46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari permukaan sendi dan tidak lagi bersentuhan (Apley, 1995). Dislokasi menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi bisa mengenai komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi. Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta adanya kelonggaran ligament. Dislokasi bahu dapat terjadi pada bagian anterior (paling sering, ditemukan pada 95% kasus), posterior atau errecta. Dislokasi anterior terjadi biasanya pada posisi sendi bahu abduksi dan external rotasi. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak (Apley,1995) Tingkat kejadian dislokasi bahu adalah sekitar 24 per 100.000 orang per tahun di dunia. Dan sementara ini telah 1

dislokasi bahu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tinjauan pustakadisklokasi bahushoulder dislocationdislokasi anteriororthopedibedah tulang

Citation preview

Page 1: dislokasi bahu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari

permukaan sendi dan tidak lagi bersentuhan (Apley, 1995). Dislokasi menyebabkan

terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi bisa mengenai

komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang

dari tempat yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi adalah dislokasi sendi

bahu dan sendi pinggul. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling

sering berdislokasi. Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi

bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta adanya kelonggaran ligament.

Dislokasi bahu dapat terjadi pada bagian anterior (paling sering, ditemukan pada

95% kasus), posterior atau errecta. Dislokasi anterior terjadi biasanya pada posisi

sendi bahu abduksi dan external rotasi. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada

orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak (Apley,1995)

Tingkat kejadian dislokasi bahu adalah sekitar 24 per 100.000 orang per

tahun di dunia. Dan sementara ini telah dilaporkan terdapat peningkatan angka

kejadian lebih dari dua kali lipat dari tingkat sebelumnya untuk dislokasi bahu pada

populasi umum di Amerika Serikat, dibandingkan dengan angka kejadian cedera

muskuloskeletal yang lainnya yang umum didapati di ruang gawat darurat, seperti

luka pada lutut, punggung bawah dan kaki. (Owens, 2010)

Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8

persen laki-laki yang mengalami dislokasi , 46.8 persen penderita berusia antara 15-

29 tahun; 48,3 persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari semua

cedera olahraga yaitu pada olahraga sepakbola dan basket. Pada wanita, tingkat

dislokasi yang lebih tinggi terlihat di antara penderita yang berusia > 60 tahun.

1

Page 2: dislokasi bahu

Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kejadian terjatuh di rumah (Owens,

2010)

Tanda-tanda dislokasi sendi bahu yaitu,  sendi bahu tidak dapat

digerakakkan;  penderita mengendong tangan yang sakit dengan tangan yang

lainnya; penderita tidak bisa memegang bahu yang berlawanan; kontur bahu hilang,

bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya; lengkung bahu hilang; tidak dapat

digerak-gerakkan; lengan atas sedikit abduksi; lengan bawah sedikit supinasi (Ardi,

2011)

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang dislokasi regio shoulder termasuk definisi, etiologi,

diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.

2. Mendapatkan keterampilan dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan menggunakan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dalam

penegakkan diagnosis dislokasi regio shoulder.

3. Mengkaji ketepatan dan kesesuaian kasus yang dilaporkan dengan teori

berdasarkan literatur.

2

Page 3: dislokasi bahu

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Tn. ZA

Umur : 37 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan :

Alamat : Sangatta

MRS : 7 Juni 2011

Anamnesis

Keluhan Utama: Sulit menggerakkan bahu sebelah kiri

Riwayat Singkat :

Bahu kiri sulit digerakkan sejak ± 5 bulan yang lalu (1 Januari 2012). Selain

itu pasien juga mengeluhkan adanya kelainan bentuk pada bahu sebelah kiri.

Keluhan ini dirasakan setelah pasien menarik buah kelapa. Sesaat setelah kejadian,

pasien mengeluhkan adanya nyeri. Sehari setelah kejadian pasien langsung

membawa diri ke tukang urut dan telah diurut sebanyak 4 kali. Namun, tidak ada

perubahan. Setelah pasien merasakan adanya keterbatasan gerak pada bahu

sebelah kiri, pasien membawa diri ke RS Sangatta. Di RS Sangatta, pasien dicoba

untuk direposisi namun tidak berhasil dan akhirnya dirujuk ke RSUD AWS.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Sakit : Sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6

3

Page 4: dislokasi bahu

Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 90 x / menit

RR : 22 x / menit

Suhu : 36,6 oC (per axilar)

Kondisi Umum

Kepala/Leher : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex

cahaya (+/+), pupil isokor ø 3 mm, jejas (-).

Thorax : Jejas (-), pergerakan dada simetris,

Pulmo : Vesikuler, Rhonki(-/-) , Wheezing (-/-)

Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Jejas (-), flat, soefl, distensi (-), Bising Usus (+) normal

Ektremitas : akral hangat, edema , lihat status lokalis

Status Lokalis :

Regio brachii sinistra

Look = Deformitas (+), Eksorotasi (+), Abduksi (+), edema (-)

Feel = Nyeri Tekan (+), krepitasi (-), a. Radialis dan Ulnaris

(+), capillary refill time < 2”

Move = Sendi bahu : ekstensi (+) terbatas, fleksi (+) terbatas,

internal rotasi (+) terbatas, eksternal rotasi (+)

terbatas.

Sendi siku : ekstensi (+) normal, fleksi (+) normal,

supinasi (+) normal, pronasi (+) normal.

PemeriksaanPenunjang :

LaboratoriumDarah

Leukosit : 8.700 K/µL

Hemoglobin : 12,8 g/dl

Hematokrit : 37,0 %

Trombosit : 205.000 K/µL

4

- -

- -

Page 5: dislokasi bahu

LED : 34

BT : 2’

CT : 8’

GDS : 60 mg/dl

HbS Ag : negatif

Ab HIV : negatif

Ureum : 20,0 mg/dl

Creatinin : 0,9 mg/dl

Radiologi

Pre Reposisi

5

Page 6: dislokasi bahu

Post Reposisi

DiagnosaKerja

Neglected Dislokasi Shoulder Anterior Sinistra

Penatalaksanaan

Rencana reposisi terbuka

Prognosis

Dubia ad malam

Laporan Operasi

Tanggal 14 Juni 2012

Dilakukan reposisi secara reduksi tertutup (manuver Kocher) dengan

menggunakan general anestesi.

Dilakukan balutan perban elastis secara “Velpeau Bandage”.

Dipasang arm sling

6

Page 7: dislokasi bahu

Follow up

Tanggal Follow up Tindakan

07-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (-),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 120/80 mmHg N = 82x/i

RR = 22x/i T= 36,6oC

Look: Deformitas (-)

Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Dislokasi Shoulder

Anterior Sinistra

Pro ORIF elektif

reposisi

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

TAO

08-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (-),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: Deformitas (-)

Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Dislokasi Shoulder

Anterior Sinistra

Pro ORIF elektif

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

TAO

09-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (-),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: Deformitas (-)

Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Dislokasi Shoulder

Pro ORIF elektif

reposisi

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

TAO

7

Page 8: dislokasi bahu

Anterior Sinistra

10-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (-),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: Deformitas (-)

Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Dislokasi Shoulder

Anterior Sinistra

Pro ORIF elektif

reposisi

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

TAO

11-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (-),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: Deformitas (-)

Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Dislokasi Shoulder

Anterior Sinistra

Pro ORIF elektif

reposisi

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

TAO

12-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (-),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: Deformitas (-)

Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Dislokasi Shoulder

Anterior Sinistra

Pro ORIF elektif

reposisi

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

TAO

13-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (-),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

Pro ORIF elektif

reposisi

8

Page 9: dislokasi bahu

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: Deformitas (-)

Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Dislokasi Shoulder

Anterior Sinistra

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

TAO

14-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (-),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: Deformitas (-)

Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Dislokasi Shoulder

Anterior Sinistra

Pro ORIF elektif

reposisi hari ini

15-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (+),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: terpasang arm sling

Feel: Capillary Refill Time < 2”, AVN

distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Close Fraktur Shoulder

Sinistra post reposisi hari ke-1

Inj. Kalfoxim 3x1 g

Inj. Torasic 2x1 amp

Pertahankan arm sling

Mobilisasi jalan

Pro ORIF elektif

16-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (+),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Inj. Kalfoxim 3x1 g

Inj. Torasic 2x1 amp

Pertahankan arm sling

Mobilisasi jalan

9

Page 10: dislokasi bahu

Look: terpasang arm sling

Feel: Capillary Refill Time < 2”, AVN

distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Close Fraktur Shoulder

Sinistra post reposisi hari ke-2

Pro ORIF elektif

17-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (+),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: terpasang arm sling

Feel: Capillary Refill Time < 2”, AVN

distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Close Fraktur Shoulder

Sinistra post reposisi hari ke-3

Inj. Kalfoxim 3x1 g

Inj. Torasic 2x1 amp

Pertahankan arm sling

Mobilisasi jalan

Pro ORIF elektif

18-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (+),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: terpasang arm sling

Feel: Capillary Refill Time < 2”, AVN

distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Close Fraktur Shoulder

Sinistra post reposisi hari ke-4

Inj. Kalfoxim 3x1 g

Inj. Torasic 2x1 amp

Pro ORIF elektif hari ini

19-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (+),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Inj. Kalfoxim 3x1 g

Inj. Torasic 2x1 amp

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

10

Page 11: dislokasi bahu

Look: terpasang perban pada bahu

dan dada depan

Feel: Capillary Refill Time < 2”, AVN

distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Close Fraktur Shoulder

Sinistra post ORIF hari ke-1

Foto thorax AP (tampak

2 shoulder)

20-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (+),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: terpasang perban pada bahu

dan dada depan

Feel: Capillary Refill Time < 2”, AVN

distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Close Fraktur Shoulder

Sinistra post ORIF hari ke-2

Inj. Kalfoxim 3x1 g

Inj. Torasic 2x1 amp

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

21-06-

2012

S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (+),

mobilisasi lengan kiri atas terbatas

O = CM, TD = 110/80 mmHg N = 88x/i

RR = 20x/i T= 36,4oC

Look: terpasang perban pada bahu

dan dada depan

Feel: Capillary Refill Time < 2”, AVN

distal (+)

Move: ROM terbatas

A = Neglected Close Fraktur Shoulder

Sinistra post ORIF hari ke-3

Inj. Kalfoxim 3x1 g

Inj. Torasic 2x1 amp

Diet TKTP

Mobilisasi jalan

11

Page 12: dislokasi bahu

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

12

Page 13: dislokasi bahu

3.1 Anatomi dan Fisiologi Bahu

1) Shoulder Joint

Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh

sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral

atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan

pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu.

Gangguan gerakan didalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi

untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya (Spalteholz, 2000)

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi,

disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional

sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan

sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi

lainnya.

Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat

melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang

pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang

sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut

tidak stabil namun paling luas gerakannya.13

Page 14: dislokasi bahu

Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu: (Sufitmi, 2004)

Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan

kepala sendinya tidak sebanding.

Kapsul sendinya relatif lemah.

Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah,

seperti otot supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan

subscapularis.

Gerakannya paling luas.

Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu

lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan

sendi lainnya.

2) Kapsul Sendi

Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars)

a) Kapsul Sinovial

lapisan bagian dalam dengan karakteristik mempunyai jaringan

fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh

darah.Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai

transformator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada

sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami gangguan

fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak

memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada

gangguan, misalnya pada artrosis sendi (Spalteholz, 2000)

b) Kapsul Fibrosa

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf

reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan

stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi, Sehingga dapat

14

Page 15: dislokasi bahu

merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut

sudah sampai di kapsul fibrosa. (Spalteholz, 2000)

3) Kartilago

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi,

sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau. Namun demikian pada

gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan

degenerasi kartilago. (Spalteholz, 2000)

3) Biomekanika sendi bahu

Gerakan dan luas gerak sendi bahu

Gerakan-gerakan dari bahu dibagi dua, yang didasarkan pada kelompok otot

penggeraknya. Gerakan tersebut antara lain gerakan skapula dan gerakan dari

humerus. Gerakan-gerakan tersebut antara lain : (Nordin, 1989)

1) Gerakan skapula

a. Elevasi dan depresi

Elevasi yaitu gerakan skapula ke atas sejajar dengan vertebra, dapat

dilakukan dengan mengangkat bahu ke atas. Sedangkan depresi adalah

kembalinya bahu dari posisi elevasi. Gerakan vertikal disertai dengan

tilting. Total luas geraknya adalah 10 – 12 cm.

b. Abduksi (protraksi) dan Aduksi (retraksi)

Protraksi adalah gerakan kelateral skapula menjauhi vertebra.

Gerakan ini dapat terjadi ketika bahu melakukan gerakan mendorong ke

depan. Retraksi yaitu gerakan skapula ke medial, dapat dilakukan dengan

menarik bahu ke belakang. Total luas geraknya adalah kira-kira 15 cm.

c. Upward rotation dan downward rotation

Upward rotation yaitu gerakan rotasi dari scapula pada bidang frontal

sehingga fossa glenoidalis bergerak ke atas. Sedangkan downward rotation

yaitu gerakan kembali dari upward rotation. Total luas gerak 600 ,

15

Page 16: dislokasi bahu

displacement sudut bawah skapula 10 – 12 cm dan sudut superolateral 5 – 6

cm.

4. Upward tilt dan reduction of upward tilt.

Upward tilt yaitu gerakan skapula pada aksis frontal horisontal yang

menyebabkan permukaan posterior skapula bergerak ke atas. Gerakan ini

terjadi oleh karena rotasi dari klavikula, sehingga bagian superior skapula

bergerak naik-turun dan bagian inferiornya bergerak maju-mundur. Hal ini

hanya terjadi jika bahu hiperekstensi. Reduction of upward tilt yaitu gerakan

kembali dari upward tilt.

2) Gerakan humerus

Posisi awal berdiri tegak dengan lengan di samping tubuh.

a. Fleksi dan ekstensi

Feksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan dari 00 ke

1800. Gerak yang berlawanan ke posisi awal (00) disebut gerak depresi

lengan. Gerak ekstensi adalah gerak dari lengan dalam bidang sagital ke

belakang dari 00 ke kira-kira 600. Gerakan fleksi dibagi menjadi 3 fase. Fase

1, fleksi 00 sampai 500 - 600. Otot yang terlibat yaitu deltoid anterior,

korakobrakhialis, pektoralis mayor serabut klavikular. Gerakan fleksi bahu

ini dibatasi oleh tegangan dari ligamen korakohumeralis dan tahanan yang

dilakukan oleh teres minor, teres major dan infraspinatus. Fase II, Fleksi 600

- 1200.

Pada fase ini diikuti gerakan shoulder girdle, yaitu rotasi 600 dari skapula,

sehingga glenoid cavity menghadap ke atas dan ke depan, dan aksial pada

sendi sternoklavikular dan akromioklavikular, setiap sendi membantu 300.

Gerakan ini melibatkan otot trapezius, serratus anterior. Fleksi pada sendi

skapulothorakis dibatasi oleh tahanan lattisimus dorsi dan serabut

kostosternal dari pektoralis mayor. Fase III, fleksi 1200 - 1800. Jika hanya

satu lengan yang fleksi dari spinal kolumn. Bila kedua lengan fleksi

maksimum akan terjadi gerakan lordosis dari lumbal melebihi normal.

b. Abduksi dan adduksi

16

Page 17: dislokasi bahu

Gerak abduksi adalah gerak dari lengan menjauhi tubuh dalam bidang

frontal dari 00 ke 1800 Gerak adduksi adalah gerak kebalikan dari abduksi

yaitu gerak lengan menuju garis tengah tubuh. Tigafase gerakan abduksi,

fase I, abduksi 00 – 900 merupakangerakan start abduksi dari sendi bahu.

Otot-otot yang terlibat yaitu deltoid middle dan supraspinatus. Pada akhir

abduksi 900 , shoulder mengunci sebagai hasil greater tuberosity menyentuh

superior margin dari glenoid. Fase II, abduksi 900 –1500 , ketika abduksi

900, disertai fleksi sehingga dapat aduksi sampai 1200 shoulder mengunci

dan abduksi hanya dapat maju dengan disertai gerakan shoulder girdle.

Gerakan ini adalah ayunan dari skapula dengan rotasi tanpa mengunci,

sehingga kavitas glenoidalis menghadap agak keatas dengan luas gerakan

600 Aksial rotasi pada sendi sternoklavikularis dan akromioklavikularis,

setiap sendi membantu gerakan 300. otot- otot yang terlibat ialah trapezius

atas dan bawah dan seratus anterior. Pada gerakan 1500 , yang dihasilkan

oleh rotasi skapula diketahui dengan adanya tahanan peregangan dari otot-

otot abduktor yaitu latissimus dorsi dan pektoralis mayor. Fase III, abduksi

1500 – 1800 dalam fase ini, abduksi mencapai posisi vertikal dan disertai

gerakan spinal kolumn . Bila gerakan hanya satu tangan disertai pemelesetan

kelateral dari spinal kolumn yang dihasilkan oleh otot spinal lawannya. Jika

kedua lengan abduksi bersama-sama sampai 1800 akan terjadi lumbar

lordosis yang dipimpin oleh otot spinal. (Nordin, 1989)

c. Fleksi dan Ekstensi lumbar

Gerak fleksi horisontal adalah gerak dari lengan dalam bidang horisontal mulai 00 –

1350. Gerak ekstensi horisontal ialah gerak lengan kebelakang dalam bidang

horisontal dari 00 – 450.

d. Rotasi

17

Page 18: dislokasi bahu

Rotasi dengan lengan disamping tubuh, siku dalam fleksi, bila lengan bawah

digerakkan menjauhi garis tengah tubuh disebut eksorotasi, bila lengan bawah

digerakkan menuju garis tengah tubuh disebut endorotasi. Luas geraknya 900 .

Rotasi dengan lengan dalam abduksi 900 dan telapak tangan menghadap kebawah,

bila lengan diputar kearah kranial disebut eksorotasi dan bila kearah kaudal disebut

endorotasi. Luas geraknya 900 . ( Nordin, 1989)

Pada sendi bahu meliputi :

1) Pada gerakan endorotasi caput humeris roll searah dengan gerakan

endorotasi dan slidenya ke posterior.

2) Pada gerakan abduksi caput humeris roll searah dengan gerakan abduksi

dan slidenya ke caudal.

3) Pada gerakan eksorotasi caput humeris roll searah gerak eksorotasi dan

slide ventral agak medial

3.2 Definisi dislokasi

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari

permukaan sendi. Dislokasi ditandai dengan keluarnya bongkol sendi dari mangkok

sendi atau keluarnya kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang

bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi. Dikatakan

Recurrent apabila terjadi suatu dislokasi berulang sedangkan Habitual apabila

dislokasi dapat diprofokasikan sendiri oleh penderitanya, keadaan ini bersifat

kongenital atau akibat injeksi berkali-kali (biasanya antibiotika) ke dalam otot

(Apley, 1995).

Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering

berdislokasi. Ini disebabkan karena beberapa faktor, dangkalnya mangkuk sendi

glenoid; besarnya rentang gerakan; keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa

yang longgar atau displasia glenoid; dan mudahnya sendi itu terserang selama

aktivitas yang penuh tekanan pada tungkai atas (Apley, 1995)

18

Page 19: dislokasi bahu

3.3 Etiologi dislokasi

Dari segi Etiologi, Dislokasi dapat disebabkan oleh:

Cedera olah raga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah

sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :

terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain

sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari

karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras

pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

Patologis : terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan

kompenen vital penghubung tulang.(Sufitmi, 2004)

3.4 Patofisiologi dislokasi

Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi

eksterna dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong kedepan dan

menimbulkan avulsi kapsul sendi dan kartilago beserta periosteum labrum

glenoidalis bagian anterior. (crenshaw, 1992 ; Rasjad, 2007)

Pada dislokasi berulang labrum dan kapsul sering terlepas dari

lingkar anterior glenoid. Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan

kapsul serta ligamentum glenohumerus keduanya terlepas atau terentang

kearah anterior dan inferior. Selain itu mungkin ada indentasi pada bagian

posterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs), yaitu suatu fraktur kompresi

akibat kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali

mengalami dislokasi. (Rasjad, 2007)

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada bagian lengan.

Humerus terdorong kedepan , merobek kapsul atau menyebabkan tepi

glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti

jarang, prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan

19

Page 20: dislokasi bahu

menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ; lengan ini hampir

selalu jatuh membawa kaput ke posisi di bawah karakoid).

3.5 Klasifikasi dislokasi

1. Dislokasi anterior

Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi pregnoid, subkorakoid dan

subklavikuler. Dislokasi bahu anterior merupakan kondisi dimana keluarnya

caput humeri dari cavitas artikulare sendi bahu yang dangkal. Dislokasi sendi

bahu anterior biasanya terjadi setelah cedera akut karena lengan dipaksa

berabduksi, berotasi eksterna dan ekstensi sendi bahu.

2. Dislokasi posterior

Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena

trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.

3. Dislokasi inferior atau luksasi erekta

Kaput humerus mengalami jepitan di bawah glenoid dimana lengan

mengarah ke atas sehingga terjadi dislokasi inferior.

4. Dislokasi disertai dengan fraktur tuberositas mayor humerus

Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur. Apabila

reposisi pada dislokasi, biasanya fraktur akan tereposisi dan melekat

kembali pada humerus.

3.6 Diagnosis

Diagnosis kasus dislokasi bahu anterior ditegakkan melalui anamnesis

(autoanamnesis atau alloanamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Anamnesis dapat memberikan informasi riwayat trauma dan

mekanisme terjadinya trauma tersebut, sehingga dapat lebih membantu

menegakkan diagnosis dan mengetahui penyulit-penyulit yang mungkin telah

20

Page 21: dislokasi bahu

ada dan yang dapat muncul kemudian. Selain itu juga diperlukan informasi

mengenai riwayat penyakit pasien dan riwayat trauma sebelumnya, untuk

mempertimbangkan penanganan yang akan diambil. (Crenshaw, 1992; Rasjad,

2007)

Dari pemeriksaan fisik ditemukan beberapa tanda diantaranya adanya

nyeri, terdapat tonjolan pada bagian depan bahu, posisi lengan abduksi –

eksorotasi, tepi bahu tampak menyudut, nyeri tekan, dan adanya gangguan

gerak sendi bahu. Ada 2 tanda khas pada kasus dislokasi sendi bahu anterior ini

yaitu sumbu humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah

karena daerah dibawah akromion kosong pada palpasi. Penderita merasakan

sendinya keluar dan tidak mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang

cedera ditopang oleh tangan sebelah lain dan ia tidak dapat menyetuh dadanya.

Lengan yang cedera tampak lebih panjang daripada normal, bahu terfiksasi

sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi kearah interna. Posisi

badan penderita miring kearah sisi yang sakit. Pemeriksa terkadang dapat

membuat skapula bergerak pada dadanya namun tidak akan dapat

menggerakkan humerus pada scapula. Jika pasien tidak terlalu banyak

menggerakka bahunya , maka pada kasus ini kaput humerus yang tergeser dapat

diraba dibawah prosesus korakoideus (Crenshaw, 1992).

Diagnosis klinik untuk kasus dislokasi sendi bahu anterior ini dapat

menggunakan tanda cemas (apprehension sign). Pemeriksaan ini dilakukan

dengan cara mengangkat lengan kedalam abduksi, rotasi luar dan kemudian

ekstensi secara hati-hati dalam posisi duduk atau berbaring. Pada saat kritis

pasien akan merasa bahwa kaput humerus seperti akan telepas kebagian

anterior dan tubuhnya menegang karena cemas. Uji ini harus diulangi dengan

menekan bagian depan bahu, dimana dengan manuver ini pasien akan merasa

lebih aman dan tanda cemasnya negatif (Rasjad, 2007)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah rontgen foto bahu

anteroposterior (AP) dan lateral. Rontgen bagian AP akan memperlihatkan

bayangan yang tumpang tindih antara kaput humerus dan fossa glenoid, kaput

21

Page 22: dislokasi bahu

biasanya terletak di bawah dan medial terhadap mangkuk sendi. Foto lateral

yang diarahkan pada daun skapula akan memperlihatkan kaput humerus keluar

mangkuk sendi (Apley, 2010). Selain itu juga dianjurkan melakukan

pemeriksaan pandangan oblik agar dapat dipastikan tidak terdapat dislokasi

posterior kasus.Diagnosis banding dari kasus dislokasi anterior ini juga dapat

disingkirkan dengan pemeriksaan pandangan oblik.Pemeriksaan pandangan

oblik memang lebih sulit dilakukan namun lebih mudah diintepretasi (Sufitmi,

2004)

3.7 Gambaran Klinis

Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu. Kontur

sendi bahu menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan. Penderita

mengendong tangan yang sakit dengan tangan yang lainnya; penderita tidak bisa

memegang bahu yang berlawanan, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya;

lengkung bahu hilang; bahu tidak dapat digerak-gerakkan; lengan atas sedikit

abduksi; lengan bawah sedikit supinasi.

3.8 Penanganan

Penanganan Umum

Penanganan umum untuk semua pasien trauma tetap berpegang pada

prinsip ATLS (Advanced Trauma Life Support) yakni selalu menangani hal-hal yang

mengancam nyawa terlebih dahulu meliputi airway, breathing dan circulation. Pada

dislokasi akut jarang diperlukan tindakan terbuka, meskipun demikian tindakan

yang dilakukan dengan paksa harus dilakukan secara hati-hati karena dapat

menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih berat ataupun komplikasi fraktur.

Yang perlu diingat adalah dapat terjadi interposisi jaringan lunak yang menghalangi

usaha reposisi kita yang sering kali memaksa kita untuk melakukan tindakan

terbuka ( Crenshaw, 1992)

22

Page 23: dislokasi bahu

Dislokasi akut semestinya dilakukan reposisi sesegera mungkin untuk

mencegah komplikasi lebih lanjut, meskipun perlu disadari reposisi yang segera ini

belum menjamin bahwa komplikasi lanjut (seperti fraktur-dislokasi, cedera saraf,

cedera pembuluh darah, dll) tidak akan terjadi. Tindakan reposisi sering kali

memerlukan bantuan anestesi agar tidak terasanya nyeri, meskipun demikian

kadang dapat dilakukan tanpa pembiusan yaitu pada periode shock jaringan.

Closed reduction

Ekstremitas superior (Shoulder)

Penatalaksanaan kasus dislokasi anterior bahu dilakukan secara konservatif

dan operatif. Terapi cedera ini secara konservatif sering memberikan hasil yang

memuaskan bila tidak disertai cedera lain didaerah tersebut seperti fraktur pada

caput humeri atau tuberculum majus dan cedera neuromuscular. Pilihan terapi

konservatif berupa reposisi tertutup dengan manuver Kocher (siku posisi 90º dan

dilakukan traksi sesuai garis humerus. Lakukan rotasi lateral, kemudian adduksi

lalu lakukan rotasi medial abduksi), immobilisasi dengan verban Velpeau atau collar

cuff selama lebih kurang 3 minggu.

23

Page 24: dislokasi bahu

Reduksi dislokasi harus segera dilakukan untuk kasus dislokasi anterior bahu yang

baru terjadi. Reduksi segera ini dapat dilakukan dengan 2 metode (Crenshaw, 1992 ;

Rasjad, 2007) :

1. Metode Stimson

Metode ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan anestesi .Penderita diminta

tidur telungkup dengan lengan yang terkena dibiarkan menggantung ke bawah

dengan memberikan beban tergantung dari kekuatan otot si penderita yang

diikatkan pada pergelangan tangan. Pada saat otot bahu dalam keadaan

relaksasi, diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan yang tergantung

disamping tempat tidur tersebut. Metode ini dilakukan selama 10-15 menit

(Wibowo, 1995)

Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode Stimson

2. Metode Hippocrates

Metode ini dilakukan jika metode stimson tidak memberikan hasil dalam waktu

15 menit. Reposisi dilakukan dalam keadaan anestesi umum. Lengan pasien

ditarik kearah distal punggung dengan sedikit abduksi, sementara kaki penolong

berada diketiak pasien untuk mengungkit kaput humerus kearah lateral dan

24

Page 25: dislokasi bahu

posterior. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan

penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu.

Untuk kedua metode ini, pasien diminta mengabduksikan lengannnya secara

lembut kemudian lakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada saraf

aksilaris atau muskulokutaneus yang cedera. Lakukan kembali pemeriksaan

Rontgen untuk konfirmasi.

Open reduction (Crenshaw, 1992)

Indikasi

Bila gagal dicapai reposisi anatomis yang dikehendaki

Bila hasil reposisi tidak stabil. Biasanya bila ada fragment tulang (fraktur

dilokasi)

Terjadi cedera saraf setelah tindakan reposisi tertutup

Adanya cedera vascular sebelum reposisi dan masih tetap terjadi setelah

reposisi

Kasus lama (neglected case). Operasi dilakukan dengan metode Bristow.

labium glenoid dan kapsul yang robek dan metode Putti-Platt untuk

memendekkan kapsul anterior dan subskapularis dengan perbaikan

25

Page 26: dislokasi bahu

tumpang tindih. Metode operasi lain yang dilakukan adalah metode Bankart

untuk memperbaiki.

3.9 Komplikasi (Rasjad, 2007)

Komplikasi yang dapat terjadi pada dislokasi anterior adalah timbulnya dislokasi

kambuhan, lesi pleksus brakialis dan nervus aksilaris, serta interposisi tendo

bisep kaput longum. Robekan arteri aksilaris jug dapat terjadi. Langkah

antisipatif yang dapat dilakukan sebelum dirujuk adalah dengan melakukan

penekanan kuat pada aksila. Komplikasi lanjut dapat berupa kaku sendi dan

dislokasi rekurens. Dislokasi rekuren anterior terjadi karena pengobatan awal

(immobilisasi) yang tidak adekuat sehingga terjadi dislokasi. Dislokasi terjadi

karena adanya titik lemah pada selaput sendi disebelah depan dan terjadi

karena trauma yang ringan. Dislokasi rekuren dapat mudah terjadi apabila

lengan dalam keadaan abduksi, ekstensi dan lateral rotasi (Appley, 1995)

3.10 Prognosa (Rasjad, 2007)

Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul komplikasi.

26

Page 27: dislokasi bahu

BAB IV

PEMBAHASAN

Dislokasi bahu anterior merupakan kondisi dimana keluarnya caput humeri

dari cavitas artikulare sendi bahu yang dangkal. Dislokasi sendi bahu anterior

biasanya terjadi setelah cedera akut karena lengan dipaksa berabduksi, berotasi

eksterna dan ekstensi sendi bahu.

Anamnesa

Kasus Teori

1. Pasien mengeluhkan nyeri dan

keterbatasan pada lengan kiri

atas.

2. Nyeri lengan kiri atas dirasakan

setelah mengalami kecelakaan

saat mobil tiba-tiba oleng dan

terbalik, lengan kiri atas

membentur sisi kiri mobil.

3. Terdapat keterbatasan gerak

Gejala klinis pada dislokasi bahu

anterior yang biasanya didapatkan

pada anamnesa:

1. Pasien datang dengan suatu

trauma atau terdapat riwayat

trauma.

2. Didapatkan nyeri yang hebat serta

gangguan pergerakan sendi bahu.

3. Daerah yang mengalami dislokasi

27

Page 28: dislokasi bahu

pada lengan kiri atas dan pasien

selalu memegangnya untuk

menopang agar tidak terlalu

nyeri .

akan ditopang dengan lengan

lainnya untuk mengurangi

pergerakan dan nyeri yang

muncul.

Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

Regio Shoulder Sinistra

Look :

Deformitas (-), Eksorotasi (+),

Abduksi (+), edema (+), luka (-)

Feel :

Nyeri Tekan (+), krepitasi (-), a.

Radialis dan Ulnaris (+), capilary

refil < 2’

Move :

Sendi bahu : ekstensi (+)

terbatas, fleksi (+) terbatas,

internal rotasi (+) terbatas,

eksternal rotasi (+) terbatas.

Sendi siku : ekstensi (+) normal,

fleksi (+) normal, supinasi (+)

normal, pronasi (+) normal.

Pada pemeriksaan fisik:

Inspeksi:

Terdapat perubahan posisi

anggota gerak, dimana

terdapat tonjolan pada bagian

depan bahu akibat humerus

yang bergeser ke arah

anterior

Ekspresi wajah terlihat

kesakitan akibat menahan

nyeri

Tidak terdapat luka pada

daerah trauma

Didapatkan lengan dalam

keadaan abduksi – eksorotasi,

tepi bahu tampak menyudut,

nyeri tekan, dan adanya

28

Page 29: dislokasi bahu

gangguan gerak sendi bahu

Palpasi:

Nyeri tekan (+)

Krepitasi (-)

Pergerakan:

Setiap pergerakan akan

menyebabkan nyeri. Penderita

tidak mampu menggerakkan

lengannya dan lengan yang

cedera ditopang oleh tangan

sebelah lain dan ia tidak dapat

menyetuh dadanya.

Ada

keterbatasan/ketidakmampua

n dalam melakukan suatu

gerakan.

Pemeriksaan Penunjang

Kasus Teori

Rontgen Shoulder Sinistra AP

(terdapat dislokasi anterior)

Laboratorium Darah

Leukosit : 11.800 K/µL

Hemoglobin : 11,1 g/dl

Hematokrit : 35,9 %

Trombosit : 120.000 K/µL

BT : 2’

CT : 8’

GDS : 101 mg/dl

HBs Ag : negatif

Pada pemeriksaan penunjang

didapatkan:

Pemeriksaan Radiologis

(membantu dalam hal

penegakkan jenis dan letak

dislokasi) yang umumnya

diambil pada dua sisi proyeksi

yakni AP dan Lateral.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap

29

Page 30: dislokasi bahu

Ab HIV : negatif

Penatalakasanaan

Kasus Teori

IVFD RL 20 tpm

Drip tramadol 1 ampul

Konsul PPDS OT, advice :

1. MRS

2. Pasang spalk dan

perban elastis

3. Direncanakan reposisi

lengan dengan general

anestesi malam ini jam 22.00

Laporan Operasi :

a. Dilakukan

reposisi secara reduksi tertutup

(manuver Kocher) dengan

menggunakan general anestesi.

b. Dilakukan

balutan perban elastis secara

“Velpeauw Bandage”.

Penanganan pasien dengan

trauma tetap memperhatikan

prinsip ATLS yakni ABC

Penatalaksanaan kasus dislokasi

anterior bahu dapat dilakukan

secara konservatif dan operatif

Pilihan terapi konservatif berupa

reposisi tertutup dengan manuver

Kocher dilanjutkan immobilisasi

dengan verban Velpeau atau collar

cuff selama lebih kurang 3

minggu.

Dilakukan reduksi secara terbuka

apabila reposisi secara tertutup

gagal dilakukan ataupun karena

sebab lain.

30

Page 31: dislokasi bahu

BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien pria Tn. RS dengan usia 25 tahun dengan keluhan

utama nyeri pada lengan kiri atas. Dari hasil pemeriksaan fisik pada regio shoulder

sinistra didapatkan edema, dan adanya nyeri tekan, dan pergerakan ekstensi, fleksi,

internal rotasi, serta eksternal rotasi terbatas. Kemudian dilakukan pemeriksaan

radiologi yang didapatkan adanya dislokasi anterior regio shoulder sinistra. Dari

hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang ditegakkan diagnosa

sebagai dislokasi shouder anterior sinistra dan dilakukan tindakan close reduction.

31

Page 32: dislokasi bahu

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A Graham & Solomon, Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley.

Jakarta : Widya Medika.

2. Brett Owens, MD, study co-author. March, 2010. Studies show high rates of

shoulder dislocation in young men and elderly women an orthopedic surgeon at

the Keller Army Hospital at West Point, New York and Associate Professor at the

Uniformed Services University of Health Sciences

3. Crenshaw. AH:Dislocation in Campbell’s Operative Orthopaedics,8th ed. Vol II

1992.Mosby Year Book, St.Louis Baltimore Boston Chicago London Philadelphia

Sydney Toroto.

4. Eko Ardi P, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu P, Satrio Yudi Er.2011. Dislokasi Pada

Sendi Bahu. Digitasl Library USU.

5. Hardianto Wibowo, dr, Pencegahan dan penatalaksaan cedera olahraga, cetakan

I, EGC, 1995.

6. Nordin, M and Frankel H victor : Basic Biomechanic of the Muskuloskeletal

system. Lea and Febriger Philadelphia, London , tahun 1989 , halaman 225-234.

32

Page 33: dislokasi bahu

7. Rasjad, Chairuddin.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi V.2007. Yarsif

Watampone : Jakarta.

8. Sufitni. Cedera pada Extremitas Superior. Anatomi Fakultas

Kedokteran.2004.Universitas Sumatera Utara.

9. Werner Spalteholz, 2000. Hand atlas of human anatomy, seven edition in

English. JB Lippincott Company

33