemerintah pusat untuk melepaskan
sebagian wewenang kepada daerah yang dikenal dengan otonomi daerah.
Pemerintah daerah diberi hak untuk mengatur dan mengelola kepentingan sendiri
dengan cara mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada di daerah
sehingga pemerintah daerah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
membiayai kebutuhan daerah tanpa tergantung pada pemerintah pusat. Adanya
otonomi ini diharap pembangunan ekonomi daerah bisa berjalan lancar sehingga
mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah.
Pembangunan ekonomi tidak akan berjalan lancar tanpa adanya dukungan
dari segi keuangan. Sumber-sumber keuangan yang memadai dapat mendorong
terlaksanakannya berbagai pembangunan di daerah. Pembangunan ekonomi
daerah merupakan suatu proses di mana pemerintah dan masyarakat mengelola
sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru
dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Dari
pembangunan yang baik maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat secara
signifikan. “Pada pemerintah daerah, ukuran pertumbuhan ekonomi adalah
PDRB” (http://banyuasinkab.go.id). Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi
yang ditunjukkan dengan tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah
tersebut mengalami kemajuan dalam perekonomian.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Bergulirnya otonomi daerah, tentunya juga membawa konsekuensi
terhadap pembiayaan daerah. Pengelolaan keuangan yang baik dengan
pengoptimalan potensi yang ada di daerah secara maksimal menjadi salah satu
penopang keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Menurut Tjokroamidjojo
dalam Paidi Hidayat dan Sirojuzilam (2006: 1) bahwa “pemerintah daerah akan
dapat menjalankan fungsinya dalam rangka otonomi secara baik, bila diterima
sumber-sumber keuangan yang cukup untuk melaksanakan fungsi tersebut”. Oleh
karena itu, kinerja keuangan dituntut agar lebih baik dibanding era sebelum
otonomi daerah. Ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama daerah diberi
kewenangan mengurus pembiayaan daerah dengan kekuatan utama pada
kemampuan pendapatan asli darah (PAD) atau pengoptimalan pada PAD. Kedua
yaitu dari sisi manajemen pengeluaran daerah, bahwa pengelolaan keuangan
daerah harus lebih akuntabel dan transparan, tentunya menuntut daerah agar lebih
efektif dan efisien dalam pengeluaran daerah.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 157 disebutkan bahwa sumber-
sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD), dana
perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kenyataannya, hingga
saat ini pendapatan daerah yang digunakan dalam pelaksanaan otonomi daerah ini
masih banyak didominasi oleh dana perimbangan dari pusat. Adanya transfer
pusat yang terlalu besar menjadikan daerah tersebut tidak mandiri dan akan
sampai pada kesimpulan bahwa otonomi daerah tidak efektif untuk dilaksanakan.
Tabel 1. Persentase Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Menurut Jenis Penerimaan Tahun 1995/1996-2000
Penerimaan 1995/ 1996
1996/ 1997
1997/ 1998
1998/ 1999
1999/ 2000
2000 Rata-rata
PAD 13,67 13,87 13,25 11,42 9,85 9,02 11,85 Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak
15,26 16,3 15,91 13,12 12,03 11,87 14,08
Sumbangan dan Bantuan
66,76 65,59 67,7 71,88 72,65 72,52 69,52
Sumber: Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat II dalam Rawyanil dan Agung (2009: 14), data diolah.
Pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari tahun 1995/1996 hingga
2000, perkembangan distribusi PAD seluruh kabupaten/kota di Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
cenderung mengalami penurunan. Sebaliknya, komposisi sumbangan dan bantuan
dari pemerintah pusat cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat semakin besar.
Tabel 2. Persentase Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Menurut Jenis Penerimaan Tahun 2001-2005
Penerimaan 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata
PAD 6,59 7,33 6,94 7,23 7,30 7,078 Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak
17,56 16,78 16,39 17,13 15,91 16,75
DAU dan DAK 69,47 62,36 59,20 58,33 60,33 61,94 Sumber: Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat II dalam Rawyanil dan
Agung (2009: 14), data diolah.
Sedangkan setelah diberlakukan otonomi daerah, dari tabel terlihat bahwa
proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di Indonesia lebih kecil
dibandingkan sebelum otonomi daerah. Akan tetapi, proporsi bantuan pemerintah
Pusat (DAU dan DAK) juga lebih kecil dibanding sebelum otonomi. Namun,
persentase penerimaan PAD terhadap total penerimaan daerah masih lebih kecil
dana perimbangan pusat. Dari tabel terlihat bahwa PAD hanya sekitar 7,078% dari
total penerimaan daerah.
Pada tanggal 30 Januari 2011, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen)
Kemendagri Reydonnyzar Moenek mengatakan dan mengakui bahwa hingga saat
ini pengelolaan keuangan daerah masih buruk dan masih banyak penyimpangan.
Hanya segelintir daerah yang laporan keuangannya wajar tanpa pengecualian
(http://www.padang-today.com ). Hal ini sejalan kondisi rill di masyarakat bahwa
banyak oknum pemerintahan yang menyalahgunakan keuangan daerah. Seperti
halnya yang terjadi di Madiun yaitu adanya mark up atau penggelembungan
pengadaan barang/jasa di proyek SPBU milik pemkot di Jalan Mayjen Sungkono
tahun 2006-2007 seperti yang di muat dalam Jawa Pos-Radar Madiun pada 16
Maret 2011 (http://www.radarmadiun.co.id). Hal serupa juga terjadi di Lampung.
Harian Tempo pada tanggal 17 Maret 2011 mengangkat berita tentang Perkara
korupsi dana APBD Lampung Timur yang melibatkan Bupati Lampung Timur
dengan kerugian negara sebesar Rp108 miliar (http://www.tempointeraktif.com),
dan masih banyak kasus-kasus serupa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah
Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur
yang telah melaksanakan otonomi daerah. Sama halnya dengan daerah-daerah di
Indonesia lainnya, Kabupaten Ponorogo juga merupakan daerah yang pendapatan
keuangan daerahnya sebagian besar masih menggantungkan pada dana
perimbangan pusat.
Tabel 3. Penerimaan Daerah Kabupaten Ponorogo Menurut Jenis Penerimaan Tahun 2003-2006
Penerima-an
Tahun (juta rupiah) 2003 r % 2004 r % 2005 r % 2006
PAD 23.873,5 2,96 24.579,7 13,73 27.953,3 27,49 35.639,1 BHPBP 20.617,8 17,80 24.287,1 12,61 27.350,5 33,70 36.568,5 DAU 271.650,0 2,55 278.567,0 3,73 288.950,0 53,19 442.634,0 DAK 5.500,0 39,09 7.650,0 3,73 0 247,9 26.620,0
Sumber: BPS. Ponorogo Dalam Angka Tahun 2003-2006, diolah.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa persentase peningkatan PAD dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Begitu juga dengan dana perimbangan
dari pusat (BHPBP, DAU, dan, DAK) yang mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2006, Peningkatan PAD ini masih jauh lebih kecil dibandingkan
dengan persentase peningkatan DAU, DAK maupun BHPBP. Secara persentase,
penerimaan PAD terhadap total penerimaan daerah masih lebih kecil
dibandingkan persentase dana perimbangan dari pusat terhadap total penerimaan.
Kecilnya persentase PAD terhadap total penerimaan daerah, salah satunya
disebabkan oleh banyaknya potensi daerah yang belum tergarap. Tempat-tempat
wisata merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli yang memiliki potensi
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun hingga saat ini
banyak daerah yang belum begitu respek dalam pembangunan tempat wisata.
Padahal jika pemerintah daerah benar-benar memiliki perhatian lebih pada potensi
pariwisata yang ada, APBD pasti terjadi peningkatan yang signifikan dan
kesejahteraan masyarakat akan mengalami peningkatan pula. Perkembangan
kepariwisataan di daerah Ponorogo dari tahun ke tahun terasa monoton dan
pembangunan infrastruktur pariwisata yang di lakukan oleh pemerintah kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
optimal. Selain itu, harian Radar Madiun (http://www.radarmadiun.co.id) dalam
beritanya juga mengungkapkan bahwa pembangunan terminal Seloaji di
Kabupaten Ponorogo sebagai bentuk investasi ternyata tidak memberikan hasil
positif terhadap pendapatan daerah. Pendapatan retribusi peron jauh dari target
yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kurang adanya perhatian dan
pengelolaan yang serius dari pemerintah daerah terhadap sumber-sumber
pendapatan yang potensial.
Selama tahun 2000 hingga tahun 2008, PDRB Kabupaten Ponorogo
mengalami peningkatan yang cukup besar. Sektor pertanian menjadi sumber
pendapatan terbesar dari tahun ke tahun. Meskipun PDRB Kabupaten Ponorogo
cenderung naik tetapi sektor yang paling dominan adalah pertanian, untuk sektor-
sektor lain seperti industri, atapun Perdagangan, Hotel dan Restoran lebih rendah
hal ini disebabkan karena pembangunan infrastuktur di Kabupaten Ponorogo
belum dilakukan secara maksimal. Adanya infrastruktur yang memadai dapat
menjadi salah satu penopang kelancaran kegiatan perekonomian di daerah dan
secara otomatis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.
Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ponorogo Tahun 2000-2006 (Juta Rupiah)
No. Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
r (%)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
r (%)
1. 2000 2.128.032,94 - 2.128.032,94 - 2. 2001 2.395.502,38 12,57 2.193.864,62 3,09 3. 2002 2.646.229,81 10,47 2.271.917,60 3,56 4. 2003 2.873.879,29 8,60 2.364.406,72 4,07 5. 2004 3.195.497,69 11,19 2.466.589,74 4,32 6. 2005 3.789.242,10 18,58 2.567.909,41 4,11 7. 2006 4.396.397,29 16,02 2.694.520,72 4.93
Sumber: BPS dan BAPPEDA Ponorogo. PDRB Kabupaten Ponorogo 2005 dan 2009 (Tahun Dasar 2000)
Pada Tabel 4 terlihat bahwa kenaikan PDRB baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 selama periode tersebut selalu
mengalami kenaikan. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Ponorogo selalu mengalami kenaikan. Kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada
tahun 2006 yaitu sebesar 4,93%. Pada tahun 2005 PDRB Kabupaten Ponorogo atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dasar harga konstan sebesar 2.567.909,41 (dalam juta rupiah) naik menjadi
2.694.520,72 (dalam juta rupiah) pada tahun 2006.
Pertumbuhan ekonomi yang senantiasa mengalami kenaikan ini
menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam skripsi
yang berjudul “Analisis Kemampuan Keuangan Daerah di Kabupaten
Ponorogo Sebelum dan Selama Otonomi Daerah dalam Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi.“
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas akan muncul
berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Banyak daerah di Indonesia yang masih menggantungkan pembiayaan
daerahnya dari perimbangan keuangan pemerintah pusat, penerimaan dari
sisi Pendapatan Asli Daerah kurang bisa dioptimalkan.
2. Pengelolaan keuangan daerah masih buruk dan masih banyak penyimpangan.
3. Banyak oknum pemerintahan yang menyalahgunakan keuangan daerah yang
terlihat dari korupsi atau penggelembungan pengadaan barang.
4. Pengelolaan Retribusi (tempat wisata, terminal) di Kabupaten Ponorogo yang
kurang optimal.
5. Pertumbuhan ekonomi Ponorogo yang masih didominasi oleh sektor pertanian.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah sangat diperlukan dalam penelitian agar
permasalahan yang diteliti dapat dikaji dan dijawab secara mendalam serta tidak
menimbulkan meluasnya masalah yang dikaji. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dibahas dalam penelitian ini adalah
Analisis Pengaruh Kemampuan Keuangan Daerah di Kabupaten Ponorogo
Sebelum dan Selama Otonomi Daerah dalam Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Obyek Penelitian
Obyek Penelitian merupakan sesuatu yang menjadi fokus masalah untuk
diteliti. Menurut Sugiyono (2008: 58) menyatakan bahwa “Variabel adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya”. Dari pendapat tersebut, maka variabel-variabel pada penelitian
ini adalah:
Variabel bebas (X) : Variabel Keuangan Daerah yang terdiri atas Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Umum (DAU)/ Subsidi Daerah Otonom (SDO),
Dana Alokasi Khusus (DAK)/ Dana Pembangunan
Daerah.
Variabel terikat (Y) : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
3. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah realisasi pendapatan daerah dan PDRB
Kabupaten Ponorogo sebelum otonomi daerah yaitu tahun 1995-2000 dan selama
otonomi daerah yaitu tahun 2001-2006.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh kemampuan keuangan daerah di Kabupaten
Ponorogo sebelum otonomi daerah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi baik secara parsial maupun secara bersama-sama?
2. Seberapa besar pengaruh kemampuan keuangan daerah di Kabupaten
Ponorogo selama otonomi daerah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi baik secara parsial maupun secara bersama-sama?
3. Adakah perbedaan kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo
sebelum dan selama otonomi daerah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh kemampuan
keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo sebelum otonomi daerah dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik secara parsial maupun secara
bersama-sama.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh kemampuan
keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo selama otonomi daerah dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik secara parsial maupun secara
bersama-sama.
3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan keuangan daerah di Kabupaten
Ponorogo sebelum dan selama otonomi daerah dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka hasil
penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a) Secara teoritis penelitian ini akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
manajemen keuangan daerah.
b) Dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada serta sebagai landasan untuk pengadaan penelitian lebih
lanjut.
2. Manfaat Praktis
Dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan memberikan beberapa
manfaat untuk berbagai pihak diantaranya adalah:
a) Bagi Penulis
Melatih ketajaman analisis dan meningkatkan khasanah ilmu
pengetahuan terhadap kondisi riil di lapangan yang terkait dengan disiplin
ilmu manajemen keuangan daerah dan ekonomi pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b) Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan Pertumbuhan
ekonominya di era otonomi daerah melalui peningkatan sumber-sumber
pemasukan keuangan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah melalui
pemaksimalan di berbagai sektor yang mempunyai potensi
c) Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk penelitian yang akan datang serta memberikan wacana baru
khususnya mengenai pelaksanaan otonomi daerah dan analisis kemampuan
keuangan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Otonomi Daerah
a. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan bentuk desentralisasi di tingkat daerah.
Menurut Muslimin (1986) dalam Waluyo (2007: 145) dijelaskan bahwa “otonomi
itu diartikan sebagai pemerintahan sendiri (auto=sendiri, nomes=pemerintahan)”.
Sedangkan menurut Kaho (1998) dalam Safi’i (2007: 11) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan “Otonomi daerah adalah hak dan wewenang untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri”.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 menjelaskan
bahwa “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Undang-
undang ini menjadi dasar bagi daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Penyelenggaraan otonomi daerah memiliki tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dan memajukan perekonomian daerah dan di dalamnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: pertama, meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah. Ketiga, memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan (Mardiasmo, 2002: 59).
Sejalan dengan Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 bahwa
penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Daerah secara proporsional yang
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Di
samping itu, penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga asas penyelenggaraan otonomi
daerah, yaitu:
1) Asas Desentralisasi
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 7 UU Nomor 32 Tahun 2004 menjelaskan
bahwa “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Desentralisasi merupakan kebalikan dari sentralisasi. Dalam sistem
sentralisasi, kewenangan pemerintah baik kewenangan di pusat maupun di
daerah, dipusatkan dalam tangan pemerintahan pusat. Pejabat-pejabat yang
ada di daerah hanya melaksanakan kehendak pemerintah pusat. Sedangkan
dalam sistem desentralisasi sebagian kewenangan pemerintah pusat
dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan.
2) Asas Dekonsentrasi
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 8 UU Nomor 32 Tahun 2004 menjelaskan
bahwa “Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu”. Sehingga pelaksanaan tugas
dekonsentrasi adalah gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Menurut
H.A.W. Widjaja (2004: 169) menjelaskan bahwa “penyelenggaraan
dekonsentrasi itu dibiayai atas beban pengeluaran pembangunan APBN.
Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan dekonsentrasi
dilakukan secara terpisah dari APBD”.
3) Asas Tugas Pembantuan
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 9 UU Nomor 32 Tahun 2004 menjelaskan
bahwa “Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa
serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu”. Menurut H.A.W. Widjaja (2004: 169) dijelaskan bahwa:
Tugas pembantuan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan desa dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan pertanggungjawabannya kepada pemerintah pusat. Penyelenggaraan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pembantuan itu dibiayai atas beban pengeluaran pembangunan APBN. Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan tugas pembantuan dilakukan secara terpisah dari APBD.
Menurut Pipin dan Dedah (2005) memjelaskan bahwa di dalam
penjelasan umum PP No. 52 Tahun 2001 menjelaskan bahwa tujuan
pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan tugas dan
penyelesaian permasalahan serta membantu pengembangan pembangunan
bagi Daerah dan Desa. Tugas pebantuan yang diberikan meliputi sebagian
tugas bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama dan kewenangan bidang lain.
b. Landasan Hukum Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sudah dilaksanakan dari awal
pemerintahan Indonesia. Walaupun dalam perjalanannya, otonomi daerah yang
berlangsung tidak menganut sistem desentralisasi atau penyerahan urusan
pemerintah dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah tetapi
cenderung menganut sistem sentralisasi kekuasaan pada pemerintah pusat.
Menurut Waluyo (2007) pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada awalnya
dilandasi oleh amanat Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 yaitu daerah
Indonesia akan dibagi dalam Daerah Propinsi dan Daerah Propinsi akan dibagi
pula daerah-daerah yang lebih kecil, daerah-daerah itu bersifat otonom atau
bersifat administratif belaka sesuai dengan aturan yang akan ditetapkan dengan
Undang-undang, dan di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan Badan
Perwakilan Rakyat. Dengan landasan amanat UUD 1945 tersebut ditetapkan
peraturan perundang-undang sebagai pelaksananya, yaitu UU Nomor 1 Tahun
1945, UU Nomor 2 Tahun 1948 yang selanjutnya diperbaharui sesuai dengan
UUDS RI Tahun 1950, kemudian melalui UU Nomor 1 Tahun 1957, PENPRES
Nomor 6 Tahun 1959, PENPRES Nomor 5 Tahun 1960, dan setelah kembali pada
UUD 1945 dirubah lagi dengan UU No. 18 Tahun 1965, dan selanjutnya
diterbitkan UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
Implementasi Otonomi daerah selama Orde Baru mengacu pada UU
Nomor 5 Tahun 1974 tersebut sangat lambat dan tersendat-sendat sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13 diterbitkan PP Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah
dengan titik berat pada Dati II. Untuk lebih mendorong realisasi otonomi daerah
tersebut, diterbitkan PP Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyerahan Sebagian
urusan Pemerintahan kepada 26 Dati II Percontohan.
Meskipun telah banyak mengalami penyesuaian peraturan tentang
pelaksanaan otonomi daerah, namun penyelenggaraan otonomi daerah belum
mampu mewujudkan otonomi daerah di seluruh wilayah Indonesia yang sesuai
harapan masyarakat. Kemudian di era reformasi ditetapkan kembali UU Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah yang menjadi dasar
pelaksanaan otonomi daerah. Namun UU ini kemudian direvisi dan
disempurnakan menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah (Waluyo, 2007). UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun
2004 ini yang kemudian hingga sampai saat ini menjadi landasan hukum bagi
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia.
Tabel 5. Perjalanan Desentralisasi di Indonesia
Periode Konfigurasi Politik
UU Otonomi Hakikat Otonomi
Perjuangan Kemerdekaan (1945-1949)
Demokrasi UU No. 1 Tahun 1945 UU No. 22 Tahun 1948
Otonomi Luas
Pasca Kemerdekaan (1950-1959)
Demokrasi UU No. 1 Tahun 1957 Otonomi Luas
Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Otoritarian Penpres No. 6 Tahun 1959 UU No. 18 Tahun 1965
Otonomi Terbatas
Orde Baru (1965-1998)
Otoritarian UU No. 5 Tahun 1974 Sentralisasi
Pasca Orde Baru (1998-sekarang)
Demokrasi UU No. 22 Tahun 1999 UU No. 25 Tahun 1999
Otonomi Luas
Sumber: Mudrajat Kuncoro (2004: 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14 c. Prinsip Dasar Pemberian Otonomi Daerah
Berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan otonomi daerah pada masa
orde baru, sistem sentralisasi tidak menjamin kesesuaian antara kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan dan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah
pusat dengan kondisi di daerah-daerah. Indonesia merupakan wilayah yang luas
dengan beragam karakteristik masyarakat dan potensi daerah. Setiap daerah
memiliki sifat-sifat khusus yang membedakan dengan daerah lain baik dari segi
keadaan alam, masyarakat, pendidikan, bahasa, keadaan ekonomi, dan lain-lain.
Sistem otonomi daerah atau desentralisasi berusaha untuk memberikan kekuasaan
kepada daerah dalam melaksanakan kebijakan pemerintahan sesuai dengan
keadaan di daerah masing-masing, daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Atas dasar permasalahan tersebut maka tujuan pelaksanaan otonomi
daerah sesuai UU No. 22 Tahun 1999 adalah untuk meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan
demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi
antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Prinsip-prinsip dasar yang
dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan Otonomi Daerah ketika UU No. 22
Tahun 1999 adalah sebagai berikut (Penjelasan UU No. 22 Tahun 1999) :
1) Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah.
2) Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan
bertanggung jawab.
3) Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Otonomi Daerah Propinsi merupakan
otonomi yang terbatas;
4) Pelaksanaan otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga
tetap terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar-
Daerah.
5) Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah
Otonom, dan karenanya dalam Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
lagi Wilayah Administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang
dibina oleh Pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan
pelabuhan, kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perkebunan,
kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan-kawasan perkotaan
baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan
Daerah Otonom.
6) Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi
badan legislatif Daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawas
maupun fungsi anggaran atas penyeleng-gaaraan Pemerintahan Daerah.
7) Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi dalam
kedudukannya sebagai Wilayah Administrasi untuk melaksanakan
kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur
sebagai wakil Pemerintah.
8) Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari
Pemerintah kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah kepada
Desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber
daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.
Kaho Riwu (1998: 12-13) menyatakan bahwa pelaksanaan otonomi daerah
dengan menggunakan asas desentralisasi dapat memberikan kebaikan bagi
Negara, antara lain adalah:
a. mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pemerintah pusat, b. dalam menghadapi masalah yang mendesak dan membutuhkan
tindakan yang cepat, daerah tidak perlu menunggu intruksi dari pemerintah pusat,
c. dapat mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk karena keputusan dapat segera dilaksanakan,
d. dalam sistem desentralisasi, dapat diadakan perbedaan (differensiasi) dan pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu, khususnya desentralisasi territorial, dapat lebih menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan keadaan khusus daerah,
e. dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonom dapat merupakan semacam laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh daerah. Hal-hal yang ternyata baik dapat diterapkan diseluruh wilayah Negara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu dapat mudah untuk ditiadakan,
f. mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari pemerintah pusat,
g. dari segi psikologis, desentralisasi dapat lebih memberikan keputusan bagi daerah-daerah karena sifatnya yang lebih langsung.
Selain membawa kebaikan bagi Negara maupun bagi daerah ternyata
pelaksanaan otonomi daerah dengan menggunakan asas desentralisasi ini juga
menimbulkan dampak buruk yaitu munculnya raja-raja kecil di daerah/
munculnya koruptor-koruptor yang menyalahgunakan kekuasaannya. Kebijakan-
kebijakan yang diambil tidak memihak rakyat tetapi justru menguntungkan
pribadi penguasa di daerah.
2. Keuangan Daerah
a. Pengertian Keuangan Daerah
Keuangan daerah merupakan salah satu kriteria penting untuk mengetahui
secara nyata kemampuan daerah dalam bidang keuangan. Faktor keuangan
merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam
melaksanakan otonominya. Peranan keuangan daerah akan dapat meningkatkan
kesiapan daerah untuk mendorong terwujudnya otonomi daerah yang lebih nyata
dan bertanggungjawab. Menurut Penjelasan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 156
Ayat 1 diterangkan bahwa “Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang
yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut”. Sedangkan keuangan daerah menurut Bahrullah Akbar
(2002) dalam (http://abinafisa.wordpress.com) adalah “ Semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran dan pendapatan dan
belanja daerah (APBD)”.
Keterkaitan keuangan daerah yang melekat dengan APBD merupakan pernyataan bahwa adanya hubungan antara dana daerah dan dana pusat atau dikenal dengan istilah perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tersebut terdiri dari dana dekonsentrasi (PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan) dan dana Desentralisasi. Dana dekonsentrasi berbentuk dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Sedangkan yang dimaksud dana desentralisasi adalah yang bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD). (http://abinafisa.wordpress.com).
Pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggungjawab memerlukan dana yang cukup dan terus meningkat sesuai
dengan meningkatnya tuntutan masyarakat, kegiatan pemerintahan dan
pembangunan. Dana tersebut diperoleh melalui kemampuan menggali sumber-
sumber keuangan sendiri dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
didukung oleh perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam bentuk Dana Bagi
Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai
sumber pembiayaan.
Sumber: Sony Yuwono, dkk. (2008: 42)
Gambar 1. Reformasi Hukum di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah
ORDE BARU (SENTRALISTIS)
REFORMASI TAHAP I
REFORMASI TAHAP II
UU NO. 5/1974
PP NO. 5/1975 PP NO.6/1975
Manual Administrasi Keuangan Daerah
(Makuda)
UU NO. 22/1999 UU NO.25/1999
PP NO. 105/2000
UU NO. 17/2003 UU NO.1/2004
UU NO. 15/2004 UU NO. 25/2004 UU NO. 32/2004 UU NO. 33/2004 PP NO. 24/2005
PERMENDAGRI NO.29/2002
PP NO. 58/2005
PERDA POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
PERMENDAGRI NO.13/2006
PERATURAN/KEPUTUSAN KEPALA DAERAH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pengelolaan keuangan daerah tersebut senantiasa mengalami perubahan-
perubahan peraturan hingga saat ini. Era otonomi daerah juga menyebabkan
perubahan dalam pengelolaan keuangan daerah khususnya pada dana
perimbangan. Pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk
mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada Pemerintahan Daerah yang
diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
b. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat (Pasal 4
Ayat 1 Permendagri No. 13 Tahun 2006). Penjelasan selengkapnya adalah sebagai
berikut:
(1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
(2) Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(4) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
(5) Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
(6) Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.
(7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang keuangan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(8) Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
(9) Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
(10) Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.
(11) Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
c. Pendapatan Daerah
“Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan” (UU No. 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 15). Berdasarkan Pasal 5
Ayat 2 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, menerangkan bahwa pendapatan daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus), dan Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Syah.
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Abdul Halim (2004: 67) menjelaskan bahwa, "Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah”. Sedangkan menurut UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 1 menerangkan
bahwa “Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan
yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan”. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri
dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah (UU No. 33 Tahun 2004 pasal 6).
a) Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan.
Penetapan pajak dilakukan sesuai dengan Undang-undang. Berdasarkan Pasal 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20 Ayat 6 UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
disebutkan bahwa:
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.
Sesuai UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan pajak untuk kabupaten/ kota
terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.
b) Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan salah satu bagian dari Pendapatan Asli
Daerah. Berdasarkan Palal 1 Ayat 26 UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan bahwa “Retribusi Daerah, yang
selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.
c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Menurut Abdul Halim (2004: 68), “Hasil perusahaan milik Daerah dan
hasil Pengelolaan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan
pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan”. Abdul Halim (2004) juga
menjelaskan bahwa, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan antara lain,
bagian laba Perusahaan mliki Daerah, bagian laba lembaga keuangan Bank,
bagian laba lembaga keuangan non Bank, dan bagian laba atas penyertaan
modal/investasi”.
d) Lain-lain PAD yang sah.
Dalam Pasal 6 Ayat 2 UU No. 33 Tahun 2004 disebutkan bahwa Lain-lain
PAD yang sah meliputi:
a) hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan,
b) jasa giro,
c) pendapatan bunga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21 d) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan
e) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
2) Dana Perimbangan
”Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi” (UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 1). Sumber-sumber
dana perimbangan yang disebutkan dalam Pasal 10 UU No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
adalah:
a) Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil bersumber dari penerimaan pajak dan sumber daya alam
antara pusat dan daerah. Sesuai UU No. 33 Tahun 2004, pola bagi hasil
penerimaan ini dilakukan dengan persentase tertentu yang didasarkan atas daerah
penghasil. Dana bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan dalam rangka
desentralisasi (Yuwono, dkk, 2008). Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak
terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh). Sedangkan Dana Bagi Hasil
yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari kehutanan, pertambangan
umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi dan
pertambangan panas bumi.
Pembagian Dana Bagi Hasi untuk PBB dan BPHTB menurut UU No. 33
Tahun 2004 Pasal 12 menerangkan bahwa:
(1) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a dan huruf b dibagi antara daerah provinsi, daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah.
(2) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB sebesar 90% (sembilan puluh persen) untuk Daerah dengan rincian sebagai berikut: a. 16,2% (enam belas dua persepuluh persen) untuk daerah provinsi
yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota; dan
c. 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan. (3) 10% (sepuluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan PBB
dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut: a. 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada
seluruh daerah kabupaten dan kota; dan b. 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif kepada
daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.
(4) Dana Bagi Hasil dari penerimaan BPHTB adalah sebesar 80% (delapan puluh persen) dengan rincian sebagai berikut: a. 16% (enam belas persen) untuk daerah provinsi yang bersangkutan
dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi; dan b. 64% (enam puluh empat persen) untuk daerah kabupaten dan kota
penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota.
(5) 20% (dua puluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota.
(6) Penyaluran Dana Bagi Hasil PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sementara itu, pembagian Dana Bagi Hasil dari PPh menurut UU No. 33
Tahun 2004 Pasal 13 adalah sebagai berikut:
(1) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(2) huruf c yang merupakan bagian Daerah adalah sebesar 20% (dua puluh persen).
(2) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi antara Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota.
(3) Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dengan imbangan 60% (enam puluh persen) untuk kabupaten/kota dan 40% (empat puluh persen) untuk provinsi.
(4) Penyaluran Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan secara triwulanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 14 tentang Pembagian Penerimaan
Negara yang berasal dari sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (3) ditetapkan sebagai berikut:
a. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.
b. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi dibagi dengan imbangan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk Pemerintah dan 40% (empat puluh persen) untuk Daerah.
c. Penerimaan Pertambangan Umum yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan, dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.
d. Penerimaan Perikanan yang diterima secara nasional dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota.
e. Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi dengan imbangan: 1. 84,5% (delapan puluh empat setengah persen) untuk Pemerintah;
dan 2. 15,5% (lima belas setengah persen) untuk Daerah.
f. Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi dengan imbangan: 1. 69,5% (enam puluh sembilan setengah persen) untuk Pemerintah;
dan 2. 30,5% (tiga puluh setengah persen) untuk Daerah.
g. Pertambangan Panas Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak, dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.
b) Dana Alokasi Umum
Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 dijelaskan bahwa “Dana
Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi”. Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24 disebutkan bahwa “Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya
26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang
ditetapkan dalam APBN”.
c) Dana Alokasi Khusus
Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 dijelaskan bahwa “Dana
Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional”. Dana Alokasi Khusus (DAK) berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus
sebagai urusan daerah dan sesuai prioritas nasional. Sesuai UU No.25 Tahun 1999
yang digantikan oleh UU No. 33 Tahun 2004 dalam, yang dimaksud kebutuhan
khusus adalah kebutuhan yang tidak sama dengan daerah lain dan kebutuhan yang
merupakan komitmen atau prioritas nasional (Sony Yuwono, dkk, 2008). Deddy
Supriady dan Dadang Solihin (2002: 188) menjelaskan bahwa kebutuhan khusus
daerah tersebut meliputi:
a. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus alokasi umum, dan/ atau kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus, kebutuhan yang bersifat khusus yang tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan dikawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi/ prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer.
b. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional termasuk antara lain proyek yang didanai donor, pembiayaan reboisasi Daerah dan proyek-proyek kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Menurut Syaikhu Usman, dkk (2008) menjelaskan bahwa tujuan
pengalokasian DAK adalah meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana fisik
yang menjadi prioritas nasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk
menyerasikan laju pertumbuhan antardaerah serta pelayanan antarsektor. Sejak
2006, terdapat tujuh bidang pelayanan pemerintahan yang mendapatkan DAK,
yaitu pendidikan, kesehatan, infrastruktur (prasarana jalan, irigasi, dan air bersih),
prasarana pemerintahan, pertanian, perikanan dan kelautan, serta lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25 hidup. Di antara ketujuh bidang itu, bidang pendidikan, kesehatan dan
infrastruktur jalan selalu mendapat porsi DAK terbanyak.
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa, Lain-lain
pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD
dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain
pendapatan yang ditetapkan Pemerintah.
a) Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal
dari Pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri.
b) Pendapatan dana darurat merupakan bantuan Pemerintah dari APBN kepada
pemerintah daerah untuk mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan
peristiwa tertentu yang tidak dapat ditanggulangi APBD.
d. Sumber Pendapatan Daerah Sebelum Otonomi Daerah
UU yang mengatur soal pemerintahan daerah berikut hubungan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah di Era Orde Baru (sebelum otonomi daerah),
adalah UU Nomor 5 Tahun 1974. Dalam UU ini di pasal 55 dikatakan bahwa,
dalam rangka menjalankan tugas-tugas atau fungsi-fungsinya pemerintah daerah
dibekali dengan beberapa sumber pendapatan, yakni:
1) Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari:
a) Hasil pajak daerah
b) Hasil retribusi daerah
c) Hasil perusahaan daerah (BUMD)
d) Lain-lain hasil usaha daerah yang sah
2) Pendapatan yang berasal dari pusat:
a) Sumbangan dari pemerintah
b) Sumbangan-sumbangan lain, yang diatur dengan peraturan perundangan
3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26 e. Perubahan Kebijakan Transfer Pemerintah Pusat ke Daerah
Berdasarkan Kajian yang dilakukan oleh Inter-Governmental Fiscal
Review mengenai Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah dijelaskan bahwa:
1) Sebelum Tahun 2001
Sebelum otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dilaksanakan, secara umum
terdapat tiga jenis transfer di Indonesia, yaitu :
a) Subsidi Daerah Otonom (SDO)
SDO bertujuan untuk mendukung anggaran rutin pemerintah daerah guna
membantu menciptakan perimbangan keuangan antar tingkat pemerintahan.
Sebagian besar dana SDO digunakan untuk membiayai gaji pegawai pemerintah
di daerah (sekitar 95 persen dari total SDO). Sebagian kecil lainnya digunakan
untuk keperluan selain pegawai, yaitu subsidi bagi pengeluaran rutin di bidang
pendidikan dasar (SBPPSDN), ganjaran bagi pegawai pedesaan (TPAPD), subsidi
untuk penyelenggaraan rumah sakit di daerah (SBBO-RSUD), dan subsidi untuk
pembiayaan pelatihan pegawai pemerintah.
Jumlah total SDO untuk belanja pegawai (sering disebut dengan istilah
Subsidi Perimbangan Keuangan) ditentukan setiap tahun berdasarkan nilai upah
dan gaji aktual pegawai pemerintah dari seluruh tingkatan dan eselon. Skala gaji
yang dibayar melalui SDO ditetapkan oleh Pemerintah Pusat berdasarkan struktur
gaji terpadu. Struktur gaji tersebut bersifat seragam dan tidak memperhitungkan
perbedaan kemampuan finansial daerah dalam membiayai pegawainya. SDO
dapat dikategorikan sebagai transfer pusat yang bersifat khusus (specific grant),
karena daerah tidak memiliki kewenangan dalam menetapkan penggunaan SDO,
dan kegunaan dari transfer ini sudah ditetapkan Pemerintah, yaitu membiayai
belanja pegawai di daerah. Sifat SDO sebagai alokasi yang bersifat khusus makin
nyata lagi, mengingat bahwa struktur gaji dan alokasi jumlah pegawai yang
ditempatkan di daerah ditentukan sepenuhnya oleh pusat.
b) Bantuan Inpres atau Dana Pembangunan Daerah (DPD)
Bantuan Inpres bertujuan untuk memberikan bantuan pembangunan
daerah, baik yang bersifat umum maupun khusus yang diberikan atas Instruksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27 Presiden. Dasar pemberian bantuan tersebut adalah adanya penyerahan sebagian
urusan kepada daerah dan terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah daerah
untuk membiayai urusan-urusan tersebut. Selain itu, tujuan dari Bantuan Inpres
adalah untuk mencapai pemerataan, terutama dalam hal kesempatan kerja,
berusaha, partisipasi dalam pembangunan, dan distribusi hasil-hasil
pembangunan.
Pada Tahun Anggaran 1999/2000, anggaran pembangunan dipertegas
dengan pengelompokan antara anggaran yang dikelola oleh pusat dan anggaran
yang dikelola daerah. Anggaran yang dikelola oleh daerah inilah yang kemudian
dikenal dengan Dana Pembangunan Daerah (DPD) sebagai nama pengganti
Inpres.
c) Daftar Isian Proyek (DIP)
Subsidi dan bantuan dapat dikategorikan sebagai bantuan antar tingkat
pemerintahan (intergovernmental grants) karena menjadi bagian dari anggaran
pemerintah daerah. Sementara DIP diklasifikasikan sebagai in-kind allocation,
karena walaupun dananya mengalir ke daerah, namun tidak termasuk ke dalam
anggaran pemerintah daerah.
2) Sesudah Tahun 2001
Sejak tahun 2001 transfer dana dari APBN ke daerah dialokasikan dalam
bentuk Dana Perimbangan, yang ditujukan untuk memberikan kepastian sumber
pendanaan bagi APBD dan untuk mengurangi/memperkecil perbedaan kapasitas
fiskal antar daerah. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Selanjutnya, sejak tahun 2002 juga diberikan
transfer dalam bentuk Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyeimbang.
f. Pelimpahan Aset
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Inter-Govermmental Fiscal
Review (2004) mengenai Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah dijelaskan
bahwa sebelum tahun 2001, pola pembiayaan daerah selain bertumpu pada
Pendapatan Asli Daerah (PAD), juga bertumpu pada subsidi/bantuan pusat, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28 penggunaannya sebagaian besar diarahkan/ditetapkan oleh pusat (specific grant)
dan hanya sebagian kecil ditetapkan sendiri oleh pemerintah daerah sesuai
kebijakan masing-masing (block grant).
Setelah tahun 2001, pola pembiayaan daerah yang bertumpu pada PAD
dan dana perimbangan dari pusat, namun penggunaan sebagian besar dana
perimbangan ini merupakan “block grant” , yaitu Dana Bagi Hasil dan Dana
Alokasi Umum (DAU), dan sebagian kecil saja yang masih merupakan “specific
grant” , yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK).
Selanjutnya, dengan adanya perubahan pembiayaan daerah tersebut, maka
terjadi perubahan pula dalam pembiayaan belanja pegawai daerah yaitu yang
semula belanja PNS daerah otonom merupakan beban APBN yang disediakan
dalam Subsidi Daerah Otonom (SDO) sebagai “specific grant”. Sejak 1 April
2001, alokasi SDO tidak disediakan lagi, sehingga belanja pegawai daerah
otonom sepenuhnya merupakan beban APBD yang dapat dibiayai dengan dana
perimbangan yang bersifat “block grant” (Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi
Umum) dan/atau PAD.
Berdasar uraian di atas maka secara umum Dana Alokasi Umum
menyerupai Subsidi Daerah Otonom. DAU dan SDO memiliki kesamaan yaitu
merupakan dana yang digunakan untuk membiayai gaji pegawai pemerintah di
daerah. Sedangkan DAK menyerupai dana Inpres atau Dana Pembangunan
Daerah (DPD). Hal ini juga disampaikan oleh Syaikhu Usman, dkk (2008) bahwa
secara umum, DAK menyerupai dana Inpres (Intruksi Presiden) yang
dikembangkan di masa pemerintahan Orde Baru. Menurut World Bank (2003)
dalam Syaikhu Usman, dkk (2008: 7) menjelaskan bahwa:
Pemerintah Orde Baru, di samping dikenal mempunyai strategi pertumbuhan ekonomi tinggi, juga memiliki strategi penanggulangan kemiskinan. Di era Orde Baru, secara umum Pemerintah Pusat mentransfer dana ke pemda melalui dua jenis hibah: pertama, hibah umum dalam bentuk SDO yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan daerah dan arah penggunaannya berdasarkan pedoman dari pusat; dan kedua, hibah khusus dalam bentuk dana Inpres yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik daerah dan pelaksanaan dan pengawasannya diatur oleh pusat. Kedua jenis hibah tersebut dimaksudkan untuk mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kesenjangan antardaerah dan juga untuk meningkatkan tanggung jawab pemda dalam memobilisasi sumber-sumber daerah. Kesamaan DAK dan Dana Pembangunan Daerah (DPD) yaitu merupakan
dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan khusus di daerah dan oleh
daerah. Alokasi DAK disesuaikan dengan prioritas pembangunan. DAK
dialokasikan untuk tujuh bidang pelayanan pemerintah, yaitu pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, prasarana pemerintah daerah, kelautan dan perikanan,
pertanian, dan lingkungan hidup. Dana Pembangunan Daerah (DPD) dialokasikan
dengan tujuan untuk mencapai pemerataan terutama dalam hal kesempatan kerja,
berusaha, partisipasi dalam pembangunan, dan distribusi hasil-hasil
pembangunan.
3. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Setiap negara di dunia ini sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi
sebagai target ekonomi. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi faktor yang paling
penting dalam keberhasilan perekonomian suatu negara untuk jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber
peningkatan standar hidup (standar of living) penduduk yang jumlahnya terus
meningkat.
“Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah” (Sadono Sukirno, 2006: 9). Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa
akan meningkat dari satu periode ke periode lainnya. Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu meningkat baik
jumlah maupun kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal.
Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30 sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan
menambah keterampilan mereka.
Untuk menilai pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu dihitung pendapatan
nasional riil yaitu PNB atau PDB yang dihitung menurut harga-harga yang
berlaku dalam tahun dasar. Nilai yang diperoleh dinamakan PNB atau PDB
menurut harga tetap yaitu harga yang berlaku dalam tahun dasar. Tingkat
(persentasi pertambahan) pertumbuhan ekonomi dihitung dari pertambahan PNB
atau PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun. Produk Nasional Bruto (PNB)
adalah produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga
Negara suatu Negara sedangkan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah produk
nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi di dalam negeri (milik
warga Negara dan orang asing) dalam suatu Negara (Sadono Sukirno, 2006).
“Pada pemerintah daerah, ukuran pertumbuhan ekonomi adalah PDRB. PDRB
didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilakan oleh seluruh unit ekonomi” (http://banyuasinkab.go.id).
Menurut Todaro dan Smith (2006), ada tiga faktor atau komponen utama
dalam pertumbuhan ekonomi yang memiliki arti penting bagi setiap masyarakat
dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah:
1) Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah , peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia;
2) Pertumbuhan jumlah penduduk dan yang pada akhirnya menyebabkan
pertumbuhan angkatan kerja;
3) Kemajuan teknologi, yaitu cara baru untuk menyelesaikan pekerjaan.
b. Perhitungan PDRB
Untuk menghitung PDRB yang didapat di suatu wilayah ada tiga
pendekatan (PDRB Kabupaten Ponorogo, 2006), yaitu:
1) Pendekatan Produksi
PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian
dikelompokkan menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha, yaitu pertanian;
pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih;
bangunan; perdagangan, hote, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa.
2) Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendekatan pendapatan adalah penjumlahan semua
komponen permintaan akhir, yaitu:
a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari keuntungan.
b) Konsumsi pemerintah.
c) Pembentukan modal tetap domestic bruto.
d) Perubahan stok.
e) Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu. Ekspor neto adalah ekspor
dikurangi impor.
3) Pendekatan Pengeluaran
PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa tersebut
antara lain upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan.
c. Cara Penyajian PDRB
Menurut PDRB Kabupaten Ponorogo (2006) Produk Domestik Regional
Bruto secara berkala dapat disajikan dalam dua bentuk, yaitu atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, yang dijelaskan
berikut ini.
1) Pada penyajian atas dasar harga berlaku adalah semua agregat pendapatan
yang dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada
saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai
tambah dan komponen pengeluaran produk domestik regional bruto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 2) Pada penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat
pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar. Pada
penyajian ini, perkembangan dari tahun ke tahun semata-mata disebabkan oleh
perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa mengandung fluktuasi harga.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan. Pendapatan regional atas dasar harga berlaku yang telah dikurangi dengan perkembangan inflansi dikenal dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan (http://banyuasinkab.go.id).
Robinson Tarigan (2004) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
wilayah (daerah) merupakan pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di
wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi
di wilayah (daerah) tersebut. Pertambahan pendapatan ini diukur dalam nilai riil
(dinyatakan dalam harga konstan). Sehingga, untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi menggunakan PDRB atas dasar harga konstan suatu tahun dasar.
B. Penelitian yang Relevan
Tania Dian Pramesti 2009. Variabel independen (X) yaitu investasi daerah,
Bantuan Pemerintah Pusat, pajak daerah, retribusi daerah, tenaga kerja. Variabel
dependen (Y) yaitu Pertumbuhan Ekonomi (PDRB). Berdasarkan hasil analisis
data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel investasi dan pajak
daerah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah Kabupaten Kudus. Sedangkan variabel Bantuan Pemerintah
Pusat, retribusi daerah, dan tenaga kerja mempunyai hubungan yang negatif dan
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Kudus.
Paidi Hidayat dan Sirojusilam 2006. Variabel independen (X) yaitu
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Angkatan Kerja. Variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33 dependen (Y) yaitu pertumbuhan ekonomi (PDRB). Berdasarkan hasil analisis
data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa PAD dan Dana Perimbangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Medan. Namun, dilihat dari nilai koefisiennya, Dana Perimbangan masih
mendominasi dalam menjalankan roda pemerintahan dan masih menjadi salah
satu sumber pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.
Amin Pujiati 2009. Variabel independent (X) yaitu Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan
Tenaga Kerja (TK). Variabel dependen (Y) yaitu pertumbuhan ekonomi (PDRB).
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa PAD, DBH, dan Tenaga
Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuktikan meskipun ada keleluasaan
dalam mengelola keuangan daerah, daerah belum dapat menetapkan skala
prioritas pembangunan daerah secara optimal atas sektor-sektor pembangunan.
Penulis menganggap penelitian yang penulis lakukan relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tania Dian Pramesti, Paidi Hidayat dan
Sirojusilam, serta Amin Pujiati karena:
1. Terdapat persamaan variabel terikat yaitu pertumbuhan ekonomi (PDRB)
2. Mempunyai kesamaan dalam menggunakan analisis regresi berganda dalam
penghitungannya.
Berdasarkan ketiga penelitian yang relevan di atas terdapat perbedaan dari
penelitian yang dilakukan yaitu variabel bebas yang digunakan. Peneliti hanya
menggunakan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan tidak
menggunakan variabel tenaga kerja dan investasi. Penulis hanya ingin melakukan
penelitian tentang kemampuan keuangan dari sisi pemerintah daerah saja, unsur
investasi dan tenaga kerja tidak di masukkan. Dari segi tujuan, peneliti selain
ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi penulis juga ingin mengetahui ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34 tidaknya perbedaan pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil
(DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap
pertumbuhan ekonomi sebelum dan selama otonomi daerah.
C. Kerangka Berfikir
Pada dasarnya kerangka pemikiran merupakan alur penalaran yang
didasarkan pada masalah penelitian memperjelas penalaran sehingga sampai pada
jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Bertolak dari kajian
teori, maka dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
X1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 : Dana Bagi Hasil (DBH)
X3 : Dana Alokasi Umum (periode selama otonomi daerah)/ Subsidi Daerah
Otonom (periode sebelum otonomi daerah)
X4 : Dana Alokasi Khusus (periode selama otonomi daerah)/ Dana
Pembangunan Daerah (periode sebelum otonomi daerah)
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Keuangan Daerah
Selama Otonomi
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Pertum- buhan
Ekonomi (PDRB)
Pertum- buhan
Ekonomi (PDRB)
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Dana Bagi Hasil (DBH)
Subsidi Daerah Otonom
Keuangan Daerah Sebelum
Dana Pembangunan
Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35 Y : Pertumbuhan Ekonomi
Pelaksanaan otonomi daerah yang dimulai pada 1 Januari 2001 membawa
perubahan yang cukup besar bagi pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia.
Adanya otonomi daerah ini diharapkan pemerintah mampu memberikan
pelayanan maksimal terhadap masyarakatnya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Pada dasarnya, pemberian otonomi didasarkan atas pertimbangan
bahwa daerah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi
masyarakat di daerahnya. Atas dasar pertimbangan ini, maka pemberian otonomi
diharapkan akan lebih mampu memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat pada akhirnya. Adanya otonomi ini juga menimbulkan perbedaan
dalam pengelolaan keuangan daerah. Daerah diberi keleluasaan dalam mengelola
keuangan daerahnya yaitu dengan cara mengoptimalkan potensi daerah sehingga
mampu menjadi tumpuan bagi pendapatan daerah. Berdasarkan Pasal 5 Ayat 2
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah, pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD); Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK); dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah. Khusus untuk merealisasikan hubungan keuangan
antara pemerintah pusat dengan daerah otonom, maka pemerintah mengeluarkan
UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Pemerintahan Daerah. Komponen dana perimbangan merupakan sumber
penerimaan daerah yang sangat penting. Dana perimbangan merupakan inti dari
desentralisasi fiskal. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan salah
satu bentuk hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Pemberian dana
perimbangan merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah pusat kepada daerah.
Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi faktor yang paling penting dalam
keberhasilan perekonomian untuk jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat
dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber peningkatan standar hidup (standar of
living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi daerah
merupakan pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah
melalui kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36 tersebut. Pertambahan pendapatan ini diukur dalam nilai riil (dinyatakan dalam
harga konstan). Melaui pertumbuhan ekonomi ini maka dapat diketahui sampai
sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada
dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan komponen dalam
keuangan daerah. Adanya pengelolaan yang baik pada Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) akan menunjang pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pengelolaan
yang lebih baik dari pada era sebelum otonomi daerah menjadikan daerah tersebut
dapat diikatakan berhasil dalam menjalankan otonomi daerah.
D. Hipotesis
Penelitian kuantitatif berfokus pada hipotesis yang akan diuji
kebenarannya. Sugiyono (2008: 93) menyatakan bahwa “Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 71) menjelaskan bahwa “Hipotesis adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul”. “Tujuan pengujian hipotesis adalah untuk
menentukan apakah jawaban teoritis tersebut telah tertuang dalam pernyataan
hipotesis yang didukung dengan fakta-fakta dikumpulkan dan dianalisis yang
kemudian diproses melalui pengujian secara ilmiah” (Rosady Ruslan, 2003: 169).
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga kemampuan keuangan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Subsidi Daerah Otonom (SDO),
Dana Pembangunan Daerah di Kabupaten Ponorogo sebelum otonomi daerah
memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonominya baik secara parsial maupun bersama-sama.
2. Diduga kemampuan keuangan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK) di Kabupaten Ponorogo selama otonomi daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonominya baik secara parsial maupun secara bersama-sama.
3. Diduga terdapat perbedaan kemampuan keuangan daerah di Kabupaten
Ponorogo sebelum dan selama otonomi daerah dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat yang penting dalam penelitian,
sesuai dengan judul di atas maka tempat penelitian yang diambil adalah di
Kabupaten Ponorogo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan
penelitian yang direncanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan selesai.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 115). Menurut
Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 250) ”Populasi adalah kelompok besar dan
wilayah yang menjadi lingkup penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dan data PDRB pemerintah Kabupaten Ponorogo
sebelum dan selama otonomi daerah.
2. Sampel
Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 250) mengatakan bahwa sampel adalah
“Kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan”. Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131).
Penelitian ini menggunakan sampel realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah pemerintah Kabupaten Ponorogo yaitu 6 tahun sebelum otonomi
daerah (tahun 1995-2000) dan 6 tahun selama otonomi daerah (tahun 2001-2006).
Dengan keterbatasan data, maka peneliti menggunakan data kuartalan. Masa
sebelum otonomi daerah sebanyak 24 data dari 1995: 1–2000: 4, sementara untuk
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
masa selama otonomi daerah sebanyak 24 data dari 2001: 1–2006: 4. Dalam
penelitian ini tidak menggunakan data 10 tahun sebelum dan selama otonomi
daerah dengan pertimbangan tidak tersedianya data realisasi APBD Kabupaten
Ponorogo dari tahun 1991-1994.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara yang digunakan dalam pengambilan sampel.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive.
Sugiyono (2008: 122) menjelaskan bahwa “Sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Dalam penelitian ini, sampel
yang digunakan adalah 6 tahun sebelum otonomi daerah dengan data kuartalan
sebanyak 24 (1995: 1–2000: 4) dan 6 tahun selama otonomi daerah dengan data
kuartalan sebanyak 24 (2001 :1–2006: 4). Pertimbangan yang digunakan adalah
penelitian membutuhkan data realisasi APBD dan PDRB selama otonomi daerah
hingga saat ini yaitu enam tahun sehingga data sebelum otonomi daerah juga sama
yaitu enam tahun.
C. Teknik Pengumpulan Data
Suharsimi Arikunto (2006: 222) menyatakan bahwa “Teknik pengumpulan
data adalah bagaimana peneliti menemukan metode setepat-tepatnya untuk
memperoleh data kemudian disusul dengan alat pembantunya yaitu instrumen”.
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian harus tepat karena akan
berpengaruh terhadap hasil penelitian.
1. Jenis dan Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 129), sumber data adalah “subjek dari
mana data diperoleh”. Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data
sekunder berupa data time series periode tahun 1995-2000 dan tahun 2001-2006.
Uma Sekaran (2006: 77) berpendapat bahwa:
Data yang diperoleh melalui sumber yang ada disebut sebagai data sekunder. Yaitu, data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Beberapa sumber data sekunder antara lain buletin statistik, publikasi pemerintah, informasi yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan dari dalam atau luar perusahaan, data yang tersedia dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
penelitian sebelumnya, studi kasus dan dokumen perpustakaan, data online, situs Web, dan internet.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Ponorogo dan web Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Daerah.
2. Metode Pengumpulan Data
Berhasil tidaknya suatu penelitian tergantung pada tepat atau tidaknya
penggunaan teknik pengumpulan datanya. Pengumpulan data merupakan cara-
cara yang ditempuh untuk memperoleh data yang diperlukan dengan
menggunakan alat tertentu.
Data yang diperoleh untuk penelitian ini diperoleh dari hasil studi pustaka
dan teknik dokumentasi. Studi pustaka merupakan teknik analisa untuk
mendapatkan informasi melalui catatan, literature, dan lain-lain yang masih
relevan, dan teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan
mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan obyek studi.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa data kuartalan. Adapun
cara interpolasi data digunakan rumus yang dikembangkan oleh Insulindro (2000)
dalam Paidi Hidayat dan Sirojuzilam (2006: 2), yaitu:
{ }1ttt1 YY(12/5,4Y41Q −−−=
{ }1ttt2 YY(12/5,1Y41Q −−−=
{ }1ttt YY(12/5,1Y41Q3 −−+=
{ }1ttt4 YY(12/5,4Y41Q −−+=
Q1, Q2, Q3, dan Q4 adalah data kuartalan yang dicari, sedangkan Yt dan Yt-1 adalah
data tahunan pada tahun bersangkutan dan tahun sebelumnya.
D. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh kemampuan keuangan daerah di
Kabupaten Ponorogo sebelum otonomi daerah dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo selama otonomi daerah
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan untuk mengetahui perbedaan
kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo sebelum dan selama
otonomi daerah, maka rancangan penelitian disusun sebagai berikut:
Atribut dalam penelitian ini adalah: atribut X, yang merupakan pengaruh
kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo dan atribut Y merupakan
Pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur menggunakan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sedangkan pengaruh kemampuan
keuangan daerah terdiri dari variabel-variabel berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Bagi Hasil (DBH)
3. Dana Alokasi Umum (periode selama otonomi daerah)/ Subsidi Daerah
Otonom (periode sebelum otonomi daerah)
4. Dana Alokasi Khusus (periode selama otonomi daerah)/ Dana Pembangunan
Daerah (periode sebelum otonomi daerah)
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemampuan keuangan
daerah di Kabupaten Ponorogo sebelum otonomi daerah dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo selama otonomi daerah
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan untuk mengetahui perbedaan
kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Ponorogo sebelum dan selama
otonomi daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dan uji chow test.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Normalitas
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data akan dianalisis
berbentuk sebaran normal atau tidak. ”Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak” (Duwi Priyatno,
2010: 71). Dalam penelitian ini, data untuk setiap variabel diuji normalitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Deteksi normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada sumbu
diagonal pada suatu grafik. Penerapan dasar pengambilan keputusan yang
digunakan sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis
diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Multikolinearitas
Menurut Duwi Priyatno (2010: 81) “Multikolinieritas adalah keadaan
dimana terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antar
variabel independen dalam model regresi”. Multikolinieritas digunakan untuk
menguji suatu model apakah terjadi hubungan yang sempurna atau hampir
sempurna antara variabel bebas, sehingga sulit untuk memisahkan pengaruh
antara variabel-variabel itu secara individu terhadap variabel terikat. Pengujian ini
untuk mengetahui apakah antar variabel bebas dalam persamaan regresi tersebut
tidak saling berkorelasi.
Menurut Imam Ghozali (2006) dijelaskan bahwa untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh estimasi model regresi empiris sangat tinggi,
tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel. Jika antar variabel independen
ada korelasi cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan
indikasi adanya multikolinearitas.
3) Nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau nilai VIF ≥ 10
maka diindikasikan terdapat masalah multikolinearitas.
Cara mengobati multikolinearitas antara lain dengan cara:
1) Menggabungkan data crossection dan time series (pooling data)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2) Keluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi
tinggi dari model regresi
3) Transformasi variabel dalam bentuk logaritma natural
4) Gunakan metode analisis yang lebih canggih seperti Bayesian regression atau
dalam kasus khusus ridge regression.
Menurut Sofyan Yamin, dkk (2011) dijelaskan juga bahwa untuk mengatasi
multikolinearitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1) Menghilangkan salah satu variabel independent yang memiliki hubungan
linear yang sangat tinggi dengan variabel lainnya
2) Melakukan proses transformasi, misalnya dengan proses diferensiasi
3) Menambah data bila memungkinkan
4) Menggunakan regresi principal component, atau dengan regresi ridge bila opsi
1, 2, atau 3 tidak dapat dilakukan.
Analisis principal component pada dasarnya adalah teknik statistik yang
bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara mereduksi
dimensinya. Prinsip utama dalam PCA adalah terdapatnya korelasi di antara
variabel sehingga jika hal ini terjadi, maka ada dugaan bahwa sesungguhnya
beberapa variabel tersebut dapat direduksi. Teknik PCA berusaha untuk
mereduksi dengan mengelompokkan variabel yang saling berkorelasi dan
melakukan proses transformasi variabel tersebut ke dalam suatu komponen/
dimensi baru di mana tidak berkorelasi sama sekali. Setelah beberapa komponen
hasil PCA yang bebas multikolinearitas diperoleh, komponen-komponen tersebut
menjadi variabel predictor baru yang akan diregresikan atau dianalisis
pengaruhnya terhadap variabel respon (Y) dengan menggunakan analisis regresi
(Sofyan Yamin, dkk: 2011)
c. Heteroskedastisitas
”Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi” (Duwi Priyatno, 2010:
83). Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel
pengganggu dalam persamaan regresi mempunyai varian yang sama atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Untuk mengetahui terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara
Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted
Value. Penetapan dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut
adalah:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heterokedastisitas.
d. Autokorelasi
“Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi antara residual
pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi” (Duwi
Priyatno, 2010: 87). Autokorelasi digunakan untuk menguji suatu model apakah
antara variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi.
Untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung autokorelasi dapat
digunakan pendekatan D-W (Durbin Watson). Kriteria autokorelasi ada 3, yaitu:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.
3) Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
2. Uji Hipotesis
a. Analisa Regresi Berganda
Menurut Duwi Priyatno (2010: 61) dijelaskan bahwa “analisis regresi
linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2,....Xn) dengan variabel dependen (Y)”. Analisis ini digunakan
untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel dependen
mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
variabel independen dengan variabel dependen apabila masing-masing variabel
independen berhubungan positif atau negatif (Duwi Priyatno, 2010).
Persamaan regresi linear berganda (Duwi Priyatno, 2010: 61) sebagai
berikut:
Y ’ = a + b1X1 + b2X2 + …..+ bnXn Keterangan: Y ’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1, X2, Xn = Variabel independen a = konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2,….Xn = 0) b1, b2, bn = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) Berdasarkan rumus di atas maka penelitian saya menggunakan spesifikasi
model sebagai berikut:
LPDRB = α + α1 LPAD + α2 LDBH + α3LSDO + α4 DPD …………..1)
LPDRB = α + α1 LPAD + α2 LDBH + α3LDAU + α4 DAK …………..2)
Keterangan:
1) : model regresi sebelum otonomi daerah (tahun 1995-2000)
2) : model regresi selama otonomi daerah (tahun 2001-2006)
1) Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu variabel
independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Adapun langkah-langkah
dari uji t adalah sebagai berikut:
a) Hipotesis
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0
Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial variabel independen
terhadap variabel dependen.
Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0
Berarti ada pengaruh yang signifikan secara parsial variabel independen
terhadap variabel dependen.
b) Tingkat signifikasi (α ) = 5% ; t tabel= n − k – 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c) Rumus uji t
t =Sbi
bi
Dimana :
bi = koefisien regresi variabel i
Sbi = standar error variabel i
(Duwi Priyatno, 2010: 68)
d) Kriteria pengujian
Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel atau probabilitas nilai t
atau signifikan > 0,05.
Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel atau probabilitas nilai t
atau signifikansi < 0,05.
2) Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara serentak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Adapun
langkah-langkah dari uji F adalah sebagai berikut:
a) Hipotesis
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0
Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0
Berarti ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen.
b) Tingkat signifikasi (α ) = 5 % ; F tabel α ( k-1;n-k )
c) Rumus uji F
F =)1/()1(
/2
2
−−− knR
kR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dimana :
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah data atau kasus
k = jumlah variabel independen
(Duwi Priyatno, 2010: 67)
d) Kriteria pengujian
Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel atau probabilitas nilai F
atau signifikan > 0,05.
Ho ditolak dan Ha diterima apabila F hitung > Ft abel atau probabilitas nilai F
atau signifikansi < 0,05.
3) Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh proporsi variasi
variabel-variabel independen dapat menerangkan dengan baik variabel dependen.
Perhitungan koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
R2 = 2
21
yi
ei
ΣΣ−
Keterangan :
R2 : Koefisien determinasi
ei2 : Nilai kuadrat residual
yi2 : Nilai kuadrat variabel
b. Uji Chow Test
Chow Test adalah alat untuk menguji test of coefficient atau uji kesamaan
koefisien. Jika hasil observasi yang sedang diteliti dapat dikelompokkan menjadi
2 atau lebih kelompok, maka pertanyaan yang timbul adalah apakah kedua atau
lebih kelompok tersebut merupakan subyek proses ekonomi yang sama (Imam
Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini, chow test digunakan untuk menguji apakah
terdapat perbedaan pengaruh kemampuan keuangan (PAD, DBH, SDO atau DAU,
dan DPD atau DAK) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebelum otonomi
daerah dan selama otonomi daerah. Uji kesamaan koefisien dilakukan dengan F
test, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
)k22n1n/(RSSur
k/)RSSurRSSr(F
−+−=
Keterangan :
RSSr : restricted residual sum of squared - regression (regresi dengan total
observasi)
RSSur : unrestricted residual sum of squared - regression (jumlah SSR dari
masing-masing regresi kelompok observasi)
n : Jumlah observasi
k : Jumlah parameter yang diestimasi
Jika nilai F hitung > F tabel, maka kita menolak hipotesis nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Variabel Penelitian
Deskripsi data merupakan gambaran hasil pengumpulan data dari tiap-tiap
variabel yang diteliti. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Keuangan
Daerah Kabupaten Ponorogo Sebelum dan Selama Otonomi Daerah dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi” ini menggunakan empat variabel bebas
yaitu Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2), Dana Alokasi Umum
(periode selama otonomi daerah)/ Subsidi Daerah Otonom (periode sebelum
otonomi daerah) (X3), Dana Alokasi Khusus (periode selama otonomi daerah)/
Dana Pembangunan Daerah (periode sebelum otonomi daerah) (X4), dan satu
variabel terikat yaitu Pertumbuhan Ekonomi (Y).
Guna mengungkapkan dan membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan, maka
data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui Badan Pusat
Statistik (BPS) Ponorogo dan web Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan
Daerah. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui hasil sebagai berikut.
Tabel 6. Deskripsi Data Variabel PAD, DBH, SDO, DPD, dan PDRB Sebelum Otonomi daerah yaitu Tahun 1995-2000
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
PDRB 167.000.291.666,67 6143.024.497,31 24
PAD 1.038.053.601,63 566.001.904,99 24
DBH 1.453.625.933,57 863.718.156,89 24
SDO 8.527.507.931,64 10.034.250.500,66 24
DPD 6.129.212.839.38 3.535.119.415,38 24
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan deskripsi data di atas menunjukkan pengamatan terhadap
keuangan daerah Kabupaten Ponorogo dalam penelitian ini adalah 6 tahun yaitu
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
24 data kuartalan sebelum otonomi daerah dan 6 tahun yaitu 24 data kuartalan
selama otonomi daerah. Berdasarkan deskripsi data di atas maka dapat diketahui
bahwa masa sebelum otonomi daerah variabel PAD mempunyai rata-rata Rp
1.038.053.601,63 dengan standar deviasi Rp 6143.024.497,31; variabel DBH
mempunyai rata-rata Rp 1.453.625.933,57 dengan standar deviasi Rp
863.718.156,89; variabel SDO mempunyai rata-rata Rp 8.527.507.931,64 dengan
standar deviasi Rp 10.034.250.500,66; variabel DPD mempunyai rata-rata Rp
6.129.212.839.38 dengan standar deviasi Rp 3.535.119.415,38. Variabel terikat
yaitu pertumbuhan Ekonomi (PDRB) mempunyai rata-rata Rp
167.000.291.666,67 dengan standar deviasi Rp 6.143.024.497,31.
Tabel 7. Deskripsi Data Variabel PAD, DBH, DAU, DAK, dan PDRB Tahun 2001-2006
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
PDRB 582.772.887.916,67 57.965.713.687,55 24
PAD 5.924.139.230,59 1.891.842.547,46 24
DBH 5.596.777.851,73 2.176.698.579,72 24
DAU 74.241.300.022,76 18.235.121.960,39 24
DAK 1.663.733.357,38 2.910.610.509,11 24 Sumber: data sekunder diolah
Selama otonomi daerah variabel PAD mempunyai rata-rata Rp
5.924.139.230,59 dengan standar deviasi Rp 1.891.842.547,46; variabel DBH
mempunyai rata-rata Rp 5.596.777.851,73 dengan standar deviasi Rp
2.176.698.579,72; variabel DAU mempunyai rata-rata Rp 74.241.300.022,76
dengan standar deviasi Rp 18.235.121.960,39; variabel DAK mempunyai rata-rata
Rp 1.663.733.357,38 dengan standar deviasi Rp 2.910.610.509,11. Variabel
terikat yaitu pertumbuhan Ekonomi (PDRB) mempunyai rata-rata Rp
582.772.887.916,67 dengan standar deviasi Rp 57.965.713.687,55.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data yang akan digunakan untuk
analisis statistik dengan teknik regresi ganda harus memenuhi persyaratan:
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas.
Menurut Imam Ghozali (2006), nilai tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) merupakan salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas. Jika nilai toleransi ≤ 0.10 atau nilai VIF ≥ 10 maka
diindikasikan terdapat masalah multikolinearitas.
Tabel 8. Hasil Uji Multikolinieritas Sebelum Otonomi Daerah Selama Otonomi Daerah
Model
Collinearity Statistics
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF Tolerance VIF
1 (Constant) 1
(Constant)
PAD 0,004 277,436 PAD 0,019 51,654
DBH 0,003 343,205 DBH 0,019 52,061
SDO 0,183 5,456 DAU 0,214 4,673
DPD 0,102 9,849 DAK 0,337 2,963
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa besarnya koefisien
keuangan daerah masa sebelum otonomi maupun masa selama otonomi daerah
diketahui terdapat 2 variabel yaitu PAD dan DBH memiliki nilai VIF di atas
angka 10, dan nilai tolerance di bawah angka 0,1, maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi multikolinieritas. Atau dapat dikatakan ada hubungan antar variabel bebas.
Oleh karena itu, dilakukan proses log natural untuk mengobatinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 9. Hasil Uji Multikolinieritas (Log natural) Sebelum Otonomi Daerah Selama Otonomi Daerah
Model
Collinearity Statistics
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF Tolerance VIF
1 (Constant) 1
(Constant)
Ln_PAD 0,010 103,349 Ln_PAD 0,025 40,453
Ln_DBH 0,011 92,940 Ln__DBH 0,022 44,814
Ln_SDO 0,224 4,470 Ln_DAU 0,205 4,888
Ln_DPD 0,297 3,372 Ln_DAK 0,627 1,595 Sumber: data sekunder diolah
Setelah dilakukan proses log natural (Ln) terhadap semua variabel ternyata
untuk masa selama otonomi daerah maupun masa selama otonomi daerah masih
menunjukkan terdapat multikolinearitas untuk variabel PAD dan DBH. Setelah
dilakukan proses log natural belum berhasil maka akan menggunakan regresi
principal component dalam mengolah kelima variabel tersebut untul masa selama
otonomi daerah.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode-1 (sebelumnya). Autokorelasi terjadi karena observasi
yang berturutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang
baik apabila tidak terjadi autokorelasi.
Menurut Singgih Santoso (2010: 87) kriteria autokorelasi ada 3, yaitu:
a. Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
b. Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.
c. Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
Tabel 10. Hasil Uji Autokorelasi
Sebelum Otonomi Daerah (Tahun 1995-2000)
Selama Otonomi Daerah (Tahun 2001-2006)
Model Durbin-Watson Model Durbin-Watson
1 0,953 1 1,681 Sumber: data sekunder diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Dari tabel hasil uji autokorelasi, diketahui nilai D-W masa sebelum
otonomi daerah sebesar 1,508 dan nilai D-W masa selama otonomi daerah sebesar
1,681. Nilai D-W terletak diantara -2 sampai 2, dengan demikian model regresi
terbebas dari masalah autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berarti ada variabel pengganggu dalam persamaan
model regresi yang mempunyai varian yang sama atau tidak. Untuk mengetahui
terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara Regression Studentised
Residual dengan Regression Standardized Predicted Value. Penetapan dasar
pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.
Sumber: data sekunder diolah
Gambar 3. Grafik Scatterplot (diagram pencar) masa sebelum otonomi daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pada gambar 3 terlihat bahwa titik menyebar secara acak, tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, dan tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya masalah
heteroskedastisitas pada model regresi, karena pada model tersebut varian residual
dari satu pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap (homoskedastisitas). Oleh
karena itu, model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel pertumbuhan
ekonomi (PDRB) yang didasarkan pada variabel PAD, DBH, SDO, DPD.
Pada gambar 4 terlihat bahwa titik menyebar secara acak, tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, dan tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya masalah
heteroskedastisitas pada model regresi, karena pada model tersebut varian residual
dari satu pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap (homoskedastisitas). Oleh
karena itu, model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel pertumbuhan
ekonomi (PDRB) yang didasarkan pada variabel PAD, DBH, DAU, DAK. Hasil
pengujian heteroskedastisistas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
berikut:
Sumber: data sekunder diolah Gambar 4. Grafik Scatterplot (diagram pencar) masa selama otonomi daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4. Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis
memiliki sebaran normal atau tidak. Deteksi normalitas dapat dilihat dari
penyebaran data pada sumbu diagonal pada suatu grafik. Apabila data menyebar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Namun jika data menyebar tetapi tidak mengikuti
garis diagonal, maka data tersebut disebut tidak normal. Hasil uji normalitas pada
penelitian ini bisa dilihat dalam gambar berikut:
Sumber: data sekunder diolah Gambar 5. Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual masa
sebelum otonomi daerah. Gambar di atas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi memenuhi
asumsi normalitas untuk masa sebelum otonomi daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Sumber: data sekunder diolah Gambar 6. Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual masa
selama otonomi daerah. Gambar di atas menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi memenuhi
asumsi normalitas unyuk masa selama otonomi daerah.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan
yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila
hasil penelitian dapat mendukung pernyataan hipotesis dan sebaliknya akan
ditolak apabila hasil penelitian tidak mendukung pernyataan hipotesis.
1. Analisis Regresi Ganda
Setelah diolah dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows
diperoleh nilai koefisien regresi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 11. Component Score Coefficient Matrix masa sebelum otonomi daerah
Component Score Coefficient Matrix
Component
1 Ln.PAD 0,279 Ln.DBH 0,276 Ln.SDO 0,262 Ln.DPD 0,259 Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Scores. Sumber: data sekunder diolah
Setelah dilakukan analisis principal component maka diperoleh satu
variabel predictor yang mewakili keempat variabel bebas PAD, DBH, SDO, dan
DPD. Dari Tabel Component Score Coefficient Matrix, maka diperoleh persamaan
untuk variabel baru yang terbentu, yaitu:
X = 0,279 X1 + 0,276 X2 + 0,262 X3 + 0,259 X4
Tabel 12. Koefisien Regresi masa sebelum otonomi daerah dengan metode Principal Component Analysis
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 25,841 0,007 3755,157 0,000
REGR factor score 1 for analysis 1
0,016 0,007 0,444 2,325 0,030
Sumber: data sekunder diolah
Y = 25,841 + 0,016 X
Dengan persamaan X = 0,279 X1 + 0,276 X2 + 0,262 X3 + 0,259 X4
Maka akan diperoleh persamaan baru, yaitu:
Y = 25,841 + 0,0045 X1 + 0,0044 X2 + 0,0042 X3 + 0,041 X4
Keterangan
Y : Pertumbuhan ekonomi (PDRB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
X1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 : Dana Bagi Hasil (DBH)
X3 : Subsidi Daerah Otonom (SDO)
X4 : Dana Pembangunan Daerah (DPD)
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. Konstanta / intersep sebesar 25,841 secara matematis menyatakan bahwa jika
nilai variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 sama dengan nol maka nilai Y adalah
25,841. Dalam penelitian ini nilai variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 tidak
mungkin sama dengan nol dan nilai Y tidak mungkin negatif.
b. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) sebesar 0,0045
artinya Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh yang positif terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0045 berarti
bahwa peningkatan satu persen variabel Pendapatan Asli Daerah pada setiap
kuartalnya dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan
kenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar 0,0045 persen.
c. Koefisien regresi variabel Dana Bagi Hasil (X2) sebesar 0,0044 artinya Dana
Bagi Hasil mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0044 berarti bahwa peningkatan
satu persen variabel Dana Bagi Hasil dengan asumsi variabel bebas lain
konstan akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar
0,0044 persen.
d. Koefisien regresi variabel Subsidi Daerah Otonom (X3) sebesar 0,0042
artinya Subsidi Daerah Otonom mempunyai pengaruh yang positif terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0042 berarti
bahwa peningkatan satu persen variabel Subsidi Daerah Otonom dengan
asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan
ekonomi (PDRB) sebesar 0,0042 persen.
e. Koefisien regresi variabel Dana Pembangunan Daerah (X4) sebesar 0,0041
artinya Dana Pembangunan Daerah mempunyai pengaruh yang positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien
0,0041 berarti bahwa peningkatan satu persen variabel Dana Pembangunan
Daerah dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan
kanaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar 0,0041 persen.
Tabel 13. Component Score Coefficient Matrix Component Score Coefficient Matrix
Component
1
Ln_PAD 0,298
Ln__DBH 0,302
Ln_DAU 0,289
Ln_DAK 0,214
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Scores. Sumber: data sekunder diolah
Setelah dilakukan analisis principal component maka diperoleh satu
variabel predictor yang mewakili keempat variabel bebas PAD, DBH, DAU, dan
DAK . Dari Tabel Component Score Coefficient Matrix, maka diperoleh
persamaan untuk variabel baru yang terbentu, yaitu:
X = 0,298 X1 + 0,302 X2 + 0,289 X3 + 0,214 X4
Tabel 14. Koefisien Regresi masa selama otonomi daerah dengan metode Principal Component Analysis
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 27,072 0,015 1814,844 0,000
REGR factor score 1 for analysis 1
0,091 0,015 0,814 50,952 0,000
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel coefficients di atas, maka persamaan regresi yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = 27,072 + 0,091 X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dengan persamaan X = 0,298 X1 + 0,302 X2 + 0,289 X3 + 0,214 X4
Maka akan diperoleh persamaan baru, yaitu:
Y = 27,072 + 0,0271 X1 + 0,0275 X2 + 0,0263 X3 + 0,0195 X4
Keterangan
Y : Pertumbuhan ekonomi (PDRB)
X : Variabel baru/ variabel predictor yang terbentuk mewakili keempat
variabel bebas, yaitu X1: Pendapatan Asli Daerah (PAD), X2: Dana Bagi
Hasil (DBH), X3: Subsidi Daerah Otonom (SDO), dan X4: Dana
Pembangunan Daerah (DPD)
X1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 : Dana Bagi Hasil (DBH)
X3 : Dana Alokasi Umum (DAU)
X4 : Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a. Konstanta / intersep sebesar 27,072 secara matematis menyatakan bahwa jika
nilai variabel bebas sama dengan nol maka nilai Y adalah 27,072. Dalam
penelitian ini nilai variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 tidak mungkin sama
dengan nol dan nilai Y tidak mungkin negatif.
b. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) sebesar 0,0271 artinya
Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0271 berarti bahwa
peningkatan satu persen variabel Pendapatan Asli Daerah pada setiap
kuartalnya dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar 0,0271 persen.
c. Koefisien regresi variabel Dana Bagi Hasil (X2) sebesar 0,0275 artinya Dana
Bagi Hasil mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0275 berarti bahwa peningkatan satu
persen variabel Dana Bagi Hasil dengan asumsi variabel bebas lain konstan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar 0,0275
persen.
d. Koefisien regresi variabel Dana Alokasi Umum (X3) sebesar 0,0263 artinya
Dana Alokasi Umum mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0263 berarti bahwa
peningkatan satu persen variabel Dana Alokasi Umum dengan asumsi variabel
bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi
(PDRB) sebesar 0,0263 persen.
e. Koefisien regresi variabel Dana Alokasi Khusus (X4) sebesar 0,0195 artinya
Dana Alokasi Khusus mempunyai pengaruh yang negatif terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0195 berarti bahwa
peningkatan satu persen variabel Dana Alokasi Khusus dengan asumsi
variabel bebas lain konstan akan menyebabkan penurunan pertumbuhan
ekonomi (PDRB) sebesar 0,0195 persen.
2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui variabel bebas secara simultan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
a. Hipotesis
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuangan
daerah (PAD, DBH, SDO (DAU), DPD (DAK) secara simultan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Kabupaten Ponorogo.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kemampuan
keuangan daerah (PAD, DBH, SDO (DAU), DPD (DAK) secara
simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Kabupaten
Ponorogo.
b. Kriteria Pengujian
Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
c. Nilai Probabilitas
Tabel 15. ANOVA masa sebelum otonomi daerah
ANOVAb
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 0,006 1 0,006 5,407 0,030a
Residual 0,025 22 0,001
Total 0,031 23
a. Predictors: (Constant), REGR factor score 1 for analysis 1 b. Dependent Variable: Ln.PDRB Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel ANOVA di atas bisa dilihat bahwa nilai probabilitas
dalam kolom Sig. adalah 0,030, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Maka bisa
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh
yang signifikan secara simultan antara variabel keuangan daerah yang terdiri dari
empat sub variabel yaitu Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2),
Subsidi Daerah Otonom (X3), dan Dana Pembangunan Daerah (X4) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y) di Kabupaten Ponorogo
Tabel 16. Model summary masa sebelum otonomi daerah Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 0,857a 0,734 0,678 0,02089 0,186
a. Predictors: (Constant), Ln_DAK, Ln_PAD, Ln_DAU, Ln_DBH
b. Dependent Variable: Ln_PDRB Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada model summary diperoleh angka
Adjusted R square adalah sebesar 0,678. Hal ini berarti 67,8 % Pertumbuhan
Ekonomi (PDRB) dapat dijelaskan oleh keempat variabel tersebut. Sedangkan
sisanya (100 % - 67,8% % = 32,2 %) dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 17. ANOVA masa selama otonomi daerah.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 0,158 1 0,158 35,431 0,000a
Residual 0,080 18 0,004
Total 0,238 19
a. Predictors: (Constant), REGR factor score 1 for analysis 1
b. Dependent Variable: Ln_PDRB Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel ANOVA di atas bisa dilihat bahwa nilai probabilitas
dalam kolom Sig. adalah 0,000, dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Maka bisa
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh
yang signifikan secara simultan antara variabel keuangan daerah yang terdiri dari
empat sub variabel yaitu Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2),
Dana Alokasi Umum (X3), dan Dana Alokasi Khusus (X4) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (Y) di Kabupaten Ponorogo.
Tabel 18. Model summary masa sebelum otonomi daerah Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 0,814a 0,663 0,644 0,06671 0,676
a. Predictors: (Constant), REGR factor score 1 for analysis 1
b. Dependent Variable: Ln_PDRB Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada model summary diperoleh angka
Adjusted R square adalah sebesar 0,644. Hal ini berarti 64,4 % Pertumbuhan
Ekonomi (PDRB) dapat dijelaskan oleh keempat variabel tersebut. Sedangkan
sisanya (100 % - 64,4% % = 35,6 %) dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
3. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel
berpengaruh atau tidak terhadap pertumbuhan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
a. Hipotesis
Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuangan daerah
secara parsial Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ponorogo.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuangan daerah secara
parsial Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ponorogo.
b. Kriteria Pengujian
Ho ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05
c. Nilai Probabilitas
Tabel 19. Coefficients masa sebelum otonomi daerah
Model
t Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) 82m831 0,000
Ln.PAD -2,749 0,013 0,010 103,349
Ln.DBH 3,139 0,005 0,011 92,940
Ln.SDO -3,876 0,001 0,224 4,470
Ln.DPD 6,062 0,000 0,297 3,372 Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel coefficients di atas bisa dilihat bahwa nilai toleransi
untuk variabel PAD dan DBH di bawah 0,10 dan VIF di atas angka 10, hal ini
menunjukkan adanya multikolinearitas. Setelah dilakukan proses log natural
belum berhasil maka akan menggunakan regresi principal component dalam
mengolah kelima variabel tersebut untul masa selama otonomi daerah.
Tabel 20. Coefficients masa sebelum otonomi daerah setelah terbentuk variabel predictor
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std. Error
1 (Constant) 25,841 0,007 3755,157 0,000
REGR factor score 1 for analysis 1
0,016 0,007 2,325 0,030
Sumber: data sekunder diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Berdasarkan tabel coefficients di atas bisa dilihat bahwa nilai probabilitas
Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2), Subsidi Daerah Otonom
(X3), Dana Pembangunan Daerah (X4) yang diwakili oleh variabel predictor
adalah 0,030. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak,
sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel
keuangan daerah terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y).
Tabel 21. Coefficients masa selama otonomi daerah
Model t Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) 21,155 0,000
Ln_PAD 2,380 0,031 0,025 40,453
Ln__DBH 0,213 0,834 0,022 44,814
Ln_DAU 1,684 0,113 0,205 4,888
Ln_DAK -5,913 0,000 0,627 1,595 Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel coefficients di atas bisa dilihat bahwa nilai toleransi
untuk variabel PAD dan DBH di bawah 0,10 dan VIF di d atas angka 10, hal ini
menunjukkan adanya multikolinearitas. Setelah dilakukan proses log natural
belum berhasil maka akan menggunakan regresi principal component dalam
mengolah kelima variabel tersebut untul masa selama otonomi daerah.
Tabel 22. Coefficients masa selama otonomi daerah setelah terbentuk variabel predictor
Model t Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) 1814,844 0,000
REGR factor score 1 for analysis 1
5,952 0,000 1,000 1,000
Sumber: data sekunder diolah
Berdasarkan tabel coefficients di atas bisa dilihat bahwa nilai probabilitas
Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Bagi Hasil (X2), Subsidi Daerah Otonom
(X3), Dana Pembangunan Daerah (X4) yang diwakili oleh variabel predictor
adalah 0,000. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel
keuangan daerah terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y).
4. Uji Chow Test
Chow Test adalah alat untuk menguji test of coefficient atau uji kesamaan
koefisien. Jika hasil observasi yang sedang diteliti dapat dikelompokkan menjadi
dua atau lebih kelompok, maka pertanyaan yang timbul adalah apakah kedua atau
lebih kelompok tersebut merupakan subyek proses ekonomi yang sama (Imam
Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini, chow test digunakan untuk menguji apakah
terdapat perbedaan pengaruh kemampuan keuangan (PAD, DBH, SDO atau DAU,
dan DPD atau DAK) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebelum otonomi
daerah dan selama otonomi daerah.
Tabel 23. Uji Chow Test
Model Gabungan
Sebelum Otonomi Daerah
Selama Otonomi Daerah
Jumlah kuadrat residu 2,949 0,025 0,080 N 44 24 20 Chow Test 639,5455 F tabel 3,23
Sumber : Data sekunder yang diolah
Keterangan:
71,541F
(2x2))200,080)/(24(0,025
0,080))/2(0,025(2,949F
2k)n2RSSur/(n1
RSSur)/k(RSSrF
=−++
+−=
−+−=
Hasil pengujian pada Tabel 20 diperoleh nilai Chow Test F sebesar 541,71
dengan nilai F Tabel pada df1=2 dan df2 = 44-4 = 40 sebesar 3,23. Sehingga nilai
Chow test (541,71) > F tabel (3,23). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dari pengaruh 4 variabel independen (PAD, DBH,
DAU, dan DAK) terhadap variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi) di masa
sebelum otonomi daerah dengan masa selama otonomi daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 24. Perbandingan Koefisien masa sebelum otonomi daerah dengan selama otonomi daerah
Koefisien Sebelum Otonomi Daerah
Koefisien Selama Otonomi Daerah
1 (Constant) 25,841 27,072
Ln_PAD 0,0045 0,0271
Ln_DBH 0,0044 0,0275
Ln_SDO/ Ln_DAU 0,0042 0,0263
Ln_DPD/ Ln_DAK 0,0041 0,0195 Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel Koefisien di atas maka terlihat bahwa variabel Dana
Bagi Hasil merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
pertumbuhan ekonomi masa selama otonomi daerah. Berdasarkan koefisien di
atas, semua variabel mengalami peningkatan, baik Pendapatan Asli Daerah, Dana
Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, maupun Dana Alokasi Khusus.
5. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data untuk menguji hipotesis, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuangan daerah yang
terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Subsidi
Daerah Otonom (SDO), dan Dana Pembangunan Daerah (DPD) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Kabupaten Ponorogo di masa sebelum
otonomi daerah baik secara parsial maupun secara bersama-sama.
b. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuangan daerah yang
terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Subsidi
Daerah Otonom (SDO), dan Dana Pembangunan Daerah (DPD) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di Kabupaten Ponorogo di masa selama
otonomi daerah baik secara parsial maupun secara bersama-sama.
c. Terdapat perbedaan yang signifikan dari pengaruh keuangan daerah yang
terdiri PAD, DBH, DAU, dan DAK terhadap variabel dependen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(Pertumbuhan Ekonomi) di masa sebelum otonomi daerah dengan masa
selama otonomi daerah.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data dalam penelitian ini, hasil pengolahan data
membuktikan bahwa sebelum otonomi daerah, seluruh variabel yang ada di dalam
keuangan daerah yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi
Hasil (DBH), Subsidi Daerah Otonom (SDO), dan Dana Pembangunan Daerah
(DPD) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di
Kabupaten Ponorogo. Berikut menunjukkan seberapa besar pengaruh masing-
masing variabel keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh sebesar 0,0045; Dana Bagi Hasil
(DBH) berpengaruh sebesar 0,0044; Subsidi Daerah Otonom (SDO) berpengaruh
sebesar 0,0042; dan Dana Pembangunan Daerah (DPD) berpengaruh sebesar
0,0041.
Hasil uji F diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,030; karena nilai
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga disimpulkan
terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel keuangan daerah yang terdiri
atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Subsidi Daerah
Otonom (SDO), dan Dana Pembangunan Daerah (DPD) simultan terhadap
pertumbuhan ekonomi (PDRB).
Hasil uji t diperoleh nilai probabilitas untuk keempat variabel yang
diwakili oleh variabel prediktor sebesar 0,030; karena nilai probabilitas untuk
keempat variabel ini lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga bisa
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel keuangan
daerah yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH),
Subsidi Daerah Otonom (SDO), dan Dana Pembangunan Daerah (DPD) secara
parsial terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pembahasan analisis data secara parsial adalah sebagai berikut :
f. Konstanta / intersep sebesar 25,841 secara matematis menyatakan bahwa jika
nilai variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 sama dengan nol maka nilai Y adalah
25,841. Dalam penelitian ini nilai variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 tidak
mungkin sama dengan nol dan nilai Y tidak mungkin negatif.
g. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) sebesar 0,0045
artinya Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh yang positif terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0045 berarti
bahwa peningkatan satu persen variabel Pendapatan Asli Daerah pada setiap
kuartalnya dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan
kenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar 0,0045 persen.
h. Koefisien regresi variabel Dana Bagi Hasil (X2) sebesar 0,0044 artinya Dana
Bagi Hasil mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0044 berarti bahwa peningkatan
satu persen variabel Dana Bagi Hasil dengan asumsi variabel bebas lain
konstan akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar
0,0044 persen.
i. Koefisien regresi variabel Subsidi Daerah Otonom (X3) sebesar 0,0042
artinya Subsidi Daerah Otonom mempunyai pengaruh yang positif terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0042 berarti
bahwa peningkatan satu persen variabel Subsidi Daerah Otonom dengan
asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan
ekonomi (PDRB) sebesar 0,0042 persen.
j. Koefisien regresi variabel Dana Pembangunan Daerah (X4) sebesar 0,0041
artinya Dana Pembangunan Daerah mempunyai pengaruh yang positif
terhadap variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien
0,0041 berarti bahwa peningkatan satu persen variabel Dana Pembangunan
Daerah dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan
kanaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar 0,0041 persen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sementara itu, untuk masa selama otonomi daerah, seluruh variabel yang
ada di dalam keuangan daerah yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di
Kabupaten Ponorogo. Berikut menunjukkan seberapa besar pengaruh masing-
masing variabel keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh sebesar 0,0271; Dana Bagi Hasil
(DBH) berpengaruh sebesar 0,0275; Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh
sebesar 0,0263; dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh sebesar 0,0195.
Hasil uji F diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000; karena nilai
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga disimpulkan
terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel keuangan daerah yang terdiri
atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) simultan terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDRB).
Masa selama otonomi daerah dilakukan analisis dengan menggunakan
principal component maka diperoleh satu variabel predictor. Variabel predictor
tersebut kemudian diregresi dengan variabel pertumbuhan ekonomi dan diperoleh
nilai t dengan nilai probabilitas 0,000. Hal ini berarti nilai probabilitas kurang dari
0,05 maka Ho ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial
antara variabel predictor terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). Variabel
predictor mewakili keempat variabel independen.
Pembahasan analisis data secara parsial adalah sebagai berikut :
a. Konstanta/ intersep sebesar 27,072 secara matematis menyatakan bahwa jika
nilai variabel bebas sama dengan nol maka nilai Y adalah 27,072. Dalam
penelitian ini nilai variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 tidak mungkin sama
dengan nol dan nilai Y tidak mungkin negatif.
b. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) sebesar 0,0271 artinya
Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0271 berarti bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
peningkatan satu persen variabel Pendapatan Asli Daerah pada setiap
kuartalnya dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar 0,0271 persen.
c. Koefisien regresi variabel Dana Bagi Hasil (X2) sebesar 0,0275 artinya Dana
Bagi Hasil mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel pertumbuhan
ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0275 berarti bahwa peningkatan satu
persen variabel Dana Bagi Hasil dengan asumsi variabel bebas lain konstan
akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) sebesar 0,0275
persen.
d. Koefisien regresi variabel Dana Alokasi Umum (X3) sebesar 0,0263 artinya
Dana Alokasi Umum mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0263 berarti bahwa
peningkatan satu persen variabel Dana Alokasi Umum dengan asumsi variabel
bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi
(PDRB) sebesar 0,0263 persen.
e. Koefisien regresi variabel Dana Alokasi Khusus (X4) sebesar 0,0195 artinya
Dana Alokasi Khusus mempunyai pengaruh yang negatif terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi (PDRB). Sedangkan koefisien 0,0195 berarti bahwa
peningkatan satu persen variabel Dana Alokasi Khusus dengan asumsi
variabel bebas lain konstan akan menyebabkan penurunan pertumbuhan
ekonomi (PDRB) sebesar 0,0195 persen
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebelum otonomi daerah, variabel
keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik
secara simultan maupun parsial. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh
sebesar 0,0045; Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh sebesar 0,0044; Subsidi
Daerah Otonom (SDO) berpengaruh sebesar 0,0042; dan Dana Pembangunan
Daerah (DPD) berpengaruh sebesar 0,0041. Sementara untuk masa selama
otonomi daerah, variabel keuangan daerah juga berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi baik secara simultan maupun parsial. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) berpengaruh sebesar 0,0271; Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
sebesar 0,0275; Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh sebesar 0,0263; dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh sebesar 0,0195. Berdasarkan hasil nilai
koefisien regresi sebelum otonomi daerah diketahui bahwa pengaruh terbesar
dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah Pendapatan Asli Daerah.
Sedangkan untuk masa selama otonomi daerah variabel yang memiliki pengaruh
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi adalah variabel Dana Bagi Hasil yang
merupakan salah satu bentuk Dana Perimbangan.
Hal ini senada dengan penelitian Paidi Hidayat dan Sirojusilam 2006.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, PAD dan Dana Perimbangan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Namun, dilihat dari
nilai koefisiennya, Dana Perimbangan masih mendominasi dalam menjalankan
roda pemerintahan dan masih menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi di
Kota Medan. Jadi, berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut variabel keuangan
daerah berpengaruh signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.
Masa sebelum otonomi daerah maupun selama otonomi daerah terlihat
bahwa koefisien regresi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh sebesar
0,0045; Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh sebesar 0,0044; Subsidi Daerah
Otonom (SDO) berpengaruh sebesar 0,0042; dan Dana Pembangunan Daerah
(DPD) berpengaruh sebesar 0,0041. Sementara untuk masa selama otonomi
daerah, variabel keuangan daerah juga berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi baik secara simultan maupun parsial. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) berpengaruh sebesar 0,0271; Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh
sebesar 0,0275; Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh sebesar 0,0263; dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh sebesar 0,0195. Berdasarkan koefisien
tersebut terlihat bahwa pengaruh semua variabel keuangan daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi sebelum otonomi daerah mengalami peningkatan selama
masa otonomi daerah.
Berdasarkan uji Chow Test, nilai F sebesar 541,71 dengan nilai F Tabel
pada df1=2 dan df2 = 44-4 = 40 sebesar 3,23. Sehingga nilai Chow test (541,71) >
F tabel (3,23). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dari pengaruh 4 variabel independen (PAD, DBH, DAU, dan DAK) terhadap
variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi) di masa sebelum otonomi daerah
dengan masa selama otonomi daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis statistik untuk menguji hipotesis yang telah
dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dan pembahasan analisis data,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan menggunakan uji F menyatakan terdapat pengaruh secara
signifikan antara variabel keuangan daerah yang terdiri atas Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU)/
Subsidi Daerah Otonom (SDO), Dana Alokasi Khusus (DAK)/ Dana
Pembangunan Daerah, secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi
(PDRB) di Kabupaten Ponorogo baik sebelum otonomi daerah maupun
selama otonomi daerah diterima atau terbukti kebenarannya.
2. Hasil perhitungan menggunakan uji t menyatakan variabel Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU)/
Subsidi Daerah Otonom (SDO), Dana Alokasi Khusus (DAK)/ Dana
Pembangunan Daerah, secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB) di Kabupaten Ponorogo baik
sebelum otonomi daerah maupun selama otonomi daerah diterima atau
terbukti kebenarannya.
3. Hasil perhitungan menggunakan uji chow test terdapat perbedaan yang
signifikan dari pengaruh keuangan daerah yang terdiri PAD, DBH, DAU, dan
DAK terhadap variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) di masa sebelum
otonomi daerah dengan masa selama otonomi daerah.
4. Keempat variabel bebas yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
pertumbuhan ekonomi (Y) adalah variabel Dana Bagi Hasil (DBH).
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas ternyata terdapat
pengaruh keuangan daerah yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75 Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU)/ Subsidi Daerah Otonom (SDO),
Dana Alokasi Khusus (DAK)/ Dana Pembangunan Daerah, secara simultan
terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB) di Kabupaten Ponorogo baik sebelum
otonomi daerah maupun selama otonomi daerah dan terdapat perbedaan yang
signifikan dari pengaruh keuangan daerah yang terdiri PAD, DBH, DAU, dan
DAK terhadap variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) di masa sebelum otonomi
daerah dengan masa selama otonomi daerah. Sehingga dapat diimplikasikan
sebagai berikut:
1. Dengan mengetahui pengaruh keuangan daerah, maka dapat dijadikan
masukan, bahan pertimbangan, serta referensi dalam mengambil kebijakan-
kebijakan bagi pemerintah di Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di masa otonomi daerah ini.
2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu manajemen keuangan
daerah, hasil penelitian ini dapat dijadikan penguat teori bahwa mengatur
(memanaj) keuangan dengan baik sangat diperlukan bagi kelangsungan
pembangunan daerah.
3. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi mengenai
pengaruh keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi untuk penelitian
yang akan datang.
4. Hasil penelitian ini menyadarkan pemerintah di Kabupaten Ponorogo untuk
selalu meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui pengelolaan keuangan
daerah yang baik dan berupaya untuk dapat mengoptimalkan potensi daerah
sebagai sumber pemasukan daerah.
5. Hasil penelitian ini akan dapat dikembangkan secara mendalam melalui teori
dan pengetahuan yang sudah ada dalam rangka menggali dan mendalami
tentang keuangan daerah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan implikasi hasil penelitian yang
penulis kemukakan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang
diharapkan dapat berguna bagi peningkatan keuangan daerah terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo. Adapun saran-saran tersebut
antara lain:
1. Lebih menggali potensi daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), antara lain:
a. Memperluas basis penerimaan
Mendata pembayar pajak baru/ potensial yang belum terkelola selama ini,
perbaikan infrastruktur seperti jalan raya yang akan berdampak pada
peningkatan investasi sehingga pendapatan daerah dapat meningkat,
melakukan pengelolaan tempat-tempat wisata secara maksimal baik itu
dari segi manajemen tempat wisatanya maupun sarana pendukung seperti
hotel, restaurant, maupun pengadaan souvenir.
b. Memperlancar proses pemungutan
Sosialisasi pembayaran pajak kepada pengusaha yang menjalankan
bisnisnya baik hotel restaurant, tempat hiburan, dll. Membangun
kerjasama dengan instansi terkait (misal: bank) dalam upaya
memperlancar proses pembayaran pajak.
c. Meningkatkan pengawasan
Melakukan pemeriksaan/ survey secara langsung di lapangan terhadap
pelayanan pajak oleh petugas, menerapkan sanksi terhadap wajib pajak
yang tidak tertib dan pihak pemungut pajak yang menyalahgunakan
wewenang secara tegas.
d. Kemudahan yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat untuk
melakukan investasi antara lain kemudahan pemberian izin usaha serta
kemudahan dalam memperoleh dana pinjaman dari bank.
2. Meningkatkan penerimaan Dana Bagi Hasil
a. Sektor pajak
Sosialisasi pembayaran pajak kepada masyarakat melalui iklan di radio
atau pemasangan baliho di jalan-jalan, membangun kerjasama dengan
instansi terkait (misal: bank) dalam upaya memperlancar proses
pembayaran pajak oleh masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
b. Sektor sumber daya alam
Melalui pengelolaan hutan secara maksimal. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara pengawasan terhadap oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab melalui patroli hutan secara rutin untuk menghindari adanya illegal
logging; menanami hutan dengan tanaman produksi; melakukan tebang
pilih dan reboisasi secara bergantian.
3. Dalam penelitian yang akan datang, dapat dilakukan dengan topik yang sama
dengan menggunakan data panel (beberapa Kabupaten), penambahan data,
serta menggunakan metodologi penelitian yang berbeda, sehingga dapat
melihat keuangan daerah dan pertumbuhan ekonomi pada sudut pandang yang
lebih komprehensif dan kaffah (menyeluruh).