Upload
andi-efri-rangga-aditya
View
361
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
DISFUNGSIONAL UTERINE BLEEDING
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI
Definisi
Perdarahan uterus disfungsi adalah perdarahan pada endometrium dari rahim yang tidak didalam siklus haid dan semata akibat dari gangguan fungsi endokrin pada salah satu bagian dari sumbu hipotalamus – hipofisis – ovarium serta tidak ada lesi pada genitalia interna serta tidak ada gangguan factor pembekuan darah dan bukan keadaan hamil.
Epidemiologi
Keadaan ini terjadi pada 5 – 10 % pada wanita dengan usia reproduksi wanita yaitu pada menarche dan menopause karena pada usia ini sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Dilaporkan lebih dari 50% terjadi paa masa premenopause ( usia 40 – 50 tahun ), sekitar 20 % terjadi pada masa remaja, 30 % terjadi pada pada usia reproduktif serta cenderung terjadi pada wanita dengan gangguan instabilitas emosional.
Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi ovarium primer atau sekunder yang disebabkan adanya kelainan pada salah satu tempat pada system sumbu hipotalamus – hipofisis – ovarium dan jarang akibat dari gangguan fungi korteks ginjal dan kelenjar tiroid. Perdarahan uterus disfungsional umumnya merupakan keadaan anovulator tetapi dapat juga terjadi pada keadaan ovulatoir bila ada defek pada fase folikular atau fase luteal.
Pada remaja keadaan ini disebabkan fungsi hipotalamus – hipofisis – ovarium belum matang, serta pada keadaan yang menyertai obesitas atau pada akhir decade ke 4 dari seorang wanita. Kadang setelah 3 tahun pubertas sering terjadi gangguan menstruasi karena gangguan respon ovarium terhadap FSH yang akan mengakibatkan produksi estrogen berkurang sehingga endometrium tidak cukup menerima rangsangan dan menimbulkan perdarahan.
Pada masa klimakterium terjadi penurunan kepekaan ovarium dari rangsangan gonadtropin dan terjadi peristiwa anovulasi.
Patologi
Pada siklus haid ( ovulatoir ) terdapat perubahan yang dialami kelenjar – kelenjar,pembuluh darah, serta epitel dari endometrium yang dipengaruhi oleh estrogen dan progesterone yang secara bergiliran dihasilkan oleh folikel dan korpus luteum atas pengaruh dari gonadtropin ( FSH dan LH ) yang dihasilkan oleh hipofisis setelah mengalami rangsangan dari hipotalamus.
Perubahan anatomi dan fungsional dari endometrium ini berulang kembali setiap 28 hari dan terdiri dari 5 fase :
1. Fase menstruasi2. Fase Proliferasi3. Fase sekresi4. Fase persiapan imlantasi5. Fase kehancuran
Pada perdarahan uterus disfungsional tidak ditemukan kelima fase ini pada pemeriksaan patologi anatomi berdasarkan kerokan pada endometrium.Sedangkan pada fase anovulasi tidak terdapat fase sekresi dan fase persiapan utuk implantasi, karena endometrium dipengaruhi oleh estrogen sehingga masih terjadi fase proliferatif dan terjadi hyperplasia endometrium ( endometrium menebal ) dan bahkan jika tidak ada pengaruh progesterone sedikitpun akan menyebabkan miometrium ikut membesar dan uterus ikut mengalami pembesaran.Hiperplasi endometrium mempunyai urutan sebagai berikut :
1. Hiperplasia ploriferatif2. Hiperplasia adenomatosa3. Setelah beberapa lama menjadi sel atipik yang akan menjadi sebuah keganasan
Pada perdarahan uterus disfungsi anovulatorik dapat karena dipengaruhi oleh keadaan defisiensi progesterone dan kelebihan estrogen.
Gangguan perdarahan pada perdarahan uteus disfungsional dapat berupa gangguan panjang siklus, gangguan jumlah dan lamanya perdarahan..
1.
Oligomenorea : siklus haid > 35 hari tetapi tidak sampai > 90 hari.
i. Merupakan anovulasi
ii. Gangguan fungsi hipotalamus – hipofisis – ovarium karena :
- Obesitas
- Malnutrisi
- Tekanan psikis
Polimenorea : siklus haid < 21 hari, pemendekan fase pematangan folikel atau fase luteal. Hal ini akan menyebabkan infertilitas.
Hipermenorea : perdarahan haid yang jumlahnya banyak dan berangsung selama 6 – 7 hari.
Hipomenorea : perdarahan haid dengan jumah sedikit, ganti pembalut 1-2 kali sehari.Penyebab : < estrogen atau progesterone, stenosi hymen, sinekia.
Metrorhagia : perdarahan dari vagina diluar siklus haid. Menorhagia : perdarahan yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah yang
cukup banyak.
Diagnosis
Terjadi perdarahan pervaginam yang tidak normal ( lama, frekuensi, dan jumlah ) yang terjadi didalam siklus haid maupun diluar siklus haid.
Tidak dalam keadaan hamil dan tidak ada kelainan organ serta gangguan pembekuan darah.
Usia terjadinya : o Perimenars : 8 – 16 tahuno Masa reproduksi : 16 – 35 tahuno Perimenopause : 45 – 65 tahun
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hematology : o Kadar Haemoglobino Kadar trombosito Waktu pembekuano Kadar glukosa daraho Faal hatio Ureum dan kreatinin
Dilatasi dan kuretase USG Pemeriksaan kadar hormon reproduksi , FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin.
Diagnosis Banding
Tidak semua perdarahan yang seperti haid normal merupakan perdarahan uterus disfungsi. Singkirkan keadaan kehamilan, dan pikirkan keadaan yang menyebabkan keluarnya darah dari vagina, seperti :
1. Lesi – lesi organic seperti : mioma uteri, endometriosis, polip endometrium, keganasan pada organ dalam.
2. Kontrasepsi dalam rahim,terjadi pergeseran letak alat kontrasepsi dalam rahim.3. Adanya gangguan pada factor pembekuan darah.
Pengobatan
PUD Ovulasi :
Perdarahan pada pertengahan siklus o Estrogen 0,625 – 1,25 mg , hari ke 10 – 15 siklus.
Perdarahan bercak pra haid
o Progesteron 5 – 10 mg, hari ke 17 – 26 siklus. Perdarahan pasca haid
o Estrogen 0,625 – 1,25 mg, hari ke 2 – 7 siklus. Polimenorea
o Progesteron 10 mg, hari ke 18 – 25 siklus.
PUD Anovulasi
Menghentikan perdarahan segera : o Kuret medisinalis, kemudian :
Estrogen selama 20 hari diikuti progesterone selama 5 hari. Pil KB kombinasi Progesteron 10 – 20 mg selama 7 – 10 hari.
Setelah darah berhenti, lakukan pengaturan siklus haid. o Estrogen dan progesterone selama 3 siklus.
Pengobatan operatif
Dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase apabila dengan terapi hormonal tidak berhasil. Hasil kerokan kuretase dilakukan pemeriksaan PA untuk mengetahui keadaan dari endometrium dan sudah ada tanda menorah keganasan atau tidak.
Prognosis
Perdarahan uterus disfungsi bisa menjadi morbiditas yang serius dan kronis akibat anemia yang ditimbulkan dan tidak diterapi dengan baik. Walaupun demikian prognosisnya tidak terlalu buruk.