Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    1/24

    1

    ANALISIS KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA

    PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    CIKANCUNG

    ABSTRAK

    oleh

    Ade Pitra

    NPM

    (24111002)

    Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau pembunuh diam-

    diam, karena pada umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap

    hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. kepatuhan menggunakan

    obat merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam mencapai

    keberhasilan terapi pada pasien hipertensi, selain obat antihipertensi itu sendiri.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat

    pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas Cikancung. Penelitian ini dilakukan

    dengan melibatkan responden dari puskesmas Cikancung kabupaten Bandung

    yang datang berobat selama bulan april 2015. Pengukuran kepatuhan dilakukan

    dengan menggunakan kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale)

    yang berisi 8 pertanyaan, dan pasien dikategorikan patuh apabila skor MMAS

    yang diperoleh 13 dan sebaliknya. hasil penelitian menunjukan bahwa dari 86

    responden mayoritas adalah perempuan(76%) dan berusia 50tahun (65%) serta

    patuh dalam menggunakan obat antihipertensi sebesar (67,44 %). Obat

    antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah amlodpin (72%)

    dibandingkan captopril (24%). Adapun faktor yang mempengaruhi kepatuhanmenurut MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) adalah pasien tidak

    minum obat karena habis dan tidak melanjutkan pengobatan (66,3%), saat

    berpergian pada waktu jadwal minum obat pasien tidak minum obat (51,2%),

    pasien tidak minum obat karena sudah merasa baik (31,0%) Analsis uji regresi

    menjukan bahwa adanya hubungan antara kepatuhan penggunaan obat

    antihipertensi terhadap penurunan tekanan darah.

    Kata kunci: Kepatuhan, Antihipertensi, MMAS

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    2/24

    2

    COMPLIANCE ANALYSIS OF DRUG USE IN PATIENTS WITH

    HYPERTENSION IN WORK AREA PUSKESMAS CIKANCUNG

    ABSTRACT

    by

    Ade Pitra

    NPM

    (24111002)

    Hypertension is often referred to as the silent disease or a silent killer, because in

    general people do not know he suffered from hypertension before their blood

    pressure checked. compliance using drugs is one of the factors that have an

    important role in achieving the success of therapy in patients with hypertension,

    antihypertensive drugs other than itself. This study aims to determine the level of

    compliance of patients with hypertension drug use in the region of Puskesmas

    Cikancun. This study was conducted involving respondents from health centers

    Cikancung Bandung district who came for treatment during the month of april 2015.

    Compliance measurements done using questionnaires MMAS (Morisky

    Medication Adherence Scale) which contains 8 questions, and categorized

    patients adherent if MMAS scores obtained 13 and vice versa. research shows

    that the majority of the 86 respondents were female (76%) and aged 50 years

    (65%) and obedient in the use of antihypertensive drugs (67.44%).

    Antihypertensive drugs most widely used is amlodpin (72%) compared to

    captopril (24%). The factors that affect adherence by MMAS (Morisky

    Medication Adherence Scale) is patients do not take medication because of low

    and do not continue treatment (66.3%), while traveling on the time schedule for

    taking the medication the patient is not taking medication (51.2%), patients nottaking medication because they feel better (31.0%) the analysis of regression test

    menjukan that the relationship between the use of antihypertensive medication

    adherence to blood pressure reduction.

    Keywords: Keywords, keyword, keyword

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    3/24

    3

    PENDAHULUAN

    Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi

    masalah kesehatan yang sangat serius. Penyakit ini dikategorikan sebagai the

    silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi

    sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Pada umumnya hipertensi terjadi pada

    seseorang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun atau yang sudah masuk pada

    kategori usia pertengahan (Purnomo, 2009).

    Hipertensi merupakan suatu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di

    dunia ini. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita

    penyakit ini. Penyakit ini mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat

    mengingat dampak yang timbul baik jangka pendek maupun jangka panjang

    (WHO 2011dikutip dari Baharudin dkk, 2013)

    Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa warga dunia setiap tahunnya WHO

    memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan

    jumlah penduduk yang membesar. Persentase penderita hipertensi saat ini paling

    banyak terdapat di negara berkembang. Terdapat 40 % negara ekonomi

    berkembang memiliki penderita hipertensi sedangkan negara maju hanya 35 %,

    kawasan Asia Tenggara 36 % orang dewasa menderita hipertensi. ( WHO, data

    global status report on communicable diseases, 2010).

    Di kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta jiwa setiap tahunnya.

    Untuk pria peningkatan penderita dari 18% menjadi 31% dan wanita terjadi

    peningkatan jumlah penderita dari 16 % menjadi 29 % ( WHO, data global status

    report on communicable Diseases, 2010).

    Di Indonesia hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi

    25,8 persen tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai

    dari alat pengukur tensi yang berbeda Sampai pada kemungkinan masyarakat

    sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi sehingga datang berobat ke

    fasilitas kesehatan (Rikesdas 2013).

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    4/24

    4

    Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat

    65.048.110 jiwa (25,8%) yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup

    mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka

    nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara

    absolut sebanyak 426.655 jiwa. Dan Jawa Barat dengan jumlah penduduk

    46.300.543 yang menderita hipertensi 29,4 % atau secara absolut 13.612.359 jiwa

    (Rikesdas 2013).

    Sebuah analisis mengenai hubungan kepatuhan dengan penggunaan obat dengan

    kejadian mortalitas yang berasal dari 21 penelitian menunjukan bahwa kepatuhan

    terhadap penggunaan obat berhubungan positif terhadap hasil pengobatan.(

    Saepudin dkk, 2011)

    Salah satu faktor pasien hipertensi untuk patuh berobat yaitu pengetahuan

    penderita hipertensi akan sangat berpengaruh pada sikap untuk patuh berobat.

    Semakin tinggi pengetahuan maka keinginan untuk patuh berobat juga semakin

    meningkat. (A.Fitria Nur Annisa, dkk 2013)

    Identifikasi kepatuhan pasien hipertensi dalam menggunakan obat perlu di

    lakukan, sebagai salah satu upaya untuk merencanakan strategi terapi yang lebih

    komperhensif dalam rangka meningkatkan efektifitas terapi. Berbagai intervensi,

    baik yang bersifat general maupun individual, dapat diketahui setelah

    diketahuinya kepatuhan pasien hipertensi dalam menggunakan obat sehingga

    hasil terapi yang lebih optimal diharapkan dapat tercapai.

    Penyakit hipertensi di Puskesmas Cikancung menempati posisi ke lima di

    sepuluh besar penyakit dengan jumlah 2.500 atau 9.08 persen dari jumlah

    pengunjung Puskesmas (laptah Puskesmas Cikancung 2014). Selama ini belum

    ada penelitian, bagaimana kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi di

    wilayah Puskesmas Cikancung ?

    Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kepatuhan penggunaan obat

    antihipertensi pada pasien di wilayah kerja Puskesmas Cikancung.

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    5/24

    5

    METODE PENELITIAN

    Metode Penelitian kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi dengan

    metode Cross Sectional. metode Cross Sectional adalah suatu penelitian untuk

    mempelajari dinamika korelasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

    pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point

    time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan

    pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

    pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada

    waktu yang sama. ( Notoatmodjo 2012).

    Adapun indikator pasien dikatakan patuh dalam penggunaan obat adalah pasien

    mengkonsumsi obat tepat waktu dan menggunakan obat sesuai anjuran dokter.

    Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan

    pengukuran tekan darah.

    .

    Pasien Hipertensi :

    -

    Karakteristik

    Pasien

    - Tekanan darah

    -

    Pendapatan

    - Jenis Obat

    Antihipertensi

    - Efek samping

    obat

    -

    Kebiasaan

    Merokok

    - Efek Samping

    Mengunjungi

    pasien yang telah

    berobat ke

    Puskesmas,

    dilakukan :

    - Pengukuran

    tekanan darah

    - Pengisian

    Kuesioner-

    Data di olah /

    Analisis data

    Kepatuhan pasien

    terhadap

    pengguanaan obat

    antihipertensi di

    ukur dengan

    menggunakan

    kuesioner MMAS 8

    tiem.

    1. Patuh Skor < 13

    2. Tidak Patuh

    skor 13

    Input Proses Output

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    6/24

    6

    HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Lokasi Penelitian

    Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Cikancung Pukul 08.00 14.00 WIB setiap

    hari Senin sampai dengan hari sabtu kecuali hari libur. Alur Pelayanan Puskesmas

    Cikancung bisa dilihat di Lampiran 5. Wilayah Kerja Puskesmas Cikancung

    terdiri dari lima Desa, meliputi Desa Cikasungka, Tanjunglaya, Hegarmanah,

    Mandasari dan Desa Cikancung.

    B. Deskripsi obat antihipertensi yang tersedia di Puskesmas Cikancung.

    Sediaan antihipertensi yang tersedia meliputi Captopril (12,5 mg dan 25 mg),

    hidrokortiazid (25 mg), Furosemid (10 Mg) dan Amlodipin ( 10 mg). Jumlah

    Resep antihipertensi yang diterima Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

    Cikancung selama bulan April adalah 124 lembar resep dengan rata-rata resep

    Perhari adalah 5 Resep (lampiran 6).

    C. Distribusi Frekuensi Sampel

    Pengambilan data dengan melihat data rekam medis Puskesmas Cikancung dan

    kunjungan kerumah pasien yang telah mendapat obat antihipertensi dari

    Puskesmas dengan mengisi kuesioner dan pengukuran tekanan darah oleh seorang

    perwat. Jumlah populasi pada bulan April 2015 sebanyak 124 orang. Sampel

    dalam penelitian ini merupakan pasien yang termasuk dalam populasi yang telah

    memenuhi kriteri inklusi dan eksklusi penelitian. Sampai dengan akhir

    pengambilan data didapatkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang.

    1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

    Gambar 1 . Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin.

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    7/24

    7

    Bedasarkan grafik 1 diatas, distribusi karakteristik responden terbanyak adalah

    pada kelompok Jenis Kelamin Perempuan sebanyak 65 orang ( 75,58%) dan laki-

    laki sebanyak 21 orang ( 24%) hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan

    fitria, at, al pada tahun 2013 yaitu Perempuan sebanyak 64,6%. Yang dilakukan

    di Puskesmas Pattingaloang kota Makasar.

    A. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Pasien

    Grafik 2. distribusi Frekuensi berdsarkan usia pasien

    Berdasarkan grafik 2 distribusi frekuensi berdarkan usia pasien < 50 tahun

    sebanyak 30 orang (35%) dan Pasien 50 tahun (65%). Jadi mayoritas pasien

    berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 50 tahun (65 %). Hal ini

    disebabkan adanya proses penuaan normal yaitu penebalan dan kekakuan

    pembuluh darah sehingga elasitas pembuluh darah menurun (Kuswardhani, 2006).

    Pada saat usia 50 tahun atau setelah menopause, tekanan darah pada perempuan

    terus meningkat. Hal ini dikarenakan kadar estrogen yang terus menurun

    Laki-Laki21

    24%

    Perempuan

    65

    76%

    Berdasarkan Jenis Kelamin

    Laki-Laki

    Perempuan

    < 50 Tahun

    30

    35%

    50 Tahun

    56

    65%

    Usia

    < 50 Tahun

    50 Tahun

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    8/24

    8

    sehingga kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang berfungsi melindungi

    pembuluh darah dari kerusakan juga menurun (Anggraini, 2009).

    B. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pendidikan

    Gambar 3. Distribusi responden berdasarkan Pendidikan.

    Sumber : Kuesioner penelitian 2015

    Kelompok Pendidikan pasien hipertensi di Puskesmas Cikancung tidak sekolah

    sebanyak 21 orang (24%), Sekolah Dasar (SD) sebanyak 49 orang (57%),

    Sekolah lanjutan tingkat pertama 13 orang (15 %) dan sekolah lanjutan tingkat

    atas (SLTA) 3 orang (4%). Jadi mayoritas pasien yang menderita hipertensi

    berpendidikan rendah (Sekolah Dasar) (57%). Pasien rawat jalan di puskesmas

    Cikancung mempunyai pendidikan yang berbeda-beda dan tidak ada yang

    berpendidikan akademik atau perguruan tinggi, dengan adanya perbedaan t ingkat

    pendidikan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola

    pikir. Sudut pandang dan penerimaan pasien terhadap tindakan-tindakan

    pengobatan yang diterimanya. Dengan latar belakang pendidikan pasien ini akanmempengaruhi sikap dokter/perawat sebagai pemberi pelayanan dalam melakukan

    pendekatan atau penyampaian informasi kepada pasien.

    C.

    Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan

    Gambar 4. Distribusi pasien berdasarkan Pekerjaan.

    Tidak Sekolah

    21

    24%

    SD

    49

    57%

    SLTP

    13

    15%

    SLTA

    3

    4%

    Pendidikan

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    9/24

    9

    Berdasarkan grafik 4 diatas distribusi frekuensi pasien berdasarkan pekerjaan,

    tidak bekerja Pekerjaan paling banyak pada ibu rumah tangga sebanyak 58

    (67,44%). Tidak bekerja 11 orang (13%), Wiraswasta 10 orang (12%), Pegawai

    swasta 7 orang (8%).

    D. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pasien

    Tabel 5 . Distribusi Kepatuhan Sampel

    Nilai Kepatuhan

    berdasarkan Morisky 8-

    item

    Frekuensi (orang) Persentase (%)

    Patuh 58 67,44 %

    Tidak Patuh 28 32,56 %

    Sumber : Kuesioner penelitian 2015

    Dari tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa pasien pengguna obat antihipertensi di

    Puskesmas Cikancung yang patuh sebanyak 58 orang (67,44%) dan yang tidak

    patuh 28 orang (32,56%). sehingga dapat dikatakan penggunaan obat anthipertensi

    di Puskesmas Cikancung cukup baik, hal ini sesuai dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Saepudin, dkk pada tahun 2013 di Puskesmas dengan tingkat

    kepatuhan sebesar 62,3 %.

    E.

    Distribusi Frekuensi karakteristik pasien berdasarkan kepatuhan

    1. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Berdasarkan Umur

    11; 13%0; 0%

    10; 12%

    7; 8%58; 67%

    Pekerjaan

    Tidak Bekerja

    PNS/TNI/POLRI

    Wiraswasta

    Pegawai Swasta

    Ibu Rumah Tangga (IRT)

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    10/24

    10

    Gambar 6. Distribusi Kepatuhan Pasien Berdasarkan umur

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Karakteristik responden kepatuhan penggunaan obat antihipertensi berdasarkan

    usia < 50 tahun sebanyak 30 orang (34.9 %) yang patuh 23 orang (26.74 %) dan

    tidak patuh 7 orang ( 8.1 %) dan pasien dengan usia 50 tahun sebanyak 56

    orang (65,1%) yang patuh 35 orang (40.69%) dan tidak patuh 21 orang

    (24,41%). Jadi dapat di simpulkan bahwa usia 50 tahun lebih patuh dari pada

    usia < 50 tahun. Hal ini dikarenakan jumlah pasien hipertensi yang berobat ke

    puskesmas cikancung mayoritas usia 50 tahun (65,1%) dari pada usia < 50

    tahun (34,9%).

    2.

    Distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan Jenis Kelamin

    Gambar 7. distribusi Frekunesi Kepatuhan Berdasarkan Jenis Kelamin

    23

    7

    35

    21

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    Patuh Tidak Patuh

    < 50 Tahun

    50 Tahun

    11 10

    47

    11

    0

    5

    10

    1520

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    Patuh Tidak Patuh

    Laki-laki

    Prempuan

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    11/24

    11

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 orang (24,4%) yang patuh 11

    orang (12,8%) dan tidak patuh 10 orang (11,6%), perempuan sebanyak 65 orang (

    75,6%) yang patuh 47 orang ( 54,65 %) dan yang tidak patuh 18 orang (20,9%).

    Jadi yang patuh berdasarkan jenis kelamin, yang paling banyak adalah jenis

    kelamin perempuan (54,65%) hal ini dikarenakan perempuan kebanyakan sebagai

    ibu rumah tangga, sehingga rutin minum obat sesuai jadwal karena tidak

    berpergian pada saat jadwal minum obat.

    3. Distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan Jenis Pekerjaan.

    Grafik 8 Distribui Frekuensi Kepatuhan berdasarkan jenis pekerjaan

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasarkan pekerjaan, tidak bekerja sebanyak 11 Orang ( 12,8%) yang patuh 6

    orang (7%) dan tidak patuh 5 orang (5.8%), Wiraswasta sebanyak 10 orang

    (11,6%) yang patuh 5 orang (5,8%) dan tidak patuh 5 orang (5,8%), pegawai

    swasta sebanyak 7 orang (8,1%) yang patuh 7 orang (8,1%), ibu rumah tangga

    sebanyak 58 orang (67,4%) yang patuh 40 orang (46,5%) dan tidak patuh 18

    orang (20,9%). Jadi kepatuhan berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah

    5 65 5

    0

    7

    18

    40

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    Tidak Patuh Patuh

    Tidak Kerja/Pensiunan

    Wiraswasta

    Pegawai Swasta

    Ibu Rumah Tangga

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    12/24

    12

    ibu rumah tangga, hal ini mungkin dikarenakan pasien tersebut lebih rutin minum

    obat anthipertensi karena jadwal minum obat anthipertensi tidak terganggu oleh

    pekerjan dan jarang berpergiaan saat jadwal minum obat.

    4.

    Distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan Pendidikan.

    Grafik 9 distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan pendidikan

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasarkan pendidikan, tidak sekolah yang patuh 16 orang (1,6%) dan tidak

    patuh 5 orang (5,8%), sekolah dasar patuh 30 orang (34,9%) dan tidak patuh 19

    orang (22,1%), sekolah lanjut tingkat pertama patuh 10 orang (11,6%) dan tidakpatuh 3 orang (3,5%), sekolah lanjut tingkat atas patuh 2 orang (2,3%) dan tidak

    patuh 1 orang (1,2%). Jadi kepatuhan berdasarkan pendidikan yang banyak patuh

    adalah yang berpendidikan terkhir SD (34,9%).

    F. Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis terapi dan obat antihipertensi

    yang digunakan

    Tabel 10. Distribusi Penggunaan obat berdasarkan jenis terapi

    No Jenis Terapi Katagori Jumlah Proporsi

    1 Jenis Terapi Tunggal 83 96,51%

    Kombinasi 3 3,49%

    TOTAL 86 100%

    Sumber : Kuesioner penelitian 2015

    Berdasarkan hasil penelitian ini jenis terapi yang paling banyak digunakan

    selama periode tanggal satu april sampai dengan 30 April 2015 di Puskesmas

    5

    1619

    30

    3

    10

    1 2

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Tidak Patuh Patuh

    Tidak Sekolah

    SD

    SLTP

    SLTA

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    13/24

    13

    Cikancung adalah jenis terapi tunggal. Hal ini dikarenakan pasien banyak yang

    menderita hipertensi derajat 1 (satu) yang dapat diturunkan dengan satu jenis obat

    antihipertensi saja.

    Grapik 11. Penggunaan obat Antihpertensi di Puskesmas Cikancung

    Sumber : Kuesioner penelitan 2015

    Bedasarkan grafik 11 di atas, penggunaan obat antihiperrtensi dilihat dari

    distribusinya bahwa penggunaan antihipertensi terbanyak adalah amlodipin (72%)

    dibandingkan captopril (24%) dan amlodipin+Captopril (4%). Hal ini juga dapat

    disebabkan karena obat-obat inilah yang tersedia di Puskesmas Cikancung selama

    periode penelitian ( Puskesmas Cikancung, 2015). Pada penelitian ini, ditemukan

    ketersediaan obat-obat anthipertensi lain dalam jumlah besar namun tidak

    digunakan antara lain furosemid. Furosemid merupakan diuretik kuat, dimana

    mulai kerjanya lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan

    tiazid. Oleh karena itu diuretik ini jarang digunakan sebagai antihipertensi, kecuali

    pada pasien dengan fungsi ginjal atau gagal jantung (nafrialdi, 2011). Reserpin

    tidak digunakan karena reserpin merupakan obat lini ke tiga. (Depkes,2006).

    hidrokortiazid tidak digunakan disebabkan oleh efek samping diuretik thiazid

    yaitu meningkatkan frekuensi buang air kecil (diuresis) sehingga menimbulkan

    ketidaknyamanan pada penderita hipertensi.

    62; 72%

    21; 24%

    3; 4% 0; 0%

    Amlodipin

    Captopril

    Amlodpin dan captopril

    Amlodpin dan Hidrocortiazid

    Capttopril dan Hidrocortiazid

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    14/24

    14

    G. Distribusi frekuensi Kepatuhan penggunaan obat antihipertensi

    berdasarkan kebiasaan merokok

    Grafik 12. Distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan Kebiasan Merokok

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasarkan grafik 13 di atas, dapat dilihat kepatuhan pasien terhadap

    penggunaan obat antihipertensi dimana yang patuh sebanyak 50 orang (58,1%)

    yang tidak patuhnya hanya 19 orang (22,1%) sedangkan orang yang merokok 9

    orang patuh (10,5%) dan tidak patuh 8 orang (0,1%) jadi mayoritas pasien

    penderita hipertendi di Puskesmas Cikancung kebanyakan tidak merokok dan

    patuh menggunakan obat antihipertensi (58,1%).

    H. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Berdasarkan Pendapatan pasien

    dengan kepatuhan penggunaan obat Antihipertensi

    Gambar 14. Distribusi Frekunensi Kepatuhan Berdasarkan Pendapatan

    3127

    18

    10

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Patuh Tidak Patuh

    < 1.000.000

    1.000.000

    8 9

    50

    19

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Patuh Tidak Patuh

    Merokok

    Tidak Merokok

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    15/24

    15

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasarkan grafik 14 menggambarkan kepatuhan penggunaan obat

    antihipertensi, pasien yang mempunyai pendapatan, < 1.000.000 patuh sebanyak

    31 orang (36,04%), tidak patuh 27 orang (31,4%) sedangkan dengan pendapatan

    1.00.000 yang patuh sebanyak 18 orrang ( 20,9%) dan tidak patuh sebanyak 10

    orang (11,6 %). Jadi pasien dengan pendapatan < 1.000.000 lebih patuh dari pada

    pasien dengan pendapatan 1.00.000. hal ini dikarenakan biaya pengobatan di

    puskesmas Cikancung sudah gratis bagi yang mempunyai kartu JKN/KTP/KK

    dan GAKINDA, sehingga pendapatan pasien tidak mempengaruhi terhadap

    kepatuhan penggunaan obat antihipertensi.

    I. Distribusi Frekuensi kepatuhan berdasarkan ada keluarga yang

    menderita hipertensi.

    Gambar 15. Distribusi kepatuhan penggunaan obat antihipertensi berdasarkan

    keluarga mendrita hipertensi

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasarkan grapik 15 di atas Distribusi kepatuahan penggunaan obat

    antihipertensi berdasarkan ada keluarga yang menderita hipertensi. Pasien dengan

    keluarga mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 16 orang (18,6%), patuh

    menggunakan obat sebanyak 10 orang (11,6 %) dan tidak patuh sebanyak 6 orang

    (7 %), pasien yang tidak mempunyai riwayat dengan keluarga penderita hipertensi

    sebanyak 70 orang ( 81,4 %) dimana yang patuh sebanyak 48 orang (55,9 %) dan

    tidak patuh sebanyak 22 orang (25,6%). Sehingga orang yang tidak mempunyai

    keluarga dengan riwayat hipertensi lebih patuh dari pada pasien yang

    mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi dan berdasarkan hasil penelitian

    48

    22

    106

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Patuh Tidak Patuh

    Tidak AdaAda

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    16/24

    16

    ini bahwa pasien Hipertensi di Puskesmas Cikancung tidak memiliki keluarga

    dengan riwayat hiperteni (81,4%).

    J. Distribusi frekuensi kepatuhan penggunaan obat antihipertensi

    berdasarkan efek samping obat.

    Gambar 16. hubungan efek samping obat dengan kepatuhan penggunaan obat

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdarkan grafik 16 pasien yang mengalami efek samping dari obat antihipertensi

    sebanyak 37 orang (43,02%) yang patuh 24 orang (27,9%) dan yang tidak patuh

    13 orang (15,1%) . sedangakan pasien yang tidak merasakan efeksamping obat

    anthipertensi sebanyak 49 orang (57 %) yang patuh 34 orang (39,5%) dan tidak

    patuh 15 orang (17,4%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien yang tidak

    mengalami efeksamping obat lebih patuh dari pada pasien yang merasakan efek

    samping obat, hal ini dikarenakan pasien yang mengalami efeksamping obat, tidak

    minum obat secara rutin dikarenakan pasien tersebut pernah menghentikan

    pengobatan atau tidak minum obat antihipertensi dikarenakan merasa tidak

    nyaman. Adapun efeksamping yang paling banyak terjadi adalah mengalami

    batuk kering yang ditimbulkan obat antihipertensi captopril.

    K. Hubungan Kepatuhan dengan Penurunan Tekanan Darah (Hasil

    Pengobatan)

    24

    13

    34

    15

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    Patuh Tidak Patuh

    Ada

    Tidak Ada

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    17/24

    17

    Berdasarkan uji statistik regresi linear terdapat hubungan kepatuhan dengan

    penurunan tekanan darah Y=0,943 0,015X. Berdasarkan persamaan tersebut

    faktor independen ( kepatuhan) berpengaruh terhadap faktor dependen ( hasil

    pengobatan). Artinya semakin orang patuh untuk minum obat antihipertensi

    makan tekanan darahnya akan menurun. Hubungan kepatuhan dengan penurunan

    tekanan darah juga dapat di lihat dari penurunan rerata sistol dan diastol, yang

    dapat dilihat di tabel 5.10.1 di bawah ini.

    Tabel 17. Data Deskriptif Tekanan darah Sebelum dan Sesudah Pengobatan

    Tekanan Darah mmHg Rerata

    Tekanan Darah

    Sebelum Pengobatan

    Sistol 154,53

    Diastol 88,13

    Tekanan Darah

    Sesudah Pengobatan

    Sistol 138,02

    Diastol 82,79

    Sumber : penelitian 2015

    Dapat terlihat penurunan Nilai rerata tekanan darah pasien sesudah pengobatan.

    Pada saat sebelum pengobatan dan sesudah pengobatan di Puskesmas hal ini

    menunjukan bahwa kepatuhan Penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas

    Cikancung berhubungan positif terhadap penurunan tekanan darah. hasil serupa

    didapat dalam sebuah penelitian bahwa kepatuhan dapat menurunkan tekanan

    darah hingga mencapai tekanan darah terkontrol (Morgado,at al, 2011). Dalam

    Penelitian ini tidak dilakukan evaluasi tekanan darah terkontrol karena waktu dari

    penelitian terbatas, sedangkan penelitian serupa dilakukan lebih dari satu tahun.

    Dalam grafik 17. dapat dilihat distribusi frekuensi kepatuhan berdasarkan

    penurunan tekanan darah.

    Grafik 18. distribusi prekuensi kepatuhan berdasarkan penurunan tekanan darah.

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    18/24

    18

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-itempenelitian 2015

    Berdasarkan grafik 18 diatas. kepatuhan berdasarkan hasil pengobatan terjadi

    penurunan tekanan darah 75 orang (87 %) yang patuh 51 orang (59%) dan yang

    tidak patuh 24 orang (28%). Pasien yang tidak mengalami penurunan dan

    peningkatan tekanan darah sebanyak 3 orang (4%), dan semuanya tergolong patuh

    dan pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah sesudah pengobatan

    sebanyak 8 orang (9%) terdiri dari patuh 4 orang dan tidak patuh 4 orang. Jadi

    dalam penelitian ini mayoritas pasien patuh dan mengalami penurunan tekanan

    darah (59 %).

    L. Fakor ketidakpatuhan Pasien Berdasarkan KuesionerMorisky 8-item

    BerdasarkanMorisky 8-itemfaktor ketidak patuhan dalam pnelitian ini yang

    paling banyak adalah pertanyaan ke Lima, pertanyaan ke empat, pertanyaan ke

    dua, pertanyaan satu dan pertanyaan enam. ( Lampiran 7)

    Gambar 19, faktor ketidakpatuhan pasien tidak minum obat

    03

    24

    51

    4 4

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Tidak Patuh Patuh

    Tidak ada Perubahan

    penurunan tekanan darah

    peningkatan tekanan darah

    29

    57

    010

    20

    30

    40

    50

    60

    Apakah Kemarin Anda Masih Minum obat?

    Ya Tidak Tidak Tahu

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    19/24

    19

    Sumber : Kuesioner Penelitian 2015

    Berdasarkan pertanyaan morsky 8-item banyak faktor yang dapat mempengaruhi

    ketidak patuhan, distribusi pertanyaan paling banyak yang mempengaruhi

    ketidakpatuhan pasien adalah pertanyaan ke lima frekuensi sebanyak 57 Orang

    (66,3%) pertanyaan tersebut menggambarkan pasien tidak patuh minum obat

    antihipertensi dikarenakan satu hari sebelum pengisian kuesioner pasien tidak

    minum obat dikarenakan sudah merasa kondisi lebih baik dan tidak mau kontrol

    ke Puskesmas

    Grafik 20, saat berpergian pasien tidak minum obat

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasrkan grafik 20 diatas, yang mempengaruhi seseorang tidak patuh minum

    obat antihipertensi adalah pertanyaan ke empat sebanyak 44 orang (51.2%)

    pertanyaan tersebut menggambarkan pasien tidak patuh dikarenakan dalam waktu

    berpergian saat jadwal minum obat pasien tidak membawa obat antihipertensinya.

    Grafik 21 Pasien tidak minum obat karena sudah merasa lebih baik.

    39

    47

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    Pasien Tidak Minum obat Karena Sudah

    Merasa lebih Baik

    Ya Tidak Tidak Tahu

    44 42

    0

    20

    40

    60

    Saat berpergian pada waktu jadwalminum obat pasien tidak minum obat

    Ya Tidak Tidak Tahu

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    20/24

    20

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasarkan grafik 21 diatas yang mempengaruhi kepatuhan adalah pertanyaan ke

    enam sebanyak 39 orang (31,0%) menjawab iya, pertanyaan tersebut

    menggambarkan ketika pasien merasa kondisi menjadi lebih baik pasien tidak

    minum obat atau menghentikan penggunaan obat anthihipertensi.

    Grafik 22 Pasien tidak minum obat antihipertensi selain lupa

    Sumber : Kuesioner Morisky 8-item

    Berdasarkan grafik 22 diatas, yang mempengaruhi ketidakpatuhan adalah

    pertanyaan ke dua sebanyak 33 orang ( 38.4%) pertanyaan tersebut

    menggambarkan selain lupa orang tidak minum obat antihipertensi dikarnakan

    berpergian saat jadwal minum, merasa kondisinya menjadi lebih baik dan karena

    tidak nyaman dalam penggunaan obat

    37

    49

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Pasien tidak minum obat antihipertensi

    selain lupa

    Ya Tidak Tidak Tahu

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    21/24

    21

    Sumber : Kuesioner penelitian 2015

    Berdasarkan grafik 23 diatas yang mempengaruhi ketidak patuhan adalah

    pertanyaan pertama 37 orang (43,02%) menggambarkan pasien pernah lupa untuk

    minum obat antihipertensi. Sehingga tidak diminum secara rutin.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    37

    49

    Responden tidak minum obat karena Lupa

    Ya

    Tidak

    Tidak Tahu

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    22/24

    22

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Dari peneilitan analisis kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi di wilayah

    kerja Puskesmas Cikancung ini dapat disimpulkan bahwa :

    1. karekterisik responden yang terbanyak adalah perempuan (75,58%) dengan

    usia 50 tahun (65%) dan pendidikan terakhir SD ( 57%) dengan pekerjaan

    sebagai ibu rumah tangga (67,44%).

    2. tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Cikancung

    bisa dikatakan cukup baik (67,44%).

    3.

    Obat atihipertensi yang paling banyak digunakan adalah amlodipin (72%).

    4. faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan obat antihipertensi

    adalah kebiasaan tidak merokok (55%), pasien yang tidak mempunyai

    keluarga menderita penyakit hipertensi (57%). Dan pasien yang tidak

    merasakan efek samping obat (39,5%).

    5. faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan adalah pasien tidak minum obat

    atau tidak berobat kembali ke puskesmas Cikancung (66,3%).

    6.

    Ada hubungan tingkat kepatuhan dengan penurunan tekanan darah (59 %).

    Saran

    Berdasarkan penelitian tentang analisis kepatuhan penggunaan obat pada pasien

    hipertensi di wilayah Puskesmas Cikancung saran yang dapat diberikan adalah

    sebagai berikut:

    1.

    Kepada Keluarga

    Hendaknya memberi dukungan kepada pasien untuk selalu teratur mengontrol

    tekanan darah, rutin konsultasi ketempat pelayanan kesehatan.

    2. Kepada Puskesmas Cikancung

    Disarankan kepada petugas kesehatan untuk sering melakukan penyuluhan

    kepada pasien penderita hipertensi khusunya tentang patuh menggunakan

    obat antihipertensi. Tidak hanya penyuluhan ketika pasien datang berobat ke

    puskesmas, akan tetapi penyuluhan langsung terjun ke lapangan.

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    23/24

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    AS, Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. In-books.Banguntapan

    Jogjakarta

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

    2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS )

    Kabo,P. (2011). Bagaimana menggunakan obat obat kardiovaskular secara

    rasional. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Martiningsih. 2011.Analisis Faktor-Fakotr Dengan Terjadinya Hipertensi Primer

    Pada Pasien Di Polikklinik Penyakit Dalam RSUD Bima Ditinjau Dari

    Perspektif Keperawatan Self Care Orem.Fakultas Ilmu Keperawatan

    Universitas Indonesia : Depok.

    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014

    Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

    Saepudin, dkk. 2013. Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi Di

    Puskesmas. Jurnal Farmasi Indonesia.

    Tarigan N.S,Tarigan A,Sukohar A, Carolia N. 2013. Prescribing and Rationality

    of Antihypertension Drugs Utilization on Outpatientwith Hypertension in

    Puskesmas Simpur During January-June 2013 Bandar Lampung. Bandar

    lampurng

    Kementrian Kesehatan, 2008, Pharaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi.

    Jakarta; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

    James, P.A., Oapril, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Himmelfarb, C.D., Handler,

    J., et al. 2013, 2014, Evidence-Based Guideline for the Management

    of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members

    Appointed to the Eight Joint National Commite (JNC 8)..

    Annisa Nur A.Fitria. dkk. 2013. faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

    berobat hipertensi pada lansia di Puskesmas Pattingalloang Kota Makasar.

    Bagian epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

    Hasanudin.

  • 7/26/2019 Draft Kolokium Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi

    24/24

    24

    Ronny, Setiawan, Fatimah Sari, 2010. Fisiologi kardiovaskular. Jakarta:EGC.

    Notoatmodjo Soekidjo.2012.Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta.

    Jakarta.

    Baharudin dkk, 2013.Perbandingan Efektivitas Dan Efek Samping Obat

    Antihipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien

    Hipertensi.Fakultas Kedoteran, Universitas Hasanudin.

    Ekarini Diyah, 2011. Faktor-Fakor Yang Berhubungan Dengan Tingkat

    Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam Menjalankan Pengobatan Di

    Puskesmas Gondangrejo Karang Anyar.Stikes Kusuma Husada Sura Karta.

    Arikunto.,S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan 15-Jakarta:

    Rineka Cipta, Jakarta.

    Nafrialdi.,2011. Farmakologi Dan Terapi, edisi 5, Departemen Farmakologi Dan

    Terapi Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia, Jakarta

    Novian A.,2013. Faktor Yang Berhubungan Diit Pasien Hipertensi. Jurusan Ilmu

    Kesehatan Masyarakat. Universitas Negri Semarang.

    Purnomo, H. 2009, Penyakit yang paling mematikan (hipertensi). Buana pustaka.

    Jakarta.

    WHO. (2010).Data Global Status Report on Communicable Diseases.

    Saleem Fahad, 2012. Translation and validation study of Morisky Medication

    Adherence scale (MMAS): the Urdu version for facilitating person-centered

    healthcare in Pakistan. Discipline of Social and Administrative Pharmacy

    School of Pharmaceutical Sciences, Universiti Sains Malaysia.