40
DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, PENGASUH PANTI, DAN TEMAN SEBAYA SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DI BOYOLALI OLEH DEBORA CHEN ETNI GINTING 80 2010 027 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, PENGASUH PANTI, DAN TEMAN

SEBAYA SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG TINGGAL

DI PANTI ASUHAN DI BOYOLALI

OLEH

DEBORA CHEN ETNI GINTING

80 2010 027

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain
Page 3: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain
Page 4: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain
Page 5: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain
Page 6: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain
Page 7: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, PENGASUH PANTI, DAN TEMAN

SEBAYA SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG TINGGAL

DI PANTI ASUHAN DI BOYOLALI

Debora Chen Etni Ginting

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

i

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan sosial orang tua, pengasuh

panti, dan teman sebaya sebagai prediktor terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja

yang tinggal di panti asuhan di Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh dan metode analisis regresi

berganda. Partisipan penelitian ini melibatkan 100 remaja yang tinggal di panti asuhan yang

berada di daerah Boyolali dengan kriteria remaja tersebut tinggal di panti asuhan dan masih

memiliki orang tua. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial orang tua,

pengasuh panti, dan teman sebaya dapat secara bersama-sama menjadi prediktor terhadap

kesejahteraan psikologis pada remaja yang tinggal di panti asuhan di Boyolali (R = 0,405, p =

0,001 < 0,05, dan F = 6,275). Namun, hanya dukungan sosial pengasuh (t = 2,235, β = 0,227,

p = 0,028 < 0,05) dan teman sebaya (t = 2,452, β = 0,243, p = 0,016 < 0,05) yang dapat

menjadi prediktor secara mandiri terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja yang tinggal

di panti asuhan di Boyolali.

Kata Kunci : Dukungan sosial, kesejahteraan psikologis, remaja, panti asuhan

Page 9: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

ii

Abstract

The aim of this research is to discover how social support of the parents, orphanage

caretaker, and peers become the predictor of psychological well-being for the adolescence

who live in the orphanage house in Boyolali. This study used a quantitative metode with

saturated sampling sample collection and multiple regression analysis technique. The

participants of this research were 100 adolescences who live in the orphanage house in

Boyolali and they still have parents. The result showed that social support from the parents,

orphanage caretaker, and peer simultaneously can be the predictor for the psychological

well-being of the adolescences who live in the orphanage in Boyolali (R = 0,405, p = 0,001 <

0,05, dan F = 6,275). Only social support of orphanage caretaker (t = 2.235, β = 0.227, p =

0.028 < 0.05) and peer (t = 2.452, β = 0.243, p = 0.016 < 0.05), can independently be the

predictor for the adolescences that live in the orphanage in Boyolali.

Key words: Social support, psychological well-being, adolescence, orphanage

Page 10: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Panti sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial pada

anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar,

memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik,

mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat

dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai

bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif

dalam bidang pembangunan nasional (Depsos RI, 2004). Adapun pengertian mengenai

sebuah panti asuhan menurut Santoso (2005) adalah sebagai suatu lembaga yang sangat

terkenal untuk membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga

ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Anak-anak panti asuhan diasuh oleh

pengasuh yang menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, menjaga dan

memberikan bimbingan kepada anak agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna

dan bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat di kemudian hari (Santoso,

2005). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan merupakan

salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap

hak anak-anak sebagai wakil orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial

pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sampai

mencapai tingkat kedewasaan yang matang serta mampu melaksanakan perannya sebagai

individu dan warga negara didalam kehidupan bermasyarakat.

Dari hasil wawancara pada tanggal 04 April 2015 yang telah peneliti lakukan

dengan beberapa pengasuh panti asuhan di Boyolali, ada beberapa hal yang menyebabkan

remaja tersebut harus tinggal di panti asuhan. Beberapa diantaranya karena mereka sudah

tidak memiliki kedua orang tua (yatim piatu), hanya memiliki ibu/ayah saja (yatim/piatu),

Page 11: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

2

terlantar, faktor ekonomi keluarga, dan lain sebagainya. Ada juga dari mereka yang masih

memiliki orang tua utuh, namun karena terlalu banyak memiliki saudara atau karena

faktor ekonomi yang lemah maka sebagian dari mereka dimasukkan ke panti asuhan.

Demikian juga didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Departemen sosial

Republik Indonesia dan UNICEF "Save The Children” menemukan 94 % penghuni panti

asuhan ternyata bukan anak-anak yang tidak memiliki orang tua, melainkan anak yang

berasal dari keluarga ekonomi lemah. Sedangkan jumlah anak yang tidak memiliki orang

tua sama sekali hanya 6% (dalam Hartati & Respati, 2010). Kebanyakan anak-anak

ditempatkan di panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami kesulitan ekonomi dan

juga secara sosial dalam konteks tertentu, dengan tujuan untuk memastikan anak-anak

mereka mendapatkan pendidikan.

Mereka yang tinggal di panti asuhan bukan hanya berkisar pada usia anak-anak

saja melainkan mereka yang berusia remaja pun juga banyak yang tinggal di panti asuhan.

Remaja merupakan masa transisi (peralihan) untuk menuju masa dewasa. Hurlock (1999)

menyatakan bahwa masa remaja dimulai pada usia 13 tahun dan berakhir pada usia 18

tahun. Pada masa remaja, kesadaran sosial seseorang akan semakin tinggi dan merupakan

masa munculnya tekanan sosial disetiap harinya, sehingga remaja dianggap sebagai

populasi yang rentan untuk mengalami masalah. Berbagai masalah dapat terjadi pada

masa remaja, karena tingkah laku remaja yang masih belum mampu menyesuaikan diri

dengan berbagai tuntutan dari lingkungan. Pada saat anak memasuki masa remaja mereka

tidak mau dikekang atau dibatasi secara kaku oleh aturan keluarga. Mereka ingin

memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri guna mewujudkan jati diri (self

identity). Hanya saja cara berpikir mereka cenderung egosentris dan sulit untuk

memahami pola pikir orang lain. Ciri lain yang cukup menonjol dari remaja adalah sifat

revolusioner, pemberontak, progresif yang cenderung ingin mengubah kondisi yang

Page 12: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

3

mapan. Apabila sifat ini terarah dengan baik maka anak dapat menjadi pemimpin yang

baik di masa depan, sebaliknya jika tidak terbimbing dengan baik anak akan cenderung

untuk merusak tatanan dan nilai-nilai sosial masyarakat (Dariyo, 2007).

Ryff (1989) merumuskan teori kesejahteraan psikologis (psychological well-

being) pada konsep kriteria kesehatan mental yang positif. Deskripsi orang yang memiliki

psychological well-being yang baik adalah orang yang mampu merealisasikan potensi

dirinya secara kontinu, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain,

memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, mampu menerima diri apa adanya,

memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal (Papalia, Olds,

& Feldman, 2009). Kesejahteraan psikologis perlu dimiliki bagi setiap individu terutama

di masa remajanya, karena sangat berpengaruh pada kehidupannya sehari-hari dan dapat

membawa keberhasilan pada tahap perkembangan psikologis individu. Namun jika

remaja tersebut tidak dapat mencapai kesejahteraan psikologis, maka ia akan dapat

mengalami hambatan dalam perkembangannya dan tidak dapat mencapai tujuan hidupnya

atau impiannya.

Mappiare (1982) mengungkapkan bahwa kebutuhan yang terpenting bagi remaja

adalah kebutuhan akan pengakuan, perhatian dan kasih sayang. Jika kebutuhan tersebut

tidak terpenuhi maka akan menyebabkan remaja mengalami hambatan dalam tugas

selanjutnya sebaliknya jika kebutuhan psikis tersebut terpenuhi maka akan berpengaruh

pada kesejahteraan psikologisnya dan dapat membawa keberhasilan dalam perkembangan

remaja tersebut. Demikian pula dengan Goldfard (dalam Burns, 1993) dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan dalam suatu institusi cenderung

mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadiannya, misalnya cenderung menarik

diri dari lingkungan. Ada pula penelitian Hartini (2001) yang hasil penelitiannya

menunjukkan gambaran kebutuhan psikologis anak Panti Asuhan Putra Immanuel

Page 13: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

4

Surabaya memiliki kepribadian yang inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa,

penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Hal itu menandakan bahwa anak panti tersebut

akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Padahal jika seseorang memiliki

kesejahteraan psikologis, salah satu aspek tersebut ialah ia mampu membentuk hubungan

yang hangat dengan orang lain. Disamping itu, mereka menunjukkan perilaku yang

negativis, takut melakukan kontak dengan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukkan

rasa bermusuhan dan lebih egosentrisme. Hal tersebut menunjukkan rendahnya

kesejahteraan psikologis dalam diri individu tersebut.

Menurut wawancara peneliti dengan beberapa remaja yang tinggal di panti asuhan

di Boyolali pada tanggal 04 April 2015, mereka terkadang merasa minder dengan

keadaannya yang berbeda dengan teman-temannya, minder dalam hal percintaan dan

pertemanan, dan mereka juga tidak dapat langsung memiliki apa yang mereka inginkan

(contohnya dalam hal ingin jajan atau tidak bisa memiliki suatu barang yang disukai

karena tidak ada uang untuk membeli). Selain itu, terkadang mereka juga harus menerima

pandangan orang lain baik yang negatif maupun positif terhadap diri mereka sebagai anak

yang tinggal di panti asuhan, harus bisa mandiri, harus mematuhi peraturan-peraturan

yang ada di panti, mereka juga harus saling berbagi dalam segala hal baik itu makanan,

mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain sebagainya. Terkadang perhatian

dan kasih sayang pengasuh terhadap anak asuh kurang maksimal, dikarenakan

perbandingan jumlah pengasuh dan anak asuh yang tidak seimbang. Contohnya pada

salah satu panti asuhan di Boyolali yang memiliki 42 anak asuh dan diasuh hanya oleh 2

pengasuh, yang berarti 1 pengasuh harus mengasuh kurang lebih 20 anak. Oleh sebab itu

pengasuh terkadang merasa belum dapat memberikan perhatian secara mendalam kepada

semua anak asuh, dan mereka (anak-anak asuh) harus saling berbagi kasih sayang dengan

anak yang lain.

Page 14: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

5

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, salah

satunya ialah dukungan sosial dari orang-orang di lingkungan sekitarnya. Thoits (1986)

menyatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan

yang berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja,

tetangga dan saudara. Dukungan sosial dari orang-orang yang bermakna dalam kehidupan

seseorang dapat memberikan peramalan akan well-being seseorang (Robinson 1983;

Lazarus 1993). Demikian juga dengan remaja yang tinggal di panti asuhan, mereka

membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Di saat seseorang didukung oleh

lingkungan di sekitarnya, maka segalanya akan terasa lebih mudah untuk dijalani.

Dukungan sosial yang diterima oleh individu dari lingkungan, baik berupa dorongan

semangat, perhatian, penghargaan, bantuan dan kasih sayang akan membuat remaja

menganggap bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh orang lain. Jika

individu diterima dan dihargai secara positif, maka individu tersebut cenderung

mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan lebih menerima dan

menghargai dirinya sendiri, dan dapat merealisasikan potensi yang ada dalam dirinya

sehingga individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan psikologis.

Pierce (dalam Kail and Cavanaug, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai

sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang

disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-

hari dalam kehidupan. Ada empat aspek dukungan sosial menurut Cohen and McKay

(1984), yaitu (a) Tangible Support, merupakan bantuan yang diberikan secara langsung,

bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan,

meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain, (b)

Belonging Support, kondisi dimana individu merasa ia mempunyai orang lain yang dapat

memberi rasa aman dan nyaman pada saat ia menghadapi masa-masa sulit. Atau dapat

Page 15: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

6

juga dikatakan bahwa dukungan ini meliputi ekspresi dari empati, kepedulian, dan rasa

perhatian yang penuh pada seseorang agar ia merasa nyaman, aman, dicintai, dan merasa

menjadi bagian dari kelompok pada saat ia mengalami stress, (c) Self-Esteem Support,

kondisi dimana hubungan sosial membantu untuk menolong individu merasa lebih baik

tentang dirinya, tentang keterampilan dan kemampuannya, dengan ekspresi dari

penghargaan positif yang diberikan pada individu dan memberikan perbandingan yang

positif antara individu dengan orang lain, yaitu orang-orang yang lebih kurang mampu

atau keadaannya lebih buruk daripada dirinya. Dukungan seperti ini akan membangun

perasaan yang lebih baik tentang dirinya, dan membuat individu merasa lebih berharga,

(d) Appraisal Support, kondisi dimana seseorang merasa dapat bergantung pada

lingkungan untuk mendapatkan petunjuk berupa pemberian arah, nasihat, saran, atau pun

umpan balik mengenai apa yang sebaiknya mereka lakukan.

Seperti yang telah di jelaskan diawal, bahwa tidak semua anak yang tinggal di

panti asuhan sudah tidak memiliki orangtua. Ada beberapa diantara mereka yang masih

memiliki orangtua dan peranan orangtua sangat penting dalam mendukung kesejahteraan

psikologis remaja tersebut walaupun remaja yang tinggal dipanti asuhan tinggal terpisah

dengan orangtua mereka. Bronfenbrenner (dalam Berk, 2012), dalam teori ekologinya

menyatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama dalam perkembangan

individu dan dalam bersosialisasi. Keluarga terutamanya ibu dan ayah merupakan agen

sosialisasi paling penting dalam kehidupan seorang anak-anak dan sebagai individu

terdekat dalam kehidupan seorang anak, mereka mempunyai pengaruh besar atas tingkah

laku dan karakter remaja tersebut.

Faktor terpenting untuk mempersiapkan anak menjadi individu yang sehat adalah

dari orang tua yang memberikan kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai

kehidupan, baik agama ataupun sosial budaya (dalam Dahlan, 2002). Hal tersebut dapat

Page 16: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

7

mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik. Perhatian orang

tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor penting bagi perkembangan psikologis

anak tersebut. Ketika orang tua memberikan dukungan sosial, maka remaja akan merasa

diri mereka berharga. Mereka akan merasa dicintai dan dihargai oleh orang tuanya.

Walaupun mereka tidak tinggal bersama dengan orang tua (remaja tinggal di panti

asuhan), namun perhatian dari orangtua tetap dibutuhkan. Jadi, tidak semerta-merta anak

yang di titipkan di panti asuhan langsung lepas tangan dari perhatian orangtua. Orangtua

tetap berperan penting, misalkan saat anak sakit orangtua dapat datang atau menelepon

melalui telepon panti asuhan dengan memberikan perhatian, menanyakan kabar, dan

saling mengobrol. Ada kalanya remaja memiliki masalah, merasa bosan dengan situasi di

panti asuhan atau dengan peraturan-peraturan ketat yang ada. Disaat kondisi seperti

tersebut, orangtua dapat memberikan perhatian lewat menelpon atau datang memberikan

nasehat kepada remaja tersebut, memberikan semangat, pengertian dan motivasi bagi

mereka agar remaja tersebut tetap bertahan dan semangat demi masa depannya.

Menurut hasil penelitian dari Shaw, Krause, Chatters, Connel, dan Ingersol-

Dayton (2003) menemukan bahwa dukungan yang diberikan orangtua berkaitan dengan

kesehatan individu selama masa anak-anak hingga dewasa. Individu yang menerima

dukungan sosial akan mengalami lebih sedikit ketegangan dibandingkan dengan individu

yang tidak menerima dukungan, karena dukungan melindungi individu dari sesuatu atau

keadaan yang berpotensi bahaya/menjadi stressor (Cooper, Dewe & O’Driscoll 2001).

Meeus dan Dekovic (dalam Del Valle, Bravo, dan Lopez, 2010), mengatakan bahwa

dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua menjadi hal yang paling penting dalam

mengembangkan hubungan personal dalam kehidupan remaja. Disaat individu dapat

memiliki hubungan positif dengan orang lain, hal itu akan mengarahkan ia pada

pencapaian kesejahteraan psikologis. Menurut Barrera & LI (dalam Mendieta, 2012),

Page 17: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

8

remaja yang menerima dukungan dari orang tuanya memiliki strategi coping yang baik.

Individu yang memiliki strategi coping yang baik menandakan bahwa ia memiliki

kemandirian yang merupakan salah satu aspek dari kesejahteraan psikologi. Dalam

penelitian mengenai dukungan sosial oleh Kashani, dkk (Mendieta, 2012), menyatakan

bahwa kurangnya dukungan sosial dari orang tua menjadi faktor resiko yang penting

dalam perkembangan perilaku remaja.

Menurut teori ekologi yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (dalam Berk,

2012), lingkungan adalah tingkatan struktur yang bukan hanya meliputi keluarga tetapi

juga luar rumah, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan tempat kerja dimana orang-

orang menghabiskan keseharian mereka. Setiap lapisan lingkungan ini dianggap memiliki

dampak yang kuat bagi perkembangan individu. Pada individu yang tinggal di panti

asuhan, setiap hari mereka berjumpa dan berkomunikasi dengan pengasuh panti yang

berada di panti tersebut. Sebagai pengganti peran orangtua bagi anak-anak asuh, seorang

pengasuh perlu mengupayakan terbangunnya relasi dan kedekatan dengan anak secara

optimal, mendiskusikan isu dan masalah yang dihadapi anak, mencari solusinya, dan

memberikan dukungan individual kepada anak (dalam Surjastuti, 2012). Bukan hanya

dukungan yang berupa pemenuhan kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal,

melainkan dukungan yang berupa perhatian, kasih sayang dan rasa aman serta dihargai.

Ketersediaan pengasuh panti untuk memberi dukungan sosial pada anak asuhnya dapat

memberikan kenyamanan dan rasa aman pada anak, sehingga dapat mengurangi

kecemasan pada anak asuh tersebut (Denuwelaere & Bracke, 2007). Sehingga anak

merasa memiliki keluarga dalam panti tersebut, dapat merasakan sejahtera, nyaman, aman

dan tidak merasa seorang diri dalam menjalani kehidupannya. Ketika remaja yang tinggal

dipanti mendapatkan dukungan sosial dari pengasuh panti yang merupakan sosok

pengganti orangtua mereka, maka ia akan memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih

Page 18: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

9

baik, yang ditunjukkan dengan lebih bersemangat dan berpikiran lebih positif dalam

melakukan berbagai tugas dan tanggung jawabnya baik di panti, di sekolah dan

dimanapun ia berada dan hal tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan di masa depan.

Selain dukungan sosial dari orangtua dan pengasuh, peran teman sebaya juga

sangat penting. Sullivan (dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa teman memiliki

peranan yang penting dalam membangun kesejahteraan dan perkembangan remaja.

Demikian pula menurut Masters (2004) yaitu teman sebaya merupakan faktor penting

yang dapat menghindarkan anak dari gangguan kesehatan mental sehingga anak mampu

meraih kesejahteraan. Seperti penelitian terdahulu mengenai dukungan sosial (Bokhorst,

Sumter, & Westenberg, 2010), dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa remaja

mendapatkan lebih banyak dukungan dari teman (M = 3,58) dibandingkan dukungan dari

orang tua (M = 3,56), karena pada masa remaja, remaja lebih banyak menghabiskan

waktu bersama dengan teman sebayanya. Selain itu bersama teman yang sebaya atau

seumuran, remaja akan merasa lebih nyaman dan bisa lebih terbuka, karena permasalahan

yang dihadapi pun tidak jauh berbeda.

Teman sebaya merupakan orang terpercaya yang dapat membantu remaja

mengatasi masalahnya dengan memberikan dukungan emosi dan nasihat (Santrock,

2007). Howes & Tonyan (dalam Santrock, 2009) mengatakan bahwa hubungan baik

dengan teman merupakan peran penting agar perkembangan individu menjadi normal,

sehingga individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan psikologisnya. Parker & Asher

(dalam Santrock, 2009), menyatakan bahwa persahabatan membantu remaja merasa

bahwa mereka adalah individu yang berharga. Dukungan sosial yang diberikan teman

sebaya pada remaja akan memberikan dampak pada diri remaja, remaja akan merasa

diterima dan dihargai, memiliki hubungan hangat dengan orang lain, dapat

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, individu akan merasa memiliki arti

Page 19: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

10

dalam hidupnya (karena memiliki teman/sahabat), serta ia akan memiliki tujuan hidup

dalam meraih impiannya di masa depan. Kondisi seperti ini, akan membawa individu

mengarah pada pencapaian kesejahteraan psikologis.

Oleh sebab itu dari uraian di atas penelitian tertarik meneliti mengenai dukungan

sosial orangtua, pengasuh panti, dan teman sebaya sebagai prediktor terhadap

kesejahteraan psikologispada remaja yang tinggal di panti asuhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

a. Apakah dukungan sosial orangtua secara mandiri dapat menjadi prediktor yang

signifikan terhadap kesejahteraan psikologis remaja yang tinggal di panti asuhan?

b. Apakah dukungan sosial pengasuh panti secara mandiri dapat menjadi prediktor yang

signifikan terhadap kesejahteraan psikologis remaja yang tinggal di panti asuhan?

c. Apakah dukungan sosial teman sebaya secara mandiri dapat menjadi prediktor yang

signifikan terhadap kesejahteraan psikologis remaja yang tinggal di panti asuhan?

d. Apakah dukungan sosial orangtua, dukungan sosial pengasuh panti, dan dukungan

sosial teman sebaya secara bersama-sama dapat menjadi prediktor yang signifikan

bagi kesejahteraan psikologis remaja yang tinggal di panti asuhan?

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Variabel yang terlibat dalam penelitian ini mencakup :

1. Variabel terikat : Kesejahteraan Psikologis

2. Variabel bebas : a. Dukungan Sosial Orang Tua

b. Dukungan Sosial Pengasuh Panti Asuhan

c. Dukungan Sosial Teman Sebaya

Page 20: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

11

B. Partisipan

Penelitian ini melibatkan 9 panti asuhan di daerah Boyolali. Partisipan dalam

penelitian ini adalah 100 remaja yang tinggal di panti asuhan Boyolali dan yang masih

memiliki orang tua. Dalam penelitian yang mempunyai variabel bebas lebih dari satu,

ukuran sampel idealnya 1000 dan minimal 100 dengan ketentuan semakin besar

ukurannya semakin baik hasilnya (Sarwono, 2013). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah sampling jenuh karena semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil, peneliti mengambil

sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria subjek adalah laki-laki atau

perempuan, berusia 13 - 18 tahun, tinggal di panti asuhan, dan masih memiliki orang tua.

C. Pengukuran

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala ini

berisi pernyataan-pernyataan mengenai variabel yang akan diteliti. Penelitian ini

menggunakan empat skala yaitu Skala Dukungan Sosial Orang Tua, Skala Dukungan

Sosial Pengasuh, Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya, Skala Kesejahteraan Psikologis.

Penelitian ini menggunakan try out terpakai, sehingga pengambilan data hanya dilakukan

satu kali. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan hasil try out yang telah

dilakukan sebagai bahan dalam menganalisis data.

Dukungan Sosial

Skala ini terdiri atas tiga alat ukur yaitu alat ukur dukungan sosial orang tua, alat

ukur dukungan sosial pengasuh, dan alat ukur dukungan sosial teman sebaya. Masing-

masing dari sumber dukungan sosial tersebut memuat empat jenis dukungan sosial yaitu

Tangible Support, Belonging Support, Self-Esteem Support, Appraisal Support. Masing-

Page 21: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

12

masing alat ukur terdiri atas 32 item. Setiap alat ukur memiliki item favourable berjumlah

16 dan item unfavourable berjumlah 16.

Skor dari kuesioner ini menggunakan skala Likert dari 4 sampai 1 dengan

keterangan SS, S, TS, STS untuk tiap jenis dukungan sosial. Pada Item favourable, Skala

4 menjelaskan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3

menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan

bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 1 menjelaskan

bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan. Pada item unfavourable

skala 4 menjelaskan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan,

skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 2

menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 1

menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan.

Alat Ukur Dukungan Sosial Orang Tua. Berdasarkan uji daya diskriminasi item

yang telah dilakukan sebanyak 4 kali terhadap 32 item angket dukungan sosial orang tua,

24 item bertahan sedangkan 8 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai

koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,272 – 0,704. Kemudian, pengujian terhadap

reliabilitas alat ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Pada uji reliabilitas

didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,735. Hal tersebut menunjukkan bahwa

alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk dalam kategori reliabel. Pada alat ukur

dukungan sosial orang tua, semua aspek terwakili oleh 24 item yang bertahan.

Alat Ukur Dukungan Sosial Pengasuh.Berdasarakan pengujian daya

diskriminasi item yang telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 32 item angket

dukungan sosial guru, 27 item bertahan sedangkan 5 item dinyatakan gugur. Item-item

tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,270 – 0,694. Kemudian

dilakukan uji reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian tersebut,

Page 22: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

13

didapatkan hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,744. Hal tersebut

menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori cukup

reliabel. Pada alat ukur dukungan sosial guru, semua aspek terwakili oleh 27 item yang

bertahan.

Alat Ukur Dukungan Sosial Teman Sebaya. Berdasarkan uji daya diskriminasi

item yang telah dilakukan sebanyak tiga kali pengujian terhadap 32 item angket dukungan

sosial teman, 29 item tersebut bertahan, sedangkan 3 item dinyatakan gugur. Item-item

tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,309 – 0,651. kemudian

dilakukan uji reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian yang telah

dilakukan, didapatkan hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,719. Hal tersebut

menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori reliabel.

Pada alat ukur dukungan sosial teman, semua aspek terwakili oleh 29 item yang bertahan.

Kesejahteraan Psikologis

Penyusunan skala kesejahteraan psikologis ini diadaptasi oleh penulis dari skala

kesejahteraan psikologis milik Ryff’s psychological well-being scale (1989).Skala ini

mengacu pada aspek-aspek kesejahteraan psikologis yang dikemukakan oleh Riff (1989),

yaitu dimensi otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan diri, hubungan positif

dengan orang lain, tujuan hidup, dan penerimaan diri yang terdiri dari 42 item. Alat ukur

ini memiliki item favourable berjumlah 22 dan item unfavourable berjumlah 20.

Skor dari kuesioner ini menggunakan skala Likert dari 4 sampai 1 dengan

keterangan SS, S, TS, STS untuk tiap jenis dukungan sosial. Pada item favourable, Skala

4 menjelaskan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3

menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan

bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 1 menjelaskan

bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan. Pada untuk item

Page 23: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

14

unfavourable skala 4 menjelaskan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan

partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan,

skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 1

menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan.

Alat Ukur Kesejahteraan Psikologis. Berdasarkan uji daya diskriminasi item

sebanyak dua kali pengujian dari 42 item dalam angket kesejahteraan psikologis, 26 item

bertahan sedangkan 16 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien

daya diskriminasi item yang bergerak dari 0,307 – 0,673. Setelah itu dilakukan uji

reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Hasil dari uji reliabilitas didapatkan

koefisien reliabilitas sebesar 0,733. Dilihat dari koefisien reliabilitas pada angket

kesejahteraan psikologis alat ukur ini termasuk dalam kategori reliabel. Pada alat ukur

kesejahteraan psikologis diri, semua aspek terwakili oleh 26 item yang bertahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari uji normalitas tersebut

didapatkan hasil bahwa ke empat variabel berdistribusi dengan normal, yaitu variabel

dukungan sosial orang tua dengan K-S Z 1,147 yang memiliki signifikansi 0,144 (p > 0,05),

variabel dukungan sosial pengasuh dengan K-S Z 1,158 yang memiliki signifikansi 0,137 (p

> 0,05), variabel dukungan sosial teman sebaya dengan K-S Z 1,342 yang memiliki

signifikansi 0,055 (p > 0,05), dan variable kesejahteraan psikologis dengan K-S Z 0,811 yang

memiliki signifikansi 0,526 (p > 0,05).

Uji Linearitas

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel dukungan sosial

orang tua, dukungan sosial pengasuh, dan dukungan sosial teman sebaya (variabel bebas)

Page 24: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

15

terhadap variabel kesejahteraan psikologis (variabel tergantung), maka dari itu peneliti

melakukan uji linearitas (p > 0,05). Dari ketiga hubungan tersebut hanya satu yang memiliki

hubungan bersifat linear, yaitu uji linearitas antara variabel dukungan sosial orang tua dengan

variabel kesejahteraan psikologis (F = 1,243) yang memiliki signifikansi sebesar 0,233 (p >

0,05). Sedangkan uji linearitas antara variabel dukungan sosial pengasuh dengan variabel

kesejahteraan psikologis (F = 2,429) yang memiliki signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05) dan

uji linearitas antara variabel dukungan sosial teman sebaya dengan kesejahteraan psikologis

(F = 2,033) memiliki signifikansi 0,008 (p < 0,05), sehingga kedua hubungan ini tidak linear.

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas variabel yaitu jika terjadi korelasi antar variabel bebas dengan nilai

yang sangat tinggi mendekati 1. Multikolinearitas dapat dilihat dari pearson correlation.

Nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan dukungan sosial pengasuh

adalah sebesar 0,386. Nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan

dukungan sosial teman sebaya sebesar 0,324. Kemudian, nilai korelasi antara variabel

dukungan sosial pengasuh dengan dukungan sosial teman sebaya sebesar 0,216. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semua korelasi antarvariabel bebas di atas tidak terjadi multikolinearitas

karena nilai tersebut masih jauh di bawah 0,9.

Hasil Analisis Deskriptif

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar deviasi

sebagai hasil pengukuran skala kesejahteraan psikologis, skala dukungan sosial orang tua,

skala dukungan sosial pengasuh, dan skala dukungan teman sebaya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Page 25: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

16

Tabel 1

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran kesejahteraan psikologis, skala dukungan sosial orang

tua, skala dukungan sosial pengasuh, dan skala dukungan teman sebaya

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ORTU 100 67 95 78.77 6.862

PENGASUH 100 51 100 79.91 8.638

TEMAN 100 68 113 88.39 8.600

PWB 100 53 104 73.87 7.826

Valid N (listwise) 100

Setelah melakukan pengujian terhadap normalitas, linearitas, dan multikolinearitas.

Peneliti menguji statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui tinggi rendah nilai

sampel, maka dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai dalam penelitian ini.

Tabel 2

Kategorisasi Skor Skala Kesejahteraan Psikologis

Rentang nilai Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

88,4 ≤ x ≤ 104 Sangat tinggi 3 3%

72,8 ≤ x < 88,4 Tinggi 58 58% 73,87 7,826

57,2 ≤ x < 72,8 Sedang 49 49%

41,6 ≤ x < 57,2 Rendah 0 0%

26 ≤ x < 41,6 Sangat rendah 0 0%

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 3 anak (3%)

menyatakan bahwa PWB dalam kriteria sangat tinggi, 58 anak (58%) menyatakan bahwa

PWB dalam kriteria tinggi, 49 anak (49%) menyatakan bahwa PWB dalam kriteria sedang,

dan tidak ada anak (0%) menyatakan bahwa PWB dalam kriteria rendah dan sangat rendah.

Rata-rata dari skor PWB sebesar 73,83. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

rata-rata subjek memiliki PWB yang masuk dalam kategori tinggi.

Page 26: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

17

Tabel 3

Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Orang Tua

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

81,6 ≤ x ≤ 96 Sangat tinggi 31 31%

67,2 ≤ x < 81,6 Tinggi 67 67% 78,77 6,862

52,8 ≤ x < 67,2 Sedang 2 2%

38,4 ≤ x < 52,8 Rendah 0 0%

24 ≤ x < 38,4 Sangat rendah 0 0%

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 31 anak (31%)

menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sangat tinggi, 67 anak (67%)

menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria tinggi, 2 anak (2%) menyatakan

bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sedang, dan tidak ada anak (0%) menyatakan

bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria rendah dan sangat rendah. Rata-rata dari

skor dukungan sosial guru sebesar 78,77. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial orang tua yang masuk dalam kategori

tinggi.

Tabel 4

Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Pengasuh

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

91,8 ≤ x ≤ 108 Sangat tinggi 10 10%

75,6 ≤ x < 91,8 Tinggi 66 66% 79,91 8,638

59,4 ≤ x < 75,6 Sedang 24 24%

43,2 ≤ x < 59,4 Rendah 1 1%

27 ≤ x < 43,2 Sangat rendah 0 0%

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 10 anak (10%)

menyatakan bahwa dukungan sosial pengasuh dalam kriteria sangat tinggi, 66 anak (66%)

menyatakan bahwa dukungan sosial pengasuh dalam kriteria tinggi, 24 anak (24%)

menyatakan bahwa dukungan sosial pengasuh dalam kriteria sedang, 1 anak (1%)

menyatakan bahwa dukungan sosial pengasuh dalam kriteria rendah, dan tidak ada anak (0%)

menyatakan bahwa dukungan sosial pengasuh dalam kriteria sangat rendah. Rata-rata dari

skor dukungan sosial pengasuh sebesar 79.91. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

Page 27: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

18

bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial pengasuh yang masuk dalam kategori

tinggi.

Tabel 5

Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

98,6 ≤ x <116 Sangat tinggi 14 14%

81,2 ≤x <98,6 Tinggi 68 68% 88,39 8,600

63,8 ≤ x < 81,2 Sedang 18 18%

46,4 ≤x <63,8 Rendah 0 0%

29 ≤ x < 46,4 Sangat rendah 0 0%

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 14 anak (14%)

menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria tinggi, 68 anak (68%) menyatakan

bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria tinggi, 18 anak (18%) menyatakan bahwa

dukungan sosial teman dalam kriteria sedang, dan tidak ada anak (0%) menyatakan bahwa

dukungan sosial teman dalam kriteria rendah dan sangat rendah. Rata-rata dari skor dukungan

sosial teman sebesar 88,39. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata

subjek memiliki dukungan sosial teman yang masuk dalam kategori tinggi.

Uji Regresi

Pengujian ini bertujuan untuk melihat hubungan masing-masing variabel dalam

penelitian dengan menggunakan Pearson correlation. Besarnya hubungan antara variabel

dukungan sosial orang tua dengan kesejahteraan psikologis sebesar r = 0,239 (p < 0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah

dukungan sosial orang tua meningkat, jumlah kesejahteraan psikologis juga meningkat.

Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial pengasuh dengan kesejahteraan

psikologis sebesar r = 0,308 (p < 0,05). Kondisi ini menunjukkan bahwa hubungan kedua

variabel positif signifikan artinya jika jumlah dukungan sosial pengasuh meningkat, jumlah

kesejahteraan psikologis juga meningkat. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial

Page 28: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

19

teman sebaya dengan kesejahteraan psikologis sebesar r = 0,316 (p < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah

dukungan sosial teman sebaya meningkat, jumlah kesejahteraan psikologis juga meningkat.

Setelah mengetahui korelasi dari masing-masing variabel, bahwa variabel dukungan

sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh, dan dukungan sosial teman sebaya berkorelasi

positif signifikan dengan variabel kesejahteraan psikologis, maka semua variabel ini diikut

sertakan dalam pengujian regresi. Oleh karena itu, pengujian regresi melibatkan tiga variabel

bebas yaitu dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman

sebaya, serta satu variabel tergantung yaitu kesejahteraan psikologis. Selain itu peneliti juga

menguji kelayakan model regresi dalam penelitian ini,dengan ketentuan (p < 0,05).

Tabel 8 ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 993.992 3 331.331 6.275 .001a

Residual 5069.318 96 52.805

Total 6063.310 99

a. Predictors: (Constant), TEMAN, PENGASUH, ORTU

b. Dependent Variable: PWB

Pada bagian ini, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan ANOVA

yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Berdasarkan uji ANOVA, penelitian

ini menghasilkan angka F = 6,275 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 dan nilai R =

0,405. Karena angka signifikansi 0,001 < 0,05, maka model regresi ini sudah layak digunakan

untuk memprediksi kesejahteraan psikologis. Artinya, dukungan sosial orang tua, dukungan

sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya berpengaruh terhadap kesejahteraan

psikologis pada remaja yang tinggal di panti asuhan di Boyolali.

Setelah mengetahui bahwa dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan

dukungan sosial teman sebaya berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja

Page 29: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

20

yang tinggal di panti asuhan di Boyolali. Peneliti menguji besarnya pengaruh atau peranan

variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan

sosial teman sebaya terhadap variabel tergantung yaitu kesejahteraan psikologis.

Tabel 9 Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .405a .164 .138 7.267 .164 6.275 3 96 .001

a. Predictors: (Constant), TEMAN, PENGASUH, ORTU

Nilai Adjusted R Square dalam tabel di atas sebesar 0,138. Angka tersebut

menunjukkan bahwa 0,138 atau 13,8 % kesejahteraan psikologis dapat dijelaskan dengan

menggunakan variabel dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan

sosial teman sebaya. Hal ini berarti dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan

dukungan sosial teman sebaya berperan sebanyak 13,8 % terhadap kesejahteraan psikologis

remaja yang tinggal di panti asuhan Boyolali.

Dilihat dari standar error of the estimate yang bernilai 7,267 dan jumlah ini lebih

kecil dari nilai standar deviasi kesejahteraan psikologis (7,826), hal ini berarti dukungan

sosial orang tua dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya sudah cukup

layak dijadikan prediktor untuk kesejahteraan psikologis.

Setelah mengetahui kelayakan dukungan sosial orang tua dukungan sosial pengasuh

dan dukungan sosial teman sebaya dalam memprediksi kesejahteraan psikologis, peneliti

menguji koefisien regresi.

Page 30: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

21

Tabel 10 Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 31.358 10.364 3.026 .003

ORTU .083 .120 .072 .689 .492 .791 1.265

PENGASUH .206 .092 .227 2.235 .028 .842 1.188

TEMAN .221 .090 .243 2.452 .016 .885 1.129

Untuk menguji koefisien regresi dapat dilihat dari skor β (beta) yang dapat

menunjukkan besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel

bebas secara parsial (mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel tergantung.

Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua sebesar 0,072 dengan nilai t =

0,689 dan nilai sig. = 0,492 (p > 0,05). Maka dukungan sosial orang tua secara mandiri belum

dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap kesejahteraan psikologis.

Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial pengasuh sebesar 0,227 dengan nilai t =

2,235 dan nilai sig. = 0,028 (p < 0,05). Maka dukungan sosial pengasuh secara mandiri dapat

dikatakan sebagai prediktor terhadap kesejahteraan psikologis. Angka tersebut memiliki arti

bahwa setiap penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh pengasuh, kesejahteraan

psikologis akan naik sebesar 0,227.

Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial teman sebaya sebesar 0,243 dengan nilai t

= 2,452 dan nilai sig. = 0,016 (p < 0,05). Maka dukungan sosial teman sebaya secara mandiri

dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap kesejahteraan psikologis. Angka tersebut

memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh teman sebaya,

kesejahteraan psikologis akan naik sebesar 0,243.

Page 31: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

22

Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti apakah dukungan sosial orang tua,

dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya dapat menjadi prediktor

terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja. Seperti yang dikatakan Thoist (1986) bahwa

dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi

individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetanga dan saudara.

Dukungan sosial dari orang-orang yang bermakna dalam kehidupan seseorang dapat

memberikan peramalan akan well-being seseorang (Robinson 1983; Lazarus 1993).

Pengujian regresi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas tiga variabel bebas yaitu

dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya,

serta satu variabel tergantung yaitu kesejahteraan psikologis.

Berdasarkan pengujian regresi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya

berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja. Hal ini dapat dilihat pada hasil

pengujian yang telah dilakukan, nilai R = 0,405 dengan nilai F = 6,275 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05), model regresi ini yang melibatkan variabel dukungan

sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya sudah layak

dijadikan prediktor terhadap kesejahteraan psikologis. Peranan atau pengaruh variabel

dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya

(variabel bebas) terhadap variabel kesejahteraan psikologis (variabel tergantung) sebesar

0,138 atau 13,8 %. Hal ini berarti 13,8 % kesejahteraan psikologis dapat dijelaskan oleh

dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya.

Maka dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman

sebaya berperan sebanyak 13,8% terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja di panti

asuhan Boyolali.

Page 32: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

23

Hasil penelitian di atas dapat disebabkan karena orangtua, pengasuh dan teman sebaya

merupakan orang-orang terdekat bagi individu yang tinggal di panti asuhan. Mappiere (1982)

mengungkapkan bahwa kebutuhan yang terpenting bagi remaja adalah kebutuhan akan

pengakuan, perhatian dan kasih sayang. Disaat remaja yang tinggal di panti asuhan

mendapatkan dukungan dari orangtua, pengasuh, dan teman sebayanya secara bersamaan

maka individu tersebut akan dapat mencapai kesejahteraan psikologis. Individu tersebut tidak

akan merasa seorang diri, atau bahkan merasa diacuhkan, namun individu tersebut akan

merasa diterima oleh lingkungannya, merasa yakin dengan dirinya, dapat menerima dirinya

apa adanya, ia akan merasa berharga dan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi

lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial

orang tua dengan kesejahteraan psikologis memiliki nilai Beta sebesar 0,072 dengan nilai sig

= 0,492 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua

belum dapat menjadi prediktor terhadap kesejahteraan psikologis. Jadi, dukungan sosial

orangtua tidak dapat secara mandiri menjadi prediktor terhadap kesejahteraan psikologis.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disebab karena kurangnya keterlibatan

orangtua dalam kehidupan sehari-hari remaja yang tinggal di panti asuhan. Hal itu

disebabkan karena jarang berjumpanya individu tersebut dengan orangtuanya, sehingga

dukungan sosial dari orang tua kurang dapat dirasakan oleh anak. Menurut teori

Bronfenbrenner (Berk, 2012), dalam teori ekologinya menyatakan bahwa keluarga

merupakan lingkungan pertama dalam perkembangan individu dan dalam bersosialisasi.

Keluarga terutama ayah dan ibu merupakan sosialisasi paling penting dalam kehidupan

seorang anak dan sebagai individu terdekat dalam hidup seorang anak mereka mempunyai

pengaruh besar dalam diri anak tersebut. Namun di saat anak tidak tinggal bersama

orangtuanya, seperti halnya pada remaja yang tinggal di panti, maka individu ini akan

Page 33: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

24

mencari sosok figur yang paling dekat dengan dia yaitu dalam pembahasan ini ada pengasuh.

Hal tersebut dapat terjadi karena sedikitnya frekuensi pertemuan antara remaja yang tinggal

di panti asuhan dengan orang tuanya.

Berdasarkan pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial

pengasuh dengan kesejahteraan psikologis memiliki nilai Beta sebesar 0,227 dengan nilai t =

2,235 dan nilai sig = 0,028 (p < 0,05). Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap

penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh pengasuh, kesejahteraan psikologis akan

naik sebesar 0,227. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial pengasuh

memberikan pengaruh yang besar untuk menjadi prediktor terhadap kesejahteraan psikologis.

Jadi, dukungan sosial pengasuh dapat secara mandiri menjadi prediktor terhadap

kesejahteraan psikologis.

Hasil penelitian di atas, kemungkinan disebabkan karena remaja yang tinggal di panti

asuhan pada setiap harinya berjumpa dan berkomunikasi dengan pengasuh setempat. Seperti

yang dikatakan Toifur dan Prawitasari (2003) bahwa dukungan sosial dari lingkungan di

sekitarnya membuat individu merasa aman dan dimengerti. Oleh sebab itu peranan pengasuh

sangat penting bagi kesejahteraan psikologis remaja yang tinggal di panti asuhan. Dukungan

sosial baik berupa informasi, penghargaan, pemberian berupa barang dan kasih

sayang/perhatian sangat diharapkan dapat diperoleh dari pengasuh panti asuhan setempat

yang merupakan pengganti peran orang tua dari remaja yang tinggal di panti asuhan. Sebagai

pengganti peran orangtua bagi anak-anak asuh, seorang pengasuh perlu mengupayakan

terbangunnya relasi dan kedekatan dengan anak secara optimal, mendiskusikan isu dan

masalah yang dihadapi anak, mencari solusinya, dan memberikan dukungan individual

kepada anak (Surjastuti, 2012). Ketersediaan pengasuh panti untuk memberi dukungan sosial

pada anak asuhnya dapat memberikan kenyamanan dan rasa aman pada anak, sehingga dapat

mengurangi kecemasan pada anak asuh tersebut (Denuwelaere & Bracke, 2007). Anak akan

Page 34: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

25

dapat merasa memiliki keluarga dalam panti tersebut, dapat merasakan sejahtera, nyaman,

aman dan tidak merasa seorang diri dalam menjalani kehidupannya. Jadi peranan dukungan

sosial pengasuh berperan penting terhadap kesejahteraan remaja yang tinggal di panti asuhan.

Berdasarkan pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial

teman sebaya dengan kesejahteraan psikologis memiliki nilai Beta sebesar 0,243 dengan nilai

t = 2,452 dan nilai sig = 0,016 (p < 0,05). Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap

penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh teman sebaya, kesejahteraan psikologis

akan naik sebesar 0,243. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

sebaya memiliki pengaruh yang besar untuk menjadi prediktor terhadap kesejahteraan

psikologis. Jadi, dukungan sosial teman sebaya dapat secara mandiri menjadi prediktor

terhadap kesejahteraan psikologis.

Dari hasil penelitian di atas, kemungkinan disebabkan karena pada masa remaja,

remaja lebih banyak menghabis waktu bersama dengan teman sebayanya dan teman sebaya

dapat membuat individu merasa nyaman dan bisa lebih terbuka. Remaja tidak merasa malu

ataupun merasa dihakimi karena temannya seumuran dan permasalahan yang dihadapi pun

biasanya tidak jauh berbeda. Demikian pula menurut Masters (2004) yaitu teman sebaya

merupakan faktor penting yang dapat menghindarkan anak dari gangguan kesehatan mental

sehingga anak mampu meraih kesejahteraan. Selain itu teman sebaya merupakan orang

terpercaya yang dapat membantu remaja mengatasi masalahnya dengan memberikan

dukungan emosi dan nasihat (Santrock, 2007). Howes & Tonyan (dalam Santrock, 2009)

mengatakan bahwa hubungan baik dengan teman merupakan peran penting agar

perkembangan individu menjadi normal, sehingga individu tersebut dapat mencapai

kesejahteraan psikologisnya. Parker & Asher (dalam Santrock, 2009), menyatakan bahwa

persahabatan membantu remaja merasa bahwa mereka adalah individu yang berharga.

Dukungan sosial yang diberikan teman sebaya pada remaja akan memberikan dampak positif

Page 35: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

26

pada diri remaja, remaja akan merasa diterima dan dihargai, memiliki hubungan yang hangat

dengan orang lain, dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, individu akan

merasa memiliki arti dalam hidupnya (karena memiliki teman/sahabat), serta ia akan

memiliki tujuan hidup dalam meraih impiannya di masa depan. Kondisi seperti ini, akan

membawa individu mengarah pada pencapaian kesejahteraan psikologis.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, dukungan sosial orang tua, dukungan sosial

pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya hanya dapat memberikan sumbangan kepada

kesejahteraan psikologis sebesar 13,8 %, sehingga 86,2% lainnya besasal dari faktor-faktor

lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang menurut Bhogel & Prakash (dalam

Wahyuni, 2001) adalah dapat berasal dari dalam diri individu tersebut yaitu, (1) Personal

control, yaitu kemampuan seseorang dalam mengontrol segala emosi dan dorongan yang

muncul dari dalam diri, (2) Self Esteem atau harga diri, yaitu memiliki harga diri yang

seimbang, (3) Positive Affect, perasaan atau emosi yang positif (kesenangan atau

kegembiraan), (4) Manage Tension, yaitu kemampuan untuk mengatur ketegangan yang

keluar dari dalam diri, misalnya kemarahan atau kebahagiaan, sehingga tidak muncul secara

berlebihan, (5) Positive thinking, yaitu berpikir positif dalam menghadapi peristiwa, suasana,

atau individu baru, dan (6) Ide & Feeling yang efisien, yaitu mengeluarkan ide dan perasaan

yang tepat dan sesuai dengan konteks serta tidak berlebihan. Menurut Bastaman (2000),

religiusitas seseorang juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, individu

yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai kejadian hidupnya secara

positif sehingga hidupnya lebih bermakna. Kepribadian individu juga dapat menjadi faktor

yang penting, karena jika seseorang kurang mampu mengontrol diri, tidak berani mengambil

resiko, dan tidak memiliki penerimaan diri yang baik merupakan indikasi keberadaan konflik

Page 36: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

27

dalam dirinya yang akan mengurangi tingkat kesejahteraan psikologis di kehidupannya

(Warr, 2011).

Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil yaitu dukungan sosial

orang tua,dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya secara bersama-sama

dapat menjadi prediktor terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja yang tinggal di panti

asuhan Boyolali. Ketiga variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua, dukungan sosial

pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya hanya berkontribusi sebesar 13,8 % terhadap

kesejahteraan psikologis pada remaja, menurut pengujian yang telah dilakukan variabel

dukungan sosial orang tua, dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya

sudah layak menjadi prediktor terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja. Namun, hanya

variabel dukungan sosial pengasuh dan dukungan sosial teman sebaya yang secara mandiri

dapat menjadi prediktor terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja yang tinggal di panti

asuhan. Sedangkan variabel dukungan sosial orang tua secara mandiri belum dapat menjadi

prediktor terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja yang tinggal di panti asuhan.

SARAN

Orang Tua

Orang tua diharapkan tetap membimbing, memberikan dukungan dan perhatian serta

kasih sayang pada remaja. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengunjungi anaknya yang

tinggal di panti secara rutin dan mengajak anak berbicara dari hati ke hati, sehingga mereka

dapat merasa lebih diperhatikan oleh orang tuanya (tidak merasa diacuhkan) serta tidak

merasa khawatir. Disaat anak merasa tenang, maka ia akan dapat mencapai kesejahteraan

psikologis dan dapat mengembangkan potensi yang dia miliki.

Page 37: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

28

Pengasuh

Begitu pula dengan pengasuh, diharapkan tetap dapat mempertahankan dalam

memberikan bimbingan, dukungan dan perhatian kepada remaja yang tinggal di panti asuhan.

Alangkah lebik baiknya jika remaja lebih banyak diajak untuk sharing (berbicara dari hati ke

hati), karena pada masa remaja ini, anak membutuhkan banyak masukan yang positif dari

orang-orang terdekat yang lebih dewasa (dalam hal ini adalah pengasuh). Disaat remaja dapat

mengutarakan isi hatinya dan merasa nyaman dengan orang di lingkungannya, maka ia akan

merasa diterima dan tidak merasa seorang diri dalam menjalani hidupnya, sehingga ia dapat

mencapai kesejahteraan psikologis.

Teman

Dalam hubungan pertemanan yang dijalin oleh remaja, diharapkan teman sebaya

dapat menjadi pendukung yang baik, dapat memberikan saran yang positif bagi remaja yang

tinggal di panti asuhan dan tidak membedakan-bedakan dalam berteman dengan remaja yang

tinggal di panti. Disaat remaja dapat memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain dan

merasa dirinya diterima, maka ia akan mencapai kesejahteraan psikologis.

Penelitian Selanjutnya

Karena dukungan sosial orang tua, pengasuh dan teman sebaya hanya berkontribusi

sebesar 13,8% terhadap kesejahteraan psikologis, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik

dengan permasalahan yang sama, diharapkan untuk mengkaji masalah ini dengan jangkauan

yang lebih luas dengan menambah variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini.

Selain itu, perbanyak sampel yang akan diteliti sehingga data dapat tergeneralisasi dengan

lebih baik.Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih memperhatikan efektifitas dan

daya diskriminasi item dalam alat ukur yang dipakai supaya dapat mengungkap lebih dalam

mengenai variabel yang akan diteliti karena akan mempengaruhi hasil penelitian. Semoga

penelitian ini memberikan sumbangan yang berarti.

Page 38: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

29

DAFTAR PUSTAKA

Arslan, C. (2009). Anger, self-esteem, and perceived social support in adolescence.Social

Behavior and Personality, 37(4), 555-564.

Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Baron, R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Berk, L. E. (2012). Development through the lifespan edisi 5. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Bockhorst, C. L., Sumter S. R. & Westernberg, M. (2010). Social support From

parents,friends, classmates, and teachers in children and adolescents aged 9 to 18

years: who is perceived as most Supportive? Social Development, 19(2), 417-426.

Burns, R.B. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan & Perilaku. Alih Bahasa:

Eddy. Jakarta: Arcan.

Carol D. Ryff.1989. Happiness is everything, or is it? explorations on the meaning of

psychological well-being. Journal American Psychological Association, Vol. 57, No.

6, 1069-1081.

Cohen, S., & Hoberman, H. (1983). Positive events and social supports as buffers of life

change stress. Journal of Applied Social Psychology, 13, 99-125.

Cohen, S., & McKay, G. (1984). Social support, stress and the buffering hypotesis:a

theoritical analysis. In Baum, A.; Taylor, S.E.; Singer, J.E. Handbook of

Psychology and Health. Hillsdale

Cohen, S & Syme, S.L. (1985). Social support and health. San Francisco: academic press

Coste, B. (2005). Abraham maslow biography: the father of humanistic psychology & self

actualization theory. Diakses pada 7 Juli 2014, dari http://www.positive-parenting-

ally.com/abraham-maslow.html.

Dahlan, M. D. (2002). Psikologi perkembangan anak dan remaja. PT Remaja Kosda Karya:

Bandung.

Dariyo, A. (2007). Psikologi perkembangan. Bandung: Refika Aditama.

Del Valle, J. F., Bravo, A. & Lopez, M. (2010). Parents and peers as providers of support in

adolescents’ social network: a developmental perspective. Journal of Community

Psychology, 38(1), 16-27.

Denuwelaere, M., & Bracke, P. (2007). Support and Conflict in the Foster Family and

Children’s Well-Being: A Comparison Between Foster and Birth Children. National

Council on Family Relations, 56, 67-79

Page 39: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

30

Departemen Sosial RI. 2004. Panduan Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak.

Jenderal Bina Kesejahteraan SOS. Jakarta.

Dhitaningrum, M. (2013). Hubungan antara Persepsi Mengenai Dukungan Sosial Orang Tua

dengan Motivasi Belajar siswa SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Tulungagung.

(Skripsi). Universitas Negeri Surabaya.

Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian edisi 7. Salemba Humanika: Jakarta.

Hartati, L & Respati, W. S. (2010). Kompetensi Interpersonal Pada Remaja Yang Tinggal Di

Panti Asuhan Asrama Dan Yang Tinggal Di Panti Asuhan Cottage. Jurnal Psikologi,

10 (2), 79-86.

Hartini. (2001). Deskripsi Kebutuhan Psikologis pada Anak Panti Asuhan. Jurnal Insan

Media Psikologi, Vol,3 No,99-108.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan. Erlangga: Jakarta.

Kail, Robert. V & Cavanaugh. J. C. (2000). Human Development: A Life Span View 2th ed.

United States: Wadsworth Thomson Learning.

Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mendieta, I. H., Jacinto, L. G., Fuentez, J. M. D., Leiva, P. G. & Trave, M. C. (2012). Types

of social support provided by parents, teachers, and Classmates during adolescence.

Journal of Community Psychology, 40(6), 645-664.

Monks, F.J, dkk. (1999). Psikologi perkembangan. Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta.

Mutiarsih, E. & Atmojo, A. S. S. (2007). Memahami psikologi remaja. Yayasan Pustaka

Nusatama: Yogyakarta.

Papalia, D, E, & Olds, S, W, 1986, “A child’s World Infancy Through Adolesencent”, New

York: Mc Graw Hill Book Company,1986.

Prakash , A., (2001). Antioxidant Activity. Medallion Laboratories-Analytical Progress.

Vol. 19 (2).

Priatini, W.; Latifah, M.; Guhardja, S., (2008). Pengaruh tipe pengasuhan, lingkungan

sekolah, dan peran teman sebaya terhadap kecerdasan emosional remaja. Jurnal IPB

Departement of Family and Consumer Science, Vol. 1, no. 1, 43-53.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Santrock, J. W. (2009). Psikologi pendidikan edisi 3 buku 2. Salemba Humanika: Jakarta.

Page 40: Dukungan Sosial Orang Tua, Pengasuh Panti, dan Teman ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9123/2/T1_802010027_Full... · mainan, perhatian, kasih sayang dari pengasuh dan lain

31

Sarason, I.G. & Sarason, B.R. 1983. Social support; theory, research, and applications. The

Hague, Netherlands: Martinus N.

Schultz, D. (2002). Psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Kanisius:

Yogyakarta.

Shaw, B. A., Krause, N., Chatters, L. M., Connell, C. M., & Ingersoll-Dayton, B. (2003).

Social structural influences on emotional support from parents early in life and adult

health status. Behavioral Medicine, 29, 68-79.

Surjastuti, C. S. I. (2012). Panti Asuhan Anak Terlantar di Yogyakarta. (Skripsi). Universitas

Atma Jaya.

Thoits, P.A. 1986. Social Support As Coping Assistance. Journal of Counsulting and Clinical

Psychology, 54, 416-423.