Upload
others
View
9
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
Edisi Mei 2019
iii
DAFTAR ISI
DELAPAN AKSI INTEGRASI INTERVENSI PENURUNAN STUNTING
AKSI INTEGRASI 1 ANALISIS SITUASI PROGRAM PENURUNAN STUNTING
Tahap Pertama: Merancang Tujuan Pelaksanaan Analisis Situasi
Tahapan Kedua: Reviu Hasil Analisis Sebelumnya Yang Relevan
Tahapan Ketiga: Pelaksanaan Analisis Situasi
AKSI INTEGRASI 2 PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
Tahap Pertama: Penyusunan Rancangan Rencana Kegiatan
Tahap Kedua: Konsultasi Rancangan Rencana Kegiatan dengan DPRD
Tahap Ketiga: Ekspose Rancangan Rencana Kegiatan pada Rembuk Stunting
Kabupaten/Kota
Tahap Keempat: Finalisasi Rancangan Rencana Kegiatan
Tahap Kelima: Integrasi Rencana Kegiatan kedalam Dokumen Rencana dan
Anggaran Tahunan Daerah
AKSI INTEGRASI 3 REMBUK STUNTING KABUPATEN/KOTA
Tahap Pertama: Merancang Agenda Pelaksanaan Rembuk Stunting
Tahap Kedua: Menyiapkan dokumen pendukung
Tahap Ketiga: Sosialisasi dan Diseminasi Komitmen Aksi Integrasi Penurunan
Stunting
AKSI INTEGRASI 4 PERATURAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG KEWENANGAN
DESA
Tahap Pertama: Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota
Tahap Kedua: Pembahasan Rancangan Peraturan Bupati/ Walikota
Tahap Ketiga: Menetapkan dan Mensosialisasikan Peraturan Bupati/
Walikota
iii
1
6
6
7
29
32
37
37
37
37
41
45
46
47
49
53
54
35
ii
AKSI INTEGRASI 5 PEMBINAAN KADER PEMBANGUNAN MANUSIA
Tahap Pertama: Memahami Tugas dan Peran KPM
Tahap Kedua: Mengidentifikasi Ketersediaan Sumber Daya dan Operasional Pembiayaan
KPM
Tahap Ketiga: Mengembangkan Dukungan Sistem untuk Mengoptimalkan Kinerja
KPM
Tahap Keempat: Mensinergikan Kinerja KPM dengan Program OPD
AKSI INTEGRASI 6 SISTEM MANAJEMEN DATA STUNTING
Tahap Pertama: Identifikasi Kebutuhan dan Kesenjangan Data
Tahap Kedua: Penilaian Sistem Manajemen Data Saat ini
Tahap Ketiga: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Perbaikan Sistem Manajemen
Data
Tahap Keempat: Reviu terhadap Perbaikan dan Pemanfaatan Sistem Data
AKSI INTEGRASI 7 PENGUKURAN DAN PUBLIKASI STUNTING
Tahap Pertama: Mempersiapkan Rencana Jadwal Pengukuran
Tahap Kedua: Pelaksanaan Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan
Tahap Ketiga: Pengelolaan Penyimpanan Data Pengukuran Pertumbuhan dan
Perkembangan
Tahap Keempat: Pemanfaatan Hasil Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan
Tahap Kelima: Diseminasi dan Publikasi Hasil Pengukuran Pertumbuhan dan
Perkembangan
AKSI INTEGRASI 8 REVIU KINERJA TAHUNAN
Tahap Pertama: Identifikasi Sumber Data dan Pengumpulan Data Kinerja Program/
Kegiatan
Tahap Kedua: Pelaksanaan Reviu Kinerja Tahunan Penurunan Stunting Terintegrasi
Tahap Ketiga: Menyusun Dokumen Hasil Review Kinerja Tahunan
57
60
61
62
64
67
71
75
80
82
85
88
92
92
93
93
97
101
102
106
iii
DELAPAN AKSI INTEGRASI INTERVENSI PENURUNAN STUNTING
Aksi #1 Identifikasi sebaran stunting, ketersediaan program, dan kendala dalam pelaksanaan integrasi intervensi gizi
Aksi #2 Menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi
Aksi #4 Memberikan kepastian hukum bagi desa untuk menjalankan peran dan kewenangan desa dalam intervensi gizi terintegrasiAksi #5 Memastikan tersedianya
dan berfungsinya kader yang membantu Pemerintah Desa dalam pelaksaaan intervensi gizi terintegrasi di tingkat desa
Aksi #6 Meningkatkan sistem pengelolaan data stunting dan cakupan intervensi di tingkat Kabupaten/Kota
Aksi #7 Melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan publikasi angka stunting Kabupaten/Kota
Aksi #3 Menyelenggarakan Rembuk Stunting tingkat Kabupaten/Kota
Aksi #8 Melakukan reviu kinerja pelaksanaan program dan kegiatan terkait penurunan stunting selama satu tahun terakhir
Aksi integrasi adalah instrumen dalam bentuk kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi dalam pencegahan dan penurunan stunting. Pelaksanaan intervensi gizi penurunan stunting terintegrasi membutuhkan perubahan pendekatan pelaksanaan program dan perilaku lintas sektor agar program dan kegiatan intervensi gizi dapat digunakan oleh keluarga sasaran sasaran rumah tangga 1.000 HPK.
ii
1Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
AKSI 1 ANALISIS SITUASI PROGRAM PENURUNAN STUNTING
2 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
3Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
ANALISIS SITUASI PROGRAM PENURUNAN STUNTING
AKSI INTEGRASI 1:
1.1. Definisi
Analisis situasi program pencegahan dan penurunan stunting adalah proses untuk mengidentifikasi sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten/kota, situasi ketersediaan program, dan praktik manajemen layanan. Analisis situasi dilakukan untuk memahami permasalahan dalam integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif pada sasaran rumah tangga 1.000 HPK. Hasil analisis situasi merupakan dasar perumusan rekomendasi kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan integrasi intervensi gizi bagi rumah tangga 1.000 HPK. Analisis ketersediaan program dan manajemen layanan dilakukan untuk mengidentifikasi program/kegiatan pokok seperti kesehatan ibu dan anak (KIA), program perbaikan gizi masyarakat, program air minum dan sanitasi, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan perlindungan sosial yang pendanaannya dapat bersumber dari APBN, APBD Prov, APBD Kab/Kota termasuk DAK, dan Dana Desa.
1.2. Tujuan Tujuan analisis situasi adalah untuk membantu pemerintah kabupaten/kota dalam menentukan program/kegiatan yang diprioritaskan alokasinya dan menentukan upaya perbaikan manajemen layanan untuk meningkatkan akses rumah tangga 1.000 HPK terhadap intervensi gizi spesifik maupun sensitif. Analisis situasi diharapkan dapat memberikan informasi untuk membuat keputusan strategis dalam hal: a. Memprioritaskan alokasi sumber daya yang dikelola kabupaten/kota bagi
peningkatan cakupan layanan intervensi gizi terintegrasi.
4 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
b. Memprioritaskan upaya perbaikan manajemen layanan dan peningkatan akses rumah tangga 1.000 HPK terhadap intervensi gizi terintegrasi.
c. Meningkatkan efektivitas sistem manajemen data dalam membuat usulan keputusan alokasi program dan lokasi fokus.
d. Menentukan kegiatan pemberdayaan pemerintah kecamatan dan desa dalam meningkatkan integrasi layanan di tingkat desa.
1.3. Output
Output analisis situasi meliputi:a. Rekomendasi kebutuhan program/kegiatan yang masih perlu ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. b. Rekomendasi tindakan perbaikan layanan yang perlu diprioritaskan untuk memastikan akses rumah
tangga 1.000 HPK.c. Rekomendasi kebutuhan penguatan koordinasi, baik koordinasi antar OPD dalam ¬ sinkronisasi
program/kegiatan maupun koordinasi antara kabupaten/kota dan desa dengan dukungan Kecamatan.
1.4. RuangLingkup
a. Analisis sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten/kota.b. Analisis ketersediaan program/kegiatan intervensi gizi spesifik dan sensitif di wilayah kabupaten/kota.c. Analisis permasalahan dalam menentukan target layanan kepada Rumah Tangga 1.000 HPK.d. Analisis tantangan akses rumah tangga 1.000 HPK dalam memanfaatkan layanan. e. Analisis kondisi koordinasi antar institusi dalam meningkatkan integrasi intervensi bagi rumah tangga
1.000 HPK.
1.5. PenanggungJawab
Penanggung jawab pelaksanaan analisis situasi adalah Bappeda. Dalam pelaksanaannya, Bappeda membentuk tim yang melibatkan OPD-OPD yang bertanggung jawab dalam kegiatan intervensi gizi spesifik dan sensitif. Bagi kabupaten/kota yang telah memiliki Tim Teknis RAD-PG dapat memanfaatkan tim tersebut sebagai pelaksana analisis situasi. Dalam melaksanakan analisis situasi, tim juga dapat melibatkan pemangku kepentingan lain sesuai kebutuhan.
Pemangku kepentingan lain yang terkait adalah individu atau institusi di luar OPD untuk mendukung/memperkuat proses analisis situasi, seperti pakar/praktisi di bidang gizi, tokoh agama, tokoh budaya, organisasi masyakat madani, dan pihak swasta.
5Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
1.6. JadwaldanTahapanPelaksanaan
Idealnya analisis situasi dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari tahun berjalan, sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk proses perencanaan dan penganggaran tahunan daerah tahun berjalan dan/atau satu tahun mendatang.
Tahapan PelaksanaanTahapan pelaksanaan Analisis Situasi terdiri dari:Tahap 1: Merancang Tujuan Pelaksanaan Analisis SituasiTahap 2: Reviu Hasil Analisis Sebelumnya yang RelevanTahap 3: Pelaksanaan Analisis Situasi
Gambar1.1TahapanAnalisisSituasi
1. Analisis sebaran prevalensi stunting
dalam wilayah kabupaten/kota
Pertanyaan Kunci: bagaimana pola sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten/kota?
Keputusan 1:1. jumlah analisis situasi2. lokasi-lokasi fokus penurunan
stunting
2. Analisis ketersediaan program &
kesenjangan cakupan layanan
Pertanyaan Kunci: bagaimana ketersediaan program & kesenjangan cakupan pada setiap intervensi gizi prioritas
Keputusan 2:1. program alokasi nya perlu
diprioritaskan2. Jenis sumber daya yang diperlukan3. Realokasi ata menambah alokasi
program
3. Analisis situasi penyampaian
layanan pada rumah tangga 1.000 HPK
Pertanyaan Kunci: apa yang menjadi kendala penyedia layanan dalam penetapan Rumah Tangga 1.000 HPK sebagai target penerima manfaat
Keputusan 3: upaya perbaikan manajemen untuk memastikan Rumah Tangga 1.000 HPK menjadi target penerima manfaat layanan
Keputusan 4: koordinasi yang diperlukan untuk meningkatkan konvergensi intervensi gizi prioritas bagi rumah tangga 1.000 HPK
6 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
MerancangTujuanPelaksanaanAnalisisSituasi
Bappeda membuat rancangan tujuan Analisis Situasi sesuai kebutuhan pada tahun pelaksanaan. Pada tahun pertama, tujuan Analisis Situasi lebih ditekankan untuk memberikan data dasar (baseline) permasalahan integrasi intervensi program pencegahan dan penurunan stunting kabupaten/kota. Pada tahun kedua dan selanjutnya, Analisis Situasi bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya perbaikan situasi pelaksanaan program pencegahan dan penurunan stunting sebagai dasar perumusan rekomendasi perencanaan tindakan perbaikan.
Tujuan Pelaksanaan Analisis Situasi sekurang-kurangnya meliputi:a. Mengidentifikasi pola sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten/kotab. Memahami situasi ketersediaan program/kegiatan dan cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitifc. Memahami praktik manajemen layanan intervensi gizispesifik dan sensitif d. Mengidentifikasi permasalahan pelaksanaan integrasi intervensi gizi pada sasaran prioritas rumah
tangga 1.000 HPKe. Merumuskan rekomendasi untuk:
1) Memprioritaskan alokasi sumber daya untuk peningkatan cakupan dan kualitas layanan intervensi gizi.
2) Memperbaiki manajemen layanan untuk peningkatan akses rumah tangga 1.000 HPK terhadap intervensi gizi spesifik dan sensitif.
3) Meningkatkan efektivitas sistem manajemen data untuk menunjang keputusan alokasi program dan lokasi fokus.
4) Menentukan kegiatan untuk pemberdayaan kecamatan dan desa dalam meningkatkan integrasi layanan di tingkat desa.
TahapanKedua: Reviu Hasil Analisis Sebelumnya Yang RelevanReviuHasilAnalisisSebelumnyayangRelevan
Bappeda sebagai penanggung jawab pelaksanaan Analisis Situasi diharapkan dapat mengidentifikasi hasil-hasil kajian/studi dan laporan-laporan yang dinilai relevan sebagai masukan dalam pelaksanaan analisis situasi. Hasil kajian atau laporan tersebut dapat berasal dari OPD atau institusi lain seperi perguruan tinggi, organisasi masyarakat sipil, maupun lembaga donor/mitra pembangunan internasional.
Hasil kajian/studi dan laporan yang relevan dimanfaatkan untuk memberikan informasi mengenai: a. Prevalensi (kasus dan jumlah) sebaran stuntingb. Rekomendasi program yang diperlukan untuk pencegahan/penurunan stunting, sumber pembiayaan,
dan lokasi fokus
Contoh hasil kajian atau laporan yang relevan: • Analisis situasi ketahanan pangan daerah• Analisis situasi kesehatan ibu and anak • Analisis penyebab ketertinggalan desa • Analisis permasalahan akses air minum dan
sanitasi• Penilaian risiko kesehatan karena lingkungan
TahapPertama: Penyusunan Rencana Analisis Situasi
7Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
c. Permasalahan dalam penyelenggaraan layanan terkait intervensi gizi spesifik dan sensitif serta rekomendasi tindakan untuk perbaikan manajemen layanan
d. Strategi komunikasi perubahan perilaku bagi rumah tangga 1.000 HPKe. Kebijakan/dukungan regulasi yang diperlukan
Jika tidak ada hasil-hasil analisis yang relevan, Bappeda melanjutkan ke persiapan Analisis Situasi.
TahapanKetiga: Pelaksanaan Analisis Situasi
1. Pertemuan Awal Analisis SituasiDalam pelaksanaan analisis situasi, Bappeda memfasilitasi pertemuan awal lintas OPD dan pemangku kepentingan lainnya seperti perguruan tinggi dan organisasi masyarakat sipil untuk menyepakati hal-hal sebagai berikut:a. Tujuan analisis situasib. Jadwal dan rencana kerja untuk penyelesaian analisis situasi sesuai tahapan pada Gambar 1.1c. Pengumpulan data dan informasi termasuk menentukan tingkat kedalaman analisis situasi (contoh:
skala kabupaten, kecamatan, atau desa)d. Proses dan metode analisis situasi yang melibatkan lintas OPD, mulai dari desk study, workshop, dan
pertemuan konsultasi hasil analisis situasi.
Setiap OPD bertanggung jawab untuk menyediakan data/informasi sesuai kebutuhan pada setiap tahapan Analisis Situasi.
Informasi tentang pemetaan program/kegiatan, cakupan, dan prevalensi (jumlah dan kasus) sebaran stunting sangat diperlukan dalam proses analisis situasi dan menentukan lokasi prioritas di masing-masing kabupaten/kota. Pemetaan program/kegiatan dilakukan untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi pelaksanaan kegiatan. Cakupan intervensi baik spesifik dan sensitif perlu dikaji untuk menilai cakupan pelaksanaan program/kegiatan. Sedangkan sebaran prevalensi (kasus dan jumlah) stunting dijadikan pedoman dalam menentukan lokasi-lokasi rawan stuting (Gambar 1.2).
Gambar1.2KeterkaitanDatadalamProsesAnalisisSituasi
Prevalensi Stunting(kasus dan jumlah)
Data Stunting
Cakupan intervensi
Data CakupanHasil Pemantauan
Program/Kegiatan(Jenis dan Lokasi)
PemetaanProgram/Kegiatan
Analisis
1
2
3
Apakah intervensi gizi tersedia di lokasi
prioritas?
Dimana lokasi berisiko/rawan stunting?
Apakah alokasi program/kegiatan disediakan pada lokasi prioritas
untuk mendukung intervensi yang dibutuhkan?
8 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2. Analisis Sebaran Prevalensi Stunting
Tujuan:a. Mengetahui pola sebaran stunting dalam wilayah kabupaten/kota.b. Mengetahui wilayah-wilayah yang perlu menjadi fokus perhatian dalam pencegahan/penurunan
stunting.c. Memutuskan jumlah analisis situasi yang akan dilakukan kabupaten/kota, apakah cukup dilakukan
secara umum pada skala kabupaten/kota atau perlu dilakukan secara khusus pada skala wilayah tertentu (Kecamatan atau Desa).
Data yang dibutuhkan:• Idealnya, data yang digunakan adalah data jumlah kasus dan prevalensi stunting pada anak bawah dua
tahun (baduta) pada satu tahun terakhir, untuk tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan. • Tim pelaksana meminta Dinas Kesehatan memberikan data stunting (dalam jumlah kasus dan prevalensi)
dari hasil surveilans gizi atau hasil pengukuran pada Bulan Penimbangan Balita (Februari dan Agustus), atau hasil kegiatan lainnya yang telah divalidasi/dikonfirmasi oleh Dinas Kesehatan.
• Data stunting kabupaten/kota tersebut dirinci per desa/kelurahan atau per kecamatan atau per wilayah Puskesmas untuk mengetahui lokasi stunting terjadi.
Cara analisis sebaran prevalensi stuntingDinas Kesehatan menggunakan data stunting untuk menyusun beberapa informasi kunci berikut ini:• Prevalensi stunting terkini tingkat kabupaten/kota, yaitu angka rata-rata prevalensi seluruh wilayah
(seluruh desa atau seluruh kecamatan atau seluruh wilayah layanan puskesmas di kabupaten/kota tersebut)
• Prevalensi stunting berdasarkan kecamatan/desa untuk mengetahui di mana wilayah dengan prevalensi yang melampaui rata-rata secara signifikan
• Jumlah kecamatan/desa yang berada di atas atau di bawah prevalensi kabupaten/kota untuk mengetahui di mana lokasi yang situasi stunting-nya relatif lebih buruk dibandingkan wilayah lainnya
• Jumlah kasus stunting per Kecamatan/Desa untuk mengetahui di mana kejadian stunting terkonsentrasi atau dengan jumlah yang melampaui rata-rata secara signifikan
Berikut adalah contoh analisis pola sebaran stunting dan hasil identifikasi wilayah yang memerlukan analisis situasi secara khusus (tersendiri) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
9Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
• Angka Stunting kabupaten/kota (rata-rata prevalensi stunting 5 kecamatan): 12%• Terdapat 5 kecamatan dengan stunting di atas rata-rata (relatif lebih buruk)• Signifikan bila perbedaan > 50% rata-rata, maka kecamatan dengan prevalensi > 18% perlu
mendapat perhatian khusus • Ada tiga kecamatan dengan prevalensi signifikan, menjadi calon wilayah yang mendapatkan
Analisis Situasi tersendiri.
Gambar1.3PrevalensiStuntingperKecamatandenganWilayahHotspot
Keca
mat
an 1
Keca
mat
an 2
Keca
mat
an 3
Keca
mat
an 4
Keca
mat
an 5
Keca
mat
an 6
Keca
mat
an 7
Keca
mat
an 8
Keca
mat
an 9
Keca
mat
an 1
0
Keca
mat
an 1
1
Keca
mat
an 1
2
Keca
mat
an 1
3
Keca
mat
an 1
4
Keca
mat
an 1
5
2% 2%4%
6% 6% 7% 7%10% 12% 12%
13% 15%
21%
30%
40%
10 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Gambar1.4JumlahKasusStuntingPerKecamatan
• Rata-rata jumlah kasus stunting: 54/kecamatan• Ada 5 kecamatan dengan jumlah kasus stunting relatif lebih buruk (di atas rata-rata)• Perbedaan signifikan bila > 50% rata-rata, maka kecamatan dengan kasus > 81 perlu mendapat
perhatian khusus• Memperhatikan prevalensi stunting (Gambar 1.2) dan jumlah kasus stunting (Gambar 1.3), maka
Kecamatan 15 menjadi calon wilayah yang mendapatkan Analisis Situasi khusus/ tersendiri karena prevalensi dan jumlah kasus stunting signifikan di atas rata-rata
• Tim pelaksana analisis situasi dapat mempertimbangkan Kecamatan 8, 9, 12, 13, 14 dan 15 sebagai wilayah yang memerlukan perhatian khusus karena prevalensi atau jumlah kasus tergolong tinggi.
Keca
mat
an 1
Keca
mat
an 2
Keca
mat
an 3
Keca
mat
an 4
Keca
mat
an 5
Keca
mat
an 6
Keca
mat
an 7
Keca
mat
an 8
Keca
mat
an 9
Keca
mat
an 1
0
Keca
mat
an 1
1
Keca
mat
an 1
2
Keca
mat
an 1
3
Keca
mat
an 1
4
Keca
mat
an 1
5
25 2921
3440
25 30
111
93
46
32
92
42
68
118
11Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Gambar1.5Prevalensi Stunting perKecamatanTanpaWilayahHotspot
• Angka stunting kabupaten/kota (rata-rata prevalensi stunting dari 15 kecamatan) adalah 23 %.• Terdapat 7 kecamatan dengan situasi stunting yang relative lebih buruk (diatas rata-rata) • Jika perbedaan signifikan ditunjukkan oleh perbedaan >50% rata-rata, maka kecamatan dengan
prevalensi > 35% merupakan kecamatan yang perlu perhatian khusus• Pola sebaran menunjukkan tidak ada kecamatan dengan prevalensi signifikan di atas rata-rata.• Pola sebaran tidak menunjukkan perlunya analisis situasi tersendiri atau perhatian khusus pada
wilayah tertentu. Pola pada gambar mengindikasikan analisis situasi hanya dilakukan secara umum di tingkat kabupaten/kota.
Keca
mat
an 1
Keca
mat
an 2
Keca
mat
an 3
Keca
mat
an 4
Keca
mat
an 5
Keca
mat
an 6
Keca
mat
an 7
Keca
mat
an 8
Keca
mat
an 9
Keca
mat
an 1
0
Keca
mat
an 1
1
Keca
mat
an 1
2
Keca
mat
an 1
3
Keca
mat
an 1
4
Keca
mat
an 1
5
16% 16% 17%18% 19% 20% 20% 21%
24%25%
27%30% 30% 31%
32%
12 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Rekomendasi keputusan Berdasarkan hasil analisis pola sebaran stunting dalam wilayah kabupaten/kota, terdapat 3 (tiga) opsi keputusan, yaitu: 1. Analisis situasi secara tersendiri (khusus) pada wilayah-wilayah tertentu,2. Daftar wilayah yang memerlukan perhatian khusus dalam analisis situasi skala kabupaten/kota, namun
tidak harus mendapat Analisis Situasi tersendiri, dan3. Analisis Situasi skala kabupaten/kota secara umum.
Dalam pengambilan keputusan jumlah wilayah (kecamatan/desa) yang memerlukan analisis situasi secara tersendiri (khusus) atau daftar wilayah yang memerlukan perhatian khusus, tim pelaksana dapat mempertimbangkan beberapa hal berikut:1. Pengaruh/kontribusi wilayah-wilayah tersebut untuk mempercepat penurunan stunting kabupaten/
kota (misalnya dilihat dari proporsi jumlah kasus/kejadian terhadap total kasus),2. Cakupan layanan dari intervensi gizi prioritas di wilayah tersebut, dan3. Jumlah ibu hamil atau baduta pada tahun tersebut.
Analisis situasi khusus pada wilayah tertentu dilakukan jika ada satu atau lebih dari hal-hal berikut ini ditemukan:a) Terdapat wilayah dengan prevalensi stunting atau jumlah kasus stunting secara signifikan berada
di atas rata-rata. Rata-rata yang digunakan adalah rata-rata seluruh desa atau rata-rata seluruh kecamatan atau rata-rata seluruh wilayah layanan puskesmas di Kabupaten/Kota tersebut
b) Terdapat wilayah dengan program terkait intervensi gizi prioritas yang relatif lengkap, cakupan layanan relatif memadai, namun prevalensi stunting relatif masih tinggi
c) Terdapat wilayah dengan program terkait intervensi gizi spesifik dan sensitif yang bermasalah, cakupan layanan relatif rendah, meskipun prevelansi stuntingnya rendah.
Kebutuhan Data dan Tindakan yang Diperlukan1. Jika data ideal belum tersedia, tim pelaksana analisis situasi tetap dapat memanfaatkan data-
data berikut:• Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita (usia 0-59 bulan)
pada 3-6 bulan terakhir• Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita pada satu tahun
terakhir• Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita per wilayah Puskesmas
2. Jika data stunting sama sekali belum tersedia, tim menggunakan beberapa indikator untuk mendeteksi kecamatan atau desa berisiko: • Jumlah kasus atau prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)• Jumlah kasus atau prevalensi Bumil Kekurangan Energi Kronis (KEK)
13Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
3. Jika data pada indikator-indikator di atas belum tersedia, tim memfasilitasi diskusi dengan seluruh Puskesmas untuk memperoleh gambaran situasi stunting di kecamatan dan desa yang termasuk wilayah layanan Puskesmas masing-masing.
4. Jika data prevalensi stunting hanya tersedia pada tingkat Puskesmas, hal ini menjadi catatan bagi penanggung jawab pelaksanaan Analisis Situasi untuk mengkomunikasikan kepada penanggung jawab Aksi Integrasi #6 (Sistem Manajemen Data Stunting) untuk memprioritaskan penyediaan data yang lebih rinci di tingkat desa/kelurahan.
5. Jika data prevalensi stunting belum tersedia pada tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan memasukkan Pengukuran Data stunting (Aksi Integrasi #7) sebagai rencana aksi Dinas Kesehatan.
3. Analisis Ketersediaan Program dan Kesenjangan Cakupan Layanan
Tujuana. Memetakan ketersediaan dan lokasi program/kegiatan untuk penyediaan intervensi gizi spesifik dan
sensitifb. Mengidentifikasi kesenjangan cakupan layanan dari setiap intervensi gizi spesifik dan sensitif saat ini,
danc. Memutuskan program/kegiatan mana saja yang akan direkomendasikan perbaikan alokasinya, baik
melalui realokasi ataupun penambahan alokasi program.
Program/kegiatan yang dimaksud adalah program/kegiatan untuk menyediakan intervensi gizi prioritas yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, APBD kabupaten/kota, DAK, dan APBDesa.
Data yang dibutuhkan• Data program/kegiatan beserta lokasinya untuk setiap intervensi gizi spesifik dan sensitif. • Data sumber daya penyelenggaraan layanan, sekurang-kurangnya data jumlah dan distribusi dari:
- sarana/prasarana- tenaga (SDM) inti pelaksanaan layanan- logistik/peralatan pelaksanaan layanan
Data cakupan intervensi untuk setiap intervensi gizi spesifik dan sensitif, yang dirinci untuk tingkat desa/kecamatan/Puskesmas. Daftar beberapa contoh indikator cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif dapat dilihat pada Tabel 1.1.
14 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel1.1.BeberapaCotohIndikatorCakupanIntervensiGiziSpesifikdanSensitif
SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL SUMBER
A.IndikatorUtama
IBUHAMIL(Bumil)
1 Bumil periksa hamil minimal 4 kali selama kehamilan
% Bumil yang periksa hamil 4 kali terhadap semua bumil dalam kurun waktu yang sama
DinkesPosyandu
2 Bumil mendapat dan minum Tablet Tambah Darah (TTD) selama 90 Hari
% Bumil mendapat dan minum TTD selama 90 hari terhadap semua bumil dalam kurun waktu sama
DinkesPosyandu
3 Bumil mengikuti konseling gizi/ kelas Ibu minimal 4 Kali
% Bumil mengikuti konseling gizi/kelas ibu minimal 4 kali terhadap semua bumil dalam kurun waktu sama.
DinkesPosyandu
4 Bumil KEK/Resti mendapat PMT/kunjungan rumah bulanan
% Bumil KEK/Resti yang mendapat PMT/kunjungan rumah bulanan terhadap semua Bumil KEK dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas
5 Bumil memiliki Jaminan Kesehatan
% Bumil yang memiliki Jaminan Kesehatan terhadap seluruh Bumil dalam kurun waktu yang sama
DinkesPuskesmas
6 Rumah tangga dengan Bumil punya akses air minum aman
% Rumah tangga Bumil punya akses air minum aman terhadap seluruh Bumil dalam kurun waktu sama
Dinas PU
7 Rumah tangga dengan Bumil memiliki jamban yang layak
% Rumah tangga Bumil memiliki jamban layak terhadap seluruh Rumah tangga Bumil dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas
8 Ibu Bersalin mendapat Pemeriksaan Nifas 3 Kali
% Ibu Bersalin mendapat pemeriksaan nifas 3 kali terhadap seluruh Ibu Bersalin dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas
ANAKUSIA
0-23 BULAN
1 Anak usia <12 bulan mendapat imunisasi dasar lengkap
% Anak usia <12 bulan mendapat imunisasi dasar lengkap terhadap semua anak usia<12 bulan dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas
2 Anak baduta ditimbang berat badan rutin setiap bulan
% Anak baduta ditimbang berat badan rutin setiap bulan terhadap seluruh anak baduta dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas Posyandu
3 Orangtua/pengasuh mengikuti konseling gizi bulanan
% orangtua/pengasuh mengikuti konseling gizi bulanan terhadap semua orangtua/pengasuh dalam kurun waktu sama
Dinkes Puskesmas
4 Kunjungan rumah bagi anak gizi buruk/kurang/stunting
% anak gizi buruk/kurang/stunting mendapat kunjungan rumah terhadap semua anak gizi buruk/kurang/stunting dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmasPosyandu
5 Rumah tangga dengan anak 0-2 tahun punya akses air minum aman
% Rumah tangga anak 0-2 tahun memiliki akses air minum aman terhadap seluruh jumlah Rumah tangga anak 0-2 tahun dalam kurun waktu sama
Dinas PU
15Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
ATAU (0-2 TAHUN)
ATAU BADUTA
6 Rumah tangga dengan anak 0-2 tahun memiliki jamban layak
% rumah tangga anak 0-2 tahun yang memiliki jamban layak terhadap seluruh jumlah Rumah tangga anak 0-2 tahun dalam dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas
7 Anak 0-2 tahun memiliki Jaminan Kesehatan
% Anak 0-2 tahun memiliki Jaminan Kesehatan terhadap jumlah seluruh anak 0-2 tahun dalam kurun waktu sama.
DinkesPuskesmas
8 Anak 0-2 tahun memiliki akta lahir.
anak 0-2 tahun memiliki akta lahir. Tergadap jumlah seluruh anak 0-2 tahun dalam kurun waktu sama
Dukcapil
9 Orangtua/pengasuh mengikuti parenting bulanan (PAUD)
% orangtua/pengasuh mengikuti parenting bulanan (paud) terhadap seluruh jumlah orangtua/pengasuh dalam kurun waktu sama
Dinas Dikbud
10 Bayi 0-6 bulan memperoleh ASI eksklusif
% Bayi 0-6 bulan memperoleh ASI eksklusif terhadap semua bayi 0-6 bulan dalam wilayah dan kurun waktu yang sama
DinkesPuskesmas
11 Neonatus mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 3 kali ( 1 x pd usia 6-48 jam, 1x pada usia 3 - 7 hari, dan 1 x pada usia 8 – 28 hari setelah lahir)
% Neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 3 kali ( 1 x pd usia 6-48 jam, 1x pada usia 3 - 7 hari, dan 1 x pada usia 8 – 28 hari setelah lahir) terhadap semua kelahiran hidup di dalam kurun waktu tertentu.
DinkesPuskesmas
12 Balita yang memiliki dan menggunakan Buku KIA
Baduta yang memiliki buku KIA dan telah terisi sesuai usia dalam kurun waktu 1 tahun
DinkesPuskesmasPosyandu
13 Baduta yang dilayani Stumilasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Baduta yang dipantau tahapan perkembangan sesuai usianya menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) atau Buku KIA atau instrument baku yang diperiksa oleh guru PAUD dan kader terlatih/terorientasi dibawah supervisi tenaga kesehatan dalam kurun waktu 1 tahun
DinkesPuskesmasPosyandu
14 Baduta yang dilayani Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Baduta sakit yang datang berobat ke Puskesmas dilayani dengan pendekatan MTBS dalam kurun waktu 1 tahun
DinkesPuskesmas
ANAKBALITA USIA 6-59 BULAN
1 Balita 0-59 bulan yang Diare mendapat suplementasi Zink
% Balita Diare mendapat suplementasi Zink terhadap jumlah seluruh Balita Diare dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas
2 Anak 6-59 bulan memperoleh vitamin A
% Anak 6-59 bulan memperoleh Vitamin A terhadap jumlah seluruh Anak 6-59 bulan dalam kurun waktu sama
Dinkes Puskesmas
3 Balita kurus yang mendapatkan PMT
% balita kurus yang mendapat PMT terhadap semua balita kurus dalam kurun waktu sama
DonkesPuskesmas
4 Kehadiran balita di posyandu (D/S)
Rata-rata persentase jumlah anak usia 0-5 tahun yang hadir per bulan di posyandu terhadap semua anak usia 0-5 tahun dalam wilayah kerja posyandu
DinkesPuskesmasPosyandu
5 Balita yang memiliki dan menggunakan Buku KIA
Balita yang memiliki buku KIA dan telah terisi sesuai usia dalam kurun waktu 1 tahun
DinkesPuskesmasPosyandu
16 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
6 Balita yang dilayani Stumilasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Balita yang dipantau tahapan perkembangan sesuai usianya menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) atau Buku KIA atau instrument baku yang diperiksa oleh guru PAUD dan kader terlatih/terorientasi dibawah supervisi tenaga kesehatan dalam kurun waktu 1 tahun
DinkesPuskesmasPosyandu
7 Balita yang dilayani Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Balita sakit yang datang berobat ke Puskesmas dilayani dengan pendekatan MTBS dalam kurun waktu 1 tahun
DinkesPuskesmas
ANAK >2-6 TAHUN
1 Anak usia 2-6 tahun terdaftar dalam PAUD
% Anak usia 2-6 tahun terdaftar dalam PAUD terhadap seluruh jumlah anak usia 2-6 tahun dalam kurun waktu sama
Dinas Dikbud
REMAJA PUTRI
1 Remaja putri (12-18 tahun) mendapat TTD
% Remaja putri (13-18 tahun) mendapat TTD terhadap seluruh jumlah Remaja putri dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas
UKS
KPM PKK
1 KPM PKK mendapatkan Family Development Session (FDS) Gizi dan Kesehatan
% KPM PKK mendapatkan FDS Gizi dan Kesehatan terhadap seluruh jumlah KPM PKK dalam kurun waktu sama
DinSosDinkes
Puskesmas
KELUARGA 1000 HPK
1 Keluarga 1000 HPK kelompok miskin penerima BPNT
% Keluarga 1000 HPK kelompok miskin penerima BPNT terhadap seluruh jumlah Keluarga 1000 HPK kelompok miskin dalam kurun waktu sama
Dinsos
2 Keluarga 1000 HPK kelompok miskin penerima PKH
% Keluarga 1000 HPK kelompok miskin penerima PKH terhadap seluruh jumlah Keluarga 1000 HPK kelompok miskin penerima PKH dalam kurun waktu sama
Dinsos
DESA1 Desa menerapkan KRPL % Desa menerapkan KNPL terhadap seluruh
jumlah Desa penerap KNPL dalam kurun waktu sama
Dinas Pertanian
B.IndikatorPelengkap(PUSKESMAS)
PUSKESMAS
1 Balita Gizi Buruk yang di mendapat perawatan
% Balita Gizi Buruk yang mendapat perawatan terhadap seluruh jumlah Balita Gizi Buruk dalam kurun waktu sama
2 Puskesmas mampu melakukan manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
% Puskesmas mampu manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) terhadap seluruh jumlah Puskesmas mampu Manajemen Terpadu Balita Sakit dalam kurun waktu sama
Dinkes Puskesmas
3 Puskesmas mampu stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang anak
% Puskesmas mampu stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang anak terhadap seluruh jumlah Puskesmas dalam kurun waktu sama
Dinkes Puskesmas
4 Puskesmas yang melaksanakan Kelas Ibu
% Puskesmas yang minimal 50% desa/kelurahan di wilayah kerjanya melaksanakan kelas ibu dalam kurun waktu 1 tahun
Dinkes Puskesmas
5 Puskesmas yang melaksanakan pelayanan Neonatal Esensial sesuai standar
% Puskesmas yang melaksanakan pelayanan Neonatal Esensial sesuai standar terhadap seluruh jumlah Puskesmas dalam kurun waktu sama
Dinkes
6 Puskesmas Melaksanakan Orientasi P4K
Cakupan puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K terhadap seluruh jumlah Puskesmas dalam kurun waktu sama
DinkesPuskesmas
7 Puskesmas yang melaksanakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
% Puskesmas yang melaksanakan layanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada seluruh balita sakit yang datang berobat ke Puskesmas
Dinkes Puskesmas
17Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Kebutuhan Data dan Tindakan yang Diperlukan• Jika data cakupan layanan hanya tersedia pada tingkat puskesmas atau kecamatan, hal ini
menjadi catatan bagi penanggung jawab aksi untuk mengkomunikasikan kepada penanggung jawab Aksi #6 (Sistem Manajemen Data Stunting) untuk memprioritaskan penyediaan data yang lebih rinci di tingkat desa/kelurahan.
• Jika data cakupan layanan tidak tersedia pada tingkat puskesmas atau kecamatan, OPD penanggung jawab layanan memasukkan pengumpulan data sebagai rencana aksi OPD.
• OPD memprioritaskan penyiapan data cakupan layanan untuk wilayah-wilayah hotspot (prevalensi atau jumlah kasus stunting melebihi rata-rata secara signifikan).
Cara analisis ketersediaan program dan kesenjangan layanan
Pemetaan Program dan PendanaanTim pelaksana memetakan program/kegiatan yang tersedia di kabupaten/kota untuk setiap intervensi gizi spesifik dan sensitif beserta sumber pendanaannya. Tujuannya adalah untuk mengetahui:a. Ketersediaan (ada/tidaknya) program/kegiatan untuk setiap intervensi gizi spesifik dan sensitifb. Ketersediaan (ada/tidaknya) program/kegiatan penyediaan intervensi gizi spesifik dan sensitif
berdasarkan kecamatan dan desac. Daftar kecamatan/desa berdasarkan kelengkapan program/kegiatan untuk intervensi gizi spesifik dan
sensitif
8 Puskesmas yang melaksanakan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
% Puskesmas yang memberi layanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada balita dan anak prasekolah minimal 2 kali setahun menggunakan KPSP atau Buku KIA atau instrument baku lainnya minimal 80% balita dan anak prasekolah di wilayah kerjanya
% Puskesmas mampu stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang anak terhadap seluruh jumlah Puskesmas dalam kurun waktu sama
Dinkes Puskesmas
C.IndikatordiWilayahKhusus
WILAYAH KHUSUS
1 Bumil menggunakan kelambu di daerah endemik Malaria
% Bumil menggunakan kelambu di daerah endemik Malaria terhadap seluruh jumlah Bumil di daerah endemic Malaria dalam kurun waktu sama
Dinkes Puskesmas
KPM
2 Bumil positif HIV mendapat PPIA (Pencegahan Penularan Ibu ke Anak)
% Bumil positif HIV mendapat PPIA (Pencegahan Penularan Ibu ke Anak) terhadap seluruh jumlah Bumil Positif HIV dalam kurun waktu sama
Dinkes Puskesmas
3 Balita 12-59 bulan memperoleh obat cacing
% Balita 12-59 bulan memperoleh obat cacing terhadap seluruh jumlah Balita 12-59 bulan dalam kurun waktu sama
Dinkes Puskesmas
Keterangan: Pada tahun kedua pelaksanaan Analisis Situasi menggunakan data terpilah Baduta dan balita Indikator Utama: indikator yang wajib digunakanIndikator Pelengkap: indikator yang sebaiknya juga digunakan untuk menunjang analisis cakupan intervensiIndikator untuk wilayah dengan kondisi khusus: hanya berlaku pada wilayah dengan kondisi khusus, misalnya endemis malaria, hotspot HIV
18 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Berikut ini adalah beberapa contoh program/kegiatan beserta pendanaannya yang termasuk dalam 5 program pokok untuk intervensi gizi prioritas. Nama/nomenklatur program/kegiatan pada contoh-contoh ini bisa saja berbeda-beda di masing-masing kabupaten/kota atau provinsi.• Program Kesehatan Ibu dan Anak: pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk intervensi kesehatan
ibu hamil (intervensi gizi spesifik) yang didanai Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).• Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): PAUD untuk intervensi penyediaan akses pendidikan dasar
untuk semua (intervensi gizi sensitif), yang didanai Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) PAUD.• Program Air Minum dan Sanitasi: program pengembangan jaringan air bersih untuk intervensi akses air
minum yang aman (intervensi gizi sensitif), yang didanai APBD.• Program Air Minum dan Sanitasi: program sanitasi untuk intervensi akses sanitasi yang layak (intervensi
gizi sensitif), yang didanai DAK Fisik.
Identifikasi Kesenjangan Program untuk Integrasi LayananTim pelaksana menggunakan hasil langkah 1 untuk mengidentifikasi program/kegiatan yang tidak tersedia di sebagian besar wilayah atau tidak tersedia di wilayah-wilayah yang memerlukan perhatian khusus (termasuk wilayah hotspot). Program yang akan diprioritaskan alokasinya mempertimbangkan kesenjangan cakupan layanan dari hasil identifikasi.
Analisis Kesenjangan Cakupan Layanan dan Kebutuhan ProgramTim pelaksana menggunakan data cakupan layanan dan hasil identifikasi kesenjangan program untuk mengidentifikasi:a. Program/kegiatan yang perlu diprioritaskan pengalokasian/penyediaannya karena cakupan layanan
yang relatif rendahb. Sumber daya penyelenggaraan layanan yang perlu disediakan/ditingkatkan dalam rangka peningkatan
cakupan layanan
Setelah mengidentifikasi program/kegiatan yang akan diprioritaskan alokasinya, tim pelaksana akan menganalisis kecukupan sumber daya program/kegiatan untuk meningkatkan cakupan layanan. Hal ini untuk mengetahui jenis sumber daya yang perlu diprioritaskan penyediaannya atau penambahannya. Misalnya menyediakan Puskesmas Pembantu (Pustu), menambah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), atau menambah Posyandu.
Tim pelaksana menggunakan data stunting untuk mengidentifikasi lokasi prioritas penyediaan atau penambahan alokasi sumber daya agar tepat sasaran. Wilayah konsentrasi kejadian stunting atau wilayah hotspot harus menjadi prioritas dalam penentuan lokasi program/kegiatan.
Rekomendasi lokasi fokus dan realokasi atau penambahan alokasi programTim pelaksana merumuskan rekomendasi perbaikan alokasi program/kegiatan berdasarkan hasil-hasil analisis sebelumnya. Tim pelaksana memfasilitasi pembahasan rekomendasi perbaikan ini dengan sektor-sektor yang terlibat. Pembahasan dengan sektor-sektor tersebut bertujuan untuk mengonfirmasikan hasil analisis situasi dan menyepakati rekomendasi perbaikan alokasi program.
19Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Rekomendasi sekurang-kurangnya meliputi:a. Lokasi prioritas (fokus penanganan); yaitu wilayah-wilayah yang menjadi lokasi prioritas pelaksanaan
program/kegiatanb. Program/kegiatan prioritas; yaitu program/kegiatan yang alokasinya perlu diprioritaskan untuk
meningkatkan integrasi dan cakupan intervensi gizi prioritasc. Jenis sumber daya prioritas; yaitu sumber daya yang diprioritaskan penyediaan atau penambahannyad. Program/kegiatan yang ada yang perlu direalokasie. Program/kegiatan yang perlu diprioritaskan pada perencanaan dan penganggaran tahun berikutnya
Rekomendasi lokasi fokus intervensiBerdasarkan hasil analisis sebaran prevalensi stunting dan analisis ketersediaan program dan kesenjangan cakupan layanan, tim pelaksana menyusun daftar lokasi fokus intervensi penurunan stunting terintegrasi.Integrasi dilakukan untuk memastikan adanya pemanfaatan layanan kesehatan dan intervensi gizi spesifik dan sensitif oleh target sasaran. Tabel 1.2 digunakan sebagai salah satu alat untuk mengidentifikasi jenis layanan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kondisi ideal akan tercapai jika semua layanan kesehatan dan dan intervensi gizi spesifik dan sensitif telah dimanfaatkan secara berkelanjutan sehingga indikator warna dalam table di atas berwarna hijau.
Kriteria Seleksi dan Prioritisasi Desa Lokasi Fokus
Kriteria yang digunakan untuk menetapkan desa lokasi fokus sekurang-kurangnya meliputi:1. Memiliki prevalensi stunting melebihi rata-rata2. Memiliki jumlah kasus stunting melebihi rata-rata3. Memiliki lebih dari 50% indikator utama menunjukkan cakupan intervensi gizi tergolong kurang
meskipun prevelensi stunting rendah
Berdasarkan kriteria tersebut, urutan prioritas desa lokasi fokus mempertimbangkan:1. Jumlah indikator utama dengan cakupan intervensi gizi tergolong kurang2. Prevalensi stunting3. Jumlah kasus stunting
Kabupaten/kota menetapkan jumlah desa lokasi fokus dengan beberapa cara, yaitu:1. Berdasarkan proporsi jumlah desa yang akan ditangani pada satu tahun mendatang/tahun
berjalan2. Berdasarkan ketersediaan anggaran untuk memenuhi kebutuhan intervensi di desa lokasi fokus
20Petunjuk Teknis - Pedom
an Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel1.2.ContohMatriksPrioritisasi(TrafficLightTool)DesaLokasiFokus
Nama Desa
Prev
alen
si St
untin
g
Caku
pan
Bum
il KE
K ya
ng m
enda
pat P
MT
pem
ulih
an
Caku
pan
Ibu
Ham
il m
enda
pat T
TD m
inim
al 9
0 ta
blet
sela
ma
keha
mila
n
Caku
pan
kela
s ibu
ham
il (ib
u m
engi
kuti
kons
elin
g gi
zi da
n ke
seha
tan)
Caku
pan
kelu
arga
yan
g m
engi
kuti
Bina
Kel
uarg
a Ba
lita
Caku
pan
balit
a ku
rus y
ang
men
dapa
tkan
PM
T
Caku
pan
keha
dira
n di
pos
yand
u
Caku
pan
Ibu
Ham
il-K4
Caku
pan
anak
6-5
9 bu
lan
yang
mem
pero
leh
Vit A
Caku
pan
bayi
0-1
1 bu
lan
tela
h di
imun
isasi
dasa
r se
cara
leng
kap
Caku
pan
balit
a di
are
yang
mem
pero
leh
supl
emen
tasi
zinc
Caku
pan
rem
aja
putr
i men
dapa
tkan
TTD
Caku
pan
rum
ah ta
ngga
yan
g m
engg
unak
an
sum
ber a
ir m
inum
laya
k
Caku
pan
rum
ah ta
ngga
yan
g m
engg
unak
an
sani
tasi
laya
k
Caku
pan
rum
ah ta
ngga
pes
erta
JKN
/Jam
kesd
a
Caku
pan
KPM
PKH
yan
g m
enda
patk
an F
DS g
izi d
an
kese
hata
n
Caku
pan
oran
g tu
a ya
ng m
engi
kuti
kela
s par
entin
g
Caku
pan
anak
usia
2-6
tahu
n te
rdaft
ar (p
eser
ta
didi
k) d
i PAU
D
Caku
pan
kelu
arga
100
0 HP
K ke
lom
pok
misk
in
seba
gai p
ener
ima
BPN
T
Caku
pan
desa
men
erap
kan
KRPL
Caku
pan
laya
nan
Ibu
Nifa
s
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Desa 1
Desa 2
Desa 3
Desa 4
Desa 5
Desa 6
Desa 7
Desa 8
Desa 9
Desa 10
Desa 11
Desa 12
Desa 13
Desa 14
Desa 15
Desa 16
Prevalensi Sangat Tinggi Prevalensi Tinggi
Cakupan Sangat Rendah
Prevalensi Rendah
Prevalensi Sangat Rendah
Cakupan Rendah Cakupan Hampir Memadai Cakupan Memadai (>90%)
21Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Rekomendasi realokasi dan penambahan alokasi programTim pelaksana mengidentifikasi opsi tindakan untuk memperbaiki alokasi sumber daya agar cakupan layanan intervensi di lokasi fokus dapat meningkat. Informasi yang dibutuhkan adalah sumber-sumber pembiayaan dan potensi pembiayaan dari APBN, APBD termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK), dan APBDes termasuk Dana Desa.Beberapa alternatif kegiatan untuk memperbaiki alokasi sumber daya dalam peningkatan cakupan layanan meliputi: 1) Realokasi program:
• Bappeda menata kembali lokasi program/kegiatan yang dibiayai APBN dan APBD provinsi• Bappeda merealokasi program/kegiatan yang bersumber dari APBD• OPD merealokasi anggaran dan lokasi kegiatan
2) Menambah alokasi program:• Jika merupakan program/kegiatan APBN atau APBD provinsi, maka kabupaten/kota mengusulkan
kabupaten/kota-nya atau wilayah tertentu sebagai lokasi program/kegiatan• Jika merupakan program/kegiatan APBD, maka kabupaten/kota perlu memprioritaskan alokasi
tersebut pada perencanaan dan penganggaran tahun berikutnya• Jika merupakan program/kegiatan yang dapat didanai oleh DAK, maka kabupaten/kota mengusulkan
pendanannya melalui proposal DAK sesuai bidangnya• Jika dapat disediakan APBDes, maka kabupaten/kota perlu berkoordinasi dengan Camat dan
Kepala Desa agar Dana Desa dapat disesuaikan penggunaannya untuk mengurangi kesenjangan pendanaan dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten/Kota
Tim pelaksana membahas mekanisme penentuan realokasi dan penambahan anggaran dengan OPD terkait di tingkat provinsi untuk memastikan lokasi program/kegiatan mencakup desa-desa yang menjadi lokasi fokus dan kebutuhan realokasi atau penambahan alokasi program/kegiatan dapat terpenuhi. Tim pelaksana dapat meminta Pemerintah Provinsi memfasilitasi pembahasan dengan OPD terkait.
a. Analisis Situasi Penyampaian Layanan pada Rumah Tangga 1.000 HPK
Tujuana. Mengidentifikasi permasalahan dalam manajemen layanan yang menyebabkan tidak dapat diakses
oleh rumah tangga 1.000 HPK b. Merumuskan rekomendasi tindakan perbaikan manajemen layanan agar dapat tersedia dan mampu
diakses oleh rumah tangga 1.000 HPKc. Memastikan penggunaan data rumah tangga 1.000 HPK dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan supervisi penyelenggaraan layanand. Data 1.000 HPK akan dikelola oleh KPM
Dalam pelaksanaannya, tidak seluruh layanan intervensi gizi spesifik dan sensitif perlu dianalisis. Tim pelaksana memprioritaskan analisis pada penyampaian layanan kunci pada rumah tangga 1.000 HPK dan beberapa layanan lainnya berdasarkan kriteria yang disepakati bersama OPD.
22 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Data yang dibutuhkanData yang dibutuhkan terdiri atas:1. Cakupan layanan2. Gambaran umum proses penyelenggaraan layanan3. Daftar OPD penyedia layanan
Beberapa Contoh Kriteria Layanan Yang Perlu Dianalisa1. Alokasi pendanaan program/kegiatan yang dominan untuk penyediaan layanan 2. Lokasi pelaksanaan program/kegiatan ada di sebagian besar wilayah kabupaten/kota3. Cakupan layanan rendah4. Cakupan layanan tinggi pada wilayah dengan prevalensi stunting tinggi 5. Layanan dari intervensi gizi yang target penerima manfaatnya masyarakat umum6. Layanan yang dirancang untuk menyasar rumah tangga 1.000 HPK namun cakupan layanannya
masih rendah
Apabila diperlukan, tim pelaksana dapat melakukan observasi lapangan untuk melakukan Analisis Situasi secara khusus pada wilayah tertentu, dengan memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut: • Karakteristik wilayah yang memicu faktor penyebab stunting• Karakteristik keluarga dengan anak stunting• Kendala bagi keluarga sasaran untuk mengakses layanan
Cara analisis situasi penyampaian layanan1. DiskusiidentifikasimasalahdalampenyampaianlayananTim pelaksana melakukan diskusi/FGD (Focus Group Discussion) dengan OPD penanggung jawab layanan di tingkat Kabupaten/Kota untuk:a. Memahami proses penyelenggaraan layanan secara umumb. Mengidentifikasi permasalahan serta perubahan/penyesuaian yang diperlukan dalam memastikan
layanan dapat diakses oleh rumah tangga 1.000 HPK
Cakupan Layanan Rendah. Apakah supply memadai?a. Jika ya, hal ini mengidikasikan adanya masalah pada manajemen layanan, bukan pada
alokasi anggaran layanan. Diskusikan bagaimana praktik manajemen layanan saat ini untuk mengidentifikasi tindakan perbaikan yang perlu dilakukan• Bagaimana supervisi pelaksanaannya? • Apakah ada SOP/panduan pelaksanaan kegiatan?• Apakah kapasitas teknis SDM perlu ditingkatkan?
b. Jika tidak, hal ini mengindikasikan perlunya penambahan sumber daya layanan tersebut. Diskusikan sumber daya apa yang perlu ditingkatkan dan apakah penambahan sumber daya tersebut dapat dilakukan melalui redistribusi (realokasi) atau harus dengan penambahan (alokasi)
23Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Beberapa contoh pertanyaan kunci yang dapat digunakan dalam FGD antara lain:a. Apakah OPD penanggung jawab layanan dapat mengakses data dan informasi rumah tangga 1.000
HPK?b. Apakah proses penyelenggaraan layanan saat ini memiliki sistem untuk memastikan rumah tangga
1.000 HPK menjadi target penerima manfaat layanan?c. Jika sistemnya sudah ada, apakah sistem tersebut berjalanuntuk memastikan rumah tangga 1.000 HPK
menjadi target penerima manfaat layanan?
2. Diskusiidentifikasimasalahpenyampaianlayananditingkatpelaksana/operasionalDiskusi/FGD dengan penyedia layanan (misalnya Puskesmas, BPSPAMS, PAUD) bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi pelaksana teknis/operasional dalam menyasar rumah tangga 1.000 HPK.
Beberapa contoh pertanyaan kunci yang dapat digunakan dalam FGD antara lain:a. Apakah penyedia layanan paham tentang intervensi gizi spesifik dan sensitif yang harus diprioritaskan?b. Apakah mereka tahu siapa yang menjadi target utama intervensi gizi?c. Apakah mereka mendapatkan informasi tentang rumah tangga 1.000 HPK?d. Apakah mereka tahu cara mengakses informasi rumah tangga 1.000 HPK?e. Jika informasi rumah tangga 1.000 HPK tersedia, bagaimana informasi ini digunakan dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan di wilayah kerja masing-masing?
Rekomendasi Kebutuhan Perbaikan LayananTim pelaksana merumuskan rekomendasi perbaikan manajemen yang perlu diprioritaskan untuk memastikan rumah tangga 1.000 HPK menjadi target penerima manfaat layanan, baik melalui proses manajemen layanan (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi) maupun melalui penyampaian layanan oleh para petugas.
Rekomendasi tersebut harus difokuskan pada upaya perbaikan manajemen pada tahun berjalan dan/atau satu tahun mendatang. Tim teknis memfasilitasi pembahasan rekomendasi perbaikan ini dengan sektor-sektor yang terlibat untuk mengkonfirmasi temuan analisis situasi dan menyepakati rekomendasi perbaikan manajemen layanan.
Rekomendasi ini meliputi, namun tidak terbatas pada:1. Mekanisme penyediaan/pemutakhiran data/informasi dan pemanfaatan data rumah tangga 1.000 HPK
untuk proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi penyampaian layanan2. Penyesuaian instrumen dan proses dalam perencanaan, pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan
layanan atau penyesuaian Standar Operasional Prosedur (SOP) penyampaian layanan untuk menyasar rumah tangga 1.000 HPK
3. Mekanisme pemantauan peningkatan cakupan layanan pada rumah tangga 1.000 HPK4. Kegiatan terkait perubahan perilaku keluarga sasaran yang sesuai dengan karakteristik wilayah
24 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
1.10Analisis Kebutuhan Penguatan Koordinasi Antar Program danAntaraKabupaten/KotaDenganKecamatandanDesa
TujuanMengidentifikasi kebutuhan koordinasi dan rekomendasi penguatan koordinasi antar lembaga atau antar tingkatan pemerintahan dalam wilayah kabupaten/kota dalam meningkatkan integrasi layanan bagi rumah tangga 1.000 HPK. Reviu kondisi koordinasi saat ini dilakukan untuk memahami praktik koordinasi yang telah berjalan dan untuk mengidentifikasi forum-forum koordinasi yang perlu diperkuat perannya.
Cara reviu kondisi koordinasi saat ini• Tim pelaksana melakukan reviu terhadap koordinasi antar lintas sektor (OPD), penyedia layanan dan
upaya komunikasi perubahan perilaku, serta antara kabupaten/kota dengan kecamatan dan desa. • Reviu terhadap koordinasi lintas sektor dilakukan untuk merekomendasikan forum koordinasi lintas
sektor (OPD) yang perlu diperkuat untuk mendukung pelaksanaan integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif di tingkat program/kegiatan dan penyampaian layanan.
Pertanyaan Kunci untuk Reviu Koordinasi antar OPD1. Forum koordinasi lintas sektor apa saja yang telah terbentuk/tersedia? 2. Siapa (lembaga) mana yang menjadi penanggung jawabnya?3. Isu-isu apa saja yang menjadi fokus agenda koordinasi tersebut?4. Bagaimana frekuensi pertemuan koordinasi dari forum tersebut? Apakah berkala atau sewaktu
waktu sesuai kebutuhan?5. Bagaimana dengan jadwal kerja dan biaya operasional? Apakah terdapat rencana kerja dan
kepastian biaya operasional pelaksanaan koordinasi?6. Di antara forum koordinasi yang telah ada, forum mana yang dinilai cukup efektif dalam
memfasilitasi koordinasi antar OPD?
Pertanyaan Kunci untuk Reviu Koordinasi di antara Penyedia Layanan dan Upaya Komunikasi Perubahan Perilaku
1. Forum koordinasi apa saja yang tersedia? Di tingkat apa? (di kabupaten/kota atau kecamatan?)2. Siapa (lembaga) mana yang menjadi penanggung jawabnya?3. Isu-isu apa saja yang menjadi fokus agenda koordinasi tersebut?4. Bagaimana frekuensi koordinasi dari forum tersebut? Apakah berkala atau sewaktu waktu sesuai
kebutuhan?
• Reviu koordinasi di antara penyedia layanan dan upaya komunikasi perubahan perilaku untuk merekomendasikan forum koordinasi penyedia layanan di tingkat kabupaten/kota atau di tingkat kecamatan yang akan diperkuat untuk mendukung integrasi layanan bagi rumah tangga 1.000 HPK di tingkat desa/kelurahan.
25Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
• Reviu koordinasi di antara kabupaten/kota dengan kecamatan dan desa adalah untuk merekomendasikan forum koordinasi lintas pemerintahan yang akan diperkuat untuk mendukung integrasi layanan bagi rumah tangga 1.000 HPK di tingkat desa/kelurahan.
Rekomendasi penguatan koordinasi
Rekomendasi penguatan koordinasi meliputi:1) Koordinasi di antara OPD-OPD penanggung jawab program/kegiatan. Rekomendasi terkait dengan forum yang akan diperkuat untuk koordinasi perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan kemajuan program/kegiatan prioritas di tingkat kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi, terutama di lokasi fokus penanganan stunting.
Pertanyaan Kunci untuk Reviu Koordinasi antara Kabupaten/Kota dengan Kecamatan dan Desa
1. Forum koordinasi apa saja yang tersedia? Di tingkat apa? (di Kabupaten/Kota atau kecamatan?)2. Siapa (lembaga) mana yang menjadi penanggung jawabnya?3. Isu-isu apa saja yang menjadi fokus agenda koordinasi tersebut? 4. Bagaimana frekuensi koordinasi dari forum tersebut? Apakah berkala atau sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan?5. Bagaimana dengan jadwal kerja dan biaya operasional? Apakah terdapat rencana kerja dan
kepastian biaya operasional pelaksanaan koordinasi?6. Di antara forum koordinasi yang telah ada, forum mana yang dinilai cukup efektif dalam
memfasilitasi koordinasi program antara OPD, Kecamatan, dan Desa?
5. Bagaimana dengan jadwal kerja dan biaya operasional? Apakah terdapat rencana kerja dan kepastian biaya operasional pelaksanaan koordinasi?
6. Di antara forum koordinasi yang telah ada, forum mana yang dinilai cukup efektif dalam memfasilitasi koordinasi antara penyedia layanan?
Termasuk dalam hal ini koordinasi penyediaan/penambahan alokasi program/kegiatan bersumber DAK, APBN, atau APBD Provinsi, koordinasi penetapan lokasi prioritas dari program-program yang dikelola OPD, dan koordinasi pemantauan kemajuan integrasi intervensi gizi prioritas.
2) Koordinasi upaya perbaikan penyampaian layanan dan komiunikasi perubahan perilaku oleh penyedia layanan.
Rekomendasi terkait dengan forum yang perlu diperkuat untuk koordinasi teknis para penyedia layanan dan para pelaksana upaya perubahan perilaku rumah tangga 1.000 HPK.
Contoh: (1) koordinasi antara BPSPAMS dengan kader Posyandu dalam promosi penggunaan sumber air minum aman; dan (2) koordinasi antara Puskesmas dengan dukun beranak dalam promosi imunisasi dasar pada bayi.
26 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
3) Koordinasi antara Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.Rekomendasi terkait dengan forum yang perlu diperkuat untuk koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kemajuan program/kegiatan prioritas dan penyampaian layanan untuk meningkatkan jumlah keluarga sasaran yang mengakses layanan secara serentak.
Termasuk dalam hal ini koordinasi pembiayaan program/kegiatan prioritas pada lokasi prioritas, koordinasi pemantauan kemajuan integrasi layanan di tingkat kecamatan dengan memanfaatkan data KPM, dan koordinasi pelaksanaan layanan dari sejumlah penyedia layanan.
27Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
28 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
29Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
AKSI 2 PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
30 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
31Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
AKSI INTEGRASI 2:
2.1. Definisi
Penyusunan rencana kegiatan adalah tindak lanjut pemerintah Kabupaten/Kota dalam merealisasikan hasil rekomendasi dari analisis situasi. Rencana ini berisikan program dan kegiatan OPD untuk meningkatkan cakupan layanan intervensi dan kegiatan untuk meningkatkan integrasi intervensi oleh Kabupaten/Kota dan Desa pada tahun berjalan dan/atau satu tahun mendatang. Pemerintah kabupaten/kota selanjutnya mengintegrasikan Rencana Kegiatan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Rencana Kerja OPD.
2.2. Tujuan
Penyusunan Rencana Kegiatan bertujuan untuk: 1. Menindaklanjuti rekomendasi yang dihasilkan analisis situasi ke dalam
Program dan kegiatan OPD untuk meningkatkan cakupan intervensi gizi pada Rumah Tangga 1000 HPK. Kegiatan OPD untuk meningkatkan intervensi gizi terintegrasi, berupa kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun berjalan dan/satu tahun mendatang, baik yang memerlukan atau tidak memerlukan anggaran, dan
2. Memberikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk pengintegrasian ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran kabupaten/kota dan OPD (khususnya RKPD dan Rencana Kerja OPD).
32 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2.3. Output
Output penyusunan Rencana Kegiatan ini adalah rencana program/kegiatan untuk peningkatan cakupan dan integrasi intervensi gizi pada tahun berjalan dan/atau satu tahun mendatang.
2.4. PenanggungJawab
Mengingat pentingnya penyusunan rencana kegiatan ini sebagai acuan pelaksanaan program dan kegiatan bagi intervensi penurunan stunting terintegrasi di Kabupaten/Kota pada tahun berjalan dan/atau satu tahun anggaran berikutnya, maka tim penyusun harus berasal dari berbagai OPD terkait dan dikoordinir oleh Bappeda. Tim penyusun juga dapat berupa tim yang sama dengan tim teknis Analisis Situasi atau beberapa anggotanya berasal dari tim teknis Analisis Situasi.
2.5. Jadwal
Penyusunan rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi dilaksanakan pada bulan Februari
2.6. TahapanPelaksanaan
Penyusunan Rencana Kegiatan meliputi tahapan sebagai berikut:Tahap 1 : Penyusunan Rancangan Rencana KegiatanTahap 2 : Konsultasi Rancangan Rencana Kegiatan dengan DPRDTahap 3 : Ekspose Rancangan Rencana Kegiatan pada Rembuk Stunting Kabupaten/Kota Tahap 4 : Finalisasi Rancangan Rencana Kegiatan berdasarkan Kesepakatan Rembuk Stunting Kab/KotaTahap 5 : Integrasi Rencana Kegiatan ke dalam RKPD, Renja OPD, KUA PPAS, dan RKA OPD
TahapPertama: Penyusunan Rancangan Rencana Kegiatan
Penyusunan Rancangan Rencana Kegiatan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:1. Bappeda bersama OPD merevieu kembali rekomendasi hasil analisis situasi untuk mengidentifikasi
kegiatan yang perlu dilakukan untuk merealisasikan setiap rekomendasi dan mengidentifikasi OPD pelaksana kegiatan. Kegiatan yang dimaksud terdiri dari:
a. Kegiatan untuk meningkatkan cakupan intervensib. Kegiatan untuk meningkatkan integrasi intervensi pada lokasi prioritas (fokus) dan Rumah Tangga 1000
HPK
Contoh-contoh kegiatan untuk meningkatkan cakupan dan integrasi intervensi gizi serta OPD penanggung jawabnya ditampilkan pada Tabel berikut:
33Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel2.1.ContohKegiatanuntukMeningkatkancakupandanIntegrasi
Intervensi Contohkegiatan OPDPenanggungJawab
Suplementasi tablet tambah darah pada Remaja dan Wanita Usia Subur (WUS)
• Pendataan jumlah dan sebaran remaja putri dan ibu hamil
• Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)• Kampanye pentingnya mengkonsumsi
TTD
Dinas Kesehatan
Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok miskin
• Pendataan jumlah dan sebaran ibu hamil KEK dari kelompok miskin
• PMT ibu hamil KEK
Dinas Kesehatan
Promosi, konseling menyusui, dan PMBA
• Kelas ibu hamil dan Ibu Balita Dinas Kesehatan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
• Pemeriksaan dan intervensi tumbuh kembang bayi dan balita
• Konseling stimulasi tumbuh kembang bayi dan balita
Dinas Kesehatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
• Pelatihan MTBS bagi Nakes Puskesmas• Pemantauan pelaksanaan MTBS
Dinas Kesehatan
Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk keluarga kurang mampu
• Pendataan Rumah Tangga 1000 HPK untuk menjadi sasaran kegiatan
• Pemantauan pelaksanaan BPNT
Dinas SosialDinas Ketahanan PanganDinas Kesehatan
Kampanye nasional, termasuk penyebarluasan informasi melalui berbagai jalur organisasi masyarakat madani, jejaring lintas agama, organisasi profesi, dan komunitas.
• Pengembangan instrumen komunikasi perubahan perilaku
• Pelatihan kader• Kegiatan konseling rumah tangga
terpadu (interpersonal counseling)
Dinas Kesehatan Bidang Promosi KesehatanDinas yang membidangi Kominfo
Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua
Integrasi modul gizi pada program Pengasuhan Bersama dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD ), Parenting, Bina Keluarga Balita (BKB)
Dinas Pendidikan
Akses Jaminan Kesehatan (JKN) • Koordinasi dengan Desa dan Kecamatan untuk pendataan keluarga (terutama RT 1000 HPK) yang belum memiliki NIK
• Promosi kepesertaan JKN• Layanan pendaftaran ‘jemput bola’
BPJS KesehatanDinas KesehatanDinas Sosial
Akses air minum yang aman • Program/kegiatan penyedian/peningkatan/optimalisasi sistem penyediaan air minum
• Peningkatan kapasitas pengelola SPAM perdesaan
Dinas PU
Akses sanitasi yang layak • Program/kegiatan penyediaan/peningkatan sarana sanitasi
• Program/kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Dinas PUDinas Kesehatan
Integrasi intervensi bagi Rumah Tangga 1000 HPK
• Penyediaan/pemutakhiran data/informasi Rumah Tangga 1000 HPK
• Penyesuaian form/instrumen perencanaan, pemantauan, dan evaluasi intervensi untuk menyasar rumah tangga 1.000 HPK
• Pelatihan kader pembangunan manusia• Penyediaan forum koordinasi para
penyedia layanan dan kader di tingkat desa/kecamatan
BPMDDinas teknis
34 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2. Masing-masing OPD mereviu dokumen perencanaan yang ada untuk mengidentifikasi apakah kegiatan yang perlu dilakukan telah termasuk dalam dokumen perencanaan yang ada dan apakah perlu penyesuaian target kinerja, lokasi prioritas (fokus), perbaikan manajemen pelaksanaan intervensi, dan anggaran. a. Jika ya, rancangan rencana kegiatan memasukkan kegiatan yang telah tercantum dalam dokumen
perencanaan yang ada dengan/tanpa penyesuaian target kinerja, lokasi prioritas (fokus), perbaikan manajemen pelaksanaan intervensi, dan anggaran, serta OPD penanggung jawab.
b. Jika tidak, OPD melanjutkan pengusulan kegiatan baru dengan target kinerja, lokasi, dan anggaran (jika diperlukan) serta OPD penanggung jawab yang sesuai dengan rekomendasi hasil analisis situasi
Dokumen perencanaan yang direviu meliputi:1. RPJMD2. Renstra OPD3. RAD-PG ataupun rencana strategis ‘tematik’ yang relevan dengan percepatan penurunan
stunting
3. Masing-masing OPD mereviu hasil Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan; hasil Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan digunakan untuk verifikasi kebutuhan di tingkat desa dan penajaman kegiatan untuk desa-desa prioritas (fokus). Selain itu, dapat dipetakan kegiatan apa saja yang dapat dilimpahkan kewenangannya ke tingkat desa, yang selanjutnya akan menjadi masukan dalam aksi #4.
4. Masing-masing OPD memetakan berbagai opsi sumber pendanaan untuk membiayai program/kegiatan penyediaan intervensi dan kegiatan peningkatan integrasi
5. Bappeda dan OPD membahas dan mengkonsolidasikan rancangan rencana kegiatan untuk bahan konsultasi dengan DPRD komisi terkait. Informasi penting yang diharapkan dari hasil konsolidasi ini adalah sebagai berikut:a. Daftar prioritas kegiatan peningkatan cakupan intervensib. Daftar prioritas kegiatan peningkatan integrasi intervensic. Kegiatan yang sudah ada dan tidak perlu penyesuaian (dalam salah satu atau lebih hal berikut:
target kinerja, lokasi prioritas (fokus), perbaikan manajemen pelaksanaan intervensi, anggaran)d. Kegiatan yang sudah ada namun perlu penyesuaiane. Kegiatan baru namun tidak memerlukan anggaranf. Kegiatan baru yang memerlukan alokasi anggaran
Penyusunan prioritas kegiatan dilakukan dengan mempertimbangkan antara lain:1. Tahapan pelaksanaan kegiatan (kegiatan mana yang harus terlaksana terlebih dahulu sebelum
kegiatan yang lain)2. Ketersediaan pendanaan dalam tahun berjalan dan satu tahun anggaran berikutnya.
35Petunjuk Teknis - Pedom
an Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel2.2.RencanaKegiatanPeningkatanIntegrasiIntervensiPencegahandanPenurunanStunting
NOMASALAH
YANG DIHADAPI
REKOMENDASI KEGIATAN TARGETKINERJA LOKASI ANGGARAN
OPD PENANGGUNG
JAWAB
WAKTU PENYELESAIAN
1 Perbaikan alokasi program/anggaran untuk meningkatkan integrasi
1.1 Rekomendasi 1.1: ……………………………………… 1.1: ……………………
1.2 Rekomendasi 1.2: ……………………………………… 1.2: ……………………
Dst Dst
Sub total 1
2 Perbaikan manajemen penyampaian intervensi
2.1 Rekomendasi 2.1: ……………………………………… 2.1: ……………………
2.2 Rekomendasi 2.2: ……………………………………… 2.2: ……………………
Dst Dst
Sub total 2
3 Perbaikan data stunting dan cakupan intervensi
3.1 Rekomendasi 3.1: ……………………………………… 3.1: ……………………
3.2 Rekomendasi 3.2: ……………………………………… 3.2: ……………………
Dst Dst
Sub total 3
4 Penguatan koordinasi antar program dan antara kabupaten/kota dengan kecamatan dan desa
4.1 Rekomendasi 4.1 4.1
Rekomendasi 4.2 4.2
Sub total 4
Total
TAHUN ANGGARAN ……………….KABUPATEN/KOTA …………………..
36Petunjuk Teknis - Pedom
an Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel2.3.RencanaProgramdanKegiatanIntervensiPenurunan Stunting Terintegrasi
Tanggal: ……………………………., ……………….. 20 ….Tim Penyusun Rencana Kegiatan
NO PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA BASELINE TARGET
KINERJA LOKASI ANGGARAN SUMBER PENDANAAN OPD PENANGGUNG JAWAB
JADWAL PELAKSANAAN
Total
TAHUN ANGGARAN ……………….KABUPATEN/KOTA …………………..
37Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
TahapKedua: Diskusi Rencana Kegiatan dengan DPRD
1. Diskusi bertujuan untuk mengkomunikasikan Rancangan Rencana Kegiatan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi kepada DPRD dan dukungan kebijakan anggaran yang diperlukan.
2. Melalui diskusi ini, DPRD diharapkan lebih awal memahami kebutuhan kabupaten/kota dalam upaya menurunkan prevalensi stunting dan memahami implikasi kebijakan yang perlu disesuaikan, terutama dalam perumusan pokok-pokok pikiran DPRD dan KUA-PPAS.
3. Diskusi dapat dilakukan masing-masing kelompok OPD dengan DPRD Komisi terkait atau oleh Sekda bersama Bappeda dengan Badan Anggaran DPRD.
Tahap Ketiga: Ekspose Rancangan Rencana Kegiatan pada Rembuk Stunting Kabupaten/Kota
1. Bappeda memaparkan Rancangan Rencana Kegiatan dalam Rembuk Stunting untuk mendapatkan konfirmasi (terutama dari Desa dan Kecamatan) dan dukungan dari seluruh stakeholder di wilayah kabupaten/kota.
2. OPD memberikan klarifikasi/konfirmasi yang diperlukan atas rancangan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Kesepakatan Rembuk Stunting atas rencana kegiatan pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi menjadi dasar finalisasi dan pengesahan rencana kegiatan.
TahapKeempat: Finalisasi Rancangan Rencana Kegiatan
1. Jika pada Rembuk Stunting terdapat tambahan/masukan terhadap rancangan Rencana Kegiatan, tim penyusun melakukan revisi atas rancangan rencana kegiatan tersebut.
2. Rencana kegiatan yang telah difinalkan berdasarkan hasil Rembuk Stunting selanjutnya disampaikan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan OPD
3. OPD menggunakan Rencana Kegiatan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan intervensi gizi terintegrasi pada tahun berjalan ataupun dalam penyusunan Renja dan RKA OPD tahun rencana berikutnya.
4. Bappeda dan OPD memastikan kegiatan yang bersumber DAK masuk dalam proposal DAK tahun rencana berikutnya
TahapKelima: Integrasi Rencana Kegiatan kedalam Dokumen Rencana dan Anggaran Tahunan Daerah
1. Pengintegrasian yang dimaksudkan dalam hal ini adalah proses penuangan program/kegiatan OPD hasil kesepakatan Rembuk Stunting ke dalam Renja OPD dan RKPD.
2. Pengintegrasian ini bertujuan untuk memastikan komitmen program/kegiatan penurunan stunting tercantum dalam RKPD dan/atau R-APBD/RAPBD-P dan dilaksanakan secara terpadu.
3. OPD mengidentifikasi kegiatan dalam Rencana Kegiatan yang harus diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran OPD yaitu Rencana Kerja (Renja) OPD, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) OPD, dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) OPD.
38 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
4. TAPD mengintegrasikan rencana kegiatan tersebut ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah yaitu RKPD, KUA – PPAS, RAPBD/RAPBD-P.
Jadwal pengintegrasian ini mengikuti jadwal penyusunan RKPD, KUA-PPAS, dan RAPBD/RAPBD-P. Untuk mengetahui kemajuan proses integrasi ini, penanggung jawab dapat menggunakan:1. Matriks Kendali Integrasi Rencana Program/Kegiatan, yaitu matriks untuk mengetahui daftar program/
kegiatan dalam Rencana Kegiatan yang masuk dalam RKPD dan/atau Renja OPD (Tabel 2.4)2. Matriks Kendali Integrasi Anggaran, yaitu matriks untuk mengetahui daftar program/kegiatan dalam
Rencana Kegiatan sesuai angka 1 yang masuk dalam KUA-PPAS dan RAPBD/RAPBD-P (Tabel 2.5)
39Petunjuk Teknis - Pedom
an Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel2.4.MatriksKendaliIntegrasiRencanaKegiatandalamRKPDdanRenjaOPD
Tabel2.5.MatriksKendaliIntegrasiAnggaranRencanaKegiatandalamKUA-PPASdanAPBD
Rencana Kegiatan Tahun …./…. Renja OPD Tahun …. RKPD Tahun ….
No Program/Kegiatan Indikator Kinerja
Target Kinerja Satuan Lokasi Anggaran Sumber
Dana OPD Target Kinerja Lokasi Anggaran Target
Kinerja Lokasi Anggaran
Tahun 20…
Rencana Kegiatan Tahun …./…. KUA-PPAS Tahun…. APBD Tahun ….
No Program/Kegiatan Indikator Kinerja
Target Kinerja Satuan Lokasi Anggaran Sumber
Dana OPD Target Kinerja Lokasi Anggaran Target
Kinerja Lokasi Anggaran
Tahun 20…
40 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
41Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
AKSI 3 REMBUK STUNTING
42 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
43Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
REMBUK STUNTING KABUPATEN/KOTA
AKSI INTEGRASI 3:
3.1. Definisi
Rembuk stunting merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah kabupaten/kota untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting secara bersama-sama antara OPD penanggung jawab layanan dengan sektor/lembaga non-pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah kabupaten/kota secara bersama-sama akan melakukan konfirmasi, sinkronisasi, dan sinergisme hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan dari OPD penanggung jawab layanan di kabupaten/kota dengan hasil perencanaan partisipatif masyarakat yang dilaksanakan melalui Musrenbang kecamatan dan desa dalam upaya penurunan stunting di lokasi fokus.
Materi utama yang akan disampaikan dalam kegiatan rembuk stunting adalah:1. Program/kegiatan penurunan stunting yang akan dilakukan pada tahun
berjalan, dan2. Komitmen Pemerintah Daerah dan OPD terkait untuk program/kegiatan
penurunan stunting yang akan dimuat dalam RKPD/Renja tahun berikutnya.
Rembuk Stunting dilakukan setelah kabupaten/kota memperoleh hasil Analisis Situasi (Aksi Integrasi #1) dan memiliki Rancangan Rencana Kegiatan (Aksi#2) penurunan stunting terintegrasi kabupaten/kota. Informasi hasil Musrenbang Kecamatan dan Desa juga akan menjadi bagian yang dibahas dalam Rembuk Stunting kabupaten.
44 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
3.2. Tujuan
Rembuk stunting bertujuan untuk:1. Menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan intervensi penurunan stunting
kabupaten/kota terintegrasi.
Untuk pelaksanaan rembuk stunting pada tahun kedua dan selanjutnya, perlu penyampaian perkembangan jumlah kasus dan prevalensi stunting dan perbaikan cakupan intervensi.
2. Mendeklarasikan komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi.
3. Membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi di kabupaten/kota.
3.3. Output
Output yang diharapkan dari rembuk stunting adalah:1. Komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh bupati, perwakilan DPRD, kepala desa,
pimpinan OPD dan perwakilan sektor nonpemerintah dan masyarakat.2. Rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati oleh lintas
sektor untuk dimuat dalam RKPD/Renja OPD tahun berikutnya.
Hasil kegiatan rembuk stunting menjadi dasar gerakan penurunan stunting kabupaten/kota melalui integrasi program/kegiatan yang dilakukan antar OPD penanggung jawab layanan dan partisipasi masyarakat.
3.4. PenanggungJawab
Bupati sebagai penanggung jawab aksi integrasi mendelegasikan kewenangannya kepada Sekretaris Daerah untuk membentuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Rembuk Stunting.
TPK bertanggung jawab untuk:• Menyusun rencana persiapan, waktu, agenda, serta kebutuhan-kebutuhan penyelenggaraan rembuk
stunting yang akan dilakukan,• Konsultasi rencana kegiatan Rembuk untuk mendapat perseujuan Bupati, dan• Koordinasi dengan OPD dan pihak lainnya (Unit Pelaksana Teknis K/L, lembaga non-pemerintah, dan
swasta) yang akan terlibat dalam pelaksanaan Rembuk Stunting.
45Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Lembaga non pemerintah dan swasta yang dimaksud misalnya Lembaga Ikatan Ibu Menyusui, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Guru Taman kanak-kanak Indonesia (IGTKI), Himpunan PAUD Indonesia (Himpaudi), Persatu Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Aisyiyah, Fatayat dan Muslimah NU, WKRI (Wanita Katholik Republik Indonesia), PWKI (Persatuan Wanita Kristen Indonesia), Wanita Buddhis Indonesia, Persada Hindu, PAMSIMAS, SANIMAS, Ikatan Wanita Tani (IWT), Ikatan Pengusaha Muda Indonesia (IPMI), dan lain sebagainya.
3.5. Jadwal
Waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan jadwal perencanaan tahunan kabupaten/kota sehingga hasil rembuk bisa terakomodir dalam dokumen perencanaan dan penganggaran kabupaten/kota. Idealnya, Rembuk Stunting kabupaten/kota dilakukan sebelum Musrenbang Kabupaten/Kota dilaksanakan (Februari). Kegiatan Rembuk Stunting dapat dilaksanakan pada saat kegiatan Forum OPD untuk Penyusunan Renja OPD kabupaten/kota (Februari).
3.6. TahapanPelaksanaan
Tahap 1 : Merancang Agenda Pelaksanaan Rembuk StuntingTahap 2 : Menyiapkan Dokumen PendukungTahap 3 : Sosialisasi dan Diseminasi Komitmen Aksi Integrasi Penurunan Stunting
TahapPertama: Merancang Agenda Pelaksanaan Rembuk Stunting
1. Agenda acaraRembuk stunting diselenggarakan dalam bentuk workshop selama satu hari dengan agenda acara yang disesuaikan dengan temuan dari analisis situasi dan kebutuhan daerah. Agenda acara setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut: a. Penjelasan mengenai stunting serta pentingnya keterlibatan dan peran lintas sektor,b. Penyampaian hasil analisis situasi program penurunan stunting,c. Penyampaian dan diskusi rancangan rencana kegiatan,d. Penandatanganan komitmen dan kesepakatan rencana kegiatan, dane. Sesi apresiasi bagi unsur pemerintahan dan masyarakat yang berhasil dalam upaya penurunan
stunting terintegrasi (mulai tahun kedua).
2. NarasumberNarasumber dapat berasal dari unsur pemerintah daerah, kementerian/lembaga terkait, dan/atau universitas.
46 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
3. PesertaPeserta Rembuk Stunting tingkat kabupaten/kota adalah Bupati/Wakil Bupati (Walikota/Wakil Walikota), Sekretaris Daerah (Sekda), DPRD, Bappeda, OPD penanggung jawab layanan (terkait intervensi gizi prioritas), Badan Kantor Perwakilan Kementerian Teknis, unsur PKK, para Camat dan Kepala Desa, pendamping dan fasilitator program terkait (kabupaten/kota, kecamatan, desa), akademisi, organisasi masyarakat sipil, akademisi, serta unsur-unsur masyarakat lainnya.
TahapKedua:Menyiapkan dokumen pendukung
Dalam rembuk stunting, diupayakan seminimal mungkin terjadinya penyesuaian atau revisi terhadap hasil Analisis Situasi (hasil dari Aksi #2) dan Rencana Kegiatan (hasil dari Aksi #3) yang telah diajukan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bahwa hasil Analisis Situasi dan rancangan Rencana Kegiatan tersebut telah terkonfirmasi secara formal sebelum kegiatan rembuk stunting dilakukan.
1. Dokumen Analisis situasi a. Sebaran stunting dan cakupan intervensi dalam wilayah kabupaten/kota dan lokasi focus, b. Rekomendasi program dan kegiatan prioritas untuk meningkatkan cakupan layanan secara
terintegrasi,c. Rekomendasi tindakan perbaikan manajemen untuk memastikan Rumah Tangga 1000 HPK
mendapatkan intervensi secara lengkap, dand. Rekomendasi koordinasi yang dbutuhkan antar OPD dan antara kabupaten/kota dengan desa
melalui dukungan kecamatan.
2. Rancangan Rencana Kegiatana. Daftar rekomendasi program dan kegiatan penurunan stunting tahun berjalan dan/atau tahun
berikutnya, danb. Kebutuhan anggaran program dan kegiatan terkait penurunan stunting di OPD penanggung jawab
layanan serta unit teknis di tingkat kecamatan dan desa beserta sumber pendanaan (APBN, APBD, Dana Transfer, APBDes, Dana Desa, dan sebagainya).
Rancangan Rencana Kegiatan disusun dengan mempertimbangkan daftar usulan kegiatan di tingkat desa hasil Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan.
3. Format Komitmen Hasil Rembuk Stuntinga. Naskah komitmen, danb. Berita acara kesepakatan rencana kegiatan.
Untuk ditandatangani oleh Bupati, Kepala Desa, Pimpinan OPD, perwakilan DPRD, perwakilan sektor non-pemerintah, dan perwakilan masyarakat
47Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Gambar3.1GambaranUmumPelaksanaanRembukStuntingKabupaten/Kota
Rancangan Rencana Kegiatan
Rembuk Stunting
Komitmen Hasil Rembuk Stunting
Kab/Kota
Hasil Analisis Situasi
Musrenbang Kecamatan
Musrenbang Desa
Kesepakatan Rencana Kegiatan
• Anggaran Intervensi sesuai kebutuhan & lokasi fokus
• Pelaksanaan aksi integrasi
• Pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan intervensi gizi
INPUT OUTPUT
OUTCOMEINPUT
Konfirmasi Kebutuhan Program/Kegiatan
Konfirmasi Kebutuhan Program/Kegiatan
Tahap Ketiga: Sosialisasi dan Diseminasi Komitmen Aksi Integrasi Penurunan Stunting
1. Sosialisasi komitmen bersama dapat dilakukan melalui berbagai media komunikasi yang tersedia seperti radio, koran, televisi lokal, dan sebagainya.
2. Pemerintah daerah melakukan sosialisasi dan diseminasi komitmen hasil Rembuk Stunting untuk menegaskan kembali komitmen dan mendorong seluruh pihak untuk berkontribusi secara aktif dalam upaya penurunan stunting terintegrasi.
3. Dengan adanya sosialisasi dan diseminasi, masyarakat juga dapat melakukan monitoring sosial terhadap pelaksanaan komitmen dalam upaya penurunan stunting terintegrasi diwilayahnya masing-masing.
48 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
49Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
AKSI 4 PERATURAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG KEWENANGAN DESA
50 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
51Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PERATURAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG KEWENANGAN DESA
AKSI INTEGRASI 4:
4.1.Definisi
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6/2014 tentang Desa, desa berkewajiban untuk mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan yang menjadi program prioritas nasional. Oleh karena itu desa diharapkan untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang relevan dengan upaya pencegahan dan penurunan stunting terutama dalam skala desa melalui Pemerintahan Desa.
Pemerintah telah menganggarkan Dana Desa yang setiap tahun meningkat jumlahnya. Selain itu, desa juga memiliki sumber pendanaan lain seperti Alokasi Dana Desa (ADD) dan pendapatan asli desa. Namun demikian, secara umum alokasi pendanaan desa yang digunakan untuk kegiatan pembangunan yang terkait dengan penurunan stunting relatif masih sangat kecil.
Peraturan Pemerintah (PP) 11/2019 tentang perubahan kedua atas PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6/2014 pasal 37 telah mengamanatkan kewajiban Bupati/Walikota untuk menerbitkan peraturan terkait daftar kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa. Peraturan ini akan menjadi acuan pemerintah desa dalam menetapkan peraturan desa terkait kewenangan tersebut sesuai situasi, kondisi, dan kebutuhan lokal.
52 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
4.2.TujuandanRuangLingkup
Tujuan utama dari diterbitkannya peraturan Bupati/Walikota tentang kewenangan desa dalam upaya pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi adalah untuk memberikan kepastian hukum yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi desa dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya pencegahan dan penurunan stunting. Peraturan Bupati/Walikota terkait kewenangan desa dapat meliputi hal-hal berikut:1. Menetapkan kewenangan desa dalam mendukung intervensi gizi terintegrasi dalam pencegahan dan
penurunan stunting,2. Meningkatkan alokasi penggunaan APBDes terutama penggunaan Dana Desa untuk kegiatan yang
dapat mendukung pencegahan dan penurunan stunting,3. Menyediakan, memobilisasi, melatih, dan mendanai kegiatan Kader Pembangunan Manusia (KPM)
agar dapat memfasilitasi pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi dalam pencegahan dan penurunan stunting di tingkat desa,
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyediaan layanan pencegahan dan penurunan stunting termasuk pelaksaanaan kegiatan perubahan perilaku dan konseling individual/pribadi,
5. Memastikan perencanaan dan penganggaran program/kegiatan pencegahan dan penurunan stunting di tingkat desa, dan
6. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan layanan penurunan stunting.
Peraturan Bupati/Walikota terkait kewenangan desa dalam pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi dapat berupa peraturan baru atau merevisi peraturan yang ada yang relevan dengan agenda pelaksanaan intervensi pencegahan dan penurunan stunting di Kabupaten/Kota.
4.3.PenanggungJawab
Bupati/Walikota selaku penanggung jawab pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi di Kabupaten/Kota memberikan kewenangannya kepada OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa untuk menyusun atau merevisi Peraturan Bupati/Walikota terkait upaya pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi di tingkat Desa.
4.4.Jadwal
Idealnya penyusunan Peratutan Bupati/Walikota selesai ditetapkan paling lambat pada bulan Mei tahun berjalan sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk proses perencanaan dan penganggaran tahunan di Desa pada tahun berjalan dan/atau satu tahun berikutnya.
53Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
4.5.TahapanPelaksanaan
Tahapan Aksi Integrasi 4 Peraturan Bupati/Walikota tentang Kewenangan Desa terdiri dari:Tahap 1: Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/WalikotaTahap 2: Pembahasan Rancangan Peraturan Bupati/ WalikotaTahap 3: Penetapan dan Sosialisasi Peraturan Bupati/Walikota
TahapPertama:Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota
1. Penyusunan inisiatif rancangan Peraturan Bupati/ Walikotaa. OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan
pemberdayaan masyarakat dan desa berperan penting dalam mengajukan inisiatif Rancangan Peraturan Bupati/Walikota.
b. OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa membentuk Tim Penyusun untuk menginisiasi Rancangan Peraturan Bupati/Walikota.
c. Tim Penyusunan bertugas untuk melakukan review atas peraturan terkait desa yang sudah ada dan merumuskan ruang lingkup yang akan diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.
2. Review Peraturan Bupati/Walikota tentang Kewenangan Desaa. Tim Penyusun mengidentifikasi Peraturan
Bupati/Walikota terkait tentang peran dan kewenangan desa yang sudah ada.
b. Tim Penyusun mengidentifikasi kesesuaian Peraturan Bupati/Walikota yang ada dengan hasil rekomendasi dari Analisis Situasi (Aksi 1), Penyusunan Rencana Kegiatan (Aksi 2), dan Rembuk Stunting (Aksi 3).
c. Tim Penyusun mengidentifikasi adanya kebutuhan untuk merevisi atau membuat peraturan Bupati/Walikota dalam rangka mendukung upaya pencegahan penurunan stunting terintegrasi.
1. Tim Penyusun diketuai oleh Pimpinan OPD pemrakarsa atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah dan Sekretaris berasal dari Bagian Hukum Kabupaten/Kota.
2. Tim Penyusun ditetapkan melalui surat keputusan Pemerintah Daerah.
3. Tim penyusun sebaiknya melibatkan OPD lain yang terkait dan perwakilan dari lembaga masyarakat yang relevan dan akademisi.
Tim Inisiator juga dapat mempelajari Peraturan Bupati/Walikota tentang pencegahan dan penurunan stunting dari daerah lain:1. Apakah upaya penurunan stunting dilakukan
secara terintegrasi?2. Bagaimana peran dan kewenangan desa
dimasukan sebagai upaya pencegahan dan penurunan stunting dalam Peraturan Bupati/Walikota?
Proses review dapat dilakukan melalui diskusi kelompok terarah dengan melibatkan lintas sektor, mitra pembangunan, lembaga kemasyarakatan, dan akademisi.
54 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
3. Menyusun ruang lingkup revisi Peraturan Bupati/Walikotaa. Tim penyusun merumuskan ruang lingkup dan substansi yang akan diatur dalam peraturan Bupati/
Walikota yang mengacu pada hasil Analisis Situasi (Aksi 1), Penyusunan Rencana Kegiatan (Aksi 2), dan komitmen dalam Rembuk Stunting Kabupaten/Kota (Aksi 3) untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Ruang lingkup Peraturan Bupati/Walikota terkait kewenangan desa yang didalamnya mencakup kewenangan desa dalam pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi sekurang-kurangnya memuat tentang:• Kewenangan desa dalam menentukan alokasi pendanaan dalam APBDes,• Peran kecamatan dalam mendukung Pemerintah Desa. Bupati/Walikota dapat mendelegasikan
Camat untuk melakukan evaluasi rancangan APBDes (Permendagri 20/2018 pasal 37) sebagai peluang intervensi daerah dalam pelaksanaan pencegahan dan penurunan stunting terintergrasi dalam APBDes n+1,
• Koordinasi Pemerintah Desa dengan OPD terkait dan fasilitator atau pendamping program,• Peran kelembagaan masyarakat (Posyandu, PAUD, PKK, dan lainnya), dan• Dukungan Desa untuk memobilisasi, pelatihan, dan pendanaan kegiatan kader pembangunan
manusia (KPM).
4. Menyusun revisi rancangan Peraturan Bupati/Walikota a. Tim Penyusun membuat revisi Rancangan Peraturan Bupati/Walikota terkait kewenangan desa
dalam pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi sesuai tujuan dan ruang lingkup yang telah ditetapkan.
b. Tim Penyusun Peraturan Bupati/Walikota menyampaikan rancangan Peraturan Bupati/Walikota kepada bagian Hukum Kabupaten/Kota.
TahapKedua: Pembahasan Rancangan Peraturan Bupati/ Walikota
1. Pembahasan rancangan Peraturan Bupati/Walikota dengan Bagian Hukuma. Tim Penyusun Peraturan Bupati/Walikota melakukan pembahasan dengan bagian Hukum untuk
melakukan harmonisasi dan sinkronisasi dengan OPD terkait untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala Daerah.
Beberapa Contoh Peraturan Bupati/Walikota Terkait Kewenangan Desa dan Stunting
1. Peraturan Bupati Bireuen Nomor 44 Tahun 2017 Tentang Penurunan Stunting2. Peraturan Bupati Katingan Nomor 36 Tahun 2018 Tentang Optimalisasi Penurunan Stunting di
Kabupaten Katingan3. Peraturan Bupati Katingan Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Penurunan Stunting di Kabupaten
Katingan4. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif5. Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 78 Tahun 2018 Tentang Pedoman Teknis Penggunaan
Dana Desa Tahun 2019
55Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
b. Ketua Tim Penyusun melaporkan perkembangan rancangan Peraturan Bupati/Walikota kepada Sekretaris Daerah.
2. Pembahasan dengan OPD Terkaita. Tim penyusun selanjutnya melakukan pembahasan untuk penyempurnaan rancangan Peraturan
Bupati/Walikota dengan OPD terkait.b. Personil OPD terkait yang diharapkan adalah mereka yang sudah terlibat sejak perumusan tujuan
dikeluarkannya Peraturan Bupati/Walikota agar pembahasan berjalan efektif dan efisien.3. Konsultasi Publik
a. Konsultasi publik penting dilakukan sebagai wujud penerapan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan untuk mendapatkan input dari masyarakat.
b. Masyarakat berhak mendapatkan informasi dan memberikan masukan atas peraturan yang akan dibuat oleh pemerintah Kabupaten/Kota.
c. Konsultasi publik dapat dilakukan dengan berbagai cara dan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
d. Pemerintahan Desa dan lembaga kemasyarakatan yang ada di desa merupakan kelompok utama yang diharapkan dapat memberikan input dalam rancangan Peraturan Bupati/Walikota.
Tahap Ketiga: Menetapkan dan Mensosialisasikan Peraturan Bupati/Walikota
1. Penyelesaian dan penetapan Peraturan Bupati/Walikotaa. Tim Penyusun melakukan serangkaian pembahasan atas hasil dari konsultasi publik sebagai bahan
untuk memfinalisasi rancangan Peraturan Bupati/Walikota.b. Rancangan final Peraturan Bupati/Walikota ini harus mendapatkan paraf koordinasi dari Kepala
Bagian Hukum Kabupaten/Kota dan Pimpinan OPD terkait.c. Pimpinan OPD terkait atau pejabat yang ditunjuk mengajukan rancangan final Peraturan Bupati/
Walikota kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.d. Sekretaris Daerah menyampaikan rancangan Peraturan Bupati/Walikota kepada Bupati/Walikota
untuk ditandatangani.
2. Pelaksanaan Sosialisasi Peraturan Bupati/Walikotaa. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban untuk melakukan sosialisasi atas Peraturan Bupati/
Walikota tersebut.b. Sosialisasi dan penyebarluasan Peraturan Bupati/Walikota ini perlu dilakukan seintensif mungkin
dan bisa menjangkau sampai ke pelosok desa. Keberadaan Peraturan Bupati/Walikota ini harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
56 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
57Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
AKSI 5 PEMBINAAN KADER PEMBANGUNAN MANUSIA
58 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
59Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PEMBINAAN KADER PEMBANGUNAN MANUSIA
AKSI INTEGRASI 5:
5.1.Definisi
Kader Pembangunan Manusia (KPM) adalah warga masyarakat desa yang dipilih melalui musyawarah desa untuk membantu pemerintah desa dalam memfasilitasi masyarakat desa untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembangunan sumber daya manusia di desa. Secara lebih spesifik, KPM memfasilitasi pelaksanaan integrasi pencegahan dan penurunan stunting di tingkat desa. KPM berasal dari masyarakat sendiri seperti kader Posyandu, guru PAUD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dan kader lainnya yang ada di desa.
Bupati/Walikota mendelegasikan kewenangan kepada OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa untuk memberikan pembinaan kepada KPM melalui pemerintah desa. Kegiatan pembinaan KPM idealnya dilakukan selambat-lambatnya pada bulan Mei tahun berjalan setelah kegiatan perencanaan dan penganggaran (Aksi 1 - Analisis Situasi, Aksi 2 - Penyusunan Rencana Kegiatan, dan Aksi 3 - Rembuk Stunting).
5.2.TujuandanRuangLingkup
Tujuan pembinaan KPM adalah untuk memastikan mobilisasi KPM di seluruh desa di Kabupaten/Kota berjalan dengan baik dan kinerja KPM dapat optimal sesuai dengan tugas dan perannya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten/Kota agar pembinaan KPM berjalan baik meliputi:a. Menentukan tugas KPM dalam pelaksanaan integrasi pencegahan dan
60 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
penurunan stunting di tingkat desa,b. Mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan operasional pembiayaan KPM,c. Mengembangkan sistem insentif berbasis peningkatan kinerja KPM, dand. Mensinergikan kinerja KPM dengan Dinas Layanan (OPD) terkait upaya pencegahan dan penurunan
stunting.
5.3.PenanggungJawab
Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab mendelegasikan kewenangan kepada OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa untuk merencanakan kegiatan mobilisasi KPM di desa.
5.4.Jadwal
Kegiatan pembinaan KPM idealya dilakukan pada bulan Mei tahun berjalan setelah kegiatan perencanaan dan penganggaran (Aksi 1 - Analisis Situasi, Aksi 2 - Penyusunan Rencana Kegiatan, dan Aksi 3 - Rembuk Stunting).
5.5.TahapanPelaksanaan
Tahapan memobilisasi KPM meliputi hal-hal berikut ini:Tahap 1: Memahami Tugas KPMTahap 2: Mengidentifikasi Ketersediaan Sumber Daya dan Operasional Pembiayaan KPMTahap 3: Mengembangkan Dukungan Sistem untuk Mengoptimalkan Kinerja KPMTahap 4: Mensinergikan Kinerja KPM dengan Program OPD
TahapPertama: Memahami Tugas KPM
1. Pemahaman yang sama tentang tugas KPMa. Untuk memahami tugas KPM perlu dilakukan sosialisasi tentang peran dan tangggung jawab
KPM dalam rangka integrasi pencegahan dan penurunan stunting tingkat desa di internal OPD Kabupaten/Kota.
b. Hal-hal yang perlu disamakan persepsinya oleh OPD kabupaten/kota terkait KPM, meliputi:• Peran strategis KPM sebagai fasilitator pelaksanaan pencegahan dan penurunan stunting
terintegrasi di desa,• Bentuk tugas yang dapat dikerjakan oleh KPM,• Pola pembinaan yang dapat dilakukan oleh setiap OPD kepada KPM,• Mekanisme distribusi tugas dari OPD Kabupaten kepada KPM, dan• Pola pelaporan kegiatan KPM.
61Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2. Tugas dari KPM a. Mensosialisasikan kebijakan integrasi pencegahan dan penurunan stunting kepada masyarakat
desa dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap stunting melalui pengukuran tinggi badan bayi dan balita sebagai deteksi dini stunting,
b. Mendata dan mengidentifikasi sasaran rumah tangga 1,000 HPK melalui peta sosial desa dan Pengkajian Kondisi Desa (PKD),
c. Memantau layanan pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi terhadap sasaran rumah tangga 1,000 HPK untuk memastikan setiap sasaran mendapatkan layanan yang berkualitas,
d. Menfasilitasi dan melakukan advokasi peningkatan belanja APBDes utamanya yang bersumber dari Dana Desa untuk digunakan dalam membiayai pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi baik gizi spesifik dan sensitif,
e. Memfasilitasi suami dan/atau bapak serta keluarga dari anak usia 0-23 bulan untuk mengikuti kegiatan konseling gizi serta kesehatan ibu dan anak,
f. Memfasilitasi masyarakat desa untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, pelaksaaan, dan pengawasan program/kegiatan pembangunan desa untuk pemenuhan layanan gizi spesifik dan sensitif, dan
g. Melaksanakan koordinasi dan/atau kerja sama dengan para pihak yang berperan serta dalam pelayanan pencegahan dan penurunan stunting seperti bidan desa, petugas puskesmas (ahli gizi, sanitarian), guru PAUD dan/atau perangkat desa.
3. Penetapan KPM dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa berdasarkan hasil musyawarah tingkat desa
Tahap Kedua: Mengidentifikasi Ketersediaan Sumber Daya dan Operasional Pembiayaan KPM 1. Identifikasiketersediaansumberdaya
a. Dinas BPMD atau OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa perlu mengidentifikasi ketersediaan sumber daya KPM sesuai kriteria sebagai berikut:
Kader Pembangunan Manusia (KPM) merupakan kader desa yang mendapatkan tugas khusus untuk memfasilitasi kegiatan integrasi layanan pencegahan dan penurunan stunting di desa. Syarat utama untuk menjadi KPM meliputi:• Berasal dari desa setempat• Berpengalaman sebagai kader masyarakat, diutamakan dibidang pembangunan manusia seperti: Kader Posyandu, Guru PAUD, dan kader kesehatan lainnya• Memiliki kemampuan komunikasi yang baik• Dapat baca tulis, minimal pendidikan SLTAKPM tidak harus direkrut baru tetapi bisa berasal dari kader yang sudah ada didukung peningkatan kapasitas untuk memfasilitasi kegiatan penurunan stunting.
62 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2. IdentifikasiketersediaanpembiayaanoperasionalKPMa. OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa
mengidentifikasi potensi pembiayaan operasional KPM dalam integrasi intervensi pencegahan dan penurunan stunting di desa (misalnya: APBDes/Dana Desa, Dinas PMD, Dinas Kesehatan, OPD lainnya, dan swasta).
b. Dari potensi pembiayaan tersebut dikaji aspek apa saja yang akan dapat dibiayai (misalnya: insentif, biaya transportasi, dan penyusunan laporan).
3. Identifikasiketersediaanpembiayaanpeningkatankapasitas1. Alokasi penanggaran untuk operasional kegiatan kader (contohnya: insentif, transportasi) secara
umum sudah tercantum dalam APBDes dan/atau Dana Desa.2. Kabupaten/Kota bertugas untuk memperkuat peran KPM agar dapat bekerja lebih baik. Oleh karena
itu, Kabupaten/Kota perlu mengalokasikan pendanaan untuk membiayai hal-hal sebagai berikut:• Dana pelatihan pra-tugas sebelum KPM menjalankan tugasnya,• Dana insentif kinerja sebagai stimulasi agar KPM dapat terus termotivasi melaksanakan tugas dan
meningkatkan kinerja, dan• Dana bimbingan teknis baik untuk pelatihan lanjutan maupun biaya supervisi pemantauan
kabupaten/kota ke desa.
Tahap Ketiga: Mengembangkan Dukungan Sistem untuk Mengoptimalkan Kinerja KPM
1. Sistem pembinaan dan peningkatan kapasitas KPMa. OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa perlu
mengembangkan pola dukungan terhadap peningkatan kinerja KPM.b. Kegiatan pembinaan dan peningkatan kapasitas perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.
Untuk itu diperlukan adanya tim kerja, biaya operasional, dan modul pelatihan.c. Modul pelatihan KPM mengacu pada Panduan yang diterbitkan oleh Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
2. Sistem pemberian insentif KPM berbasis kinerjaa. OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa
mengembangkan sistem pemberian insentif kepada KPM dengan memperhatikan capaian kinerja.b. KPM harus mempunyai kontrak tugas yang jelas tentang target pencapaiannya sebagai dasar
pemberian insentif.c. OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa menyiapkan
instrumen evaluasi KPM berbasis capaian kinerja.
63Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Beberapa Kriteria yang dapat digunakan untuk Pemberian Insentif KPMKriteria pemberian insentif bagi KPM berdasarkan target pemenuhan beberapa kegiatan, yang meliputi:• Peta sosial, data sasaran, dan laporan hasil rembuk stunting desa yang dilaporkan setelah
tiga (3) bulan pertama pelaksanaan.• Laporan hasil pemantauan integrasi layanan termasuk tindak lanjut pengukuran tinggi badan
anak usia di bawah dua tahun sekurang-kurangnya setiap tiga (3) bulan.• Pelaksanaan kegiatan forum koordinasi antar penyedia layanan setiap tiga (3) bulan mulai
dari April -Desember.• Pemberian insentif juga dapat diberikan dalam bentuk bukan uang seperti:
- Penghargaan KPM berprestasi- Mendapatkan pelatihan lanjutan sebagai bagian peningkatan kualifikasi- Sertifikat pelatihan
3. Sistem keberlanjutan KPMMengingat peran strategis KPM di dalam integrasi pencegahan dan penurunan stunting di desa maka memastikan keberadaan KPM ada di setiap desa sepanjang tahun anggaran merupakan hal yang penting dilaksanakan. Perlu dikembangkan pembagian peran antara desa dengan kabupaten/kota untuk menjamin keberadaan KPM. Desa berperan untuk menyediakan KPM sedangkan kabupaten/kota berperan untuk memberikan pendampingan.
Berikut ini beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk memastikan keberlanjutan keberadaan KPM:a. Perlu dipastikan bahwa pengelolaan KPM sudah tercakup dalam Peraturan Bupati/Walikota.b. Perlu disusun Rencana Kerja kabupaten/kota untuk pembinaan KPM di mana OPD yang
bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa melibatkan seluruh dinas sektor teknis.
c. Mengalokasikan anggaran untuk memberikan insentif kinerja KPM.
4. Pengembangan peran kecamatan dalam pembinaan KPM dan integrasi layanan penurunan stunting desaPemerintah Kabupaten/Kota perlu mempertegas peran kecamatan dalam upaya pelaksanaan integrasi pencegahan dan penurunan stunting di tingkat desa. Secara rinci tugas dan peran kecamatan dalam integrasi layanan penurunan stunting meliputi: a. Melakukan review atas usulan APBDes dengan memastikan bahwa desa telah memasukkan
anggaran kegiatan penurunan stunting termasuk pembiayaan operasional untuk KPM.b. Memberikan advokasi rancangan Peraturan Desa dengan memastikan bahwa draft Peraturan Desa
tidak menghambat proses integrasi layanan pencegahan dan penurunan stunting tetapi akan mendukung pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi.
c. Memfasilitasi terjadinya rapat koordinasi sekurang-kurangnya setiap tiga (3) bulan antar unit-unit layanan untuk membahas beberapa hal:
64 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
• Konsolidasi data hasil laporan layanan dengan data laporan desa,• Identifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas pelaku desa khususnya KPM dalam memfasilitasi
integrasi layanan penurunan stunting,• Pembahasan dalam rangka mengefektifkan pola-pola koordinasi dalam mendukung layanan di
desa,• Menyusun rencana kerja bersama untuk bulan berikutnya, dan• Mensinergikan rencana kerja kabupaten dengan rencana kerja desa, terutama pada aspek
waktu pelaksanaan.
TahapKeempat: Mensinergikan Kinerja KPM dengan Program OPD
1. Koordinasi dan SinergiBappeda kabupaten/kota perlu memfasilitasi koordinasi antara OPD kabupaten/kota lainnya untuk merumuskan pola sinergi kerja KPM dengan petugas atau pendamping program dari OPD. Sinergi bisa diawali dengan menggunakan hasil pendataan dan laporan yang dilakukan oleh masing-masing OPD. Hasil dari pelaporan akan menghasilkan data-data sasaran rumah tangga 1.000 HPK dan kasus stunting dari setiap desa lokasi layanan atau lokasi dampingan.
Hasil kerja dari KPM, salah satunya adalah laporan rutin sekurang-kurang setiap tiga (3) bulan yang berisikan data sasaran dan data capaian layanan. Data laporan sudah dikonsolidasikan dengan sumber layanan setempat seperti dengan Posyandu, Bidan Desa, Poskesdes, dan PAUD. Laporan KPM akan menjadi bagian dari laporan desa yang akan dikirimkan ke kabupaten/kota khususnya kepada OPD terkait dengan pembangunan dan pemberdayaan desa seperti OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa.
Data dari laporan desa ini menjadi penting untuk dikonsolidasikan dengan data dari setiap OPD. Rapat rutin sekurang-kurang setiap tiga (3) bulan untuk mengkonsolidasikan data antar OPD menjadi penting untuk diagendakan oleh kabupaten/kota dalam rangka memantau kemajuan penurunan stunting.
Perlu adanya kebijakan kabupaten/kota untuk menetapkan tim kerja yang bertugas untuk melakukan konsolidasi data dan menetapkan salah satu OPD sebagai koordinator. Selanjutnya setiap OPD akan menggunakan data yang dikeluarkan oleh tim kerja ini sebagai data rujukan di dalam menyusun perencanaan kegiatan dan pengembangan layanan.
2. Rapat Bulanan KPM dengan OPD LayananDi dalam melaksanakan tugasnya, KPM akan lebih banyak melakukan pemantauan kepada seluruh warga desa. Sedangkan petugas layanan seperti bidan desa dan guru PAUD cenderung fokus pada sasaran yang datang ke pusat layanan. Rapat sekurang-kurangnya setiap tiga (3) bulan antara KPM dengan petugas layanan di unit kesehatan, PAUD, dan unit layanan atau program lainnya menjadi penting untuk dilakukan secara rutin. Rapat ini bertujuan untuk saling menginformasikan tentang hasil kerja pelayanan.
65Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Hasil pembahasan diharapkan akan menghasilkan beberapa kesepakatan seperti:a. Konsolidasi dan pemutakhiran data sasaran rumah tangga 1.000 HPK dan kasus gizi/stunting,b. Pembahasan masalah yang muncul,c. Rencana kerja bersama dan pembagian tugas atau peran, dand. Rencana penguatan kapasitas kepada KPM dan desa dalam pelaksanaan kegiatan penurunan
stunting.
3. Fasilitasi Penanganan Masalah pada Layanan Pencegahan dan Penurunan StuntingDalam pelaksanaan integrasi intervensi pencegahan dan penurunan stunting mungkin saja ditemukan sejumlah permasalahan. Kendala koordinasi, komunikasi, integrasi pelaksanaan layanan, dan keterbatasan dukungan bisa saja terjadi. Penanganan atas masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Prinsip dasarnya adalah semua pihak yang terlibat dalam integrasi penurunan stunting wajib terlibat dalam pembahasan penyelesaian masalah lapangan.
Jika masalah yang muncul adalah pola koordinasi di tingkat kabupaten/kota, maka pemangku kepentingan kabupaten/kota perlu duduk bersama untuk membahas langkah penyelesaiannya. Demikian juga, jika penyebab masalahnya ada di tingkat kecamatan atau desa maka pemangku kepentingan di kecamatan dan desa perlu difasilitasi untuk mendiskusikan langkah penyelesaiannya.
Pada pembahasan penyelesaian masalah, jika disepakati langkah perbaikannya bersifat teknis, maka OPD dan/atau dinas teknis bersangkutan yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika langkah penanganan masalahnya terkait dengan kebijakan maka Bappeda yang bertanggung jawab melakukan perbaikan dan memberikan arahan perbaikan kebijakan yang diperlukan.
66 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
67Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
AKSI 6 SISTEM MANAJEMEN DATA STUNTING
68 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
69Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
SISTEM MANAJEMEN DATA STUNTING
AKSI INTEGRASI 6:
6.1.Definisi
Sistem manajemen data intervensi pencegahan dan penurunan stunting adalah tatanan pengelolaan data di tingkat Kabupaten/kota sampai dengan tingkat Desa yang akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan dan pengelolan program/atau kegiatan pencegahan dan penurunan stunting.
Sistem manajamen data adalah bagian dari pengelolaan sumber informasi yang mencakup semua kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan data, pengumpulan data hingga pemanfaatan data untuk memastikan informasi yang akurat dan mutakhir. Kegiatan sistem manajemen data bersinggungan dengan aspek kebijakan, menggunakan dan mendukung mekanisme yang telah berjalan di Kabupaten/kota sesuai dengan alur pelaksanaan, serta tidak terlepas dari dukungan teknologi informasi dalam pengumpulan dan pengelolaan data.
Kebutuhan data yang akan digunakan dalam pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi disesuaikan dengan kegiatan di setiap tingkatan pemerintahan.1. Di tingkat desa, data digunakan untuk analisis situasi tingkat desa, proses
perencanaan, penentuan sasaran program, pemantauan pelaksanaan kegiatan intervensi, dan penilaian kinerja (score card);
2. Di tingkat kecamatan, data digunakan untuk sosialisasi dan advokasi kepada Kepala Desa, penentuan target desa, dan pemantauan kemajuan kegiatan.
70 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
3. Di tingkat kabupaten/kota, masing-masing OPD yang membidangi sektor yang memerlukan data untuk melakukan perencanaan kegiatan seperti dalam Analisis Situasi, Rembuk Stunting, melihat dan melakukan reviu capaian layanan program mereka/kinerja program, dan mengambil keputusan untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan program.
6.2.Tujuan
Tujuan umum dari pelaksanaan perbaikan sistem manajemen data stunting adalah untuk menyediakan akses data dalam pengelolaan program pencegahan dan penurunan stunting. Tujuan khusus perbaikan sistem manajemen data untuk memastikan kebutuhan data dalam Aksi Integrasi lainnya terpenuhi, yaitu: Aksi #1 (Analisis Situasi Program Penurunan Stunting), Aksi #2 (Rencana Kegiatan), Aksi #7 (Pengukuran dan publikasi stunting) dan Aksi #8 terkait dengan Reviu Kinerja.
Pengelola program di kabupaten/kota melalui Bappeda dapat menggunakan data pencegahan dan penurunan stunting untuk keperluan advokasi ke kepala daerah dan juga memenuhi fungsi pelaporan ke provinsi dan pusat. Tujuan aksi perbaikan sistem manejemen data bukan untuk membangun sistem manajemen data baru/khusus untuk stunting tetapi untuk memperkuat sistem-sistem yang sudah ada di OPD, guna meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas maupun kualitas data tentang intervensi stunting gizi terintegrasi.
6.3.PenanggungJawab
Penanggung jawab untuk mengkoordinir Aksi ini adalah Bappeda. Sementara OPD terkait akan bertanggung jawab terhadap ketersediaan data untuk masing-masing kegiatan program.
6.4.Jadwal
Kegiatan aksi ini dilaksanakan sepanjang tahun anggaran untuk mendukung keseluruhan proses perencanaan dan penganggaran, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi.
6.5.TahapanKegiatan
Sistem manajemen data ini harus dapat memastikan kebutuhan data dalam Aksi Integrasi lainnya terpenuhi, yaitu: aksi #1 (Analisis Situasi), aksi #2 (Rencana Kegiatan), aksi #7 (Pengukuran dan Publikasi Stunting), dan aksi #8 terkait dengan Reviu Kinerja Tahunan.
Tahap 1: Identifikasi Kebutuhan Dan Kesenjangan DataTahap 2: Penilaian Sistem Manajemen Data Saat IniTahap 3: Menyusun Rencana Tindak Lanjut Perbaikan Sistem DataTahap 4: Melakukan Reviu Terhadap Perbaikan Dan Pemanfaatan Sistem Data
71Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
TahapPertama:Identifikasi Kebutuhan dan Kesenjangan Data
Bappeda dan seluruh OPD yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan intervensi gizi terintergrasi perlu mengetahui dan memahami kebutuhan data yang akan digunakan dalam melaksanakan intervensi pencegahan dan penurunan stunting. Kebutuhan data tersebut disusun berdasarkan jenis intervensi dan tingkatan wilayah pemerintahan (Desa, Kecamatan, dan Kabupaten/kota).
Data awal yang dikumpulkan pada tahap Aksi#1 (Analisis Situasi) di tahun pertama merupakan data baseline untuk indikator cakupan stunting dan dipantau secara berkala. Untuk memenuhi kebutuhan melakukan Aksi#1 (Analisa Situasi) dan Aksi#8 (Review Kinerja Tahunan), perlu rencana pemantauan pencegahan dan penurunan stunting secara lintas-sektor. Hasil identifikasi kebutuhan data dan rekomendasi kesenjangan data dari Aksi#1 (Analisis Situasi) merupakan informasi awal untuk mengidentifikasi masalah ketersediaan, aksesibilitas dan/atau kualitas data stunting. Hasil ini digunakan sebagai bahan diskusi pada kegiatan penyusunan rencana Aksi#6 (Sistem Manajemen Data). Peran serta aktif lintas sektor dalam meningkatkan kualitas sistem data yang ada di kabupaten/kota merupakan faktor kunci. Oleh karena itu, kegiatan Pemetaan atau Penilaian Sistem Manajemen Data dan Penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sistem Data disarankan dijadikan salah satu rekomendasi kegiatan dalam penyusunan Rencana Kegiatan (Aksi#2).
Pada tahapan pelaksanaan Aksi#1 (Analisis Situasi), Bappeda meminta masing-masing OPD yang membidangi program intervensi stunting untuk melakukan pemetaan kebutuhan dan penggunaan data berdasarkan pengguna data, jenis keputusan yang perlu didukung dengan data, dan jenis data yang dibutuhkan. Sistem manajemen data mencakup data-data dari setiap indikator mulai dari data stunting sampai dengan cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif. Adapun contoh dari daftar indikator tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
72 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel6.1.Pem
etaanIndikatorCakupanIntervensiGiziTerintegrasi
SASA
RAN
INDI
KATO
RDE
FIN
ISI O
PERA
SIO
NAL
OPD
Su
mbe
r Dat
aM
onito
ring
Sum
ber D
ata
Data
base
Pem
etaa
nAd
a/Ti
dak
A. In
dika
tor U
tam
a
IBU
HAM
IL(B
umil)
1Bu
mil
perik
sa h
amil
min
imal
4 k
ali
sela
ma
keha
mila
n%
Bum
il ya
ng p
erik
sa h
amil
4 ka
li te
rhad
ap se
mua
bum
il da
lam
kur
un w
aktu
yan
g sa
ma.
Dina
s Ke
seha
tan
2Bu
mil
men
dapa
t dan
min
um T
able
t Ta
mba
h Da
rah
(TTD
) sel
ama
90 H
ari
% B
umil
men
dapa
t dan
min
um T
TD se
lam
a 90
har
i ter
hada
p se
mua
bum
il da
lam
ku
run
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
3Bu
mil
men
giku
ti ko
nsel
ing
gizi/
kel
as Ib
u m
inim
al 4
Kal
i%
Bum
il m
engi
kuti
kons
elin
g gi
zi/ke
las i
bu m
inim
al 4
kal
i ter
hada
p se
mua
bum
il da
lam
kur
un w
aktu
sam
a.Di
nas
Kese
hata
n
4Bu
mil
KEK/
Resti
men
dapa
t PM
T/ku
njun
gan
rum
ah b
ulan
an%
Bum
il KE
K/Re
sti y
ang
men
dapa
t PM
T/ku
njun
gan
rum
ah b
ulan
an te
rhad
ap se
mua
Bu
mil
KEK
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
5Bu
mil
mem
iliki
Jam
inan
Kes
ehat
an%
Bum
il ya
ng m
emili
ki Ja
min
an K
eseh
atan
terh
adap
selu
ruh
Bum
il da
lam
kur
un
wak
tu y
ang
sam
aDi
nas
Kese
hata
n
6Ru
mah
tang
ga d
enga
n Bu
mil
puny
a ak
ses a
ir m
inum
am
an%
Rum
ah ta
ngga
Bum
il pu
nya
akse
s air
min
um a
man
terh
adap
selu
ruh
Bum
il da
lam
ku
run
wak
tu sa
ma
Dins
a PU
7Ru
mah
tang
ga d
enga
n Bu
mil
mem
iliki
ja
mba
n ya
ng la
yak
% R
umah
tang
ga B
umil
mem
iliki
jam
ban
laya
k te
rhad
ap se
luru
h Ru
mah
tang
ga B
umil
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
8Ib
u Be
rsal
in m
enda
pat P
emer
iksa
an
Nifa
s 3 K
ali
% Ib
u Be
rsal
in m
enda
pat p
emer
iksa
an n
ifas 3
kal
i ter
hada
p se
luru
h Ib
u Be
rsal
in
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
ANAK
USI
A 0-
23
BULA
N
1An
ak u
sia <
12 b
ulan
men
dapa
t im
unisa
si da
sar l
engk
ap%
Ana
k us
ia <
12 b
ulan
men
dapa
t im
unisa
si da
sar l
engk
ap te
rhad
ap se
mua
ana
k us
ia<1
2 bu
lan
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
2An
ak b
adut
a di
timba
ng b
erat
bad
an
rutin
setia
p bu
lan
% A
nak
badu
ta d
itim
bang
ber
at b
adan
rutin
setia
p bu
lan
terh
adap
selu
ruh
anak
ba
duta
dal
am k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
3O
rang
tua/
peng
asuh
men
giku
ti ko
nsel
ing
gizi
bula
nan
% o
rang
tua/
peng
asuh
men
giku
ti ko
nsel
ing
gizi
bula
nan
terh
adap
sem
ua o
rang
tua/
peng
asuh
dal
am k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
4Ku
njun
gan
rum
ah b
agi a
nak
gizi
buru
k/ku
rang
/stu
nting
% a
nak
gizi
buru
k/ku
rang
/stu
nting
men
dapa
t kun
jung
an ru
mah
terh
adap
sem
ua
anak
gizi
bur
uk/k
uran
g/st
untin
g da
lam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nas
Kese
hata
n
5Ru
mah
tang
ga d
enga
n an
ak 0
-2 ta
hun
puny
a ak
ses a
ir m
inum
am
an%
Rum
ah ta
ngga
ana
k 0-
2 ta
hun
mem
iliki
aks
es a
ir m
inum
am
an te
rhad
ap se
luru
h ju
mla
h Ru
mah
tang
ga a
nak
0-2
tahu
n da
lam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nsa
PU
6Ru
mah
tang
ga d
enga
n an
ak 0
-2 ta
hun
mem
iliki
jam
ban
laya
k%
rum
ah ta
ngga
ana
k 0-
2 ta
hun
yang
mem
iliki
jam
ban
laya
k te
rhad
ap se
luru
h ju
mla
h Ru
mah
tang
ga a
nak
0-2
tahu
n da
lam
dal
am k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
7An
ak 0
-2 ta
hun
mem
iliki
Jam
inan
Ke
seha
tan
% A
nak
0-2
tahu
n m
emili
ki Ja
min
an K
eseh
atan
terh
adap
jum
lah
selu
ruh
anak
0-2
ta
hun
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma.
Dina
s Ke
seha
tan
8An
ak 0
-2 ta
hun
mem
iliki
akt
a la
hir.
anak
0-2
tahu
n m
emili
ki a
kta
lahi
r. Te
rgad
ap ju
mla
h se
luru
h an
ak 0
-2 ta
hun
dala
m
kuru
n w
aktu
sam
aDu
kcap
il
9O
rang
tua/
peng
asuh
men
giku
ti pa
renti
ng
bula
nan
(PAU
D)%
ora
ngtu
a/pe
ngas
uh m
engi
kuti
pare
nting
bul
anan
(pau
d) te
rhad
ap se
luru
h ju
mla
h or
angt
ua/p
enga
suh
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Dik
bud
10Ba
yi 0
-6 b
ulan
mem
pero
leh
ASI e
kskl
usif
% B
ayi 0
-6 b
ulan
mem
pero
leh
ASI e
kskl
usif
terh
adap
sem
ua b
ayi 0
-6 b
ulan
dal
am
wila
yah
dan
kuru
n w
aktu
yan
g sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
73Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
ATAU
(0
-2
TAHU
N)
ATAU
BA
DUTA
11N
eona
tus m
enda
patk
an p
elay
anan
se
suai
stan
dar p
alin
g se
diki
t 3 k
ali (
1 x
pd
usia
6-4
8 ja
m, 1
x pa
da u
sia 3
- 7
har
i, da
n 1
x pa
da u
sia 8
– 2
8 ha
ri se
tela
h la
hir)
% N
eona
tus y
ang
men
dapa
tkan
pel
ayan
an se
suai
stan
dar p
alin
g se
diki
t 3 k
ali (
1 x
pd
usia
6-4
8 ja
m, 1
x pa
da u
sia 3
- 7
har
i, da
n 1
x pa
da u
sia 8
– 2
8 ha
ri se
tela
h la
hir)
te
rhad
ap se
mua
kel
ahira
n hi
dup
di d
alam
kur
un w
aktu
tert
entu
.
Dina
s Ke
seha
tan
12Ba
duta
yan
g m
emili
ki d
an m
engg
unak
an
Buku
KIA
Badu
ta y
ang
mem
iliki
buk
u KI
A da
n te
lah
teris
i ses
uai u
sia d
alam
kur
un w
aktu
1
tahu
nDi
nas
Kese
hata
n
13Ba
duta
yan
g di
laya
ni S
DIDT
KBa
duta
yan
g di
pant
au ta
hapa
n pe
rkem
bang
an se
suai
usia
nya
men
ggun
akan
Ku
esio
ner P
ra S
krin
ing
Perk
emba
ngan
(KPS
P) a
tau
Buku
KIA
ata
u in
stru
men
t bak
u ya
ng d
iper
iksa
ole
h gu
ru P
AUD
dan
kade
r ter
latih
/ter
orie
ntas
i dib
awah
supe
rvisi
te
naga
kes
ehat
an d
alam
kur
un w
aktu
1 ta
hun
Dina
s Ke
seha
tan
14Ba
duta
yan
g di
laya
ni M
anaj
emen
Te
rpad
u Ba
lita
Saki
t (M
TBS)
Badu
ta sa
kit y
ang
data
ng b
erob
at k
e Pu
skes
mas
dila
yani
den
gan
pend
ekat
an M
TBS
dala
m k
urun
wak
tu 1
tahu
nDi
nas
Kese
hata
n
ANAK
BALI
TA
USI
A 6-
59
BULA
N
1Ba
lita
0-59
bul
an y
ang
Diar
e m
enda
pat
supl
emen
tasi
Zink
% B
alita
Dia
re m
enda
pat s
uple
men
tasi
Zink
terh
adap
jum
lah
selu
ruh
Balit
a Di
are
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
2An
ak 6
-59
bula
n m
empe
role
h vi
tam
in A
% A
nak
6-59
bul
an m
empe
role
h vi
t A
terh
adap
jum
lah
selu
ruh
Anak
6-5
9 bu
lan
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
3Ca
kupa
n ba
lita
kuru
s yan
g m
enda
patk
an
PMT
% b
alita
kur
us y
ang
men
dapa
t PM
T te
rhad
ap se
mua
bal
ita k
urus
dal
am k
urun
wak
tu
sam
aDi
nas
Kese
hata
n
4Ke
hadi
ran
balit
a di
pos
yand
u (D
/S)
Rata
-rat
a pe
rsen
tase
jum
lah
anak
usia
0-5
tahu
n ya
ng h
adir
per b
ulan
di p
osya
ndu
terh
adap
sem
ua a
nak
usia
0-5
tahu
n da
lam
wila
yah
kerja
pos
yand
uDi
nas
Kese
hata
n
5Ba
lita
yang
mem
iliki
dan
men
ggun
akan
Bu
ku K
IABa
lita
yang
mem
iliki
buk
u KI
A da
n te
lah
teris
i ses
uai u
sia d
alam
kur
un w
aktu
1 ta
hun
Dina
s Ke
seha
tan
6Ba
lita
yang
dila
yani
SDI
DTK
Balit
a ya
ng d
ipan
tau
taha
pan
perk
emba
ngan
sesu
ai u
siany
a m
engg
unak
an K
uesio
ner
Pra
Skrin
ing
Perk
emba
ngan
(KPS
P) a
tau
Buku
KIA
ata
u in
stru
men
t bak
u ya
ng
dipe
riksa
ole
h gu
ru P
AUD
dan
kade
r ter
latih
/ter
orie
ntas
i dib
awah
supe
rvisi
tena
ga
kese
hata
n da
lam
kur
un w
aktu
1 ta
hun
Dina
s Ke
seha
tan
7Ba
lita
yang
dila
yani
Man
ajem
en Te
rpad
u Ba
lita
Saki
t (M
TBS)
Balit
a sa
kit y
ang
data
ng b
erob
at k
e Pu
skes
mas
dila
yani
den
gan
pend
ekat
an M
TBS
dala
m k
urun
wak
tu 1
tahu
nDi
nas
Kese
hata
n
ANAK
>2-
6 TA
HUN
2An
ak u
sia 2
-6 ta
hun
terd
aftar
dal
am
PAU
D%
Ana
k us
ia 2
-6 ta
hun
terd
aftar
dal
am P
AUD
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
anak
usia
2-6
ta
hun
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Dik
bud
REM
AJA
PUTR
I1
Rem
aja
putr
i (12
-18
tahu
n) m
enda
pat
TTD
% R
emaj
a pu
tri (
13-1
8 ta
hun)
men
dapa
t TTD
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Rem
aja
putr
i da
lam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nas
Kese
hata
n
KPM
PKK
1KP
M P
KK m
enda
patk
an F
amily
De
velo
pmen
t Ses
sion
(FDS
) Gizi
dan
Ke
seha
tan
% K
PM P
KK m
enda
patk
an F
DS G
izi d
an K
eseh
atan
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
KPM
PKK
da
lam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nas S
osia
lDi
nas
Kese
hata
n
KELU
ARGA
10
00 H
PK
1Ke
luar
ga 1
000
HPK
kelo
mpo
k m
iskin
pe
nerim
a BP
NT
% K
elua
rga
1000
HPK
kel
ompo
k m
iskin
pen
erim
a BP
NT
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Kelu
arga
100
0 HP
K ke
lom
pok
misk
in d
alam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nas S
osia
l
2Ke
luar
ga 1
000
HPK
kelo
mpo
k m
iskin
pe
nerim
a PK
H%
Kel
uarg
a 10
00 H
PK k
elom
pok
misk
in p
ener
ima
PKH
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Kelu
arga
100
0 HP
K ke
lom
pok
misk
in p
ener
ima
PKH
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Sos
ial
DESA
1De
sa m
ener
apka
n KR
PL%
Des
a m
ener
apka
n KN
PL te
rhad
ap se
luru
h ju
mla
h De
sa p
ener
ap K
NPL
dal
am k
urun
w
aktu
sam
aDi
nas P
erta
nian
74 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
B. In
dika
tor P
elen
gkap
(PU
SKES
MAS
)
PUS
KES
MAS
1Ba
lita
Gizi
Buru
k ya
ng m
enda
pat
pera
wat
an%
Bal
ita G
izi B
uruk
yan
g m
enda
pat p
eraw
atan
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Balit
a Gi
zi Bu
ruk
dala
m k
urun
wak
tu sa
ma
2Pu
skes
mas
mam
pu m
elak
ukan
m
anaj
emen
Terp
adu
Balit
a Sa
kit (
MTB
S)%
Pus
kesm
as m
ampu
mel
aksa
naka
n m
anaj
emen
Terp
adu
Balit
a Sa
kit (
MTB
S)
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Pusk
esm
as d
alam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nas
Kese
hata
n
3Pu
skes
mas
mam
pu sti
mul
asi,
dete
ksi,
inte
rven
si di
ni tu
mbu
h ke
mba
ng a
nak
% P
uske
smas
mam
pu sti
mul
asi,
dete
ksi,
inte
rven
si di
ni tu
mbu
h ke
mba
ng a
nak
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Pusk
esm
as d
alam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nas
Kese
hata
n
4Pu
skes
mas
yan
g m
elak
sana
kan
Kela
s Ibu
% P
uske
smas
yan
g m
inim
al 5
0% d
esa/
kelu
raha
n di
wila
yah
kerja
nya
mel
aksa
naka
n ke
las i
bu d
alam
kur
un w
aktu
1 ta
hun
Dina
s Ke
seha
tan
5Pu
skes
mas
yan
g m
elak
sana
kan
pela
yana
n N
eona
tal E
sens
ial s
esua
i st
anda
r
% P
uske
smas
yan
g m
elak
sana
kan
pela
yana
n N
eona
tal E
sens
ial s
esua
i sta
ndar
te
rhad
ap se
luru
h ju
mla
h Pu
skes
mas
dal
am k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
6Pu
skes
mas
Mel
aksa
naka
n O
rient
asi P
4KCa
kupa
n pu
skes
mas
yan
g m
elak
sana
kan
orie
ntas
i P4K
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Pusk
esm
as d
alam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nas
Kese
hata
n
7Pu
skes
mas
yan
g m
elak
sana
kan
Man
ajem
en Te
rpad
u Ba
lita
Saki
t (M
TBS)
% P
uske
smas
yan
g m
elak
sana
kan
laya
nan
Man
ajem
en Te
rpad
u Ba
lita
Saki
t (M
TBS)
ke
pada
selu
ruh
balit
a sa
kit y
ang
data
ng b
erob
at k
e Pu
skes
mas
Dina
s Ke
seha
tan
C. In
dika
tor d
i Wila
yah
Khus
us
WIL
AYAH
KH
USU
S
1Bu
mil
men
ggun
akan
kel
ambu
di d
aera
h en
dem
ik M
alar
ia%
Bum
il m
engg
unak
an k
elam
bu d
i dae
rah
ende
mik
Mal
aria
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Bum
il di
dae
rah
ende
mic
Mal
aria
dal
am k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
2Bu
mil
positi
f HIV
men
dapa
t PPI
A (P
ence
gaha
n Pe
nula
ran
Ibu
ke A
nak)
% B
umil
positi
f HIV
men
dapa
t PPI
A (P
ence
gaha
n Pe
nula
ran
Ibu
ke A
nak)
terh
adap
se
luru
h ju
mla
h Bu
mil
Positi
f HIV
dal
am k
urun
wak
tu sa
ma
Dina
s Ke
seha
tan
3Ba
lita
12-5
9 bu
lan
mem
pero
leh
obat
ca
cing
% B
alita
12-
59 b
ulan
mem
pero
leh
obat
cac
ing
terh
adap
selu
ruh
jum
lah
Balit
a 12
-59
bula
n da
lam
kur
un w
aktu
sam
aDi
nas
Kese
hata
n
75Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
TahapKedua: Penilaian Sistem Manajemen Data Saat ini
1. IdentifikasiSistemManajemenDatayangTersediaUntuk memenuhi kebutuhan data untuk pemantauan dan evaluasi upaya pencegahan dan penurunan stunting, Bappeda bersama Unit Statistik di Kabupaten/kota perlu mengidentifikasi sistem data apa saja yang sudah tersedia dan dimiliki oleh OPD terkait. Identifikasi ini dilakukan dalam pelaksanaan Analisis Situasi (Aksi #1).
Tabel6.2.ContohSistemManajemenDataTerkaitIntervensiPencegahandanPenurunanStunting
Selanjutnya Bappeda dan Unit Statistik di Kabupaten/kota bersama OPD perlu mengidentifikasi data apa saja yang tersedia di dalam sistem manajemen data tersebut. Tabel 6.3. bisa dijadikan contoh matriks dalam melakukan identifikasi sistem manajemen data yang telah tersedia saat ini:
Tabel6.3.ContohMatriksInventoriSistemPenyediaanData
No OPD Sistem Data Data yang tersedia Indikator
1. Dinas Kesehatan ● e-Puskesmas● e-PPGBM● Smart STBM● PIS-PK● Komdat
Data cakupan program, status gizi, data penyakit, data akses sanitasi, penggunaan data obat, dll.
Sistem data mencakup sejumlah (misalnya 11) indikator integrasi intervensi
2. Dinas Pekerjaan Umum/Permukiman
● SIM air minum (PAMSIMAS)
Data akses air minum Mencakup sejumlah (misalnya 1) indikator
3. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
● Dapodik kabupaten Data siswa, data guru, dan data sekolah
Mencakup sejumlah (misalnya 2) indikator
No Jenis Data Indikator
Sumber Data Pengelola Sistem / OPD
– Unit
FrekuensiSistem
Monitoring/ Pelaporan
Rutin
Sistem Informasi/ Database
Pengumpulan Data
Pelaporan Data ke OPD
1. 1.…2.…
Laporan Puskesmas –
Gizi (F3)
XX DinKes – Unit X
Kontinu Bulanan
2. SIM Air Minum
DinasPUPR
Dst….
76 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2. IdentifikasiKesenjanganSistemManajemenDataBappeda diharapkan dapat mengundang OPD terkait untuk mengidentifikasi kesenjangan data yang ada setelah OPD melakukan analisis ketersediaan data di sektornya masing-masing terkait cakupan intervensi pencegahan dan penurunan stunting. Selain itu, disarankan juga melakukan kunjungan ke fasilitas layanan jika diperlukan dalam proses penilaian untuk melihat permasalahan yang mungkin terjadi dalam manajemen data.
Beberapahalyangperludidiskusikandalamidentifikasikesenjangandata:• Data apa saja yang tersedia dan yang tidak tersedia?• Apakah data yang ada, tersedia secara berkala (bulanan/ triwulan/ tahunan) dan dalam skala
wilayah tertentu (kecamatan atau desa) Apakah mudah memperoleh data tersebut secara cepat?
• Apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi kecukupan data? Apakah pengelola data yang ada telah memiliki kapasitas yang cukup dan diharapkan? Apakah cukup tersedia sumber daya untuk pengumpulan dan pengelolaan data?
• Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas data? Apakah sistem manajemen data telah memanfaatkan Teknologi Informasi? Apakah perlu ada peningkatan sistem manajemen data berbasis TI?
• Apakah ada penanggungjawab untuk manajemen data di unit OPD terkait?• Apakah ada panduan atau SOP tertulis mengenai tata cara pengumpulan, pelaporan dan
manajemen data (untuk OPD, untuk fasilitas layanan, untuk petugas lapangan (e.g. kader, bidan)?
• Apakah anggaran dialokasikan untuk kegiatan pengumpulan, pelaporan dan manajemen data?
• Apakah semua staf yang relevan telah dapat pelatihan mengenai proses dan alat manajemen data?
• Apakah ada form standar untuk pencatatan dan pelaporan data? Apakah ini digunakan secara konsisten di seluruh fasilitas layanan?
• Apakah ada prosedur pengendalian kualitas data saat memasukan data kedalam sistem informasi
77Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel6.4.ContohFormPenilaianSistem
Manajem
endanPelaporanData
(kat
egor
i dap
at se
suai
kan;
tid
ak se
mua
kat
egor
i ber
laku
unt
uk se
mua
ting
kat)
OPD
Pen
angg
ung
Jaw
ab:
Dina
s Kes
ehat
an
Sist
em M
onito
ring:
Prog
ram
B
No.
Ting
kat
Posy
andu
(Ya
/ Tid
ak)
Pusk
esm
as(Y
a / T
idak
)Di
nKes
(Ya
/ Tid
ak)
Cata
tan
I – K
apas
itas,
Tug
as d
an T
angg
ung
Jaw
ab P
eman
taua
n da
n Ev
alua
si
1.Ad
a st
af y
ang
ditu
gask
an d
enga
n ta
nggu
ng ja
wab
unt
uk m
anaj
emen
dat
a
2.Se
mua
pos
isi u
ntuk
mon
ev d
an si
stem
man
ajem
en d
ata
teris
i
3.Ad
a st
af se
nior
yan
g be
rtan
ggun
gjaw
ab u
ntuk
revi
ew a
ngka
agg
rega
t seb
elum
lapo
ran
dike
luar
kan
4.Ad
a st
af y
ang
bert
angg
ungj
awab
unt
uk re
view
qua
litas
dat
a ya
ng d
iterim
a da
ri tin
gkat
baw
ah
5.Ad
a st
af y
ang
bert
angg
ungj
awab
unt
uk re
view
ang
ka a
ggre
gat s
ebel
um d
i kiri
m k
e tin
gkat
ata
s (e.
g. k
e Pr
ovin
si at
au K
emen
teria
n)
6.Ta
nggu
ngja
wab
unt
uk p
enca
tata
n pe
nyam
paia
n pe
laya
nan
dala
m d
okum
en su
mbe
r ditu
gask
an k
epad
a st
af y
ang
rele
van.
7.Ad
a re
ncan
a pe
latih
an y
ang
men
caku
p st
af y
ang
terli
bat d
alam
pen
gum
pula
n da
ta d
an p
elap
oran
di
sem
ua le
vel d
alam
pro
ses p
elap
oran
.
8.Se
mua
staf
yan
g re
leva
n te
lah
men
erim
a pe
latih
an te
ntan
g pr
oses
dan
ala
t man
ajem
en d
ata.
II - P
ersy
arat
an P
elap
oran
Dat
a
Ada
pand
uan
tert
ulis
dibe
rikan
kep
ada
sem
ua e
ntita
s pel
apor
(misa
lnya
, fas
ilita
s lay
anan
) ten
tang
:
9....
apa
yang
har
us d
ilapo
rkan
10.
…ba
gaim
ana
(mis.
form
at) l
apor
an h
arus
disa
mpa
ikan
.
11.
…ke
pada
siap
a la
pora
n ha
rus d
isam
paik
an.
12.
…ka
pan
teng
gat w
aktu
lapo
ran
haru
s disa
mpa
ikan
.
III –
Pro
ses M
anaj
emen
Dat
a
13.
Ada
doku
men
sum
ber s
tand
ar u
ntuk
dig
unak
an o
leh
sem
ua fa
silita
s lay
anan
unt
uk m
enca
tat
peny
ampa
ian
laya
nan
(mis.
reka
m m
edis,
form
ulir
pend
aftar
an p
asie
n, re
gist
er, d
ll.)
14.
Inst
ruks
i yan
g je
las t
elah
dib
erik
an te
ntan
g ba
gaim
ana
mel
engk
api p
engu
mpu
lan
data
dan
form
ulir
/ al
at p
elap
oran
.
15.
Ada
form
ulir
/ ala
t pel
apor
an st
anda
r unt
uk d
igun
akan
ole
h se
mua
ting
kat p
elap
oran
/ fo
rmul
ir / a
lat
yang
seca
ra k
onsis
ten
digu
naka
n ol
eh se
mua
ting
kata
n.
1 Dia
dops
i dar
i Rou
tine
Dat
a Q
ualit
y As
sess
men
t (RD
QA)
Tool
, The
Glo
bal F
und
/ USA
ID/ M
easu
re
78 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
16.
…da
n fo
rmul
ir / a
lat s
tand
ar d
igun
akan
seca
ra k
onsis
ten
oleh
sem
ua fa
silita
s lay
anan
.
17.
Data
yan
g di
kum
pulk
an o
leh
siste
m m
onito
ring
mem
iliki
ket
epat
an y
ang
cuku
p un
tuk
men
guku
r in
dika
tor (
yaitu
, dat
a di
kum
pulk
an b
erda
sark
an k
arak
teris
tik sp
t jen
is ke
lam
in, u
sia, d
ll. ji
ka in
dika
tor
perlu
disa
jikan
seca
ra te
rpila
h).
18.
Um
pan
balik
tent
ang
kual
itas p
elap
oran
mer
eka
(yai
tu, a
kura
si, k
elen
gkap
an d
an k
etep
atan
wak
tu)
dibe
rikan
seca
ra si
stem
atis k
epad
a se
mua
ting
kat b
awah
.
19.
Ada
pros
edur
tert
ulis
untu
k m
enga
tasi
lapo
ran
yang
terla
mba
t, tid
ak le
ngka
p, ti
dak
akur
at d
an h
ilang
; te
rmas
uk m
enin
dakl
anju
ti de
ngan
ting
kat b
awah
tent
ang
mas
alah
kua
litas
dat
a.
20.
[Jika
ada
] Ada
kon
trol
kua
litas
yan
g be
rlaku
keti
ka d
ata
dari
form
ulir
berb
asis-
kert
as (h
ardc
opy)
di
mas
ukka
n ke
kom
pute
r (m
isaln
ya, e
ntri
gand
a, v
erifi
kasi
entr
i pas
ca-d
ata,
dll.
).
21.
[Jika
ada
] Ada
pro
sedu
r bac
k-up
tert
ulis
ketik
a en
tri d
ata
atau
pem
rose
san
data
ele
ktro
nik.
22.
Jika
ya, t
angg
al te
rakh
ir ba
ck-u
p se
suai
den
gan
frek
uens
i pem
baru
an si
stem
kom
pute
r (m
is. b
ack-
up
min
ggua
n at
au b
ulan
an).
23.
Data
prib
adi y
ang
rele
van
disim
pan
sesu
ai d
enga
n pe
dom
an k
erah
asia
an n
asio
nal a
tau
inte
rnas
iona
l.
24.
Ada
kebi
jaka
n te
rtul
is ya
ng m
enya
taka
n be
rapa
lam
a do
kum
en su
mbe
r dan
form
ulir
pela
pora
n ha
rus
disim
pan.
25.
Sem
ua d
okum
en su
mbe
r dan
form
ulir
pela
pora
n ya
ng re
leva
n un
tuk
men
guku
r ind
ikat
or te
rsed
ia u
ntuk
ke
perlu
an a
udit
(term
asuk
cet
akan
tang
gal d
alam
hal
sist
em k
ompu
teris
asi).
26.
Ada
doku
men
tasi
yang
jela
s ten
tang
lang
kah-
lang
kah
peng
umpu
lan
data
, ana
lisis
dan
/ ata
u m
anip
ulas
i ya
ng d
ilaku
kan
di se
tiap
tingk
at si
stem
pel
apor
an.
27.
Ada
kunj
unga
n pe
ngaw
asan
regu
ler t
elah
terja
di d
an k
ualit
as d
ata
tela
h di
tinja
u. (K
unju
ngan
tera
khir?
)
IV –
Pem
anfa
atan
Dat
a
28.
Ada
staf
yan
g di
tuga
skan
unt
uk m
enga
nalis
is da
ta /
hasil
.
29.
Data
/ ha
sil a
nalis
is di
sajik
an /
dise
barlu
aska
n ke
pada
pem
angk
u ke
penti
ngan
lain
nya
di K
abup
aten
/ko
ta se
cara
tepa
t wak
tu se
hing
ga in
form
asi d
apat
dig
unak
an u
ntuk
pen
gam
bila
n ke
putu
san.
79Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Ada beberapa permasalahan yang mungkin terjadi dalam memastikan kualitas data, seperti:• Data tidak dapat dikumpulkan (misalnya: ada balita yang tidak dibawa ke posyandu dan tidak tercatat
dalam sistem pemantauan).• Data dapat dikumpulkan, tetapi terjadi kekeliruan (misalnya: terjadi perubahan data dalam pemindahan
data dari catatan posyandu ke laporan puskesmas dan ke laporan OPD).• Data dikumpulkan menggunakan lebih dari satu sistem, dan sistem-sistem tersebut tidak terintegrasi
satu sama lain. • Penyimpanan data atau handover yang kurang baik (misalnya: data disimpan dalam komputer).
• Untuk tahap awal, penilaian kualitas data disarankan fokus pada dimensi Akurasi (validity), Keandalan (reliability), Kelengkapan (completeness), dan Ketepatan Waktu (timeliness). Beberapa dimensi kualitas data yang lain mencakup aspek Precision dan Integrity.
• Akurasi / Validitas• Apakah data yang ada telah mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi? • Keandalan• Apakah data dikumpulkan menurut protokol dan prosedur yang telah distandardisasi.
Protokol ini sebaiknya tidak dapat di ubah tanpa otorisasi, menurut siapa atau kapan pengumpulan data dilaksanakan (misalinya:data harus diukur dan dikumpulkan secara konsisten)?
• Kelengkapan• Apakah semua fasilitas layanan memberikan laporan?• Apakah semua elemen data yang wajib dilaporkan sudah dilengkapi?• Ketepatan Waktu• Apakah semua fasilitas telah memberikan laporan pada atau sebelum tenggat waktu yang
telah ditentukan?
3. Kesempatan dalam Perbaikan Sistem Manajemen Dataa. Bappeda menghimbau OPD untuk memastikan ketersediaan data secara rutin untuk indikator
terkait stunting yang sudah tersedia.
Sebagai contoh: Data prevalensi stunting tingkat desa sudah tersedia di Puskesmas, namun masih belum rutin diperbarui dan dikompilasi. Oleh karena itu, Bappeda meminta Dinas Kesehatan untuk memastikan bahwa data tersebut dapat dilengkapi dan diperbarui secara rutin.
b. Bappeda mengajak OPD untuk menyepakati perbaikan sistem data untuk indikator terkait stunting yang belum tersedia. Beberapa hal yang perlu disepakati adalah:• Kekurangan data apa saja yang akan dilengkapi?• OPD dan sistem data mana yang akan ditingkatkan?• Kapan waktu pelaksanaan untuk memperbaiki data sistem?• Berapa anggaran yang perlu disiapkan?
80 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
c. Setelah Bappeda bersama OPD sepakat untuk memastikan ketersediaan data secara rutin dan memperbaiki sistem data yang ada, Bappeda bersama Unit Statistik di Kabupaten/kota dan OPD bekerjasama untuk meningkatkan sistem manajemen data.
Tahap Ketiga: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Perbaikan Sistem Manajemen Data
a. Penyusunan Rencana Perbaikan Sistem Manajemen dataBerdasarkan hasil pemetaan kebutuhan dan ketersediaan data pada tahap kedua (2) serta hasil penilaian sistem manajemen data, Bappeda memfasilitasi OPD menyusun langkah-langkah perbaikan untuk mendapatkan solusi jangka pendek.
Sebagai contoh: Dinas Sosial memiliki data terkait penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berdasarkan nama dan alamat. Data BPNT hanya mencatat data rumah tangga penerima tetapi belum mengidentifikasi apakah rumah tangga tersebut termasuk ke dalam kategori rumah tangga 1.000 HPK. Perbaikan sistem dengan menambahkan informasi tersebut akan mempermudah penyelenggaraan Aksi Integrasi.
b. IdentifikasiKebutuhanPengembanganKapasitasuntukSistemManajemenDataBappeda memfasilitasi OPD untuk melakukan identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas yang dibutuhkan dan sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: Apa yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan kapasitas OPD, fasilitas layanan, atau petugas lapangan terkait dengan sistem manajemen data?Apa saja alat bantu yang diperlukan?Apakah diperlukan pelatihan? Untuk siapa? Siapa penyelenggaranya? Siapa pelatihnya? Bagaimana pembiayaannya?
c. Sosialisi Rancangan Perbaikan Sistem Manajemen DataBappeda mengundang OPD untuk mensosialisasikan rencana perbaikan sistem manajeman data untuk pencegahan dan penurunan stunting. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan pada kegiatan sosialisasi ini:a) Pra-sosialisasi
• Menyiapkan undangan sosialisasi. Kepada seluruh OPD yang terkait dengan upaya intervensi gizi terintegrasi untuk penurunan stunting.
Sebagai contoh: OPD yang membidangi: kesehatan, pendidikan dan budaya, keluarga berencana, pemberdayaan perempuan dan anak, sosial, perindustrian, pekerjaan umum, pembangunan desa, pertanian, perdagangan, kelautan dan perikanan, kantor agama, obat dan makanan, dan komunikasi dan informasi
81Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
• Menyiapkan materi awal, termasuk hasil pemetaan kebutuhan dan ketersediaan data dan hasil identifikasi sistem data.
b) Sosialisasi• Bappeda memberikan penjelasan terkait dengan:
- Jenis kebutuhan dan ketersediaan data berdasarkan hasil pemetaan awal di Langkah kedua (2).
- Alur pengumpulan data/aliran informasi (lihat Gambar 8.1.).- Tugas dan peran yang diharapkan dari OPD dalam memperkuat sistem data untuk
penurunan stunting.
Gambar6.1.AlurAliranInformasidalamAksiIntegrasidiKabupaten
Berdasarkan hasil penilaian sistem, temuan-temuan tentang masalah kualitas data dapat dirangkum dalam matriks pada masing-masing sistem manajemen data yang diperlukan untuk melakukan analisis perencanaan dan pemantauan intervensi stunting. Temuan tersebut menjadi bahan untuk menyusun Rencana Aksi Perbaikan Sistem Manajemen Data Intervensi Stunting terintegrasi.• Bappeda memfasilitasi pemetaan ketersediaan data dengan pendekatan partisipatif.
Bappeda mengonfirmasikan pemetaan awal yang sudah dilakukan bersama Unit Statistik Daerah kepada OPD terkait.
TIngkatan Penanggung Jawab Proses monitoring
Penggunaan data
Pusat
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Desa/Kelurahan
TNP2KBappenas
Kementerian terkait
BappedaOPD terkait
BappedaOPD terkait
KecamatanPuskesmas
Perangkat DesaHDW
FasilitatorMasyarakat
Manajemen DataStunting
Manajemen DataStunting
PengelolaanData Stunting
Data Manajemen
Data KIAData Air Minum & Sanitasi
Data PAUDData Perlindungan Sosial
Data Desa/Kelurahan
5 Paket Layanan Intervensi Stunting: KIA; konseling
kesehatan dan gizi; air bersih dan sanitasi; perlindungan sosial dan kesehatan; PAUD
PerencanaanMonitoring
Evaluasi
PerencanaanMonitoring
Evaluasi
PerencanaanMonitoring
Evaluasi
Aksi #7:Pengukuran dan
publikasi
Aksi #1:AnalisisSituasi
Aksi #2:RencanaKegiatan
Aksi #8:Reviu Kinerja
PerencanaanMonitoring
Evaluasi
82 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
• Bappeda meminta semua OPD terkait untuk melanjutkan analisis ketersediaan data dan mengumpulkan data terkait dengan cakupan intervensi penurunan stunting di sektornya masing-masing.
c) Pasca SosialisasiOPD melakukan analisis ketersediaan data dan mengumpulkan data terkait cakupan intervensi prioritas sebagai tindak lanjut dari pertemuan sosialisasi. Hasil dari analisis data sektor akan dibahas kembali bersama pada pertemuan berikutnya untuk mengidentifikasi kesenjangan data.
Tahap Keempat: Reviu terhadap Perbaikan dan Pemanfaatan Sistem Manajemen Data
a. Pemantauan terhadap pelaksanaan Rencana Aksi Perbaikan Sistem DataIdealnya, Rencana Aksi Perbaikan Sistem Manajemen Data menjadi Bagian dari Rencana Kegiatan Penurunan Stunting (Aksi #2) dan dipantau secara bersamaan. Pada saat Reviu Kinerja Tahunan Pencegahan dan Penurunan Stunting (Aksi #8), kemajuan atau realisasi terhadap Rencana Aksi Perbaikan Sistem Manajemen Data juga akan direviu. Reviu Ini mencakup: 1) peningkatan ketersediaan dan kualitas data intervensi stunting yang diperlukan untuk kegiatan Reviu Kinerja Tahunan maupun untuk proses Analisis Situasi dan Perencanaan tahun berikutnya, dan 2) pelaksanaan aksi-aksi yang disepakati oleh OPD terkait. Berdasarkan hasil reviu tersebut, rencana perbaikan akan ditindaklanjuti pada tahun berikutnya.
b. Legalisasi Kelembagaan untuk Sistem Manajemen DataTim teknis sistem manajemen data merupakan bagian dari tim lintas sektor yang Surat Keputusannya dikeluarkan Bupati/Walikota untuk mengawal keterpaduan sistem untuk memastikan fungsi sistem manajemen terpadu dapat berjalan baik, termasuk kegiatan pemutakhiran data masing-masing program. Adapun peran dan tugas Tim Teknis Lintas Sektor untuk mengawal keterpaduan sistem ini adalah:a. Memastikan pelaksanaan sistem manajemen data terpadu berjalan dengan baik,b. Memantau pemanfaatan sistem manajemen terpadu oleh para pihak di kabupaten/kota dan/atau
tingkatan lainnya, danc. Melakukan analisis data pemanfaatan sistem sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan pemeliharaan
dan peningkatan sistem.
c. Koordinasi dan Keterpaduan Sistem Manajemen Data
Dalam rangka melayani kebutuhan data dan memberikan informasi perkembangan program pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi di Kabupaten/kota, Bappeda dapat mendorong pemanfaatan dashboard sistem manajemen data terpadu yang telah ada di Kabupaten/kota. Dashboard sistem manajemen terpadu adalah portal atau pintu gerbang data dari sistem pemantauan sektoral untuk program pencegahan dan penurunan stunting. Dashboard ini tidak disarankan untuk menggantikan sistem pemantauan sektoral yang sudah ada, tapi lebih pada pengembangan dari sistem yang ada.
83Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Dashboard sistem manajemen data terpadu sebaiknya mencakup fungsi untuk: a. Menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pengguna data untuk digunakan dalam pengambil
keputusan,b. Menyajikan informasi yang menjadi indikator capaian dan kinerja dari setiap OPD yang terlibat dalam
program pencegahan dan penurunan stunting, danc. Menyajikan data dalam bentuk yang menarik orang agar mau membaca dan memahaminya. Misal
disajikan dalam bentuk peta yang berisi angka-angka capaian, kinerja sektor dalam melaksanakan aksi, dan data hasil integrasi di setiap tingkatan pelaksanaaan.
Dashboard ini akan menjadi alat bantu bagi kepala daerah dalam memantau pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi dan sebagai acuan dalam mengembangkan strategi percepatan pencapaian target program penurunan stunting kabupaten/kota. Dengan demikian, dashboard dapat diletakkan di kantor kepala daerah agar mudah diakses oleh yang bersangkutan.
Bappeda mengkoordinasikan kegiatan pemanfaatan dashboard sistem manajemen data terpadu melalui:a. Pengenalan dashboard manajemen data terpadu untuk meningkatkan intervensi gizi terintegrasi untuk
pencegahan dan penurunan stunting kepada para pemangku kepentingan di kabupaten/kota,b. Memastikan setiap OPD memasukkan semua data sektor yang dibutuhkan dan disepakati ke dalam
sistem manajemen terpadu, baik secara manual maupun menghubungkan data dalam sistem pemantauan masing-masing sektor ke dalam sistem manajemen terpadu, dan
c. Memantau pemutakhiran data sektor terkait secara rutin oleh masing-masing OPD penanggung jawab.
d. Pemantauan terhadap Pemanfaatan Data yang tersedia pada SistemPemantauan terhadap pemanfaatan data digunakan untuk mengukur seberapa besar sistem manajemen terpadu digunakan dan sebagai proxy indikator untuk mengukur manfaat data yang disajikan melalui dashboard. Tim Teknis dapat memantau informasi pemanfaatan data yang diperoleh dari sistem manajemen data terpadu dari jumlah pengguna berdasarkan:a. Jenis data yang diakses,b. Jenis data yang diunduh, danc. Wilayah dan identifikasi lembaga/institusi pengguna.
e. Analisis terhadap Tingkat Pemanfaatan Sistem Manajemen DataTim Teknis dapat membuat analisis sederhana tren pemanfaatan data dalam bentuk grafik untuk periode tertentu. Kemudian Bappeda dapat memberikan masukan kepada OPD lintas sektor terkait hasil analisis data tersebut. Masukan berupa umpan balik terhadap jenis data-data yang jarang diakses atau dilihat dan dapat dikaitkan dengan waktu pemutakhiran data tersebut terakhir dilakukan.
f. Penyusunan Tindak Lanjut Peningkatan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sistem Manajemen DataBappeda bersama Tim Teknis Lintas Sektor menyusun aksi tindak lanjut peningkatan pemanfaatan dan pemeliharaan sistem manajemen data berdasarkan hasil analisis pemanfaatan data yang telah disampaikan kepada setiap OPD dan telah mendapat respon dari masing-masing OPD.
84 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
85Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
AKSI 7 PENGUKURAN DAN PUBLIKASI STUNTING
86 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
87Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PENGUKURAN DAN PUBLIKASI STUNTING
AKSI INTEGRASI 7:
7.1.Definisi
Pengukuran dan publikasi stunting adalah upaya kabupaten/kota untuk memperoleh data prevalensi stunting terkini pada skala layanan puskesmas, kecamatan, dan desa. Hasil pengukuran tinggi badan anak bawah lima tahun serta publikasi angka stunting digunakan untuk memperkuat komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam gerakan pencegahan dan penurunan stunting. Tata cara pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita tetap berpedoman pada regulasi Kementerian Kesehatan atau kebijakan lainnya yang berlaku.
7.2.Tujuan
Tujuan dari pengukuran dan publikasi stunting adalah:1. Mengetahui status gizi anak sesuai umur agar kabupaten/kota dapat:
• Memantau kemajuan tumbuh kembang anak secara berkala,• Mengembangkan program/kegiatan yang sesuai untuk peningkatan
kesadaran dan partisipasi keluarga, pengasuh, dan masyarakat untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak balita yang optimal, dan
• Menyediakan upaya tindak lanjut terintegrasi dan konseling dalam rangka komunikasi perubahan perilaku.
• Mengukur prevalensi stunting di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten/kota secara berkala yang dilaporkan secara berjenjang mulai dari posyandu ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebagai bahan untuk:
88 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
• Peningkatan efektivitas penentuan target layanan dan pengalokasian sumber daya,• Pemecahan masalah dan memantu proses perencanaan di tingkat desa hingga kabupaten/kota,
dan• Advokasi kepada unit-unit terkait di pemerintah daerah untuk integrasi program.
7.3.PenangungJawab
Kegiatan pengukuran tinggi badan anak di bawah lima tahun dan publikasi data stunting di Kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Kesehatan. Dalam pelaksanaannya, Dinas Kesehatan mengkoordinasikan kegiatan tersebut dengan OPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat dan desa.
7.4.Jadwal
Mempertimbangkan pentingnya ketersediaan dan keandalan data stunting serta status gizi secara umum) di tingkat kecamatan dan desa maka kegiatan ini sekurang-kurangnya dilakukan secara rutin dua kali dalam setahun bersamaan dengan bulan Vitamin A (Februari dan Agustus).
Tahapan KegiatanTahap 1: Mempersiapkan Rencana Jadwal Pengukuran Pertumbuhan dan PerkembanganTahap 2: Melaksanakan Pengukuran Pertumbuhan dan PerkembanganTahap 3: Mengelola Penyimpanan Data Pengukuran Pertumbuhan dan PerkembanganTahap 4: Memanfaatkan Hasil Data Pengukuran untuk Memantau KemajuanTahap 5: Desiminasi dan Publikasi Hasil Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan
TahapPertama: Mempersiapkan Rencana Jadwal Pengukuran
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota membuat rencana kerja pengukuran stunting sesuai dengan opsi platform yang dipilih (lihat tabel Platform Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang dapat dimanfaatkan untuk pencegahan dan penurunan Stunting).
2. Rencana kerja mencakup rencana pengumpulan data, frekuensi, waktu pelaksanaan, dan sumber daya yang diperlukan.
Contoh Sumber Daya yang mungkin diperlukan: pembiayaan, sumber daya manusia, pelatihan, pengumpulan data, sistem kendali mutu, dan pelaporan serta diseminasi hasil pengukuran
3. Identifikasi berbagai sumber daya yang diperlukan, seperti:a. Sumber Daya Manusia adalah: tenaga kesehatan terlatih seperti Bidan, Tenaga Pelaksana Gizi, Kader
Pembangunan Manusia (KPM), kader Posyandu, dan Guru PAUD/TK.
89Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
b. Alat-alat yang diperlukan termasuk: alat-alat ukur antropometri panjang badan dan tinggi badan, tabel konversi umur anak, Buku KIA, Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), SDIDTK Kit/Skrining Kit, dan bukti otentik umur anak seperti akta kelahiran. Tikar Pertumbuhan untuk anak di bawah dua tahun dapat digunakan hanya untuk deteksi dini gangguan pertumbuhan pada anak berusia di bawah dua tahun jika alat pengukuran antropomentri belum tersedia atau terbatas.
4. Pelatihan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita. a. Modul pelatihan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan sudah tersedia dan terakreditasi
oleh badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kementerian Kesehatan.b. Tenaga kesehatan diharapkan mampu melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan
balita, mampu melakukan interpretasi indikator pertumbuhan balita, dan mampu melakukan konseling pertumbuhan dan pemberian makan sebagai tindak lanjut hasil pengukuran.
c. Pemantauan perkembangan di Posyandu menggunakan instrumen Buku KIA dapat dilakukan oleh kader, keluarga, dan masyarakat. Pemantauan perkembangan di Puskesmas dengan menggunakan instrumen Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dan SDIDTK Kit, yang merujuk pada Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDITK) Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, dan tenaga gizi). Pemantauan perkembangan di Rumah Sakit dilakukan oleh dokter umum, terapis, spesialis (anak/rehab medik/mata/THT/kedokteran jiwa), yang merujuk pada Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang Balita.
d. Pelatihan penggunaan Tikar Pertumbuhan dan alat pengukur tinggi badan (height chart) sebagai alat bantu deteksi dini gangguan pertumbuhan secara kuantitatif pada anak balita dapat diberikan untuk kader. Pelatihan penggunaan Tikar Pertumbuhan dan alat pengukur tinggi badan (height chart) untuk KPM dan kader Posyandu dapat dilakukan oleh fasilitator kecamatan atau tenaga kesehatan terlatih. Modul pelatihan menggunakan Tikar Pertumbuhan sudah tersedia dalam bentuk manual buku saku Kader Pembangunan Manusia.
5. Pengukuran status gizi dapat dilakukan melalui data rutin maupun data survei. Pengukuran status gizi mengikuti aturan standar antropometri penilaian status gizi anak yang tertuang pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010.
Tabel7.1.StandarAnthropometriPenilaianStatusGiziAnak
No Indikator Status Gizi Z-Score
1. BB/U Gizi Buruk <-3SD
Gizi Kurang -3 SD s/d <-2 SD
Gizi Baik -2SD s/d 2SD
Gizi Lebih > 2SD
2. TB/U Sangat Pendek <-3SD
Pendek -3 SD s/d <-2 SD
Normal >= -2SD
3. BB/TB Sangat Kurus <-3SD
Kurus -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2SD s/d 2SD
Gemuk > 2SD
90 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Idealnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita di Posyandu dilakukan rutin setiap satu bulan sekali oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader Posyandu dan KPM. Namun untuk pengukuran panjang badan bayi dan Baduta (0-23 bulan) atau tinggi badan Balita (24-59 bulan) dapat dilakukan minimal tiga bulan sekali sesuai ketentuan yang tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 tahun 2014. Pemantauan perkembangan dilakukan setiap tiga bulan pada anak usia 0-24 bulan dan setiap enam bulan pada anak usia 24-72 bulan.
Pengukuran stunting dilakukan dengan mengukur panjang badan untuk anak di bawah dua (2) tahun dan tinggi badan untuk anak berusia dua tahun ke atas dengan menggunakan alat antropometri yang tersedia di Puskesmas (length board and microtoise). Diharapkan dalam kurun waktu tiga (3) bulan, seluruh anak balita di desa sudah dapat diukur status gizinya.
Jika alat pengukuran antropometri belum tersedia atau terbatas maka tikar pertumbuhan dapat digunakan untuk sementara sebagai alat deteksi dini risiko stunting. Anak yang terdeteksi stunting akan dirujuk ke Puskesmas untuk validasi pengukuran oleh tenaga gizi atau bidan dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter. Kader kemudian akan melakukan tindak lanjut memberikan konseling yang dibutuhkan di Posyandu. Jika anak/orang tuanya tidak hadir di Posyandu, konseling dilakukan melalui kunjungan ke rumah dengan memanfaatkan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Bersama Kader Posyandu dan/atau bidan, KPM memfasilitasi pengukuran tinggi badan dengan Tikar Pertumbuhan di Posyandu jika diperlukan.
91Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Tabel7.2.P
latf
ormPengukuranPertum
buhandanPerkem
banganAnakBalitauntukPencegahan
danPenurunan
Stun
ting
No.
Platf
orm
Kele
biha
nKe
kura
ngan
1.Pa
da k
egia
tan
Posy
andu
, per
tum
buha
n da
n pe
rkem
bang
an id
ealn
ya d
ipan
tau
rutin
setia
p bu
lan
atau
min
imal
tiga
bul
an se
kali
untu
k pa
njan
g/tin
ggi
bada
n ol
eh te
naga
kes
ehat
an, d
an p
engu
kura
n de
ngan
Tik
ar P
ertu
mbu
han/
heig
ht c
hart
dila
kuka
n ol
eh k
ader
dan
dip
anta
u se
rta
diva
lidas
i ole
h te
naga
ke
seha
tan.
● Ke
giat
an P
osya
ndu
dila
kuka
n se
tiap
bula
n●
Ada
tena
ga k
eseh
atan
dan
kad
er te
rlatih
yan
g da
pat
mel
akuk
an p
engu
kura
n de
ngan
ben
ar●
Mod
ul p
elati
han
pem
anta
uan
pert
umbu
han
dan
perk
emba
ngan
unt
uk te
naga
kes
ehat
an su
dah
ters
edia
da
n te
rakr
edita
si ●
Hasil
pen
guku
ran
dapa
t dig
unak
an u
ntuk
pin
tu m
asuk
ko
mun
ikas
i per
ubah
an p
erila
ku te
rmas
uk k
onse
ling
● Ti
dak
sem
ua P
osya
ndu
aktif
● Ti
kar P
ertu
mbu
han/
heig
ht c
hart
bel
um
ters
edia
di s
emua
Pos
yand
u●
Tida
k se
mua
tena
ga k
eseh
atan
dan
kad
er
suda
h m
enda
pat p
elati
han
untu
k pe
nguk
uran
tin
ggi b
adan
2.Ke
giat
an p
engu
kura
n pa
njan
g ba
dan
atau
ting
gi
bada
n be
rsam
aan
deng
an b
ulan
pen
imba
ngan
bal
ita
(dan
dist
ribus
i kap
sul v
itam
in A
) dila
kuka
n du
a ka
li da
lam
seta
hun
yang
dik
oord
inas
ikan
ole
h di
nas
kese
hata
n
● Da
ta te
rsed
ia d
alam
wak
tu c
epat
● Ku
alita
s pen
guku
ran
lebi
h m
udah
dip
anta
u●
Alat
pen
guku
ran
tingg
i bad
an
● Pe
mbi
ayaa
n da
n lo
gisti
k te
rsen
diri
● Su
mbe
r day
a m
anus
ia y
ang
lebi
h ba
nyak
●
Dipe
rluka
n pe
latih
an d
an p
enye
gara
n se
belu
m
peng
umpu
lan
data
dan
stan
daris
asi u
ntuk
qu
ality
ass
uran
ce
3.Da
ta su
rvei
gizi
kab
upat
en/k
ota
seta
hun
seka
li at
au
lima
tahu
n se
kali.
● Da
pat m
enen
tuka
n pr
eval
ensi
kabu
pate
n/ko
ta●
Dapa
t men
geta
hui i
nfor
mas
i fak
tor-f
akto
r pen
yeba
b st
untin
g●
Data
dip
erol
eh se
cara
inde
pend
en d
an o
bjek
tif b
ila
dila
kuka
n ol
eh ti
m p
enel
iti (s
urve
yor)
, seh
ingg
a ku
alita
s dat
a le
bih
terja
min
● Ti
dak
ters
edia
dat
a st
untin
g de
sa se
hing
ga
sulit
unt
uk m
enen
tuka
n ta
rget
dan
mel
akuk
an
prio
ritas
wila
yah
dan
inte
rven
si●
Alat
pen
guku
ran
tingg
i bad
an●
Pem
biay
aan
dan
logi
stik
ters
endi
ri●
Sum
ber d
aya
man
usia
yan
g le
bih
bany
ak●
Tida
k ru
tin d
ilaku
kan
● Je
da a
ntar
surv
ei y
ang
lam
a se
perti
setia
p tig
a ta
hun
atau
setia
p lim
a ta
hun.
92 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
TahapKedua:Pelaksanaan Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita
1. Dinas Kesehatan kabupaten/kota berpedoman pada tata laksana pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan.
2. Dinas Kesehatan kabupaten/kota melakukan koordinasi dengan Puskesmas dan Posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak serta memastikan alur informasi masuk dalam sistem data, termasuk untuk penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota, provinsi dan Pemerintah Pusat.
3. Dinas Kesehatan kabupaten/kota perlu memastikan ketersediaan alat ukur sesuai standar yang secara rutin dikalibrasi, serta memastikan keakuratan umur anak melalui catatan resmi seperti akta kelahiran atau buku KIA.
4. Dinas Kesehatan kabupaten/kota perlu memastikan bahwa Tenaga Petugas Gizi, Bidan, dan KPM telah mendapatkan pelatihan antropometri pengukuran panjang/tinggi badan anak Balita dan sosialisasi/orientasi/pelatihan pemantauan perkembangan menggunakan Buku KIA bagi kader dan KPSP bagi petugas kesehatan.
5. Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu melakukan kendali mutu pengukuran dan penimbangan di Posyandu. Kendali mutu perlu dilakukan secara acak dengan melakukan pengukuran ulang dalam waktu yang berdekatan dengan hari pengukuran sebelumnya yang dilakukan oleh Bidan, tenaga pelaksana gizi, KPM, dan kader kesehatan lainnya.
6. Pengukuran stunting di Posyandu secara rutin perlu dilakukan untuk mendapatkan data prevalensi stunting baik di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten/kota dan dilaporkan secara berjenjang dari Posyandu ke Puskesmas, dan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan.
7. Semua anak berumur di bawah lima tahun di desa harus diukur di Posyandu untuk mendapatkan data prevalensi stunting yang akurat.
8. Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita menggalang partisipasi aktif masyarakat untuk akuntabilitas sosial, yakni bertindak bersama-sama dan meningkatkan perhatian serta pengawasan terhadap integrasi dan kinerja tenaga kesehatan dan gizi dan kader lainnya.
TahapKetiga:Pengelolaan Penyimpanan Data Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Dinas Kesehatan kabupaten/kota harus membangun sistem informasi yang memuat hasil pengukuran tumbuh kembang anak balita terutama stunting secara berjenjang dari Posyandu ke tingkat yang lebih tinggi, baik secara manual maupun online.
93Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2. Data-data tersebut harus terus diperbarui agar selalu mutakhir, sesuai dengan perubahan yang terjadi pada balita yang dijumpai pada saat dilakukan pengukuran di platform pemantauan tumbuh kembang anak balita.
Tahap Keempat: Pemanfaatan Hasil Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan
Dinas Kesehatan kabupaten/kota menggunakan data hasil pengukuran tumbuh kembang anak Balita untuk melakukan analisis sebagai berikut:1. Menilai kemajuan pada tingkat individu Untuk mengidentifikasikan bahwa seorang anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan secara
normal atau bermasalah sehingga harus segera dinilai ulang. 2. Menilai kemajuan pada tingkat keluarga Untuk menunjukkan pola persoalan kesehatan di tingkat keluarga yang berkontribusi pada kejadian
stunting. 3. Menilai kemajuan pada tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa Untuk menunjukkan kemajuan/perbaikan masalah kesehatan prioritas yang dihadapi oleh masing-
masing RT/RW/Kelurahan/Desa dan untuk menentukan RT/RW/Kelurahan/Desa mana yang memerlukan perhatian khusus.
4. Menilai kemajuan pada tingkat Kecamatan Untuk mengidentifikasi faktor pemicu stunting dan potensi yang dimiliki untuk mengatasi atau
mengurangi faktor risiko. 5. Menilai kemajuan pada tingkat kabupaten/kota Hasil penilaian kemajuan pada kabupaten/kota menjadi masukan dalam Analisis Situasi, terutama
untuk menunjukkan kecamatan dan desa yang perlu mendapat perhatian khusus dan mengindikasikan kegiatan yang perlu dimasukkan dalam Rencana Kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi.
TahapKelima:Diseminasi dan Publikasi Hasil Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Dinas Kesehatan kabupaten/kota dapat mengolah data hasil pengukuran dengan mengikuti kaidah-kaidah pengolahan data yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan melalui pedoman penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/kota.
Contoh analisis daya yang dapat dilakukan: • Analisis tren: menghitung prevalensi anak stunting dibandingkan prevalensi bulan/tahun lalu.• Analisismenurutdemografidangeografi (jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan KK, tingkat
Pendidikan KK, status ekonomi KK, desa/kota, dll.) sehingga dapat dilihat perbandingan kejadian pada masing-masing kelompok sehingga dapat dipetakan kelompok mana yang lebih berisiko stunting.
94 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2. Langkah-langkah yang dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam publikasi adalah sebagai berikut:a. Identifikasi target audiens Audiens umum meliputi pemangku kepentingan dan pengambil keputusan (misalnya, Bappeda,
Dinas dan OPD, anggota DPRD), kelompok masyarakat sipil dan lain-lain yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai prevalensi stunting dan penyebab yang mendasarinya.
b. Menentukan tujuan diseminasi dan publikasi Meningkatkan kesadaran akan hasil yang dicapai, mempengaruhi perilaku pembuat keputusan,
advokasi untuk reformasi di antara pembuat kebijakan, atau menginformasikan kepada tim tentang langkah-langkah selanjutnya.
c. Menyusun rencana publikasi sesuai platform pengawasan dan pengendalian yang tersedia Publikasi dapat digunakan sebagai pemicu bagi pemangku kepentingan untuk meninjau proses
kegiatan yang sudah berjalan maupun melihat kembali hasil kegiatan dalam mengidentifikasi hambatan dan penyimpangan dari yang sudah direncanakan. Publikasi juga bisa menjadi bahan untuk proses penetapan tindakan koreksi yang akan diambil dalam rangka menjamin tercapainya target sesuai dengan yang direncanakan.
3. Hasil analisis data selanjutnya digunakan untuk diseminasi dan publikasi hasil pengukuran. Berbagai saluran penyebaran informasi yang tersedia di kabupaten/kota dapat digunakan untuk diseminasi dan publikasi hasil pengukuran tumbuh kembang balita terutama angka stunting. Diseminasi dan publikasi hasil pengukuran stunting dapat dilakukan di berbagai tingkat sebagai berikut:a. Tingkat Desa Angka stunting dapat menjadi bagian dari instrumen Suvey Mawas Diri (SMD) yang pendataannya
dapat dilakukan oleh wakil masyarakat. Melalui SMD masyarakat dapat mengenal masalah stunting dan memetakan potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini penting untuk didentifikasi oleh masyarakat sendiri, selanjutnya masyarakat dapat digerakkan untuk berperan serta aktif memperkuat upaya-upaya perbaikannya sesuai batas kewenangannya.
b. Tingkat Kecamatan Diseminasi angka stunting dalam Lokakarya Mini Bulanan dapat dilakukan pada tingkat Puskesmas
Kecamatan untuk menyusun secara lebih terinci kegiatan-kegiatan terkait stunting yang akan dilaksanakan selama bulan berjalan, menggalang kerja sama dan koordinasi antar-petugas Puskesmas (lintas program), dan meningkatkan motivasi petugas-petugas Puskesmas dalam
• Analisis komparatif: menjelaskan hasil pengukuran satu wilayah dibandingkan dengan wilayah lain atau dibandingkan target/standar tertentu (misalnya angka prevalensi nasional).
• Analisis hubungan dalam program/antar program: data prevalensi stunting dapat disajikan dengan mengemukakan hasil analisis hubungannya dengan data capaian program-program intervensi gizi spesifik maupun gizi sensitif pada wilayah yang sama. Dengan demikian dapat dinilai faktor-faktor yang berkontribusi pada keberhasilan (atau kegagalan). Hasil pengukuran selanjutnya dapat dianalisis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, masalah sumber daya, dan masalah-masalah lain yang berkaitan.
95Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
pelaksanaan integrasi kegiatan pencegahan dan penurunan stunting.c. Tingkat Kabupaten/kota
Pada tingkat Kabupaten/kota analisis data stunting dapat didiseminasikan melalui Buku Profil Kesehatan Kabupaten/kota yang dapat didistribusikan kepada:• Bupati/Walikota/Gubernur dan DPRD Kabupaten/kota.• Instansi tingkat Kabupaten/kota termasuk Bappeda dan sektor terkait.• Puskesmas dan UPT kesehatan lainnya, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta.• Dinas Kesehatan Provinsi.• Kementerian Kesehatan c.q. Pusat Data dan Informasi.• Pemangku Kepentingan lainnya (contoh: akademisi, Lembaga Swadaya Masyarkat, swasta).
96 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
97Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
AKSI 8 REVIU KINERJA TAHUNAN
98 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
99Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
REVIU KINERJA TAHUNAN
AKSI INTEGRASI 8:
8.1. Definisi
Reviu Kinerja Tahunan adalah kajian yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten/kota terhadap kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pencegahan dan penurunan stunting selama satu tahun terakhir. Reviu dilakukan untuk:1. Membandingkan antara rencana dan realisasi capaian output (target kinerja),
capaian outcome, penyerapan anggaran, dan kerangka waktu penyelesaian,2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat pencapaian target kinerja
output dan outcome, dan3. Merumuskan tindak lanjut perbaikan agar target kinerja dapat dicapai pada
tahun berikutnya.
Hasil reviu kinerja menjadi masukan dalam melakukan Analisis Situasi (Aksi #1) untuk penyusunan Rencana Kegiatan (Aksi #2) tahun berikutnya.
8.2. Tujuan
Reviu kinerja tahunan bertujuan untuk: 1. Mendapatkan informasi tentang capaian kinerja program dan kegiatan
pencegahan dan penurunan stunting,2. Mendapatkan informasi tentang kemajuan pelaksanaan Rencana Kegiatan
pencegahan dan penurunan stunting yang telah disepakati pada Rembuk Stunting, dan
3. Mengidentifikasi pembelajaran dan merumuskan masukan perbaikan sebagai umpan balik untuk perencanaan dan penganggaran program/kegiatan
100 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
prioritas, penetapan lokasi fokus, serta desain dan upaya perbaikan penyampaian layanan pada tahun berikutnya. Kinerja dinyatakan dalam indikator hasil tiap aksi integrasi.
8.3. Output
Output dari kegiatan ini adalah dokumen yang berisikan informasi mengenai:1. Kinerja program/kegiatan pencegahan dan penurunan stunting dalam hal realisasi output (target
kinerja cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif), 2. Realisasi rencana kegiatan pencegahan dan penurunan stunting,3. Realisasi anggaran program/kegiatan pencegahan dan penurunan stunting,4. Faktor-faktor penghambat pencapaian kinerja dan identifikasi alternatif solusi,5. Perkembangan capaian outcome (angka prevalensi stunting), dan6. Rekomendasi perbaikan, berupa efektifitas kegiatan yang berperan dalam pencegahan dan penurunan
stunting.
Adapun cakupan reviu kinerja tahunan meliputi: 1. Pelaksanaan Aksi Integrasi Kabupaten/kota2. Realisasi rencana kegiatan penurunan stunting tahunan daerah3. Pelaksanaan anggaran program dan kegiatan intervensi stunting
8.4. PenanggungJawab
Penanggung jawab reviu kinerja ini adalah Sekretaris Daerah dan Bappeda. Sekretaris Daerah bertanggung jawab untuk memimpin dan mensupervisi proses dan hasil reviu. Bappeda bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan penyiapan materi reviu. Dalam pelaksanaannya, dibentuk Tim Pelaksana Reviu Kinerja yang melibatkan seluruh OPD yang bertanggung jawab untuk penyediaan intervensi gizi spesifik dan sensitif.
8.5. WaktuPelaksanaan
Reviu kinerja dilakukan setelah tahun anggaran berakhir. Idealnya dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari tahun n+1 sehingga informasi hasil reviu kinerja dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk proses penyusunan rencana kegiatan tahun berikutnya.
8.6. TahapanKegiatan
Tahap 1: Identifikasi Sumber Data dan pengumpulan Data Kinerja Program/KegiatanTahap 2: Pelaksanaan Reviu Kinerja Tahunan Penurunan Stunting Terintegrasi Tahap 3: Menyusun Dokumen Hasil Reviu Kinerja Tahunan
101Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
TahapPertama: Identifikasi Sumber Data dan Pengumpulan Data Kinerja Program/Kegiatan
Reviu Kinerja Tahunan pencegahan dan penurunan Stunting dilaksanakan dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, antara lain:1. Rencana Kegiatan (Aksi #2).2. Dokumen perencanaan tahunan daerah: KUA PPAS, Renja OPD.3. Dokumen anggaran daerah: APBD, APBD Perubahan (jika ada).4. Data realisasi capaian target kinerja program dan kegiatan terkait stunting.5. Laporan realisasi anggaran.6. Hasil pengukuran dan publikasi stunting (Aksi #7)
Untuk memperkaya informasi pada laporan kinerja, dapat digunakan sumber data lain di luar dokumen pemerintah daerah termasuk informasi yang berasal dari organisasi masyarakat sipil, universitas, dan masyarakat.
7. Skor integrasi tingkat desa (village score card).
Data yang dikumpulkan sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai:a. Realisasi output kegiatan dan perbandingannya terhadap target,b. Cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif,c. Perkembangan cakupan keluarga sasaran yang mengakses intervensi gizi secara simultan pada tingkat
desa dan tingkat kecamatan,d. Perkembangan prevalensi dan kasus stunting,e. Penyerapan anggaran, danf. Penggunaan dana desa untuk penurunan stunting
Data dan informasi untuk bahan perbandingan tersebut didapatkan dari beberapa sumber, seperti:1. Laporan rutin OPD terkait. 2. Laporan pelaksanaan anggaran dan capaian target kegiatan dari masing-masing Badan Pengelola
Keuangan, Bagian Administrasi Pembangunan, atau instansi lain yang melakukan kegiatan pengumpulan data capaian.
Kegiatan Reviu Kinerja Tahunan ini tidak mengharuskan OPD untuk membuat laporan tersendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi Reviu Kinerja.
Informasi yang dikumpulkan bersumber dari laporan rutin yang dibuat untuk memenuhi kewajiban pelaporan Pemda. Namun, jika diperlukan Bappeda dapat meminta informasi secara khusus kepada OPD terkait.
102 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Pelaporan untuk Reviu Kinerja Tahunan StuntingUntuk kegiatan yang dibiayai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik atau Non-Fisik, maka OPD bisa mengumpulkan laporan realisasi penggunaan anggaran dan realisasi output kegiatan DAK kepada Tim Pelaksana dengan menggunakan laporan yang dikumpulkan melalui OM SPAN (untuk DAK Fisik) dan pelaporan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis (untuk DAK Non-Fisik).
Jika ada kegiatan terkait penurunan stunting yang dibiayai oleh sumber pendanaan di luar APBN, APBD, dan APBDes, maka OPD terkait melaporkan realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan laporan dari penanggung jawab kegiatan dan pengamatan di lapangan.
TahapKedua: Pelaksanaan Reviu Kinerja Tahunan Penurunan Stunting Terintegrasi
1. Melakukan Perbandingan antara Dokumen Rencana dan RealisasiTim Pelaksana Reviu Kinerja membuat perbandingan antara:a. Target dan realisasi output (kinerja) dari setiap program/kegiatan yang tercantum dalam Rencana
Kegiatan (Aksi #2) .b. Target dan capaian cakupan intervensi gizi.c. Target dan perkembangan capaian outcome (kasus stunting).d. Rencana dan realisasi pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Integrasi.e. Alokasi anggaran dan realisasi penyerapan program/kegiatan terkait penurunan stunting.
Untuk memudahkan analisis kinerja, Tim Pelaksana dapat menggunakan matriks bantu seperti contoh di bawah ini disesuaikan dengan kebutuhan di daerah.
ContohMatriksReviuKinerja
Program KegiatanIndikator
Kinerja Keluaran (Output)
OPDCapaian Output Anggaran
(juta rupiah) Permasalahan/ Kendala
Rekomendasi Tindak Lanjut
Target Realisasi Alokasi Realisasi
A. Program/Kegiatan Yang Terkait Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif
Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Peningkatan Kesehatan Ibu
Ibu hamil diperiksa K4
Dinkes
Akses air minum Dinas PU
Dst
B. Pelaksanaan 8 (Delapan) Aksi Integrasi
Analisis Situasi Bappeda
Rembuk Stunting Sekda
Dst.
103Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
2. MengidentifikasiCapaianKinerjaBerdasarkan informasi yang telah terkumpul, Tim Pelaksana melakukan identifikasi:a. Kegiatan dalam Rencana Kegiatan yang belum terealisasi.b. Daftar Aksi Integrasi yang belum terealisasi.c. Intervensi terkait pencegahan dan penurunan stunting yang capaiannya rendah.d. Program/kegiatan yang kinerja keuangan dan kinerja kegiatan nya rendah.e. Program/kegiatan yang kinerja keuangan dan kinerja kegiatannya tinggi f. Catatan atas pelaksanaan program/kegiatan berupa hambatan pelaksanaan kegiatan atau saran-
saran lain dari OPD.
Tim Pelaksana kemudian membuat kompilasi/menghimpun hasil identifikasi dalam bentuk dokumen tertulis. Diharapkan dokumen yang dihasilkan mencakup informasi sebagai berikut:
Cakupan Dokumen Capaian Kinerja
Kinerja pelaksanaan Rencana Kegiatan:• Apakah kegiatan yang tercantum dalam rencana kegiatan dilaksanakan (Ya/)?• Berapa persen tingkat realisasi pelaksanaan kegiatan?Kinerja pelaksanaan 8 (Delapan) Aksi Integrasi Daerah• Apakah Daerah sudah melaksanakan Aksi Integrasi yang direncanakan? (Ya/Tidak untuk
delapan komponen Aksi Integrasi)?• Berapa persen tingkat kesesuaian hasil pelaksanaan Aksi Integrasi dengan tujuan masing-
masing aksi sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan?Kinerja pelaksanaan intervensi, program/kegiatan terkait stunting:• Bagaimana capaian realisasi target intervensi utama penurunan stunting? • Berapa anggaran yang dialokasikan untuk program/kegiatan terkait penurunan stunting?• Berapa persen realisasi anggaran program/kegiatan terkait penurunan stunting?• Berapa persen cakupan output program/kegiatan terkait penurunan stunting?• Berapa persen tingkat kenaikan cakupan layanan pada program prioritas?• Berapa persen tingkat kenaikan integrasi layanan pada rumah tangga 1.000 HPK
(dibandingkan baseline tahun sebelumnya/hasil monitoring KPM)?
104 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
3. Pertemuan Konsultasi Hasil Reviu Kinerja Bersama Lintas OPDSetelah menyelesaikan reviu kinerja, Sekretariat Daerah dan Bappeda sebagai penanggung jawab menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan OPD pelaksana kegiatan terkait stunting. Dalam kegiatan ini, Tim Pelaksana akan menyampaikan hasil reviu yang sudah dilaksanakan dan berdiskusi lebih lanjut dengan OPD untuk mendapat penjelasan lebih lanjut (kendala/permasalahan maupun faktor keberhasilan) dari setiap kinerja kegiatan tersebut.
Dalam FGD ini, Tim Pelaksana meminta masukan dari OPD mengenai:a. Pelaksanaan Aksi Integrasi Daerah:
Alur8.1.PelaksanaanAksiIntegrasiDaerah
Apakah 8 Aksi Integrasi berikut dilaksanakan:Analisis SituasiRencana KegiatanRembuk Stunting Perbup/Perwali Peran DesaMobilisasi KPMSistem Manajemen DataPengukuran dan Publikasi data stuntingReviu Kinerja tahunan (dilengkapi dengan laporan konsolidasi)
Kualitas pelaksanaan Aksi Integrasi
Identifikasi penyebab tidak dilaksanakannya Aksi IntegrasiIdentifikasi dukungan yang dibutuhkan
Identifikasi tantanganIdentifikasi tindakan perbaikanIdentifikasi dukungan yang dibutuhkan
Identifikasi faktor pendukungIdentifikasi tindakan perbaikanIdentifikasi dukungan yang dibutuhkan
Identifikasi faktor pendukungIdentifikasi pembelajaran yang bisa ditiru oleh kegiatan lain
Ya
Tidak
Kurang baik
Cukup baik
Sangat baik
105Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
b. Pelaksanaan Rencana Kegiatan Daerah
c. Pelaksanaan tindakan intervensi terkait pencegahan dan penurunan stunting
Gambar8.2.AlurPelaksanaanRencanaKegiatanDaerah
Gambar8.3.AlurPelaksanaanTindakanIntervensiTerkaitStunting
Daftar Rencana Kegiatan yang belum ditindaklanjuti:1)….2) ….3) …Dst
Identifikasi penyebabIdentifikasi dukungan yang dibutuhkan
Masukkan ke dalam Rencana Kegiatan Tahun Berikutnya
Apakah kegiatan tersebut masih dibutuhkan?
Identifikasi Rencana Kegiatan lain
Y
Tidak
Apakah Capaian Intervensi Sudah Sesuai Target 1)….2) ….3) …Dst
Identifikasi penyebab tidak tercapainya targetIdentifikasi dukungan yang dibutuhkan
Seberapa jauh dari target optimalIdentifikasi faktor pendukungIdentifikasi pembelajaran yang bisa ditiru oleh kegiatan lain
Ya
Tidak
106 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Dari hasil reviu kinerja dan FGD dengan OPD terkait, maka Tim Pelaksana mendapat gambaran lengkap mengenai hal sebagai berikut:1. Kinerja kegiatan terkait stunting dari segi anggaran dan output kegiatan.2. Butir Rencana Kegiatan yang sebaiknya dimasukkan kembali dalam Rencana Kegiatan tahun berikut
dan yang tidak perlu lagi dibutuhkan di tahun mendatang.3. Tantangan yang dihadapi kegiatan yang kinerjanya kurang baik, rencana perbaikan, dan dukungan
yang diperlukan untuk perbaikan.4. Faktor pendukung kegiatan yang kinerjanya baik dan pembelajaran yang bisa ditiru oleh kegiatan
lain.
Hasil kegiatan ini akan menjadi umpan balik bagi perencanaan dan pelaksanaan program terkait stunting untuk tahun anggaran berikutnya.
TahapKetiga:Menyusun Dokumen Hasil Reviu Kinerja Tahunan
Hasil dari kegiatan Reviu Kinerja Tahunan dituangkan dalam Dokumen Hasil Reviu Kinerja Tahunan yang disiapkan oleh Tim Koordinasi Pencegahan dan Penurunan Stunting untuk disampaikan kepada Kepala Daerah dan didiseminasikan kepada seluruh OPD dan pemangku kepentingan terkait. Dokumen ini dapat berupa presentasi power point ataupun dituangkan dalam narasi tertulis.
Dokumen Hasil Reviu Kinerja Tahunan menjadi laporan konsolidasi yang memuat:1. Penilaian terhadap capaian target kinerja pelaksanaan intervensi, program, dan kegiatan terkait
penurunan stunting, 2. Daftar Rencana Kegiatan yang sudah ditindaklanjuti,3. Butir Rencana Kegiatan yang akan diteruskan dan yang dipertimbangkan untuk dihapuskan di tahun
berikutnya,4. Daftar Aksi Integrasi Daerah yang sudah dilakukan beserta laporan hasil pelaksanaannya,5. Penilaian terhadap kinerja pelaksanaan Aksi Integrasi dan hambatan serta peluangnya, dan6. Rekomendasi untuk menjadi input pada Aksi Analisis Situasi dan Aksi Rencana Kegiatan tahun
berikutnya.
Dokumen ini bersifat singkat karena hanya menyampaikan kesimpulan dan umpan balik dari kegiatan Reviu Kinerja Tahunan. Umpan balik akan digunakan untuk memperbaiki perencanaan program/kegiatan terkait stunting di tahun berikutnya.
107Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Penilaian Kinerja Kabupaten/kota oleh Kementerian Dalam Negeri
Dokumen reviu kinerja yang telah disusun oleh kabupaten/kota akan menjadi bahan penilaian setiap tahunnya oleh Kementerian Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Ditjen Bina Bangda). Dalam pelaksanaannya, Ditjen Bina Bangda mendelegasikan tugas penilaian kinerja ini kepada Pemerintah Provinsi yang berperan untuk memimpin penilaian kinerja kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing. Penilaian dilakukan pada bulan Agustus tahun n+1.
Hasil akhir yang akan dinilai adalah meningkatnya cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif pada lokasi fokus penanganan stunting dan meningkatnya cakupan rumah tangga sasaran yang dapat mengakses intervensi gizi secara terintegrasi. Namun, hasil akhir tersebut akan tercapai setelah semua program/kegiatan yang dirancang selesai diimplementasikan. Oleh sebab itu, penilaian kinerja dilakukan secara bertahap berdasarkan kerangka hasil (results framework) dibawah ini. 1. Pada tahun pertama, penilaian dilakukan terhadap hasil pelaksanaan 4 (empat) Aksi integrasi
gelombang pertama, yaitu:• Aksi #1 Analisis Situasi,• Aksi #2 Rencana Kegiatan, • Aksi #3 Rembuk Stunting, • Aksi #4 Perbup/Perwali tentang Peran Desa
2. Pada tahun kedua yang dinilai adalah kinerja pelaksanaan 4 (empat) Aksi Integrasi gelombang pertama ditambah dengan 4 (empat) Aksi Integrasi gelombang berikutnya, yaitu:• Aksi #5 Mobilisasi KPM• Aksi #6 Sistem Manajemen Data • Aksi #7 Pengukuran dan Publikasi Stunting• Aksi #8 Reviu Kinerja
3. Pada tahun ketiga dan selanjutnya, penilaian kinerja akan dilakukan terhadap hasil akhir yaitu: meningkatnya akses rumah tangga 1.000 HPK kepada intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif secara terintegrasi.
108 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
KerangkaHasilYangDiharapkandariPelaksanaan8AksiIntegrasi
Strategi dan Mekanisme Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pada tahun pertama dan kedua dilaksanakan atas dasar paparan pelaksanaan aksi integrasi dari masing-masing kabupaten/kota.
Pemaparan pelaksanaan kinerja dilaksanakan dalam forum tingkat provinsi yang dilaksanakan pada bulan Agustus setiap tahunnya. Pemaparan dari setiap kabupaten/kota menunjukkan capaian hasil antara seperti yang digambarkan dalam gambar diatas. Hasil antara tersebut harus disertai bukti-bukti yang dapat diverifikasi, sebagai contoh:- Untuk membuktikan bahwa Pemda mengetahui sebaran angka stunting, kesenjangan intervensi, dan
kendala implementasi dalam penyampaian intervensi. Pemda memaparkan data mengenai sebaran angka stunting, kesenjangan intervensi, serta serangkaian kendala implementasi yang berhasil diidentifikasi.
- Untuk membuktikan bahwa Pemda telah mengidentifikasi dan menindaklanjuti langkah-langkah perbaikan dalam perencanaan, penganggaran, dan penyampaian layanan, pemda memaparkan langkah-langkan perbaikan yang telah dan akan diambil.
- Pemaparan dari masing-masing pemerintah kab/kota akan dinilai oleh panel ahli yang anggotanya dapat terdiri dari perwakilan OPD provinsi terkait (Bappeda, Setda, dan OPD lainnya), serta ahli yang ditunjuk baik yang berasal dari universitas maupun lembaga lain yang kredibel.
Atas dasar penilaian kinerja, Pemerintah provinsi memberikan umpan balik kepada pemerintah Kabupaten/kota dalam bentuk rekomendasi mengenai tindakan apa yang harus dilakukan agar hasil akhir konvergensi dapat dicapai. Pemerintah provinsi juga memberikan penghargaan kepada Kabupaten/kota berkinerja
Bidang
Aksi Integrasi
Hasil Antara
Hasil Lanjutan
Perencanaan dan Penganggaran
Mobilisasi Peran Pemangku Kepentingan
Pemanfaatan Dana
Evaluasi danPembelajaran
Aksi #1 Analisis Situasi Program Penurunan StuntingAksi #2 Rencana Kegiatan
Aksi #3 Rembuk StuntingAksi #4 Perbup/Perwali terkait Peran DesaAksi #5 Mobilisasi Kader Pembangunan Manusia
Aksi #6 Sistem Manajemen Data StuntingAksi #7 Pengukuran dan Publikasi Stunting
Aksi #8 Reviu Kinerja tahunan
• Pemda mengetahui sebaran angka stunting, kesenjangan intervensi, dan kendala penyampaian intervensi
• Pemda mengetahui prioritas untuk perbaikan dalam alokasi anggaran dan penyampaian layanan
• Pemda melakukan langkah-langkah perbaikan dalam perencanaan, penganggaran, dan penyampaian layanan
• Seluruh tingkat pemerintahan, unit layanan, dan Desa mengetahui peran dan tanggungjawabnya dalam penanganan stunting
• Unit pemerintahan dan layanan tingkat kecamatan mendapatkan sumber daya yang cukup untuk mendukung layanan di tingkat desa
• Kader Pembangunan Manusia tersedia di setiap desa untuk mengawal konvergensi layanan tingkat Rumah Tangga
• Desa mengalokasikan anggaran yang cukup untuk stunting
• Desa dapat melakukan kewajiban pelaporannya
• Pemda dapat mengidentifikasi kesenjangan dalam data stunting dan intervensi
• Pemda melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki kesenjangan dalam daya stunting dan intervensi
• Pemda melakukan pengukuran stunting secara regular
• Pemda mempublikasikan hasil pengukuran stunting dan kesenjangan intervensi
• Pemda melakukan reviu, kinerjanya secara regular
• OPD dapat melaporkan kegiatan yang berjalan baik, tidak baik dan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada tahun yang akan datang
• OPD dapat melaporkan kemajuan indikator cakupan layanan dibandingkan dengan baseline serta mengidentifikasi kendala untuk indikator yang lambat kemajuannya
• Pemda dapat mengidentifikasi perbaikan alokasi anggaran berdasarkan reviu kinerja
Meningkatnya cakupan intervensi gizi spesifik dan sensitif pada lokasi yang diprioritaskan daerahMeningkatnya cakupan rumah tangga 1000 HPK yang mengakses intervensi gizi secara simultan
109Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
terbaik, adapun bentuk penghargaan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan provinsi yang bersangkutan.
Penilaian tahun ketiga difokuskan kepada hasil akhir yang diharapkan dari pelaksanaan aksi integrasi, yaitu tercapainya integrasi intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif pada kelompok sasaran prioritas, yaitu rumah tangga 1,000 hari pertama kehidupan (HPK).
Integrasi tersebut diukur berdasarkan sejauh mana rumah tangga 1,000 HPK memiliki akses atau tercakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif secara komprehensif, sebagaimana tercantum dalam Tabel 1-1 dan 1-2 buku petunjuk teknis ini. Namun demikian, jenis intervensi yang diprioritaskan untuk diukur integrasi cakupannya dapat disesuaikan sesuai kebutuhan lokan dan jika adaperkembangan yang memerlukannya.Secara umum, indikator yang akan digunakan adalah proporsi dari rumah tangga 1000 HPK yang memiliki akses terhadap seluruh jenis intervensi gizi prioritas.
Contoh: Kabupaten X memiliki jumlah rumah tangga HPK sebanyak 10.000 rumah tangga, jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap intervensi air bersih adalah 90 persen, sanitasi, 75 persen, suplementasi tablet tambah darah sebanyak 85 persen. Secara keseluruhan rumah tangga 1,000 HPK yang memiliki akses kepada seluruh intervensi gizi prioritas adalah 65 persen. Maka, nilai indikator kinerja Kabupaten X pada tahun ketiga adalah 65 persen.
Sumber data untuk mengukur cakupan akses kepada seluruh jenis intervensi prioritas tersebut dapat berasal dari berbagai data survey dan sensus yang dilakukan pemerintah (contoh: SUSENAS dan tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan data yang berasal dari skor konvergensi tingkat desa (village scorecard) yang dikumpulkan oleh Kader Pembangunan Manusia (KPM).
Rincian pengaturan mengenai indikator dan data untuk penilaian tahun ketiga akan diatur secara lebih detail dalam panduan penilaian kinerja yang akan dikeluarkan di waktu yang akan datang.
Contoh outline paparan untuk masing-masing aksi yang termasuk penilaian tahun pertama- Penanggung jawab aksi integrasi - Jadwal pelaksanaan- Pola sebaran stunting dalam wilayah kab/kota dan kesenjangan cakupan intervensi- Rekomendasi hasil analisis situasi- Tindak lanjut rencana kegiatan yang sudah dilakukan:
o Integrasi dalam dokumen perencanaan daeraho Realokasi anggaran program yang sudah dilaksanakan untuk program prioritaso Re-prioritisasi lokasi dan kelompok sasarano Penambahan program baruo Penyelesaian kendala-kendala implementasi o Penguatan koordinasi yang dilakukan
- Susunan agenda Rembuk Stunting- Stakeholder yang terlibat dalam Rembuk Stunting
110 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
Contoh outline paparan untuk penilaian tahun kedua adalah:- Penanggung jawab aksi integrasi - Sebaran desa yang memiliki KPM- Operasional pembiayaan KPM- Sistem pembinaan dan peningkatan kapasitas KPM - Rencana keberlanjutan KPM- Peran kecamatan dalam pembinaan KPM dan integrasi intervensi gizi di tingkat desa- Ketersediaan data dan hasil identifikasi kesenjangan data- Tindakan yang telah dilakukan untuk memperbaiki sistem manajemen data - Jadwal pelaksanaan pengukuran stunting dan nama kegiatan di kabupaten/kota- Upaya untuk memastikan kendali mutu kualitas pengukuran tinggi badan- Ketersediaan dan tingkat kedalaman hasil pengukuran (per puskesmas atau kecamatan atau desa)- Cara-cara diseminasi dan publikasi hasil pengukuran yang diterapkan - Waktu pelaksanaan reviu kinerja tahunan- Tingkat realisasi rencana aksi integrasi- Hasil penilaian mandiri kabupaten/kota atas kinerja aksi integrasi yang telah dilaksanakan- Kesimpulan dan pembelajaran dari tinjauan kinerja kegiatan - Perkembangan cakupan layanan untuk rumah tangga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di
tingkat desa (village score card)- Sosialisasi laporan konsolidasi
- Kesepakatan yang dicapai dalam Rembuk Stunting (isi deklarasi Pemerintah Kab/Kota, komitmen publik dalam penurunan stunting, dan kesepakatan Rencana Kegiatan)
- Tindakan yang diperlukan dari Desa dan Peran Kecamatan untuk Meningkatkan integrasi intervensi di tingkat desa
- Ruang lingkup dan substansi yang diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota tentang peran desa- Kesepakatan yang dicapai pada Konsultasi Publik Rancangan PerBup/Perwali
111Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
112 Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
113Petunjuk Teknis - Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi
iSEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIAiJl. Kebon Sirih No. 14, Jakarta Pusat 10110iTelepon : (021) 3912812iFaksimili : (021) 3912511iwww.wapresri.go.id