Upload
cory-monica-marpaung
View
243
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
1/29
REFERAT
GANGGUAN TIDUR
Pembimbing :
dr. Tumpal Siagian, SpS
Disusun Oleh :
Corianty Dewi Monica Marpaung
0761050019
KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF
PERIODE 8 OKTOBER 2012 3 NOVEMBER 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA 2012
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
2/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada
penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan
masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta
yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut
beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering
mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama
semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari,
kecenderungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu
penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru
akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur
merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
3/29
2
BAB II
PEMBAHASAN
FISIOLOGI TIDUR
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan
mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan
tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya
waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai
irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior
hypothalamus.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada
substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian
susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian
rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti
oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian
antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16- 20 jam/hari, anak-anak 10-12
jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5
jam/hari pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
1. Tidur stadium Satu.Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan
kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan
dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
4/29
3
Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang
gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang
sleep spindle dan kompleks K
2. Tidur stadium duaPada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang,
tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta
simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K
3. Tidur stadium tigaFase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih
banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep
spindle.
4. Tidur stadium empatMerupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi
oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle.
Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit,
setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung
lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur
REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila
dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi
bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang
dalam.
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal
bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya
masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah
sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan
sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang didahului oleh fase NREM
kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut:
- NREM (75%) yaitu stadium 1 (5%), stadium 2 (45%), stadium 3 (12%),stadium 4 (13%).
- REM (25 %).
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
5/29
4
PERANAN NEUROTRANSMITER
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending
Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam
keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas
ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik.
Sistem serotonergikHasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin
yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur.
Bila serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadi
keadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak
sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak,
yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis di nukleus raphe dorsalis
dengan tidur REM.
Sistem AdrenergikNeuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel
nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus
sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang
mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
Sistem KholinergikSitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena
dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini,
mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga.
Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan
tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur
REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran
kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan
penurunan REM.
Sistem histaminergikPengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
6/29
5
Sistem hormonPengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon
seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing
disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus
pathway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter
norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur
dan bangun.
INSIDENSI
Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya.
Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17%
diantaranya mengalami masalah serius.
Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini juga sesuai
dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan kurang
lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-
15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol.
Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebab-penyebab
gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%), gangguan pusat pernafasan
(40-50%), kram kaki malam hari (16%), psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah
(5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65).
Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2- 5%), gangguan obstruksi sesak saluran
nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
7/29
6
KLASIFIKASI
Berikut ini adalah gangguan tidur menurut DSM-IV-TR.
I. GANGGUAN TIDUR PRIMER
I.1 Dissomnia
I.1.a Insomnia primer
I.1.b Hipersomnia primer
I.1.c Narkolepsi
I.1.d Gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan
I.1.e Gangguan tidur irama sirkadian (gangguan jadwal tidur-bangun)
I.1.f Dissomnia yang tidak ditentukan
I.2 Parasomnia
II.2.a Gangguan mimpi buruk
II.2.b Gangguan teror tidur
II.2.c Gangguan tidur berjalan
II.2.d Parasomnia yang tidak ditentukan
II. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN
MENTAL LAIN
II.1 Insomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
II.2 Hipersomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
III. GANGGUAN TIDUR LAIN
III.1 Gangguan tidur karena kondisi medis umum
III.1.a Kejang epilepsi; asma berhubungan dengan tidur
III.1.b Nyeri kepala kluster & hemikrania paroksismal kronik berhubungan dengan tidur
III.1 c Sindrom menelan abnormal berhubungan dengan tidur
III.1.d Asma berhubungan dengan tidur
III.1.e Gejala kardiovaskuler berhubungan dengan tidur
III.1.f Refluks gastrointestinal berhubungan dengan tidur
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
8/29
7
III.1.g Hemolisis berhubungan dengan tidur (Hemoglobinuria Nokturnal Paroksismal)
III.2 Gangguan tidur akibat zat
III.2.a Pemakaian obat hipnotik jangka panjang
III.2.b Obat antimetabolit
III.2.c Obat kemoterapi kanker
III.2.d Preparat tiroid
III.2.e Anti konvulsan
III.2.f Anti depresan
III.2.g Obat mirip hormon Adenokortikotropik (ACTH); kontrasepsi oral; alfa metil
dopa; obat penghambat beta.
I. GANGGUAN TIDUR PRIMERDISSOMNIA
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur (
failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep), bangun
terlalu dini atau kombinasi diantaranya. Gambaran penting dari dissomnia adalah perubahan
dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur. Gangguan ini meliputi insomnia, yang mana terjadi
gangguan tidur pada awal dan pemeliharaannya; hipersomnia, yaitu gangguan dari waktu
tidur yang berlebihan atau sleep attacks; gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan; dan
gangguan tidur irama sirkadian, dimana terdapat ketidaksesuaian antara pola tidur seseorang
dengan pola tidur normal lingkungannya.
INSOMNIA PRIMER
Insomnia adalah ketidakmampuan secara relatif pada seseorang untuk dapat tidur atau
mempertahankan tidur baik pada saat ingin tidur, keadaan tidur yang tenang/sedang tidur
ataupun bangun saat pagi sebelum waktunya (hal ini dikenal sebagai insomnia jenis
awal/initial, jenis intermediate dan jenis terminal/late insomnia) atau jika orang tadi bangun
dalam keadaan segar.
Gangguan insomnia biasa terjadi sebelum seseorang berusia 40 tahun tetapi prevalensi
tertinggi dijumpai pada usia di atas 65 tahun. Insomnia dapat disebabkan oleh gangguan
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
9/29
8
mental lainnya, penyakit organik atau akibat penggunaan obat tertentu (insomnia sekunder)
atau mungkin idiopatik (insomnia primer).
Insomnia dikelompokan menjadi :
Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidakberhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian.
Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan obat,depresi, atau stres yang hebat.
Insomnia primer cirinya ditandai dengan adanya kesulitan dalam memulai atau
mempertahankan tidur atau non restoratif atau tidur tidak nyenyak selama 1 bulan dan tidak
disebabkan oleh gangguan mental, keadaan medikal umum, dan penggunaan zat.
Insomnia sering terjadi di masyarakat umum dan lebih sering terjadi pada pasien yang
mengalami gangguan kejiwaan; meskipun hanya sedikit jumlah orang-orang dengan
insomnia yang berkonsultasi ke dokter. Kesulitan tidur lebih sering terjadi pada orang tua,
wanita, individu dengan pendidikan rendah dan status ekonomi rendah, dan orang-orang
dengan masalah medis kronis.
Transient insomnia sering terjadi pada orang yang biasanya tidur normal. Bentuk
insomnia ini terjadi bersamaan dengan adanya stres piskologis akut, seperti saat kehilangan.
Keadaan ini cenderung untuk sembuh sendiri.
Insomnia kronis adalah kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama
sebulan atau lebih. Salah satu penyebab kronik insomnia yang paling umum adalah depresi.
Penyebab lainnya adalah arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom
restless legs, parkinson, dan hypertyroidism. Namun demikian, insomnia kronis bisa juga
disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi
lain, siklus tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya,
dan stres kronik.
a. Penyebab
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki
berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik, dan pemakaian obat-obatan.
Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali
timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi,
atau ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa orang
tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
10/29
9
kembali. Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur.
Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.
Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik,
mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur. Selain itu,
perilaku di bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa orang :
Higienitas tidur yang kurang secara umum (cuci muka) Kekhawatiran tidak dapat tidur Menkonsumsi kafein secara berlebihan Minum alkohol sebelum tidur Merokok sebelum tidur
Tidur siang/sore yang berlebihan Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur
b. Gejala
Penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terjaga di malam hari dan
sepanjang hari merasakan kelelahan. Insomnia bisa dialami dengan berbagai cara :
Sulit untuk tidur Tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk tetap tidur (sering
bangun)
Bangun terlalu awalKesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala insomnia. Gejala yang dialami
waktu siang hari adalah mengantuk, resah, sulit berkonsentrasi, sulit mengingat, gampang
tersinggung.
c. Diagnosis
Untuk mendiagnosa insomnia, dilakukan penilaian terhadap : pola tidur penderita,
pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang, tingkatan stres psikis, riwayat medis,
aktivitas fisik
Insomnia cenderung bertambah kronis jika terjadi stres psikologi (contohnya :
perceraian, kehilangan pekerjaan) dan juga penggunaan mekanisme pertahanan yang
keliru. Gangguan tidur seringkali timbul sebagai eksaserbasi yang dapat memberi petunjuk
apakah berkaitan dengan peristiwa hidup tertentukah? Atau mungkin disebabkan oleh
etiologi lainnya. Demikian pula riwayat pola tidur maupun siklus harian (rest/activity
cycle) sangat bermanfaat dalam menentukan suatu diagnosis. Insomnia juga dapat menjadi
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
11/29
10
suatu keluhan dari pasien yang sebenarnya menderita sleep apnea atau myoclonus-
nocturnal.
Pada pasien dengan insomnia primer harus diperiksa riwayat medis dan psikiatrinya.
Riwayat medis harus dinilai secara seksama, mengenai riwayat penggunaan obat dan
pengobatan.
Pengukuran sleep hygiene digunakan untuk memonitor pasien dengan insomnia
kronis. Pengukuran ini meliputi :
- Bangun dan pergi ke tempat tidur pada waktu yang sama setiap hari, walaupun padaakhir pekan.
- Batasi waktu ditempat tidur setiap harinya.- Tidak menggunakan tempat tidur sebagai tempat untuk membaca, nonton TV atau
bekerja.
- Meninggalkan tempat tidur dan tidak kembali selama belum mengantuk- Menghindari tidur siang.- Latihan minimal tiga atau empat kali tiap minggu (tetapi bukan pada sore hari, kalau
hal ini akan mengganggu tidur).
- Pemutusan atau pengurangan konsumsi alkohol, minuman yang mengandung kafein,rokok dan obat-obat hipnotik-sedatif.
Banyak aspek dari program yang mungkin akan menyulitkan pasien. Meskipun
demikian, cukup banyak pasien yang termotivasi untuk meningkatkan fungsinya dengan
cara melakukan pengukuran ini.
d. Pengobatan
Meskipun pengobatan hipnotik-sedatif (misalnya pil tidur) tidak dapat mencegah
insomnia, tetapi dapat memberikan perbaikan secara bertahap. Obat-obat tersebut
seharusnya kita gunakan terutama untuk merawat transientdan insomnia jangka pendek.
Manfaat jangka panjang biasanya sulit untuk dinilai dan kebanyakan pasien menjadi
tergantung pada pengobatan ini. Benzodiazepin merupakan obat pilihan pertama untuk
alasan kenyamanan dan manfaatnya. Benzodiazepin sebagai obat tidur meliputi
estazolam, 1-2 mg malam hari; flurazepan, 15-30 mg malam hari; quazepam, 7,5 15 mg
malam hari; temazepam, 15-30 mg malam hari dan triazolam, 0,25 0,25 mg malam hari.
Non benzodiazepin alternatif adalah zolpidem, 5-10 mg malam hari; dan zaleplon, 10-20
mg malam hari, kedua obat ini menimbukan sedikit efek ketergantungan, toleransi, dan
cenderung untuk menyebabkan somnolen seharian.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
12/29
11
Obat-obat lain yang sering digunakan meliputi chloralhydrate (500-2000 mg),
hipnotik-sedatif golongan non barbiturat akan meningkat potensinya bila dikonsumsi
bersama alkohol, antihistamin diphenhydramine (25-100 mg) dan doxylamine (25-100
mg). Sedatif antidepresan seperti trazodone (50-20 mg) sering digunakan dalam dosis
rendah sebagai hipnotik untuk pasien yang menderita insomnia primer.
Kriteria Diagnostik untuk Insomnia Primer menurut DSM-IV-TR
A. Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur,
atau tidur yang tidak menyegarkan, selama sekurangnya satu bulan.
B. Gangguan tidur (atau kelelahan siang hari yang menyertai) menyebabkan penderitaan
yang bermakana secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lain.
C. Gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama perjalanan narkolepsi, gangguan tidur
berhubungan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau parasomnia.
D. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan mental lain (misalnya,
gangguan depresi berat, gangguan kecemasan umum, delirium).
E. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
HIPERSOMNIA PRIMER
Hipersomnia primer terdapat pada 5% populasi dewasa, pria dan wanita mempunyai
kemungkinan sakit yang sama.
Yang dimaksud dengan hipersomnia primer adalah tidur yang berlebihan atau terjadi
serangan tidur ataupun perlambatan waktu bangun. Hipersomnia mungkin merupakan akibat
dari penyakit mental, penyakit organik (termasuk obat-obatan) atau idiopatik. Gangguan ini
merupakan kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap memiliki gangguan jiwa
atau malas. Penderita hipersomnia membutuhkan waktu tidur lebih dari ukuran normal.
Pasien biasanya akan tidur siang sebanyak 1-2 kali per hari, dimana setiap waktu tidurnya
melebihi
1 jam. Meski banyak tidur, mereka selalu merasa letih dan lesu sepanjang hari. Gangguan ini
tidak terlalu serius dan dapat diatasi sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip-
prinsip manajemen diri.
Polysomnography memperlihatkan penurunan gelombang delta, peningka-tan
kesadaran, dan pengurangan masa laten REM pada pasien dengan hipersomnia primer.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
13/29
12
Pengobatan dari hipersomnia primer meliputi kombinasi antara pengu-kuran sleep
hygiene, obat-obatan stimulan, dan tidur siang untuk beberapa pasien. Obat-obat stimulan
dapat mempertahankan kesadaran; dextroamphetamine dan methylphenidate keduanya
mempunyai masa paruh yang singkat dan di minum dalam dosis terbagi. Femoline, stimulan
kerja lama, dapat juga digunakan. Modafinil, yang digunakan untuk mengobati narkolepsi,
dapat juga digunakan untuk mengobati hipersomnia primer. Antidepresan trisiklik (seperti
protriptyline) dapat juga digunakan. Karena obat-obatan stimulan dapat menimbulkan
ketergantungan, maka penggunaannya harus benar-benar diawasi.
Kriteria Diagnostik untuk Hipersomnia Primer menurur DSM-IV-TR
A. Keluhan yang menonjol adalah mengantuk berlebihan di siang hari selama sekurangnya
satu bulan (atau lebih singkat jika rekuren) seperti yang ditunjukkan oleh episode tidur
yang memanjang atau episode tidur siang hari yang terjadi hampir setiap hari.
B. Mengantuk berlebihan di siang hari menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
C. Mengantuk berlebihan di siang hari tidak dapat diterangkan oleh Insomnia dan tidak
terjadi semata-mata selam perjalan gangguan tidur lain (misalnya, narkolepsi, gangguan
tidur berhubungan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian, atau parasomnia) dan
tidak dapat diterangkan oleh jumlah tidur yang tidak adekuat.
D. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan lain.
E. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
NARKOLEPSI
Narkolepsi adalah salah satu bentuk hipersomnia yang paling sering terjadi.
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang diakibatkan oleh gangguan psikologis dan hanya bisa
disembuhkan melalui bantuan pengobatan dokter ahli jiwa.
Narkolepsi ditandai dengan bertambahnya waktu tidur yang berhubungan dengan
keinginan tidur yang tidak dapat ditahan sebagai salah satu gejala, atau kombinasi antara
gejala seperti cataplexy, sleep paralysis, atau hypnagogic hallucinations. Kelainan ini
menyerang 1 diantara 2000 orang, jumlah penderita pria yang sama dengan wanita.
Narkolepsi mungkin merupakan penyakit herediter karena setengah pasien narkolepsi
mempunyai keluarga yang sakit serupa.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
14/29
13
Gejala dari narkolepsi adalah ditemukannya serangan tidur yang berakhir dari
beberapa detik hingga 30 menit atau lebih lama. Pasien narkolepsi juga dapat mengalami
serangan tidur pada saat bekerja, selama percakapan atau pada keadaan normal lainnya.
Narkolepsi dijumpai pada pasien yang berusia di bawah 25 tahun (90%). 80% pasien
narkolepsi mengalami episode cataplexy, dimana terjadi kehilangan kontrol otot secara tiba-
tiba yang dapat menyebabkan orang tersebut pingsan tanpa kehilangan kesadaran. Keadaan
ini dapat terjadi sebagai respon terhadap suatu keadaan emosional seperti mengalami
kegembiraan atau kejutan.
Sleep paralysis lebih jarang terjadi dibandingkan dengan cataplexy. Sleepparalysis
akan menyebabkan kehilangan muscle tone yang bersifat sementara sehingga menimbulkan
ketidakmampuan untuk bergerak. Hyponagonic hallucination merupakan penerimaan
halusinasi yang menyenangkan, biasanya melihat atau mendengar sesuatu yang terjadi ketika
orang-orang jatuh tidur (hypnopompic hallucinations terjadi hanya setelah bangun). Gejala
auxillary ini secara umum akan timbul beberapa tahun setelah gangguan tidur.
Anamnesis mengenai riwayat tidur memegang peranan penting dalam menegakkan
narkolepsi. Polysomnography dengan MSLT digunakan untuk
menegakkan diagnosa narkolepsi dan membantu para dokter untuk menemukan gangguan
tidur lain seperti gangguan pernafasan yang berhubungan dengan gangguan tidur. Pasien
narkolepsi akan mengalami masalah-masalah psikologis, yang akan mempengaruhi
kehidupan keluarganya, lingkungan kerja, dan interaksi sosial.
Penatalaksanaan dari narkolepsi mencakup pengobatan yang berbeda untuk serangan
tidur dan gejala auxilary. Stimulan adalah obat yang sering digunakan untuk mengatasi
serangan tidur karena mula kerjanya yang singkat dan sedikitnya efek samping yang
ditimbulkan. Sebagai contoh, methylphenidate sangat tepat untuk mengatasi serangan
tidur/sleep attack, digunakan dalam dosis terbagi dengan dosis awal 5 mg, dosis tersebut
dinaikkan secara bertahap hingga 60 mg per hari. Dextroamphetamine dapat digunakan
dengan dosis yang serupa. Pemoline digunakan dengan dosis antara 18,75 sampai 150 mg,
dengan dosis yang terbagi. Modafinil, merupakan obat baru yang disetujui oleh U.S. Food
and Drug Administration sebagai alternatif lain dalam pengobatan narkolepsi. Obat tersebut
toleransinya baik dan efek kardiovaskular-nya sedikit; dosis hariannya 200 sampai 400 mg.
Antidepresan trisiklik sering digunakan untuk menangani cataplexy atau sleep paralysis
tetapi mempunyai sedikit efek pada serangan tidur; dosis yang digunakan untuk mengontrol
gejala ini lebih rendah dibandingkan dengan dosis yang digunakan untuk mengobati depresi
(misalnya, imipramin, 10 sampai 75 mg malam hari).
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
15/29
14
Dokter harus menjelaskan tentang gangguan ini kepada pasien dan keluarganya.
Rekan kerja dan lingkungan sosial harus juga diberikan pengeta-huan mengenai gejala dari
narkolepsi. Kerjasama dan pertolongan dari lingkungan sosial diperlukan untuk mengurangi
kesulitan kerja dan membantu menurunkan tingkat kebutuhan pasien terhadap obat-obatan
stimulan.
GANGGUAN TIDUR BERHUBUNGAN DENGAN PERNAPASAN
Apnea merupakan gangguan tidur yang cukup serius. Lebih dari 5 juta penduduk AS
mengalaminya. Central apnea timbul sebagai akibat kerusakan pada pusat pernafasan
sehingga tidak dapat memulai usaha respirasi periperal. Pada orang dewasa gangguan
pernafasan yang berkaitan dengan gangguan tidur dicirikan dengan episode penghentian
nafas selama 10 detik atau lebih selama tidur, dengan frekuensi 10 kali atau lebih tiap jam,
dan dengan penurunan desaturasi oksigen yang signifikan, tanda nocturnal lainnya seperti
mendengkur, nafas yang terengah-engah, gastro-esophageal reflux, ngompol, pergerakan
tubuh yang hebat, berkeringat pada malam hari dan pagi hari, sakit kepala. Gejala pada siang
hari meliputi keinginan untuk tidur yang sangat hebat atau serangan tidur. Gangguan tersebut
mempunyai efek psiklologis yang serius, meliputi proses berfikir yang lambat, kerusakan
ingatan, dan perhatian. Pasien sering merasa cemas, dysphoric mood, keluhan fisik yang
bervariasi. Pasien dengan sleep apnea biasanya gemuk, usia pertengahan (dapat pula
mengenai semua kelompok umur), dan wanita. Apnea juga disebut penyakit to fall asleep at
the wheel karena sering terjadi ketika penderita sedang mengemudi mobil. Apnea terjadi
karena fluktuasi atau irama yang tidak teratur dari denyut jantung dan tekanan darah. Ketika
serangan datang, penderita seketika merasa mengantuk dan jatuh tertidur. Penderita
mengalami kesulitan bernafas, bahkan terheti pada saat tidur (dalam bahaa Jawa disebut
tindihan). Naik-turunnya denyut jantung dan tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan
kematian seketika pada penderita.
Pasien gemuk dianjurkan untuk mengurangi berat badan. Antidepresan trisiklik
(misalnya protriptyline, 10-60 mg malam hari) dapat digunakan untuk mengatasi gangguan
ini, buspirone dan fluoxetine juga bermanfaat untuk mengatasi gangguan ini. Benzodiazepin
sebaiknya tidak digunakan sebab akan menekan pernafasan bila digunakan dalam dosis
tinggi.
Continuous positive air ways pressure (CPAP) secara luas digunakan untuk merawat
pasien tersebut. Cara lain yaitu dengan melakukan uvulopalatopharingoplasty , yang
dilakukan untuk pasien-pasien dengan jaringan oropharingeal yang berlebihan.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
16/29
15
Tracheostomy biasanya dilakukan pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap CPAP
dan uvulopalatopharingoplasty .
GANGGUAN TIDUR IRAMA SIRKADIAN (GANGGUAN JADWAL BANGUN
TIDUR)
Gambaran penting gangguan ritmik sirkadian yaitu pola menetap dan berulang
gangguan tidur akibat tidak sinkronnya jam biologik sirkadian internal seseorang dengan
siklus tidur-bangun. Hal ini terjadi karena tidak cocoknya jam sirkadian dengan tuntutan
eksogen mengenai saat dan lama tidur misalnya karena perjalanan melintasi zona waktu yang
berbeda. Penyebab lain dapat berupa disfungsi ritmik biologik dasar.
Akibat tidak samanya siklus sirkadian, seseorang dengan gangguan ini dapat
mengeluh insomnia pada waktu tertentu (misalnya malam hari) dan tidur berlebihan pada
siang hari sehingga terjadi gangguan fungsi sosial, pekerjaan, fungsi lainnya atau dapat
menyebabkan penderitaan secara subyektif. Diagnosis ditegakkan bila terjadi gangguan
fungsi sosial, pekerjaan, atau penderitaan subyektif secara signifikan. Kemampuan individu
beradaptasi dengan perubahan sirkadian bervariasi sangat luas. Kebanyakan individu dengan
gejala ini tidak mencari pertolongan karena gejalanya tidak berat.
Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur
badan, plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadaan normal fungsi irama
sirkadian mengatur siklus biologi irama tidur bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan
dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan,
apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran
irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing
irama sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama
sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian:
1. Sementara (acut work shift, Jet lag)
2. Menetap (shift worker)
Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan pemendekan
waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM. Berbagai macam gangguan tidur gangguan
irama sirkadian adalah sebagai berikut:
1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan
terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak
sekolah atau pekerja sosial. Orang-orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur)
dan mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder).
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
17/29
16
2. Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam
setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu.
Gambaran tidur menunjukkan sleep laten panjang dengan tidur yang terputus-putus.
3. Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang tidak secara
teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur.
Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum.
Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur
fase REM.
4. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome).
Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur
pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa
cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal
irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.
5. Tipe bangun-tidur beraturan
6. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.
Gangguan tidur timbul sebagai akibat siklus tidur-bangun yang tidak sinkron dengan
jadwal tidur harian seseorang. Sebagai contoh, orang-orang dengan kerja shift malam hari
atau dimana mereka yang shift kerjanya sering berubah (misalnya perawat, pekerja
bangunan) dapat mengalami gangguan tidur irama sirkadian. Orang-orang yang sering
berpergian ke daerah dengan waktu yang saling bersilangan akan menyebabkan gangguan
tidur, dan dikenal dengan jet lag. Orang-orang dengan gangguan ini tidak pernah dapat
merasakan istirahat penuh. Ketika mereka ingin tidur, mereka justru tidak dapat tidur dan
ketika mereka bangun, mereka justru ingin tidur dan mengantuk. Cara yang paling baik
adalah menghindari kerja shift.
Penatalaksanaan jet lag yaitu meliputi penyesuaian jam tidur dengan waktu didaerah
yang baru. Kebanyakan orang dewasa memerlukan satu hari untuk menyesuaikan waktu ke
arah timur dan sedikit lebih singkat jika perjalanan tersebut ke arah barat. Para wisatawan
dapat meminimalkan kekurangan tidurnya dengan menggunakan obat-obat hipnotik (seperti :
zolpidem, 5-10 mg saat akan tidur malam) dan menghindari penggunaan alkohol dan zat-zat
lain yang dapat mempengaruhi jet lag.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
18/29
17
PARASOMNIA
Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode
yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur.
Kasus ini sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik
potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi
ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan atau
penurunan insidensi pada usia dewasa (3%).
Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antara
bangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem otonom.
Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikuti aurosal dan amnesia
episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.
Parasomnia terdiri dari mimpi buruk, ancaman tidur dan tidur berjalan (atau
somnambulism). Ketiga gangguan tersebut relatif sering terjadi pada anak-anak. Gangguan
ini biasanya akan berkurang pada akhir masa remaja teapi dapat juga berlanjut ke masa
dewasa.
GANGGUAN MIMPI BURUK (MIMPI CEMAS)
Gangguan mimpi buruk adalah suatu kegelisahan atau ketakutan yang amat sangat
pada waktu malam, dan mimpi semacam ini akan selalu diingat oleh pasien sebagai sesuatu
yang sangat mencekam. Keadaan ini terjadi pada 5% manusia dari seluruh penduduk dan
akan berlangsung menjadi kronis.
Mimpi buruk cenderung terjadi selama REM tidur. Hal ini dapat terjadi setiap waktu
selama malam hari tetapi lebih sering terjadi pada setengah jam kedua dari satu periode tidur,
dimana siklus REM meningkat dalam frekuensi dan lamanya. Pada anak-anak, mimpi buruk
sering dihubungkan terhadap fase perkembangan spesifik dan terjadi pada masa usia sebelum
sekolah dan awal sekolah. Pada kelompok usia tersebut, anak-anak mungkin tidak mampu
untuk membedakan kenyataan dari mimpi yang dialami.
Mimpi buruk juga sering dihubungkan dengan penyakit demam dan delirium,
terutama pada usia lanjut dan pada orang-orang yang menderita penyakit kronis. Gejala
putus obat, seperti benzodiazepin, akan juga menyebabkan mimpi buruk. Peningkatan REM
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
19/29
18
tidur setelah gejala putus obat barbiturat atau alkohol sering dihubungkan dengan
meningkatnya intensitas bermimpi dan mimpi buruk. Saat ini, penggunaan inhibitor
serotonin (seperti : citalopram, fluoxatine, fluvoxamine, paroxetine, sertraline) dan gejala
putus obat dapat dihubungkan dengan mimpi buruk.
Diagnosis banding utama untuk gangguan mimpi buruk adalah penyakit psikiatri
mayor yang mempunyai kecenderungan untuk mimpi buruk (misalnya mayor depression),
efek pengobatan, dan putus obat atau alkohol.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Mimpi Buruk menurut DSM-IV-TR
A. Terbangun berulang kali dari periode tidur utama atau tidur sejenak dengan ingatan
yang terinci tentang mimpi yang panjang dan sangat menakutkan,
biasanya berupa ancaman akan kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri.
Terjaga biasanya terjadi pada separuh bagian kedua periode tidur.
B. Saat terjaga dari mimpi menakutkan, orang dengan segera berorientasi dan sadar
(berbeda dengan konfusi dan disorientasi yang terlihat pada gangguan teror tidur dan
beberapa bentuk epilepsi.
C. Pengalaman mimpi, atau gangguan tidur yang menyebabkan terjaga, menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara khas atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lain.
D. Mimpi buruk tidak terjadi semata-mata selam perjalanan gangguan mental lain
(misalnya, delirium, gangguan stres pascatraumatik) dan bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi
medis umum.
GANGGUAN TEROR TIDUR
Episode dari gangguan ini terjadi selama dua pertiga dari masa tidur dan sering
dimulai dengan teriakan yang keras diikuti oleh kecemasan yang hebat dengan tanda-tanda
autonomic hyperousal, seperi takikardia dan nafas yang cepat. Orang-orang dengan teror
tidur tidak sepenuhnya kembali sadar setelah suatu episode, dan biasanya tidak mempunyai
ingatan yang mendetil tentang kejadian yang terjadi.
Penyebab gangguan ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi gangguan ini sering terjadi
bersamaan dengan tidur berjalan. Kedua keadaan dimulai pada masa anak-anak dan akan
berakhir pada masa dewasa. Apabila episode ini terjadi pada masa remaja dan dewasa, maka
biasanya juga disertai gangguan psikiatrik yang lain.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
20/29
19
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Teror Tidur menurut DSM-IV-TR
A. Episode rekuren terjaga tiba-tiba dari tidur, biasanya terjadi selama sepertiga bagian
pertama episode tidur utama dan dimulai dengan teriakan panik.
B. Rasa takut yang kuat dan tanda rangsangan otonomik, seperti takikardia, nafas cepat,
dan berkeringat, selama tiap episode.
C. Relatif tidak responsif terhadap usaha orang lain untuk menenangkan penderita tersebut
selama episode.
D. Tidak ada mimpi yang diingat dan terdapat amnesia untuk episode.
E. Episode menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
F. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Pada teror tidur yang utama adalah daya ingat pasien tentang mimpi tadi. Menurut
Kandouw, ada perbedaan mimpi buruk dan teror tidur. Ketika mengalami mimpi buruk,
penderita sadar dan bisa berorientasi dengan sekitarnya. Mimpi buruk terjadi pada separuh
akhir tidur. Penderita mampu mengingat dan menggambarkan kembali mimpinya secara
detail dan nyata.
Jika mimpi buruk terjadi pada akhir tidur, teror tidur terjadi di sepertiga awal tidur.
Episode teror ini berulang-ulang, dimana penderita bangun dan berteriak ketakutan,
mengalami kecemasan hebat dan hiperaktif. Namun, penderita kurang bisa mengingat
kejadian yang telah dialami. Penderita juga mengalami disorientasi.
TIDUR BERJALAN (SOMNAMBULISM)
Orang yang tidur berjalan didefinisikan sebagai episode pengulangan dari tidur dan
berjalan. Hal ini biasanya terjadi selama sepertiga waktu tidur. Selama tidur berjalan, orang
biasanya tidak tahu arah, relatif tidak memberikan respon terhadap komunikasi seseorang,
dan hanya dapat dibangunkan dengan usaha keras. Pada saat sadar, orang tersebut tidak
dapat mengingat kejadiannya. Episode tidur berjalan dan mimpi buruk terjadi dalam waktu
tiga jam setelah jatuh tidur. Rekaman EEG memperlihatkan gelombang lambat dengan
amplitudo tinggi yang mendahului aktivasi otot yang akan memacu timbulnya serangan; tidur
berjalan terjadi selama tahap 3 dan 4 NREM tidur.
Tidur berjalan cirinya terjadi dalam waktu kurang dari 10 menit. Orang-orang akan
berjalan tanpa tujuan, tanpa menghiraukan keadaan lingkungan sekitarnya. Pasien tidur
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
21/29
20
berjalan dapat melakukan kegiatan-kegiatan ringan seperti membuka pintu atau jendela
sehingga dapat membahayakan jiwanya.
Hal penting dalam mengatasi pasien tidur berjalan adalah melindungi pasien dari
bahaya. Usaha untuk mengintervensi episode serangan akan membingungkan dan
menakutkan pasien. Cara terbaik adalah dengan mengunci pintu dan memasang alarm, dan
menempatkan tempat tidur pasien di lantai satu.
Gangguan lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Hampir
15% anak-anak pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode dari tidur berjalan, dan
lebih dari 3% disertai dengan gangguan mimpi buruk. Kurang lebih 5% dari orang dewasa
sehat dilaporkan pernah mengalami tidur berjalan. Orang tua perlu diberitahukan bahwa
kelainan yang dialami anaknya mungkin akan bertambah berat pada akhir masa remaja. Pada
orang dewasa, tidur berjalan sering berhubungan dengan gangguan kejiwaan yang berat
seperti depresi.
Obat-obat yang dapat menekan tahap 3 dan 4 seperti benzodiazepin (misalnya
diazepam 5-10 mg tiap malam), dapat diberikan untuk orang dewasa yang mengalami tidur
berjalan dan mimpi buruk. Relaps dapat terjadi ketika obat-obatan dihentikan atau pada
waktu stres. Antidepresan trisiklik (misalnya impramine, 50-100 mg malam hari) juga
bermanfaat dalam mengurangi frekuensi dari tidur berjalan dan mimpi buruk. Obat-obat juga
dapat diberikan untuk anak-anak meskipun dosis yang digunakannya lebih rendah.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Tidur Berjalan menurut DSM-IV-TR
A. Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat tidur dan berjalan berkeliling terjadi
selama sepertiga bagian pertama episode tidur utama.
B. Saat berjalan sambil tidur, orang memiliki wajah yang kosong dan menatap, relatif
tidak responsif terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi dengannya, dan dapat
dibangunkan hanya dengan susah payah.
C. Saat terbangun (baik dari episode tidur berjalan atau pagi harinya), pasien mengalami
amnesia untuk episode tersebut.
D. Dalam beberapa menit setelah terjaga dari episode tidur berjalan, tidak terdapat
gangguan aktivitas mental atau perilaku (walaupun awalnya mungkin terdapat periode
konfusi atau disorientasi yang singkat).
E. Tidur berjalan menyebabkan terjaga, menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
F. Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat
yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
22/29
21
II. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUANMENTAL LAIN
Kategori gangguan tidur yang dihubungkan dengan gangguan mental lain
dihubungkan dengan gangguan mental spesifik, termasuk psikotik, mood, dan gangguan
kecemasan. Gangguan tidur juga dapat dihubungkan dengan keadaan medis umum atau efek
fisik langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan).
Diagnosis Penemuan Umum dalam Tidur
Psikosis
Schizophrenia Tanda yang bervariasi dalam kontinuitas tidur.
Pengurangan REM tidur setelah REM tidur dihilangkan.
Pengurangan gelombang tidur lambat.
Gangguan afektif Gangguan kontinuitas tidur.
Pengurangan gelombang tidur lambat.
Pergantian REM tidur yang lebih awal pada malam hari.
Gangguan cemas Kesulitan untuk memulai tidur.
Kesulitan mempertahankan tidur.
Pengurangan waktu total tidur.
Gangguan panik Kesulitan untuk memulai tidur.
Kesulitan mempertahankan tidur.
Pengurangan waktu total tidur.
Serangan panik diwaktu tidur terjadi pada tahap 2 atau
tahap 3 dari tidur.
Penggunaan Alkohol
Penggunaan akut Pengurangan waktu bangun dan REM tidur, dengan
peningkatan gelombang delta tidur pada setengah jam
pertama dimalam hari, pantulan dari REM tidur dan
peningkatan terbangun pada setengah jam kedua dimalam
hari.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
23/29
22
Penggunaan kronis Fragmentasi tidur dengan seringnya waktu terbangun.
Abstinensi Fragmentasi yang berkelanjutan dan pengurangan
gelombang tidur lambat.
Gangguan Kepribadian
Borderline REM tidur mengalami perubahan yang berhubungan
dengan gangguan keadaan hati.
Demensia Kontinuitas tidur terganggu.
Jadwal tidur-bangun yang polifasik
II.1 GANGGUAN PSIKOTIK
Gangguan tidur utama pada pasien psikotik adalah insomnia dan hipersomnia. Pasien
schizophrenia, misalnya dapat mengalami gangguan berat pada tidur mereka selama
terjadinya peristiwa psikotik. Perubahannya meliputi pengurangan waktu tidur, variabilitas
dalam waktu REM dan peningkatan densitas REM. Berkurangnya tahap 4 NREM tidur
merupakan bentuk yang paling sering ditemukan.
II.2 GANGGUAN AFEKTIF
Insomnia pada depresi digambarkan sebagai bangun sangat pagi sebelum waktunya
(misalnya bangun lebih awal dibanding biasanya dan kemudian tidak dapat tidur kembali).
Hipersomnia kadang-kadang perlu diobservasi, terutama pada pasien dengan bipolar depresi
atau dysthymia. Pasien dengan manic dan hypomanic dapat tidak tidur dan tidur lebih singkat
dibanding orang normal, karena mereka hanya membutuhkan waktu tidur yang singkat.
Perubahan polysmonographic pada pasien depresi meliputi lamanya masa tidur,
meningkatnya kesadaran di malam hari, dan kesadaran di awal pagi, gelom-bang tidur (tahap
3 dan 4); perubahan pada REM tidur, meliputi terjadinya REM tidur lebih awal pada malam
hari (Misalnya masa laten REM lebih pendek) dan peningkatan frekuensi dari pergerakan
bola mata selama REM tidur.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
24/29
23
GANGGUAN KECEMASAN
Gangguan cemas sering dihubungkan dengan masalah tidur yang ada. Gambaran
polysomnographic meliputi perubahan nonspesifik pada masa laten tidur, penurunan efisiensi
tidur, peningkatan sejumlah tahap 1 dan 2 tidur, penurunan gelombang tidur.
Stress pasca trauma berperan penting dalam terjadinya insomnia dan gangguan tidur,
tetapi perubahanpolysomnographic nya tidak spesifik. Gangguan panik dapat dihubungkan
dengan terbangun tiba-tiba dari tidur, yang sering dikeluhkan pasien. Gambaran
polysomnographic meliputi peningkatan masa laten tidur dan penurunan efisiensi tidur.
PEMAKAIAN ATAU KETERGANTUNGAN ALKOHOL
Ketergantungan alkohol dapat berkembang menjadi insomnia atau hipersomnia. Efek
alkohol ini berbeda-beda, pada penggunaan akut akan menimbulkan rasa ingin tidur dan
mengurangi kesadaran selama 3-4 jam pertama dari tidur, yang kemudian akan meningkatkan
kesadaran dan mimpi yang berhubungan dengan kecemasan pada pertengahan malam. Pada
penggunaan alkohol kronis, tidur menjadi terputus-putus dengan periode singkat dari tidur
dalam yang diselingi oleh periode terbangun singkat. Dengan abstinensi, tidur pada awalnya
akan terganggu; insomnia dan mimpi buruk dapat terjadi, tetapi kemudian akan mengalami
perbaikan bertahap.
GANGGUAN PSIKIATRIK LAINNYA
Delirium berperan terhadap terjadinya agitasi selama awal sore atau malam hari.
Secara klinis, tidur akan terputus-putus dengan frekuensi terbangun yang sering, awal
insomnia, atau terbangun di awal pagi hari. Polysomnographic akan memperlihatkan tidur
yang terputus-putus, rendahnya efisiensi tidur, penurunan tahap 3 dan 4 tidur, penurunan
presentasi REM tidur.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
25/29
24
III. GANGGUAN TIDUR LAIN
GANGGUAN TIDUR KARENA KONDISI MEDIS UMUM
Berbagai keadaan medis dan neurologis memegang peranan terhadap gangguan tidur.
Contohnya meliputi hipertensi atau cardiovascular insuffisiensy, hipertiroid, rematik,
penyakit parkinson, esophageal reflux, asma, trauma kepala, penyakit pernafasan, penyakit
arteri koroner, angina pectoris, dan artritis. Wanita hamil dapat mengalami kesulitan tidur
sebab seringnya kencing, pergerakan janin, dan masalah yang berkaitan dengan kenyamanan
posisi.
Berbagai zat legal dan ilegal, mempunyai kemampuan untuk menimbulkan gangguan
tidur. Sebagai contoh, stimulus yang berlebihan (misalnya kokain) dapat menyebabkan
kesulitan untuk tidur. Pengobatan juga dapat menimbulkan gangguan tidur; sebagai contoh,
pasien kejang yang diberikan karbamazepin dilaporkan akan tidur berlebihan.
Keadaan Medis dan Neurologis dan Penggunaan Zat yang berhubungan dengan
Gangguan Tidur
Gangguan Medis dan Neurologis Substansi
Penyakit Alzheimer Alkohol
Angina Anti Kejang
Asma Anti Depresan
Penyakit Artei Koroner Anti Psikotik
Diabetes Melitus Lithium
Eczema Opioid
Gastrointestinal Reflux Psychostimulants
Hipertensi Hipnotik-sedatif
HipertiroidDistrofi Otot
Distrofi Miotonik
Penyakit Paru Obstruktif
Pain Syndromes
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria
Ulkus Peptikum
Kehamilan
Progressive Supranuclear Palsy
Shy-Drager SyndromeUremia
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
26/29
25
DIAGNOSA ETIOLOGI
Sebelum mencari diagnosa penyebab suatu gangguan tidur, sebaiknya ditentukan
terlebih dahulu jenis danlamanya gangguan tidur (duration of sleep disorder), dengan
mengetahui jenis dan lamanya gangguan tidur, selain untuk membantu mengidentifikasi
penyebabnya, juga dapat memberikan pengobatan yang adekuat.
A. Pada tahun 1984, The International Institute of Health membuat suatu konsensuspengelompokan gangguan tidur berdasarkan lamanya gangguan yang terdiri dari:
1. Transient yaitu jika gangguan tidurnya kurang dari 7 hari2. Short term yaitu jika gangguan tidurnya menetap lebih dari 7 hari dan kurang dari
3 minggu. Kedua gangguan tersebut biasanya berhubungan dengan stress yang
akut seperti perubahan kehidupan sosial, peningkatan emosional, faktor
lingkungan, faktor sistemik, kelainan gangguan kesehatan, desinkronisaso irama
sirkadian
3. Long term yaitu jika gangguan tidur menetap lebih dari 3 minggu. Biasanyaberhubungan dengan gangguan tidur primer, gangguan psikiatri, gangguan
kesehatan, gangguan psikologi.
B. Pada tahun 1990, American Sleep Disorders Association membuat reklasifikasiuntuk mencari kemungkinan penyebab gangguan tidur menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Dissomnia, misalnya: ganguan intrisik, gangguan ekstrisik, gangguan iramasirkadian
2. Parasomnia, misalnya: Gangguan aurosal, gangguan bangun-tidur, berhubunganfase REM
3. Gangguan kesehatan/psikiatri, misalnya: gangguan mental, gangguan neurologi,gangguan kesehatan
4. Gangguan yang tidak terklasifikasi
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
27/29
26
PENATALAKSANAAN UMUM
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya: Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat
hipnotik,alkohol, gangguan mental
Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek2. Konseling dan Psikotherapi
Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti
(depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita
dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh
penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari:a. Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaanb. Hindari tidur pada siang hari/sambilanc. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam harid. Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestane. Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidurf. Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosongg. Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)h. Hindari rasa cemas atau frustasii. Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
4. Pendekatan farmakologiDalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara kausal,
juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang
mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari reticular
activating system (ARAS) diotak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang
menekan susunan saraf pusat, mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti
depres. Obat hipnotik selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan
dari proses fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada
hari berikutnya (long acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu pula
bila pemakain obat jangka panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
28/29
27
obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis
gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase latensi panjang (NREM)
gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang hari, kurang tidur pada
malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit
primernya. Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan
tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil dicari penyebab
yang mendasari. Dengan pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk
mengkoreksi dari problema gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi
primernya dan harus berhati-hati pada pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang
karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan
berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan. Jadi yang terpenting dalam
penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi dari problem gangguan tidur sedini
mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati pada pemakain obat
hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi
yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan. Jadi
yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi penyebab
yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah sebagai pengobatan tambahan.
Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat yang bereaksi cepat (short
action) dgn membatasi penggunaannya sependek mungkin yang dapat
mengembalikan pola tidur yang normal. Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari
untuk transient insomnia, dan tidak lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia.
Untuk long term insomnia dapat dilakukan evaluasi kembali untuk mencari latar
belakang penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan jangka panjang
sebaiknya obat tersebut dihentikan secara berlahan-lahan untuk menghindarkan
withdraw terapi.
7/30/2019 Draft Refrat Gangguan Tidur
29/29
BAB III
PENUTUP
Tidur adalah proses yang amat diperlukan manusia untuk terjadinya pembentukan sel-
sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu bagi organ tubuh
untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.
Rata-rata orang dewasa membutuhkan 7,5 jam tidur setiap malamnya, walaupun ada
beberapa orang yang memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya usia, aktivitas fisik, penggunaan obat, dan
sebagainya.
Apabila keadaan tersebut mengalami kelainan maka akan timbul gangguan tidur.
Sebagai dokter, kita harus melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang teliti dan seksama
agar diagnosis tipe gangguan tidur dapat ditegakkan. Kriteria diagnosis untuk masing-masing
gangguan tidur berbeda-beda menurut jenisnya.
Beberapa kondisi medik umum seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit paru,
neurodegenerasi, penyakit endokrin, kanker, dan penyakit saluran pencernaan, serta penyakitmuskuloskeletal sering menimbulkan gangguan tidur.
Gangguan mental seperti depresi, anksietas, demensia serta delirium dapat pula
menimbulkan gangguan tidur. Pola gangguan tidur pada penderita depresi berbeda dengan
yang tidak menderita depresi; pada depresi terjadi gangguan pada setiap stadium gangguan
tidur. Langkah pertama mengobati gangguan tidur adalah mengoptimalkan terapi terhadap
penyakit yang mendasarinya.
Edukasi penting diberikan kepada pasien tentang sleep hygiene yang baik dalam
mengatasi berbagai gangguan tidur. Penggunaan obat hipnotik-sedatif harus dibatasi dan
diawasi dengan cermat, mengingat efek samping yang dapat ditimbulkannya, oleh karenanya
penggunaan obat tersebut harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan individual dari
pasien.