Upload
others
View
60
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DIKTAT
MATERI KULIAH
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II
(ADVANCED ACCOUNTING)
OLEH :
ASHAR BASYIR, SE., MMSI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGGABUNGAN BADAN USAHA
( AKUISISI ) / ACQUISITIONS
Penggabungan Usaha adalah istilah umum yang meliputi semua bentuk penggabungan entitas
usaha yang terpisah untuk menjadi satu entitas usaha baru.
Konsep Penggabungan Usaha dituangkan dalam PSAK No. 22 tahun 1995 paragraf 08,
tentang akuntansi penggabungan Badan Usaha Menurut S.A.K. :
Penggabungan Usaha ( Business Combination ) adalah penyatuan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (
uniting with ) perusahaan lain atau memperolah kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Bentuk Penggabungan badan usaha ada 3 :
a. Merger
Dalam penggabungan badan usaha yang berbentuk merger ini salah satu di antara perusahaan
yg bergabung akan hidup terus dan mengambil alih semua aktiva dan utang perusahaan yg
lain. Perusahaan yg hidup terus (surviving company) tersebut harus berbentuk perseroan
terbatas. Jadi di dalam merger ini minimal satu di antara perusahaan yg melakukan
penggabungan badan usaha harus berbentuk PT.
Contoh:
PT A, PT B dan PT C sepakat untuk melakukan penggabungan BU. Dalam penggabungan
tersebut PT A akan menerbitkan tambahan modal saham untuk ditukarkan dg aktiva bersih PT
B dan PT C.
Dalam contoh tersebut PT A akan hidup terus, sedangkan PT B dan PT C setelah
menyerahkan semua aktiva bersih nya kepada PT A mempunyai 2 alternatif, yaitu;
Alternatif pertama bubar setelah terlebih dahulu membagikan saham PT A kepada para
pemegang saham. (Biasanya alternatif ini yg dipilih)
Alternatif kedua tetap hidup akan tetapi tidak menjalankan kegiatan operasional. Jadi
hanya akan memperolah keuntungan dari pembagian deviden PT A.
PERLUASAN DAN PERKEMBANGAN
BADAN USAHA
PERKEMBANGAN INTERN PERKEMBANGAN EKSTERN
PENGGABUNGAN USAHA
Melibatkan unit-unit diluar
perusahaan spt: pelangganan,
rekanan, pesaing, & perusahaan
sejenis, atau perusahaan yang
tidak mempunyai hubungan
operasional.
-Membuka daerah Pemasaran
-mengembangkan dan menambah
jenis produk
-Mengembangkan proses produksi
b. Konsolidasi
Dalam konsolidasi ini semua perusahaan yang melakukan penggabungan badan usaha
menyerahkan semua aktiva bersihnya kepada perusahaan yang baru, yang dibentuk dalam
penggabungan BU tersebut. Di dalam konsolidasi ini di antara perusahaan tidak dituntut
adanya perusahaan yang berbentuk PT, karena akan didirikan perusahaan baru yg berbentuk
PT.
Contoh:
PT A, PT B dan PT C sepakat untuk melakukan penggabungan BU dengan membentuk PT
ABC. Dalam hal ini PT ABC tersebut akan mengambil alih semua aktiva dan utang PT A, PT
B dan PT C.
c. Hubungan Afiliasi
Dalam hal ini masing2 perusahaan masih tetap hidup dan tetap menjalakan kegiatan
operasional akan tetapi salah satu akan mengusai perusahaan yang lain.
Penggolongan Penggabungan Badan Usaha
Ditinjau dari usaha antara perusahaan yang melakukan penggabungan badan usaha, maka
penggabungan badan usaha dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
(1) Penggabungan Vertikal adalah penggabungan badan usaha yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha yang berbeda akan tetapi saling berhubungan
dan hubungan tersebut adalah hubungan antara produsen dan konsumen.
Contoh :
Penggabungan B. U. antara perusahaan pemintalan, pertenunan, dan pakaian jadi.
Penggabungan B. U. antara perusahaan tepung terigu dengan perusahaan mie.
Penggabungan B. U. antara perusahaan perancang kendaraan, aksesoris kendaraan dan
roda.
Beberapa keuntungan dalam penggabungan B.U. Vertikal antara lain:
Risiko terjadinya kesulitan dalam memperoleh bahan baku akan berkurang (BB terjamin,
baik kualitas maupun waktu).
Mutu produksi menjadi lebih baik
Biaya produksi per satuan turun karena proses produksi terintegrasi
Pembayaran PPN ditunda
(2) Penggabungan Horizontal adalah penggabungan BU yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sejenis atau bersifat substitusi.
Contoh :
Penggabungan BU antara perusahaan rokok kretek dengan roko putih.
Penggabungan BU antara perusahaan Indomie dengan Mie Sedaap
Beberapa keuntungan dalam penggabungan B.U. Horizontal antara lain:
Menghilangkan terjadinya persaingan di antara mereka
Meningkatkan daya saing, baik di dalam pasar input maupun pasar output
Menurunkan biaya produksi per satuan karena;
- Dapat memperoleh BB dg harga lebih murah
- Berproduksi pada skala yg lebih besar
- Perpaduan pengalaman masing2
(3) Penggabungan Konglomerat dapat dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu :
Penggabungan Konglomerat pertama adalah Penggabungan BU yang mencakup
penggabungan Vertikal dan horizontal. Penggabungan semacam ini dilakukan minimal oleh
3 perusahaan, Misalnya : Perusahaan rokok cengkeh, perusahaan rokok putih dan perusahaan
perkebunan tembakau.
Unsur Vertikal antara perkebunan tembakau dan perusahaan rokok.
Unsur horizontalnya antara perusahaan Rokok Putih dan Perusahaan Rokok cengkeh.
Penggabungan Konglomerat kedua adalah Penggabungan BU yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berhubungan, misalnya; perusahaan penerbitan
surat kabar dengan perusahaan mobil. Keuntungan utama penggabungan B.U konglomerat
yang kedua ini adalah menurunkan risiko yg diperoleh melalui diversifikasi usaha.
Masalah Dalam Penggabungan Usaha
A. Penentuan dan Pembagian Modal Saham
1. Penentuan jenis modal saham, didasarkan 2 kemungkinan
Tingkat Keuntungan Relatif Sama
Apabila tingkat keuntungan masing2 perusahaan yg melakukan penggabungan B.U
tersebut relatif sama maka sebaiknya diterbitkan satu jenis modal saham saja.
Tingkat Keuntungan Relatif Berbeda
Apabila tingkat keuntungan masing2 perusahaan yg melakukan penggabungan B.U
tersebut relatif berbeda maka sebaiknya diterbitkan lebih dari satu jenis modal saham.
Dalam keadaan seperti ini apabila hanya diterbitkan satu jenis modal saham akan
menimbulkan ketidakadilan, baik di dalam pembagian laba maupun di dalam
pembagian kas, seandainya perusahaan dilikuidasi.
2. Penentuan dan Pembagian Modal Saham:
Kontribusi Aktiva Bersih
Masing2 perusahaan akan menerima bagian secara proporsional dg kontribusi aktiva
bersih. Dasar ini cocok dipakai apabila tingkat keuntungan perusahaan yg melakukan
penggabungan B.U relatif sama.
Contoh 1:
Pada awal tahun 1991 PT A, PT B dan PT C sepakat untuk melakukan penggabungan
B.U dg membentuk PT ABC. Ikhtisar neraca masing2 perusahaan setelah dinilai
berdarkan harga yg wajar dan tingkat laba masing2 perusahaan adalah sebagai berikut
(dalam jutaan rupiah):
Keterangan PT A PT B PT C Total
Aktiva 300 450 600 1.350
Utang (50) (100) (200) (350)
Modal (aktiva bersih 250 350 400 1.000
Kontribusi relatif aktiva
bersih
25%
35%
40%
100%
Laba 50 70 80 200
Tingkat laba 20% 20% 20% 20%
Kontribusi laba 25% 35% 40% 100%
Ket: Kontribusi relatif aktiva bersih = (Modal ( aktiva bersih) PT / Total) x 100%
Tingkat laba = (Laba / Kontribusi relatif aktiva bersih) x 100%
Apabila besarnya modal ditentukan berdasarkan kontribusi aktiva bersih maka PT
ABC akan menerbitkan modal saham sebesar 1.000.000.000 dan akan dibagi:
- PT A = 250.000.000 (25%)
- PT B = 350.000.000 (35%)
- PT C = 400.000.000 (40%)
Jurnal yg dicatat PT ABC:
Aktiva 1.350.000.000
Hutang 350.000.000
Modal Saham 1.000.000.000
Apabila PT ABC tersebut memperoleh laba maka masing2 perusahaan asal akan
menerima bagian laba sebesar: (PT A= 25%), (PT B = 35%), (PT C = 40%)
Pembagian laba tersebut sesuai dg bagian laba. Seandainya tidak ada
penggabungan B.U. demikian pula seandainya PT ABC tersebut dilikuidasi maka
masing2 perusahaan jg akan memperoleh bagian kas secara proporsional dg kontribusi
relatif aktiva bersih, yaitu: (PT A= 25%), (PT B = 35%), (PT C = 40%). Dalam
keadaan ini tidak menimbulkan ketidakadilan, baik di dalam pembagian laba maupun
pembagian kas.
Apabila tingkat keuntungan masing2 perusahaan berbeda maka penggunaan dari
aktiva bersih tersebut akan menimbulkan ketidakadilan di dalam pembagian laba,
yaitu perusahaan yg tingkat labanya di atas (melebihi) tingkat laba rata2 akan
dirugikan dan sebaliknya perusahaan yg tingkat labanya di bawah tingkat laba rata2
akan diuntungkan.
Contoh 2:
Pada awal tahun 1991 PT X, PT Y dan PT Z sepakat utk melakukan
penggabungan B.U dg membentuk perusahaan baru, yaitu PT XYZ. Ikhtisar neraca
perusahaan setelah dinilai berdasarkan harga yg wajar dan tingkat laba masing2
perusahaan adalah sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Keterangan PT X PT Y PT Z Total
Aktiva 250 400 700 1.350
Utang (50) (100) (200) (350)
Modal (aktiva bersih) 200 300 500 1.000
Kontribusi relatif aktiva
bersih
20%
30%
50%
100%
Laba ( Known) 60 60 80 200
Tingkat laba 30% 20% 16% 20%
Kontribusi laba 25% 35% 40% 100%
Apabila besarnya modal ditentukan berdasarkan kontribusi aktiva bersih maka PT
XYZ akan menerbitkan modal saham sebesar 1.000.000.000 dan akan dibagi:
- PT A = 200.000.000 (20%)
- PT B = 300.000.000 (30%)
- PT C = 500.000.000 (50%)
Jurnal yg dicatat PT ABC:
Aktiva 1.350.000.000
Hutang 350.000.000
Modal Saham 1.000.000.000
Kontribusi Laba
Kontribusi Aktiva Bersih dan Laba
B. Akuntansi Penggabungan Usaha.
Akuntansi pencatatan penggabungan usaha selama ini ada 2 metode :
1. Metode Penyatuan Kepentingan (Pooling Of Interest)
Dalam metode ini, semua jumlah Aktiva, Hutang dan Modal tetap dicatat sebesar Nilai
Bukunya, dengan demikian tidak menimbulkan Goodwill.
Mengenai Jumlah () Modal tidak terjadi perubahan, Namun hanya komposisinya saja
yang dapat berubah. Perubahan komposisi Modal meliputi :
a. Modal saham
b. Agio modal saham
c. Laba ditahan
{adanya perubahan komposisi akan berdampak ber (+) atau (-) pada agio dan laba ditahan}
Perubahan komposisi akan terjadi bila Nilai nominal saham baru Nilai nominal saham
lama, kemungkinannya :
1. Modal saham baru = Nilai modal saham lama
2. Modal saham baru > Nilai modal saham lama
3. Modal saham baru < Nilai modal saham lama
Dalam metode penyatuan kepentingan (pooling of interest) Semua biaya yang terjadi
dalam rangka penggabungan usaha, sebaiknya diperlakukan sebagai biaya (Expenses)
periode yang bersangkutan. Istilah umumnya Biaya Operasional.
o Diskusi Soal 1 (Akuisisi Merger dengan Pooling Of Interest)
Pada awal tahun 2001 PT A dan PT B sepakat untuk mengadakan penggabungan
badan usaha (BU) dengan bentuk merger, dengan metode penyatuan kepentingan
(pooling of interest). Neraca kedua perusahaan tersebut pada saat itu adalah sebagai
berikut (dalam jutaan rupiah) :
Nama Rekening PT A PT B Jumlah
Nilai
Buku
Nilai
Pasar
Nilai
Buku
Nilai
Pasar
Nilai
Buku
Nilai
Pasar
Aktiva:
Kas 50 50 75 75 125 125
Piutang 75 70 100 95 175 165
Persediaan 90 110 150 190 240 300
Aktiva Tetap 135 170 175 230 310 400
Jumlah Aktiva 350 400 500 590 850 990
Pasiva:
Hutang 100 100 150 140 250 240
Modal:
Modal 200 250 450
Agio Modal saham 20 40 60
Laba ditahan 30 60 90
Jumlah Modal 250 300 350 450 600 750
Jumlah Pasiva 350 400 500 590 850 990
Berdasarkan informasi di atas buatlah jurnal bagi PT A untuk mencatat transaksi
penggabungan BU dan neraca setelah penggabungan, berdasarkan anggapan-anggapan
sebagai berikut:
a. Dalam penggabungan BU PT A menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp
250 juta
b. Dalam penggabungan BU PT A menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp
275 juta
c. Dalam penggabungan BU PT A menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp
375 juta
d. Dalam penggabungan BU PT A menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp
200 juta
Jawaban dan Diskusi Soal 1:
Penggabungan BU dengan bentuk merger dapat diselesaikan berikut :
Metode penyatuan kepentingan / Metode Kepemilikan (Pooling of Interest)
Pada awal tahun 2001 PT. A dan PT. B sepakat untuk mengadakan penggabungan
usaha/ akuisisi dengan cara merger. Neraca kedua perusahaan pada waktu itu adalah :
Nama Rekening
PT A PT B Jumlah
Nilai
Buku
Nilai
Pasar
Nilai
Buku
Nilai
Pasar
Nilai
Buku
Nilai
Pasar
Aktiva:
Kas 50 50 75 75 125 125
Piutang 75 70 100 95 175 165
Persediaan 90 110 150 190 240 300
Aktiva Tetap 135 170 175 230 310 400
Jumlah Aktiva 350 400 500 590 850 990
Pasiva:
Hutang 100 100 150 140 250 240
Modal:
Modal 200 250 450
Agio Modal saham 20 40 60
Laba ditahan 30 60 90
Jumlah Modal 250 300 350 450 600 750
Jumlah Pasiva 350 400 500 590 850 990
Diskusi poin a :
Penggabungan Usaha Berbentuk Merger dan Modal Saham Setelah Penggabungan
Usaha = Modal Saham sebelum Penggabungan Usaha
( Modal Saham Baru = Modal Saham lama )
Dalam Akuisisi tersebut PT. A menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp
250.000.000; dengan demikian jumlah modal saham menjadi Rp. 450.000.000; (modal
yang sudah ada Rp. 200.000.000; ditambah Rp. 250.000.000) disisi lain, jumlah
tambahan modal sebesar 250 juta nilainya sama dengan jumlah modal yang dimiliki
oleh PT B, ini berarti bahwa jumlah tambahan modal saham baru = jumlah modal
lama (PT B). Transaksi Akuisisi ini akan dicatat oleh PT. A :
Kas 75,000,000
Piutang 100,000,000
Persediaan 150,000,000
Aktiva Tetap 175,000,000
Hutang 150,000,000
Modal 250,000,000
Agio Modal saham 40,000,000
Laba ditahan 60,000,000
Karena Jumlah Modal Saham tidak mengalami perubahan, maka jumlah Agio
modal Saham dan jumlah laba ditahan juga tidak mengalami perubahan. Dengan
demikian neraca pembukuan setelah penggabungan usaha / Akuisisi menjadi :
Neraca PT A
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 250
Piutang 175 Modal:
Persediaan 240 Modal saham 450
Aktiva Tetap 310 Agio Modal saham 60
Laba ditahan 90
600
Total Aktiva 850 Total Pasiva 850
Diskusi Poin b :
Penggabungan Usaha berbentuk Merger dan Modal saham setelah penggabungan
Usaha Modal Saham sebelum Penggabungan Usaha
( modal saham baru modal saham lama ) namun selisihnya tidak melebihi agio
modal saham.
Dalam Akuisisi tersebut PT. A menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp.
275.000.000; tambahan modal saham ini menyebabkan ∑modal saham PT A menjadi
Rp. 475.000.000 (modal yang sudah ada 200 juta di+ 275 juta); karena jumlah
tambahan modal saham baru ini nilainya jumlah modal lama milik PT B (Rp.
275.000.000; 250.000.000) ini berarti terjadi penambahan sebesar Rp. 25.000.000
dan penambahan ini oleh PT A diambilkan dari Agio modal saham PT. B, sehingga
modal saham PT. B tinggal Rp. 15.000.000; ( Rp. 40.000.000 – Rp. 25.000.000 ).
Transaksi Akuisisi ini akan dicatat oleh PT. A :
Kas 75,000,000
Piutang 100,000,000
Persediaan 150,000,000
Aktiva Tetap 175,000,000
Hutang 150,000,000
Modal 275,000,000
Agio Modal saham 15,000,000
Laba ditahan 60,000,000
Jika dibandingkan jumlah sebelum Akuisisi (secara keseluruhan) berarti
Komposisi jumlah modal saham bertambah Rp. 25.000.000; sedangkan di komposisi
lainnya jumlah agio saham berkurang Rp. 25.000.000; dan jumlah laba ditahan tidak
mengalami perubahan. Dengan demikian neraca pembukuan setelah penggabungan
usaha / Akuisisi menjadi :
Neraca PT A
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 250
Piutang 175 Modal:
Persediaan 240 Modal saham 475
Aktiva Tetap 310 Agio Modal saham 35
Laba ditahan 90
600
Total Aktiva 850 Total Pasiva 850
Diskusi poin c :
Penggabungan Usaha berbentuk Merger dan Modal saham setelah penggabungan
usaha Modal saham sebelum penggabungan usaha.
(modal saham baru modal saham lama ) namun selisihnya melebihi agio modal saham.
Dalam Akuisisi tersebut PT. A menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp
375.000.000; dengan demikian total jumlah modal saham menjadi Rp. 575.000.000; (
yaitu modal yang sudah ada Rp. 200.000.000; ditambah Rp. 375.000.000; ) ini berarti
bahwa jumlah tambahan modal saham baru jumlah modal lama. ( yaitu Rp.
375.000.000; Rp. 250.000.000; ). Jika dibandingkan dengan jumlah modal saham
lama sebelum akuisisi yang Rp. 450.000.000; berarti terjadi penambahan sebesar Rp.
125.000.000;. Penambahan ini diambil (dengan mengurangkan) dari :
- Agio Modal Saham PT. B Rp 40.000.000;
- Agio Modal Saham PT. A Rp 20.000.000;
- Laba ditahan PT B Rp 60.000.000;
- Laba ditahan PT. A Rp 5.000.000;
Dengan demikian agio modal saham habis ( baik untuk PT. A maupun PT. B )
dan laba ditahan tinggal Rp. 25.000.000; (yaitu laba ditahan PT. A ). Maka transaksi
Akuisisi ini akan dicatat oleh PT. A :
Kas 75,000,000
Piutang 100,000,000
Persediaan 150,000,000
Aktiva Tetap 175,000,000
Agio modal saham 20,000,000
Laba ditahan 5,000,000
Hutang 150,000,000
Modal saham 375,000,000
Maka neraca pembukuan setelah akuisisi adalah :
Neraca PT A
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 250
Piutang 175 Modal:
Persediaan 240 Modal saham 575
Aktiva Tetap 310 Agio Modal saham -
Laba ditahan 25
600
Total Aktiva 850 Total Pasiva 850
Diskusi poin d :
Penggabungan usaha berbentuk Merger dan modal saham setelah penggabungan
usaha ≤ modal saham sebelum penggabungan usaha (modal saham baru ≤ modal
saham lama)
Dalam akuisisi tersebut PT.A menerbitkan tambahan modal saham sebesar Rp
200.000.000,- dengan demikian jumlah modal saham menjadi Rp 400.000.000,- (yaitu
modal yang sudah ada Rp 200juta di+ Rp 200juta) ini berarti bahwa jumlah tambahan
modal saham baru ≤ jumlah modal lama (yaitu Rp 200.000.000,- ≤ Rp 250.000.000,-)
dibandingkan dengan jumlah modal saham sebelum penggabungan usaha berarti
terjadi penurunan sebesar Rp 50.000.000,- (total sebelum akuisisi Rp 450.000.000,-)
penurunan jumlah modal saham ini akan ditambahkan pada Agio modal saham (yaitu
Agio modal saham lama PT.B Rp 40.000.000,- ditambah dengan penurunan jumlah
modal saham Rp 50.000.000,-). Atas transaksi akuisisi ini akan dicatat oleh PT A :
Kas 75,000,000
Piutang 100,000,000
Persediaan 150,000,000
Aktiva Tetap 175,000,000
Hutang 150,000,000
Modal 200,000,000
Agio Modal saham 90,000,000
Laba ditahan 60,000,000
Maka Neraca Pembukuan setelah Akuisisi adalah :
Neraca PT A
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 250
Piutang 175 Modal:
Persediaan 240 Modal saham 400
Aktiva Tetap 310 Agio Modal saham 110
Laba ditahan 90
600
Total Aktiva 850 Total Pasiva 850
o Diskusi Soal 2: (Akuisisi Konsolidasi dengan Pooling Of Interest)
Dengan menggunakan informasi neraca keuangan soal 1, namun diketahui bahwa
dalam penggabungan BU penyatuan kepentingan tersebut dibentuk PT AB
(Konsolidasi), saudara diminta untuk membuat jurnal penggabungan bagi PT AB dan
neraca setelah penggabungan, dengan anggapan sbb:
a. PT AB menerbitkan modal saham sebesar Rp 450.000.000,-
b. PT AB menerbitkan modal saham sebesar Rp 475.000.000,-
c. PT AB menerbitkan modal saham sebesar Rp 575.000.000,-
d. PT AB menerbitkan modal saham sebesar Rp 400.000.000,-
Jawaban dan Diskusi Soal 2a :
Penggabungan BU dengan bentuk Konsolidasi dapat diselesaikan berikut:
Penggabungan usaha berbentuk Konsolidasi dan Modal saham setelah
penggabungan usaha = Modal saham sebelum penggabungan usaha (modal
saham baru = modal saham lama).
Dalam Akuisisi bentuk Konsolidasi tersebut PT AB menerbitkan tambahan modal
saham sebesar Rp 450.000.000,- Karena jumlah modal saham ini = jumlah modal
sebelum penggabungan usaha, maka agio modal saham dan laba ditahan tidak
mengalami perubahan. Maka Pembentukan PT AB atas akuisisi ini akan dicatat :
Kas 125,000,000
Piutang 175,000,000
Persediaan 240,000,000
Aktiva Tetap 310,000,000
Hutang 250,000,000
Modal 450,000,000
Agio Modal saham 60,000,000
Laba ditahan 90,000,000
Karena jumlah modal tidak mengalami perubahan maka jumlah agio modal saham
dan laba ditahan juga tidak mengalami perubahan. Dengan demikian Neraca setelah
penggabungan/akuisisi menjadi sbb:
Neraca PT AB
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 250
Piutang 175 Modal:
Persediaan 240 Modal saham 450
Aktiva Tetap 310 Agio Modal saham 60
Laba ditahan 90
600
Total Aktiva 850 Total Pasiva 850
Jawaban dan Diskusi Soal 2b :
Penggabungan usaha berbentuk Konsolidasi dan Modal saham setelah
penggabungan usaha > Modal saham sebelum penggabungan usaha.
(modal saham baru > modal saham lama) dan selisihmya tidak melebihi agio
modal saham.
Dalam akuisisi bentuk Konsolidasi tersebut PT AB menerbitkan tambahan modal
saham sebesar Rp 475.000.000,- jika dibandingkan dengan jumlah modal saham
sebelum akuisisi yang sebesar Rp 450.000.000,- berarti terjadi panambahan sebesar Rp
25.000.000,- penambahan ini diambilkan dari agio modal saham, sehingga agio modal
saham tinggal Rp 35.000.000,- Transaksi Akuisisi ini akan dicatat oleh PT AB :
Kas 125,000,000
Piutang 175,000,000
Persediaan 240,000,000
Aktiva Tetap 310,000,000
Hutang 250,000,000
Modal 475,000,000
Agio Modal saham 35,000,000
Laba ditahan 90,000,000
Dengan demikian naraca pembukuan PT AB adalah :
Neraca PT AB
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 250
Piutang 175 Modal:
Persediaan 240 Modal saham 475
Aktiva Tetap 310 Agio Modal saham 35
Laba ditahan 90
600
Total Aktiva 850 Total Pasiva 850
Jawaban dan Diskusi Soal 2c:
Penggabungan usaha berbentuk Konsolidasi dan Modal saham setelah
penggabungan usaha > Modal saham sebelum penggabungan usaha (modal saham
baru > modal saham lama) namun selisihnya melebihi agio modal saham.
Dalam Akuisisi bentuk konsolidasi tersebut PT AB menerbitkan modal saham
sebesar Rp 575.000.000,- dibandingkan dengan jumlah modal saham sebelum akuisisi
yang Rp 450.000.000,- berarti terjadi penambahan sebesar Rp 125.000.000,- maka
penambahan ini diambilkan dari :
- Agio modal saham Rp 60.000.000,-
- laba ditahan Rp 65.000.000,-
Dengan demikian agio madal saham habis dan laba ditahan tinggal Rp
25.000.000,- . Transaksi ini akan dicacat oleh PT AB :
Kas 125,000,000
Piutang 175,000,000
Persediaan 240,000,000
Aktiva Tetap 310,000,000
Hutang 250,000,000
Modal 575,000,000
Agio Modal saham -
Laba ditahan 25,000,000
Dengan demikian neraca pembukuan PT AB adalah :
Neraca PT AB
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 250
Piutang 175 Modal:
Persediaan 240 Modal saham 575
Aktiva Tetap 310 Agio Modal saham -
Laba ditahan 25
600
Total Aktiva 850 Total Pasiva 850
Jawaban dan Diskusi Soal 2d:
Penggabungan usaha berbentuk Konsolidasi dan Modal saham setelah
penggabungan usaha < Modal saham sebelum penggabungan usaha (modal saham
baru < total modal saham lama).
Dalam Akuisisi bentuk konsolidasi tersebut PT AB yang menerbitkan modal
saham senilai Rp 400.000.000,- bila dibandingkan dengan jumlah modal saham
sebelum akuisisi yang Rp 450.000.000,- berarti terjadi penurunan sebesar Rp
50.000.000,-. Penurunan jumlah modal saham ini akan ditambahkan pada agio modal
saham. Transaksi akan dicatat oleh PT AB :
Kas 125,000,000
Piutang 175,000,000
Persediaan 240,000,000
Aktiva Tetap 310,000,000
Hutang 250,000,000
Modal 400,000,000
Agio Modal saham 140,000,000
Laba ditahan 60,000,000
Dengan demikian neraca pembukuan PT AB adalah :
Neraca PT AB
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 250
Piutang 175 Modal:
Persediaan 240 Modal saham 400
Aktiva Tetap 310 Agio Modal saham 110
Laba ditahan 90
600
Total Aktiva 850 Total Pasiva 850
2. Metode Pembelian (By Purchasing)
Dalam metode ini, aktiva, hutang dan modal akan dicatat berdasarkan Nilai Pasar Atau
Harga Perolehan, pada saat penggabungan usaha tersebut.
Apabila nilai pasar modal saham melebihi nilai pasar aktiva bersih maka selisihnya akan
diakui sebagai goodwill. Selisih antara nilai nominal modal saham dengan nilai pasar aktiva
bersihnya akan dicatat sebagai agio modal saham atau Dis Agio Modal saham, bila :
Nilai Pasar Modal Saham ≥ Nilai Nominal maka kelebihannya akan dicatat sebagai
Agio modal saham.
Nilai pasar modal saham ≤ nilai nominal maka selisihnya akan dicatat sebagai Dis
Agio Modal Saham.
Sedangkan untuk metode pembelian, semua biaya yang terjadi dalam rangka
penggabungan usaha diperlakukan sebagai pengurang nilai wajar saham yang diterbitkan
dan dibebankan sebagai pengurang tambahan modal disetor.
Dalam metode ini Aktiva, hutang, modal dicatat berdasarkan nilai pasar (modal saham)
atau harga perolehan.
Ada 3 keadaan yang harus diperhatikan agar pencatatannya benar, yaitu Bila saat
penggabungan usaha :
1. Nilai pasar modal saham = nilai pasar aktiva bersih
Maka akan terjadi : agio modal saham dan tidak ada goodwill.
2. Nilai pasar modal saham > nilai pasar aktiva bersih
Maka akan timbul Agio modal saham dan goodwill.
3. Nilai pasar modal saham < nilai pasar aktiva bersih
Maka terjadi Agio modal saham dan goodwill negatif.
(yaitu kelebihan nilai pasar aktiva bersih di atas nilai pasar modal saham, maka goodwill
negatif ini akan diperlakukan sebagai pengurang aktiva non moneter.
Contoh soal :
Dengan menggunakan data pada soal diskusi 1:
Nama Rekening
PT A PT B Jumlah
Nilai Buku
Nilai Pasar
Nilai Buku
Nilai Pasar
Nilai Buku
Nilai Pasar
Aktiva:
Kas 50 50 75 75 125 125
Piutang 75 70 100 95 175 165
Persediaan 90 110 150 190 240 300
Aktiva Tetap 135 170 175 230 310 400
Jumlah Aktiva 350 400 500 590 850 990
Pasiva:
Hutang 100 100 150 140 250 240
Modal:
Modal 200 250 450
Agio Modal saham 20 40 60
Laba ditahan 30 60 90
Jumlah Modal 250 300 350 450 600 750
Jumlah Pasiva 350 400 500 590 850 990
PT A dan PT B setuju dalam penggabungan usaha yang dibentuk PT “AB” Tbk, yang
akan mengambil alih semua aktiva serta hutang PT A dan PT B (biasanya perusahaan yang
mengambil alih ini berupa konsorsium). Penggabungan usaha tersebut dianggap sebagai
PEMBELIAN.
Diminta :
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi penggabungan usaha tersebut dan buat pula
neraca setelah penggabungan usaha, bila :
a. PT “AB” Tbk menerbitkan modal saham dengan nilai nominal sebesar Rp
600.000.000,- pada saat itu nilai pasar saham ditaksir 125%.
b. PT AB, menerbitkan modal saham dengan nilai nominal Rp 600.000.000,- dan nilai
pasar modal saham 140%.
c. PT AB menerbitkan modal saham dengan nilai nominal Rp 600.000.000,- dan nilai
pasar modal saham 105%.
Jawab :
(a) Bila modal saham dengan nilai nominal Rp 600 juta; nilai pasar saham 125% Maka :
Besarnya agio modal saham = 25% X Rp 600 juta = Rp. 150 juta
Goowill : - Nilai pasar modal saham
125% X Rp 600 juta = Rp. 750.000.000
- Nilai pasar aktiva bersih (990 – 240) = Rp. 750.000.000
Goodwill = Rp. 0
Transaksi penggabungan usaha akan dicatat PT AB berikut:
Kas 125,000,000
Piutang 165,000,000
Persediaan 300,000,000
Aktiva Tetap 400,000,000
Hutang 240,000,000
Modal 600,000,000
Agio Modal saham 150,000,000
Neraca PT AB
Per 1 Januari 2001 ( dalam Jutaan Rp)
Aktiva: Pasiva:
Kas 125 Hutang 240
Piutang 165 Modal:
Persediaan 300 Modal saham 600
Aktiva Tetap 400 Agio Modal saham 150
750
Total Aktiva 990 Total Pasiva 990
(b) Modal saham dengan nilai nominal Rp 600.000.000,- nilai pasar modal saham 140%.
- Besarnya Agio modal saham = 40% x Rp 600.000.000,- Rp 240.000.000,-
- Goodwill :
Nilai pasar modal saham 140% x Rp 600.000.000,- Rp 840.000.000,-
Nilai pasar Aktiva bersih (Total Aktiva – Total Hutang) Rp 750.000.000,-
GoodWill Rp 90.000.000,-
Transaksi penggabungan usaha dicatat :
Kas 125,000,000
Piutang 165,000,000
Persediaan 300,000,000
Aktiva Tetap 400,000,000
Goodwill 90.000.000
Hutang 240,000,000
Modal 600,000,000
Agio Modal saham 240,000,000
Neraca gabungan usaha (make it yourself )
(c) Modal saham nilai nominal Rp 600.000.000,- nilai pasar modal saham 105%.
- Besarnya Agio modal saham 5% x Rp 600.000.000,- Rp 30.000.000,-
- Goodwill :
Nilai pasar modal saham 105% x Rp 600.000.000,- Rp 630.000.000,-
Nilai pasar Aktiva bersih Rp 750.000.000,-
Goodwill Negatif Rp 120.000.000,-
Karena nilai pasar modal saham < nilai pasar Aktiva bersih, maka merupakan Goodwill
negatif dan akan diperlakukan sebagai pengurang Aktiva non Moneter, yaitu terdiri
dari:
Rekening : - Persediaan Rp 300.000.000,-
- Aktiva tetap Rp 400.000.000,-
Jumlah Rp 700.000.000,-
- Nilai pengurang untuk persediaan
3/7 x Rp120.000.000,- Rp 51.600.000,-
- Nilai pengurang untuk Aktiva tetap
4/7 x Rp 120.000.000,- Rp 68.400.000,-
Rp 120.000.000,-
Keterangan Nilai Pasar Goodwill Negatif Harga Perolehan
Kas
Piutang
Persediaan
Aktiva Tetap
Rp 125.000.000,-
Rp 165.000.000,-
Rp 300.000.000,-
Rp 400.000.000,-
-
-
Rp 51.600.000,-
Rp 68.400.000,-
Rp 125.000.000,-
Rp 165.000.000,-
Rp 248.400.000,-
Rp 337.600.000,-
Jumlah Rp 990.000.000,- Rp 120.000.000,- Rp 870.000.000,-
Transaksi penerimaan modal saham pada penggabungan usaha dicatat sebagai berikut
:
Kas 125,000,000
Piutang 165,000,000
Persediaan 248,000,000
Aktiva Tetap 331,000,000
Hutang 240,000,000
Modal 600,000,000
Agio Modal saham 30,000,000
Neraca pembukaan atas penggabungan usaha PT.AB Tbk ? : Coba dibuat..sendiri!!
Penggabungan Usaha pada Perusahaan yang sudah punya investasi sebelumnya
Hal ini dapat terjadi antara 2 perusahaan yang salah satu perusahaan tersebut sudah
mempunyai investasi sham pada perushaan yang lain.
Misalnya : PT A sebelum diadakan pengabungan usaha dengan PT B sudah mempunyai
investasi pada PT B, lalu PT A menggabung PT B dengan cara mengeluarkan
sejumlah saham.
Prosedur : Caranya hampir sama seperti kasus-kasus penggabungan usaha dengan metode
pooling of interest yang sudah dibahas minggu lalu.
Contoh : PT A memiliki investasi saham pada PT B sebanyak 2000 lembar dengan nilai
investasi Rp 3.000.000,-, Informasi keuangan yang dimiliki kedua perusahaan adalah
sbb :
(dalam jutaan Rp)
PT A PT B
Investasi pada PT B Rp 3 -
Aktiva lain-lain Rp 197 Rp 300
Total Aktiva Rp 200 Rp 300
Modal Saham (Nominal 10.000) Rp 100 Rp 200
Agio Saham Rp 50 Rp 30
Laba ditahan Rp 50 Rp 70
Total Pasiva Rp 200 Rp 300
Diminta : Apabila PT A ingin menggabung PT B, dengan mengeluarkan 19.800 lembar, maka :
a) Buatlah Jurnal Penggabungan Usaha pada buku PT A dengan metode pooling
of Interest.
b) Buatlah Jurnal penerimaan aktiva/ Pemilikan dari PT B pada buku PT A.
c) Susunlah Neraca setelah Penggabungan Usaha PT A.
Jawab :
a) Jurnal Penggabungan atas PT B :
Investasi pada PT B Rp 300 juta
Modal Saham Rp 198 juta
Agio Saham Rp 29 juta
Laba ditahan Rp 70 juta
Inv.pada PT B sblm penggab Rp 3 juta
b) Jurnal penerimaan aktiva dari PT B
Aktiva lain-lain Rp 300 juta
Investasi pada PT B Rp 300 juta
c) NERACA SETELAH PENGGABUNGAN
REKENING PT A sebelum
Penggabungan
Jurnal
Penggabungan
Neraca PT A
Setelah
Pengabungan
Inv. Pada PT B
Aktiva lain-lain
TOTAL
Modal Saham (NN 10.000)
Agio Saham
Laba ditahan
TOTAL
Rp 3.000.000
Rp 197.000.000
(Rp 3.000.000)
Rp 300.000.000
-
Rp 497.000.000
Rp 200.000.000 Rp 297.000.000 Rp 497.000.000
Rp 100.000.000
Rp 50.000.000
Rp 50.000.000
Rp 198.000.000
Rp 29.000.000
Rp 70.000.000
Rp 298.000.000
Rp 79.000.000
Rp 120.000.000
Rp 200.000.000 Rp 297.000.000 Rp 497.000.000
PENGGABUNGAN BADAN USAHA DIBENTUK
DENGAN TUJUAN UNTUK MENENTUKAN JENIS MODAL SAHAM
A. Penentuan jenis modal saham.
Suatu data :
Keterangan PT. A PT. B PT. C
Kekayaan bersih 200.000 300.000 500.000
Laba yang diproyeksikan 30.000 30.000 40.000
Ditanya :
1) Berapa ∑ kontribusi laba relatif terhadap kekayaan untuk masing-masing perusahaan ?
2) Berapa modal saham yang akan dikeluarkan untuk masing-masing perusahaan bila
perusahaan gabungan mempunyai tingkat kapitalitas 8%.
3) Tentukan Goodwill / surat berharga masing-masing perusahaan setelah di kapitalisasi !
Jawab :
PT.A PT.B PT.C 1) Kekayaan bersih perusahaan 200.000 300.000 500.000
Laba yang diproyeksikan 30.000 30.000 40.000
Kontribusi laba relatif kekayaan 15% 10% 8%
2) Modal saham yang dikeluarkan 375.000 375.000 500.000
( ∑ laba di kapitalisasi 8%)
∑ kekayaan bersih 200.000 300.000 500.000
3) Goodwill 175.000 75.000 -
Dari data diatas, kita dapat mengetahui nilai goowill yang diterima masing-masing perusahaan.
Kita lihat PT C tidak memperoleh goodwill krn nilai modal yang dikeluarkan = nilai kekayaan
yang dimiliki sebelum kapitalisasi.
Untuk tahap berikutnya kita dapat mencari atau menentukan besarnya Goodwill sebelum dan
sesudah kapitalisasi 8% ?
Jawab :
PT.A PT.B
Nilai Laba yang di proyeksi 30.000 30.000
Laba normal: nilai kapitalisasi (8%)x akt.bersih (200.000) x 200.000 16.000 24.000
* Goodwill sebelum kapitalisasi 14.000 6.000
* Goodwill setelah kapitalisasi = 14.000 6.000
8% 8%
= 175.000 75.000
Apabila laba yang diproyeksikan sebesar Rp 100.000,-
Berapa ratio pembagian laba diantara masing-masing pihak (pemegang saham preferen dan
saham biasa); apakah terjadi ketidak seimbangan ?
Kapitalisasi 8%.
PT.A PT.B PT.C ∑
Saham preferen:
A : 8% x 200.000
B : 8% x 300.000
C : 8% x 500.000
16.000
-
-
-
24.000
-
-
-
40.000
16.000
24.000
40.000
Saham biasa :
A : 8% x 175.000
B : 8% x 75.000
C : -
14.000
-
-
-
6.000
-
-
-
-
14.000
6.000
-
30.000 30.000 40.000 100.000
Ratio ∏ 30 % 30 % 40 %
Kesimpulan :
Ternyata prosentase ∏ sebanding dengan laba yang diproyeksikan (artinya, laba yang
ditaksir = laba yang diproyeksikan).
Apabila laba dan deviden perusahaan yang baru ditaksir Rp 150.000,- maka bagaimana
pembagian / distribusi saham preferen maupun saham biasa bagi perusahaan A, B, dan C ?
Jawab :
Karena laba minimum Rp 100.000,- sedang laba yang ditaksir Rp 150.000,- maka kelebihan
Rp 50.000,- dibagi menurut % keuntungan atas saham preferen.
Pembagian ke ∏ : PT.A PT.B PT.C ∑ Total
Pendapatan laba atas
saham preferen.
Pendapatan laba atas
saham biasa.
16.000
14.000
24.000
6.000
40.000
-
80.000
20.000
Kelebihan Rp 50.000,- dibagi
menurut % saham preferen
30.000
10.000
30.000
15.000
40.000
25.000
100.000
50.000
40.000 45.000 65.000 150.000
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Penggabungan badan usaha (akuisisi) dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu:
1. MERGER :
2. KONSOLIDASI :
3. AFILIASI :
Namun dari ke3 cara akuisisi tersebut, kadang masih ada perusahaan yang tujuan
pendiriannya adalah untuk memiliki saham perusahaan lain (biasanya disebut Holding
Company). Apabila Holding Company ini juga melakukan kegiatan operasional (seperti
perdagangan, manufakturing maupun jasa) maka akan disebut Operating Holding Company.
Perlunya Laporan Keuangan Konsolidasi
Dari sudut ekonomi, perusahaan anak merupakan perpanjangan tangan perusahaan induk.
Untuk hal itulah biasanya kedua perusahaan dianggap sebagai satu kesatuan ekonomi, agar
perusahaan induk dan perusahaan anak dapat mencerminkan satu kesatuan ekonomi maka kedua
perusahaan harus menyusun satu laporan keuangan yang mencakup dan mencerminkan
perusahaan anak dan Induk. Laporan keuangan seperti ini disebut Laporan keuangan
Kosolidasi.
Kapan Laporan Keuangan Konsolidasi dibuat?
Pada saat induk perusahaan telah membeli saham anak perusahaan maka perusahaan Induk
mempunyai kewajiban untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi seperti diatur dalam
PSAK nomor 4 paragraf 4 :
“para pengguna laporan keuangan pada umumnya ingin mengetahui dan mendapatkan
informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dari suatu kelompok persh. secara
keseluruhan. Kebutuhan tsb. dapat dipenuhi melalui penyajian laporan keuangan konsolidasi
yang menyajikan informasi keuangan dari suatu kelompok persh. sebagai satu kesatuan ekonomi
meskipun masing-masing persh. dalam kelompok tsb. merupakan satu entitas hukum yang
terpisah satu sama lain..”
Akuisisi yang dilakukan dengan cara menggabung/ membeli persh.lain yang
kemudian persh. yang bergabung/ dibeli tersebut menjadi anak perusahaan (dalam
arti bahwa persh. yang dikuasai tersebut sudah tidak mempunyai status hukum)
Bentuk lain dari dari merger yang dilakukan dengan cara menggabung perusahaan lain
melalui pembentukan perushaan baru. Misalnya, PT A bergabung dengan PT B untuk
membentuk PT C. (dalam arti bahwa PT A dan PT B tersebut sudah tidak mempunyai status
hukum lagi dan yang berstatus hukum adalah PT C)
Akuisisi yang dilakukan dengan cara membeli sebagian besar saham/ seluruh saham
perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest) namun perusahaan
yang dikendalikan tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi
sebagaimana perusahaan lain.
Dalam afiliasi ini muncul induk perusahaan (parent company) dan anak perushaan (subsidiary
company). Perusahaan yang berafiliasi ini tidak harus sama jenisnya, bahkan dapat berbeda
jenis industrinya antara satu dengan yang lain.
Tujuan dibuatnya Laporan Keuangan Konsolidasi ?
adalah untuk menunjukkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
induk perusahaan bahwa telah terjadi pemilikan atau penguasaan persh. lain melalui pembelian
saham.
Prosedur penyusunan laporan keuangan konsolidasi?
1. Membuat kertas kerja (worksheet) penyususnan lap. Keuangan konsolidasi yang terdiri dari:
kolom neraca induk; neraca anak; eliminasi Debit – Kredit; dan Neraca Gabungan
2. Menghapus (mengeliminasi) transaksi-transaksi yang berhubungan dengan anak persh.
melalui jurnal eliminasi dan tidak perlu di posting
3. Membuat neraca konsolidasi dengan cara menggabungkan neraca induk perusahaan dengan
neraca anak perusahaan
Permasalahan dalam membuat laporan konsolidasi
a. Laporan disusun pada saat pembelian
Besarnya kepemilikan modal saham persh.anak oleh persh.induk ada 2 kemungkinan:
1). Persh.induk memiliki seluruh modal saham anak persh.
2). Persh.induk hanya memiliki sebagian dari modal saham anak persh.
b. Besarnya harga pokok/ perolehan (nilai investasi) dibandingkan dengan nilai buku,
dalam hal ini ada 3 kemungkinan:
1). Harga perolehan (nilai Investasi) = nilai buku
2). Harga perolehan (nilai Investasi) > nilai buku
(Excess of Cost Over Book Value/ Kelebihan Harga Pokok Diatas Nilai Buku)
3). Harga perolehan (nilai Investasi) < nilai buku
(Excess of Book Value Over Cost / kelebihan nilai buku diatas harga pokok)
Apabila induk persh. membeli saham persh.anak dengan harga diatas nilai bukunya maka
kelebihan harga perolehan (nilai Investasi) diatas nilai buku harus diperlakukan secara tepat
sesuai dengan penyebab terjadinya. Perlakuan terhadap “harga perolehan (nilai Investasi) diatas
nilai buku” ada 3 kemungkinan:
1. Persh.anak menilai aktivanya terlalu rendah
2. Persh. anak tidak mengakui goodwill yang ada
3. Perh.induk membeli dengan harga diatas nilai buku sebagai harga untuk menguasai
persh.anak
Sedangkan jika persh. induk membeli saham persh.anak dengan harga dibawah nilai buku,
maka perlakuan kelebihan nilai buku diatas harga perolehan (nilai Investasi) tersebut juga ada
beberapa kemungkinan:
1. Sebagai pengurang aktiva tertentu
2. Sebagai pengurang goodwill
3. Disajikan dalam rekening tersendiri
Akuntansi untuk perusahaan yang ber-afiliasi
Akuntansi pembelian saham anak perusahaan oleh induk perusahaan
Pengakuan perubahan modal saham anak perusahaan oleh induk perusahaan dengan
menggunakan metode equity dan metode cost
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi antara anak perusahaan dengan induk perusahaan
dengan metode equity dan metode cost
Beberapa bentuk/ struktur afiliasi antara induk perusahaan dan anak perusahaan:
1. Kepemilikan Langsung
Induk dengan satu anak perusahaan :
Induk dengan lebih satu anak perusahaan :
2. Kepemilikan Tidak Langsung
Hubungan antara: Induk – Anak – Cucu:
Kepemilikan tidak langsung melalui perusahaan lain :
Nilai prosentasi kepemilikan tidak langsung induk perusahaan terhadap anak perusahaan ?
Kepemilikan langsung anak persh. oleh induk = 60%
Kepemilikan melalui anak persh. T ( T menguasai kepemilikan S 60%)= 0,8x0,6 = 48% +
Total kepemilikan induk terhadap S melalui anak persh. T 78%
3. Saling Memiliki Saham
Saling pemilikan langsung antara Induk dan Anak perusahaan:
80% 90%
80%
Induk
Anak
70% 60% 90%
Induk
Anak “B” Anak “A” Anak C
Anak “B” Anak “A” Anak C
60%
80%
Induk
Anak “T” Anak S
30%
20% 80%
Induk
Anak
Saling kepemilikan antar perusahaan anak
Contoh kasus kajian 1:
Soal Kepemilikan Langsung:
Pada bulan Januari 2000 PT A membeli saham PT B yang beredar dipasar, data mengenai Modal
dan Posisi keuangan milik ke2 persh. pada saat pembelian sbb: (dalam U$ Dollar)
Rekening PT A PT B
Kas 750 300
Aktiva Lain-lain 1,500 1,100
Hutang 900 700
Modal saham 750 400
Laba ditahan 600 300
Berdasarkan data keuangan diatas, saudara diminta membuat jurnal konsolidasi bagi PT A atas
transaksi pemilikan saham PT B dan neraca konsolidasinya dengan asumsi sbb:
a) Dalam konsolidasi tersebut PT A membeli seluruh modal saham PT B seharga nilai bukunya
sebesar 700
b) Dalam konsolidasi tersebut PT A membeli 80% dari modal saham PT B seharga U$ 560
Jawab:
a) Untuk konsolidasi PT A membeli seluruh Mo saham PT B seharga nilai bukunya U$ 700
maka:
Jurnal pembelian atas saham PT B:
Investasi - saham PT B 700
Kas 700
(pembelian seluruh modal saham PT B oleh PT A)
Jurnal eliminasi:
Eliminasi modal saham PT B yang menjadi hak PT A
Modal saham 400
Investasi saham PT B 400
Eliminasi laba ditahan PT B yang menjadi hak PT A
Laba ditahan 300
Investasi saham PT B 300
20%
40%
80%
Induk
Anak “T” Anak S
30%
Kertas kerja Konsolidasi:
Rekening Neraca Eliminasi
Neraca
Konsolidasi
PT A PT B Debit Kredit Debit Kredit
Aktiva:
Investasi saham PT B 700
Eliminasi Modal saham PT B 400
Eliminasi laba ditahan PT B 300
Kas 50 300 350
Aktiva lain-lain 1500 1100 2600
Total aktiva 2250 1400
Pasiva:
Hutang 900 700 1600
Modal:
Modal saham PT A 750 750
Modal saham PT B 400
Eliminasi 400
Laba ditahan PT A 600 600
Laba ditahan PT B 300
Eliminasi 300
Total Pasiva 2250 1400 700 700 2950 2950
PT A dan Perusahaan Anak
Neraca Konsolidasi
Per Januari 2000
Aktiva: Pasiva:
Kas 350 Hutang 1600
Aktiva Lain-lain 2600 Modal saham 750
Laba ditahan 600
2950 2950
b) Dalam konsolidasi PT A membeli 80% dari modal saham PT B seharga U$ 560 maka:
Jurnal pembelian atas saham PT B:
Investasi - saham PT B 560
Kas 560
(pembelian 80% modal saham PT B oleh PT A)
Perhitungan : Nilai buku modal saham PT B : Modal saham U$ 400
Laba ditahan U$ 300
700
nilai buku modal saham yang dibeli 80% x U$ 700 = 560
Harga perolehan …………………………………… 560
Kelebihan …………………… 0
Dengan demikian atas pembelian 80% PT A akan melakukan :
Jurnal eliminasi:
Eliminasi modal saham PT B yang menjadi hak PT A sebesar 320 ( 80% x 400)
Modal saham 320
Investasi saham PT B 320
Eliminasi laba ditahan PT B yang menjadi hak PT A sebesar 240 ( 80% x 300)
Laba ditahan 240
Investasi saham PT B 240
Catatan:
Oleh karena perusahaan induk hanya memiliki sebagian dari modal saham perusahaan anak
maka elemen modal perusahaan anak yang harus dieliminasi, dan eliminasi ini terbatas pada
elemen modal yang menjadi hak atas perusahaan induk saja, yaitu yang besarnya sesuai dengan
% kepemilikan. Sedangkan bagian modal perusahaan anak yang menjadi hak pemegang saham
minoritas, disajikan dalam neraca konsolidasi sebagai elemen modal.
Berikut ini adalah kertas kerja konsolidasi berdasarkan kasus poin (b) diatas dimana PT A
membeli 80% dari modal saham PT B seharga U$ 560.
Kertas kerja Konsolidasi:
Rekening Neraca Eliminasi Pemegang
Neraca
Konsolidasi
PT A PT B Debit Kredit Minoritas Debit Kredit
Aktiva:
Investasi saham PT B 560
Eliminasi Modal saham PT B 320
Eliminasi laba ditahan PT B 240
Kas 190 300 490
Aktiva lain-lain 1500 1100 2600
Total aktiva 2250 1400
Pasiva:
Hutang 900 700 1600
Modal:
Modal saham PT A 750 750
Modal saham PT B 400
Eliminasi 320 80
Laba ditahan PT A 600 600
Laba ditahan PT B 300
Eliminasi 240 60
Total Pasiva 2250 1400 560 560 140 3090 2950
PT A dan Perusahaan Anak
Neraca Konsolidasi
Per Januari 2000
Aktiva: Pasiva:
Kas 490 Hutang 1600
Aktiva Lain-lain 2600 Modal
Hak Induk:
Modal saham 750
Laba ditahan 600 1.350
Hak Anak (minoritas) :
Modal saham 80
Laba ditahan 60 140
3.090 3090
c) Dengan menggunakan data kajian kasus 1, buatlah jurnal dan neraca konsolidasi bagi PT A
apabila PT A membeli 80% dari modal saham PT B seharga U$ 650 ?
Jawab:
Apabila dalam konsolidasi PT A membeli 80% dari modal saham PT B seharga U$ 650 maka:
Jurnal pembelian atas saham PT B:
Investasi - saham PT B 650
Kas 650
(pembelian 80% modal saham PT B oleh PT A)
Perhitungan : Nilai buku modal saham PT B : Modal saham U$ 400
Laba ditahan U$ 300
700
nilai buku modal saham yang dibeli 80% x U$ 700 = 560
Harga perolehan …………………………………… 650
Kelebihan harga perolehan diatas nilai buku 90
(Excess of Cost Over Book Value/ KHPDNB)
atas kelebihan ini, maka nilai KHPDNB harus dicatat dalam rekening tersendiri dalam neraca
konsolidasi dengan nama rekening “selisih harga perolehan diatas nilai buku”
Dengan demikian atas pembelian 80% PT A akan melakukan :
Jurnal eliminasi:
Eliminasi modal saham PT B yang menjadi hak PT A sebesar 320 ( 80% x 400)
Modal saham 320
Investasi saham PT B 320
Eliminasi laba ditahan PT B yang menjadi hak PT A sebesar 240 ( 80% x 300)
Laba ditahan 240
Investasi saham PT B 240
Kertas kerja Konsolidasi:
Rekening Neraca Eliminasi Pemegang Neraca
PT A PT B Debit Kredit minoritas Konsolidasi
Aktiva:
Investasi saham PT B 650
Eliminasi Modal saham PT B 320
Eliminasi laba ditahan PT B 240
Eliminasi selisish HPDNB 90
Kas 100 300 400
Aktiva lain-lain 1500 1100 2600
Kelebihan HPDNB 90 90
Total aktiva 2250 1400 3090
Pasiva:
Hutang 900 700 1600
Modal:
Modal saham PT A 750 750
Modal saham PT B 400
Eliminasi 320 80
Laba ditahan PT A 600 600
Laba ditahan PT B 300
Eliminasi 240 60
Total Pasiva 2250 1400 650 650 140 2950
PT A dan Perusahaan Anak
Neraca Konsolidasi
Per Januari 2000
Aktiva: Pasiva:
Kas 400 Hutang 1600
Aktiva Lain-lain 2600 Modal
Kelebihan HPDNB 90 Hak Induk (pengendali, PSAK 2010):
Modal saham 750
Laba ditahan 600 1.350
Hak Anak (non pengendali, PSAK 2010):
Modal saham 80
Laba ditahan 60 140
3.090 3.090
Contoh Kasus Kajian 2:
Soal Kepemilikan Tidak Langsung:
Contoh_2:
PT A pada tanggal 7 Januari 2001 membeli 60% saham yang beredar milik PT B dengan
harga perolehan investasi senilai $ 120,000, saat itu komposisi modal PT B : Modal Saham $
130,000 dan Laba yang ditahan $ 30,000. Pada tanggal yang sama, PT A juga membeli 40%
saham yang beredar milik PT C dengan harga perolehan investasi senilai $ 50,000
Pada tanggal 15 Januari 2001 PT B membeli saham yang beredar milik PT C sebanyak
30% dengan harga perolehan investasi $25,000 dan komposisi modal milik PT C saat sahamnya
dibeli oleh PT A dan PT B adalah Modal saham $ 90,000 dan Laba yang ditahan $15,000
Berikut ini adalah data keuangan hasil operasi dan deviden pada akhir periode 2001 milik
masing-masing perusahaan.
Rekening PT A PT B PT C
Laba Tahun 2001 80,000 50,000 40,000
Deviden yang dibagi 2001 30,000 20,000 10,000
Pertanyaan:
Berdasarkan data keuangan diatas maka: (a) Hitunglah Laba untuk masing-masing
perusahaan dan jurnal eliminasinya, (b) analisislah Metode apa yang digunakan dalam mencatat
kepemilikan tidak langsung melalui anak perusahaan tersebut.
Jawab:
Berdasarkan diagram diatas, terlihat bahwa PT B merupakan anak perusahaan PT A dengan
bentuk hubungan kepemilikan secara langsung (dikarenakan adanya hak pengendalian oleh PT A
60%) sedangkan hubungan antara PT A dan PT C dapat dianalisis dengan perhitungan berikut.
Saham PT C yang dimiliki PT A sebesar 40%
Saham PT C yang dimiliki PT A melalui PT B sebesar
( 60% x 30%) 18%
Total Saham PT C yang dimiliki PT A 58%
Dengan adanya kepemilikan sebesar 58% saham PT C oleh PT A melalui PT B menunjukkan
bahwa telah terjadi hubungan kepemilikan tidak langsung (indirect holding company) antara 2
perusahaan ini (PT A dan PT C) dan pencatatan yang akan dilakukan dengan menggunakan
metode ekuitas (kepemilikan >50%)
Pencatatan atas Kepemilikan tidak langsung melalui anak perusahaan terdiri dari:
a) Pencatatan (pengakuan) atas Laba dan Deviden pada masing-masing perusahaan
b) Melakukan perhitungan atas saldo rekening investasi saham pada masing-masing anak
perusahaan
PT C
PT A
PT B
30%
40% 60%
c) Menghitung saldo laba yang ditahan milik masing-masing perusahaan pada akhir tahun 2001
sbb:
d) Pada saat disusun Laporan Keuangan Konsolidasi, jurnal eliminasi yang harus dibuat oleh
masing-masing perusahaan dengan menggunakan metode Ekuitas (Equity Method)
A. Pencatatan (pengakuan) atas Laba pada masing-masing perusahaan:
Pecatatan pada Buku PT B:
1) Jurnal pembelian atas saham PT C
Investasi - saham PT C $ 25,000
Kas $ 25,000
(pembelian saham PT C oleh PT B senilai $ 25,000)
2) Pengakuan hak atas Laba PT C oleh PT B
Investasi - saham PT C $ 12,000
Laba- Rugi PT C $ 12,000
(Pengakuan Laba sebesar 30% x $ 40,000)
3) Pengakuan hak atas pembagian Deviden PT C oleh PT B
Kas $ 3,000
Investasi - saham PT C $ 3,000
(Pengakuan Laba sebesar 30% x $ 10,000)
Pecatatan pada Buku PT A:
1) Jurnal pembelian atas saham PT B dan PT C
Investasi - saham PT B $ 120,000
Kas $ 120,000
(pembelian saham PT B oleh PT A senilai $ 120,000)
Investasi - saham PT C $ 50,000
Kas $ 50,000
(pembelian saham PT C oleh PT A senilai $ 50,000)
2) Pengakuan hak atas Laba PT B oleh PT A
Investasi - saham PT B $ 37,200
Laba- Rugi PT B $ 37,200
(Pengakuan Laba sebesar 60% x ( $ 50,000 + $ 12,000)
3) Pengakuan hak atas pembagian Deviden PT B oleh PT A
Kas $ 12,000
Investasi - saham PT B $ 12,000
(Pengakuan Laba sebesar 60% x $ 20,000)
4) Pengakuan hak atas Laba PT C
Investasi - saham PT C $ 16,000
Laba- Rugi PT C $ 16,000
(Pengakuan Laba sebesar 40% x ( $ 40,000)
5) Pengakuan hak atas pembagian Deviden PT C
Kas $ 4,000
Investasi - saham PT C $ 4,000
(Pengakuan Laba sebesar 40% x $ 10,000)
B. Perhitungan atas saldo rekening investasi saham pada masing-masing Perusahaan yang
berkaitan dengan Konsolidasi Anak perusahaan dan Kepemilikan secara tidak langsung:
1) Besarnya Saldo Akhir Investasi saham PT C pada Buku PT B:
2) Besarnya Saldo Akhir Investasi saham PT B pada Buku PT A:
3) Besarnya Saldo Akhir Investasi saham PT C pada Buku PT A:
B.1. Besarnya Saldo Akhir Investasi saham PT C pada Buku PT B:
Saldo awal Investasi $ 25.000
Di (+) Pengakuan Laba 12.000
37.000
Di ( - ) Pengakuan Deviden 3.000
Saldo akhir $ 34.000
B.2. Besarnya Saldo Akhir Investasi saham PT B pada Buku PT A:
Saldo awal Investasi $ 120.000
Di (+) Pengakuan Laba 37.200
$ 157. 200
Di ( - ) Pengakuan Deviden 12.000
Saldo akhir $ 145.200
B.3. Besarnya Saldo Akhir Investasi saham PT C pada Buku PT A:
Saldo awal Investasi $ 50.000
Di (+) Pengakuan Laba 16.000
$ 66. 000
Di ( - ) Pengakuan Deviden 4.000
Saldo akhir $ 62.000
C. Menghitung Saldo Laba yang Ditahan milik masing-masing Perusahaan pada akhir periode
2001 dengan rincian:
C.1. Saldo Akhir Laba yang ditahan PT A senilai:
Laba Hasil Operasi sendiri 2001 (PT A) $ 80,000
Laba dari (PT B) 37,200
Laba dari (PT C) 16,000
Pembagian Deviden
(30,000)
Saldo Akhir laba ditahan 2001 PT A $ 103,200
C.2. Saldo Akhir Laba yang ditahan PT B senilai:
Laba yang Ditahan awal tahun 2001 (PT B) $ 30,000
Laba dari Hasil Operasi sendiri 2001 (PT B) 50,000
Laba dari PT C yang diakui PT B (30%X $40,000) 12,000
Pembagian Deviden (20,000)
Saldo Akhir laba ditahan 2001 PT B $ 72,000
C.3. Saldo Akhir Laba yang ditahan PT C senilai:
Laba yang Ditahan awal tahun 2001 (PT C) $ 15,000
Laba dari Hasil Operasi sendiri 2001 (PT C) 40,000
Pembagian Deviden (10,000)
Saldo Akhir laba ditahan 2001 PT C $ 45,000
D. Pada saat penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi, Jurnal Eliminasi yang harus dibuat
oleh masing-masing perusahaan sebagai berikut.
D.1. Jurnal untuk meng_Eliminasi kepemilikan saham PT C oleh PT B: (pada buku PT B)
Modal Saham PT C $ 27.000 (a)
Laba yang Ditahan PT C 13.500 (b)
Investasi saham PT C $ 34.000 (c)
Kelebihan Nilai Buku diatas Harga Pokok 6.500 (d)
(Jurnal untuk mengakui laba dan mengeliminasi Investasi saham PT C)
Perhitungan:
(a) 30% X $ 90,000 mengeliminasi Modal saham PT C
(b) 30%X $ 45,000 mengeliminasi Saldo akhir laba Ditahan PT C (see C.3.)
(c) $ 34,000 Saldo akhir Investasi Saham PT C (see B.1.)
(d) Nilai ini dihitung dari :
Nilai aktiva bersih (komposisi Modal) PT C yang dikendalikan PT B 31.500
30%X $ 105,000 (dari MS 90,000 + LYD 15,000)
Harga Pokok Investasi saham pada PT C 25.000
Kelebihan Nilai Buku diatas Harga Pokok 6.500
D.2. Jurnal untuk meng_Eliminasi kepemilikan saham PT B Oleh PT A: (pada buku PT A)
Modal Saham PT B $ 78,000 (a)
Laba yang Ditahan PT B 43,200 (b)
Kelebihan Harga Pokok diatas Nilai Buku 24,000 (c)
Investasi saham PT B $ 145,200 (d)
(Jurnal untuk mengakui laba dan mengeliminasi Investasi saham PT B)
Perhitungan:
(a) 60% X $ 130,000 mengeliminasi Modal saham PT B
(b) 60%X $ 72,000 mengeliminasi Saldo akhir laba Ditahan PT B (see C.2.)
(c) Nilai ini dihitung dari :
Nilai aktiva bersih (komposisi Modal) PT B yang dikendalikan PT A 96,000
60%X $ 160,000 (dari MS 130,000 + LYD 30,000)
Harga Pokok Investasi saham pada PT C 120.000
Kelebihan Harga Pokok diatas Nilai Buku 24,000
(d) $ 145,200 Saldo akhir Investasi Saham PT C (see B.2.)
D.3. Jurnal untuk meng_Eliminasi kepemilikan saham PT A terhadap PT C: (pada buku PT A)
Modal Saham PT C $ 36,000 (a)
Laba yang Ditahan PTC 18,000 (b)
Kelebihan Harga Pokok diatas Nilai Buku 8,000 (c)
Investasi saham PT C $ 62,000 (d)
(Jurnal untuk mengakui laba dan mengeliminasi Investasi saham PT C)