29
April, 2015 Dwi Muslimatul Ch. | Achmad Jaelani | Hesty Fajarwati S. PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN ASPEK HUKUM TERKAIT BAHAN ELEKTRONIK

Dwi Muslimatul Ch. | Achmad Jaelani | Hesty Fajarwati S. · nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Oleh karena itu dalam upaya ... dengan mampu mengiringi adanya

  • Upload
    lythuan

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

April, 2015

Dwi Muslimatul Ch. | Achmad Jaelani | Hesty Fajarwati S.

PROGRAM

STUDI ILMU

PERPUSTAKAAN ASPEK HUKUM TERKAIT BAHAN ELEKTRONIK

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 1

BAB I ................................................................................................................................ 2

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 2

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 2

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 6

C. TUJUAN ................................................................................................................ 6

BAB II .............................................................................................................................. 7

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 7

A. PERKEMBANGAN KOLEKSI ELEKTRONIK ................................................. 7

B. HUKUM PENERBITAN KOLEKSI ELEKTRONIK ........................................ 12

C. ETIKA PENERBITAN BAHAN ELEKTRONIK .............................................. 18

D. DAMPAK POSITIF PENGGUNAAN BAHAN ELEKTRONIK ...................... 21

E. DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN BAHAN ELEKTRONIK ................... 23

BAB III ........................................................................................................................... 25

PENUTUP ...................................................................................................................... 25

A. KESIMPULAN ................................................................................................... 25

B. SARAN ................................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 28

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teknologi yang sangat berpengaruh dalam perubahan kehidupan tersebut adalah

munculnya internet. Melalui teknologi yang disebut dengan internet ini, informasi

menjadi semakin beragam sehingga membutuhkan adanya konvergensi atau

keterpaduan antara perkembangan teknologi informasi dengan media telekomunikasi.

Beragam produk dan jasa dihasilkan melalui konvergensi kedua pihak yang selalu

berjalan beriringan tersebut. Pada akhirnya internet telah mengubah gaya hidup manusia

untuk berkomunikasi menjadi global atau manusia yang dapat menembus ruang dan

waktu. Jarak jauhpun, manusia dapat merasa dekat dengan bertelepon sekedar bertukar

kabar. Bahkan informasi dari ujung dunia dapat cepat diterima dengan adanya berita-

berita online yang terpasang pada internet.

Berbagai macam inovasi penggunaan teknologi informasi terus bermunculan di

dunia seperti halnya e-commerce yang merupakan perdagangan secara elektronik atau

online berupa bentuk konversi dari kegiatan perdagangan konvesional menjadi bentuk

perdagangan menggunakan data atau tanpa kertas (paperless) sehingga dalam

penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang maupun jasa melalui sistem

elektronik seperti internet atau televise. Kegiatan e-learning yang kini makin ramai

dilakukan di lingkungan pendidikan. Tidak hanya pendidikan tinggi yang sudah

melakukan e-learning, namun dari berbagai tingkat sekolah baik sekolah menengah

pertama maupun atas sudah menereapkan kegiatan belajar mengajar jarak jauh sehingga

siswa dapat melakukan pembelajaran hanya di rumah saja.

3

Kemudian pada dunia perpustakaan, kini telah banyak melanggan database

online yang berisi e-journal maupun e-book dalam bentuk soft file sehingga dapat

diakses siapapun dimanapun dan kapanpun menggunakan akses internet. Soft file dalam

bentuk digital ini dapat di download secara fulltext ataupun tidak tergantung dari

database yang dilanggan oleh pihak perpustakaan.

Melalui akses yang cepat dan mudah tersebut, berbagai inovasi bermunculan

sehingga menyebabkan kemudahan pengguna dalam mendapatkan informasi. Akhirnya

hal tersebut akan menyebabkan ledakan informasi yang tidak terbendung sehingga

berujung pada kebingungan masyarakat akan menentukan keputusan melalui banyaknya

informasi tersebut. Koleksi perpustakaan menurut undang-undang Republik Indonesia

Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang berisi semua informasi dalam bentuk

karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai

nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Oleh karena itu dalam upaya

memberikan layanan prima kepada pemustakanya, semua jenis bahan perpustakaan

perlu diolah dengan benar sesuai dengan peraturan yang ditetapkan agar dapat disimpan

dan ditemukan kembali secara cepat, tepat, dan akurat saat diperlukan oleh pemustaka.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat mewajibkan

perpustakaan untuk selalu berusaha menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh

pengguna secara cepat dan tepat. Karena lembaga pengelola informasi tidak hanya

perpustakaan, maka sebuah perpustakaan haruslah terus memberikan layanan terbaik

kepada pemustaka agar mampu bersaing dalam dunia informasi tersebut. Katakan saja

perpustakaan kalah selangkah di belakang dengan suatu lembaga pengelola informasi,

maka sangat disayangkan jika perpustakaan telah beralih peran menjadi bukan titik

akses utama lagi. Maka inilah yang menjadi tantangan terbesar suatu perpustakaan

dengan mampu mengiringi adanya perkembangan teknologi di dunia informasi.

4

Layanan yang saat ini banyak dikembangkan oleh perpustakaan adalah layanan

penelusuran informasi karena layanan ini merupakan bagian terpenting dalam temu

kembali informasi di perpustakaan. Temu kembali informasi merupakan suatu usaha

untuk menemukan kembali informasi yang terdapat di perpustakaan yang sesuai dengan

kebutuhan pengguna. Bayangkan saja jika suatu perpustakaan hanya memiliki katalog

konvensional berupa katalog kartu, maka kegiatan penelusuran akan berjalan lama.

Pemustaka tidak akan betah jika dalam mencari buku membutuhkan waktu yang lama.

Pada akhirnya pemustaka akan lebih memilih mencari informasi pada internet yang

lebih cepat dan akurat dengan mengetikkan kata kunci saja.

Layanan lain yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan adalah layanan repository

berupa publikasi local content yang ada dalam sebuah universitas agar dapat diketahui

oleh khalayak di seluruh Indonesia atau bahkan di seluruh dunia. Layanan seperti inilah

yang memungkinkan penyebaran karya ilmiah seperti skripsi, tesis, maupun disertasi

dalam suatu universitas menjadi cepat dan mudah. Mahasiswa di seluruh dunia mampu

mengakses serta menggunakan bahan tersebut untuk perbandingan dalam penelitian

yang sedang dilakukan.

Kegiatan seperti inilah yang memungkinkan adanya plagiarisme atau

pelanggaran hak cipta yang kini marak terjadi. Banyak terjadi mahasiswa yang asal

copas untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan tanpa memperhatikan aturan

sitasi yang benar. Jika kegiatan ini tidak diketahu oleh pihak yang berwajib maka

plagiarisme tidak akan diketahui siapapun. Jika kebetulan tindak ini diketahui maka

seseorang dengan tindak pelanggaran hak cipta ini harus diadili. Namun, tindak

plagiarisme yang kurang ditindaklanjuti ini menyebabkan masyarakat terus saja

melakukan copas.

5

Pelanggaran hak cipta terhadap penerbitan buku-buku, baik dalam bentuk plagiat

maupun terjemahan secara ilegal banyak terjadi. Beberapa kasus plagiasi di bidang

karya tulis atau dalam bidang ilmu pengetahuan sudah diangkat ke permukaan (Henry

Soelistyo, 2011 : 198). Jika hal tersebut sering terjadi pada koleksi tercetak maka akan

semakin mudah terjadi pada koleksi non cetak atau digital yang mudah diakses.

Pelanggaran hak cipta ini memang lebih rentan dilakukan di dunia maya. Di era digital

dewasa ini, pencegahan terhadap pelanggaran hak cipta di dunia maya tidak mudah

untuk dilakukan. Dengan menggunakan teknologi yang hampir semuanya dapat ditiru

dengan mudah dengan hasil yang tidak terlalu terlihat kemiripannya serta terlihat

sempurna.

Tidak dapat bayangkan, jika tidak ada hukum yang dapat diterapkan di dunia

maya ini maka penulis yang memposting tulisannya di internet plagiarisme akan terjadi

di mana-mana. Hak kepemilikan dari suatu karya akan terampas dan penghargaan atas

hasil kerja seorang penulis juga tidak akan ada harganya. Jika hal ini terus terjadi, maka

penulis akan enggan menulis serta menyebarkan informasi yang dimiliki. Perlu adanya

pengetahuan mengenai dasar-dasar sistem hukum kekayaan intelektual agar memahami

dasar-dasar berkomunikasi melalui kegiatan yang menggunakan internet. Memahami

fungsi hukum e-commerce sebagai model bisnis secara online yang kreatif karena hal

ini secara radikal mampu mengubah the legal environment of business (Gerald R, et.al.,

2004 : 3) dan harus berusaha untuk menghindari kandungan yang ilegal dalam bisnis

online juga sangat penting dilakukan mengingat keberlangsungan bisnis online juga

sangat memantu kegiatan manusia.

6

B. RUMUSAN MASALAH

Melalui latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka berbagai rumusan

masalah dapat diajukan agar menghasilkan output sesuai keinginan penulis. Rumusan

masalah yang dapat diajukan antara lain :

1. Bagaimana perkembangan informasi dalam penyebarannya secara elektronik?

2. Bagaimana hukum yang mengenai penyebaran informasi secara elektronik?

3. Bagaimana tindak lanjut terhadap oknum yang tidak bertanggung jawab?

4. Apakah terdapat dampak positif ataupun dampak negatif dari penggunaan

informasi secara elektronik?

C. TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan

antara lain :

1. Mengetahui perkembangan informasi dalam penyebarannya secara elektronik.

2. Mengetahui hukum mengenai penyebaran informasi secara elektronik.

3. Mengetahui tindak lanjut terhadap oknum yang tidak bertanggung jawab.

4. Mengetahui dampak positif ataupun dampak negatif dari penggunaan informasi

secara elektronik.

7

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN KOLEKSI ELEKTRONIK

Pengertian sumber elektronik berdasarkan AACR2 adalah bahan yang terdiri

dari data atau program yang diciptakan dengan menggunakan kode atau program

komputer agar dapat dimanfaatkan dengan piranti komputer. Untuk memanfaatkan

bahan sumber elektronik diperlukan piranti yang terhubung langsung dengan komputer,

misalnya pemutar CD-ROM atau sambungan ke jejaring computer. Pengertian ini

berkembang seiring dengan perkembangan jenis sumber elektronik. Sumber elektronik

berdasarkan cara akses terdiri atas :

a. Akses langsung dapat diartikan sebagai cara yang memerlukan wahana fisik

yang dapat dibawa atau dijinjing, misalnya : cakram, kaset, kartrij.

b. Akses jarak jauh adalah cara yang tidak memerlukan wahana fisik, akses jarak

jauh hanya dapat dipergunakan dengan gawai masukan luaran, misalnya

terminal yang terkoneksi dengan sistem komputer, sumber dalam jaringan, atau

dengan menggunakan sumber yang tersimpan dalam cakram padat atau gawai

penyimpanan lainnya.

Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan dengan

tujuan untuk :

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi

dunia

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan public

8

d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan

pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi

informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab

e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan

penyelenggara teknologi informasi.

Saat ini Perpustakaan Nasional maupun perpustakaan lain di seluruh Indonesia

berlangganan database online yang berisi berbagai macam jurnal elektronik maupun

artikel elektronik. Melalui database online ini, perpustakaan nasional mampu

menyediakan koleksi digital yang dapat diakses oleh pengguna perpustakaan dalam

wilayah area tertentu. Ebscohost dan Proquest adalah dua contoh database yang saat ini

cukup laris dan menjadi primadona bagi perpustakaan perguruan tinggi yang ingin

menyediakan koleksi digital. Untuk membangun sistem perpustakaan digital, terdapat

banyak aplikasi yang bisa digunakan, baik yang komersial maupun yang open source.

Dengan adanya internet yang akhir-akhir ini cukup mendunia, maka semakin

marak dan berkembang kata elektronik yang digunakan seperti e-mail, e-business, e-

book, e-learning, dan lain sebagainya. Segala bentuk file dan berkas yang tercetak akan

beralih ke dalam bentuk digital dan menjadi trend untuk menunjang segala aktifitas

kerja yang berbasis elektronik. Beberapa contoh bahan perpustakaan sebagai sumber

electronik antara lain :

a. CD-ROM

CD-ROM kepanjangan dari Compact Disk Read Only Memori yang artinya

bahhwa CD-ROM drive yang hanya bisa digunakan untuk membaca sebuah CD

saja. Secara garis besar CD-ROM dibedakan menjadi 2 menurut tipenya yaitu :

ATA/IDE dan SCSI.

9

b. E-BOOK

Menurut Wikipedia e-book atau electronic book yang dikenal sebagai buku

digital, merupakan e-teks yang berbentuk media digital dan kadang-kadang

dilindungi dengan hak cipta digital. Adapun bentuknya bisa berbentuk file pdf,

word, html, txt dll. Tetapi yang terkenal biasanya e-book berbentuk file pdf yang

dapat dibaca dengan program seperti acrobat reader yang dapat di download

sebelumnya secara gratis. E-book didedikasikan bagi mereka para pembaca

media elektronik atau perangkat e-book baik melalui komputer atau bisa juga

melalui ponsel yang dapat digunakan untuk membaca buku elekronik ini.

Dengan hadirnya e-book ini para pembaca dimudahkan untuk tidak menyimpan

buku-buku favoritnya dalam bentuk fisik

c. E-JOURNAL

Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang

dimaksud dengan e-journal adalah “An article or complete journal available

fully electronically via a web-site on the Internet. It could be available free or as

part of a paid for service. This trend is older and more established than the

trend of providing e-book content via the Internet.” Artinya bahwa sebuah

artikel atau jurnal dalam bentuk elektronik tersedia secara penuh melalui situs

web pada internet.

Bahan-bahan koleksi yang ada di dalam suatu digital library secara garis besar

terdiri dari dua macam yaitu :

a. Digital Material

Koleksi yang format awalnya yang sudah dalam bentuk format digital. Oleh

karena itu tidak diperlukan lagi proses digitalisasi dari content tersebut.

10

b. Koleksi yang Didigitalkan

Koleksi yang format awalnya tidak dalam bentuk digital sehingga diperlukan

suatu proses digitalisasi untuk mengubah format tersebut ke dalam format

digital. Untuk itu diperlukan suatu sarana yang berfungsi sebagai alat untuk

mengubah format yang non digital ke format digital. Tetapi dalam melakukan

proses didigitalisasi ini harus diperhatikan pula mengenai masalah hak cetak dan

hak kepemilikan intelektual.

Berbagai jenis perpustakaan di Indonesia tentu memiliki jenis-jenis bahan

pustaka yang beragam pula seperti bahan pustaka cetak maupun noncetak. Bahan

pustaka cetak meliputi buku, majalah, surat kabar, dan laporan. Untuk terbitan berkala

seperti majalah, surat kabar, maupun tabloid biasa diterbitkan sesuai jangka terbit sesuai

kebijakan masing-masing penerbitan. Sedangkan dalam koleksi noncetak yang

merupakan hasil pemikiran manusia yang telah dituangkan tidak dalam bentuk cetak

seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman

video, rekaman gambar, dan lain sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan

pustaka ini adalah bahan non buku atau bahan pandang dengar, dengan penjelasan

sebagai berikut :

a. Rekaman suara yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam.

Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris

yang dikombinasikan dengan pita kaset. Saat ini untuk buku pelajaran telah

dilengkapi dengan VCD pembelajaran secara visual agar mudah dipahami oleh

siswa.

b. Gambar hidup dan rekaman video seperti film atau kaset video memiliki

kegunaan yang bersifat rekreasi serta pendidikan. Misalnya saja digunakan

dalam pendidikan pemakai yang menerangkan mengenai bagimana cara

menggunakan perpustakaan.

11

c. Bahan grafika dengan dua tipe yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung

(lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat

dengan bantuan alat (selid, transparansi, dan filmstrip).

Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua

bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa

melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka bentuk

mikro ini digolongkan tersendiri dengan jenis lain bahan noncetak karena informasi

yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan

sebagainya. Terdapat tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi

perpustakaan yaitu :

a. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film yaitu

16 mm, dan 35 mm.

b. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm

(standar) dan 75 mm x 125 mm.

c. Micro opaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang

mengkilat tidak tembus cahaya. Ukuran sebesar mikrofis.

Dengan adanya teknologi informasi, maka infornasi dapat dituangkan ke dalam

media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc sehingga informasi akan

mudah untuk disebarluaskan, namun untuk membacanya diperlukan perangkat keras

seperti computer, CD-ROM player, dan sebagainya.

12

B. HUKUM PENERBITAN KOLEKSI ELEKTRONIK

Hukum dan perundang-undangan telah banyak dibuat dalam penyelesain hak

kekayaan intektual yang terkait dengan pengambilan pembuatan koleksi digital dan

palgiarisme (Supsiloani, 2006). Banyak upaya yang ditujukan untuk mencegah

plagiarism tersebut, salah satunya melalui peraturan dan pemberian sanksi yang berat.

HAKI yang merupakan singkatan dari Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak

kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak dengan

peranannya sebagai pusat pengaturan segala kegiatan fisik dan psikologis. HAKI dapat

diartikan sebagai hak yang timbul sebagai hasil olah pikir yang menghasikan suatu

produk atau proses yang berguna untuk manusia sehingga manusia dapat menikmati

secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HAKI

adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia

(DirJen HAKI, 2014). Beberapa hak eksklusif yang diumumkan dan diberikan pada

pemegang hak cipta adalah sebagai berikut :

a. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut

(termasuk salinan elektronik)

b. Mengimpor atau mengekspor ciptaan

c. Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan)

d. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum

e. Menjual atau menghilangkan hak eksklusif tersebut kepada pihak lain.

13

Pengelolaan dokumen elektronik memerlukan teknik khusus yang memiliki

perbedaan dengan pengelolaan dokumen tercetak. Proses pengelolaan dokumen

elektronik melewati beberapa tahapan, yang dapat kita simpulkan dalam proses

digitalisasi, penyimpanan dan pengaksesan atau temu kembali dokumen. Pengelolaan

dokumen elektronik yang baik dan terstruktur adalah bekal penting dalam pembangunan

sistem perpustakaan digital (digital library). Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 yang dimaksud dengan :

1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk

tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic

data interchange (EDI), surat. elektronik (electronic mail), telegram, teleks,

telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau

perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang

yang mampu memahaminya.

2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan

menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan

informasi.

4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,

elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,

dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi

tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,

huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna

atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

14

Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Bab VII perbuatan yang dilarang :

Pasal 27

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar

kesusilaan.

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.

3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik.

4. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau

pengancaman.

Pasal 28

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan

menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi

Elektronik.

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang

ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu

dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan

antargolongan (SARA).

15

Pasal 29

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang

ditujukan secara pribadi.

Pasal 30

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses

Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses

Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk

memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses

Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar,

menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Pasal 31

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan

intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik

Orang lain.

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan

intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem

Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan

apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau

penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang

ditransmisikan.

3. Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi

yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,

16

kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan

berdasarkan undang-undang.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 32

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara

apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak,

menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara

apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak. (3)

Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan

terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang

tidak sebagaimana mestinya.

Pasal 33

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan

apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem

Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Pasal 34

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan,

menyediakan, atau memiliki:

a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara

khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33

17

b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang

ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan

memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai

dengan Pasal 33.

2. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika

ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik,

untuk perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan

hukum.

Pasal 35

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan

manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

Pasal 36

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang

mengakibatkan kerugian bagi Orang lain.

Pasal 37

Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap

Sistem Elektronik yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia.

18

C. ETIKA PENERBITAN BAHAN ELEKTRONIK

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi memang lebih cepat dan

dinamis terjadi pada perpustakaan digital dibandingkan dengan koleksi tercetak yang

terdapat pada perpustakaan konvensional. Perpustakaan konvensional yang masih

menggunakan katalog kartu, kini telah beralih menjadi OPAC (Online Public Access

Catalogue) yang lebih cepat dan mudah dalam proses pencarian koleksi pemustaka.

Setiap teknologi yang ada tentu memiliki dampak positif serta negatif tersendiri.

Perpustakaan konvensional yang pekerjaannya dilakukan oleh manusia sehingga

kemungkinan terjadi kesalahan tentu lebih besar, namun informasi yang diberikan lebih

valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika dilihat pada perpustakaan

digital, maka seluruh kegiatan berbanding terbalik. Manusia hanya sebagai pengontrol

mesin sehingga tidak memerlukan banyak tenaga, namun manusia perlu memikirkan

deposit digital atau tempat penyimpanan yang aman sehingga tidak mudah dimasukin

oleh oknum yang kurang bertanggungjawab.

Kegiatan digitalisasi tentu tidak serta merta terjadi tanpa alasan. Fenomena

utama yang terjadi adalah ledakan informasi atau information overload yang menuntut

lembaga pengolah informasi untuk melakukan berbagai inovasi pengolahan koleksi atau

informasi agar mampu diterima pemustaka dengan baik serta sesuai kebutuhan mereka.

Sering terjadi kebingungan informasi karena pemustaka sulit menentukan keputusan

dengan informasi yang begitu banyak. Informasi yang banyak dengan akses terbuka

kapan dan dimanapun tanpa berbayar tentu memudahkan masyarakat informasi yang

membutuhkan informasi. Hanya dengan akses internet, membuka web browser lalu

mengetikkan kata kunci yang diinginkan, maka akan muncul rekomendasi artikel sesuai

beberapa kategori dari penulis yang kurang dapat dipastikan kebenarannya. Dapat

dikatakan bahwa 80% informasi dalam mesin pencari adalah sampah.

19

Muncul masalah lain mengenai hak kekayaan intelektual atau hak kepemilikan

dari karya seseorang. Masalah kepemilikan ini sulit dikendalikan karena artikel yang

dimiliki perseorangan telah tersebar luas di internet sehingga sulit diketahui siapa

pemilik asli dari artikel tersebut. Lain halnya dengan plagiarisme, yaitu kegiatan

mengklaim karya orang lain menjadi karya sendiri. Hal ini sering terjadi di dunia

pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Mahasiswa banyak yang hanya menggunakan

pengetahuan tacit mereka dalam mencari informasi namun tidak menggunakan

kemampuan eksplisit mereka untuk mengambil inti sari suatu informasi yang kemudian

ditulis kembali menggunakan bahasa yang lebih baru. Bahkan untuk tingkat profesor

yang sudah ahli di bidang pendidikannya harus lebih hati-hati dalam aspek plagiarisme

ini. Pernah terjadi seorang profesor menjadi plagiat dari karyanya sendiri. Karena terlalu

sering membaca dan menulis buku atau artikel secara tidak sadar seseorang dapat

menulis kembali kalimat yang sama persis dengan buku yang sebelumnya pernah

ditulis. Dari segi keamananpun, perpustakaan digital dengan koleksi yang berbentuk

digital tidak selalu terjamin keamanannya dari jangkauan hacker walaupun telah

menggunakan sistem teraman sekalipun.

Gerakan Open Access ini setiap harinya berdahapan dengan internet yang

sekarang telah menjadi wilayah dari sosial budaya, artinya segala sesuatu yang terdapat

di dalamnya harus didasarkan atas kesepakatan bersama karena digunakan oleh banyak

orang. Google sebagai pendukung gerakan Open Access menyediakan informasi atau

penyedia platform bagi seseorang yang akan menyebarkan informasi dengan gratis. Hal

yang gratis tidak selalu tidak berkualitas. Jika kita sebagai masyarakat informasi mampu

menjadi masyarakat yang literat tentu informasi yang gratis akan mampu diolah agar

menjadi informasi yang memiliki nilai jual. Hanya tergantung masing-masing individu

sebagai manusia yang membutuhkan informasi dalam memilih informasi serta

menggunakannya dalam kegiatan yang bermanfaat.

20

Kian hari teknologi yang disajikan perpustakaan tentu semakin canggih. Kini

perpustakaan telah memiliki OPAC (Online Public Access Catalogue) yaitu sebuah

katalog terpasang generasi ketiga yang dapat diakses kapan dan dimanapun pemustaka

berada. Seperti halnya dengan website perpustakaan yang menyajikan berbagai fitur

yang dilayankan maupun berbagai kegiatan sebagai bagian dari program kerja untuk

menarik minat pemustaka. Website perpustakaan yang juga dapat diakses kapan dan

dimanapun tentu akan lebih memudahkan pemustaka untuk mengetahui koleksi terbaru

dari perpustakaan, maupun layanan yang diberikan. Bahkan ada beberapa database

yang dilanggan sebuah perpustakaan juga dapat diakses di luar jaringan perpustakaan.

Namun, tidak semua database berlaku sama. Untuk beberapa database berbayar dengan

harga yang mahal, pemustaka hanya dapat mengakses di dalam jaringan perpustakaan.

Dalam fenomena ini, tentu dibutuhkan sebuah etika yang dianjurkan untuk

dilaksanakan pada masing-masing bidang pekerjaan yang ada. Setiap profesi yang ada

di dunia tentu memiliki etika yang mengatur mengenai tugas yang harus dikerjakan atau

aturan yang harus dipatuhi. Sebagai contoh kode etik pustakawan telah diatur sejak

lama, sejak perpustakaan masih berjenis perpustakaan konvensional sehingga kode etik

ini perlu diubah seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan perpustakaan

menjadi perpustakaan digital atau bahkan sekarang telah berkembang menjadi

perpustakaan mobile. Hal ini juga berlaku di dalam informasi, dalam konsep

perpustakaan digital tentu ada beberapa etika yang harus dilaksanakan sesuai kebijakan

yang telah ditetapkan.

21

Seefektif apapun suatu layanan yang diberikan oleh perpustakaan digital dengan

penawaran berbagai koleksi digital, berbagai kemudahan yang didapatkan hanya dengan

download file saja, namun pada akhirnya pemustaka tetap membutuhkan koleksi

tercetak dalam mengkonfirmasi informasi yang diinginkan. Sebagian besar pemustaka

atau peneliti akan lebih suka datang ke perpustakaan untuk melihat koleksi tercetak

secara langsung. Kadangkala kebijakan suatu perpustakaan juga menyediakan koleksi

tidak fulltext sehingga pemustaka yang awalnya hanya mengakses melalui website dapat

mengunjungi perpustakaan untuk mendapatkan koleksi secara fulltext.

D. DAMPAK POSITIF PENGGUNAAN BAHAN ELEKTRONIK

Dalam sebuah kegiatan digitalisasi yang sekarang sedang digalakkan, maka

perlu adanya pengembangan koleksi dalam sebuah perpustakaan. Koleksi tercetak yang

kini mulai kurang diminati perlu adanya kegiatan pengembangan koleksi.

Pengembangan koleksi di sini adalah mengembangkan koleksi yang baik dan seimbang,

serta sesuai dengan kebutuhan pengguna yang disusun berdasarkan standar koleksi

perpustakaan dan kajian kepustakaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna

sivitas akademika. Manfaat suatu perpustakaan melakukan pengembangan koleksi

menurut Sutarno NS (2006 : 118) antara lain :

a. Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan pustaka yang harus dibeli.

b. Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerja sama dengan perpustakaan lain,

seperti pinjam antar perpustakaan, kerjasama dalam pengadaan, dan sebagainya.

c. Membantu identifikasi bahan pustaka yang perlu dipindahkan ke gudang atau

dikeluarkan dari koleksi.

d. Membantu dalam merencanakan anggaran jangka panjang dengan menetapkan

prioritas-prioritas dan garis besar sasaran pengembangan.

e. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan.

22

Kebijakan pengembangan koleksi dapat meliputi kegiatan memilih dan

mengadakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh

pustakawan bersama-sama dengan pengguna perpustakaan. Kegiatan ini dimaksudkan

dengan adanya perencanaan untuk mengembangkan bahan pustaka demi tercapainya

perpustakaan yang berkualitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna

perpustakaan. Kebijakan pengembangan koleksi ini didasari atas beberapa asas yaitu :

a. Relevansi, dari pihak pustakawan harus mempunyai data koleksi yang relevan

dengan kebutuhan pengguna sehingga bermanfaat bagi penelitian dan

pengembangan pada masyarakat tertentu.

b. Berorientasi kepada kebutuhan pengguna karena pengembangan koleksi harus

ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan perpustakaan perguruan tinggi.

c. Kelengkapan koleksi tidak hanya terdiri dari buku-buku teks saja, namun

meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bahan

penelitian. Pengguna perpustakaan di perguruan tinggi adalah tenaga pengajar,

tenaga peneliti, tenaga administrasi, mahasiswa, dan alumni yang memiliki

keberagaman kebutuhan informasi.

d. Kemutakhiran koleksi hendaknya perpustakaan harus mengadakan dan

memperbaharui bahan pustaka sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

sehingga informasinya tidak ketinggalan zaman.

e. Kerjasama koleksi hendaknya merupakan hasil kerjasama semua pihak yang

berkepentingan dalam pengembangan koleksi, yaitu antara pustakawan, tenaga

pengajar, dan mahasiswa. Dengan kerjasama, diharapkan pengembangan koleksi

dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi pengguna perpustakaan.

23

Ada pun beberapa dampak positif dari penyebaran informasi ataupun koleksi elektronik

adalah sebagai berikut :

a. Memudahkan pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan karena tidak

bergantung pada tempat, waktu dan situasi.

b. Merubah perspektif perpustakaan “You comes to Library” menjadi “Library

comes to You”.

c. Memberi kemudahan dalam sistem temu kembali informasi.

d. Adanya e-book yang menjadi pengganti buku

e. Praktis karena banyak ditawarkan di internet

f. Efisiensi biaya penelusuran informasi

E. DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN BAHAN ELEKTRONIK

Sedangkan untuk dampak negatif dari penyebaran informasi dalam bentuk

elektonik antara lain :

a. Ketergantungan dengan media akses informasi instant yang kemudian banyak

berakibat pada rasa malas bergerak, malas membaca buku teks, dan lain

sebagainya.

b. Plagiarisme marak terjadi karena kemudahan akses informasi secara digital

berdampak pada pelanggaran etika yang sangat fatal dimana kemudahan akses

tersebut juga tidak diimbangi dengan kemudahan dalam pengoreksian.

24

Menurut Felicia Utorodewo (2014) menggolongkan hal-hal berikut sebagai

tindakan plagiarisme, antara lain :

a. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri.

b. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri.

c. Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri.

d. Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri.

e. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa

menyebutkan asal-usulnya.

f. Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan

sumbernya.

g. Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian

kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

25

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teknologi yang sangat berpengaruh dalam perubahan kehidupan tersebut adalah

munculnya internet. Pada akhirnya internet telah mengubah gaya hidup manusia untuk

berkomunikasi menjadi global atau manusia yang dapat menembus ruang dan waktu.

Berbagai macam inovasi penggunaan teknologi informasi terus bermunculan di dunia

seperti halnya e-commerce, e-learning, maupun melanggan database online yang berisi

e-journal maupun e-book dalam bentuk soft file sehingga dapat diakses siapapun

dimanapun dan kapanpun menggunakan akses internet. Melalui akses yang cepat dan

mudah tersebut, berbagai inovasi bermunculan sehingga menyebabkan kemudahan

pengguna dalam mendapatkan informasi. Akhirnya hal tersebut akan menyebabkan

ledakan informasi yang tidak terbendung sehingga berujung pada kebingungan

masyarakat akan menentukan keputusan melalui banyaknya informasi tersebut.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat mewajibkan

perpustakaan untuk selalu berusaha menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh

pengguna secara cepat dan tepat. Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi

elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk :

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi

dunia

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan public

26

d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan

pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi

informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab

e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan

penyelenggara teknologi informasi.

Hukum dan perundang-undangan telah banyak dibuat dalam penyelesain hak

kekayaan intektual yang terkait dengan pengambilan pembuatan koleksi digital dan

palgiarisme (Supsiloani, 2006). Banyak upaya yang ditujukan untuk mencegah

plagiarism tersebut, salah satunya melalui peraturan dan pemberian sanksi yang berat.

Beberapa hak eksklusif yang diumumkan dan diberikan pada pemegang hak cipta

adalah sebagai berikut :

a. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut

(termasuk salinan elektronik)

b. Mengimpor atau mengekspor ciptaan

c. Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan)

d. Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum

e. Menjual atau menghilangkan hak eksklusif tersebut kepada pihak lain.

Sedangkan untuk dampak negatif dari penyebaran informasi dalam bentuk

elektonik antara lain :

a. Ketergantungan dengan media akses informasi instant yang kemudian banyak

berakibat pada rasa malas bergerak, malas membaca buku teks, dan lain

sebagainya.

b. Plagiarisme marak terjadi karena kemudahan akses informasi secara digital

berdampak pada pelanggaran etika yang sangat fatal dimana kemudahan akses

tersebut juga tidak diimbangi dengan kemudahan dalam pengoreksian.

27

B. SARAN

Hal pertama yang terlintas dalam aspek hukum terkait hak kekayaan intelektual

dari sebuah aturan karya, plagiarisme dari berbagai karya yang asal copy paste dan

kemudian diklaim menjadi hak miliknya, loyalti yang seharusnya diterima pemilik

menjadi tidak didapatkan karena pencari informasi dapat download file di internet.

Namun, berbagai kejadian ini telah diperhitungkan oleh lembaga pengelola informasi

sehingga banyak UU atau aturan yang disusun mengenai larangan plagiarime atau UU

hak cipta. Aturan akan sekedar menjadi aturan jika masih ada oknum tidak

bertanggungjawab yang masih melakukan tindakan-tindakan tersebut. Perlu adanya

kesadaran dari masing-masing individu dan perlu memikirkan kembali jika hal tersebut

terjadi pada dirinya.

Selain itu, perlu diadakan pelatihan tata cara kepenulisan dengan benar serta cara

penyitiran sehingga tindak plagiarime yang marak terjadi akan mulai dapat

diminimalisir. Suatu karya juga peelu dipatenkan jika pemilik ingin mendapatkan loyalti

atau hak paten tersebut tidak diambil oleh orang lain. Salah satu kasus yang terjadi

mengenai paten dari virus HIV yang ditemukan oleh ilmuwan Perancis. Dia adalah

ilmuwan pertama yang menemukan virus HIV dalam lingkup laboratorium, namun

belum dipatenkan dalam bentuk tulisan. Maka ilmu tersebut hanya akan menjadi

pengetahuan tacit yang tersimpan dalam otak. Kemudian virus HV tersebut ditulis oleh

ilmuwan Amerika sehingga virus HIV dipatenkan bahwa telah ditemukan oleh ilmuwan

Amerika tersebut yang menjadi pengetahuan eksplicit dan disebarluaskan kepada

masyarakat informasi. Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam etika dunia ilmuwan,

suatu karya harus dituliskan dalam sebuah artikel dan diketahui banyak orang agar

menjadi hak kepemilikannya karena telah diketahui banyak orang.

28

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Dedi, 2011 “Perlindungan Hukum” diakses melalui

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/136051 T%2028056

Perlindungan%20hukum-Pendahuluan.pdf [30/03/2015]

Imas Rosidawati dan Edy Santoso “Pelanggaran Hak Moral Atas Karya Cipta dalam

Penerbitan Elektronik” diakses melalui

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca

=rja&uact=8&ved=0CDcQFjAD&url=http%3A%2F%2Fe

journal.kopertis4.or.id%2Ffile.php%3Ffile%3Dkaryailmiah%26id%3D754&ei

BsgYVfzuIMmRuATym4GYBQ&usg=AFQjCNGCOrS

Vk87dVITxqaaMR2wGKSO8Q&sig2=3hX4YpwUvzc29lvoEtlc6A

[30/03/2015]

Indah Purwani dan Mariana Ginting “KATALOG KOLEKSI BAHAN

PERPUSTAKAAN E-RESOURCE Ekspansi Pustakawan Dalam Mengolah

Bahan Perpustakaan Sumber Elektronik“ diakses melalui

http://pusbangkol.perpusnas.go.id/files/KATALOG%20KOLEKSI%20BAHA

%20PERPUSTAKAAN%20E-RESOURCES.pdf [30/03/2015]

Safira, Fidan, 2014 “Hukum Perpustakaan Digital di Indonesia” diakses melalui

https://fidansafira.wordpress.com/2014/08/22/analisis-hukum-perpustakaan

digital-di-indonesia/ [31/03/2015]