38
RENCANA PENELITIAN JUDUL PENELITIAN : EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KOTRIMOKSAZOL TERHADAP PASIEN DIARE DI PUSKESMAS ITENG KABUPATEN MANGGARAI NAMA MAHASISWA : ALEXANDRO WAGUT NOMOR MAHASISWA : 13. 201.392 PEMBIMBING PERTAMA: Drs. H. RUSLAN M. RAUF, Apt., M.Kes PEMBIMBING KEDUA : Hj.IRSYANI SIRADJUDDIN,S.Si,M.Kes., Apt BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan sarana yang penting bagi setiap manusia untuk mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis secara penuh. Kebutuhan akan peningkatan taraf kesehatan ini menyebabkan orang berusaha memperbaiki kualitas kesehatannya. Usaha tersebut dilakukan dengan mencari pengobatan ketika sakit atau mempertahankan dan

Draff.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Draff.doc

Citation preview

Page 1: Draff.doc

1

RENCANA PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KOTRIMOKSAZOL TERHADAP PASIEN DIARE DI PUSKESMAS ITENG KABUPATEN MANGGARAI

NAMA MAHASISWA : ALEXANDRO WAGUTNOMOR MAHASISWA : 13. 201.392PEMBIMBING PERTAMA: Drs. H. RUSLAN M. RAUF, Apt., M.KesPEMBIMBING KEDUA : Hj.IRSYANI SIRADJUDDIN,S.Si,M.Kes., Apt

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan sarana yang penting bagi setiap manusia

untuk mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun

psikologis secara penuh. Kebutuhan akan peningkatan taraf kesehatan ini

menyebabkan orang berusaha memperbaiki kualitas kesehatannya.

Usaha tersebut dilakukan dengan mencari pengobatan ketika sakit atau

mempertahankan dan meningkatkan kualitas kesehatannya pada saat

sehat (Efi P., 2010).

Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat

antibiotik yang baru menambah tantangan untuk menguasai terapi

medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa

senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai

kemampuan dalam membunuh mikroba (Surini, 2006).

1

Page 2: Draff.doc

2

Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak

digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri.

Penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek

obat yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu penggunaan antibiotik harus

mengikuti strategi peresepan antibiotik (Wulan, 2011). Salah satu jenis

antibiotik yang perlu penanganan dalam hal penggunaannya adalah

kotrimoksazol.

Kotrimoksazol merupakan salah satu obat anti bakteri (antibiotik)

yang banyak digunakan dalam pengobatan diare. Salah satunya di

Puskesmas Iteng Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur. Karena

jumlah kunjungan pasien dengan kasus diare setiap tahunnya cenderung

meningkat melihat diare sampai saat ini masih merupakan penyakit yang

tersering, diberbagai Negara termasuk Indonesia diare masih merupakan

penyakit urutan keenam (Noer, 2003).

Pemberian pada kondisi yang bukan disebabkan oleh bakteri

banyak ditemukan dalam praktek sehari-hari, baik di pusat kesehatan

primer (puskesmas), rumah sakit, maupun praktek swasta. Ketidaktepatan

diagnosis, pemilihan antibiotik, indikasi dosis, cara pemberian, frekuensi,

dan lama pemberian menjadi penyebab tidak akuratnya pengobatan

infeksi dengan antibiotik (Menegethi, 2009).

Apabila terjadi pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan

standar terapi, maka kemungkinan timbulnya kasus-kasus tentang efek

buruk penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dengan standar terapi

Page 3: Draff.doc

3

dapat terjadi, ditambah dengan kelangkaan informasi yang obyektif

mengenai antibiotika, tekanan pasien dan lain-lain, mendorong terjadinya

berbagai bentuk ketidaktepatan dan ketidakrasionalan pemakaian

(Ismiati W., 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Dwipoerwantoro tentang pola tata

laksana diare akut di beberapa rumah sakit swasta di Bali pada tahun

2004 mendapatkan 3% pasien yang menderita diare akut dehidrasi berat,

58% mengalami asidosis metabolik, ensefalopati 47%, hipernatremi 42%,

hiponatremi 18%, dan hipokalemi 15% dan 85% diantaranya diberikan

antibiotik kotrimoksazol.

Dampak negatif dari antibiotik harus ditanggulangi bersama

dengan cara yang efektif, antara lain dengan menggunakan antibiotik

secara rasional, melakukan intervensi untuk mengoptimalkan penggunaan

antibiotik dan melakukan monitoring serta evaluasi penggunaan antibiotik

di Puskesmas yang merupakan salah satu tempat ditemukan penggunaan

antibiotik (Wulan, 2011).

Dari hasil paradigma inilah peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai evaluasi penggunaan kotrimoksazol pada pasien

diare.

Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang timbul adalah

bagaimana evaluasi penggunaan kotrimoksazol pada pasien diare di

Puskesmas Iteng Kabupaten Manggarai?

Page 4: Draff.doc

4

Sejalan dengan permasalahan di atas maka penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi pemakaian kotrimoksazol yang meliputi

ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan pasien dan

ketepatan waktu pemberian serta mengetahui efektifitas terapi

kotrimoksazol.

Dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan tentang

penggunaan antibiotik khususnya kotrimoksazol secara rasional dan tepat.

Page 5: Draff.doc

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tentang Obat

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun

nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan

atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Masyarakat sering

menamakan obat untuk segala sesuatu yang dapat menyembuhkan.

Sedangkan obat itu sendiri memiliki cakupan makna yang luas, tidak

hanya terbatas pada zat-zat yang dapat digunakan untuk

menyembuhkan saja (Tjay dan Rahardja, 2007).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.72 Tahun 1998

Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan bahwa

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi

dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, pemulihan

atau peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan

biologis. Bahan obat (zat aktif) jarang diberikan sendiri tetapi lebih

sering merupakan suatu formula yang dikombinasikan dengan satu

atau lebih zat yang bukan obat (eksipien) yang bermanfaat dalam

membentuk macam-macam sediaan farmasi (Amroni, 2006).

B. Uraian Tentang Antibiotik

Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat

antibiotik pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin –G.

5

Page 6: Draff.doc

6

Flemming berhasil mengisolasi senyawa te rsebu t da r i  Penicillium

chrysogenum syn. P. notatum. Dengan penemuan antibiotik ini

sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan

angka kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian

terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang

dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru

muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba

terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran.

Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan

mengetahui penggunaan antibiotik yang tepat (Argadia Y, 2009).

Penggunaan antibiotik secara rasional diartikan sebagai

pemberian antibiotik yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat,

tepat dosis, tepat waktu pemberian dan waspada terhadap efek

samping obat yang dalam arti konkritnya adalah pemberian resep

yang tepat atau sesuai indikasi, penggunaan dosis yang tepat, lama

pemberian obat yang tepat, interval pemberian obat yang tepat, aman

pada pemberiannya, terjangkau oleh penderita (Wulan, 2011).

Kegagalan terapi dengan menggunakan antibiotik dapat

berikatan erat dengan penderita, dan kuman. Pemilihan antibiotik

tergantung pada manusia yang terkena infeksi, tempat infeksi, dan

kuman penyebab infeksi. Antibiotik merupakan suatu kelompok obat

yang paling sering digunakan saat ini. Penggunaan antibiotik yang

berlebihan dan pada kasus yang tidak tepat guna, menyebabkan

Page 7: Draff.doc

7

masalah kekebalan antimikroba. Penggunaan yang tidak tepat dapat

meningkatkan biaya pengobatan dan menimbulkan efek samping

antibiotik. Sejalan dengan itu antibiotik menjadi obat yang paling

sering disalahgunakan atau digunakan secara irasional sehingga akan

menimbulkan kegagalan terapi dan berbagai masalah seperti:

ketidaksembuhan penyakit, meningkatkan resiko efek samping obat,

resistensi, supra infeksi, dan biaya (Ismiati W., 2009).

Dampak negatif yang paling bahaya dari penggunaan antibiotik

secara tidak rasional adalah muncul dan berkembangnya kuman-

kuman kebal antibiotik atau dengan kata lain terjadinya resistensi

antibiotik. Hal ini mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif,

peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien dan meningkatnya

biaya perawatan kesehatan ( Wulan, 2011).

C. Uraian Umum tentang Diare

1. Pengertian Diare

Diare Adalah Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya

perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek

sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari

biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari (Erick, 2007).

2. Diare Berdasarkan Perjalanannya

a. Diare Akut

Diare Akut (jangka pendek) terjadi selama kurang dari 3

minggu dan umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau

Page 8: Draff.doc

8

kuman, dapat pula akibat efek samping obat serta gejala dari

saluran cerna (Tjay dan Rahardja, 2007).

b. Diare Kronik

Diare kronik (jangka panjang) terjadi lebih dari 3

minggu. Diare kronik terjadi karena kerusakan mukosa usus

kronis akibat dari sejumlah faktor multi kompleks, dan biasanya

disertai dengan gangguan berbagai macam proses yang

bekerja sama dan atau berkaitan satu sama lain. Sekitar 3%

sampai 20%. Diare kronis yang menyerang balita menjadi

penyebab kematian yang lebih tinggi daripada diare akut

(Erick, 2007).

3. Penyebab Diare

a. Diare Karena infeksi

1. Diare akibat Virus

Virus melekat pada sel-sel mukosa usus yang menjadi

rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air

dan elektrolit memegang peranan diare yang terjadi bertahan

terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan

sendirinya, biasanya dalam 3 – 6 hari.

b. Diare Akibat Bakteri

Bakteri-bakteri tertentu, pada keadaan tertentu misalnya

bahan makanan yang diinfeksi oleh banyak kuman. Disini,

bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan membentuk

Page 9: Draff.doc

9

toksin-toksinnya yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan

menimbulkan gejala-gejala hebat, disamping mencret berdarah

dan berlendir.

Penyebab terkenal dari jenis diare ini adalah bakteri

salmonella, shigella, campylobacter dan jenis E.Coli tertentu.

c. Diare Parasit

Seperti Protozoa Entamoeba hystolica, Giardia uambia,

crysporidium dan cylolospora, yang terutama terjadi di daerah

sub tropis. Diare akibat parasit-parasit ini biasanya bercirikan

mencret cairan dan bertahan lebih lama dari 1 minggu. Gejala

lainnya dapat berupa nyeri perut, demam, malas makan dan

muntah-muntah (Tjay dan Rahardja, 2007).

2. Diare Non Infeksi (Non Spesifik)

a. Faktor Psikologis

Rasa takut, Cemas, dan tegang jika terjadi pada anak dapat

menyebabkan diare kronis.

b. Faktor makanan

Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan tercemar,

basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan

kurang matang

c. Faktor malabsorbsi

1. Malabsorbsi karbohidrat pada bayi, kepekaan terhadap

lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare,

Page 10: Draff.doc

10

gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit

didaerah perut, Jika terkena diare ini, pertumbuhan anak

akan terganggu.

2. Malabsorbsi lemak, dalam makanan terdapat trglyserida,

dengan bantuan klenjar lipase, lemak menjadi micelles yang

siap diabsorbsi usus. Diare dapat muncul karena lemak tidak

diserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung

lemak.

3. Imuno Defensiasi (Widjaja, 2002).

4. Cara Penularannya

Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air

minum yang terkontaminasi tinja/muntahan penderita diare.

Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar

dipergunakan untuk menyuap makanan (Erick, 2007).

Keadaan-keadaan yang memudahkan penyebaran kuman

adalah :

a. Tidak tersediannya air bersih.

b. Tercemarnya oleh air tinja

c. Tidak adanya atau kurangnya MCK (Mandi Cuci Kaktus)

d. Higiene perorangan atau lingkungan yang buruk

e. Cara Penyimpanan atau penyediaan makanan yang tidak bersih

(Hakim, 2000).

Page 11: Draff.doc

11

Tabel 1. Beberapa bakteri yang potensial pada makanan dan minuman

BAKTERI SUMBER GEJALA PEMULIHAN

Bacillus cereus Makanan Mencret, muntah, mual

Cepat

Clostridium perfringens

Makanan Mencret, sakit perut, mual

Biasa 6-24 jam

V. cholera Makanan dan minuman

Mencret mendadak, muntah

Beberapa jam

Shigela spp Makanan saus dan kaleng yg terkontaminasi

Mencret, sakit perut, tinja berlendir

2-3 hari

V.parahaemolyticus Ikan laut yang terkontaminasi

Sakit perut, mual, demam,

2-3 hari

Streptococcus faecalis

Makanan yang terkontaminasi

Mual. Muntah, mencret

5-20 jam

Enterococcus Makanan kaleng

Mual, muntah, mencret

2-18 jam

Stap. Aureus Daging, makanan yang terkontaminasi

Mual, muntah, mencret, sakit perit

2-6 jam

*sumber : obat-obat penting edisi v hal 590

Page 12: Draff.doc

12

5. Gejala Umum Diare

Biasanya penderita hanya mengeluh “mencret” atau berak-

berak kalau diperiksa dilakukan dengan seksama, maka sebelum

terjadi mencret atau berak-berak penderita sudah ada keluhan

perut, mual, keringat dingin dan lain-lain.

a. Gejala-gejala klinis :

Berat badan akan menurun, mata dan ubun-ubun akan

besar (pada bayi) menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut

kering dan ketegangan kulit berkurang.

1. Gejala-gejala klinis diare dibagi atas :

a. Fase Prodomal yang dapat disebut sebagai sindrom

pradiare.

b. Perut terasa penuh

c. Mual biasa sampai muntah

d. Keringat dingin

e. Pusing

2. Fase Diare :

a. Diare dengan segala akibatnya berlanjut yaitu dehidrasi,

syok.

b. Mules

c. Dapat sampai kejang

d. Pusing

Page 13: Draff.doc

13

3. Fase Penyembuhan :

a. Diare makin jarang

b. Mules berkurang

c. Penderita rasa lemas/lesu (Sugianto, 2008).

6. Dehidrasi

Dehidrasi dalam pengertian klinis adalah tubuh kekurangan

air beserta elektrolitnya (garam, kalium dan natrium) yang

mengakibatkan tubuh mengalami kekeringan. Bahaya ini sangat

besar khususnya bagi bayi dan anak-anak karena cadangan intra

sel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstra selnya lebih muda

di lepaskan di bandingkan tubuh orang dewasa. Gejala awal dari

dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir kering,

berkurangnya air seni dan menurunnya berat badan dan juga

keadaan menjadi gelisah (Tjay dan Rahardja, 2007).

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dehidrasi di bagi

menjadi 3 bagian :

a. Dehidrasi ringan (defisit kurang dari 5 % BB)

b. Dehidrasi sedang ( defisit 5-10 BB)

c. Dehidrasi berat (lebih dari 10 %) (staf pengajar, 2010).

Page 14: Draff.doc

14

7. Prinsip Tatalaksana Pengobatan Diare

a. Mencegah dehidrasi

Pemberian oralit adalah suatu larutan dari campuran Nacl 3,5 g,

KCl 1,5 g, Na-sitrat 2,5 g dan glukosa 20 g, yang digunakan untuk

mencegah kekurangan elektrolit atau cairan tubuh ( dehidrasi ).

Dosis untuk oralit

anak < 1 tahun 300ml perhari

anak umur 1 – 4 Tahun 600 ml

> 5 tahun 1200 ml perhari

Dewasa 2400 per hari

b. Memberikan Terapi Definitif

Diare akut pada umumnya di sebabkan oleh bakteri.

Pengalaman klinis menunjukan bahwa pengobatan awal dengan

antibiotik dapat mengurangi terjadinya infeksi pada saluran usus.

Di mana antibiotik adalah zat yang di hasilkan oleh suatu mikroba

yang dapat menghambat bakteri jenis lain. Obat yang di gunakan

untuk menghambat bakteri penyebab infeksi pada manusia

memiliki toksisitas setinggi mungkin artinya obat tersebut haruslah

bersifat sangat toksis untuk bakteri tapi tidak toksis pada manusia.

Pengobatan dosis tunggal pada kasus ini cukup efektif, dan yang

biasa di gunakan untuk dosis tunggal kotrimoksazol. Obat – obat

ini sebaiknya jangan di berikan lebih dari 7-10 hari (Ganiswara,

2005).

Page 15: Draff.doc

15

c. Memberikan Terapi Simptomatik

Peradangan pada usus terjadi pengeluaran cairan yang

berlebihan (mencret) sehingga di perlukan obat untuk

menguranginya misalnya dengan obat-obat antidiare yaitu asam

samak (tanin), aluminiumhidroksida dan karbo adsorbens,

attapulgit, kaolin. Loperamida dapat di gunakan karena berdaya

menormalisasi keseimbangan resorpsi sekresi dari sel–sel

mukosa (Suharyono, 1999).

d. Pemberian Zink

Zinc merupakan satu zat gizi mikro yang penting untuk

kesehatandan pertumbuhan. Suplementasi zinc telah terbukti

menurunkan jumlah hari lamanya. seorang anak menderita

sakit,menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta

menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami diare pasa 2-

3 bulan berikutnya. Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF

merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi diare karena

diketahui dapat mengurangi keparahan dan lamanya diare.

Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat

bermanfaat untuk membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya

diberikan sampai 10-14 hari, walaupun diarenya sudah sembuh.

Pemberian Tablet Zinc :

a. Untuk bayi usia 2-5 bulan, berikan setengah tablet zinc (10mg)

sehari sekali selama 10 hari berturut-turut

Page 16: Draff.doc

16

b. Untuk usia 6-12 bualan, berikan setengah tablet zinc (20mg)

sehari sekali selama 10 hari berturut-turut. Larutan tablet

tersebut dengan sedikit (beberapa tetes air matang atau ASI

dalam sendok teh).

c. Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit

d. Tablet harus diberikan selama 10 hari penuh (walau pun diare

telah berhenti sebelum 10 hari)

e. Apa bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian

tablet Zinc,berikan lagi tablet Zinc dengan cara memberikan

potongan lebih kecil dan di berikan beberapa kali hingga satu

dosis penuh.

f. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan

infus,tetap berikan tablet Zinc segera setelah anak dapat minum

dan makan (Niken, 2010).

D. Uraian Tentang Kotrimoksazol

Tablet Kotrimoksazol merupakan campuran dari

Sulfametoksazol dan Trimetoprim. Tablet Kotrimoksazol mengandung

Sulfametoksazol C10H11N3O3S dan Trimetoprim, C14H18N4O3,

tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang

tertera pada etiket (Depkes RI, 1995).

1. Sifat Fisikokimia

Sulfametoksazol

Rumus molekul : C10H11N3O3S

Page 17: Draff.doc

17

Berat molekul : 253,28

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir putih,

praktis tidak berbau

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan

dalam kloroform, mudah larut dalam aseton

dan dalam larutan natrium hidroksida encer,

agak sukar larut dalam etanol.

Trimetoprim

Rumus molekul : C14H18N4O3

Berat molekul : 290,36

Pemerian : hablur atau serbuk hablur,putih sampai krem,

tidak berbau

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam

benzilalkohol, agak sukar larut dalam

kloroform dan dalam methanol, sangat sukar

larut dalam etanol dan dalam aseton, praktis

tidak larut dalam eter dan dalam karbon

tetraklorida.

2. Mekanisme kerja

Aktivitas antibakteri kombinasi sulfametoksazol dan

trimetoprim berdasarkan kerjanya pada dua tahap yang berurutan

pada reaksi enzimatik untuk pembentukan asam tetrahidrofolat.

Sulfonamida manghambat masuknya PABA ke dalam molekul

Page 18: Draff.doc

18

asam folat dan trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi

dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat penting

untuk reaksi-reaksi pemindahan satu atom C, seperti pembentukan

basa purin (adenine dan guanine), timidin dan beberapa asam

amino (metinin, glisin). Sel-sel mamalia menggunakan folat jadi

yang terdapat dalam makanan dan tidak mensintesis senyawa

tersebut. Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase

mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim

tersebut juga terdapat pada sel mamalia.

3. Farmakokinetika

Pada pemberian oral preparat kombinasi dengan dosis

tunggal, trimetoprim diabsorpsi lebih cepat daripada

sulfametoksazol. Trimetoprim cepat didistribusikan ke dalam

jaringan dan relatif sedikit terikat pada protein plasma dengan

adanya sulfametoksazol. Obat masuk ke dalam otak dan saliva

dengan mudah. Pemberian 400 mg sulfametoksazol dengan 80 mg

trimetoprim tiga kali sehari, kadar steady state minimal di dalam

darah dari masing-masing obat kira-kira 20 dan 1 μg/ml, yakni

perbandingan optimal yang dicari

4. Efek samping

Biasanya berupa gangguan kulit dan gangguan lambung-usus,

stomatitis. Pada dosis tinggi efek sampingnya juga berupa demam

dan gangguan fungsi hati dan efek-efek darah (neutropenia,

Page 19: Draff.doc

19

trombositopenia). Oleh karena itu, penggunaan lebih dari dua

minggu hendaknya disertai dengan pengawasan darah.

5. Dosis

Dosis dewasa untuk sebagian besar penyakit infeksi adalah 2 tablet

setiap 12 jam selama 3 sampai 7 hari. Pada tifus dan infeksi parah

diberikan 3 tablet setiap 12 jam selama maksimum 14 hari.

Pemberian pada anak-anak di bawah 12 tahun tidak dianjurkan

(Tjay dan Rahardja, 2007).

E. Uraian Lokasi Penelitian

Letak Geografis Kabupten Manggarai terletak pada 8o LU–

8o30’ LS dan 119o30’– 120o30” BT; Luas wilayah 4.188,90 Km2;

Batas Wilayah Utara berbatasan dengan Laut Flores, Timur

berbatasan dengan Kab. Ngada, Barat berbatasan dengan Kab.

Manggarai Barat, dan arah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu;

Jumlah penduduk 504.163 orang (NTT dalam angka Tahun 2007);

Wilayah Administrasi terdiri dari 9 kecamatan, dan 132 desa dan 17

kelurahan. Pemerintah Kabupaten Manggarai beribukota di Ruteng,

dipimpin oleh Bupati Drs. Christian Rotok. Kab. Manggarai

mempunyai sebuah PDAM yaitu PDAM Tirta Komodo, Perusahaan

Daerah lainnya yaitu PD Komodo Jaya, dan sebuah Rumah Sakit

yaitu RSUD Manggarai.

Di Kabupaten Manggarai terdapat pelayanan kesehatan selain

Rumah Sakit terdapat juga beberapa Puskesmas salah satu

Page 20: Draff.doc

20

diantaranya yaitu Puskesmas Iteng terletak di desa Iteng Kecamatan

Satarmese Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur

terletak 36 Km dari Ruteng (Ibu Kota Kabupaten). Jarak Puskesmas

dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Manggarai kurang

lebih 47 km. Puskesmas Iteng merupakan puskesmas rawat inap,

jumlah desa yang terdapat di dalam wilayah kerja adalah 10 desa.

Batas-batas wilayah kerja adalah sebagai berikut :

a. Utara : Wilayah kerja Puskesmas Ponggeok

b. Selatan : Laut Sawu

c. Timur : Wilayah kerja Puskesmas Labang Kabupaten

Manggarai Timur

d. Barat : Puskesmas Narang

Puskesmas Iteng memiliki 52 orang karyawan, 3 orang dokter

yakni 2 orang dokter Umum dan 1 orang dokter gigi. Di kamar obat

terdapat 1 orang asisten apoteker. Dan sisanya tenaga kerja

kesehatan lain dan tenaga kerja non kesehatan.

Jumlah pasien perhari rata-rata ± 70 orang. Jumlah pasien

rawat jalan perhari ± 55 orang dan jumlah pasien rawat inap ± 15

orang per hari.

Page 21: Draff.doc

Penggunaankotrimoksazol

Ketepatan Indikasi

Ketepatan Obat

Ketepatan Dosis

Ketepatan Pasien

Ketepatan WaktuPemberian

Ketepatan EfektifitasTerapi kotrimoksazol

Interaksi Obat

21

F. Kerangka Konsep

= Yang Di Teliti

= Yang Tidak Di Teliti

Page 22: Draff.doc

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan bersifat non-eksperimental

dengan rancangan deskriptif secara retrospektif yaitu mengevaluasi

penggunaan kotrimoksazol pada pasien diare di Puskesmas Iteng

Kabupaten Manggarai yang bertujuan untuk mengidentifikasi

pemakaian kotrimoksazol yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan

obat, ketepatan dosis, ketepatan pasien dan ketepatan waktu

pemberian serta mengetahui efektifitas terapi kotrimoksazol.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Iteng

Kabupaten Manggarai, selama bulan Oktober 2014.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua resep pasien diare di

Puskesmas Iteng Kabupaten Manggarai. Sampel dalam penelitian ini

adalah semua resep pasien diare yang menggunakan kotrimoksazol di

Puskesmas Iteng Kabupaten Manggarai.

D. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil catatan medik dan semua resep

pasien diare di kamar obat Puskesmas Iteng Kabupaten manggarai

periode Juli – September 2014, dihitung persentase ketepatan

penggunaannya.

22

Page 23: Draff.doc

23

E. Analisa Data

Mengingat jenis penelitian ini adalah deskriptif, maka data

yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan

evaluasi menghitung persentase pemakaian kotrimoksazol meliputi

ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis dan ketepatan

pasien ketepatan waktu pemberian serta mengetahui efektifitas terapi

kotrimoksazol.

F. Teknik Pengolahan data

Data yang diperoleh dengan teknik perhitungan rata-rata

dan persentase kemudian hasilnya dibuat dalam bentuk grafik.

G. Defenisi Operasional

1. Ketepatan Indikasi adalah indikasi medik bahwa intervensi dengan

obat (antibiotik) memang diperlukan dan telah diketahui

memberikan manfaat terapetik.

2. Ketepatan Obat merupakan pemilihan jenis obat harus memenuhi

beberapa segi pertimbangan, yakni kemanfaatan dan keamanan

obat sudah terbukti secara pasti, obat (antibiotik) memiliki efektifitas

yang telah terbukti, jenis antibiotik sesuai dengan sensitivitas dari

dugaan kuman penyebab berdasarkan terapi empirik (educated

guess) atau sesuai dengan hasil uji sensitifitas terhadap kuman

penyebab jika uji sensitifitas dilakukan, dan sebagainya.

3. Ketepatan cara pemakaian dan dosis obat merupakan Cara

pemakaian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetika, yakni:

Page 24: Draff.doc

24

cara pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama

pemberian, sampai ke pemilihan cara pemakaian yang paling

mudah diikuti oleh pasien dan paling aman serta efektif untuk

pasien.

4. Ketepatan pasien merupakan Ketepatan pasien serta penilaiannya

mencakup pertimbangan apakah ada kontraindikasi atau adakah

kondisi-kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis secara

individual.

5. Ketepatan Efektivitas Terapi merupakan ketepatan menggunakan

obat-obatan yang telah terbukti keamanan dan efektifitas terapinya

secara uji klinik.

6. Kotrimoksazol merupakan kombinasi dari trimetoprim dan

sulfametoksazol, kedua obat ini bekerja dengan cara menghambat

reaksi enzimatik obligat mikroba.

Page 25: Draff.doc

25

DAFTAR PUSTAKA

Amroni, M. 2006. Kapita Selekta Dispensing I Untuk Pelayanan Kefarmasian, Penggolongan Obat Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. Laboratorium Manajemen Farmasi dan Farmasi Masyarakat (MFFM) Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Argadia Y, 2009, Antibiotik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Depkes RI, 1995, ” Farmakope Indonesia ”, edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hal 882, Hal 992

Efi P, 2010, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Gastroenteritis Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawat, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Erick, 2007, Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, katalog dalam terbitan. Departemen kesehatan RI, jakarta.

Ganiswarna, S., 2005, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, PT. Intermas, Jakarta.

Hakim, 2000,Penularan Penyakit, hal 59

Ismiati W, 2009, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Rawat Inap Penderita Demam Tifoid Di RSUD DR. Moewardi Surakarta Periode 2008, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Menegethi, 2009. Pharmaceutical care untuk penyakit infeksi saluran nafas. Jakarta.

Noer, dkk. 1999, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3. Jilid ke -1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Hal 407-408

Niken,2010,Balita-Anda.com, Diakses tanggal 27 Desember 2010.

Staf Pengajar, 2010. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya, Catatan Kuliah Farmakologi V, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta Hal 3,4,5.

Sugiarto, Febrianti, Netty, 2008., Uji Antidiare. Fakultas MIPA, Universitas Indonesia. Jakarta.

Suharyono, 1999., Diare Akut, Penerbit UI press, Jakarta.

Page 26: Draff.doc

26

Surini, 2006. Kerasionalan Penggunaan Obat. Jakarta: UI.

Tjay T.H., dan Rahardja K., 2007, “Obat – Obat Penting”, Edisi Ke VI, Direktur Jenderal Obat dan Makanan, Departeman, Jakarta, Hal 590

Widjaja.M.C,2002, Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita. Penerbit Kawan Pustaka, Jakarta Hal 1-6

Wulan L, 2011, Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR. Djamil Padang, Fakultas Farmasi Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang

Page 27: Draff.doc

27

Gambar 1. Skema Kerja evaluasi penggunaan kotrimoksazol pada pasien diare di Puskesmas iteng Kabupaten Manggarai

Dinas Kesehatan

Pengumpulan Data

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan

Surat Pengantar Dari Universitas Indonesia Timur

Puskesmas Iteng Kabupaten Manggarai

Rekam medik dan Resep pasien diare