19
DISLOKASI SENDI BAHU Makalah Oleh Derry Herdhimas NIM 102010101025 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2012

Dislokasi Bahu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

Page 1: Dislokasi Bahu

DISLOKASI SENDI BAHU

Makalah

Oleh

Derry Herdhimas

NIM 102010101025

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | i

DISLOKASI SENDI BAHU

Makalah

Oleh

Derry Herdhimas

NIM 102010101025

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 3: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil

menyelesaikan Makalah tentang Dislokasi Seni Bahu

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Tutorial Kelompok A

Blok 13.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Jember, September 2012

Penyusun

Page 4: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................ Error! Bookmark not defined.i

Daftar Isi ................................................................................ Error! Bookmark not defined.ii

BAB I Pendahuluan ................................................................................................................... 1

BAB II Anatomi Bahu ............................................................................................................... 2

BAB III Dislokasi Sendi Bahu

1. Klasifikasi

1.1 Dislokasi Anterior ........................................................................................... 4

1.2 Dislokasi Posterior ....................................................................................... 11

1.3 Dislokasi Inferior Atau Luksasi Erekta ....................................................... 13

1.4 Dislokasi Disertai Fraktur ............................................................................. 13

2. Tanda-Tanda Khusus Pada Anak-Anak .............................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

Page 5: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 1

BAB I

PENDAHULUAN

Dislokasi sendi dapat terjadi spontan karena gerakan tidak spontan, dan

karena kekerasan. Dislokasi sering disertai dengan kerusakan simpai sendi atau

ligamen sendi. Bila kerusakan tersebut tidak sembuh kembali dengan baik, luksasi

mudah terulang lagi yang disebut luksasi habitual.

Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar anamnesis yang khas dan tanda

klinisnya. Umumnya deformitas dapat dilihat berupa perubahan posisi anggota

gerak dan perubahan kontur persendian yang bersangkutan. Pada pemeriksaan

tidak ada gejala dan tanda patah tulang, sedangkan gerakan di dalam sendi yang

terluksasi terbatas sekali, bahkan sama sekali tidak mungkin. Reposisi diadakan

dengan gerakan atau perasat yang berlawanan dengan gaya trauma dan kontraksi

atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekuatan atau kekerasan

karena mungkin sekali mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan

kontraksi dan spasme otot, perlu diberikan anestesia setempat atau umum.

Kekenduran otot memudahkan reposisi.

Page 6: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 2

BAB II

ANATOMI BAHU

Anatomi bahu secara unik disesuaikan untuk memungkinkan gerakan

yang bebas dan jangkauan maksimum bagi tangan. Lima artikulasio terlibat:

(1) sendi glenohumerus yang sebenarnya (sinovial),

(2) sendi semu antara humerus dan arkus korakoakromial,

(3) sendi sternoklavikular,

(4) sendi akromioklavikular dan

(5) artikulasi skapulotoraks.

Artikulasi glenohumerus yang dangkal pada dasarnya hanya mempunyai

sedikit stabilitas karena daerah permukaan glenoid hanya seperempat daerah

permukaan sendi humerus. Tingkat kedalaman sendi yang disebabkan oleh labrum

mungkin tampak sepele, tetapi ini tentu bermakna karena robekan labrum akan

menyebabkan dislokasi. Stabilitas tergantung pada pengendalian otot. Tendon

subskapularis di depan, rotator subskapularis pendek di atas, infraspinatus dan

teres minor di belakang bergabung dengan simpai bahu akan membentuk cuff

rotator. Selama abduksi otot menarik kaput humerus dengan kuat ke dalam

sendinya sedangkan deltoid mengangkat lengan. Ketika mulai abduksi, rotator

luar memutar lengan sehingga tuberositas mayor bebas dari akromion yang

Page 7: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 3

menonjol, dan gerakan skapulotoraks memungkinkan jangkauan yang lebih jauh

hingga 180 derajat.

Sebenarnya, abduksi pada sendi glenohumerus tidak dapat melebihi 90

derajat karena tidak ada lagi permukaan sendi pada kaput humerus; tetapi rotasi

luar pada humerus membebaskan lebih banyak permukaan dan memungkinkan

abduksi penuh, dengan peran serta artikulasi skapulototaks. Sendi skapulotoraks

dan glenohumerus bergerak secara sinkron, meskipun dalam 30 derajat abduksi

pertama tak banyak gerakan skapulotoraks yang kelihatan; pada 150 derajat

abduksi sisanya, sekitar 90 derajat terjadi pada sendi glenohumerus. Sendi

sternoklavikular ikut serta dalam gerakan yang dekat dengan tubuh (misalnya

mengangkat atau menahan bahu); sendi akromioklavikular bergerak dalam 60

derajat abduksi terakhir.

Page 8: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 4

BAB III

DISLOKASI SENDI BAHU

Di antara sendi-sendi besar, bahu adalah salah satu yang paling sering

berdislokasi. Ini akibat beberapa faktor: dangkalnya mangkuk sendi glenoid;

besarnya rentang gerakan; keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa yang

longgar atau dysplasia glenoid; dan mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas

yang penuh tekanan pada tungkai atas. Kestabilan sendi bahu terutama terletak

pada simpai sendi dan otot di sekitarnya karena kavitas artikulare sendi bahu

dangkal. Oleh karena itu, sering terjadi dislokasi, baik akibat trauma maupun pada

saat serangan epilepsi. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa

tetapi jarang pada anak-anak.

1. KLASIFIKASI

Dislokasi sendi bahu diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

1. Dislokasi anterior

2. Dislokasi posterior

3. Dislokasi inferior atau luksasi erekta

4. Dislokasi disertai fraktur

1.1. Dislokasi Anterior

Page 9: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 5

Melihat lokasi kaput humeri terhadap prosesus glenoidalis, dislokasi

paling sering ke arah anterior, dan lebih jarang ke arah posterior atau

inferior. Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi preglenoid,

subkorakoid dan subklavikuler.

1.1.1. MEKANISME TRAUMA

Dislokasi anterior merupakan kelainan yang tersering ditemukan dan

biasanya penderita jatuh dengantangan dalam keadaan out stretched

atau trauma pada skapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi

lateral. Dislokasi anterior juga sering terjadi pada usia muda, antara lain

pada atlet akibat kecelakaan olahraga. Dislokasi terjadi karena kekuatan

yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan ekstensi sendi bahu.

Kaput humerus didorong ke depan dan menimbulkan avulsi simpai

sendi dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis bagian

anterior. Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada di bawah

glenoid, subkorakoid dan subklavikuler

1.1.2 GAMBARAN KLINIS

Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu.

Pasien merasakan sendinya keluar dan tidak mampu menggerakkan

lengannya. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan

segan untuk menerima pemeriksaan apa saja. Posisi badan penderita

miring kearah sisi yang sakit. Perhatikan dua tanda khas, yaitu sumbu

humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena

daerah di bawah akromion kosong. Garis gambar lateral atau kontur

sendi bahu dapat menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan,

dan kalau pasien tidak terlalu berotot, suatu tonjolan dapat diraba tepat

di bawah klavikula. Lengan harus selalu diperiksa untuk mencari ada

tidaknya cedera saraf dan pembuluh darah.

Page 10: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 6

Anamnesis : Terdapat riwayat trauma yang jelas

Look : Sedikit abduksi dan rotasi eksterna serta lengan ditopang oleh

lengan yang sehat. Dari depan akromion terlihat lebih prominen dan

lengkung subakromial pada bagian lateral bawah menghilang dan bahu

terlihat seperti membentuk sudut siku.

Feel : Bagian anterior lebih menonjol. Dapat terjadi gangguan test

pinprick pada ’badge area’ akibat cedera N. Aksilaris.

Move : ROM terbatas dan nyeri hebat

1.1.3. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Sinar-X pada Glenohumeral AP akan tampak overlapping antara kaput

humeri dengan fossa glenoid, kaput humerus biasanya terletak di bawah

dan medial terhadap mangkuk sendi. Foto lateral yang diarahkan pada

daun skapula akan memperlihatkan kaput humerus keluar dari mangkuk

sendi.

Kalau sendi pernah berdislokasi, sinar-X dapat memperlihatkan

perataan atau cekungan kontur posterolateral kaput humerus; tempat ini

pernah dibuat melesak oleh tepi anterior mangkuk glenoid.

1.1.4. PENATALAKSANAAN

Pada pasien yang dulu pernah mengalami dislokasi, traksi sederhana

pada lengan dapat berhasil. Untuk reduksi dislokasi yang terjadi

pertama kali, pasien harus banyak diberi sedasi atau di anestesi dan

dalam posisi telentang. Traksi ditingkatkan perlahan-lahan pada lengan

dengan bahu yang sedikit berabduksi, sementara itu asisten melakukan

traksi-lawan yang kuat pada tubuh (handuk yang dililitkan sekitar dada

pasien, di bawah aksila, bermanfaat). Kalau anestesi merupakan

kontraindikasi, posisi tengkurap dengan lengan tergantung, dapat

memudahkan reduksi.

Metode Kocher kadang-kadang digunakan. Siku ditekuk 90 derajat dan

dipertahankan dekat dengan tubuh; traksi tidak boleh diterapkan.

Lengan perlahan-lahan diputar sampai 75 derajat ke lateral, kemudian

Page 11: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 7

ujung siku itu diangkat ke depan, dan akhirnya lengan diputar ke

medial.

Sinar-X dilakukan untuk memastikan reduksi tidak menyebabkan

fraktur. Bila pasien sepenuhnya sadar, abduksi aktif dengan pelan-pelan

diuji untuk menyingkirkan suatu cedera saraf aksila. Lengan

diistirahatkan dalam kain gendong selama satu atau dua minggu dan

gerakan aktif kemudian dimulai, tetapi kombinasi abduksi dan rotasi

lateral harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3 minggu. Selama

periode ini, gerakan siku dan jari dipraktekkan setiap hari.

a. Dengan pembiusan umum

• Metode Hippocrates

Penderita dibaringkan di lantai, anggota gerak ditarik ke atas dan

kaput humerus ditekan dengan kaki agar kembali ke tempatnya.

• Metode Kocher

Penderita berbaring di tempat tidur dan ahli bedah berdiri di

samping penderita.

Tahap-tahap reposisi menurut Kocher:

o Sendi siku dalam posisi fleksi 90o dan dilakukan traksi sesuai

garis humerus

o Lakukan rotasi ke arah lateral

o Lengan di adduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh ke

arah garis tengah

o Lengan dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah

dada

b. Tanpa pembiusan umum

Metode Stimson (lihat gambar) metode ini sangat baik. Caranya

penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian lengannya yang

mengalami luksasio keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke

bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan

bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan

berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita

Page 12: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 8

disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan

masuk dengan sendirinya.

Penanganan Setelah Reposisi

Setelah reposisi berhasil, maka lengan harus difiksasi di daerah toraks

selama 3-6 minggu dan bila reposisi tidak dilakukan dapat terjadi

dislokasi rekuren.

1.1.5. KOMPLIKASI

DINI

a. Kerusakan nervus aksilaris

Nervus aksilaris dapat cedera; pasien tak dapat mengerutkan otot

deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot

itu. Ini biasanya suatu neurapraksia yang sembuh spontan setelah

beberapa minggu atau beberapa bulan. Kadang-kadang korda

posterior pleksus brakialis cedera. Ini sedikit mengkhawatirkan,

tetapi untungnya sering sembuh sejalan dengan waktu.

Nervus aksilaris berjalan melingkari leher humerus dan dapat

mengalami paresis atau paralisis. Sebelum dilakukan reposisi

sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada saraf ini. Apabila terdapat

Page 13: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 9

paresis atau paralisis, dilakukan pemeriksaan EMG setiap 3

minggu.

b. Kerusakan pembuluh darah

Kerusakan pembuluh darah dapat terjadi pada saat trauma atau

pada saat traksi sewaktu reposisi atau karena tekanan kaput

humerus.

c. Fraktur-dislokasi

Kalau juga terdapat fraktur pada bagian proksimal humerus,

mungkin diperlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.

Tuberositas mayor dapat terlepas selama dislokasi. Ini biasanya

masuk ke tempatnya selama reduksi, sehingga tidak dibutuhkan

terapi khusus. Kalau tuberositas ini tetap bergeser, dapat

dilaksanakan penempelan kembali dengan operasi.

BELAKANGAN

a. Kaku sendi

Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan bahu,

terutama pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun. Terjadi

kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.

Latihan aktif biasanya akan melonggarkan sendi. Latihan ini perlu

dilakukan dengan bersemangat; perlu diingat bahwa abduksi penuh

tidak dapat dilakukan sebelum rotasi lateral diperoleh kembali.

Manipulasi di bawah anestesi hanya dianjurkan kalau progresi telah

berhenti dan sekurang-kurangnya sudah lewat 6 bulan sejak terjadi

cedera. Rotasi lateral harus dipulihkan sebelum abduksi, dan

manipulasi harus dilakukan pelan-pelan dan berulang-ulang dan

tidak dipaksakan. Kaku sendi yang terjadi pasca reposisi perlu

dilakukan fisioterapi yang intensif.

b. Dislokasi yang tak direduksi

Secara mengherankan, dislokasi bahu kadang-kadang tetap tidak

terdiagnosis. Kemungkinan besar ini terjadi kalau pasien (1) tidak

sadar atau (2) sangat tua. Reduksi tertutup perlu diusahakan sampai

Page 14: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 10

6 minggu setelah cedera; manipulasi yang dilakukan setelah masa

itu dapat menyebabkan fraktur pada tulang atau robeknya

pembuluh atau saraf. Reduksi dengan operasi setelah 6 minggu

hanya diindikasikan untuk kaum muda, karena sukar, berbahaya

dan menyebabkan kekakuan yang lama. Pendekatan anterior

digunakan, dan pembuluh serta saraf dikenali dengan cermat

sebelum dislokasi direduksi. Secara aktif dibiarkan meringkaskan

terapi untuk dislokasi yang tak tereduksi pada orang lanjut usia.

Dislokasi dibiarkan dan dianjurkan melakukan gerakan aktif pelan-

pelan. Pengembalian fungsi yang cukup baik sering dapat dicapai.

c. Dislokasi rekuren

Dislokasi rekuren dapat bersifat anterior (lebih sering) atau

posterior. Dislokasi rekuren anterior terjadi karena pengobatan

awal (imobilisasi) yang tidak adekuat sehingga terjadi dislokasi.

Dislokasi terjadi karena adanya titik lemah pada selaput sendi di

sebelah depan dan terjadi karena trauma yang ringan. Dislokasi

rekuren dapat dengan mudah terjadi apabila lengan dalam keadaan

abduksi, ekstensi dan rotasi lateral. Kalau dislokasi anterior

merobek kapsul bahu, perbaikan terjadi secara spontan dan

dislokasi tidak berulang; tetapi kalau labrum glenoid robek, atau

kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid, kemungkinan besar

perbaikan tak terjadi dan dislokasi sering berulang. Pembalutan

lengan pada sisi tersebut setelah mereduksi dislokasi akut,

tampaknya tidak mempengaruhi hasil; pelepasan labrum terutama

terjadi pada pasien muda, dan kalau saat cedera terjadi cacat tulang

yang menembus keluar pada aspek posterolateral kaput humerus,

kemungkinan besar terjadi perulangan. Riwayat merupakan tanda

diagnostik. Pasien mengeluh bahwa bahu mengalami dislokasi

hanya dengan kerja sehari-hari yang relatif ringan. Dia sering dapat

mereduksi sendiri dislokasi itu. Setiap keraguan mengenai

diagnosis dengan cepat dapat diatasi dengan uji aprehensi: kalau

lengan pasien ditempatkan secara pasif di belakang bidang korona

Page 15: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 11

pada posisi abduksi dan rotasi lateral, resistensi yang timbul segera

dan kecemasannya bersifat patognomonik.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis

Pengobatan Dislokasi rekuren dengan frekuensi yang tinggi,

memerlukan tindakan operasi seperti operasi menurut Putti-Platt,

Bristow dan Bankart.

I.2. Dislokasi Posterior

Dislokasi posterior lebih jarang terjadi, jumlahnya kurang dari 2% dari

semua dislokasi sekitar bahu dan biasanya disebabkan karena trauma

langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.

1.2.1. MEKANISME CEDERA

Gaya tak langsung yang menyebabkan rotasi internal dan aduksi yang

nyata harus sangat kuat untuk dapat menyebabkan dislokasi. Keadaan

ini paling sering terjadi selama ayan atau kejangkejang, atau karena

sengatan listrik

1.2.2. GAMBARAN KLINIS

Diagnosis sering terlewat – sebagian karena mengandalkan sinar-X

anteroposterior saja (yang dapat tampak seperti normal) dan sebagian

karena mereka yang menangani pasien tidak memikirkan hal itu.

Sebenarnya terdapat beberapa tanda klinik yang sangat jelas. Lengan

tetap pada rotasi medial dan terkunci pada posisi itu. Bagian depan

bahu tampak rata dengan korakoid yang menonjol, tetapi

pembengkakan dapat menyembunyikan deformitas ini; tetapi bila

dilihat dari atas, pergeseran posterior biasanya terlihat. Ditemukan

adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian belakang sendi.

1.2.3. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Dalam film anteroposterior, kaput humerus karena berotasi ke medial,

bentuknya tampak abnormal (seperti bola lampu) dan agak jauh dari

Page 16: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 12

fossa glenoid (tanda glenoid kosong). Film lateral sangat diperlukan;

film ini akan menunjukkan subluksasi atau dislokasi posterior dan

kadang-kadang menunjukkan lekukan pada aspek anterior kaput

humerus. Fraktur pada leher humerus kadangkadangdisertai komplikasi

dislokasi posterior. Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb

karena adanya rotasi interna humerus. Pada kasus yang sukar, CT

bermanfaat.

I.2.4. PENATALAKSANAAN

Dislokasi akut direduksi (biasanya di bawah anestesi umum) dengan

menarik lengan sementara bahu pada posisi abduksi; biarkan beberapa

menit agar kaput humerus lepas dan kemudian lengan dengan pelan-

pelan diputar ke lateral sementara kaput humerus didorong ke depan.

Kalau reduksi terasa stabil, lengan diimobilisasi dalam kain gendongan;

kalau tidak, bahu dipertahankan berabduksi lebar-lebar dan dirotasi ke

lateral dalam spika gips selama 3 minggu. Gerakan bahu diperoleh

kembali melalui latihan aktif.

I.2.5. KOMPLIKASI

a. Dislokasi yang tak direduksi

Sekurang-kurangnya setengah dari pasien dengan dislokasi

posterior tak mendapat reduksi ketika pertama ditemukan. Kadang-

kadang sudah terlewat beberapa minggu atau beberapa bulan

sebelum diagnosis ditegakkan. Secara khas pasien

mempertahankan lengan berotasi internal; dia tidak dapat

mengabduksi lengan lebih dari 70 – 80 derajat, dan kalau

mengangkat lengan yang terentang ke depan, dia tidak dapat

memutar telapak tangan ke atas. Kalau pasien itu muda, atau

merasa tak nyaman dan dislokasi belum lama terjadi (katakanlah

baru 8 minggu), reduksi terbuka diindikasikan. Melalui pendekatan

posterior, dilakukan perbaikan dan pemendekan kapsul. Dislokasi

belakangan, terutama pada manula, terbaik dibiarkan, tetapi

dianjurkan melakukan gerakan.

b. Dislokasi atau subluksasi berulang

Page 17: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 13

Ketidakstabilan posterior yang kronis pada bahu.

Dislokasi rekuren posterior

Dislokasi rekuren posterior lebih jarang ditemukan dan juga

memerlukan tindakan operasi.

I.3. Dislokasi Inferior atau Luksasi Erekta

Kaput humerus mengalami jepitan atau terperangkap di bawah kavitas

glenoid dimana lengan mengarah ke atas sehingga lengan terkunci

dalam posisi abduksi yang dikenal dengan nama luksasio erekta.

1.3.1. PENATALAKSANAAN

Dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior dan bila tidak

berhasil dapat dilakukan reposisi terbuka dengan operasi.

I.4. Dislokasi Disertai dengan Fraktur Tuberositas Mayor Humerus

Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur. Apabila

dilakukan reposisi pada dislokasi, biasanya fraktur akan tereposisi dan

melekat kembali pada humerus

II. TANDA-TANDA KHUSUS PADA ANAK-ANAK

Dislokasi traumatik pada bahu sangat jarang ditemukan pada anak-anak. Anak-

anak yang memberi riwayat adanya bahu yang bergeser keluar hampir selalu

mempunyai dislokasi atau subluksasi yang sengaja atau tak sengaja

Page 18: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 14

(atraumatik). Pada dislokasi sukarela (volunter), anak dapat menunjukkan

ketidakstabilan bila diinginkan. Pada dislokasi yang tak sengaja (involunter),

bahu bergeser keluar dengan tanpa diduga-duga selama aktivitas sehari-hari.

Kebanyakan di antara anak-anak ini mengalami kelonggaran sendi yang merata

dan sebagian lagi menderita displasia glenoid.

Pemeriksaan dapat memperlihatkan bahwa bahu bersubluksasi hampir ke setiap

arah (ketidakstabilan multidireksional). Sinar-X dapat memastikan diagnosis.

Penatalaksanaan

Dislokasi atraumatik harus sangat diwaspadai. Beberapa anak-anak ini

mempunyai masalah perilaku dan di sinilah terapi harus ditujukan. Program

latihan yang lama juga dapat membantu. Kalau anak benar-benar terganggu

oleh kelainan itu, dengan syarat faktor-faktor psikologis telah disingkirkan, kita

dapat mempertimbangkan operasi rekonstriktif – biasanya dengan prosedur

pemendekan yang sangat teliti.

Page 19: Dislokasi Bahu

Dislokasi Sendi Bahu | 15

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A. Graham. Ortopedi Dan fraktur Sistem Apley. Edisi Ketujuh. Jakarta:

Widya Medika. 1995.

2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif

Watampone. 2007.

3. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua.

Jakarta: EGC. 2004. h 859-60.

4. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Bedah RSCM. Jakarta. 2005