Upload
vokiet
View
251
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI
MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI
OLEH:
IHDA NURIA AFIDAH
K4308091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI
MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
SKRIPSI
OLEH:
IHDA NURIA AFIDAH
K4308091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Ihda Nuria Afidah
NIM : K4308091
Jurusan / Program Studi : P. MIPA / Pendidikan Biologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENGARUH PENERAPAN
METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Ihda Nuria Afidah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI
MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
OLEH:
IHDA NURIA AFIDAH
K4308091
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I Drs. Slamet Santosa, M.Si. NIP. 19591220 198601 1 002
Surakarta, Juli 2012 Pembimbing II Meti Indrowati, S.Si., M.Si. NIP. 19781001 200112 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 23 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Bowo Sugiharto, S.Pd., M.Pd. ........................
Sekretaris : Dr. Baskoro Adi Prayitno, S,Pd., M.Pd. ........................
Anggota I : Drs. Slamet Santosa, M.Si. ........................
Anggota II : Meti Indrowati, S.Si., M.Si. ........................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajad”
(QS. Al-Mujadalah: 11)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(QS. Ar-Ra’du: 11)
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai, tetaplah bekerja keras, dan hanya kepada Tuhan-mulah engkau
berharap” (QS. Al-Insyirah: 6-8)
“Ketahuilah bahwa bersama kesabaran ada kemenangan” “Bersama kesusahan ada jalan keluar dan bersama kesulitan ada kemudahan”
(HR. Tirmidzi)
“Tetap semangat, waktu yang kamu lalui takkan pernah kembali, maka gunakanlah setiap kesempatan dengan baik. Terus berusaha dan berdo’a, berikan
yang terbaik” (Umah & Abah)
“Segala sesuatu yang dikerjakan tergesa-gesa hasilnya takkan baik” (Bapak Slamet Santosa)
“Lakukan yang terbaik sebagai wujud baktimu pada orang tua” (Ibu Meti Indrowati)
“Orang yang paling bahagia adalah orang yang dapat menebarkan kebahagiaan kepada banyak orang”
(Dr. ‘Aidh al-Qarni)
“Memahami makna hidup secara haqon wala murron dan menjalaninya secara hakikiah untuk mendapatkan ridlho Illah”
(Ardhiansyah)
“Besok adalah harimu, Sukses ada di tanganmu, Semangat!” (Pak Syaif)
“Selalu ingat do’a & harapan orang tuamu yang terukir indah dalam namamu” “Berikanlah yang terbaik pada dunia, & yang terbaik akan kembali padamu”
“Tersenyumlah maka dunia akan tersenyum padamu” (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati & rasa hormat karya sederhana ini kupersembahkan kepada:
Kedua cahayaku: Umahku, Umahku, Umahku Badriah & Abahku Moh. Nur
tercinta yang selalu mencurahkan ketulusan cinta & kasih sayang kepadaku, memotivasi, mendukung & selalu ada dalam setiap langkahku. Terima kasih tiada terkira untuk bimbingan & untaian do’a dalam setiap jengkal perjalanan hidupku.
Adikku: Nuria Zakiyatus Sholihah & M. Nuria Al-Muttaqinir Rosyidin yang selalu aku kasihi. Terima kasih atas kebahagiaan & keceriaan yang kalian lukiskan selama ini.
Mbah Rosidah (almarhum), Mbah Dewi (almarhum), Mbah Basir, Mbok Iti (almarhum), Mbah Iskandar (almarhum) dan keluarga besarku yang telah menginspirasiku untuk menjadi orang yang lebih baik. Terima kasih untuk kasih sayang & do’a yang tercurahkan untukku.
Bapak Slamet Santosa yang tidak hanya sekedar menjadi pembimbing bagiku, tetapi juga bapak yang menyenangkan & menentramkan ketika berada di samping bapak. Terima kasih atas kasih sayang, pelajaran hidup & bimbingan bapak selama ini. Semoga Allah menyelipkan pahala disetiap ilmu yang bapak curahkan.
Ibu Meti Indrowati yang telah menjadi sosok ibu yang sabar dalam membimbingku. Terima kasih atas kasih sayang, bimbingan, motivasi & pesan-pesan ibu.
Bapak Bowo Sugiarto dan Bapak Baskoro Adi Prayitno yang telah berkenan menjadi penguji dalam ujian skripsiku. Terima kasih atas saran, kritik dan bimbingan Bapak.
Ibu Sri Widoretno yang telah menjadi pembimbing akademikku selama menuntut ilmu di Pendidikan Biologi UNS.
Bapak Sarono, terimakasih sudah memberikan ijin penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali.
Ibu Endang Tri Sarwasih, terima kasih sudah berkenan menerima & membimbingku selama penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali.
Pak Zayin yang telah menjadi bapakku selama penelitian di SMA Negeri 2 Boyolali sampai sekarang.
Pak Saryono yang sudah menepis kebosananku dengan memberikan cerita-cerita seru selama aku di SMA Negeri 2 Boyolali & Pak Sriyono yang selalu memberikan tawa nan ramah walaupun kucubiti.
Seseorang yang telah menegurku dengan lembut dan bijak, si pendiam nan ramah Mohammad Ardhiansyah Surya Pranata, kelembutan tutur katamu menyejukkan & menentramkan. Terima kasih atas kasih sayang, do’a & suportnya.
My Sweetie Fairy Annisa Nur Khasanah “Mbok Sa” yang telah setia menemaniku dari awal penyusunan skripsi ini sampai selesai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
My Fairy Mother Dyah Erlina Sulistyaningrum “Mama Ina” yang berkenan menjadi penasehat & editor setiaku.
Sahabat pemicu gagasan & pemacu semangat. Sahabat tersayang pelengkap warna hidupku, Yenny Putri Pratiwi & Umi Nurjannah yang sering membantu, menyemangati & memperhatikanku. Terima kasih atas persahabatan yang indah ini.
Mas Amin, Ami, Risky, Efty, Karana, Mas Ilham, Wawan, Taufik, Mas Fredy, Mas Rizal, Dik Ria, Mbak Ita, Ayu, Mas Ibnu yang telah meluangkan waktu untuk menepis kebingunganku & semua orang yang yang secara langsung maupun tidak langsung memotivasi, membantu & mendo’akanku. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Teman-teman Kos Barokah 2 yang selalu menemani & mengisi hari-hariku. Terima kasih untuk kehangatan keluarga ini.
Keluarga Merpati Putih. Terima kasih untuk kebersamaan yang indah selama ini.
Keluarga Sumber (Mbah Parto, Dik Erlina & Dik Enis) yang telah memberiku tempat berteduh & menerimaku dengan baik.
Keluarga Mama Ina (Suparmi, Feriana, Anggun, Amalia). Terima kasih untuk canda-tawa & keceriaan yang tiada duanya.
Teman-Teman sebimbingan Bapak, terima kasih untuk segala masukan & semangatnya.
Teman-teman sebimbingan Ibu yang selalu menghadirkan canda tawa & semangat baru.
Teman-teman Asisten ANFISMAN, Resty, Isna, Fatim, Novita dan Evi NH yang ikut membantu aku ngoreksi laporan adik-adik. Hehehe...
Teman-teman Pendidikan Biologi kelas B Angkatan 2008 yang akan selalu kurindukan semua cerita perjuangan kita di kampus. Menyenangkan mengenal kalian, kutunggu waktu untuk bertemu lagi & semoga pertemanan kita akan menjadi ikatan indah selamanya.
Teman-teman Pendidikan Biologi UNS Angkatan 2008 yang menorehkan banyak kenangan, Thank’s atas kerjasama & bantuannya selama ini. Semoga kesuksesan selalu mengikuti setiap langkah kita.
Adik-adik tingkat Pendidikan Biologi UNS Angkatan 2009 yang memberikan warna dalam perjalananku.
Almamater tercinta yang kubanggakan.
Selain karena pertolongan Allah Berkat do’a, dukungan & bantuan Anda skripsi ini bisa selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Ihda Nuria Afidah. THE INFLUENCE OF APPLICATION SOCRATIC CIRCLES METHOD WITH IMAGES MEDIA TOWARD STUDENT’S CREATIVE THINKING SKILL. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2012.
This research aims to ascertain whether or not the application Socratic Circles method with images media affects the student’s creative thinking skill.
This research is considered quasi-experiment research. The research was designed using Posttest-Only Control Group Design by applying Socratic Circles method with images media in experimental group and lectures methods, discussions, and presentations in control group. The population of this research were all strudents in X grade of SMA Negeri 2 Boyolali in academic year 2011/ 2012. The sample of this research was established by Cluster Random Sampling, in order to obtain class X-3 as experimental group and class X-2 as control group. The data was collected by using tests, documentation and observation form. The hypothesis was analized by using t-test.
The conclusion of this research is that the application of Socratic Circles method with images media affects the student’s creative thinking skill. Key words: Socratic Circles method, Images Media, Creative Thinking Skill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK
Ihda Nuria Afidah. PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu. Rancangan penelitian ini menggunakan Posttest-Only Control Group Design dengan menerapkan metode Socratic Circles disertai media gambar pada kelompok eksperimen dan metode ceramah, diskusi, dan presentasi pada kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, sehingga diperoleh kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan X-2 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, dokumentasi, dan observasi. Uji hipotesis menggunakan uji-t.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Kata kunci: Metode Socratic Circles, media gambar, kemampuan berpikir kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah S.W.T yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRATIF SISWA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dan kesempatan dalam penyusunan skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Slamet Santosa, M.Si. selaku Pembimbing I yang selalu memberikan wejangan, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
5. Ibu Meti Indrowati, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
6. Bapak Drs. Sarono selaku Kepala SMA Negeri 2 Boyolali yang telah memberi ijin dalam penelitian.
7. Ibu Endang Tri Sarwasih selaku guru mata pelajaran Biologi Kelas X yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama penelitian.
8. Para siswa SMA Negeri 2 Boyolali yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, khususnya untuk Kelas X-2 dan X-3.
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb. Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................vii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ........................... 8
1. Kajian Teori ............................................................................. 8
a. Socratic Circles ................................................................... 8
1) Memahami Socratic Circles ............................................ 8
2) Karakteristik Socratic Circles ......................................... 9
3) Manfaat dari Socratic Circles......................................... 11
4) Tahapan Socratic Circles ............................................... 14
5) Peran Guru dalam Socratic Circles ................................ 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
b. Media Gambar.................................................................... 18
c. Berpikir Kreatif .................................................................. 23
1) Pengertian Berpikir Kreatif ............................................ 23
2) Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif .............................. 26
2. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 29
B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 32
C. Hipotesis ..................................................................................... 35
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 36
1. Tempat Penelitian ................................................................... 36
2. Waktu Penelitian ..................................................................... 36
B. Desain Penelitian ......................................................................... 37
1. Rancangan Penelitian .............................................................. 37
2. Variabel Penelitian .................................................................. 38
a. Variabel Bebas ................................................................... 38
b. Variabel Terikat ................................................................. 38
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 39
1. Populasi Penelitian .................................................................. 39
2. Sampel Penelitian ................................................................... 39
D. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................... 40
E. Pengumpulan Data ...................................................................... 44
1. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 44
a. Metode Tes ........................................................................ 44
b. Metode Non-Tes................................................................. 44
1) Metode Dokumentasi ..................................................... 44
2) Metode Observasi .......................................................... 44
2. Teknik Penyusunan Instrumen ................................................ 45
F. Validasi Instrumen Penelitian ...................................................... 46
1. Uji Validitas ........................................................................... 46
2. Uji Reliabilitas ........................................................................ 50
G. Analisis Data ............................................................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
1. Uji Prasyarat ........................................................................... 52
a. Uji Normalitas .................................................................... 52
b. Uji Homogenitas ................................................................ 52
2. Uji Hipotesis ........................................................................... 53
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 55
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................. 59
B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 63
1. Uji Normalitas ........................................................................ 63
2. Uji Homogenitas ..................................................................... 64
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 65
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................. 67
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 78
B. Implikasi ..................................................................................... 78
C. Saran ........................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Socratic Circles ............................................................... 15
Tabel 2.2 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Hawadi, dkk (2001) .................. 27
Tabel 2.3 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Munandar (2009) ...................... 28
Tabel 3.1 Rancangan penelitian Posstest-Only Control Group Design
Menurut Darmadi (2011) ............................................................... 37
Tabel 3.2 Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ................ 41
Tabel 3.3 Uji Homogenitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ............. 42
Tabel 3.4 Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ................... 42
Tabel 3.5 Uji Lanjut Metode Scheffe Data Dokumen Ulangan Semester
Gasal ............................................................................................. 43
Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Validitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif ............................................................................. 49
Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............................ 50
Tabel 3.8 Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item ............................ 51
Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif ........................................................................................... 51
Tabel 4.1 Distribusi dan Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif .......... 59
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa ............................................................................................. 63
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa ............................................................................................. 64
Tabel 4.4 Uji-t Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ............... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Posisi Duduk Siswa dalam Socratic Circles ................................. 17
Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgare Dale................................................ 22
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 34
Gambar 3.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penerapan
Metode Socratic Circles Disertai Media Gambar ......................... 36
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian ................................................................... 39
Gambar 3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................... 55
Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen............................ 60
Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen............................ 61
Gambar 4.3 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif
setiap Aspek ................................................................................ 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN
a. Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol Halaman
1) Silabus Kelas Kontrol ........................................................................ 87
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ............................ 90
3) Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Kontrol ........................ 116
4) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas
Kontrol .............................................................................................. 117
5) Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Kontrol ................................ 119
6) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Kontrol ..... 120
7) Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ................................................... 121
8) Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Kelas Kontrol ................. 127
b. Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen
1) Silabus Kelas Eksperimen ............................................................... 132
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .................. 136
3) Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen ................ 166
4) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Psikomotor Kelas
Eksperimen ..................................................................................... 167
5) Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas Eksperimen ...................... 169
6) Rubrik Penilaian Lembar Observasi Ranah Afektif Kelas
Eksperimen ..................................................................................... 170
7) Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ........................................... 171
8) Petunjuk Persiapan Seminar Socratic Circles .................................. 177
9) Artikel-artikel tentang Perubahan dan Pencemaran Lingkungan
karena Aktivitas Manusia ................................................................ 178
10) Lembar Observasi Kinerja Patner .................................................... 190
11) Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Kelas Eksperimen ......... 191
c. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
1) Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif............... 198
2) Soal Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif ............................. 199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
3) Rubrik Penilaian Soal Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif .. 205
4) Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif.............................. 214
5) Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................ 215
6) Rubrik Penilaian Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ................. 218
LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN
a. Data Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .................. 223
b. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas
Kontrol .................................................................................................. 226
c. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas
Eksperimen ............................................................................................ 227
d. Deskripsi dan Distribusi Data Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif .......... 228
e. Data Hasil Observasi Ranah Psikomotor Siswa Pada Kelas Kontrol ....... 231
f. Data Hasil Observasi Ranah Psikomotor Siswa Pada Kelas
Eksperimen ............................................................................................ 232
g. Data Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Pada Kelas Kontrol ............. 233
h. Data Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Pada Kelas Eksperimen ....... 234
LAMPIRAN 3. HASIL ANALISIS DATA
a. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ..... 235
b. Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ....... 236
c. Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa .... 237
d. Uji Hipotesis Penelititan ........................................................................ 238
e. Output Hasil Perhitungan SPSS (Uji Prasyarat dan Uji Hipotesis) .......... 239
LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI PENELITIAN
a. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-1 ....................................................... 242
b. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-2 ....................................................... 243
c. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-3 ....................................................... 244
d. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-4 ....................................................... 245
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
e. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-5 ....................................................... 246
f. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-6 ....................................................... 247
g. Daftar Nilai Peserta Didik Ulangan Semester Gasal
Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas X-7 ....................................................... 248
h. Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ........................ 249
i. Uji Homogenitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ..................... 250
j. Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal ........................... 251
k. Output Hasil Perhitungan SPSS (Uji Keseimbangan) ............................. 252
l. Dokumentasi Hasil Observasi Awal ....................................................... 255
m. Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Kontrol .................................. 256
n. Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen ............................ 257
o. Dokumentasi Proses Pengambilan Data Kemampuan Berpikir Kreatif .. 258
LAMPIRAN 5. TABEL DISTRIBUSI
a. Tabel Kolmogorov-Smirnov Test ........................................................... 259
b. Tabel Titik Kritis Distribusi F (α = 0,05) ................................................ 261
c. Tabel Titik Kritis Distribusi t ................................................................. 266
LAMPIRAN 6. SURAT-SURAT PENELITIAN
a. Surat Permohonan Validasi Instrumen Penelitian ................................... 271
b. Surat Keterangan Validasi Instrumen ..................................................... 273
c. Surat Permohonan Mengadakan Observasi ............................................ 276
d. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .............................................. 277
e. Surat Ijin Penyusunan Skripsi ................................................................ 278
f. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out .............................................. 279
g. Surat Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian .................................. 284
h. Surat Pemberian Ijin Penelitian .............................................................. 286
i. Surat Ketarangan Telah Mengadakan Penelitaian ................................... 288
j. Surat Ketarangan Ujian Skripsi .............................................................. 289
k. Surat Undangan Ujian Skripsi ................................................................ 290
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi manusia,
dengan menempuh pendidikan yang baik, manusia dapat menjadi mandiri karena
dapat memperoleh solusi bagi setiap masalah yang ditemuinya dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan dapat mengembangkan potensi manusia untuk menjadi
lebih baik. Mengenai pentingnya pendidikan bagi manusia, Thrilling and Hood
(1999) serta Nursito (2000) menyatakan hal yang hampir sama bahwa pada abad
ke-21 diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki
keahlian, mampu bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil,
memahami berbagai budaya, mampu berkomunikasi dan mampu belajar
sepanjang hayat (life-long learning).
Lingkup bahasan lain yang lebih khusus mengenai pembentukan karakter
bangsa, Liliasari (2011) mengungkapkan bahwa pembentukan karakter peserta
didik yang kuat dan kokoh merupakan hal penting untuk menghadapi tantangan
dan rintangan hidup di masa yang akan datang. Pernyataan Liliasari tersebut
mengandung penegasan mengenai pentingnya pendidikan dari sisi yang lain, yaitu
pendidikan sebagai suatu upaya untuk membentuk karakter sumber daya manusia
Indonesia yang kuat dan kokoh.
Pendidikan baik pada jenjang dasar, menengah, atau tinggi, akan selalu
melibatkan proses berpikir. Proses berpikir ditentukan oleh banyak hal, salah
satunya adalah kemampuan berpikir manusia. Berkenaan dengan kemampuan
berpikir ini, ada sudut pandang yang menarik dari sisi sumber daya manusia
Indonesia. Arnyana (2006) menjelaskan bahwa lulusan sekolah sampai perguruan
tinggi, di samping memiliki kemampuan vokasional (vocasional skills), juga harus
memiliki kecakapan berpikir (thinking skills) sehingga Bangsa Indonesia tidak
menjadi bangsa buruh.
Berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan.
Kemampuan berpikir manusia berdasarkan prosesnya dapat digolongkan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 dua jenis, yaitu kemampuan berpikir dasar dan kemampuan berpikir kompleks
atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (Liliasari, 2011). Proses kemampuan
berpikir tingkat tinggi diantaranya meliputi kemampuan berpikir kritis (tajam
dalam menganalisis) dan kreatif (bersifat daya cipta). Kemampuan berpikir baik
kemampuan berpikir kritis maupun berpikir kreatif merupakan hal penting dan
sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi persoalan hidup di masa yang
akan datang. Berpikir kreatif di bidang pendidikan nantinya akan membantu
siswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam proses belajar.
Kemampuan berpikir kreatif pada siswa menjadi hal yang sangat penting, karena
pada umumnya masalah nyata di dunia saat ini tidak sederhana dan konvergen.
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif juga dapat berimplikasi pada rendahnya
prestasi peserta didik.
Kemampuan berpikir kreatif mempunyai beberapa aspek, yaitu: fluency,
flexibility, originality, dan elaboration Munandar (2009). Fluency atau
kemampuan berpikir lancar ditandai dengan perilaku siswa yang mampu
mengajukan berbagai macam pertanyaan, mampu menjawab dengan sejumlah
jawaban bila ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu
masalah dan lancar mengungkapkan gagasannya. Flexibility atau kemampuan
berpikir luwes ditandai dengan perilaku siswa yang mampu memberikan berbagai
macam penafsiran suatu gambar atau masalah, memberikan pertimbangan
terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain, mampu memikirkan
berbagai macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah.
Originality atau kemampuan berpikir orisinal ditandai dengan perilaku siswa yang
mampu mengungkapkan gagasan baru yang orisinil dan suka memberikan
jawaban yang lain dari yang lain (jawaban yang jarang diberikan kebanyakan
orang). Elaboration atau kemampuan berpikir terperinci ditandai dengan perilaku
siswa yang mampu mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci,
mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (Hawadi, dkk, 2001).
Penelitian Suparman (2005) tentang berpikir kreatif pada siswa SMP dan
mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 berada pada kategori rendah. Rosilawati (2006) menyimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen berada pada kategori rendah.
Yuliana (2008) hasil penelitiannya menyatakan bahwa keterampilan berpikir
kreatif siswa dalam diskusi pada konsep pencemaran lingkungan berada pada
kategori sangat rendah.
Akhyar (2008) melakukan wawancara terhadap guru yang hasilnya
menunjukkan bahwa siswa kurang terampil dalam mengajukan hipotesis dan
menarik kesimpulan karena jarang mengajukan pertanyaan atau mengutarakan
pendapatnya pada sesi diskusi kelas. Penulis juga telah melakukan observasi
langsung yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 2 Boyolali, hasil observasi
menunjukkan masih sangat sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan dari guru atau menanggapi jawaban teman selama kegiatan
belajar mengajar (KBM). Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan
berpikir kreatif siswa masih perlu ditingkatkan.
Rendah atau tingginya keterampilan berpikir kreatif siswa disebabkan
oleh banyak faktor, salah satunya adalah sistem pendidikan. Sugiarto (2011)
menjelaskan bahwa sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang
tetap memberikan ruang bagi pengembangan kreativitas anak-anak. Proses
pendidikan seharusnya tidak sekedar menuntut anak memberikan satu-satunya
jawaban yang benar menurut guru atau buku, tapi juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengutarakan serangkaian alternatif jawaban yang juga
benar. Harsanto (2005) berpendapat sejauh ini para pendidik lebih tertarik dalam
upaya mengembangkan dan menguji daya ingat anak didiknya, dari pada
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.
Sistem pendidikan akhir-akhir ini (dalam hal ini strategi pengajaran) juga
mulai berkembang. Pendidik yang dulu merupakan pusat pembelajaran (teacher
center), kini bergeser menjadi peserta didik sebagai pusat pembelajaran (student
center). Peran pendidik sebagai pusat informasi perlahan berkembang menjadi
fasilitator, mediator, dan teman yang memberikan kondisi yang kondusif untuk
terjadinya konstruksi pengetahuan. Perubahan sistem pendidikan dari student
center ke teacher center dikarenakan selama proses pembelajaran masih jarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 ada siswa yang mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya,
pembelajaran di sekolah akan terfokus pada guru sebagai penyampai informasi
kepada siswa, atau proses pembelajaran masih berpusat kepada guru, sehingga
kurang mendukung perkembangan kemampuan siswa.
Peserta didik pada dasarnya kreatif dan potensi tersebut harus
dikembangkan sepenuhnya melalui proses belajar mengajar (Sugiarto, 2011;
Nursito, 2000). Perkembangan optimal kemampuan berpikir kreatif peserta didik
dalam lingkungan pembelajaran berhubungan erat dengan cara guru mengajar,
sehingga metode pembelajaran merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode pembelajaran yang baik
akan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Arnyana (2006) mengemukakan
bahwa siswa yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif
menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada kategori baik.
Melihat hasil penelitian sebagaimana pada paragraf di atas, penulis
menganggap salah satu alternatif solusi untuk menangani rendahnya kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah dengan menerapkan strategi atau metode
pembelajaran inovatif yang akan memberikan ruang kepada peserta didik untuk
bisa menemukan, membangun konsep sendiri, dan meningkatkan kemampuan
berpikirnya. Salah satu metode pembelajaran inovatif tersebut adalah Socratic
Circles.
Socratic Circles disebut juga dengan Socratic Seminar yang dapat
didefinisikan sebagai suatu metode pengajaran dengan menggunakan deretan
pertanyaan (pertanyaan yang dapat mendorong siswa berpikir analitis dan kritis),
dari serangkaian pertanyaan itu diharapkan peserta didik mampu menemukan
jawabannya, atas dasar kecerdasan dan kemampuannya sendiri. Socratic Circles
dalam proses pembelajaran dilaksanakan dengan cara dialog atau seminar
(Copeland, 2005) dan mempunyai karakteristik, yaitu: adanya teks yang
dipertimbangkan, pertanyaan yang muncul, pemimpin serta peserta seminar
(Swanson, 2011). Metode Socratic Circles tidak sepenuhnya bergantung pada
bahan kasus (teks), penggunaan teks hanya sebagai sarana menggambarkan
permasalahan untuk membimbing pertanyaan awal (Peterson, 2009a). Swanson
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 (2009) mengemukakan bahwa dulu metode ini digunakan oleh Socrates (seorang
filsuf Yunani) untuk memperoleh suatu jawaban kebenaran dari siswa-siswanya,
karena Socrates memiliki keyakinan bahwa membantu siswa untuk berpikir lebih
penting daripada mengisi pikiran mereka dengan fakta, dan penggunaan
pertanyaan-jawaban menjadi kekuatan pendorong untuk belajar bagi peserta didik.
Socratic Circles merupakan sarana yang baik untuk mengembangkan
berbagai keterampilan akademik. Socratic Circles dapat membangun
keterampilan di bidang membaca, mendengarkan, refleksi, berpikir kritis,
partisipasi peserta didik (berbicara), mengajarkan rasa hormat pada teman karena
ide yang beragam, memperdalam pengetahuan siswa dan mendorong peserta didik
berpikir divergen (Kenner, 2009). Socratic Circles menjadi sarana yang baik
untuk mengembangkan berbagai keterampilan akademik karena metode Socratic
Circles aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (Peterson, 2009a) atau
pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana guru hanya bertindak menjaga
jalannya proses pembelajaran. Copeland (2005) menjelaskan bahwa proses
penyelidikan bersama dalam Socratic Circles akan membantu siswa
mengembangkan kebiasaan berpikir dan analisis yang mengarah pada peningkatan
kemampuan berpikir siswa.
Metode Socratic Circles dapat diterapkan diberbagai macam siswa yang
mewakili kemampuan tinggi dan rendah, dan berbagai latar belakang ras, budaya,
dan sosial ekonomi (Copeland, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Noviasari
(2011) penerapan metode Socratic berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa di kelas eksperimen. Kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif akan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya
menyelesesaikan suatu masalah. Ong and Borich (2006) mengemukakan bahwa
banyak bagian-bagian keterampilan penting untuk berpikir kritis yang penting
untuk berpikir kreatif. (Suryadi, 2005) menambahkan bahwa ketika seseorang
menghadapi suatu masalah haruslah dihadapi secara kritis dan mencoba mencari
solusi secara kreatif sehingga diperoleh solusi yang terbaik, dengan demikian
kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama
seperti mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Selain pemilihan metode pengajaran yang sesuai, dalam prosesnya
pendidikan membutuhkan media sebagai alat bantu. Media pembelajaran
diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien (Sutjiono,
2005). Mengingat pada materi pokok bahasan pengaruh aktivitas manusia
terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan, permasalahan pada materi
tersebut tidak dapat dibawa ke kelas sehingga guru memerlukan media yang tepat
untuk memberikan gambaran yang nyata kepada siswa mengenai permasalahan
yang akan dibahas. Pemilihan media gambar pada materi pokok bahasan
pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan ini
dimaksudkan untuk lebih mendekatkan siswa pada permasalahan yang ada di
sekitar mereka. Sadiman, dkk (2009) memaparkan beberapa kelebihan dari media
gambar diantaranya sifatnya konkret atau lebih realistis dalam menunjukkan
pokok masalah, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu dan dapat memperjelas
suatu masalah.
Berdasarkan latar belakang rendahnya kemampuan berpikir kreatif serta
beberapa kelebihan yang ada pada Socratic Circles dan gambar sebagai media
pembelajaran, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan
judul: PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES
DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF SISWA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah disusun sebuah rumusan masalah
yaitu apakah penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan
metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam dunia pendidikan mengenai
penggunaan metode Socratic Circles. Selain itu penelitian ini dapat
memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam pembelajaran biologi
terutama dalam hal penerapan metode pembelajaran yang inovatif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik, memberikan suatu pengalaman belajar yang baru untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan memberikan suasana
pembelajaran yang variatif sehingga pembelajaran biologi menjadi lebih
menarik atau tidak monoton dan tidak membosankan.
b. Bagi guru, memberikan referensi bagi guru biologi untuk memperoleh
gambaran penggunaan metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada
pokok bahasan pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan
pencemaran lingkungan, serta menambah pengetahuan tentang pelaksanaan
metode pembelajaran Socratic Circles dan memberikan sumbangan
pemikiran bagi guru dalam penggunaan media pembelajaran sebagai alat
bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
c. Bagi Institusi, memberikan masukan dalam upaya mengembangkan proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
sehingga dapat meningkatkan sumber daya pendidikan dan mencetak
generasi dengan pemikiran-pemikiran kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Socratic Circles
1) Memahami Socratic Circles
Socratic Circles atau metode Socratic disebut juga dengan
Socratic Seminar (dialog Socratic atau diskusi Socratic) yang dapat
didefinisikan sebagai eksplorasi percakapan intelektual yang berpusat
pada teks, dengan teks tersebut siswa akan dilatih membaca kritis dan
menganalisisnya dengan tujuan mereka mencapai pemahaman yang lebih
besar (Copeland, 2005). Teks yang digunakan dalam Socratic Circles ini
adalah teks yang dapat menimbulkan serangkaian pertanyaan (Paraskevas
and Wickens, 2003). Peterson (2009b) mendefinikan metode Socratic
sebagai suatu bentuk disiplin pertanyaan yang dapat digunakan
mendorong pemikiran abstrak untuk berbagai tujuan, berpikir analitis dan
kritis. Paraskevas and Wickens (2003) menyatakan bahwa metode
Socratic dalam pendidikan melibatkan penggunaan pertanyaan
sistematis, berpikir induktif dan perumusan definisi umum. Berdasarkan
penjelasan para tokoh tersebut dapat diketahui Socratic Circles
menggunakan teks dengan ketentuan tertentu sebagai media pemicu
timbulnya serangkaian pertanyaan (ketentuan-ketentuan teks tersebut
akan dijelaskan pada sub-bab karakteristik Socratic Circles). Socratic
Circles berguna untuk mendorong siswa berpikir mandiri dalam proses
pembelajaran. Metode Socratic diajarkan dengan cara bertanya jawab
untuk membimbing dan memperdalam pemahaman siswa.
Penerapan serangkaian pedoman pertanyaan kepada siswa, akan
membuat siswa berpikir sendiri. Belajar dari kesalahan dan memberikan
alat yang akan diperlukan untuk menilai situasi yang mereka hadapi di
kehidupan (Peterson, 2009a). Pertanyaan digunakan untuk membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
siswa mengembangkan pemikiran (Paraskevas and Wickens, 2003).
Metode Socratic tidak memaksa siswa untuk menghasilkan jawaban yang
benar, namun akan meningkatkan apresiasi siswa dalam membaca
sehingga siswa mau membaca lebih lanjut (Styslinger and Pollock,
2010). Penggunaan pertanyaan-pertanyaan dalam metode Socratic
adalah untuk mencegah penerimaan pasif dan menghafal fakta atau
konsep serta menantang siswa berpikir secara mandiri (Peterson, 2009a).
Penerapan metode Socratic menekankan penggunaan pertanyaan-
pertanyaan dalam bentuk dialog pemikiran sebagai usaha
mengungkapkan suatu objek pembahasan.
Socratic Circles merupakan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, dimana guru bertugas untuk menjaga jalannya diskusi (Copeland,
2005). Proses pembelajaran aktif memiliki potensi untuk memberikan
manfaat pendidikan lebih daripada mereka yang melakukan proses
pembelajaran secara tradisional (pendekatan pasif) (Peterson, 2009a).
Metode Socratic secara aktif melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran dengan memanfaatkan pedoman pertanyaan untuk
menyalurkan proses berpikir siswa.
Metode Socratic pertama kali diterapkan oleh Socrates (seorang
ahli filsafat dari Yunani) untuk mengajar siswa-siswanya di kelas filsafat.
Socrates mengajar dengan mengajukan pertanyaan (Paraskevas and
Wickens, 2003). Menurut Socrates membantu siswa untuk berpikir lebih
penting daripada mengisi pikiran mereka dengan fakta. Penggunaan
pertanyaan-pertanyaan akan menjadi kekuatan pendorong bagi siswa
untuk belajar secara mandiri (Kenner, 2009; Styslinger and Pollock,
2010).
2) Karakteristik Socratic Circles
Socratic Circles atau Socratic Seminar dalam proses
pembelajarannya akan mendorong siswa belajar aktif, karena sebagai
peserta seminar mereka akan mengekplorasi dan mengevaluasi ide-ide,
masalah dan nilai-nilai dalam suatu teks tertentu. Sebuah seminar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
baik terdiri dari empat komponen yang saling terkait yaitu: teks yang
dipertimbangkan, pertanyaan yang muncul, pemimpin seminar dan
peserta seminar (Swanson, 2011). Komponen-komponen khas Socratic
Circles ini menjadi karakteristik dan menjadikan Socratic Circles
berbeda dengan metode-metode yang lain.
Komponen pertama dalam metode Socratic Circles adalah teks,
akan tetapi tidak semua teks dapat digunakan dalam proses pembelajaran
Socratic Circles. Teks yang dapat digunakan adalah teks yang dapat
memperkaya siswa dengan ide (Copeland, 2005), masalah dan nilai-nilai
untuk merangsang terjadinya dialog (Swanson, 2011). Metode Socratic
Circles tidak sepenuhnya bergantung pada bahan kasus (teks),
penggunaan teks hanya sebagai sarana menggambarkan permasalahan
untuk membimbing pertanyaan awal (Peterson, 2009a). Swanson (2011)
berpendapat bahwa sebuah teks yang baik akan menimbulkan pertanyaan
penting dalam benak para peserta. Copeland (2005) mengatakan
hendaknya teks tersebut relevan dengan apa yang sedang dipelajari dan
bermakna bagi kehidupan siswa. Menurut Paraskevas and Wickens
(2003) teks yang kaya akan ide dapat digunakan dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa, emosional siswa
dapat dikaitkan dengan kegiatan dari pengalaman siswa. Bahan teks
dapat diambil dari sastra, sejarah, ilmu pengetahuan, matematika, filsafat,
atau kasus peristiwa (Copeland, 2005).
Komponen kedua dalam metode Socratic Circles adalah
pertanyaan. Pertanyaan dalam proses pembelajaran Socratic Circles
merupakan hal yang sangat mendominasi. Metode Socratic Circles
dimulai dengan mengajukan pertanyaan awal kemudian dilanjutkan
dengan mengajukan pertanyaan lebih lanjut dalam menanggapi jawaban
siswa (Peterson, 2009a). Pertanyaan pembuka yang baik mengarahkan
peserta didik kembali ke teks sebagai media berspekulasi. Pertanyaan
pembuka yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi,
mendefinisikan dan memperjelas isu yang terlibat. Tanggapan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pertanyaan pembuka akan menghasilkan pertanyaan baru yang akan
mengarah ke respon baru (Swanson, 2011). Penggunaan pertanyaan
dalam metode Socratic mengharuskan siswa untuk mengenali batas-batas
pengetahuan mereka sehingga meningkatkan motivasi belajar
(Paraskevas and Wickens, 2003). Pertanyaan pada metode Socratic tidak
akan mencapai kebenaran mutlak, karena kemungkinan adanya
perbedaan jawaban pertanyaan pada masa kini dan akan datang
(Paraskevas and Wickens, 2003).
Penggunaan serangkaian pertanyaan dalam metode Socratic
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bacaan.
Hasil penelitian tim National Reading Panel menunjukkan bahwa proses
tanya-jawab dapat meningkatkan pemahaman. Cara mengatasi gangguan
memahami bacaan yaitu dengan mengembangkan proses tanya-jawab
melalui metode Socratic Circles (Frankenfield, 2009). Pertanyaan-
pertanyaan dalam metode Socratic Circles dirancang untuk menyalurkan
proses berpikir peserta didik (Paraskevas and Wickens, 2003).
Komponen ketiga dalam metode Socratic Circles adalah
pemimpin seminar. Peran sebagai pemimpin seminar Socratic dapat
dilakukan oleh guru maupun siswa. Menurut Swanson (2009) pemimpin
dalam seminar Socratic memainkan peran ganda, yaitu sebagai pemimpin
dan peserta. Tugas sebagai pemimpin seminar adalah mengarahkan
eksplorasi pada ide-ide dalam teks. Tugas pemimpin sebagai peserta
seminar adalah terlibat secara aktif dalam proses eksplorasi teks.
Komponen keempat dalam metode Socratic Circles adalah peserta
seminar. Tugas peserta seminar selain terlibat aktif dalam proses
eksplorasi teks adalah berbagi tanggung jawab dengan pemimpin seminar
dalam menjaga kualitas seminar.
3) Manfaat dari Socratic Circles
Socratic Circles dilihat dari prosesnya kaya akan manfaat, jika
metode ini diterapkan dengan benar. Socratic Circles selain membantu
siswa memahami masalah yang komplek juga dapat membantu siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
membangun keterampilan baik akademik maupun sosial (Copeland,
2005; Kenner, 2009). Keterampilan akademik meliputi keterampilan
membaca, menulis, berbicara, mendengar, berpikir kritis, merefleksi, dan
mendorong berpikir divergen. Keterampilan sosial meliputi team
building skills, conflik resolution, dan community-building skills
(Copeland, 2005; Seitz, 2005, Frankenfield, 2009; Kenner, 2009).
Menurut Peterson (2009a) metode Socratic akan menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa dan memfasilitasi siswa untuk belajar aktif. Siswa
memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang teori. Manfaat yang
lain yaitu membantu siswa menemukan hubungan teori inovatif untuk
mendirikan metode dan penggunaan pertanyaan yang tepat. Siswa
mampu menghubungkan kejadian masa lalu untuk situasi saat ini atau
masa yang akan datang.
Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan akademik
yang dapat dikembangkan melalui metode Socratic Circles. Metode
Socratic merupakan sarana yang baik untuk berlatih mengembangkan
proses analisis dan berpikir kritis dengan individu terlibat secara aktif
(Peterson, 2009b; Copeland, 2005). Keterampilan berpikir kritis
dikembangkan melalui proses merevisi dan memperbaiki ide-ide untuk
pemahaman siswa dan memahami rekan-rekan mereka (Copeland, 2005).
Berpikir kritis dan belajar itu sendiri adalah proses yang berkelanjutan
bukan koleksi dari produk pembelajaran (Copeland, 2005).
Keterampilan berbicara dan mendengar dapat dikembangan
secara bersamaan dalam proses pembelajaran Socratic Circles, yang
terlihat dalam bentuk diskusi atau dialog. Socratic Circles dapat
meningkatkan kegiatan diskusi dalam kelas sehingga membantu siswa
mendapat wawasan tidak hanya dari guru atau teks (Frankenfield, 2009).
Kegiatan diskusi dalam Socratic Circles ini merangsang imajinasi dan
kecerdasan dengan meningkatkan kreatif dan kekuatan ingin tahu siswa
(Copeland, 2005). Menurut Copeland (2005) diskusi kelas yang benar
atau dialog yang benar harus memberi kesempatan bagi siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
berbagi ide mereka sendiri. Membangun pengetahuan berdasarkan
informasi sebelum diterapkan untuk situasi baru. Menguji hipotesis
mereka sendiri dan persepektif rekan-rekan mereka, sampai menemukan
jawaban yang telah dibangun melalui pengalaman pribadi, berpikir kritis,
retorika dan wacana.
Siswa bisa berbicara dalam kegiatan diskusi jika sebelumnya
mereka memiliki pengetahuan awal tentang yang akan dibahas, disinilah
keterampilan membaca dan menulis siswa ikut berperan. Guru
memberikan teks kepada siswa sebelum kegiatan diskusi dengan tujuan
membekali mereka pengetahuan awal agar diskusi dapat berjalan lancar.
Styslinger and Pollock (2010) berpendapat dengan memahami teks siswa
mampu berbicara di kelas. Pemahaman terhadap teks akan memberikan
pengetahuan pada siswa. Pengetahuan atau pengalaman yang telah siswa
miliki dapat digunakan untuk memecahkan masalah sederhana atau
komplek atau masalah yang ditimbulkan oleh pertanyaan (Paraskevas
and Wickens, 2003). Pemahaman siswa dari teks yang diberikan guru
tidak harus dihafalkan, tetapi siswa dapat menuliskannya kemudian
membacanya kembali saat diskusi.
Kegiatan mendengar dilakukan semua siswa baik yang di
lingkaran luar maupun yang di lingkaran dalam. Metode Socratic Circles
membuat siswa belajar bersabar mendengarkan pikiran-pikiran, perasaan-
perasaan, ide-ide orang lain saat berada di lingkaran luar atau dalam.
Mendengarkan berbagai teori atau pendapat orang lain siswa bisa
menjadi peserta diskusi aktif (Copeland, 2005).
Kegiatan refleksi dilakukan siswa ketika mereka berada di
lingkaran luar dalam kegiatan seminar Socratic. Kegiatan refleksi
melatih siswa berpikir kritis, merefleksi ide-ide baru dan membantu
meningkatkan kinerja siswa serta prestasi akademik (Copeland, 2005;
Strong, 2011).
Perkembangan kreativitas siswa dapat dipengaruhi oleh
lingkungan pembelajaran dari rekan belajar. Kreativitas merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
aspek lain yang dapat ditingkatkan melalui Socratic Circles, siswa lebih
kreatif bila terlibat dalam kelompok dan mendengarkan pemikiran orang
lain. Siswa menggali lebih dalam pikiran dan perasaan mereka
(Copeland, 2005).
Penerapan metode Socratic Circles membantu siswa
membangun keterampilan sosial. Siswa mampu menerima pendapat dan
ide-ide orang lain yang berbeda dari mereka, dengan belajar bagaimana
cara untuk mendekati masalah melalui cara kolaborasi (Copeland, 2005;
Kenner, 2009). Socratic Circles memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterbukaan pikiran dan
kerja sama tim (Peterson, 2009a), sehingga metode Socratic
memungkinkan siswa untuk menyingkirkan egosentrisme kognitif
(Paraskevas and Wickens, 2003). Kegiatan menyelidikan bersama dalam
memecahkan masalah atau membangun pengetahuan bersama ini dapat
membantu mengembangkan keterampilan sosial siswa.
4) Tahapan Socratic Circles
Proses pembelajaran yang menerapkan metode Socratic Circles
adalah pembelajaran dibangun dengan memberikan serangkaian
pertanyaan yang tujuannya mengetahui sesuatu isi materi tertentu.
Metode Socratic Circles memudahkan siswa mendapatkan pemahaman
secara berangkai dari bentuk tanya jawab yang dilakukan. Bentuk-
bentuk tahapan prosedural dalam melaksanakan tanya-jawab seperti yang
dilakukan oleh Socrates dalam membelajarkan bahan dengan perilaku
menirukan apa yang dilaksanakan oleh Socrates. Menurut Copeland
(2005) dan Frankenfield (2009) metode Socratic Circles memiliki tujuh
tahap dalam proses pembelajarannya. Tujuh tahapan prosedural dari
metode Socratic Circles ditampilkan dalam Tabel 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 2.1 Tahapan Socratic Circles
Tahap Kegiatan Guru Tahap 1: Menentukan topik materi pokok bahasan apa yang akan dipelajari dan mengorientasi siswa kepada masalah
Guru mengorientasikan arah pembelajaran dengan menetapkan topik yang dipelajari, dengan cara guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menarik perhatian dan memotivasi siswa, menggali pengetahuan awal siswa, dan memberikan teks yang dapat meningkatkan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa saat diskusi
Tahap 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mengatur tugas-tugas belajar untuk menganalisis teks dan membuat catatan pada teks (bagian yang dipilih siswa sebagai bahan diskusi) serta mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai atau mencari solusi
Tahap 3: Membantu mengkondisikan siswa untuk proses penyelidikan bersama
Guru membimbing siswa membentuk dua kelompok lingkaran konsentris secara acak untuk menempati lingkaran luar dan lingkaran dalam
Tahap 4: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok putaran pertama
Guru membimbing siswa yang berada di lingkaran dalam untuk memulai diskusi dengan memberikan pertanyaan awal, dan mengkondisikan siswa di lingkaran luar untuk diam mengamati perilaku atau kinerja siswa di lingkaran dalam dan membuat cacatan mental
Tahap 5: Menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama dan kinerja siswa untuk melakukan proses perbaikan
Guru membimbing siswa di lingkaran luar untuk menilai kinerja dan memberikan feedbak pada kelompok atau individu di lingkaran dalam dan menawarkan saran untuk perbaikan
Tahap 6: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok putaran kedua
Guru membimbing siswa di lingkaran dalam dan lingkaran luar untuk bertukar peran dan posisi, dilanjutkan proses diskusi siswa di lingkaran dalam yang baru
Tahap 7: Menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama dan kinerja siswa untuk melakukan proses perbaikan
Guru membimbing siswa di lingkaran luar yang baru untuk memberikan feedback dan menawarkan saran untuk perbaikan bila diperlukan
(Sumber: Copeland, 2005; Frankenfield, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Tahap pertama dalam metode Socratic Circles menurut
Copeland (2005) dan Frankenfield (2009) yaitu sehari sebelum seminar
guru menetapkan topik yang dipelajari dan memberikan teks yang dapat
meningkatkan pertanyaan-pertanyaan bagi siswa saat diskusi. Tahap
kedua yaitu menugaskan siswa untuk mempelajari dan menganalisis teks
serta membuat catatan pada teks (bagian yang dipilih siswa sebagai
bahan diskusi) kemudian mendorong siswa mengumpulkan informasi
yang sesuai atau mencari solusi dari permasalahan yang disajikan dalam
bentuk teks. Tahap ketiga, sebelum memulai proses seminar atau diskusi
siswa dibagi menjadi dua kelompok lingkaran konsentris secara acak
untuk menempati lingkaran luar dan lingkaran dalam. Tahap keempat
siswa yang berada di lingkaran dalam memulai diskusi diawali dengan
membaca teks diskusi lalu mendiskuskan teks selama 10 menit. Siswa
yang berada di lingkaran luar diam mengamati perilaku atau kinerja
siswa di lingkaran dalam dan membuat cacatan mental. Tahap kelima
yaitu setelah siswa di lingkaran dalam menyimpulkan diskusi, siswa di
lingkaran luar menilai kinerja dan memberikan feedback pada kelompok
atau individu di lingkaran dalam selama 10 menit, guru dapat
menawarkan saran untuk perbaikan pada tahap ini. Tahap keenam, siswa
di lingkaran dalam dan lingkaran luar bertukar peran dan posisi. Tahap
ketujuh merupakan proses pengulangan langkah keempat dan kelima.
Proses pengulangan diskusi-feedback ini dapat dimodifikasi sesuai
dengan isi, fokus dan tujuan dari pembelajaran. Posisi duduk siswa
dalam proses pembelajaran dalam metode Socratic Circles dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.1 Posisi Duduk Siswa dalam Socratic Circles
(Sumber: Frankenfield, 2009)
5) Peran Guru dalam Socratic Circles
Kegiatan dikusi Socratic Circles agar berjalan efektif perlu
dipersiapkan. Guru perlu mempertimbangkan dan memahami
pentingnya: iklim kelas, peran guru dan membimbing siswa untuk
diskusi yang berkualitas (Copeland, 2005). Socratic Circles mempunyai
bentuk lingkaran ketika proses diskusi. Bentuk lingkaran dalam Socratic
Circles menurut Copeland (2005) bertujuan untuk membuat iklim kelas
lebih kondusif sehingga membuat diskusi di kelas lebih mengalir.
Kontak mata dan keterlibatan non-verbal dalam percakapan penting
untuk membuat siswa lebih percaya diri dan nyaman. Pengaturan
percakapan juga bisa mempengaruhi iklim kelas (Copeland, 2005).
Peran guru dalam proses pembelajaran Socratic Circles menurut
Frankenfield (2009) yaitu: (1) memilih teks untuk diskusi, (2) menjaga
jalannya diskusi, (3) mengarahkan lingkaran luar untuk memberi
feedback, (4) menilai dan mengevaluasi performance atau kinerja setiap
siswa dan kelompok. Memilih teks untuk diskusi maksudnya teks yang
dipergunakan dalam proses diskusi Socratic Circles sebaiknya teks
dengan kualitas tinggi atau baik yaitu teks yang mampu menimbulkan
banyak pertanyaan dan memungkinkan siswa untuk melihat dunia luar di
sekitar mereka. Menjaga jalannya diskusi dengan cara sesekali
memberikan kontribusi pertanyaan dan info dasar dan berperan sebagai
Lingkaran Luar
Lingkaran Dalam
Bangku/ Kursi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
fasilitator dalam percakapan. Mengarahkan lingkaran luar untuk
memberi feedback hasil diskusi lingkaran dalam meliputi kualitas suara
siswa, isi diskusi dan kinerja siswa. menilai dan mengevaluasi
performance atau kinerja setiap siswa dan kelompok baik secara formal
ataupun informal. Penilaian dan evaluasi dapat dilakukan dengan cara
mengembangkan rubrik dan menggunakan scorecard. Hal penting dari
feedback guru pada akhir kegiatan yaitu menggambarkan tingkat prestasi
siswa secara verbal dan memberikan masukan untuk meningkatkan
kualitas diskusi.
Pemberian teks kepada siswa selain sebagai sarana memberikan
pengetahuan awal juga akan membantu siswa dalam membuat
pertanyaan. Perterson (2009a) menyatakan bahwa agar metode Socratic
dapat diterapkan secara efektif, siswa harus memiliki cukup informasi
latar belakang masalah dan pengetahuan tentang topik untuk
berpartisipasi dalam diskusi. Pertanyaan merupakan bagian penting dari
diskusi, sehingga guru perlu memberikan waktu kepada siswa untuk
menganalisis permasalahan dan merumuskan pertanyaan atau komentar.
Styslinger and Pollock (2010) menyatakan bahwa pemberian waktu pada
siswa untuk menuliskan pertanyaan dan komentar akan merangsang
diskusi berjalan baik.
b. Media Gambar
Media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalurkan pesan dan merangsang pikiran, membangkitkan semangat,
perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses
pembelajaran pada diri siswa. Media secara mendasar berpotensi
memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kepribadian.
Media dalam pembelajaran atau media pembelajaran dapat digunakan untuk
menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan murid dan dapat
digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik di dalam
maupun di luar kelas (Angkowo dan Kosasih, 2007). Media pembelajaran
menurut Daryanto (2010) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Indriana (2011) menyatakan pada intinya media
pembelajaran adalah tempat penyampaian pesan atau materi pembelajaran
yang disampaikan guru kepada murid dengan tujuan mencapai proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Media pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu alat yang dapat menarik pehatian siswa dan dijadikan sebagai
penghubung ataupun perantara dari guru kepada siswa agar proses
pembelajaran efektif dan efisien.
Penyampaikan materi pelajaran oleh guru kepada siswa,
membutuhkan suatu perantara yang dijadikan alat bantu untuk
mempermudah penyampaian maksud dari materi pelajaran. Perantara atau
alat bantu tersebut dikenal sebagai media pembelajaran. Media
pembelajaran akan berperan besar dalam mengkomunikasikan pesan atau
informasi yang disampaikan guru. Angkowo dan Kosasih (2007)
menyatakan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran atau disebut
juga pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses
pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran saat itu.
Pembelajaran bermedia juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran, serta memadatkan informasi.
Peran media sebagai perantara penyampaian pesan materi dari guru
kepada siswa berkaitan dengan memudahkan komunikasi yang sulit
dilakukan atau dibayangkan oleh siswa terhadap suatu konsep atau materi.
Media juga mempunyai banyak peran dalam pembelajaran antara lain
memudahkan penjelasan materi yang abstrak, mempermudah guru dalam
menyampaikan pembelajaran, memberikan pengalaman yang nyata dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menarik perhatian siswa. Menurut Sadiman, dkk (2009) dan Daryanto
(2010) kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar secara
umum meliputi: memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis; mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera;
penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sifat pasif anak didik; dapat memberikan perangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persebsi yang sama.
Para pendidik sering menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran karena selain lebih praktis dan ekonomis media gambar juga
mudah dimengerti. Praktis dalam arti mudah dibawa kemana-mana dan
mudah digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Ekonomis dalam
arti murah harganya dan mudah didapat. Media gambar menurut Sadiman,
dkk (2009) adalah media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa
yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Pepatah
Cina mengatakan bahwa media gambar berbicara lebih banyak daripada
seribu kata. Anitah (2009) mendeskripsikan nilai gambar dari pendapat
Gerlach dan Ely bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi
juga seribu tahun dan seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada
pebelajar suatu tempat, orang, dan segala sesuatu meskipun jauh dari
jangkauan pengalaman pebelajar sendiri.
Pemanfaatan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
karakteristik siswa dan karakteristik materi pembelajaran akan
memungkinkan proses pembelajaran berlangsung efektif. Penggunaan
media dalam pembelajaran tidak harus berbasis komputer atau teknologi,
melainkan dapat berupa media sederhana. Media gambar merupakan salah
satu media visual sederhana yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
pemilihan media pembelajaran. Guru dalam menggunaan media
pembelajaran haruslah mempertimbangkan banyak hal agar media tersebut
benar-benar dapat mempermudah penyampaian materi kepada peserta didik.
Pertimbangan lain yang harus dipahami guru dalam memilih media adalah
kemudahan akses, biaya, dan teknologi suatu media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Media gambar memanfaatkan mata sebagai sarana utama untuk
memahami dunia, manusia mampu menterjemahkan informasi yang
diterima oleh indera lain kedalam kesan penglihatan, dengan demikian
dalam berbagai hal indera penglihatan berfungsi juga sebagai terjemahan
indera yang lain. Prisip-prinsip penggunaan media berbasis visual termasuk
media gambar adalah kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, dan
keseimbangan. Gambar visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah
gambar jadi yang dapat diperoleh dari sumber yang sudah ada misalnya
yang dapat di download dari situs internet www.google.com.
Media gambar sebagai suatu media visual sederhana mempunyai
beberapa kelebihan antara lain: gambar sifatnya konkret, gambar dapat
mengatasi batasan ruang dan waktu, gambar dapat mengatasi keterbatasan
pengamatan, gambar dapat memperjelas suatu masalah, gambar harganya
murah dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan
khusus (Sadiman, dkk, 2009; Indriana, 2011, Sulistyo, 2011). Kelebihan
lain dari media gambar yaitu: gambar dapat menerjemahkan ide-ide abstrak
ke dalam bentuk yang lebih nyata; banyak tersedia dalam buku-buku; sangat
mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan; relatif tidak mahal;
dan dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi Anitah
(2009). Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut membuat media gambar
menjadi alternatif yang mudah digunakan dan tidak memberatkan para
pendidik.
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgare Dale penggunaan media
seperti media visual (dalam hal ini media gambar) mampu menyajikan
pengalaman yang lebih kongkrit sehingga dapat membantu siswa dalam
mengintegrasikan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengalaman
sebelumnya. Senada dengan pernyataan tersebut Anitah (2009) mengulas
pendapat Edgare Dale bahwa gambar dapat mengalihkan pengalaman
belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih kongkrit (pengalaman
langsung), sehingga penggunaan media dapat menunjang keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
siswa. Kerucut pengalaman (core experience) yang dikemukakan oleh
Edgare Dale disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgare Dale
(sumber: Jacobs, et al, 2008)
Berdasarkan gambar kerucut pengalaman Edgare Dale pada
Gambar 2.2 terlihat bahwa aktivitas melihat media gambar merupakan
aktivitas secara visual yang memberikan kontribusi pengetahuan siswa
sebesar 30%. Senada dengan pernyataan Graybill (2008) we learn 30% of
what we see, yang berarti kita memperoleh pengetahuan sebesar 30% dari
apa yang kita lihat.
Pengunaan media gambar yang dipadukan dengan metode Socratic
Circles tidak hanya sekedar aktivitas visual saja, namun akan melibatkan
beberapa aspek lain dari aktivitas belajar siswa. Pembelajaran dengan
menggunakan metode Socratic Circles dapat membuat siswa mau belajar
untuk membaca, mendengar, melihat, berdiskusi, bahkan mengajarkan apa
yang siswa pahami kepada teman sebayanya. Graybill (2008) pernah
merumuskan dalam Socratic Seminars International bahwa: kita belajar
10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa
yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang
kita diskusikan dengan orang lain, 80% dari apa yang kita alami sendiri dan
95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain. Berdasarkan pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Graybill tersebut penggunaan metode Socratic Circles dan media gambar
akan dapat membantu siswa memperoleh pengalaman yang lebih kongkrit
dan pengetahuan yang lebih besar.
c. Berpikir Kreatif
1) Pengertian Berpikir Kreatif
Berpikir merupakan suatu kemampuan mental yang ada di
dalam setiap individu. Guru perlu menciptakan aktivitas dan lingkungan
yang kondusif dalam rangka membantu siswa membangun
pengetahuannya sendiri dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut
Liliasari (2011) kegiatan berpikir yang termasuk proses berpikir tingkat
tinggi diantaranya berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kedua proses
berpikir tersebut menggunakan penalaran untuk membangun berbagai
ide.
Berpikir terjadi dalam membuat keputusan, atau memperoleh
pemahaman, melalui berpikirlah manusia mampu memperoleh makna
atau pemahaman tentang setiap hal yang dihadapinya dalam kehidupan.
Fisher (2009) menyatakan bahwa seseorang yang berpikir kritis biasa
mengajukan pertanyaan yang tepat, menggabungkan informasi yang
relevan. Berpikir kritis secara efesien dan kreatif menyusun informasi,
mempunyai nalar yang masuk akal atas informasi yang dimiliki.
Kesimpulan-kesimpulan konsisten yang dapat dipercaya sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan manusia dan bisa memetik keberhasilan.
Ong and Borich (2006) menyatakan bahwa ada beberapa
keterampilan berpikir kritis yang menunjang berpikir kreatif. Kedua
kemampuan berpikir kritis dan kreatif saling menunjang dalam upaya
menyelesaikan suatu masalah. Masalah harus dihadapi secara kritis
kemudian mencari solusi secara kreatif sehingga diperoleh solusi yang
terbaik. Berpikir kreatif dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan
membangun pengetahuan yang telah dimiliki, menanyakan suatu
kekhawatiran terhadap suatu masalah yang mungkin diperlukan di masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
depan, mempertinggi perhatian terhadap satu permasalahan, dan
merangsang hasrat serta rasa ingin tahu.
Berpikir kreatif menurut Rachmawati dan Kurniati (2010)
merupakan kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata yang berbeda dengan yang telah ada
sebelumnya. Arnyana (2006) berpendapat bahwa berpikir kreatif adalah
penggunaan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau
menemukan gagasan atau ide atau hasil yang asli, estetis, konstruktif
yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya pada
aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan
informasi dan bahan untuk menjelaskan sesuai perspektif pemikir.
Berpikir kreatif menurut Johnson (2009) merupakan sebuah kebiasaan
pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan
imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka
sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang
tidak terduga. Liliawati dan Erna (2010) menjelaskan berpikir kreatif
sebagai kemampuan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan
gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang telah lahir
sebelumnya dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara
divergen. Sitompul dan Fahmi (2007) mengemukakan bahwa berpikir
kreatif berarti menciptakan gagasan-gagasan baru, alternatif baru, solusi
baru dan penemuan baru.
Liliasari (2011) memfokuskan berpikir kreatif pada pencarian
banyak ide, pemunculan berbagai kemampuan dan banyak jawaban benar
terhadap suatu permasalahan. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas
menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan proses kognitif dalam
tingkat yang lebih tinggi untuk menciptakan ide-ide baru maupun
mengembangkan gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya dengan
menggunakan aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam
menggunakan segala informasi atau data yang tersedia untuk
memecahkan masalah sesuai perspektif pemikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen
(Arnyana, 2006). Berpikir divergen merupakan cara berpikir menyebar
dari satu titik ke segala arah. Aktivitas berpikir kreatif memungkinkan
lebih dari satu jawaban untuk menjawab permasalahan. Berpikir kreatif
menurut (Ambarjaya, 2008) merupakan bagian dari kreativitas, dimana
kemampuan berpikir kreatif adalah aspek kognitif dari kreativitas.
Berpikir kreatif merupakan padanan dari kreativitas dalam berpikir.
Berpikir kreatif menunjukan terdapatnya kreativitas yang dimiliki oleh
seseorang dalam menyikapi sesuatu hal atau dapat diartikan hasil dari
berpikir kreatif diwujudkan dalam bentuk kreativitas.
Kreativitas menurut Sugiarto (2011) merupakan kemampuan
melihat masalah ketika orang lain tidak melihatnya, kemampuan melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, kemampuan berkreasi
dalam menggabungkan beberapa gagasan yang lama atau sudah ada
menjadi baru. Pengertian kreativitas menurut Hawadi, dkk (2001)
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru.
Gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude
maupun non-aptitude termasuk sesuatu yang baru. Munandar (2004)
mengungkapkan kreativitas sebagai hasil interaksi antara individu dan
lingkungannya. Heidarie, et al (2011) menjelaskan kreativitas
merupakan kemampuan untuk menghasilkan pikiran-pikiran baru untuk
menemukan solusi baru untuk masalah.
Hernowo (2007) menyatakan bahwa kreativitas berkaitan
dengan potensi yang ada dalam diri manusia yang dapat dimanfaatkan
untuk mengubah kehidupan. Kreativitas dapat didefinisikan sebagai
potensi yang ada dalam diri seseorang untuk melihat dan memecahkan
masalah yang ada pada lingkungan tempat hidup mereka dengan cara
yang baru. Lingkungan tempat manusia hidup akan mempengaruhi
(kemampuan berpikir) dan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi
dalam diri individu (perubahan kemampuan berpikir). Perubahan di
dalam individu maupun di lingkungan dapat menunjang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
menghambat upaya perkembangan kemampuan berpikir kreatif.
Implikasinya dalam pendidikan kemampuan berpikir kreatif dapat
ditingkatkan melalui proses pembelajaran yang dikondisikan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
2) Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif dimaksudkan sewaktu menggagas ide baru, otak
berpikir untuk menghasilkan ide yang banyak (kelancaran), ide yang
bervariasi atau berbeda-beda (kelenturan), ide yang unik (asli), dengan
paparan yang rinci dan berguna (bernilai). Ciri-ciri berpikir kreatif ada
lima, yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir
luwes (flexibility), kemampuan berpikir orisinil (originality), kemampuan
berpikir memerinci (elaboration), dan kemampuan mengevaluasi atau
menilai (evaluation) (Hawadi, dkk, 2001; Ambarjaya, 2008). Menurut
Rachmawati dan Kurniati (2010) lima ciri-ciri kemampuan berpikir
kreatif yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality
(keaslian), elaboration (keterperincian), sensitivity (kepekaan). Hawadi,
dkk (2001) dan Ambarjaya (2008) merumuskan evaluation sebagai ciri
kelima untuk kemampuan berpikir kreatif, sedangkan Rachmawati dan
Kurniati (2010) merumuskan sensitivity.
Arnyana (2006) dan Munandar (2009) merumuskan empat aspek
kemampuan berpikir kreatif yaitu fluency, flexibility, originality dan
elaboration. Fluency merupakan kemampuan menghasilkan banyak ide.
Flexibility merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi.
Originality merupakan kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang
sebelumnya tidak ada dan elaboration merupakan kemampuan
mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide
yang rinci atau detail.
Seseorang itu kreatif atau tidak dapat dilihat dari ciri-ciri
kemampuan berpikir kreatif yang berkaitan dengan unsur aptitude dan
non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri-ciri yang berhubungan dengan
kognitif, sedangkan non-aptitude merupakan ciri-ciri yang berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dengan sikap atau perasaan (Hawadi, dkk, 2001). Ciri-ciri kemampuan
berpikir kreatif menurut Hawadi, dkk, (2001) dapat dilihat pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Hawadi, dkk (2001)
No
Ciri-ciri Berpikir Kreatif
Definisi Perilaku Siswa
1 Berpikir lancar (Fluency)
a. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan
b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal
Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan
Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah
Lancar mengemukakan gagasan-gagasannya
2 Berpikir luwes (Flexibility)
a. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi
b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda
c. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda
Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah
Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya
Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda
3 Berpikir orisinal
(Originality)
a. Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik
b. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur
Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel Lanjutan Tabel 2.2 Ciri-ciri Berpikir Kreatif
4 Kemampuan
merinci (Elaboration)
a. Mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan atau produk
b. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga jadi lebih menarik
Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang merinci
Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain
5 Kemampuan
menilai (Evaluaty)
a. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka
b. Mampu melaksanakan gagasan, tidak hanya mencetuskan gagasan saja
Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri
Mempunyai alasan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan
Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus
(Sumber: Hawadi, dkk, 2001)
Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (2009)
disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Ciri-ciri Berpikir Kreatif Menurut Munandar (2009)
No Ciri-ciri Berpikir Kreatif Perilaku Siswa
1 Berpikir lancar (Fluency)
Menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan
Arus pemikiran lancar
2 Berpikir luwes (Flexibility)
Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam
Arah pemikiran yang berbeda-beda Mampu mengubah cara atau pendekatan
3 Berpikir orisinal (Originality)
Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang
4 Berpikir terperinci (Elaboration)
Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
Memperinci detail-detail Memperluas suatu gagasan
(Sumber: Munandar, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti belum menemukan referensi hasil penelitian yang
menjelaskan pengaruh metode Socratic Circles terhadap kemampuan
berpikir kreatif, sebab penggunaan metode Socratic Circles belum begitu
familiar di Indonesia, namun Noviasari pernah melakukan penelitian dengan
metode yang serupa dalam skripsinya yang berjudul pengaruh metode
Socrates (Socratic Method) dalam pembelajaran fisika pada materi pokok
cahaya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian
Noviasari (2011) menunjukkan bahwa penerapan metode Socrates (Socratic
Method) berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
di kelas eksperimen dibanding dengan kelas kontrol. Respons siswa
terhadap penerapan metode Socrates (Socratic Method) sangat bagus. Hal
ini terlihat dari 12 pertanyaan yang diberikan kepada siswa setiap
pertanyaan memperoleh lebih dari 75% yang artinya bahwa sebagian besar
siswa antusias terhadap metode pembelajaran yang diterapkan sehingga
metode Socrates (Socratic Method) berhasil diterapkan.
Jurnal yang berjudul pengembangan perangkat pembelajaran
berbasis masalah dan pertanyaan Socratic untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa SMP oleh Redhana, dkk (2009) menjelaskan bahwa
pembelajaran ini dimulai dengan masalah, dan mampu mengembangkan
ide-ide siswa serta efektif untuk membimbing siswa mengembangkan
pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis. Perterson (2009b)
dalam jurnalnya yang berjudul Socratic Problem-Solving in The Business
World menyimpulkan bahwa metode Socratic memungkinkan peserta didik
mengambil keputusan secara kritis dan menganalisis fakta-fakta yang terkait
dengan situasi. Peterson (2009a) menyatakan hal yang serupa dalam
jurnalnya yang berjudul Teaching to Think Applying The Socratic Method
Ourside The Law School Setting dengan kesimpulan metode Socratic dapat
menjadi sarana yang efektif dalam memupuk kemampuan berpikir kritis.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa metode
Socratic dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam upaya menyelesesaikan suatu masalah dalam
proses pembelajaran. Penelitian eksperimental tentang kemampuan berpikir
kritis dan kreatif pernah dilakukan Ismaimuza dalam disertasinya yang
berjudul kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa SMP
melalui pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif.
Hasil penelitian Ismaimuza (2010) menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK)
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta
sikap positif siswa dalam matematika.
Penelitian-penelitian lain tentang pengembangan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa dalam lingkungan yang sama dilakukan oleh
Ambarwati dalam thesisnya yang berjudul mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif melalui pendekatan pembelajaran langsung dan
tak langsung. Penelitian Ambarwati (2011) menghasilkan kesimpulan
bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Langsung-Tak
Langsung mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
lebih baik dari siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung.
Penelitian Budiman dalam thesisnya yang berjudul peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa melalui pendekatan
pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D. Berdasarkan
hasil analisis data dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis
masalah berbantuan program Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional, serta terdapat hubungan positif yang
cukup signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
siswa pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D
(Budiman, 2011). Hasil penelitian Budiman ini menunjukkan secara
langsung adanya korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif,
dimana peringkat yang diperoleh siswa pada kemampuan berpikir kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
matematis hampir sama dengan peringkat yang diperoleh dalam
kemampuan berpikir kreatif matematis.
Penelitian quasi-eksperimental Hidayat ketika menempuh jenjang
S-2 dengan judul thesisnya menigkatkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif matematik siswa melalui pembelajaran kooperatif Think-Talk-Write
(TTW), salah tujuan penelitiannya adalah untuk melihat apakah terdapat
asosiasi antara kemampuan berpikir kritis matematik dan kemampuan
berpikir kreatif matematik. Hasil studi menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa yang memperoleh
pembelajaran kooperatif TTW lebih baik daripada yang pembelajarannya
dengan cara konvensional, dan terdapat asosiasi yang signifikan antara
kualifikasi kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa dan
asosiasinya termasuk kategori cukup kuat (Hidayat, 2011). Asosiasi
tersebut menunjukkan bahwa siswa yang kemampuan berpikir kritisnya baik
maka kemampuan berpikir kreatifnya cenderung baik. Penelitian ini
semakin memperkuat bahwa terdapat hubungan antara berpikir kritis dan
kreatif. Pernelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa kemampuan
berpikir kreatif dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama seperti
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Jurnal yang berjudul Critical
and Creative Thinking Course Activities oleh Zimmerman (2004)
menyatakan bahwa berpikir kritis dan berpikir kreatif dapat ditingkatkan
pada kegiatan pembelajaran yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan sebuah proses belajar yang di dalamnya
terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan atau tidak dapat saling lepas
satu sama lain. Salah satu komponen dalam proses pembelajaran adalah metode
pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah sejauh ini belum
mengoptimalkan kemampuan siswa untuk bisa menemukan, membangun konsep
pengetahuannya sendiri, dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Hal ini
dikarenakan para pendidik lebih tertarik dalam upaya mengembangkan dan
menguji daya ingat anak didiknya, dari pada usaha para pendidik untuk benar-
benar mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.
Kemampuan berpikir merupakan hal penting dan sangat diperlukan
peserta didik untuk menghadapi persoalan hidup di masa yang akan datang.
Salah satu kemampuan berpikir yang perlu dilatih adalah kemampuan berpikir
kreatif. Kemampuan berpikir kreatif di bidang pendidikan nantinya akan
membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam proses
belajar. Kemampuan berpikir kreatif pada siswa menjadi hal yang sangat penting,
karena pada umumnya masalah nyata di dunia saat ini tidak sederhana dan
konvergen. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif juga dapat berimplikasi pada
rendahnya prestasi peserta didik. Kemampuan berpikir kreatif akan lebih mudah
dikembangkan apabila proses pembelajaran yang dilaksanakan memberikan ruang
bagi pengembangan kreativitas siswa. Siswa harus memberikan satu-satunya
jawaban yang benar menurut guru atau buku serta mengutarakan serangkaian
alternatif jawaban yang juga benar. Proses pembelajaran seperti itu merupakan
proses pembelajaran aktif. Salah satu proses pembelajaran yang aktif melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran adalah metode Socratic Circles.
Metode Socratic Circles menggunakan deretan pertanyaan dalam proses
pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan itu akan membantu siswa menemukan dan
membangun konsep pengetahuannya sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Proses tanya-jawab dalam metode Socratic Circles dapat memperdalam
pengetahuan siswa dan mendorong peserta didik berpikir divergen, dengan kata
lain proses penyelidikan bersama ini akan membantu siswa mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33 kebiasaan berpikir kritis dan analisis yang mengarah pada peningkatan
kemampuan berpikir siswa. Metode Socratic Circles dapat diterapkan diberbagai
macam siswa yang mewakili kemampuan tinggi dan rendah, dan berbagai latar
belakang ras, budaya, dan sosial ekonomi dan terbukti mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif
akan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya menyelesesaikan
suatu masalah, dengan demikian kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan
pada lingkungan yang sama seperti mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Selain pemilihan metode pengajaran yang sesuai, dalam prosesnya
pendidikan membutuhkan media sebagai alat bantu agar pembelajaran berjalan
efektif dan efisien. Pemilihan media gambar di sini dimaksudkan untuk lebih
mendekatkan siswa pada permasalahan yang ada di sekitar mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian tentang penerapan
metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kerangka pemikiran
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran Pembelajaran belum
mengakomidasi siswa untuk menemukan dan membangun konsep sendiri
Pembelajaran berorientasi pada penguasaan materi atau daya ingat
Pembelajaran kurang mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
Keadaan siswa Siswa pasif dalam proses
pembelajaran Jawaban siswa cenderung
teks book Siswa kurang
mengungkapkan jawaban-jawaban alternatif yang juga benar (gagasan-gagasan baru)
Kemampuan berpikir kreatif siswa kurang
atau rendah
Penerapan metode pembelajaran Socratic Circles
Berdasarkan hasil penelitian terbukti
dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis
Kemampuan berpikir kreatif
Pengaruh Kemampuan berpikir kreatif meningkat
Penerapan metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka dalam
penelititan ini dapat dirumuskan sebuah hipotesis penelitian yaitu penerapan
metode Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENILITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Boyolali yang
beralamat di Jalan Tentara Pelajar No. 06, Kebonbimo, Boyolali, pada kelas X
semester 2 tahun pelajaran 2011/ 2012.
2. Waktu Penelititan
Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/ 2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun
tahap-tahap pelaksanaannya disajikan pada Gambar 3.1.
Jenis Kegiatan Penelitian Bulan ke-
(tahun pelajaran 2011/ 2012) 01 02 03 04 05 06 07
1. Tahap Persiapan Penelitian a. Pengajuan judul skripsi b. Penyusunan proposal c. Penyusunan instrumen penelitian d. Seminar proposal e. Perijinan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian a. Uji coba instrumen penelitian b. Menganalisis hasil uji coba c. Merevisi instrumen penelitian d. Penentuan sampel e. Penerapan metode pembelajaran f. Pengambilan data (postes)
3. Tahap Penyelesaian a. Analisa data b. Penyusunan draf c. Pengetikan skripsi d. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi
Gambar 3.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penerapan
Metode Socratic Circles Disertai Media Gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Desain Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi
experimental research) karena tidak semua variabel yang relevan dapat
dikendalikan dan dimanipulasi oleh peneliti (Azwar, 2001; Darmadi, 2011).
Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya
hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dalam penelitian dengan
memberi perlakuan-perlakuan tertentu pada dua kelompok eksperimen.
Rancangan penelitian ini adalah Posstest-Only Control Group Design
yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Penggunaan rancangan penelitian Posstest-
Only Control Group Design didasarkan pada asumsi bahwa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil sudah betul-betul equivalen,
tujuan penggunaan desain ini yaitu untuk mengetahui perbandingan pencapaian
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Posstest-Only Control Group Design
Menurut Darmadi (2011)
Group Variabel Terikat Posttest Eksperimen (R) X1 O Kontrol (R) X2 O
(Sumber: Darmadi, 2011)
Keterangan: R : Random assigment (pemilihan kelompok secara random) X1 : Perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu
berupa pembelajaran dengan menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar
X2 : Perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah-diskusi-presentasi
O : Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Rancangan ini menggunakan dua kelompok subjek, dimana kedua
kelompok diberi perlakuan atau treatment yang berbeda. Dua kelompok
subjek penelitian dipilih secara acak atau random (Setyosari, 2010). Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pertama yang terpilih adalah kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas
kedua adalah kelas X-2 sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tersebut sama-sama mendapatkan perlakuan, tetapi masing-
masing mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen
diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode Socratic
Circles disertai media gambar sedangkan kelompok kontrol diberikan
perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah disertai diskusi dan
presentasi. Selanjutnya, kedua kelompok tersebut diberi posttest di akhir
pembelajaran (Sugiyono, 2011). Hasil posttest kemudian diolah dan dianalisis
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles
disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
dalam penelitian (Setyosari, 2010; Widoyoko, 2012). Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang
menjadi sebab munculnya variabel terikat (Darmadi, 2011; Sugiono, 2011).
Variabel bebas dipilih oleh peneliti untuk dicari pengaruhnya terhadap
variabel terikat (dependent variable). Variable bebas dalam penelitian ini
adalah pembelajaran dengan metode Socratic Circles disertai media gambar
dan pembelajaran dengan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang
kehadirannya dipengaruhi oleh variabel bebas (Darmadi, 2011; Sugiono,
2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir
kreatif siswa yang meliputi aspek fluency, flexibility, originality dan
elaboration.
Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa metode pembelajaran
Socratic Circles disertai media gambar dengan metode pembelajaran ceramah
disertai diskusi dan presentasi terhadap variabel terikat yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kemampuan berpikir kreatif siswa tertuang dalam paradigma penelitian.
Skema paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Keterangan:
X : Pembelajaran X0 : Pembelajaran metode ceramah-diskusi-presentasi (kontrol) X1 : Pembelajaran metode Socratic Circles disertai media gambar
(eksperimen) Y : Kemampuan berpikir kreatif X0Y : Kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol X1Y : Kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan himpunan objek atau subjek yang mempumyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Darmadi, 2011; Sugiyono, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester 2 SMA
Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Populasi dikelompokkan ke
dalam tujuh kelompok secara acak dengan jumlah siswa setiap kelompok
antara 31 sampai 34 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang dijadikan objek penelitian (Darmadi, 2011; Sugiyono, 2011).
Pengambilan sampel dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam penelitian
yang tidak mampu memberi perlakuan terhadap seluruh populasi, sehingga
hanya mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel yang dapat mewakili
seluruh populasi. Sugiyono (2011) menambahkan bahwa sampel yang diambil
X
X1
X0
Y
Y
X1Y
X0Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dari populasi tersebut harus bersifat representatif agar penarikan kesimpulan
dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel dalam penelitian adalah dua kelas
yang ada di kelas X SMA Negeri 2 Boyolali yaitu kelas X-3 sebagai kelompok
eksperimen yang terdiri dari 32 siswa dan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol
yang terdiri dari 31 siswa.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
cluster random sampling. Cluster random sampling merupakan cara pengambilan
sampel secara random dimana sampel yang dipilih sudah dalam kelompok-
kelompok tertentu, dimana setiap kelompok mempunyai karakteristik yang sama
(Darmadi, 2011). Teknik tersebut memandang populasi sebagai kelompok-
kelompok sampel dimana kelompok tersebut terdapat di kelas X. Pengambilan
sampel dilakukan secara acak dari tujuh kelas pada kelas X di SMA Negeri 2
Boyolali. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yang akan diperlakukan
sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga dalam sampel ini
unit analisisnya bukan individu tetapi kelas atau kelompok yang terdiri atas
sejumlah individu (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Sebelum pengambilan sampel
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah sampel
memiliki karakteristik yang sama. Pengujian dilakukan dengan cara menguji data
sekunder berupa dokumen nilai ulangan semester gasal pada mata pelajaran
biologi menggunakan anova yang didahului dengan uji prasyarat berupa uji
normalitas dan uji homogenitas.
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (α = 0,050)
dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. H0 dirumuskan bahwa data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan H1 dirumuskan bahwa data
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Keputusan uji dinyatakan
bahwa H0 diterima apabila harga koefisien Dhitung ≤ nilai kritis Dtabel(α,n)
(Sudarmanto, 2005) atau apabila nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu 0,050
(Pramesti, 2011). Hasil uji normalitas untuk semua kelompok dalam populasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41 disajikan pada Tabel 3.2 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4
(halaman 249).
Tabel 3.2 Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal
Kelas Kolmogorov-Smirnov Test Perbandingan Keputusan Uji Dhitung Sig. Dtabel(α;n) Nilai D Sig. dengan α
X-1 n = 33 0,190 0,185 0,231 Dhitung ≤ Dtabel
0,190 ≤ 0,231 Sig. > α
0,185 > 0,050 H0 diterima
X-2 n = 31 0,173 0,313 0,238 Dhitung ≤ Dtabel
0,173 ≤ 0,238 Sig. > α
0,313 > 0,050 H0 diterima
X-3 n = 32 0,191 0,194 0,234 Dhitung ≤ Dtabel
0,191 ≤ 0,234 Sig. > α
0,194 > 0,050 H0 diterima
X-4 n = 34 0,146 0,466 0,227 Dhitung ≤ Dtabel
0,146 ≤ 0,227 Sig. > α
0,466 > 0,050 H0 diterima
X-5 n = 32 0,161 0,378 0,234 Dhitung ≤ Dtabel
0,161 ≤ 0,234 Sig. > α
0,378 > 0,050 H0 diterima
X-6 n = 34 0,129 0,622 0,227 Dhitung ≤ Dtabel
0,129 ≤ 0,227 Sig. > α
0,622 > 0,050 H0 diterima
X-7 n = 33 0,140 0,539 0,231 Dhitung ≤ Dtabel
0,140 ≤ 0,231 Sig. > α
0,539 > 0,050 H0 diterima
Hasil pengolahan data sekunder menunjukan bahwa setiap kelompok
dalam populasi kelas X SMA Negeri 2 Boyolali memiliki harga koefisien Dhitung ≤
Dtabel(α,n) dan nilai Sig. > 0,050 sehingga menunjukan data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
Data sekunder yang berupa dokumen nilai ulangan semester pada
kelompok-kelompok dalam populasi kemudian diuji dengan uji Levene’s (α =
0,050) menggunakan bantuan program SPSS 16 untuk mengetahui apakah
populasi bersifat homogen atau tidak. H0 dirumuskan bahwa data populasi
bervariansi homogen. H1 dirumuskan bahwa data populasi tidak bervariansi
homogen. Keputusan uji dinyatakan apabila harga koefisien Flevene’s (Fhitung) ≤
nilai kritis Ftabel(α,df1,df2) atau apabila nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu
0,050 maka H0 diterima (Sudarmanto, 2005). Hasil uji homogenitas disajikan
pada Tabel 3.3 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 250).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42 Tabel 3.3 Uji Homogenitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal
Kelas Levene’s Test Perbandingan Keputusan
Uji Fhitung Sig. Ftabel (α;df1;df2)
Nilai F Sig. dengan α
X-1 sampai X-7 1,801 0,100 2,139 Fhitung ≤ Ftabel
1,801 ≤ 2,139 Sig. > α
0,100 > 0,050 H0 diterima
Hasil dari uji Levene’s menunjukan harga koefisien FLevene’s (Fhitung) ≤
Ftabel(0,050;6;222) dan nilai Sig. > 0,050 sehingga dapat diketahui bahwa kelompok-
kelompok dalam populasi memiliki varians yang tidak berbeda nyata sehingga
populasi bersifat homogen (Pramesti, 2011).
Uji anova bisa dilakukan karena data tiap kelompok dalam populasi telah
memenuhi persyaratan yaitu data berdistribusi normal dan homogen. Uji anova
dilakukan menggunakan bantuan program SPSS 16 dengan H0 dirumuskan bahwa
tidak ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi dan H1
dirumuskan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi
(Wijaya, 2009). Hasil dari uji anova dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 251).
Tabel 3.4 Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal
Kelas ANOVA Test Perbandingan Keputusan
Uji Fhitung Sig. Ftabel (α;df1;df2)
Nilai F Sig. dengan α
X-1 sampai X-7 7,528 0,000 2,139 Fhitung ≥ Ftabel
7,528 ≥ 2,139 Sig. < α
0,000 < 0,050 H0 ditolak
Keputusan uji dinyatakan apabila harga koefisien Fhitung ≤ nilai kritis
Ftabel(α;df1;df2) atau apabila nilai Sig. < tingakt α yang ditetapkan yaitu 0,050, maka
H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam
populasi, begitu pula sebaliknya (Hartono, 2010). Pengolahan data pada Tabel
3.4 tersebut menunjukan bahwa harga koefisien Fhitung ≥ Ftabel(0,050;6;222) dan nilai
Sig. < 0,050, sehingga H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti bahwa ada
perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi, oleh karena itu perlu
dilakukan uji lanjut untuk mengetahui letak perbedaan nilai rata-rata antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43 kelompok tersebut. Uji lanjut menggunakan metode Scheffe, karena asumsi
homogenitas telah terpenuhi dan ukuran sampel setiap kelompok tidak sama.
Hasil uji Scheffe disajikan pada Tabel 3.5 dan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4 (halaman 251).
Tabel 3.5 Uji Lanjut Metode Scheffe Data Dokumen Ulangan Semester Gasal
Kelas N Mean sub-kelompok untuk α = 0,05 1 2 3
X-6 34 67,74 X-7 33 68,42 68,42 X-4 34 69,24 69.24 69,24 X-5 32 69,53 69,53 69,53 X-1 33 72,24 72,24 X-2 31 72,84 X-3 32 73,00 Sig. 0,868 0,085 0,095
Hasil uji lanjut mentode Scheffe pada Tabel 3.5 tersebut menunjukkan
adanya tiga kelompok yang memiliki nilai rata-rata berbeda. Kelompok satu
memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan kelompok dua dan tiga. Kelompok
dua memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan kelompok tiga, namun ketiga
kelompok tersebut memiliki nilai sig. > 0,050, yang berarti nilai rata-rata
homogen dalam sub-kelompok sehingga kelompok atau kelas yang diambil dapat
digunakan apabila dalam sub-kelompok yang sama. Sampel yang digunakan
untuk penelitian harus berada dalam sub-kelompok yang sama karena sampel
dalam penelitian harus memiliki kemampuan awal yang seimbang atau sama.
Berdasar hasil tersebut maka penelitian ini mengambil 2 kelas sebagai sampel,
pengambilan sampel dilakukan secara acak dan didapatkan 2 kelas yaitu kelas X-2
sebagai kelompok kontrol dan kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
E. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi metode tes dan metode non-tes. Masing-masing metode tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Metode Tes
Metode tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang
di tes dihadapkan pada suatu set stimuli jawaban yang dapat ditunjukkan
dalam angka. Tes sebagai instrumen pengumpul data berupa serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok (Riduwan, 2004). Metode tes digunakan untuk
mengukur pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa. Tes yang
dikembangkan dalam penelitian ini berupa soal uraian sebanyak 10 butir
soal.
b. Metode Non-Tes
1) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data
berupa catatan-catatan dan menelaah dokumen sekolah yang ada yang
memiliki kaitan dengan objek penelitian (Riduwan, 2004). Metode
dokumentasi pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data
sekunder berupa dokumen nilai hasil ulangan semester gasal siswa kelas
X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012 pada mata
pelajaran biologi. Nilai tersebut akan digunakan sebagai bahan acuan
untuk mengetahui keseimbangan kemampuan awal siswa berdasarkan
nilai hasil ulangan semester gasal mata pelajaran biologi pada populasi
penelitian.
2) Metode Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan
(Riduwan, 2004). Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu dalam suatu
proses pembelajaran. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan
proses belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar,
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan alat peraga
pada waktu mengajar serta keterlaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran (Sudjana, 2010).
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat
keterlaksanaan metode Socratic Circles disertai media gambar yang
diterapkan di kelompok eksperimen yang diawasi oleh observer serta
keterlaksanaan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi pada
kelompok kontrol. Objek pengamatan mencakup seluruh proses kegiatan
belajar mengajar di kelas meliputi aktivitas guru dan peserta didik serta
kondisi kelas selama proses pembelajaran. Metode observasi juga
digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotor dan afektif,
namun data ini hanya digunakan sebagai data pelengkap proses belajar
mengajar yang meliputi ranah psikomotor dan afektif. Penilaian
dilakukan oleh observer dengan melakukan checklist (√) pada lembar
observasi. Skala yang digunakan pada lembar observasi adalah numerical
rating scale dengan skala 1 sampai dengan 4 (Sugiyono, 2011).
2. Teknik Penyusunan Instrumen
Menurut Ong and Borich (2006) pengukuran kemampuan berpikir
siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes berupa soal uraian.
Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini diukur
melalui tes berupa soal uraian. Langkah pertama untuk menyusunan soal tes
kemampuan berpikir kreatif ini adalah memilih materi berdasarkan kurikulum
sesuai dengan Kompetensi Dasar. Langkah kedua adalah menyusun indikator
dan tujuan pembelajaran, agar instrumen menjadi lebih spesifik dan terarah.
Langkah ketiga adalah membuat kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif yang
dilengkapi dengan komponen-komponen Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar dan Indikator pada mata pelajaran Biologi dengan materi pelajaran
pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Langkah keempat adalah menyusun soal tes kemampuan berpikir kreatif sesuai
dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Soal-soal yang disusun mencakup empat
aspek dalam kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (2009) yaitu
kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility),
kemampuan berpikir orisinal (originality) dan kemampuan berpikir terperinci
atau mengelaborasi (elaboration). Langkah selanjutnya yaitu menyusun item
soal tes kemampuan berpikir kreatif. Instrumen tes kemampuan berpikir
kreatif ini diuji kesahihan itemnya melalui uji validitas dan reliabilitas.
Langkah berikutnya adalah melakukan uji coba soal tes kemampuan berpikir
kreatif. Hasil dari uji coba tersebut kemudian dianalisis butir soalnya
mencakup uji validitas dan uji reliabilitas. Instrumen yang sudah melaui uji
validitas dan reliabilitas, serta sudah dinyatakan valid dan reliabel siap
digunakan sebagai soal postes (soal tes kemampuan berpikir kreatif).
F. Validasi Instrumen Penelitian
Penilaian kemampuan berpikir kreatif menggunakan metode tes bentuk
soal uraian. Instrumen yang akan dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang
selanjutnya dituangkan dalam bentuk soal uraian. Instrumen yang akan
digunakan untuk mengambil data harus diuji cobakan terlebih dahulu pada sampel
dari mana populasi diambil (Sugiyono, 2011). Instrumen penelitian pada
umumnya perlu mempunyai dua syarat penting, yaitu valid dan reliabel (Darmadi,
2011). Instrumen tes diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat
kualitas soal. Kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji
sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan
suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Darmadi, 2011; Widoyoko,
2012). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas isi
dan validitas konstruk. Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk pada
suatu keadaan bahwa instrumen disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang
dievaluasi (Darmadi, 2011; Arikunto, 2010). Pengujian validitas isi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
instrumen berbentuk soal uraian pada penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Instrumen yang telah disusun sesuai kurikulum (materi dan
tujuannya) agar memenuhi validitas isi, pada umumnya ditentukan melalui
pertimbangan para ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi
yang diajukan telah memenuhi atau tidak sebagai sampel tes (Darmadi, 2011;
Sudjana, 2010). Hal tersebut dilakukan agar soal tes yang digunakan dapat
mengukur kemampuan siswa sesuai dengan tujuan akhir pembelajaran.
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes
mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct (Darmadi,
2011). Validitas konstruk sebuah instrumen menunjuk pada suatu kondisi
dimana instrumen disusun berdasarkan konstruk atau aspek-aspek kejiwaan
yang seharusnya dievaluasi (Arikunto, 2010). Pengujian validitas konstruk
instrumen test pada penelitian ini menggunakan pendapat dari ahli (judgment
experts). Para ahli diminta pendapatnya mengenai instrumen yang telah
disusun berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur (Sugiyono, 2011).
Setelah dilakukan pengujian validitas isi dan konstruk oleh ahli, maka
diteruskan dengan uji coba instrumen. Uji coba (try out) dilakukan pada
sampel dari populasi penelitian. Sugiono (2011) menyatakan bahwa jumlah
anggota sampel yang digunakan untuk uji coba instrumen setidaknya sekitar 30
orang. Uji coba instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur
validitas instrumen yang berbentuk soal tes kemampuan berpikir kreatif.
Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus koefisien Product
Moment dari Karl Pearson menurut Arikunto (2010).
rxy = }}{{ 2222 YYNXXN
YXXYN
Keterangan : rxy : koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) X : skor untuk butir ke-i Y : skor total (dari subyek try out)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Nilai rxy kemudian digunakan dalam perhitungan pada uji-t. Uji-t
digunakan karena responden yang digunakan dalam pengujian instrumen
merupakan sampel, sehingga diperlukan generalisasi ke dalam populasi agar
dapat dianggap mewakili seluruh karakteristik yang ada dalam populasi
(Muhidin dan Abdurahman, 2009). Uji-t dilakukan dengan rumus (Riduwan,
2004; Widoyoko, 2012) yaitu:
thitung =2
XY
XY
r1
2r
N
Keterangan : t : nilai t menurut perhitungan uji t rxy : koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
Langkah selanjutnya adalah melihat distribusi (Tabel t) untuk taraf
signifikansi (α) = 0,050 dan derajad kebebasannya (dk = N-2). Perbandingan
tersebut menghasilkan keputusan uji yaitu apabila harga koefisien thitung < nilai
kritis ttabel maka item soal tidak valid, sedangkan apabila harga koefisien thitung >
nilai kritis ttabel maka item soal dapat dinyatakan sebagai soal yang valid.
Pengujian validitas soal tes kemampuan berpikir kreatif ini dibantu dengan
program SPSS 16 dan program Microsoft Office Excel 2007. Hasil uji
validitas soal tes kemampuan berpikir kreatif secara ringkas disajikan pada
Tabel 3.6, perhitungan uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
2 (halaman 223) dan rekapitulasi uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 3
(halaman 235).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Validitas Hasil Uji Coba Soal Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif
Butir Soal
Validitas (t hitung)
t tabel (α:df) Keterangan
No Soal Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif 1 2,713
2,040
Valid 1 2 6,091 Valid 2 3 0,281 Invalid - 4 6,286 Valid - 5 1,068 Invalid - 6 1,699 Invalid - 7 3,462 Valid 3 8 5,065 Valid - 9 0,884 Invalid - 10 1,78 Invalid - 11 2,223 Valid 4 12 3,622 Valid 5 13 4,297 Valid 6 14 1,01 Invalid - 15 3,08 Valid - 16 2,456 Valid - 17 6,184 Valid 7 18 3,324 Valid 8 19 4,049 Valid 9 20 7,042 Valid 10
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa dari validitasi hasil uji
coba soal tes kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa dari 20 butir
soal yang telah diuji cobakan terdapat 14 butir soal yang valid 6 butir soal yang
invalid. Dari 16 butir soal yang valid kemudian diambil 10 butir soal yang
memenuhi semua indikator dan aspek kemampuan berpikir kreatif, 10 butir
soal inilah yang dijadikan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir
kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kisi-kisi soal tes
kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
No Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Jumlah Soal 1 Fluency (kemampuan berpikir lancar) 3 2 Flexibility (kemampuan berpikir luwes) 3 3 Originality (kemampuan berpikir orisinil) 2 4 Elaboration (kemampuan berpikir merinci) 2
Jumlah 10
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian merupakan ketetapan atau keajegan suatu
alat dalam menilai apa yang dinilainya. Suatu instrumen penelitian dikatakan
reliabilitas alat yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur bila
kapanpun dan bilamanapun akan memberikan hasil yang relatif sama
(Darmadi, 2011; Sudjana, 2010). Pengujian reliabilitas ini menggunakan
metode reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari hasil
satu kali uji coba instrumen. Analisis uji reliabilitas ini menggunakan rumus
Alfa Cronbach.
Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach menurut Sugiyono (2011):
Keterangan: r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan k = Banyaknya butir soal atau item pertanyaan = Jumlah varians skor setiap item = Varians total
Hasil perhitungan r11 selanjutnya dibandingkan dengan rtabel, apabila
nilai r11 < rtabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga butir soal tes
kemampuan berpikir kreatif dikatakan tidak reliabel, dan sebaliknya apabila
nilai r11 > rtabel maka butir soal tes kemampuan berpikir kreatif dinyatakan
reliabel. Indeks korelasi yang digunakan sebagai acuan tingkat reliabilitas
instrumen menurut Riduwan (2004) dapat dilihat pada Tabel 3.8.
2
2
11 11 t
i
SS
kkr
2iS
2tS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 3.8 Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item
No Skala r11 Keterangan 1 2 3 4 5
Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Antara 0,00 sampai dengan 0,199
Sangat Tinggi (ST) Tinggi (T) Cukup (C) Rendah (R) Sangat Rendah (SR)
Pengujian reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach pada penelitian
ini dibantu dengan menggunakan program SPSS 16. Hasil uji reliabilitas dari
uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 3.9 dan
hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 (halaman 223).
Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif
Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji Reliabilitas
Kriteria Reliabilitas
Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 20 0,806 Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.9 menunjukkan bahwa reliabilitas hasil uji coba
soal tes kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan rumus Alpha diperoleh
r11 = 0,806 yang berarti bahwa koefisien reliabilitas tes kemampuan berpikir
kreatif memiliki kriteria reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji
reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian tes kemampuan berpikir
kreatif bersifat reliabel atau memiliki ketetapan yang sangat tinggi untuk
digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
G. Analisis Data
1. Uji Prasyarat
Pengujian hipotesis komparatif dua sampel atau lebih menggunakan
teknik statistik parametris dan nonparametris bergantung pada macam data.
Syarat untuk statistik parametris salah satunya adalah berdistribusi normal
(Sugiyono, 2011). Berdasarkan pernyataan tersebut maka sebelum menguji
hipotesis, harus dilakukan uji prasyarat untuk menentukan statistik uji hipotesis
yang akan kita gunakan. Umumnya uji prasyarat yang digunakan untuk uji
komparasi dua sampel adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi
normal atau tidak (Budiyono, 2009). Uji normalitas data posttest atau hasil
tes kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnos dengan taraf
signifikansi (α = 0,050), perhitungan uji normalitas dibantu dengan program
SPSS 16. H0 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, sedangkan H1 dirumuskan bahwa data berasal dari
populasi yang tidak berdistribusi normal. Keputusan uji dari uji
Kolmogorov-Smirnov ini adalah apabila nilai Sig. > tingkat α yang
ditetapkan (0,050) atau apabila harga koefisien Dhitung ≤ nilai kritis Dtabel,
maka H0 diterima (Sudarmanto, 2005), sehingga dapat dikatakan bahwa data
terdistribusi normal (Budiono, 2009; Muhidin dan Abdurahman, 2009).
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan variansi antar kelompok yang diuji (Budiyono, 2009). Uji
homogenitas data posttest atau hasil tes kemampuan berpikir kreatif
menggunakan uji Levene’s dengan taraf signifikansi (α = 0,050),
perhitungan uji homogenitas dibantu dengan program SPSS 16. H0
dirumuskan bahwa data populasi bervariansi homogen, sedangkan H1
dirumuskan bahwa data populasi tidak bervariansi homogen. Keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
untuk uji homogenitas ini adalah apabila harga koefisien FLevene’s (Fhitung) ≤
nilai kritis Ftabel(α,df1,df2) atau apabila niali Sig. > tingkat α yang ditetapkan
(0,050) maka H0 diterima (Sudarmanto, 2005), sehingga dapat dikatakan
bahwa data homogen (Pramesti, 2011; Muhidin dan Abdurahman, 2009).
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian ini adalah uji generalisasi perbandingan nilai
rata-rata data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara
acak (Sugiyono, 2011). Hipotesis nihil (H0) dalam penelitian ini dirumuskan
bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai
media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali
tahun pelajaran 2011/ 2012. H1 dirumuskan bahwa ada perbedaan antara
penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan
metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.
Statistik uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dua sampel yang
independen pada tingkat signifikasi (α) = 0,050, perhitungan uji hipotesis ini
dibantu dengan program SPSS 16. Uji hipotesis ini adalah uji generalisasi rata-
rata data dua sampel yang tidak berkorelasi berupa perbandingan keadaan
variabel dari dua sampel yang independen atau perbandingan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random atau acak
(Sugiyono, 2011). Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan
hipotesis adalah H0 ditolak apabila signifikansi probabilitas (Sig.) < tingkat α
yang ditetapkan (0,050) atau apabila nilai thitung > ttabel(α;df). Hal tersebut berlaku
pula sebaliknya yaitu jika signifikansi probabilitas (Sig.) > tingkat α yang
ditetapkan (0,050) atau apabila nilai thitung < ttabel(α;df), maka H0 diterima
(Budiono, 2009; Pramesti, 2011).
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis
komparatif dua sampel yang independen dengan menggunakan uji-t (t-test).
Langkah-langkah untuk menguji hipotesis komparatif dengan dua sampel yang
independen menurut Budiyono (2009) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
a. Menentukan t hitung
Uji-t untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen menurut
(Sugiono, 2011) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
t =( ) ( )
Keterangan: t : t hitung t (푛 + 푛 − 2) 푥 : mean dari sampel kelompok eksperimen 푥 : mean dari sampel kelompok kontrol 푛 : ukuran sampel kelompok eksperimen 푛 : ukuran sampel kelompok kontrol s : simpangan baku
b. Daerah kritis
DK = 푡 푡 < −푡 / 푎푡푎푢 푡 > 푡 /
c. Keputusan uji
Ho ditolak jika t ∈ DK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
H. Prosedur Penelitian
Proses pelaksanaan penelitian dari tahap penelitian pendahuluan
(observasi dan try out), revisi instrumen, penelitian sebenarnya sampai pada tahap
penulisan laporan secara terperinci dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Prosedur Penelitian
Pembelajaran dengan metode Socratic Circles disertai media gambar
pada kelompok eksperimen
Pembelajaran dengan metode ceramah-diskusi-
presentasi pada kelompok kontrol
Menentukan masalah penelitian
Penyusunan proposal penelitian
Pembuatan instrumen penelitian
Judgment (Validasi ahli) dan uji coba instrumen
Penentuan kelompok kontrol dan eksperimen
(cluster random sampling)
Pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif (posttest)
Pengolahan data
Revisi
Instrumen baru
Penarikan kesimpulan
Penyusunan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan pada Gambar 3.3 dapat diketahui secara lebih jelas
bagaimana prosedur penelitian ini dilaksanakan. Tahap awal sebelum menyusun
proposal penelitian terlebih dahulu harus menentukan masalah yang akan diteliti,
setelah itu baru menyusun proposal penelitian kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan instrumen penelitian. Tahap pembuatan instrumen penelitian inilah
dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode Socratic Circles serta
media gambar sebagai media ajarnya. Tahap ini peneliti mempersiapkan
instrumen untuk mengumpulkan data berupa soal tes kemampuan berpikir kreatif.
Soal tes kemampuan berpikir kreatif selanjutnya diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan mengkonsultasikannya kepada para ahli (judgment expert),
setelah itu soal tes diuji cobakan. Hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir
kreatif akan dihitung secara statistik untuk mengetahui validitas butir soal dan
reliabilitasnya. Hasil dari perhitungan tersebut dijadikan acuan dalam melakukan
revisi untuk membuat instrumen yang baru. Instrumen yang sudah melalui tahap
uji validitas, uji reliabilitas dan revisi inilah yang akan digunakan dalam proses
pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif.
Cluster random sampling dilakukan untuk menentukan kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen setelah tahap validasi dan uji coba instrumen selesai.
Hasil cluster random sampling didapatkan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol
dan kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen. Tahap berikutnya adalah pemberian
treatment atau perlakuan pada subjek penelitian. Perlakuan tersebut berupa
kegiatan belajar mengajar di kelompok eksperimen (kelas X-3) dengan penerapan
metode Socratic Circles disertai media gambar. Kelompok kontrol (kelas X-2)
dengan penerapan metode caramah disertai diskusi dan presentasi. Proses
kegiatan belajar mengajar guru dibantu oleh observer untuk mengetahui
keterlaksanaan metode Socratic Circles serta aspek psikomotor dan afektif peserta
didik.
Posttest untuk mendapatkan data tes kemampuan berpikir kreatif dari
masing-masing kelompok setelah tahap perlakuan selesai kemudian diadakan.
Hasil tes tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui pencapaian kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57 berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Proses analisis
data ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Berdasarkan
pada hasil analisis dapat diketahui perbandingan kemampuan berpikir kreatif pada
kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Penarikan kesimpulan dilajutkan
dengan penyusunan laporan hasil penelitian setelah proses analisis selesai
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa. Metode Socratic Circles disertai media gambar diterapkan
pada kelompok eksperimen yaitu kelas X-3, untuk kelompok kontrol yaitu kelas
X-2 diterapkan metode ceramah yang disertai diskusi dan presentasi. Penetapan
kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol
secara cluster random sampling setelah dilakukan uji keseimbangan pada seluruh
populasi kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Hasil tes
kemampuan berpikir kreatif dari kedua kelompok yang diperlakukan dengan
metode yang berbeda tersebut kemudian dibandingkan sehingga diketahui ada
atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Data penelitian berupa nilai postes siswa yang diambil setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Materi yang digunakan adalah pengaruh aktivitas
manusia terhadap perubahan dan pecemaran lingkungan pada Kompetensi Dasar
4.2 yaitu menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Dua nilai postes
dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dianalisis secara statistik
menggunakan uji-t. Uji normalitas berupa uji Kolmogorov-Smirnov dan uji
homogenitas yang berupa uji Levene’s diperlukan sebagai prasyarat uji-t. Uji-t
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara
nilai kelompok kontrol dengan nilai kelompok eksperimen (Hartono, 2010).
Perbandingan hasil thitung dengan nilai ttabel(α,df) serta nilai sig. dengan nilai α
menunjukkan ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles
disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif menggunakan tes tertulis
dalam bentuk soal uraian yang selanjutnya akan diuji dengan uji-t. Data
penelitian diperoleh dari dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59 Kelompok kontrol terdiri dari 31 siswa dan kelompok eksperimen terdiri dari 32
siswa. Hasil penelitian berupa deskripsi data, pengujian persyaratan analisis,
pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis data disajikan sebagai berikut:
A. Deskripsi Data
Data kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi
didapatkan dari hasil tes menggunakan soal uraian setelah proses pembelajaran
(posttest). Soal tes terdiri dari 10 butir soal yang mencakup 4 aspek kemampuan
berpikir kreatif yaitu: fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Data hasil
tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pembelajaran pengaruh
aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat di Lampiran 2 (halaman 228) dan
secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi dan Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif
Interval Nilai Frekuensi Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
69,5 – 72,5 2 0 73,5 – 76,5 3 0 77,5 – 80,5 7 6 81,5 – 84,5 7 3 85,5 – 88,5 9 7 89,5 – 92,5 3 15 93,5 – 96,5 0 1
∑ 31 32 Mean 81,855 87,344 Median 82,5 88,75 Variance 28,32 25,378 Standard Deviation 5,322 5,038 Maximum 90 95 Minimum 70 77,5 Range 20 17,5
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat dibuat histogram
perbandingan distribusi kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen seperti pada Gambar 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 memperlihatkan besarnya frekuensi setiap
interval nilai pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Frekuensi
terbesar kelompok kontrol terletak pada interval nilai 85,5 sampai 88,5 dengan
angka frekuensi 9. Frekuensi terbesar kelompok eksperimen terletak pada interval
nilai 89,5 sampai 92,5 dengan angka frekuensi 15. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkatan nilai kemampuan berpikir kreatif siswa untuk kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan berpikir
kreatif siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Rata-rata kelompok eksperimen adalah 87,344 sedangkan kelompok kontrol
81,855. Tabel 4.1 juga menunjukan bahwa variansi dan standar deviasi kelompok
eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol, keadaan ini menunjukan
bahwa tingkat keragaman atau variabilitas nilai pada kelompok eksperimen lebih
kecil atau lebih homogen daripada kelompok kontrol (Sudijono, 2006). Variansi
kelompok eksperimen adalah 25,378 dan variansi kelompok kontrol adalah 28,32.
Standar deviasi kelompok eksperimen adalah 5,038 dan standar deviasi kelompok
kontrol yaitu 5,322. Nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen
0
2
4
6
8
10
12
14
16
69,5 – 72,5 73,5 – 76,5 77,5 – 80,5 81,5 – 84,5 85,5 – 88,5 89,5 – 92,5 93,5 – 96,5
23
7 7
9
3
00 0
6
3
7
15
1
Frek
uens
i
Interval Nilai
Kontrol
Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61 menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Median atau
nilai tengah pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol. Berdasar hasil tersebut maka secara umum dapat dikatakan bahwa hasil
tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen secara
deskriptif lebih baik daripada kelompok kontrol.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat pula dibuat histogram perbandingan nilai
rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan
eksperimen seperti ditunjukan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai
kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen yang menggunakan metode
Socratic Circles disertai media gambar lebih tinggi yaitu 87,344 dibandingkan
dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah disertai diskusi dan
presentasi yaitu 81,855.
Perbandingan rata-rata nilai untuk setiap aspek kemampuan berpikir
kreatif pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.3.
0
20
40
60
80
100
Kontrol Eksperimen
81,855 87,344
Rat
a-ra
ta N
ilai
Kem
ampu
an B
erpi
ki K
reat
if
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 4.3 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif
setiap Aspek
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir
kreatif siswa untuk setiap aspek pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kontrol. Kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen pada aspek
fluency sebesar 3,698, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol
yaitu 3,495. Nilai aspek flexibility pada kelompok eksperimen yaitu 3,531 yang
lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 3,376. Nilai aspek originality
kelompok eksperimen 3,375 sedangkan pada kelompok kontrol 3,226. Pada
aspek elaboration nilai kelompok eksperimen mencapai 3,250 dan kelompok
kontrol hanya mencapai nilai 2,839. Rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif
tertinggi baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terletak pada
aspek fluency, sedangkan terendah pada aspek elaboration. Berdasarkan selisih
rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol untuk setiap aspeknya urutan dari selisih terbesar ke yang
terkecil adalah elaboration sebesar 0,311, fluency sebesar 0,203, flexibility sebesar
0,155 yang terakhir originality sebesar 0,149. Berdasarkan Gambar 4.1, Gambar
4.2 dan Gambar 4.3 menunjukan bahwa penerapan metode Socratic Circles
mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Fluency Flexibility Originality Elaboration
3,495 3,376 3,2262,839
3,698 3,5313,375 3,250
Rat
a-ra
ta N
ilai
Kem
ampu
an B
erpi
kir K
reat
if Se
tiap
Asp
ek
Aspek-aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Kontrol
Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian asumsi sebagai prasyarat analisis perbedaan dua perlakuan
dengan uji-t (t-test) perlu dilakukan uji prasyarat secara statistik. Analisis uji-t
memerlukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Salah satu syarat uji-t adalah data berdistribusi normal. Uji normalitas
data dimaksudkan untuk mengetahui data dari masing-masing kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak. H0 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan H1 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang
tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data hasil tes kemampuan berpikir
kreatif siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov dengan α = 0,050 dan peritungan dibantu dengan
program SPSS 16. Keputusan uji normalitas, apabila nilai Sig. dari uji
normalitas lebih besar dari nilai tingkat α yang ditetapkan yaitu 0,050 (Sig. >
0,050) atau apabila nilai harga koefisien Dhitung ≤ nilai kritis Dtabel(α,n) maka H0
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal
(Sudarmanto, 2005; Budiyono, 2009; Muhidin dan Abdurahman, 2009).
Rangkuman hasil uji normalitas data kemampuan berpikir kreatif disajikan
pada Tabel 4.2 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 236).
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa
Kelompok Kolmogorov-Smirnov Test Perbandingan Keputusan Uji Dhitung Sig. Dtabel (α;n) Nilai D Sig. dengan α
Kontrol n = 31 0,161 0,397 0,238 Dhitung ≤ Dtabel
0,161 ≤ 0,238 Sig. > α
0,397 > 0,050 H0 diterima
Eksperimen n = 32 0,201 0,151 0,234 Dhitung ≤ Dtabel
0,201 ≤ 0,234 Sig. > α
0,151 > 0,050 H0 diterima
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas data hasil tes
kemampuan berpikir kreatif siswa nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu
0,050 dan harga koefisian Dhitung ≤ nilai kritis Dtabel pada kelompok kontrol dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
ekperimen, sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa semua data pada penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Syarat lain dari uji-t adalah data yang digunakan adalah data
bervariansi homogen. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui
apakah variansi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen homogen atau
tidak. Homogen berarti bahwa data antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai variansi yang sama atau homogen. H0
dirumuskan bahwa data populasi bervariansi homogen dan H1 dirumuskan
bahwa data populasi tidak bervariansi homogen. Uji homogenitas kemampuan
berpikir kreatif dilakukan menggunakan uji Levene’s dengan α = 0,050 dan
perhitungan dibantu dengan program SPSS 16. Kriteria keputusan uji
homogenitas apabila nilai Sig. dari uji homogenitas lebih besar dari tingkat α
yang ditetapkan (Sig. > α) dan harga koefisien Fhitung (Flevene’s) ≤ nilai kritis
Ftabel(α,df1,df2) maka H0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data homogen
(Sudarmanto, 2005; Muhidin dan Abdurahman, 2009; Pramesti, 2011).
Rangkuman hasil uji homogenitas kemampuan berpikir kreatif disajikan pada
Tabel 4.3 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 237).
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa
Kelompok Levene’s Test Perbandingan Keputusan
Uji Fhitung Sig. Ftabel
(α;df1;df2) Nilai F Sig. dengan α
Kontrol dan Eksperimen df1 = 1 df2 = 61
0,090 0,765 3,998 Fhitung ≤ Ftabel 0,090 ≤ 3,998
Sig. > α 0,765 > 0,050 H0 diterima
Pengolahan data pada Tabel 4.3 tersebut menunjukan bahwa nilai
Sig.> α dan harga koefisien FLevene’s ≤ Ftabel(0,050;1;61), maka dapat diambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
keputusan bahwa H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua data berasal
dari populasi yang variansinya homogen.
Persyaratan uji hipotesis penelitian untuk data hasil tes kemampuan
berpikir kreatif siswa telah terpenuhi yaitu data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan bervariansi homogen, sehingga pengujian hipotesis
penelitian secara parametrik melalui uji-t dapat dilakukan.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
uji-t. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada penilitian telah dinyatakan
normal dan homogen pada hasil uji prasyarat, sehingga prasyarat untuk
melakukan uji-t telah terpenuhi. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan
keputusan hipotesis adalah H0 ditolak apabila nilai signifikansi probabilitas (Sig.)
< tingkat α yang ditetapkan (0,050) atau apabila thitung > ttabel(α;df). Hal ini berlaku
pula sebaliknya yaitu H0 diterima apabila signifikansi probabilitas (Sig.) > tingkat
α yang ditetapkan (0,050) atau thitung < ttabel(α;df) (Budiyono, 2009; Pramesti, 2011).
Hipotesis nihil (H0) dalam penelitian ini dirumuskan bahwa tidak ada
perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar
dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.
H1 dirumuskan bahwa ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles
disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun
pelajaran 2011/ 2012.
Perbedaan yang ditunjukan dari hasil penerapan antara metode Socratic
Circles pada kelompok eksperimen dengan metode ceramah, diskusi dan
presentasi pada kelompok kontrol dianggap sebagai sebuah pengaruh terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun
pelajaran 2011/ 2012. Kemampuan berpikir kreatif tersebut meliputi empat aspek
yaitu: fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Hasil analisis pengaruh
penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66 berpikir kreatif siswa dengan uji-t menggunakan bantuan program SPSS 16 secara
ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3 (halaman 238).
Tabel 4.4 Uji-t Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Variabel t-test Perbandingan Keputusan
Uji thitung Sig. ttabel
(α;df) Nilai t Sig. dengan α
Kemampuan Berpikir Kreatif
df = n1+n2-2 df = 31+32-2
4,205 0,000 1,999 thitung > ttabel 4,205 > 1,999
Sig. < α 0,000 < 0,050 H0 ditolak
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Sig. < α yaitu 0,000 < 0,050 dan harga
koefisien thitung kemampuan berpikir kreatif lebih besar dibandingkan dengan nilai
kritis ttabel(0,050;61) yaitu 4,205 > 1,999. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
diambil keputusan bahwa H0 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara
penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan
metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa ditolak dan menerima H1 yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang
nyata antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan
penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode Socratic Circles
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada Tabel 4.1 dapat
dilihat bahwa rata-rata nilai hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berdasar pada
perbedaan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa penerapan metode
Socratic Circles berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Hasil analisis data dengan uji-t pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hipotesis untuk pengujian pengaruh
metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa dinyatakan dengan H0 yaitu tidak ada perbedaan antara penerapan
metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode
ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. H1 dirumuskan bahwa ada
perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar
dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.
Berdasarkan keputusan uji H0 ditolak, maka H1 diterima yang berarti ada
perbedaan nyata antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar
dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.
Hasil uji ditunjukkan dari nilai sig. < α yaitu 0,000 < 0,050 dan dari nilai harga
koefisien thitung > nilai kritis ttabel(α;df) yaitu 4,205 > 1,999. Hal tersebut juga
didukung dari nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif pada kelompok
eksperimen 87,344 yang lebih besar daripada kelompok kontrol 81,855 dengan
selisih sebesar 5,489.
Rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif siswa yang diperoleh
kelompok eksperimen dengan penerapan metode Socratic Circles disertai media
gambar lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang menggunakan metode
pembelajaran ceramah disertai diskusi dan presentasi. Hal ini karena siswa pada
pembelajaran metode Socratic Circles disertai media gambar diberi kesempatan
lebih banyak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. Siswa menjadi mampu
menyelesaikan masalah maupun mengajukan pertanyaan untuk mengungkapkan
permasalahan baru yang mungkin bisa ditimbulkan dari permasalahan yang sudah
ada. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan akan lebih banyak gagasan
baru atau pengembangan gagasan yang sudah ada sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa bisa disebabkan karena
dalam proses pembelajaran siswa kurang diberi kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka. Kemampuan berpikir
kreatif siswa bisa dikembangkan dengan cara memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan berbagai macam pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dengan sejumlah jawaban dalam proses pembelajaran. Perlakuan tersebut akan
mendorong siswa untuk menghasilkan banyak gagasan mengenai suatu masalah
dan lancar mengungkapkan gagasannya. Memberikan keleluasaan siswa untuk
memikirkan berbagai macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu
masalah baik dengan mengungkapkan gagasan baru maupun dengan cara
memperkaya gagasan orang lain.
Metode Socratic Circles dominan dengan penggunaan pertanyaan dalam
proses pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan itulah akan membantu siswa untuk
menemukan dan membangun konsep pengetahuannya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Proses tanya-jawab dalam metode Socratic Circles dapat
memperdalam pengetahuan siswa dan mendorong peserta didik berpikir divergen.
Proses penyelidikan bersama (diskusi) ini akan membantu siswa mengembangkan
kebiasaan berpikir kritis dan analisis yang mengarah pada peningkatan
kemampuan berpikir siswa. Noviasari (2011) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa penerapan metode Socrates (Socratic Method) berpengaruh lebih baik
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Perterson (2009b) menyatakan bahwa
metode Socratic memungkinkan peserta didik mengambil keputusan secara kritis
dan menganalisis fakta-fakta yang terkait dengan situasi. Peterson (2009a)
mengungkapkan bahwa metode Socratic dapat menjadi sarana yang efektif dalam
memupuk kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif mempunyai hubungan yang erat.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan saling menunjang satu dengan yang
lainnya dalam upaya menyelesesaikan suatu masalah. Kemampuan berpikir kreatif
dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama seperti mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian Ismaimuza (2010) menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat ditingkatkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69 strategi pembelajaran yang sama yaitu dengan penerapan pembelajaran berbasis
masalah dengan strategi konflik kognitif. Ambarwati (2011) menambahkan
bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa diperoleh dari
pembelajaran dengan Langsung-Tak Langsung. Budiman (2011) menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif yang cukup signifikan antara kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan
program Cabri 3D. Hidayat (2011), hasil penelitiannya menyatakan bahwa
terdapat asosiasi yang signifikan antara kualifikasi kemampuan berpikir kritis dan
kreatif matematik siswa dan asosiasinya termasuk kategori cukup kuat.
Zimmerman (2004) menyatakan bahwa berpikir kritis dan berpikir kreatif dapat
ditingkatkan pada kegiatan pembelajaran yang sama.
Socratic Circles merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada
siswa (Copeland, 2005). Metode Socratic Circles melibatkan siswa secara aktif
untuk memahami konsep pada materi pengaruh aktivitas manusia terhadap
perubahan dan pencemaran lingkungan, dan terbukti mampu mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir kreatif mempunyai
beberapa aspek, yaitu: fluency (kemampuan berpikir lancar), flexibility
(kemampuan berpikir luwes), originality (kemampuan berpikir orisinal) dan
elaboration (kemampuan berpikir terperinci) (Munandar, 2009). Tahapan
pelaksanaan pembelajaran metode Socratic Circles menurut Copeland (2005) dan
Frankenfield (2009) yaitu menentukan topik materi pokok bahasan apa yang akan
dipelajari dan mengorientasi siswa kepada masalah. Mengorganisasikan siswa
untuk belajar, kemudian membantu mengkondisikan siswa untuk proses
penyelidikan bersama. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
selanjutnya menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama dan
kinerja siswa untuk melakukan proses perbaikan. Tahap selanjutnya adalah
pengulangan dari tahap penyelidikan, menganalisis dan mengevaluasi.
Pengulangan tahap penyelidikan bersama, menganalisis dan mengevaluasi ini
(diskusi-feedback) dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau sesuai materi pokok
bahasan. Copeland (2005), Seitz (2005), Frankenfield (2009) dan Kenner (2009)
menyatakan bahwa penerapan Socratic Circles dapat mendorong siswa berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70 divergen. Berpikir divergen merupakan salah satu penerjemahan berpikir kreatif
(Arnyana, 2006).
Proses pembelajaran menggunakan metode Socratic Circles disertai
media gambar yang diterapkan pada kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen.
Awal pembelajaran dimulai dengan mengorientasi siswa pada masalah dengan
menggunakan objek nyata berupa penggunaan sampel air tercemar, air tidak
tercemar, zat kimia sebagai polutan dan ikan air tawar. Penggunaan sampel
tersebut dalam pengorientasian siswa terhadap masalah bertujuan untuk
memberikan gambaran permasalahan yang nyata atau dekat dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Redhana, dkk (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran
Socratic dimulai dengan masalah, dan mampu mengembangkan ide-ide siswa
serta efektif untuk membimbing siswa mengembangkan pemahaman konsep. Sari
dan Nasikh (2009) menambahkan bahwa pembelajaran berbasis masalah
dirancang untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir,
ketrampilan menemukan dan memecahkan masalah.
Media gambar yang digunakan dalam proses pembelajaran Socratic
Circles selain bertujuan untuk menarik perhatian dan membangkitkan semangat
siswa juga berfungsi untuk memudahkan komunikasi yang sulit dibayangkan oleh
siswa terhadap suatu konsep atau materi, sehingga proses pembelajaran
berlangsung efektif. Media gambar akan membantu siswa untuk melihat secara
nyata keadaan atau masalah yang sebenarnya terjadi tanpa harus pergi ke tempat
permasalahan yang dimaksud. Hal ini sangat penting karena masalah-masalah
yang diorientasikan di awal pembelajaran merupakan starting point atau titik awal
bagi siswa untuk membangun proses pengetahuan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan Sumalee, et al (2012) bahwa media-media yang
digunakan dalam pembelajaran baik berupa teks, visual, audio, animasi, maupun
video merupakan suatu bentuk pengaksesan informasi yang dapat dihubungkan
dengan sumber-sumber pengetahuan. Media dapat mendukung siswa dalam
proses membangun pengetahuan karena informasi-informasi yang ada dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71 media dapat membantu siswa. Membantu siswa untuk mengkonstruksi atau
mengelaborasi pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya.
Kegiatan guru pada tahap pertama yaitu menayangkan gambar tentang
berbagai macam aktivitas manusia terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan.
Tahap selanjutnya yaitu mengajukan pertanyaan awal. Guru mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang sudah ditayangkan. Guru
memberikan pertanyaan awal untuk memancing siswa berpikir. Pertanyaan yang
diajukan oleh guru bersifat open-ended atau terbuka, dimana pertanyaan tersebut
memiliki beberapa jawaban dan tidak mempunyai jawaban benar yang mutlak.
Rustaman, dkk (2005) menyatakan bahwa pertanyaan yang diberikan guru kepada
siswa akan mendorong siswa melatih kemampuaan berpikir sehingga mampu
menemukan konsep terutama pada materi pencemaran lingkungan. Hmelo-Silver
and Barrows (2006) menyatakan bahwa guru menggunakan pertanyaan untuk
membimbing siswa berpikir dan penggunaan pertanyaan open-ended dapat
melibatkan semua siswa untuk berpikir.
Tahap pengorientasian siswa pada masalah ini akan mengakomodasi
siswa untuk menyampaikan gagasan atau ide dan kegiatan ini akan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada aspek berpikir lancar (fluency)
dan berpikir luwes (flexibility). Aspek fluency merupakan kemampuan siswa
untuk mengemukakan beberapa gagasan atau ide dengan lancar yang ditandai
dengan perilaku siswa yang mampu mengajukan berbagai macam pertanyaan,
menjawab dengan sejumlah jawaban bila ada pertanyaan. Aspek flexibility
kerupakan kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang bervariasi yang
ditandai dengan perilaku siswa yang mampu memberikan berbagai macam
penafsiran suatu gambar atau masalah.
Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar. Aktivitas
guru pada tahap ini adalah membantu siswa mengatur tugas-tugas belajar. Tugas
belajar tersebut meliputi menganalisa teks dan membuat catatan pada teks serta
mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai atau mencari solusi.
Taylor (Mulyasa, 2004) menyatakan bahwa cara-cara yang dapat dilakukan dalam
menciptakan lingkungan belajar yang dapat menciptakan kreativitas anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72 diantaranya menyediakan sumber untuk menyusun gagasan-gagasan dan
mendorong kebiasaan untuk menyusun implikasi ide-ide. Tahap ini dilakukan
untuk mempersiapkan pemahaman siswa tentang materi sebelum memperdalam
dan memperluas pemahaman tersebut dalam diskusi kelompok. Yeo (2008)
menyatakan bahwa bekerja mandiri mendorong siswa untuk mengungkapkan
gagasan atau ide-ide dan menganalisis masalah. Berpikir bersama akan
meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat dan berpikir analitis.
Tahap ketiga adalah pembentukan kelompok. Pada tahap ini guru
membantu mengkondisikan siswa untuk proses penyelidikan bersama. Tahap
keempat yaitu proses penyelidikan mandiri dalam kelompok. Proses penyelidikan
dilakukan dalam bentuk dialog seminar atau diskusi kelompok lingkaran dalam
(inner circles). Proses penyelidikan mandiri dan bersama inilah yang
memberikan banyak peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif mereka. Bereiter (Chin and Chia, 2004) menyatakan bahwa
belajar dalam kelompok yang berkolaborasi akan menjadikan siswa merasa
terlibat untuk mengkonstruk konsep (pengetahuan). Fadllan (2010)
menambahkan bahwa kontribusi setiap anggota kelompok dalam kegiatan
penyelidikan dapat memperkaya informasi melalui bahan ajar yang tersedia.
Menurut Rustaman, dkk (2005) kelebihan metode diskusi antara lain merangsang
keberanian dan kreativitas siswa bertukar pikiran dengan teman. Kelebihan yang
lain yaitu menerima dan menghargai pendapat orang lain. Kegiatan diskusi akan
melatih siswa belajar bertangung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
Socratic Circles memberikan ruang bagi siswa untuk berkolaborasi
dalam menyelidiki permasalahan tentang pengaruh aktivitas manusia terhadap
perubahan dan pencemaran lingkungan secara bersama-sama. Pengorganisasian
ini dapat diwujudkan dalam kelompok-kelompok belajar dan patner kerja.
Kelompok tersebut terjadi interaksi antar anggota kelompok seperti saling
bertukar pendapat, saling berbagi pengetahuan dan menyumbangkan gagasan atau
ide untuk menyelesaikan masalah. Widowati (2008) menyebutkan bahwa berpikir
kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkaran belajar yang secara langsung
memberikan peluang bagi siswa untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73 rasa takut atau malu. Siswa dapat memberikan jawaban yang bervariatif.
Jawaban yang dikemukakan oleh siswa tidak hanya terkait dengan konsep
mengenai pencemaran lingkungan akan tetapi siswa mampu memberikan jawaban
bersifat normatif. Kelompok yang terbentuk membahas permasalahan tentang
pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran serta upaya
melestarikan lingkungan. Guru sebagai fasilitator dapat memancing siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memacu anggota kelompok untuk
mengeluarkan gagasan. Gagasan yang dikemukakan anggota satu dapat berbeda
dengan anggota yang lainnya karena setiap individu memiliki sudut pandang yang
berbeda terhadap penyelesaian masalah pencemaran lingkungan.
Tahap kelima yaitu feedback atau menganalisis dan mengevaluasi proses
penyelidikan bersama. Feedback dilaksanakan oleh setiap siswa bersama patner
kerja mereka. Kegiatan ini siswa akan tahu kelebihan dan kekurangan mereka
saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa bisa melakukan proses perbaikan
untuk proses penyelidikan (diskusi) selanjutnya. Kegiatan guru pada tahap ini
hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa untuk melakukan refleksi atas
proses penyelidikan yang dilakukan.
Tahap keenam dan ketujuh merupakan pengulangan dari tahap keempat
dan kelima. Pengulangan tahap ini menjadikan pembelajaran Socratic Circles
dominan dengan proses penyelidikan bersama berupa diskusi (tanya-jawab),
menganalisis dan mengevaluasi (feedback). Novianti (2011) menyatakan bahwa
untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, guru di kelas harus menemukan
cara untuk menyatukan kesempatan-kesempatan dalam rangka meningkatkan
kemampuan berpikir. Proses penyelidikan bersama pada pembelajaran Socratic
Circles yang dilakukan kelompok lingkaran dalam (inner circles) untuk
memecahkan satu topik masalah pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan
dan pencemaran lingkungan. Penyelidikan bersama merupakan kegiatan siswa
dalam membangun konsep pengetahuan sendiri (konstruktivisme). Penyelidikan
yang dilakukan siswa bertujuan agar siswa sepenuhnya memahami dimensi-
dimensi dari situasi permasalahan yang dihadapi. Proses penyelidikan bersama
(tanya-jawab) akan banyak pernyataan-pernyataan yang mendapatkan sanggahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74 atau pernyataan yang tidak sependapat. Keadaan tersebut akan mendorong siswa
untuk berpikir lebih kreatif dalam menemukan solusi-solusi permasalahan yang
lebih masuk akal dan lebih mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Derri and Pachta (2007) menambahkan bahwa penggunaan pertanyaan dapat
membantu siswa mengoptimalkan proses berpikirnya, tetapi dengan pertanyaan
yang berbeda-beda. Tahap ini para peserta seminar akan mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan menyarankan solusi alternatif
untuk memecahkan masalah yang sedang dibahas. Fauziah (2011) menyatakan
bahwa aspek berpikir kreatif yang paling banyak dikembangkan guru adalah
kelancaran melalui metode tanya-jawab.
Aktivitas penyelidikan bersama (diskusi) dan feedback yang dilakukan
oleh setiap anggota dalam kelompok diskusi dapat mengembangkan kemampuan
berpikir lancar (fluency) dan kemampuan berpikir luwes (flexibility). Keduanya
merupakan aspek dari berpikir kreatif. Munandar (2009) mengungkapkan bahwa
dalam sumbang saran atau brainstorming yang terjadi di dalam sebuah kelompok.
Pencetusan banyak gagasan oleh anggota kelompok dan pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan fasilitator yang dalam hal ini adalah guru dapat meningkatkan
aspek kelancaran dan kelenturan siswa dan sebagaimana diketahui dua aspek
tersebut merupakan aspek dari berpikir kreatif. Shively (2011) menyatakan
bahwa kegiatan brainstorming yang dilakukan baik dalam lingkup kelas maupun
kelompok dapat membangun kelancaran mengungkapkan banyak gagasan
(fluency) dan kemampuan melihat topik dari sudut pandang yang berbeda
(flexibility). Savery (2006) juga menambahkan bahwa pendefinisian permasalahan
hingga penemuan alternatif solusi dengan kerja kelompok dapat memunculkan
kemampuan-kemampuan yang sangat penting dimana salah satunya adalah
kreativitas.
Gagasan-gagasan yang diungkapkan setiap individu saat proses
penyelidikan bersama merupakan gagasan mereka sendiri, sehingga gagasan
tersebut merupakan ide setiap individu yang berbeda dengan peserta seminar yang
lain. Hal ini mencerminkan kemampuan berpikir orisinal (originality) siswa
berkembang melalui pengungkapan gagasan-gagasan lewat kegiatan tanya-jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75 dalam seminar. Kebaruan tidak mutlak pada sesuatu yang harus benar-benar baru
yang sebelumnya belum pernah ada melainkan dapat berbeda dari yang lain
ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada. Munandar (2009) menyatakan
bahwa siswa yang berpikir orisinal ialah siswa yang dapat memberikan jawaban
yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan
orang pada tingkat pengetahuan yang sama atau seusianya. Vigotsky (Ibrahim,
2004) mengemukakan bahwa interaksi sosial dengan teman lain membantu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual seseorang.
Vigotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi
dengan orang lain.
Kegiatan tanya-jawab dalam seminar Socratic juga dapat meningkatkan
kemampuan mengelaborasi (elaboration). Aspek elaboration merupakan salah
satu aspek dari kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan merinci (elaboration)
merupakan kemampuan memecahkan masalah dengan melakukan langkah-
langkah terperinci atau mampu menjelaskan lebih rinci gagasan-gagasan yang
sudah disampaikan. Pernyataan yang diungkapkan oleh peserta seminar untuk
menyelesaikan masalah tidak akan diterima begitu saja oleh peserta seminar yang
lain. Peserta seminar yang memberikan pernyataan untuk menyelesaikan suatu
masalah perlu menerangkan secara rinci langkah-langkah apa yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan apa langkah atau solusi
alternatif apabila langkah tersebut gagal. Langkah-langkah kerja untuk
menyelesaikan masalah harus jelas dan ada langkah alternatif, sehingga
kemampuan merinci sebagai bagian dari aspek berpikir kreatif meningkat. Bybee,
et al (2006) menyatakan bahwa fase elaborasi menekankan aplikasi dan transfer
ide-ide untuk mengembangkan pemahaman siswa.
Proses pembelajaran pada kelas X-2 sebagai kelompok kontrol
menggunakan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi. Pertemuan
pertama guru menyampaikan konsep materi pengaruh aktivitas manusia terhadap
perubahan dan pencemaran lingkungan dengan ceramah. Membimbing siswa
untuk membentuk kelompok dan memulai kegiatan diskusi dilanjutkan presentasi.
Pertemuan kedua siswa melakukan kegiatan diskusi kembali dilanjutkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76 presentasi. Kegiatan pembelajaran seperti itu kurang merangsang siswa untuk
mengoptimalkan kemampuan berpikir mereka khususnya dalam hal memecahkan
suatu permasalahan dan kurang mampu memperluas pemahaman suatu konsep
pembelajaran. Hal tersebut terlihat pada saat proses diskusi kelas hanya beberapa
siswa saja yang mau menyampaikan pendapat serta gagasannya dalam diskusi dan
dalam proses presentasi hanya beberapa siswa saja yang mengajukan pertanyaan.
Banyak siswa yang tidak memperhatikan dalam proses kegiatan diskusi dan
presentasi sehingga pelaksanaan pembelajaran berjalan kurang efektif.
Setiap akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan jika ada poin penting yang belum dipahami. Siswa
akan mengangkat tangan dan bertanya kepada guru tentang alternatif untuk
menanggulangi pencemaran. Guru tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut
tetapi memberi kesempatan pada siswa lain untuk menanggapi pertanyaan
tersebut, namun jarang ada siswa lain yang mau menanggapi pertanyaan tersebut.
Akibatnya siswa tidak bisa mengoptimalkan proses berpikir kreatifnya untuk
memecahkan suatu permasalahan terutama pada materi pengaruh aktivitas
manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Wenno (2008) yang menyatakan bahwa proses berpikir kreatif
diperlukan siswa untuk menemukan suatu cara baru untuk memecahkan suatu
permasalahan.
Proses pembelajaran biologi antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan perbedaan yang cukup
signifikan. Kelompok eksperimen mendapat peluang lebih banyak untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Aktivitas siswa kelompok kontrol cenderung pasif karena proses
pembelajaran yang digunakan kurang memberikan kesempatan dan dorongan
kepada siswa untuk menyampaikan gagasan mereka.
Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif, nilai yang tertinggi
pada kelompok eksperimen adalah pada aspek fluency, dikarenakan aspek ini
mendapat pengulangan pada setiap tahapan pembelajaran Socratic Circles.
Metode Socratic Circles mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77 karena keduanya memiliki aspek yang saling berkaitan. Hal ini dapat dilihat pada
tahapan-tahapan metode Socratic Circles yang mengacu pada aspek berpikir
kreatif seperti berpikir lancar (fluency) dan berpikir luwes (flexibility) yang
dikembangkan pada setiap tahap proses pembelajaran metode Socratic Circles.
Aspek berpikir orisinal (originality) dan berpikir memerinci (elaboration)
dikembangkan pada tahap proses penyelidikan bersama (diskusi) dan feedback
(menganalisis dan mengevaluasi).
Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa penelitian yang relevan
menunjukkan bahwa penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar
dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Tahapan-tahapan metode Socratic Circles dapat meningkatkan berpikir
kreatif siswa dan kemandirian belajar (self-directed) dengan mendorong siswa
untuk memiliki kecakapan berpikir, aktif mengemukakan gagasan, berkolaborasi
dalam kelompok dan menghasilkan ide-ide yang cemerlang. Penerapan metode
Socratic Circles dalam proses pembelajaran akan membekali siswa agar siap
menghadapi masalah dengan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki. Metode
Socratic Circles disertai media gambar terbukti mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran
Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
Metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun
pelajaran 2011/ 2012.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan kajian
dan referensi pada penelitian sejenis mengenai metode pembelajaran Socratic
Circles, media gambar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
memberikan pembelajaran biologi yaitu dengan menerapkan metode Socratic
Circles kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan dengan memperhatikan keterbatasan
penelitian, saran yang dapat sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru Biologi
a. Guru mata pelajaran biologi diharapkan mampu menerapkan metode
pembelajaran Socratic Circles dengan menggunakan gambar sebagai media
untuk membantu proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dan siswa mampu memaknai secara
maksimal materi pelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b. Guru mata pelajaran biologi diharapkan dapat membimbing jalannya proses
penyelidikan bersama, analisis dan evaluasi (diskusi-feedback) agar proses
pembelajaran berjalan lebih efektif dan efisien.
c. Guru mata pelajaran biologi diharapkan lebih banyak menggunakan media
dalam proses pembelajaran, khususnya media gambar untuk menjelaskan
materi pelajaran yang masih bersifat abstrak agar pelajaran lebih mudah
diterima dan dipahami oleh siswa.
d. Guru mata pelajaran biologi disarankan untuk menyusun metode
pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa yang masih kurang.
e. Guru melatihkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran
biologi agar siswa terbiasa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang
dimiliki dan kreatif dalam memecahkan permasalahan.
f. Guru mata pelajaran biologi hendaknya menggunakan metode pembelajaran
Socratic Circles yang tidak hanya berorientasi pada kemampuan berpikir
kreatif saja tetapi juga berorientasi pada hasil belajar siswa.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu
kiranya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode
pembelajaran Socratic Circles atau penggunaan media pembelajaran berupa
gambar secara lebih luas dan mendalam (dalam cakupan materi lain), sehingga
kemampuan berpikir kreatif siswa lebih berkembang dan peningkatannya dapat
diamati lebih teliti.