Upload
saturasatu
View
497
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
2. LANDASAN TEORI
2.1. Instalasi Listrik
Instalasi listrik adalah suatu sistem atau rangkaian yang diperlukan untuk
menyalurkan daya listrik dimana merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang
paling dekat dengan beban dan bagian ini berada dalam daerah kegiatan
konsumen, sehingga faktor keselamatan (peralatan dan konsumen) perlu
diperhatikan. Sebelum mendesain instalasi listrik, harus diketahui terlebih dahulu
struktur dan fungsi dari bangunan tersebut.
Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam instalasi listrik adalah :
a. Fleksibel
Desain distribusi dan instalasi listrik harus dapat dengan mudah ditambah atau
dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Peralatan listrik harus dapat dipasang dan
dilepas dengan mudah bila akan diganti atau bila terjadi kerusakan dapat
dilakukan perbaikan dengan aman.
b. Accessible
Desain distribusi dan instalasi listrik harus diperhitungkan kemudahan
melepas atau menambah komponen listriknya.
c. Reliable
Perlu diperhitungkan kehandalan dan kontinuitas dari sistem untuk mensuplai
beban, dengan tingkat keamanan yang baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi instalasi listrik pada sebuah
gedung yaitu:
Besarnya tegangan.
Besarnya daya yang dibutuhkan.
Besarnya gedung.
Letak beban dan besarnya beban.
Jumlah sumber daya yang tersedia.
Biaya yang digunakan untuk pembuatan dan pemeliharaan.
5 Universitas Kristen Petra
6
Secara garis besar instalasi listrik terbagi atas instalasi penerangan listrik
dan instalasi daya listrik. Yang termasuk instalasi penerangan listrik yaitu semua
instalasi yang dipakai untuk memberikan daya listrik pada lampu atau peralatan
penerangan lainnya. Instalasi penerangan terdiri dari instalasi dalam gedung dan
instalasi luar gedung.
Sedangkan instalasi daya listrik adalah suatu jaringan atau rangkaian
yang menyalurkan daya listrik dari sumber ke beban. Bagian-bagian dari instalasi
daya listrik yaitu :
Penyediaan tenaga listrik
Sistem pembagian
Saluran daya
Pengaman
Grounding/Pentanahan
Pemasangan instalasi listrik, baik untuk perumahan maupun gedung-
gedung bertingkat harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ada, seperti
Persyaratan Umum Instalasi Lisrtrik (PUIL). Hal ini bertujuan terhadap :
Keamanan manusia dan barang
Penyediaan tenaga listirk yang aman dan efisien.
2.2. Distribusi Daya Listrik
Distribusi daya listrik adalah penyaluran daya listrik dari sumber listrik
ke pusat beban. Dalam distribusi daya listrik ada beberapa persyaratan penting
yang harus diperhatikan yaitu:
1. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.
2. Setiap peralatan listrik khususnya yang berfungsi sebagaai beban dirancang
memiliki rating tegangan, frekuensi dan daya nominal.
3. Pada pengoperasian peralatan listrik perlu dijamin keamanan bagi peralatan itu
sendiri, bagi manusia penggunanya, dan bagi lingkungan.
Dalam upaya memenuhi ketiga hal tersebut, maka untuk sistem
distribusi daya listrik diperlukan beberapa kriteria, yaitu:
1. Saluran daya listrik yang efektif, ekonomis, dan efisien.
Universitas Kristen Petra
7
2. tersedianya daya listrik dengan kapasitas yang cukup,tegangan dan frekuensi
yang stabil pada nilai nominal tertentu.
3. Sistem pengaman listrik yang baik.
Ada beberapa jenis sistem distribusi daya listrik, antara lain:
1. Sistem Distribusi Radial
Sistem distribusi Radial merupakan salah satu sistem distribusi yang
paling sederhana. Dimana pada umumnya digunakan untuk menyalurkan daya
listrik dengan konsentrasi daya beban yang relatif kecil. Pada sistem tersebut
memiliki satu sumber energi listrik yang berfungsi untuk menyuplai seluruh
kebutuhan listrik, seluruh beban yang ada tanpa didukung oleh sumber
pembangkit yang lain (Electrical Distribution Engineering 20).
Gambar 2.1. Sistem Distribusi Radial
Sumber: Anthony, J. Pansini. Electrical Distribution Engineering. Singapore: MCGraw-Hill Company, 1983, p. 20
2. Sistem Distribusi Ring
Sistem distribusi Ring memiliki kehandalan sistem yang cukup
terjamin. Ssitem ini digunakan untuk menyalurkan energi listrik dengan
konsentrasi beban relatif besar. Dengan menggunakan sistem distribusi Ring,
maka kontiunitas penyaluran energi listrik ke beban cukup baik. Pada sistem
distribusi Ring sering digunakan dua pembangkit energi listrik untuk
Universitas Kristen Petra
8
menyuplai beban. Energi listrik yang digunakan tidak hanya disuplai dari satu
pembangkit saja melainkan pembangkit tersebut dapat digantikan fungsinya
oleh pembangkit lain (Electrical Distribution Engineering 21).
Gambar 2.2. Sistem Distribusi Ring
Sumber: Anthony, J. Pansini. Electrical Distribution Engineering. Singapore: MCGraw-Hill Company, 1983, p. 20
3. Sistem Distribusi Mesh atau Network
Sistem distribusi Mesh atau Network adalah sitem distribusi yang
memiliki kehandalan sempurna dalam penyaluran energi listrik. Sistem untuk
suatu jaringan instalasi yang tidak boleh padam. Biasanya sistem distribusi
tersebut digunakan pada areal bangunan pemerintahan yang sangat vital
sehingga diperlukan kontiunitas aliran energi listrik 24 jam penuh.
Pada sistem ini, digunakan banyak pembangkit cadangan selain
pembangkit utama dan dapat menyuplai seluruh beban yang ada. Tiap
pembangkit dapat di interkoneksi satu sama lain sehingga dua pembangkit
atau lebih tidak akan menyuplai sebuah beban secara bersamaan (Electrical
Distribution Engineering 23).
Universitas Kristen Petra
9
Gambar 2.3. Sistem Distribusi Mesh atau Network
Sumber: Anthony, J. Pansini. Electrical Distribution Engineering. Singapore: MCGraw-Hill Company, 1983, p. 20
2.3. Struktur Diskriminasi Tenaga Listrik
Dalam perencanaan instalasi tenaga listrik perlu juga diperhatikan
struktur diskriminasi tenaga listrik. Diskriminasi merupakan koordinasi antara
karakteristik operasi pemutus sirkit-pemutus sirkit yang dipasang secara seri
sehingga bila terjadi gangguan di sisi bawah hanya pemutus sirkit yang terpasang
persis diatas gangguan yang terjadi akan trip (Panduan Aplikasi Teknis 24).
Diskriminasi diperlukan karena masing-masing level instalasi distribusi tenaga
listrik membutuhkan tingkat keselamatan, keamanan dan ketersediaan yang
khusus dan juga merupakan factor kunci untuk kontinuitas suplai. Pembagian
struktur diskriminasi tenaga listrik untuk masing-masing level dapat dilihat seperti
pada gambar berikut :
Universitas Kristen Petra
10
Gambar 2.4. Sistem Disktiminasi Tenaga Listrik
Sumber: Panduan Aplikasi Teknis. Jakarta: Schneider Electric, 2002, p. 6
Diskriminasi dapat berupa diskriminasi parsial atau diskriminasi total.
Hal ini dapat terjadi karena pada diskriminasi mengenal adanya nilai arus yang
Universitas Kristen Petra
11
dikenal dengan limit diskriminasi (Is). Untuk lebih memahaminya maka dapat
dijelaskan melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 2.5. Contoh Diskriminasi
Sumber: Panduan Aplikasi Teknis. Jakarta: Schneider Electric, 2002, p. 24
Bila arus gangguan (Isc) terjadi pada titik D2 dipasang, maka hanya D2
yang akan trip bila Isc tidak melebihi Is. Ini dinamakan diskriminasi total. Bila Isc
melebihi Is maka D2 dan D1 akan trip. Ini dinamakan diskriminasi parsial
(Panduan Aplikasi teknis 24).
2.4. Tegangan
Secara ideal tegangan yang ada harus konstan supaya tidak merusak
peralatan yang terhubung dengan sumber listrik. Tetapi pada kenyataannya
tegangan tidak selalu konstan, dimana suatu saat tegangan naik dan suatu saat
tegangan turun.
Toleransi tegangan yang diizinkan naik atau turun pada suatu bangunan
berdasarkan IEEE Std 446 ” Recommended Practice for Emergency and Stanby
Power System for industrial and Commercial Applications” (61) adalah −13 %
sampai +6 %.
Secara nominal, toleransi tegangan yang diijinkan pada emergency dan standby
power adalah 330.6 V ≤ Vn ≤ 402.8 V.
Nilai ini diperoleh dari:
Universitas Kristen Petra
12
Tegangan fasa-fasa (Vn) = 380 V
Maka:
Batas turun tegangan = Vn - (Vn x 13 %)
= 380 - (380 x 13 %)
= 330.6 V
Batas naik tegangan = Vn + (Vn x 6 %)
= 380 + (380 x 6 %)
= 402.8 V
Jadi toleransi tegangan yang diizinkan pada emergency and standby power adalah
330.6 V ≤ Vn ≤ 402.8 V.
Sedangkan toleransi tegangan yang diizinkan naik atau turun yang bukan
emergency and standby power berdasarkan IEEE Std 241 ” Recommnede Pactice
for electric Power System in Commercial Buildings” (80) adalah −10 % sampai
+10 %. Sehingga toleransi tegangan yang diizinkan adalah 342 V ≤ Vn ≤ 418 V.
2.5. Sistem Pentanahan (Grounding)
Dalam suatu bangunan, sistem pentanahan sangat perlu diperhatikan
karena pentanahan yang salah dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan-
peralatan dan dapat berakibat fatal bagi siapa saja yang berada di peralatan
tersebut.
Besar arus grounding yang diizinkan untuk mengamankan manusia dari
kontak tidak langsung dan untuk mengamankan peralatan adalah maksimum 300
mA.
Grounding dimaksudkan untuk :
• Mengurangi beda tegangan.
• Mengalirkan langsung arus yang timbul sehingga diharapkan pengaman yang
digunakan dapat langsung putus dalam waktu yang singkat.
Tahanan pentanahan harus ≤ 5 Ω (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1977
52) .
Macam-macam elektroda tanah antara lain (Badan Standarisasi Nasional, 2000
80):
Universitas Kristen Petra
13
1. Elektrode pita, ialah elektrode yang dibuat dari penghantar berbentuk pita atau
berpenampang bulat, atau penghantar pilin yang pada umumnya ditanam
secara dangkal. Elektrode ini dapat ditanam sebagai pita lurus, radial,
melingkar, jala-jala atau kombinasi dari bentuk tersebut.
Gambar 2.6. Cara Pemasangan Elektroda Pita
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 80
2. Elektrode batang, ialah elektrode dari pipa besi, baja profil, atau batang logam
lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah.
3. Elektrode plat, ialah elektrode dari bahan logam utuh atau berlubang. Pada
umumnya elektrode plat ditanam secara dalam.
4. Elektrode lainnya yaitu jaringan pipa air minum dari logam dan selubung
logam kabel yang tidak diisolasi yang langsung ditanam dalam tanah, besi
tulang beton atau konstruksi baja bawah tanah lainnya.
Pemilihan luas penampang dari kawat pentanahan dapat didasarkan dari
tabel di bawah. Jika penerapan tabel menghasilkan ukuran yang tidak standar,
maka dipergunakan penghantar yang mempunyai luas penampnag standar
terdekat.
Universitas Kristen Petra
14
Tabel 2.1. Luas Penampang Minimum Penghantar Proteksi
Luas Penampang Penghantar Fasa
Instalasi S (mm2)
Luas Penampang Minimum
Penghantar Proteksi yang Berkaitan
Sp (mm2)
S ≤ 16
16 < S ≤ 32
S > 32
S
16
S/2
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 77
2.5.1. Jenis Pentanahan
Ada beberapa jenis sistem pentanahan (Badan Standarisasi Nasional,
2000 46) antara lain:
2.5.1.1. Sistem TN (Sistem Pembumian Netral Pengaman)
Sistem tenaga listrik TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung,
Bagian Konduktif Terbuka (BKT) instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh
penghantar proteksi (Badan Standarisasi Nasional, 2000 46).
Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar netral dan
penghantar proteksi yaitu sebagai berikut (Badan Standarisasi Nasional, 2000 46):
a. Sistem TN-S : Di mana digunakan penghantar proteksi terpisah di seluruh
sistem.
Gambar 2.7. Sistem TN-S
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 46
Universitas Kristen Petra
15
b. Sistem TN-C-S : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal di sebagian sistem.
Gambar 2.8. Sistem TN-C-S
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 47
c. Sistem TN-C : Dimana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal di seluruh sistem.
Gambar 2.9. Sistem TN-C
Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 47
Penjelasan lambang :
Gambar 2.10. Penjelasan Lambang
Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 47
Universitas Kristen Petra
16
2.5.1.2. Sistem TT (Sistem Pembumian Pengaman)
Sistem tenaga listrik TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung.
Bagian Konduktif Terbuka (BKT) instalasi dihubungkan ke elektrode bumi yang
secara listrik terpisah dari elektrode bumi sistem tenaga listrik (Badan Standarisasi
Nasional, 2000 47).
Gambar 2.11. Sistem TT
Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 48
2.5.1.3. Sistem IT (Sistem Penghantar Pengaman)
Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi
dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. Bagian
Konduktif Terbuka (BKT) instalasi listrik dibumikan secara independent atau
secara kolektif atau ke pembumian sistem (Badan Standarisasi Nasional, 2000
48).
Gambar 2.12. Sistem IT
Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 48
Universitas Kristen Petra
17
2.6. Transformator
Zuhal:
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip-prinsip induksi-elektromagnet.
Pada umumnya transformator terdiri dari sebuah inti yang terbuat dari besi
berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua
kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit di
seputar “kaki” inti transformator.
Gambar 2.13. Konstruksi Dasar Transformator
Sumber: Zuhal. Dasar Tenaga Listrik. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1982, p. 5
Dalam bidang tenaga listrik, pemakaian transformator dikelompokkan
menjadi :
1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran, yang terdiri dari transformator arus (CT) dan
transformator tegangan (PT).
2.6.1. Hubungan Lilitan Transformator Tiga Fasa
Pada umumnya dikenal tiga cara untuk menyambung lilitan pada
transformator tiga fasa untuk masing-masing sisi, yaitu :
Universitas Kristen Petra
18
1. Hubungan bintang atau Y
2. Hubungan delta atau D
3. Hubungan zigzag atau Z
Pada bagian ini penulis hanya akan membahas dua jenis hubungan lilitan saja
yang umumnya dijumpai pada transformator tiga fasa.
2.6.1.1. Hubungan Bintang atau Y
Arus pada transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan
secara bintang yaitu, IA, IB, dan IC, masing-masing mempunyai beda fasa sebesar
120o.
Gambar 2.14. Rangkaian Hubungan Bintang
Sumber: Zuhal. Dasar Tenaga Listrik. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1982, p. 22
Untuk beban yang seimbang berlaku hubungan (Zuhal 22):
0=++= CBAN IIII (2.1)
BNANBNANAB VVVVV −=+= (2.2)
CNBNBC VVV −= (2.3)
Dari gambar diatas diketahui bahwa untuk hubungan bintang berlaku:
ANAB VV 3= , atau PL VV 3=
LP II =
Jadi, besarnya daya pada hubungan bintang adalah(Zuhal 22):
LLLL
PP IVIVIVP 33
33 =⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛== (2.4)
Universitas Kristen Petra
19
2.6.1.2. Hubungan Delta atau D
Tegangan pada transformator tiga fasa dengan kumparan yang
dihubungkan secara delta, yaitu VAB, VBC, dan VCA, masing-masing mempunyai
beda fasa sebesar 120o.
Gambar 2.15. Rangkaian Hubungan Delta
Sumber: Zuhal. Dasar Tenaga Listrik. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1982, p. 21.
Untuk beban yang seimbang berlaku hubungan (Zuhal 21):
CAABA III −= (2.5)
ABBCB III −= (2.6)
BCCAC III −= (2.7)
Dari vektor diagram pada gambar di atas diketahui arus IA (arus jala-jala) adalah
3 x (arus fasa). Tegangan jala-jala dalam hubungan delta sama dengan
tegangan fasanya.
ABI
Besarnya daya dalam hubungan delta adalah (Zuhal 21):
LLL
LPP IVIVIVP 33
3 =⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛== (2.8)
2.7. Panel Distribusi
Panel distribusi adalah panel yang dipakai untuk membagi daya listrik
dari sumber daya listrik ke beban. Panel distribusi terdiri dari Main Distribution
Panel (MDP) dan Sub Distribution panel (SDP). Yang membedakan MDP dan
SDP adalah ke mana panel-panel tersebut menyalurkan daya listrik. MDP
Universitas Kristen Petra
20
mendapatkan daya listrik dari PLN atau genset, lalu membagi daya listrik tersebut
ke SDP. Dari SDP baru daya listrik dibagi lagi ke beban.
Pada suatu panel, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Tipe Panel
Berupa panel free standing atau wall mounting.
2.Index Protection (IP)
Indeks Proteksi (IP) adalah tingkat pengamanan suatu panel terhadap sesuatu
yang berasal dari luar panel. Indeks Proteksi ini disesuaikan dengan standar IEC
529. IP yang pada umumnya berlaku pada panel adalah IP 2 digit.
3. Form atau penyekatan
Penyekatan berguna untuk melindungi manusia dari sentuhan langsung dengan
bagian bertegangan dalam panel. Penyekatan ini disesuaikan dengan standar
IEC 439-1. Pemisahan ini dengan menggunakan perintang atau sekat-sekat.
4. Rating arus nominal panel
Merupakan kemampuan hantar arus nominal pada panel.
5. Kapasitas arus hubung singkat
6. Level tegangan operasi
2.8. Komponen-komponen Instalasi Listrik
2.8.1. Circuit Breaker
Breaker merupakan pemutus daya yang terletak di antara sumber dengan
peralatan yang disupply maupun peralatan perantara antara supply dengan beban.
Fungsi utama dari breaker yaitu:
• Isolasi berfungsi untuk memisahkan sistem maupun bagian-bagiannya dari
sumber listrik langsung.
• Kontrol berfungsi untuk membuka maupun menutup suatu sistem selama
dalam keadaaan dioperasikan. Fungsi kontrol ini ditujukan untuk proses
maintenance maupun operasi sistem itu sendiri.
• Proteksi berfungsi sebagai pengaman untuk peralatan listrik, komponen-
komponen sistem misalnya busbar, kabel, dan yang paling penting adalah
pengamanan terhadap manusia. Fungsi proteksi bekerja terhadap kondisi arus
lebih (overcurrent).
Universitas Kristen Petra
21
Circuit breaker dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. ACB (Air Circuit Breaker)
ACB pada umumnya dipakai pada panel distribusi utama (Main
Distribution Panel). ACB yang ada di pasaran memiliki rating arus nominal
sebesar 800 A sampai dengan 6300 A. Jumlah kutub pada ACB yaitu 3 kutub
(3P) dan 4 kutub (4P). Breaking capacity short circuit ACB mulai dari 42 kA
sampai dengan 150 kA tergantung dari kapasitas ACB yang ada.
Gambar 2.16. Air Circuit Breaker (ACB)
2. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)
MCCB merupakan alat pemutus daya yang memiliki karakteristik hampir
sama dengan ACB. Tetapi MCCB memiliki rating arus nominal yang lebih kecil
dari ACB yaitu sebesar 16 A sampai dengan 1250 A.
Gambar 2.17. Moulded Case Cicuit breaker (MCCB)
Universitas Kristen Petra
22
3. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
MCB merupakan circuit breaker yang fungsinya sama dengan ACB dan
MCCB, tetapi rating arus nominalnya lebih rendah dari ACB dan MCCB. Rating
arus nominal MCB yang ada di pasaran sebesar 1 A sampai dengan 125 A. MCB
dipakai untuk pemutusan arus lebih dengan kapasitas pemutusan yang rendah.
Banyak dipakai pada instalasi-instalasi rumah tangga. MCB tersedia yang 1 pole,
2 pole, 3 pole, dan 4 pole.
Gambar 2.18. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
4. Fuse/ Sekring
Fuse/ sekring merupakan circuit breaker untuk kapasitas pemutusan
yang rendah. Pada umumnya dipakai untuk pengaman dan pemutusan overcurrent
komponen-komponen yang kapasitas arusnya rendah sama seperti MCB. Fuse
juga sering dipakai untuk instalasi rumah tangga. Fuse/ sekring terdapat yang 1
pole, 2 pole, 3 pole, dan 4 pole.
Bahan dasar sekring terdiri dari sebatang kawat yang terbuat dari perak
dengan campuran beberapa logam seperti seng, tembaga dan timbal. Kawat ini
akan putus bila dilalui arus yang melebihi ratingnya. Bila putus, maka sekring
harus diganti dengan jenis yang baru.
Gambar 2.19. Fuse Holder dan Fuse / Sekring
Universitas Kristen Petra
23
Untuk memilih kapasitas circuit breaker yang akan dipakai maka telebih
dulu menghitung arus nominalnya dengan rumus:
• Untuk beban satu fasa (C. Sankaran 133):
INominal = ϕCosV
P
NL .−
(2.9)
• Untuk beban tiga fasa (C. Sankaran 133):
INominal = φ...3 CosV
P
LL−
(2.10)
Dimana :
INominal = Arus nominal (Ampere)
VL-N = Tegangan line-netral (Volt)
VL-L = Tegangan line-line (Volt)
P = Daya (Watt)
Cos ϕ = Faktor Daya (0,8-0,9)
2.8.1.1. Arus Hubung Pendek
Dalam pemilihan circuit breaker selain memperhatikan kapasitas arus
nominal beban, juga harus menghitung arus hubung pendek yang dapat terjadi.
Cara menghitung arus hubung pendek (Panduan Aplikasi Teknis 63) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Perhitungan Arus Hubung Pendek dengan Rumus
ISC = kAXR
V
tt223 +
(2.11)
Dimana :
Isc = Arus hubung pendek prospektif pada titik instalasi (kA)
V = Tegangan pengenal antar fasa (V)
Rt = Resistansi total (MΩ)
Xt = Reaktansi total (MΩ)
Penentuan resistansi dan reaktansi pada setiap bagian pada setiap titik
instalasi :
• Jaringan sisi atas (Sisi tegangan menengah) :
Universitas Kristen Petra
24
R1 = Z1 Cos ϕ 10-3
X1 = Z1 Sin ϕ 10-3
Z1 = P
U 2
P = Daya hubung pendek pada jaringan sisi atas dalam MVA
• Transformator :
R2 = 2
-32 10S
VWC ××
X2 = 22
22 R-Z
Z2 = S
VVSC2
0
100×
Dimana: S = Daya semu Transformator (kVA)
WC = Rugi-rugi tembaga (W)
Vsc = Tegangan hubung pendek Transformator (%)
• Kabel :
R3 = ρ SL
X3 = 0,08 L (Kabel tiga fasa)
X3 = 0,12 L (Kabel satu fasa)
(R diabaikan jika S > 240 mm2 dan nilai 0,12 adalah pendekatan)
Dimana:
L = Panjang kabel (m)
ρ = 22,5 (Cu) atau 36 (Al)
S = Luas penampang kabel (mm2)
• Rel :
R3 = ρ SL
X3 = 0,15 L
Dimana:
L = Panjang kabel (m)
ρ = 22,5 (Cu) atau 36 (Al)
S = Luas penampang kabel (mm2)
Universitas Kristen Petra
25
Adapun rumus lain untuk menghitung arus hubung singkat pada
transformator dapat menggunakan rumus:
Isc =LLVZ
S
−..%3 (2.12)
Dimana:
Isc = Arus hubung singkat (kA)
S = Daya transformator (kVA)
%Z = Impedansi pada transformator (%)
VL-L = Tegangan line-line (V)
2. Perhitungan Arus Hubung Pendek Dengan Tabel
Perhitungan arus hubung pendek dengan tabel (terlampir), dengan cara
menentukan arus hubung pendek (Isc) pada sisi bawah, berdasarkan arus hubung
pendek (Isc) pada sisi atasnya (Panduan Aplikasi Teknis 65). Tabel (terlampir),
dapat digunakan menentukan arus hubung pendek secara cepat pada suatu titik
jaringan bila diketahui arus hubung pendek sisi atasnya dan ukuran penampang
dan panjang kabel. Kemudian secara sederhana dipilih pemutus daya dengan
kapasitas pemutusan lebih besar dari arus hubung pendek (Isc) pada sisi
bawahnya.
Contoh cara penggunaan tabel yaitu pada tabel kabel Cu, pada garis yang
bersesuaian dengan penampang kabel 50 mm2, tarik garis menuju harga yang
paling dekat dengan panjang kabel 11 m.
Perpotongan antara kolom yang berisi harga 11 m tadi dengan kolom yang
memuat harga tertinggi yang paling dekat dengan harga arus hubung pendek disisi
atasnya (I e : 30 kA), didapat harga arus hubung pendek yang diinginkan Isc = 19
kA (Panduan Aplikasi Teknis 63).
2.8.2. Busbar
Busbar adalah penghantar arus listrik yang terbuat dari tembaga. Busbar
memiliki fungsi yang sama dengan kabel. Tetapi kapasitas hantar arus busbar
lebih besar daripada kabel. Untuk arus diatas 250 A maka disarankan untuk
memakai busbar. Pemakaian busbar ini untuk mempermudah pemasangan
Universitas Kristen Petra
26
sambungan komponen-komponen lainnya pada panel. Apabila arus 250 ke atas
dan menggunakan kabel maka pemasangannya akan lebih sulit untuk sambungan
ke penghantar lainnya. Hal ini dikarenakan pada busbar pada tiap bagian
penampangnya terdapat lubang-lubang yang dapat dijadikan tempat penghubung
dengan penghantar lainnya.
Berdasarkan standar pada PUIL, maka dalam penggunaan busbar untuk
tiap fasanya diberi warna yang berbeda:
• Warna merah untuk fasa R.
• Warna kuning untuk fasa S.
• Warna hitam untuk fasa T.
• Warna biru untuk fasa N.
Untuk mendapatkan ukuran busbar yang sesuai ditentukan berdasarkan
arus yang mengalir pada busbar tersebut dan harus sesuai dengan standar yang
berlaku pada pabrik pembuatnya, seperti standar Schneider Electric (Info mutu 2)
dimana arus busbarnya adalah 1,2 kali arus nominal. Sehingga untuk keadaan
lebih aman dipakai arus busbar 1,5 kali arus nominalnya.
• Arus listrik nominal yang mengalir dapat dicari dengan menggunakan
rumus (C. Sankaran 133):
INominal = φ.cos..3 LLV
P
−
(2.13)
• Maka arus busbarnya:
Ibusbar=1,5 x Inominal (2.14)
Tabel 2.2. Pembebanan Penghantar Untuk Aluminium Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
Pembebanan kontinu (A) Arus Bolak-balik Ukuran Penampang Berat
Dilapisi lapisan konduktif Jumlah batang Telanjang Jumlah batang mm mm2 kg/m 1 2 3 4 1 2 3 4
12 x 2 24 0,06 100 180 - - 84 142 - - 15 x 2 30 0,08 125 215 - - 100 166 - - 15 x 3 45 0,12 150 265 - - 126 222 - - 20 x 2 40 0,11 165 280 - - 120 220 - - 20 x 3 60 0,16 245 425 - - 159 272 - -
Universitas Kristen Petra
27
Tabel 2.2. Pembebanan Penghantar Untuk Aluminium Penampang Persegi Arus Bolak-Balik (Sambungan)
Pembebanan kontinu (A) Arus Bolak-balik Ukuran Penampang Berat
Dilapisi lapisan konduktif Jumlah batang Telanjang Jumlah batang
mm mm2 kg/m 1 2 3 4 1 2 3 4 20 x 5 100 0,27 325 550 - - 195 350 - - 25 x 3 75 0,20 240 410 - - 190 322 - - 25 x 5 125 0,34 310 535 - - 230 430 - - 30 x 3 90 0,24 280 480 - - 205 3385 - - 30 x 5 150 0,40 360 625 - - 295 526 - - 40 x 3 120 0,32 370 630 - - 280 500 - - 40 x 5 200 0,54 460 800 - - 376 658 - - 40 x 10 400 1,08 670 1200 1650 2250 557 975 1350 1800 50 x 5 250 0,67 560 970 1400 1850 455 786 1120 1500 50 x 10 500 1,35 820 1440 1960 2660 667 1250 1600 2160 60 x 5 300 0,81 670 1160 1600 2120 500 900 1300 1730 60 x 10 600 1,62 960 1680 2280 3040 774 1390 1900 2500 80 x 5 400 1,08 880 1500 2000 2600 680 1170 1650 2230 80 x 10 800 2,16 1250 2140 2860 3800 983 1720 2360 3150 100 x 5 500 1,35 1880 1880 2450 3100 820 1440 2000 2600 100x10 1000 2,70 1520 2550 3400 4300 1990 2050 2800 3700
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 236
Tabel 2.3. Pembebanan Penghantar Untuk Tembaga Penampang Persegi Arus Bolak-Balik
Pembebanan kontinu (A) Arus Bolak-balik Ukuran Penampang Berat
Dilapisi lapisan konduktif Jumlah batang Telanjang Jumlah batang
mm mm2 kg/m 1 2 3 4 1 2 3 4 12 x 2 24 0.23 123 202 - - 100 182 - - 15 x 2 30 0.27 148 240 - - 128 252 - - 15 x 3 45 0.4 187 316 - - 162 282 - - 20 x 2 40 0.36 205 350 - - 185 315 - - 20 x 3 60 0.53 237 394 - - 204 384 - - 20 x 5 100 0.89 325 470 - - 290 495 - - 25 x 3 75 0.67 287 766 - - 245 412 - - 25 x 5 125 1.11 385 670 - - 350 600 - - 30 x 3 90 0.8 350 600 - - 315 540 - - 30 x 5 150 1.34 448 760 - - 379 672 - - 40 x 3 120 1.07 460 780 - - 420 710 - - 40 x 5 200 1.78 576 952 - - 482 836 - -
40 x 10 400 3.56 865 1470 2060 2800 715 1290 1650 2500 50 x 5 250 2.23 703 1140 1750 2310 588 994 1550 2100
Universitas Kristen Petra
28
Tabel 2.3. Pembebanan Penghantar Untuk Tembaga Penampang Persegi Arus Bolak-Balik (Sambungan)
Pembebanan kontinu (A) Arus Bolak-balik Ukuran Penampang Berat
Dilapisi lapisan konduktif Jumlah batang Telanjang Jumlah batang
mm mm2 kg/m 1 2 3 4 1 2 3 4 50 x 10 500 4.46 1050 1720 2450 3330 852 1510 2200 3000 60 x 5 300 2.67 825 1400 1983 2650 750 1300 1800 2400
60 x 10 600 5.34 1230 1960 2800 3800 985 1720 2500 3400 80 x 5 400 3.56 1060 1800 2450 3300 950 1650 2700 2900
80 x 10 800 7.2 1590 2410 3450 4600 1240 2110 3100 4200 100 x 5 500 4.45 1310 2200 2950 3800 1200 2000 2800 3400 100x10 1000 8.9 1940 2850 4000 5400 1490 2480 3600 4800
Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2000, p. 235
2.8.3. Kabel
Kabel merupakan komponen yang selalu ada pada sebuah panel untuk
menyambungkan antara satu komponen dengan komponen yang lainnya. Sangat
penting karena merupakan konduktor yang menghantarkan arus listrik.
Beberapa kriteria yang juga harus diperhatikan dalam pemilihan kabel
untuk instalasi listrik, yaitu :
• Elektrical, yang meliputi ukuran konduktor, kekuatan listrik, tahanan
isolasi, konstanta dielektrik dan factor daya.
• Suhu, menyesuaikan dengan suhu lingkungan dan kondisi saat kelebihan
beban, pengembangan dan tahanan thermal.
• Mekanik, yang meliputi kekerasan dan fleksibilitas, mempertimbangkan
ketahanan terhadap kehancuran dan kelembaban.
• Kimiawi, yang meliputi stabilitas dari bahan terhadap api, ozon, oli,
cahaya matahari dan bahan kimia.
Jenis-jenis bahan isolasi yang digunakan pada kabel adalah:
a. PVC, ciri-cirinya yaitu:
• Keras dan rapuh (perlu dicampur dengan bahan pelunak kira-kira 20 %
hingga 40 %),
Universitas Kristen Petra
29
• Dapat terbakar tetapi apinya akan padam sendiri setelah sumber apinya
disingkirkan,
• Lebih mudah menyerap air.
b. PE, ciri-cirinya yaitu:
• Mudah terbakar dimana nyala api tetap menjalar,
• Tidak mudah menyerap air,
• Umumnya digunakan untuk telekomunikasi karena baik untuk frekuensi
tinggi.
2.8.3.1. Kabel Instalasi
Dalam penerapannya pada perencanaan instalasi listrik, sering kali jenis
kabel instalasi terselubung yang digunakan adalah NYM. NYM memiliki
penghantar tembaga polos berisolasi PVC.
Dalam penggunaan NYM berlaku ketentuan-ketentuan berikut ini
(Badan Standarisasi Nasional, 2000 278) :
• NYM boleh dipasang langsung menempel pada plesteran atau kayu atau
ditanam langsung dalam plesteran, juga diruang lembab atau basah, di tempat
kerja atau gudang dengan bahaya kebakaran atau ledakan.
• NYM juga boleh dipasang langsung pada bagian-bagian lain dari bangunan,
konstruksi, rangka dan sebagainya, asalkan cara pemasangannya tidak
merusak selubung luar kabelnya.
• NYM tidak boleh dipasang di dalam tanah.
Konstruksi NYM dan kemampuan hantar arus NYM tercantum dalam
tabel 2.4, dapat dilihat sebagai berikut :
Universitas Kristen Petra
30
Gambar 2.20. Kabel NYM
Sumber: Low Voltage Power Cable. Jakarta: PT. GT Kabel Indonesia Tbk.
Tabel 2.4. Kemampuan Hantar Arus NYM
LUAS PENAMPANG NOMINAL KABEL
KEMAMPUAN HANTAR ARUS MAKSIMUM
KABEL
KEMAMPUAN HANTAR ARUS NOMINAL MAKSIMUM
PENGAMAN
mm2 A A
1,5 19 20
2,5 25 25
4 34 35
6 44 50
10 61 63
16 82 80 25 108 100
50 167 125
70 207 160
95 249 224 120 291 250
150 334 300
185 380 355
240 450 355
300 520 425
Sumber: Peraturan Umum Instalasi Listrik 1977. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1977, p. 191
2.8.3.2. Kabel Tanah
Dalam perencanaan instalasi listrik ini jenis kabel tanah yang digunakan
adalah NYY. Pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan susunan NYM.
Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya, serta jenis kompon PVC yang
digunakan, berbeda. Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan
Universitas Kristen Petra
31
rendah, tegangan nominalnya 0,6/1 kV, di mana 0,6 kV adalah tegangan nominal
terhadap tanah dan 1 kV adalah tegangan nominal antar penghantar. Uratnya
berjumlah satu sampai dengan lima. Luas penampang penghantarnya dapat
mencapai 240 mm2 atau lebih.
Dalam pemasangan kabel tanah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut (Badan Standarisasi Nasional, 2000 266):
1. Kabel tanah yang dipasang dalam tanah harus dilindungi terhadap
kemungkinan terjadinya gangguan mekanis dan kimiawi.
2. Perlindungan terhadap gangguan mekanis pada umumnya dapat diatasi dengan
cara :
• Minimum 80 cm di bawah permukaan tanah pada jalan yang dilalui
kendaraan.
• Minimum 60 cm di bawah permukaan tanah pada jalan yang tidak dilalui
kendaraan.
• Kabel harus dipasang di dalam pasir atau tanah yang lembut yang bebas
dari bebatuan. Lapisan pasir atau tanah lembut harus sekurang-kurangnya
5 cm di sekelilingi kabel.
Konstruksi NYY dan kemampuan hantar arus NYY tercantum dalam
tabel 2.5, dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.21. Kabel NYY
Sumber: Low Voltage Power Cable. Jakarta: PT. GT Kabel Indonesia Tbk.
Universitas Kristen Petra
32
Tabel 2.5. Kemampuan Hantar Arus NYY
KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL
BERURAT TUNGGAL BERURAT DUA BERURAT 3 DAN 4 LUAS PENAMPANG
NOMINAL DI
TANAH DI
UDARA DI
TANAH DI
UDARA DI
TANAH DI
UDARA
mm2 A A A A A A
1.5 33 26 27 21 24 18 2.5 45 35 36 29 32 25 4 58 46 47 38 41 34 6 74 58 59 48 52 44 10 98 80 78 66 69 60 16 129 105 102 90 89 80 25 169 140 134 120 116 105 35 209 175 160 150 138 130 50 249 215 187 180 165 160 70 312 270 231 230 205 200 95 374 335 280 275 245 245
120 427 390 320 320 280 285 150 481 445 356 375 316 325 185 552 510 409 430 356 370 240 641 620 472 510 414 435 300 730 710 525 590 463 500 400 854 850 605 710 534 600
500 988 1000
Sumber: Peraturan Umum Instalasi Listrik 1977. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1977, p. 192 Selain hal-hal yang disebutkan sebelumnya, untuk memilih kabel juga
harus diperhatikan besarnya arus yang mengalir pada hantaran itu, yang dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
• Untuk beban tiga fasa (C. Sankaran):
INominal = φ..3 CosV
P
LL−
(2.15)
• Untuk beban satu fasa (C. Sankaran):
INominal = ϕCosV
P
NL .−
(2.16)
• Arus kabel :
Ik = INominal x Safety factor (2.17)
Dimana :
INominal = Arus nominal (A)
Universitas Kristen Petra
33
Ik = Arus kabel (A)
P = Daya (W)
V = Tegangan antar fasa (V)
Cos ϕ = Faktor daya (0,8-0,9)
Safety factor = 1,7
Faktor pengaman (Safety factor) ini ditentukan oleh pabrik pembuat kabel.
Untuk menentukan ukuran kabel netral dapat mengikuti standar PUIL
yang ada yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.6. Luas Penampang Netral Penghantar Fasa Penghantar Netral
mm2 Dalam pipa instalasi kabel
berinti banyak, Kabel Tanah
mm2
Pada hantaran udara, instalasi
pasangan luar dan di dalam
bangunan
mm2
1,5 1,5 -
2,5 2,5 -
4 4 4
6 6 6
10 10 10
16 16 16
25 16 16
35 16 25
50 25 50
70 35 50
95 50 50
120 70 70
150 70 70
195 95 95
240 120 120
300 150 150
400 185 185
Sumber: Peraturan Umum Instalasi Listrik 1977. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1977, p. 36
Universitas Kristen Petra
34
2.8.4. Stop Kontak
Stop kontak berguna untuk menghubungkan instalasi listrik dengan alat-
alat listrik yang dapat dipindah-pindahkan.
Beberapa ketentuan dalam memasang stop kontak adalah sebagai berikut
• Stop kontak dinding satu fasa harus dipasang sedemikian rupa sehingga
kontak netralnya berada di sebelah kanan.
• Stop kontak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 m dari atas lantai harus
dilengkapi dengan tutup.
• Stop kontak harus dipasang dengan hantaran pengaman.
• Pada satu stop kontak hanya boleh dihubungkan satu kabel yang dapat
dipindah-pindahkan.
• Kemampuan stop kontak harus sekurang-kurangnya sesuai dengan daya alat
yang dihubungkan padanya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A.
2.8.5. Armatur Dan Lampu
Armatur adalah luminair tanpa lampu. Luminair adalah unit penerangan
lengkap, terdiri atas satu lampu atau lebih dengan bagian yang dirancang untuk
mendistribusikan cahaya, dan menempatkan, melindungi, serta menghubungkan
lampu ke suplai daya.
Lampu adalah salah satu sumber cahaya yang menggunakan energi
listrik untuk pengoperasiannya.
2.8.5.1. Armatur
Armatur-armatur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu
(Harten, Setiawan 29):
• Berdasarkan sifat penerangannya: armatur untuk penerangan langsung,
sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung.
• Berdasarkan konstruksinya: armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air, kedap
letupan debu dan kedap letupan gas.
• Berdasarkan penggunaannya: armatur untuk penerangan dalam, penerangan
luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang ditanam di
dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam.
Universitas Kristen Petra
35
• Berdasarkan bentuknya: armatur balon, pinggan, ‘rok’, gelang, armatur
pancaran lebar dan pancaran terbatas, armatur kandil, palung dan armatur-
armatur jenis lain untuk lampu-lampu bentuk tabung.
• Berdasarkan cara pemasangannya: armatur langit-langit, dinding, gantung,
berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.
Pemakaian armatur yang dibahas disini adalah untuk (Harten, Setiawan
30):
1. Penerangan Langsung
Efesiensi penerangan langsung sangat baik. Cahaya yang dipancarkan
sumber cahaya seluruhnya diarahkan ke bidang yang harus diberi penerangan.
Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan bayang-bayang yang tajam.
Keberatan ini dapat dikurangi dengan menggunakan sumber-sumber cahaya
bentuk tabung (lampu TL).
Armatur-armatur yang digunakan untuk penerangan langsung ialah
armatur pancaran lebar, digunakan untuk penerangan umum dalam bengkel-
bengkel, dan armatur pancaran terbatas, digunakan untuk penerangan setempat,
misalnya diatas mesin-mesin perkakas.
Gambar 2.22. Armatur Palung
Sumber: Harten, P.van, dan Setiawan, E. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta,1981, p. 31
Universitas Kristen Petra
36
Gambar 2.23. Armatur Pancaran Lebar
Sumber: Harten, P.van, dan Setiawan, E. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta,1981, p. 30
Gambar 2.24. Armatur Pancaran Terbatas
Sumber: Harten, P.van, dan Setiawan, E. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta,1981, p. 30
2. Terutama Penerangan Langsung
Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini juga cukup baik.
Dibandingkan dengan penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan
kilauan agak kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan keatas; karena itu kesan
mengenai ukuran ruangannya menjadi lebih baik. Seolah-olah langit-langitnya
lebih tinggi. Digunakan terutama di gedung-gedung ibadat.
Universitas Kristen Petra
37
Gambar 2.25. Armatur Dengan Pelindung Dari Kawat
Sumber: Harten, P.van, dan Setiawan, E. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta,1981, p. 33
3. Penerangan Difus
Efesiensi Penerangan difus lebih rendah dari penerangan langsung dan
terutama penerangan langsung. Sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya
sekarang diarahkan ke dinding dan langit-langit. Pembentukan baying-bayang dan
kilaunya banyak berkurang. Digunakan di ruangan-ruangan sekolah, di ruangan-
ruangan kantor.
Gambar 2.26. Armatur Gantung Pakai Pipa
Sumber: Harten, P.van, dan Setiawan, E. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta,1981, p. 34
4. Terutama Penerangan Tak Langsung
Bayang-bayang dan kilau yang timbul pada system penerangan ini hanya
sedikit. Sebagian besar dari cahaya sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan ke
atas. Karena itu langit-langit dan dinding-dinding ruangan harus diberi warna
Universitas Kristen Petra
38
terang. Penerangan sebagian besar tak langsung ini digunakan di rumah-rumah
sakit dan ruang tamu.
Gambar 2.27. Armatur Untuk Terutama Penerangan Tak Langsung
Sumber: Harten, P.van, dan Setiawan, E. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta,1981, p. 34
2.8.5.2. Lampu
Sumber-sumber cahaya modern dapat dibagi atas dua kelompok utama
berikut ini (Harten, Setiawan 54):
1. Pemancar suhu
Saat ini satu-satunya pemancar suhu listrik yang masih dipergunakan
ialah lampu pijar. Cahaya lampu pijar dibangkitkan dengan mengalirkan arus
listrik dalam suatu kawat halus. Dalam kawat ini energi listrik diubah menjadi
panas dan cahaya.
Gambar 2.28. Lampu Pijar
Sumber: Harten, P.van, dan Setiawan, E. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta,1981, p. 56
Universitas Kristen Petra
39
2. Lampu Tabung Gas
Lampu-lampu tabung gas terdiri dari tabung berbagai bentuk yang diisi
dengan gas dan uap logam. Kalau tabungnya dalam keadaan dingin, logamnya
berada dalam bentuk titik-titik logam atau dalam bentuk padat. Pada masing-
masing ujung tabung terdapat sebuah electrode dengan bentuk tergantung pada
jenis tabung.
Gambar 2.29.Lampu Tabung Gas
Sumber: Harten, P.van, dan Setiawan, E. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta,1981, p. 56
2.9. Penyulang Motor
Peranan penyulang motor adalah untuk kontrol dan proteksi motor-
motor listrik.
Struktur penyulang motor adalah sebagai berikut (Panduan Aplikasi
Teknis 72-3):
• Pemisah, untuk keamanan kerja pada mesin saat instalasi atau perawatan,
perlu isolasi semua sirkit daya dan kontrol motor dari catu daya nya.
• Penyekelaran, untuk memutus dan menghubungkan sirkit saat berbeban dan
dapat digunakan sebagai ‘emergency stop’.
• Proteksi hubung pendek, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, pada motor
itu sendiri, peralatan-peralatan listrik atapun catu dayanya maka motor harus
diproteksi, karena semua motor dapat merupakan sumber masalah elektrikal
dan mekanikal seperti hubung pendek impedans, phasa-phasa dan phasa-
netral/badan motor.
• Kontrol, ntuk menghubungkan / memutuskan catu daya ke motor saat kondisi
normal dan saat terjadi beban lebih (di trip oleh proteksi beban lebih).
• Proteksi beban lebih (relai thermal), untuk mendeteksi kenaikan arus sampai
dengan 10 kali arus nominal karena beban lebih dan memutuskan starter motor
sebelum suhu motor naik dan kabel mencapai level suhu yang dapat merusak
isolasinya.
Universitas Kristen Petra
40
• Soft Starter dan Variabel Speed Drive, untuk pengatur keseimbangan antar
torsi motor dan torsi hambat.
Untuk mencari arus nominal pada motor tiga phasa maupun satu phasa,
yang menjadi patokan penentuan peralatan proteksi dapat menggunakan rumus
dibawah ini :
• Untuk beban satu fasa (The Handbook Of Merlin Gerin B15) :
Ia = V
Pa 1000. (2.18)
• Untuk beban tiga fasa (The Handbook Of Merlin Gerin B15) :
Ia = U
Pa.3
1000. (2.19)
Dimana :
Ia = Arus nominal (Ampere)
V = Tegangan fasa-netral (Volt).
U = Tegangan fasa-fasa (Volt).
Pa = φ.Cos
Pnη
, Permintaan daya nyata beban (kVA).
Pn = Daya keluar beban (kW).
η = Efisiensi (Dianggap 1, kalau tidak ada).
Cos ϕ = Faktor Daya : 0,8≈0.9.
Universitas Kristen Petra
41
Gambar 2.30. Penyulang Motor
Sumber: Panduan Aplikasi Teknis. Jakarta: Schneider Electric, 2002, p. 73
2.9.1. Soft Starter Dan Inverter
Pembahasan mengenai soft stater dan inverter hanya dibatasi pada tujuan
dari kedua alat tersebut dibuat.
1. Soft-Starter
Soft starter bertujuan untuk mendapatkan start dan stop yang terkendali,
sehalus mungkin serta terproteksi dan mencapai kecepatan nominal yang konstan
pada aplikasi dengan torsi awal/start rendah. Soft stater tidak memberi torsi lebih
(Inverter/Soft-Starter 7-21).
Keuntungan dengan menggunakan soft stater antara lain (Inverter/Soft-
Starter 7-21):
• Start dan stop yang terkontrol penuh dan aman untuk peralatan dan instalasi.
Universitas Kristen Petra
42
• Menghasilkan start dan stop yang halus (tanpa hentakan mekasnis/torsi).
• Menghilangkan lonjakan arus dan penurunan tegangan.
• Optimisasi / menghidari pengunaan sumber listrik yang berlebihan (KVA).
• Tidak memerlukan perawatan.
• Fasilitas untuk menghubungkan dengan PLC : tingkat otomasi tinggi.
• Jaminan proteksi elektronik yang handal
2. Inverter
Inverter mampu melakukan semua fungsi soft starter ditambah
kemampuan merubah kecepatan dan memberikan torsi yang besar pada motor
serta fungsi lainnya (Inverter/Soft-Starter 7-21).
Keuntungan menggunakan inverter dalam mengatur kecepatan motor
antara lain (Inverter/Soft-Starter 7-2):
• Torsi lebih besar.
• Presisi kecepatan dan torsi yang tinggi.
• Kontrol total dinamika gerakan beban untuk berbagai aplikasi.
• Menambah fungsi baru (berbagai fungsi regulasi dan otomasi, dll)
kemampuan berhubungan dengan PLC.
• Menghemat energi.
• Menambah kemampuan monitoring.
• Proteksi motor, mesin (beban).
2.10. Kapasitor Untuk Perbaikan Faktor Daya
Sebuah sumber listrik AC mengeluarkan energi listrik dalam bentuk
energi “aktif” dan energi “reaktif”. Energi aktif (dinyatakan dalam kW) adalah
energi yang diperlukan untuk ditransformasikan/diubah ke bentuk energi yang
lain, misalnya : energi mekanik, panas, cahaya dan sebagainya. Sedangkan energi
reaktif (dinyatakan dalam kVAR) diperlukan oleh peralatan yang bekerja dengan
sistem electromagnet, yaitu untuk pembentukan medan magnetnya (Panduan
Aplikasi Teknis 92). Peralatan yang demikian diantaranya : trafo, motor, lampu
pilar dan sebagainya. Kedua energi diatas membentuk daya total yang disebut
dengan daya nyata (dinyatakan dalam kVA). Daya nyata ini merupakan
Universitas Kristen Petra
43
penjumlahan vektor dari daya aktif dan daya reaktif. Hubungan ketiga jenis energi
ini dapat kita gambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.31. Hubungan Energi
Sumber: Panduan Aplikasi Teknis. Jakarta: Schneider Electric, 2002, page 92
• Jika daya nyata (C. Sankaran 133):
S = 3 VI (2.20)
Dimana :
V = Tegangan antar fasa (V)
I = Arus jaringan (A)
• Daya Aktif (kW) (C. Sankaran 133):
P = 3 VI cos ϕ (2.21)
• Daya Reaktif (kVAR) (C. Sankaran 133):
Q = 3 VI sin ϕ (2.22)
• Daya Nyata (kVA) (C. Sankaran 133):
S2 = 22 QP + (2.23)
Faktor daya (cos ϕ) adalah perbandingan antara daya aktif (kW) dengan
daya nyata (kVA). Sebuah instalasi listrik akan semakin optimum, baik dari segi
teknis maupun ekonomis, jika nilai faktor dayanya mendekati / mencapai nilai 1.
Kapasitor yang dipasang dan disusun membentuk sebuah Tumpuk
Kapasitor (Capacitor Bank) merupakan sumber energi reaktif. Maka dikatakanlah
sistem ini sebagai kompensasi energi reakif (Panduan Aplikasi Teknis 93).
Universitas Kristen Petra
44
Pemasangan kapasitor memberikan keuntungan (Panduan Aplikasi
Teknis 93):
• Meningkatkan daya yang tersedia pada trafo.
• Optimasi jaringan:
Optimasi biaya: ukaran kabel diperkecil.
Penurunan turun tegangan.
Penurunan rugi-rugi kerena efek Joules.
Peningakatan kemampuan jaringan dalam menyalurkan daya.
• Optimasi Mengurangi naiknya arus/suhu pada kabel, sehingga mengurangi
rugi-rugi, dan lain-lain.
2.10.1. Aplikasi Kapasitor Untuk Koreksi Faktor Daya
Di Indonesia, PLN membebankan biaya kelebihan pemakaian kVARh
pada pelanggan, jika factor daya rata-rata bulanannya (cos ϕ) kurang dari 0,85
induktif. Hal ini terjadi bila pemakaian kVARh total selama sebulan, lebih besar
dari 0,62 kali pemakaian kWh total (LWBP + LBP).
Untuk memperhitungkan denda ini dapat dipakai rumus dibawah ini (Panduan
Aplikasi Teknis 93):
kVARh yang kena denda = kVARh terpakai + (0,62 x kWh total terpakai)
2.10.2. Menghitung Daya Reaktif yang diperlukan
Penghitungan daya reaktif harus dilakukan dengan cermat. Kelebihan
kompensasi akan menyebabkan jaringan manjadi kapasitif. Hal ini, selain akan
meningkatkan suhu pada jaringan, arus dan tegangannya pun meningkat (Panduan
Aplikasi Teknis 93).
Menghitung daya reaktif dapat dilakukan dengan melihat tabel
kompensasi cos ϕ. Berikut ini contoh yang dapat diperhatikan (Panduan Aplikasi
Teknis 94):
Perkiraan rata-rata faktor daya suatu instalasi : 0,65
Faktor daya akan ditingkatkan menjadi : 0,95
Maka dari table cos ϕ didapat angka: 0,84
Universitas Kristen Petra
45
Untuk menghindari denda PLN suatu instalasi dengan beban 100 kW memerlukan
daya reaktif (Qc) sebesar = 0,84 x 100 kW = 84 kVAR.
Tabel 2.7. Cos ϕ Untuk Kompensasi
Kompensasi Sebelum Sesudah
Cos ϕ 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89 0.9 0.91 0.92 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99 1 0.5 1.11 1.14 1.17 1.19 1.22 1.25 1.28 1.31 1.34 1.37 1.4 1.44 1.48 1.53 1.59 1.73
0.51 1.07 1.09 1.12 1.15 1.17 1.2 1.23 1.26 1.29 1.32 1.36 1.39 1.44 1.48 1.54 1.69 0.52 1.02 1.05 1.05 1.1 1.13 1.16 1.19 1.22 1.25 1.28 1.31 1.35 1.39 1.44 1.5 1.64 0.53 0.98 1.01 1.08 1.06 1.09 1.12 1.14 1.17 1.2 1.24 1.27 1.31 1.35 1.4 1.46 1.6 0.54 0.94 0.97 1 1.02 1.05 1.07 1.1 1.3 1.16 1.2 1.23 1.27 1.31 1.36 1.42 1.56 0.55 0.9 0.93 0.99 0.98 1.01 1.03 1.06 1.09 1.12 1.16 1.19 1.23 1.27 1.32 1.38 1.52 0.56 0.86 0.89 0.95 0.94 0.97 1 1.02 1.05 1.08 1.12 1.15 1.19 1.23 1.28 1.34 1.48 0.57 0.82 0.85 0.91 0.9 0.93 0.96 0.99 1.02 1.05 1.08 1.11 1.15 1.19 1.24 1.3 1.44 0.58 0.78 0.81 0.87 0.86 0.89 0.92 0.95 0.98 1.01 1.04 1.08 1.11 1.15 1.2 1.26 1.4 0.59 0.75 0.78 0.84 0.83 0.86 0.88 0.91 0.94 0.97 1.01 1.04 1.08 1.12 1.17 1.23 1.37 0.6 0.71 0.74 0.8 0.79 0.82 0.85 0.88 0.91 0.94 0.97 1 1.04 1.08 1.13 1.19 1.33
0.61 0.68 0.71 0.77 0.76 0.79 0.81 0.84 0.87 0.9 0.94 0.97 1.01 1.05 1.1 1.16 1.3 0.62 0.65 0.67 0.73 0.73 0.75 0.78 0.81 0.84 0.87 0.9 0.94 0.97 1.1 1.06 1.12 1.27 0.63 0.61 0.64 0.7 0.69 0.72 0.75 0.78 0.81 0.84 0.87 0.9 0.94 0.98 1.03 1.09 1.23 0.64 0.58 0.61 0.67 0.66 0.69 0.72 0.74 0.77 0.81 0.84 0.87 0.91 0.95 1 1.06 1.2 0.65 0.55 0.58 0.63 0.63 0.66 0.68 0.71 0.74 0.77 0.81 0.84 0.88 0.92 0.97 1.03 1.17 0.66 0.52 0.54 0.6 0.6 0.63 0.65 0.68 0.71 0.74 0.78 0.81 0.85 0.89 0.94 1 1.14 0.67 0.49 0.51 0.57 0.57 0.6 0.62 0.65 0.68 0.71 0.75 0.78 0.82 0.86 0.9 0.97 1.11 0.68 0.46 0.48 0.54 0.54 0.57 0.59 0.62 0.65 0.68 0.72 0.75 0.79 0.83 0.88 0.94 1.08 0.69 0.43 0.46 0.51 0.51 0.54 0.56 0.59 0.62 0.65 0.69 0.72 0.76 0.8 0.85 0.91 1.05 0.7 0.4 0.43 0.48 0.48 0.51 0.54 0.56 0.59 0.62 0.66 0.69 0.73 0.77 0.82 0.88 1.02
0.71 0.37 0.4 0.43 0.45 0.48 0.51 0.54 0.57 0.6 0.63 0.66 0.7 0.74 0.79 0.85 0.99 0.72 0.34 0.37 0.4 0.42 0.45 0.48 0.51 0.54 0.57 0.6 0.64 0.67 0.71 0.76 0.82 0.96 0.73 0.32 0.34 0.37 0.4 0.42 0.45 0.48 0.51 0.54 0.57 0.61 0.64 0.69 0.73 0.79 0.94 0.74 0.29 0.32 0.34 0.37 0.4 0.42 0.45 0.48 0.51 0.55 0.58 0.62 0.66 0.71 0.77 0.91 0.75 0.26 0.29 0.32 0.34 0.37 0.4 0.43 0.46 0.49 0.52 0.55 0.59 0.63 0.68 0.74 0.88 0.76 0.24 0.26 0.29 0.32 0.34 0.37 0.4 0.43 0.46 0.49 0.53 0.56 0.6 0.65 0.71 0.86 0.77 0.21 0.24 0.26 0.29 0.32 0.34 0.37 0.4 0.43 0.47 0.5 0.54 0.58 0.63 0.69 0.83 0.78 0.18 0.21 0.24 0.26 0.29 0.32 0.35 0.38 0.41 0.44 0.47 0.51 0.55 0.6 0.66 0.8 0.79 0.16 0.18 0.21 0.24 0.26 0.29 0.32 0.35 0.38 0.41 0.45 0.48 0.53 0.57 0.63 0.78 0.8 0.13 0.16 0.18 0.21 0.24 0.27 0.29 0.32 0.35 0.39 0.42 0.46 0.5 0.55 0.61 0.75
0.81 0.1 0.13 0.16 0.18 0.21 0.24 0.27 0.3 0.33 0.36 0.4 0.43 0.47 0.52 0.58 0.72 0.82 0.08 0.1 0.13 0.16 0.19 0.21 0.24 0.27 0.3 0.34 0.37 0.41 0.45 0.49 0.56 0.7 0.83 0.05 0.08 0.11 0.13 0.16 0.19 0.22 0.25 0.28 0.31 0.34 0.38 0.42 0.47 0.53 0.67 0.84 0.03 0.05 0.08 0.11 0.13 0.16 0.19 0.22 0.25 0.28 0.32 0.35 0.4 0.44 0.5 0.65 0.85 0 0.03 0.05 0.08 0.11 0.13 0.16 0.19 0.22 0.26 0.29 0.33 0.37 0.42 0.48 0.62 0.86 0 0.03 0.05 0.08 0.11 0.13 0.17 0.2 0.23 0.26 0.3 0.34 0.39 0.45 0.59 0.87 0 0.03 0.05 0.08 0.11 0.13 0.17 0.2 0.24 0.28 0.32 0.36 0.42 0.57 0.88 0 0.03 0.05 0.08 0.11 0.13 0.18 0.21 0.25 0.29 0.34 0.4 0.54 0.89 0 0.03 0.06 0.09 0.12 0.15 0.18 0.22 0.26 0.31 0.37 0.51 0.9 0 0.03 0.06 0.09 0.12 0.16 0.19 0.23 0.28 0.34 0.48
Sumber: Panduan Aplikasi Teknis. Jakarta: Schneider Electric, 2002, p. 95
Universitas Kristen Petra
46
Di samping dengan cara melihat tabel, adapun cara perhitungan yang
dapat dilakukan (C. Sankaran 139):
Qc= P x (tan ϕ1−tan ϕ2) (2.24)
Dimana:
QC = keperluan daya reaktif (kVAr)
P = daya total beban (kW)
ϕ1 = Sudut power factor awal
ϕ2 = Sudut power factor target
2.10.3. Pemutus Sirkuit untuk Kapasitor
Pemutus sirkit diperlukan sebagai alat proteksi tumpuk kapasitor.
Kapasitas pemutusan dari pemutus sirkit ini harus sama dengan arus hubung
pendek maksimum yang mungkin terjadi pada tumpuk kapasitor.
Untuk mencari arus nominal (In) sebagai syarat penentuan kapasitas
pemutusan pada pemutus sirkit, pada kapasitor digunakan rumus (Panduan
Aplikasi Teknis 107) :
In = ϕsin3 ×× −LLV
Qc (2.25)
Dimana:
In = Arus nominal kapasitor (A)
Qc = Daya kapasitor (kVAr)
VL-L = Tegangan line-line (V)
2.11. Load Growth (Pertumbuhan Beban)
Load Growth adalah pertumbuhan beban atau penambahan beban yang
terjadi pada instalasi suatu bangunan. Di suatu bangunan besar, pada umumnya
instalasinya telah menyediakan breaker cadangan untuk penambahan beban yang
mungkin terjadi. Tempat candangan ini biasanya disebut spare.
Load growth yang terjadi pada jumlah yang besar mengharuskan
penambahan panel. Jika penambahan beban ini pada jumlah yang sangat besar,
memungkinkan terjadinya peningkatan suplai listrik dan penggantian kapasitas
Universitas Kristen Petra
47
transformator menjadi lebih besar sesuai dengan perhitungan dari perencanaan
yang ada.
2.12. Pengukuran Beban Harian
Pengukuran daya listrik yang dipakai setiap hari dilakukan untuk
mengetahui kapasitas pemakaian listrik setiap harinya. Dari pengukuran ini dapat
diketahui seberapa besar daya beban maksimum yang dipakai dari total daya
beban yang ada. Pemakaian listrik pada suatu bangunan pada umumnya sebesar
80 % dari total daya beban yang terpasang, bisa lebih besar ataupun lebih kecil
dari 80 %.
Universitas Kristen Petra