Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK)
UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
SKRIPSI
Oleh :
FARAH KHULAIDAH
201710230311310
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas
Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) Untuk Meningkatkan Keterlibatan Siswa
Dalam Pembelajaran Matematika” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak M. Salis Yuniardi, M.Psi., PhD., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Yudi Suharsono, M.Si. dan Bapak Ahmad Sulaiman, M.d(CPEP) selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Diana Savitri Hidayati, S.Psi., M.Psi. selaku dosen wali kelas Psikologi E 2017
yang selalu membimbing peneliti dari awal hingga akhir perkuliahan.
4. Kedua orang tua saya yang selalu mengirimkan do’a dan dukungannya sehingga
peneliti termotivasi untuk segera menyelesaikan perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu Guru di SDN X yang telah memberikan ijin dan bersedia menjadi
subjek penelitian selama peneliti mengikuti Program Kampus Mengajar Angkatan I
yang diadakan oleh Kemendikbud RI.
6. Sahabatku, Nadia, Eric, Rosel, Viara, Firnanda, Mitha, Aruma, dan Endang yang telah
banyak membantu dan memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Teman-teman Fakultas Psikologi khususnya angkatan 2017 kelas E yang selalu
memberikan semangat dan dukungannya kepada peneliti.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Meski demikian,
penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Malang, 20 Juli 2021
Penulis
Farah Khulaidah
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 5
Keterlibatan Siswa (Student Engagement).............................................................................. 5
Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK)........................................................................... 6
Hubungan Keterlibatan Siswa dan Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) ................... 7
Kerangka Berpikir ................................................................................................................... 9
Hipotesa .................................................................................................................................. 9
METODE PENELITIAN ......................................................................................................... 10
Rancangan Penelitian ............................................................................................................ 10
Subjek Penelitian .................................................................................................................. 10
Variabel dan Instrumen Penelitian ........................................................................................ 10
Prosedur dan Analisa Data .................................................................................................... 11
HASIL PENELITIAN .............................................................................................................. 11
DISKUSI .................................................................................................................................. 13
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................................................... 15
REFERENSI ............................................................................................................................. 15
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 18
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rancangan Penelitian ............................................................................................ 10
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................... 11
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rancangan Tahapan Pelaksanaan Praktikum .................................................. 19
Lampiran 2. Tabel Pengamatan Keterlibatan Siswa ............................................................ 21
Lampiran 3. Tabulasi Data Pretest ...................................................................................... 22
Lampiran 4. Tabulasi Data Perlakuan I ............................................................................... 22
Lampiran 5. Tabulasi Data Perlakuan II .............................................................................. 22
Lampiran 6. Tabulasi Data Posttest ..................................................................................... 22
Lampiran 7. Daftar Hadir Subjek Penelitian ....................................................................... 23
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 24
Lampiran 9. Lembar Verifikasi Analisa Data dan Cek Plagiasi ......................................... 26
1
EFEKTIVITAS METODE VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK (VAK)
UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Farah Khulaidah
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRAK
Keterlibatan siswa merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap siswa dalam
proses belajar mengajar karena menjadi salah satu indikator keberhasilan proses
pembelajaran yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Salah satu contoh model
pembelajaran aktif yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterlibatan siswa yaitu
Visual, Auditori, Kinestetik (VAK). Model pembelajaran VAK merupakan model
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan tiga metode pembelajaran yaitu melihat,
mendengar, dan bergerak. Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa merasa nyaman
dalam belajar. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimen dengan one
group pretest-posttest design yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode VAK
dalam upaya peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa
kelas 1 di SDN X. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode observasi
kuantitatif. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan non-parametrik dengan
uji wilcoxon yang dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17. Berdasarkan hasil analisis,
penelitian ini menunjukkan bahwa metode VAK dapat membantu meningkatkan
keterlibatan siswa pada siswa kelas 1 di SDN X dalam pembelajaran matematika.
Kata Kunci: keterlibatan siswa, metode Visual Auditori Kinestetik (VAK), pembelajaran
matematika
Student engagement is an important thing that should be owned by every student during
the learning process because it’s one of the success indicators of the learning process that
will affect student achievement. One example of an active learning model that can be used
to increase student engagement is Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK). The VAK learning
model is a learning model that can optimize three learning methods, specifically seeing,
hearing, and moving. This learning model aims to make students feel comfortable in
learning. This study uses a pre-experimental research design with one group pretest-
posttest design which aims to determine the effectiveness of the VAK method for improving
student engagement in learning mathematics in grade 1 students at SDN X. Data collection
techniques were carried out using quantitative observation methods. The analysis in this
study uses a non-parametric approach with the Wilcoxon test carried out with SPSS
version 17. Based on the results of the analysis, this study shows that the VAK method can
increase student engagement in grade 1 students at SDN X in learning mathematics.
Keywords: learning mathematics, student engagement, Visual Auditory Kinesthetic (VAK)
2
PENDAHULUAN
Dalam mempersiapkan diri anak di masa mendatang, pendidikan merupakan faktor
terpenting dalam proses kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga
jenis yakni pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan informal ialah
pendidikan yang bersumber dari lingkungan keluarga sebelum anak mulai bersekolah.
Pendidikan formal ialah pendidikan yang dilaksanakan di lembaga resmi yang disebut
sekolah. Sedangkan pendidikan nonformal ialah pendidikan tambahan yang bisa
didapatkan di luar sekolah.
Salah satu contoh pendidikan formal yang harus ditempuh anak yaitu Sekolah Dasar yang
merupakan lembaga pendidikan pertama yang ditempuh oleh anak selama enam tahun. Arti
sekolah sendiri bermula dari bahasa latin “skhole, scola, scolae, schola” yang artinya
“waktu senggang”. Berdasarkan arti kata sekolah tersebut, maka dapat diartikan bahwa
sekolah merupakan kegiatan anak-anak untuk mengisi waktu senggang di antara aktivitas
utama yang mereka lakukan, yakni bermain dan menghabiskan waktu menjalani fase anak
dan fase remaja (Anshari & Suhermanto, 2018).
Dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran
sehingga guru wajib menyediakan dan memberikan tindakan kepada siswa agar mereka
aktif mengikuti pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
mengakibatkan siswa menjadi pasif dan kurangnya keterlibatan siswa ketika mengikuti
pembelajaran sehingga mereka hanya memperoleh dan menelaah materi yang guru berikan
saja tanpa mendapatkan pengalaman belajar yang mandiri (Nurmawati & Susilo, 2014).
Keaktifan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kunci
keberhasilan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk menggapai tujuan tersebut maka
diperlukan adanya fasilitator yakni guru yang mampu menciptakan suasana belajar yang
aktif sehingga membuat siswa lebih terlibat dan termotivasi dalam belajar. Tujuan
pembelajaran sangat terkait dengan ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran
(Setiawan & Alimah, 2019).
Pembelajaran dapat berjalan efektif dengan adanya interaksi antara guru dan siswa karena
interaksi tersebut menunjukkan bahwa siswa terlibat dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan siswa atau yang biasa disebut dengan student engagement merupakan hal
terpenting yang setiap siswa harus miliki dalam proses pembelajaran. Student engagement
sendiri merupakan salah satu indikator keberhasilan yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa dalam proses pembelajaran. Jika engagement siswa tinggi maka tujuan dari
pembelajaran yang diharapkan akan mudah dicapai. Sebaliknya, jika engagement siswa
rendah maka siswa dapat masuk sekolah tidak teratur dan sedikit belajar hingga putus
sekolah.
Skinner mengungkapkan bahwa student engagement penting dalam kegiatan belajar
mengajar karena memperlihatkan tingkat ketertarikan, komitmen, upaya, ketekunan, dan
emosi positif siswa dalam proses pembelajaran (Handelsman et al., 2005). Selain itu, siswa
yang engagement menunjukkan partisipasi dalam perilaku belajar dan emosi yang positif,
serta mampu bertahan dalam menghadapi tantangan (J. Fredricks et al., 2011). Terdapat
empat hal yang menjadikan student engagement sangat penting bagi siswa, yaitu student
engagement merupakan kunci menciptakan pembelajaran yang aktif dan produktif, student
engagement dapat memperkirakan fungsi sekolah, student engagement pada siswa dapat
dikontrol dan dibimbing, dan student engagement dapat berfungsi sebagai umpan balik
bagi guru (Reeve, 2005). Hal ini diperjelas oleh Mustika & Kusdiyati (2015) yang hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa siswa yang memiliki Student Engagement yang tinggi
3
akan selalu berusaha gigih dan ulet dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah.
Menurut Willms (2003), keterlibatan siswa ialah bagian dari komponen psikologis yang
berhubungan dengan rasa memiliki siswa atas sekolahnya, rasa menerima nilai-nilai di
sekolah, dan bagian perilaku yang erat kaitannya terhadap antusias di setiap kegiatan yang
diadakan sekolah. Keterlibatan ini ialah sebuah konstruksi multidimensi yang meliputi tiga
komponen antara lain komponen perilaku, kognitif, dan emosi (J. A. Fredricks et al.,
2004). Ketiga komponen tersebut memiliki interaksi yang dinamis antara satu dengan yang
lain dalam diri seorang individu dan memberikan karakteristik mengenai cara siswa dalam
bersikap, merasa, dan berpikir (Wang & Peck, 2013).
Komponen pertama ialah komponen mengenai perilaku (behavioral engagement) yang
mengacu pada keikutsertaan siswa secara langsung dalam kegiatan di dalam sekolah,
seperti kehadiran, antusias dalam belajar, kepatuhan terhadap aturan dan tugas. Komponen
kedua ialah komponen kognitif (cognitive engagement) yang mengacu pada keutamaan
proses kognitif dan cara belajar siswa dalam menyelesaikan tugas sekolah, seperti
keinginan dan keuletan dalam belajar, regulasi diri, dan suka tantangan. Komponen ketiga
ialah komponen emosional (emotional engagement) yang mengacu pada rasa memiliki
sekolah, minat, persepsi terhadap hasil belajar, respon positif atau negatif terhadap teman,
guru, dan aktivitas sekolah (Fikrie & Ariani, 2019).
Dalam menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak sebaiknya kita melihat
bagaimana perkembangan intelektual anak pada tingkat usianya. Perkembangan intelektual
siswa berhubungan dengan psikologi kognitif yang dimiliki dalam diri anak. Salah satu
tokoh yang membahas teori perkembangan kognitif yaitu Jean Piaget. Sebagian besar
perkembangan kognitif anak bergantung pada interaksi positif antara anak dan
lingkungannya. Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif adalah proses anak
membangun sistem makna dan pemahaman secara aktif tentang realita berdasarkan
pengamatan dan pengalaman secara langsung. Piaget menyatakan bahwa tahap
pembelajaran perlu diselaraskan dengan tahap perkembangan kognitif anak yang
dibedakan menjadi empat tahapan, yakni tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), tahap
praoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional konkrit (umur 7-11 tahun), dan tahap
operasional formal (umur 11-dewasa). Semakin tinggi tahapan perkembangan kognitif
anak, maka kemampuan berpikir anak akan semakin abstrak (Rohaendi & Laelasari, 2020).
Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif tersebut, anak dengan jenjang pendidikan
Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit yang mana anak mulai dapat bernalar
secara logis, dapat mengklasifikasikan suatu benda, dan mengurutkan benda secara seri.
Pada usia SD ini anak dapat memahami, menyimpulkan, dan berpikir tentang hal-hal nyata
atau realitas mengenai hal-hal yang rasional dan konkret (logis) melalui pengamatannya
(Rohaendi & Laelasari, 2020). Dengan kemampuan tersebut, membuat anak usia SD belum
mampu berpikir secara abstrak. Karakteristik perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar
yang mengalami keterbatasan dalam berpikir abstrak membuat guru harus memikirkan
metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk anak usia SD.
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 22 Maret sampai 9 April 2021 di SDN X
didapatkan bahwa keterlibatan siswa kelas 1 dalam pembelajaran masih kurang. Hal ini
ditunjukkan dari sikap anak yang cenderung kurang antusias mengikuti pembelajaran dan
jika anak sudah merasa bosan, ia tidak mau lagi melanjutkan pengerjaan tugas yang
diberikan oleh guru kelas. Karakteristik anak dalam belajar juga berbeda-beda, yaitu ada
siswa yang cepat menerima materi, siswa yang kurang percaya diri, dan siswa yang kurang
4
minat belajarnya. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran di SDN X
yaitu berupa lembar kerja berisi tugas yang ada dalam buku tematik kelas 1 SD. Ketika
belajar, guru memberikan instruksi mengerjakan tugas yang bersamaan di awal. Kemudian
setelah anak menyelesaikan tugas sebelumnya, guru akan memberikan instruksi pengerjaan
tugas lainnya, biasanya sesuai lama pengerjaan setiap anak sehingga bisa saja anak satu
dengan lainnya berbeda tugas dalam satu waktu. Siswa terlihat membutuhkan objek yang
konkret dalam belajar agar lebih dapat memahami materi dan lebih bersemangat dalam
pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan dosen pengampu mata kuliah Parenting (Pengasuhan) Prodi
PIAUD FTIK IAIN Samarinda, Lina Revilla Malik, M.Si. yang dilansir dari Antara News
(2020) menyatakan bahwa banyak siswa yang kesulitan memahami penjelasan guru yang
disampaikan melalui daring sehingga banyak orangtua yang mengambil alih tugas anak.
Selain itu, berdasarkan data dari Tribun Jateng (2020) terlihat percakapan antara guru dan
orangtua siswa yang mana orang tua mulai mengeluh terkait kegiatan belajar di rumah
karena dituntut untuk aktif mendampingi anak belajar di rumah sehingga merasa
direpotkan. Terdapat pula penelitian dari mahasiswa Prodi PIAUD FTIK IAIN Samarinda,
Gina, yang memperhatikan pola asuh orang tua selama masa pandemi menyebutkan bahwa
orang tua terkendala pada jaringan internet yang tidak stabil serta kesulitan mengelola
kegiatan kantor dan kegiatan rumah saat mendampingi anaknya belajar di rumah (IJN
News, 2020).
Pembelajaran tidak dapat menjadikan siswa sebagai pembelajar yang aktif karena
pembelajaran masih berpusat pada guru dan guru kurang memberikan aktivitas fisik secara
langsung kepada siswa selama proses pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, guru
menekankan pada salah satu gaya belajar saja, seperti visual, auditori, atau kinestetik saja
(Sakti & Wahyudi, 2019). Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru seharusnya
dapat menciptakan situasi belajar yang nyaman sehingga siswa mudah menerima materi
yang diberikan (Dalimunthe & Simbolon, 2020).
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif yaitu
Visual, Auditory, Kinesthetic (VAK). Model pembelajaran VAK merupakan model
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan tiga metode pembelajaran yaitu melihat,
mendengar, dan bergerak. Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa merasa nyaman
dalam belajar. Model pembelajaran VAK mementingkan pengalaman belajar langsung
melalui penglihatan (Visualization), pendengaran (Auditory), dan gerak (Kinesthetic)
(Setiawan & Alimah, 2019). Dalam penerapan metode VAK membutuhkan media untuk
mengirimkan pesan dari guru kepada siswa yang mana media dapat meliputi manusia, alat,
bahan, atau kegiatan yang dapat menciptakan pengalaman belajar siswa secara langsung
(Sakti & Wahyudi, 2019).
Anak yang memiliki gaya belajar visual akan lebih menggunakan penglihatannya dalam
proses belajar sehingga ia akan membayangkan hal yang sedang dibincangkan. Anak yang
memiliki gaya belajar auditorial akan lebih menggunakan pendengarannya dalam proses
belajar sehingga ia memerlukan suasana kondusif yang mendukung kemampuan
pendengarannya. Anak yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mudah menyerap dan
mengingat informasi dalam proses belajar dengan bergerak, melakukan, dan menyentuh
objek yang memberikan informasi tertentu sehingga ia membutuhkan suatu media yang
dialami siswa secara langsung.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Alimah (2019) terhadap siswa kelas 4
Sekolah Dasar menjelaskan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe VAK
5
memiliki efektivitas yang tinggi terhadap keaktifan siswa pada mata pelajaran matematika
(Setiawan & Alimah, 2019). Dalam penelitian lain terhadap siswa kelas 5 Sekolah Dasar,
didapatkan hasil bahwa pembelajaran model pembelajaran Visualization, Auditory,
Kinestetic dapat menambah minat belajar siswa Sekolah Dasar (Perbawa & Sujana, 2018).
Selain itu, penelitian yang dilakukan Sakti dan Wahyudi terhadap siswa kelas 1 Sekolah
Dasar mendapatkan hasil bahwa hasil belajar siswa pada ranah kognitif dapat ditingkatkan
dengan model VAK (Sakti & Wahyudi, 2019).
Berdasarkan paparan di atas, peneliti menemukan bahwa metode VAK dalam
pembelajaran diduga memiliki keterkaitan dengan keterlibatan siswa dalam proses belajar.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian “Metode Visual,
Auditori, Kinestetik (VAK) untuk Meningkatkan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran
Matematika”. Dengan menerapkan metode VAK ini, diharapkan siswa dapat dilibatkan
dalam pembelajaran aktif dan tidak hanya dijadikan sebagai objek saja. Adapun tujuan
dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui keefektifan metode VAK dalam upaya
peningkatan keterlibatan siswa pada mata pelajaran matematika kelas 1 di SDN X.
LANDASAN TEORI
Keterlibatan Siswa (Student Engagement)
Menurut Fredrick dkk (2004), student engagement sebagai komitmen dalam proses
pembelajaran pada kegiatan akademik atau non akademik yang dapat dilihat melalui
perilaku, emosi, dan kognitif siswa di sekolah. Selain itu, Malindi dan Machenjedze (2012)
mendefinisikan student engagement sebagai keterikatan siswa dalam mengikuti kegiatan
sekolah. Student engagement merupakan salah satu proses psikologis yang dapat dilihat
melalui perhatian, minat, usaha, investasi, dan ketertarikan para siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah (Junianto et al., 2020).
Tingkat keterikatan yang tinggi akan berdampak positif pada suatu proses pembelajaran
yang dilakukan siswa dalam sekolah. Student engagement di dalam pembelajaran sangat
penting sehingga diperlukan adanya perhatian khusus dalam dunia pendidikan. Sebaliknya,
engagement yang rendah akan menyebabkan siswa kurang tekun ketika proses belajar di
kelas, tidak rajin mengerjakan tugas, dan berkurangnya upaya meningkatkan prestasi
akademiknya (Junianto et al., 2020). Student engagement menurut Fredrick dkk (2004)
dapat diukur melalui tiga komponen, yaitu komponen perilaku, komponen kognitif, dan
komponen emosional.
Komponen perilaku (behavioral engagement) yang mengacu pada keikutsertaan siswa
secara langsung dalam kegiatan di dalam sekolah, seperti kehadiran, antusias dalam
belajar, kepatuhan terhadap aturan dan tugas (Jimerson, 2003). Komponen tersebut bisa
ditentukan oleh tiga kategori, yakni kepatuhan siswa terhadap peraturan, partisipasi di
dalam proses pembelajaran (menyimak materi, bertanya, dan berdiskusi), dan ikut dalam
aktivitas olahraga atau organisasi lainnya di lingkungan sekolah (Fikrie & Ariani, 2019).
Komponen kognitif (cognitive engagement) yang mengacu pada keutamaan proses
kognitif dan cara belajar siswa dalam menyelesaikan tugas sekolah, seperti keinginan dan
keuletan dalam belajar, regulasi diri, dan suka tantangan. Selain itu, komponen tersebut
mencakup motivasi dalam belajar serta memiliki strategi kognitif dan metakognitif dalam
berpikir dan belajar (J. A. Fredricks et al., 2004). Komponen ini mengacu pada
keterlibatan siswa dalam proses belajar di kelas yang memperlihatkan bahwa siswa hadir
raga dan pikirannya, meliputi perhatian siswa, fokus, berkonsentrasi, berpartisipasi, dan
6
memiliki kemauan untuk meningkatkan standar yang dimilikinya. Jadi dimensi ini
menjelaskan upaya yang dilakukan siswa untuk memahami dan menguasai materi agar
mereka dapat merealisasikan kemampuannya tersebut (Fikrie & Ariani, 2019).
Komponen emosional (emotional engagement) yang mengacu pada rasa memiliki
sekolah, minat, persepsi terhadap hasil belajar, respon positif atau negatif terhadap teman,
guru, dan aktivitas sekolah. Emotional engagement menggambarkan emosi positif siswa
dalam proses pembelajaran dan tugas yang didapat dari sekolah. Dimensi ini menunjukkan
antusiasme, kenikmatan, kebahagiaan, dan kepuasan siswa dalam kegiatan akademik.
Dimensi ini dianggap sangat penting dalam menumbuhkan keterikatan siswa dengan
instansi pendidikannya (sekolah atau kelas) dan mempengaruhi kemauan siswa untuk
belajar (Fikrie & Ariani, 2019).
Menurut Fredricks (2004), terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa,
yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor pengaruh student engagement dapat
mengakibatkan terjadinya dinamika motivasi dan memperlihatkan keterlibatan belajar
siswa.
Faktor internal meliputi kebutuhan individu yang memiliki kebutuhan untuk keterlibatan,
kebutuhan untuk kebebasan, dan kebutuhan untuk berkompetisi. Faktor internal yang
mempengaruhi dinamika motivasi dalam keterlibatan siswa, yaitu self system processes
yang terdiri dari dimensi sense of relatedness, sense of autonomy, dan sense of competence.
Faktor eksternal atau faktor lingkungan meliputi tingkat sekolah dan konteks kelas.
Tingkat sekolah menunjukkan alasan dan tujuan siswa dalam memilih sekolah, lingkungan
fisik sekolah, keikutsertaan siswa dalam mengikuti kebijakan dan manajemen di sekolah,
kesempatan bagi staf dan mahasiswa dalam berkontribusi yang kooperatif, dan tugas
pengembangan diri dalam akademik. Sedangkan faktor konteks kelas menjelaskan
dorongan dari teman, guru kelas, tingkatan kelas, susunan kelas, dan karakter tugas yang
diberikan.
Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK)
Model pembelajaran VAK dikembangkan oleh Neil Fleming yang mana ia berpendapat
bahwa para siswa mendapatkan informasi melalui satu dari tiga indera, yaitu visual,
auditory, atau kinesthetic. Fleming menyatakan bahwa sebagian besar siswa cenderung
memiliki salah satu indera, namun sebagian besar siswa adalah multimodal sehingga gaya
belajar mereka tergantung dari situasi atau tugas yang diberikan (Ryan et al., 2011).
Model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran yang dapat memaksimalkan
tiga metode pembelajaran yakni melihat, mendengar, dan bergerak. Dalam model
pembelajaran ini bertujuan agar siswa merasa nyaman dalam belajar. Model pembelajaran
VAK mementingkan pengalaman belajar langsung melalui penglihatan (Visualization),
pendengaran (Auditory), dan gerak (Kinesthetic) (Setiawan & Alimah, 2019). Jika
pembelajaran dapat mencakup berbagai gaya belajar secara bersamaan, akan membuat
pembelajaran lebih aktif dan memiliki arti bagi siswa (Noorbaiti et al., 2018).
Anak yang memiliki gaya belajar visual akan lebih menggunakan penglihatannya dalam
proses belajar sehingga ia akan membayangkan hal yang sedang dibincangkan. Namun,
anak dengan gaya belajar ini mempunyai permasalahan dalam berdialog secara langsung
sehingga ia kesulitan mengikuti perkataan langsung dan kesalahan menafsirkan kata atau
7
ucapan (Hamzah, 2008). Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007) ciri-ciri anak
yang memiliki gaya belajar visual seperti 1) rapi dan teratur, 2) berbicara dengan cepat, 3)
biasanya tidak terganggu oleh kebisingan, 4) mengingat apa yang dilihat daripada apa yang
didengar, 5) lebih suka membaca daripada dibacakan, 6) membaca dengan cepat dan tekun,
7) mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai dalam memilih kata, 8)
mengingat asosiasi visual, 9) mengalami kesulitan mengingat instruksi lisan kecuali jika
ditulis, dan sering kali meminta orang untuk membantu mengulangi instruksi tersebut, dan
10) ketelitian terhadap detail.
Anak yang memiliki gaya belajar auditorial akan lebih menggunakan pendengarannya
dalam proses belajar sehingga ia memerlukan suasana kondusif yang mendukung
kemampuan pendengarannya. Anak dengan gaya belajar ini cenderung dapat menjadi
pembicara yang baik karena senang berdiskusi tentang beberapa materi tertentu dengan
orang lain. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007), ciri-ciri anak yang
memiliki gaya belajar auditorial seperti 1) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, 2)
mudah terganggu oleh kebisingan, 3) lebih senang membaca dengan keras dan
mendengarkan, 4) merasa kesulitan untuk menulis, namun pandai dalam bercerita, 5)
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat,
6) suka berbicara, dan 7) suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
Anak yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mudah menyerap dan mengingat
informasi dalam proses belajar dengan bergerak, melakukan, dan menyentuh objek yang
memberikan informasi tertentu sehingga ia membutuhkan suatu media yang dialami siswa
secara langsung. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2007), ciri-ciri anak yang
memiliki gaya belajar kinestetik seperti 1) berbicara dengan perlahan, 2) kesulitan
mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada ditempat itu, 3) menghafal dengan cara
berjalan dan melihat, 4) menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca, (5) tidak dapat
duduk diam dalam waktu yang lama, 6) biasanya tulisannya jelek, 7) selalu berorientasi
pada fisik dan banyak bergerak, dan 8) ingin melakukan segala sesuatu.
Hubungan Keterlibatan Siswa dan Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK)
Menurut Willms (2003), keterlibatan siswa ialah bagian dari komponen psikologis yang
berhubungan dengan rasa memiliki siswa atas sekolahnya, rasa menerima nilai-nilai di
sekolah, dan bagian perilaku yang erat kaitannya terhadap antusias di setiap kegiatan yang
diadakan sekolah. Keterlibatan ini ialah sebuah konstruksi multidimensi yang meliputi tiga
komponen antara lain komponen perilaku, kognitif, dan emosi (J. A. Fredricks et al.,
2004). Pembelajaran tidak dapat menjadikan siswa sebagai pembelajar yang aktif karena
guru kurang memberikan aktivitas fisik secara langsung kepada siswa selama proses
pembelajaran
Menurut Fredricks (2004), terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa,
yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kebutuhan individu yang
memiliki kebutuhan untuk keterlibatan, kebutuhan untuk kebebasan, dan kebutuhan untuk
berkompetisi. Sedangkan faktor eksternal meliputi tingkat sekolah dan konteks kelas yang
menunjukkan alasan dan tujuan siswa dalam memilih sekolah, lingkungan fisik sekolah,
keikutsertaan siswa dalam mengikuti kebijakan dan manajemen di sekolah, kesempatan
bagi staf dan mahasiswa dalam berkontribusi yang kooperatif, tugas pengembangan diri
dalam akademik, dukungan dari teman, guru kelas, tingkatan kelas, susunan kelas, dan
karakter tugas yang diberikan.
8
Berdasarkan faktor keterlibatan siswa, terdapat satu faktor yang berkaitan erat dengan
metode VAK, yaitu faktor eksternal dimana pentingnya dukungan dari guru di dalam kelas.
Salah satu bentuk dukungan dari guru yaitu metode belajar yang digunakan ketika
pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru seharusnya dapat
menciptakan situasi belajar yang nyaman sehingga siswa mudah menerima materi yang
diberikan (Dalimunthe & Simbolon, 2020).
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif yaitu
Visual Auditory Kinesthetic (VAK). Model pembelajaran VAK merupakan model
pembelajaran yang dapat memaksimalkan tiga metode pembelajaran yaitu melihat,
mendengar, dan bergerak. Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa merasa nyaman
dalam belajar. Model pembelajaran VAK mementingkan pengalaman belajar langsung
melalui penglihatan (Visualization), pendengaran (Auditory), dan gerak (Kinesthetic)
(Setiawan & Alimah, 2019).
9
Kerangka Berpikir
Hipotesa
Metode Visual, Auditori, Kinestetik (VAK) efektif meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas 1 di SDN X.
VISUAL
Melihat angka, huruf,
atau bentuk pada media
belajar.
AUDITORI
Mendengarkan lafal
tulisan pada lembar soal
atau media belajar.
KINESTETIK
Menggerakkan media
pembelajaran.
MODALITAS INDERA
Subjek memiliki keterlibatan siswa dalam
pembelajaran matematika yang rendah.
METODE VAK
Metode pembelajaran dengan melibatkan indera penglihatan,
pendengaran, dan gerak yang menggunakan bermacam-
macam media konkret dalam pembelajaran matematika.
KARAKTERISTIK METODE VAK
Menggunakan berbagai modalitas indera dalam belajar.
Menggunakan media konkret.
Memiliki instruksi yang sederhana dan terstruktur.
DAMPAK PEMBELAJARAN DENGAN METODE VAK
Siswa lebih mudah memahami instruksi yang diberikan.
Siswa lebih mudah mempelajari dan mengingat materi pelajaran.
Siswa lebih terlibat dalam pembelajaran
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
matematika meningkat.
10
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimen dengan one group pretest-
posttest design. Dalam desain eksperimen ini, sampel akan diberikan pretest (tes awal)
sebelum diberikan perlakuan, dilanjutkan dengan memberi perlakuan dengan melakukan
pembelajaran menggunakan metode VAK (Visual, Auditori, Kinestetik), dan diakhiri
dengan pemberian posttest (tes akhir) setelah tidak lagi mendapatkan perlakuan.
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Tahap I Tahap II Tahap III
Pengukuran (Y1) Manipulasi (X) Pengukuran (Y2)
Keterangan:
X = Memberikan perlakuan yaitu metode VAK
Y1 = Observasi keterlibatan siswa dengan tabel pengamatan sebelum diberikan
perlakuan
Y2 = Observasi keterlibatan siswa dengan tabel pengamatan setelah diberikan
perlakuan
Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dalam pengambilan sampel yang mana
jumlah sampel sama dengan populasi. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling
karena jumlah populasi dalam penelitian ini yang kurang dari 100 sehingga seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian semuanya (Sugiyono, 2012). Kriteria subjek dalam
penelitian ini yakni siswa kelas 1 di SDN X yang memiliki keterlibatan siswa yang rendah
dalam pembelajaran matematika. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa
observasi kuantitatif yang mana dirancang untuk menentukan standarisasi dan kontrol
(Hasanah, 2017).
Variabel dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
Adapun yang menjadi variabel bebas (X) (independent variable) yaitu metode VAK dan
variabel terikat (Y) (dependent variable) adalah keterlibatan siswa (student engagement).
Metode VAK sebagai variabel X merupakan perlakuan yang diberikan kepada siswa untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Bentuk metode VAK yang
digunakan dalam penelitian ini ialah menggabungkan tiga model pembelajaran, yaitu
visual, auditori, dan kinestetik dalam pembelajaran matematika kelas 1 SD.
11
Keterlibatan siswa sebagai variabel Y merupakan keterikatan siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah yang dapat ditinjau melalui perilaku, emosi, dan kognitif yang
ditunjukkan oleh siswa di kelas. Instrumen yang digunakan berupa tabel pengamatan
keterlibatan siswa berbentuk checklist yang berisi 10 indikator perilaku yang disusun
berdasarkan aspek keterlibatan siswa menurut Fredricks.
Prosedur dan Analisa Data
Penelitian yang akan dilakukan mempunyai tiga prosedur utama diantaranya:
1. Persiapan, tahap persiapan dimulai dari peneliti melakukan observasi terkait
metode pembelajaran di dalam kelas pada SD yang sudah menjadi sasaran,
kemudian peneliti melihat interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru selama
pembelajaran berlangsung. Peneliti menentukan permasalahan yang terjadi serta
mencari solusi penyelesaian masalah. Peneliti melakukan pendalaman studi melalui
kajian teoritik. Peneliti menyiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian.
Kemudian peneliti meminta ijin melakukan penelitian (pengambilan data) selama
peneliti mengikuti program Kampus Mengajar Angkatan 1 tahun 2021 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemendikbud RI).
2. Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan, peneliti mulai melakukan tindakan kepada
subjek dalam penelitian ini. Kemudian mengobservasi hasil dari dilakukannya
tindakan dengan memberi skor pada setiap perilaku yang telah ditentukan.
3. Analisa Data. Pada tahap ini, peneliti akan melakukan analisa dari data yang telah
diperoleh menggunakan teknik statistik deskriptif (Latipah, 2014) untuk
menguraikan perkembangan skor keterlibatan siswa dalam bentuk diagram grafik
sehingga dapat dilihat perbedaan skor keterlibatan siswa sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data yang telah diperoleh, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. Pada
tabel 1 deskripsi kriteria subjek dalam penelitian ini yang telah ditentukan oleh peneliti
sebagai berikut.
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian
Nama Jenis Kelamin Usia (Tahun) Pendidikan
Tingkat
Keterlibatan
Siswa
AR Laki-laki 8 SDN X (Kelas I) Rendah
NKSP Laki-laki 8 SDN X (Kelas I) Rendah
RP Laki-laki 7 SDN X (Kelas I) Rendah
12
Pada tabel 1 dijelaskan bahwa subjek penelitian berjumlah tiga siswa yang berjenis
kelamin laki-laki yang terdiri dari AR, NKSP, dan RP. Usia ketiga subjek berkisar 7-8
tahun yang bersekolah di SDN X dan menduduki kelas I. Berdasarkan hasil asesmen awal
yang dilakukan peneliti sebelum memberikan perlakuan metode Visual, Auditori,
Kinestetik dalam belajar matematika, ditemukan bahwa ketiga subjek mempunyai tingkat
keterlibatan siswa yang rendah dalam pembelajaran.
Hasil Intervensi
Data hasil intervensi pada subjek AR, NKSP, RP tentang tingkat keterlibatan siswa dapat
dilihat melalui grafik dibawah ini:
Gambar 1. Grafik Hasil Intervensi
Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa terdapat peningkatan skor keterlibatan siswa
pada ketiga subjek dari pertemuan ke-1 (baseline) sampai pertemuan ke-4 (pasca
intervensi). Pada pertemuan ke-1 dilakukan asesmen awal kepada setiap subjek secara
individu untuk mengerjakan soal matematika sebanyak 10 soal untuk mengetahui skor
keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika sebelum diberikan perlakuan dengan
metode VAK (pretest). Berdasarkan hasil dari asesmen awal (pretest) diperoleh subjek AR
memperoleh skor sebesar 4, subjek NKSP memperoleh skor sebesar 5, dan subjek RP
memperoleh skor sebesar 4.
Selanjutnya pada pertemuan ke-2 (perlakuan 1) dan pertemuan ke-3 (perlakuan 2), ketiga
subjek mulai diberikan perlakuan dengan metode VAK. Pada setiap tahapan pertemuan
terjadi trend peningkatan skor keterlibatan siswa pada ketiga subjek. Subjek AR
memperoleh skor perlakuan 1 sebesar 7 dan skor perlakuan 2 sebesar 8. Subjek NKSP
memperoleh skor perlakuan 1 sebesar 7 dan skor perlakuan 2 sebesar 9. Subjek RP
memperoleh skor perlakuan 1 sebesar 5 dan skor perlakuan 2 sebesar 7.
Kemudian, pada pertemuan ke-4 (pasca intervensi) dilakukan asesmen akhir kepada setiap
subjek secara individu untuk mengerjakan soal matematika sebanyak 10 soal untuk
mengetahui skor keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika setelah diberikan
perlakuan dengan metode VAK (posttest). Berdasarkan hasil dari asesmen akhir (posttest)
diperoleh subjek AR memperoleh skor sebesar 8, subjek NKSP memperoleh skor sebesar
9, dan subjek RP memperoleh skor sebesar 8.
0
2
4
6
8
10
1 2 3 4
AR
NKSP
RP
Sko
r K
eter
lib
atan
Sis
wa
Pertemuan Ke-
13
Jika dilihat pada Gambar 1, ketiga subjek mengalami peningkatan skor dari pertemuan ke-
1 (baseline) hingga pertemuan ke-4 (pasca intervensi) sebesar 4 skor. Namun, subjek AR
dan NKSP mengalami skor yang stagnan pada pertemuan ke-3 ke pertemuan ke-4 yang
mana AR memiliki skor sebesar 8 dan NKSP yang memiliki skor sebesar 9. Artinya subjek
AR dan subjek NKSP memiliki skor yang cenderung menetap dan subjek RP terus
mengalami peningkatan skor pada setiap pertemuan. Jadi, ketiga subjek memiliki trend
peningkatan pada skor keterlibatan siswa.
DISKUSI
Penelitian ini berhasil menunjukkan adanya peningkatan keterlibatan siswa pada siswa
kelas 1 di SDN X dalam pembelajaran matematika. Hal ini ditandai dari adanya
peningkatan skor keterlibatan siswa selama pemberian intervensi dan sesudah diberikan
intervensi melalui metode VAK yang lebih tinggi dibandingkan skor keterlibatan siswa
sebelum diberikan intervensi. Peningkatan keterlibatan siswa ini dapat dilihat melalui
analisa grafik yang menunjukkan adanya perbedaan skor keterlibatan siswa sebelum
diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode VAK yang diberikan dalam
pembelajaran matematika mampu meningkatkan keterlibatan siswa pada ketiga subjek.
Subjek RP mengalami peningkatan yang stabil karena grafik di setiap pertemuannya terus
meningkat. Pada subjek AR dan NKSP juga mengalami peningkatan tetapi pada fase pasca
intervensi memiliki skor keterlibatan siswa yang sama dengan saat pemberian intervensi
ke-2. Berdasarkan hasil penelitian, Subjek AR mendapatkan skor keterlibatan siswa
sebesar 4 pada fase baseline dan mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 8 pada fase
pasca intervensi. Subjek NKSP mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 5 pada fase
baseline dan mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 9 pada fase pasca intervensi.
Subjek RP mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 4 pada fase baseline dan
mendapatkan skor keterlibatan siswa sebesar 8 pada fase pasca intervensi. Pada ketiga
subjek terjadi peningkatan skor keterlibatan siswa sebelum intervensi dan sesudah
intervensi sebesar 4.
Penggunaan metode VAK dalam pembelajaran matematika selama intervensi ini dapat
diikuti oleh ketiga subjek dengan antusias yang baik. Hal ini dikarenakan ketersediaan
media yang beragam dan penataan ruang kelas yang berbeda dari pembelajaran biasanya
sehingga menambah antusias siswa dalam belajar. Subjek bebas untuk menggunakan
media belajar yang disediakan untuk menyelesaikan soal matematika yang ada. Walaupun
dalam penggunaan media belajar masih dibantu oleh fasilitator maupun ko-fasilitator,
namun subjek juga berusaha untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Ketiga
subjek terlihat berlomba untuk lebih dulu menyelesaikan soal matematika yang diberikan.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Miliyawati, Patatih, dan Rahmah (2018) yang
berhasil membuktikan adanya dampak yang sangat positif dari model pembelajaran VAK
terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, penelitian dari Faturahman (2015) menyatakan
bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dari siklus I sampai
siklus II dapat ditingkatkan menggunakan pendekatan VAK dengan peningkatan hasil
belajar sebesar 17,00.
14
Terdapat bermacam-macam jenis soal matematika yang diberikan kepada siswa kelas 1 di
SDN X ini, diantaranya anak belajar tentang penjumlahan dan pengurangan, mengurutkan
bilangan, membandingkan bilangan, dan mengenal bentuk benda datar. Subjek menghitung
jumlah benda dengan kelereng maupun ornamen bintang yang disediakan dan ada juga
yang langsung menghitung gambar yang ada di soal. Kemudian saat mengurutkan
bilangan, subjek juga melihat poster urutan angka 1-50 sambil melafalkan angka tersebut.
Lalu subjek membandingkan panjang benda dengan bantuan stik es krim dan mengenal
benda datar dari kartu bergambar yang dibacakan oleh ko-fasilitator. Hal ini mendukung
penelitian Juwantara (2019) yang menyatakan bahwa anak dapat memecahkan suatu
permasalahan ketika objek masalahnya bersifat empiris (nyata) yang dapat direkam oleh
panca inderanya, bukan khayalan yang hanya dapat dibayangkan.
Dalam perkembangan kognitif Piaget, anak SD kelas 1 termasuk dalam tahap
perkembangan operasional konkret yang mana subjek dalam penelitian ini sudah cukup
matang untuk menggunakan pemikiran logis, namun hanya berlaku untuk objek yang
fisiknya ada saat ini. Dalam tahapan ini, anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi
yang dimilikinya. Anak dapat mengembangkan kemampuan memelihara (konservasi),
kemampuan mengklasifikasikan secara seri, mengurutkan angka atau benda dari yang
terkecil sampai terbesar atau sebaliknya, dan menyelesaikan konsep angka. Namun, selama
tahap ini proses berpikir anak ditujukan pada kejadian nyata yang dapat langsung mereka
amati. Dalam menyelesaikan tugas yang bersifat abstrak, anak akan mengalami kesulitan
yang besar (Juwantara, 2019).
Media belajar yang digunakan dalam penerapan metode VAK ini sangat beragam, mulai
dari poster berisi angka 1-50, kelereng, alat hitung bentuk bintang, stik es krim, dan
flashcard berisi bangun ruang. Penggunaan media belajar dapat meningkatkan kemauan,
motivasi, dan minat yang membawa dampak psikologis pada siswa. Media akan mampu
mendorong minat anak dan meningkatkan fokus siswa pada topik yang dipelajari
(Tutupoly et al., 2013). Pada praktiknya, anak disediakan media yang mewakili fungsi
setiap modalitas indera saat pemberian perlakuan, yaitu pada indera penglihatan (visual)
untuk melihat angka, huruf, atau bentuk pada media belajar, pada indera pendengaran
(auditori) untuk mendengarkan lafal tulisan pada lembar soal atau media yang dibacakan
oleh fasilitator maupun ko-fasilitator, dan pada indera gerak (kinestetik) untuk
menggerakkan media pembelajaran yang telah disediakan. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Astuti, Dantes, dan Marhaeni (2013) yang mengatakan bahwa media
yang konkret pada pembelajaran di tahap operasional konkret sangat dibutuhkan untuk
melibatkan siswa pada tugas-tugas operasional agar siswa dapat menemukan konsep
pembelajaran sendiri dan pembelajaran menjadi lebih bermakna karena anak mendapatkan
pengalaman belajar secara langsung.
Terdapat beberapa penelitian lainnya yang berhasil membuktikan bahwa metode Visual,
Auditori, Kinestetik (VAK) memiliki pengaruh dalam bidang pendidikan. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Tutupoly, Siswati, dan Widodo (2013), didapatkan hasil
bahwa metode multisensori efektif dalam meningkatkan kemampuan menghafal kosakata
bahasa Inggris. Selain itu, penelitian dari Diplan dan Putra (2020), membuktikan bahwa
aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDS Muhammadiyah Plus Kabupaten
Kapuas Hilir Kabupaten Kapuas Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan
menggunakan model Visualization Auditory Kinestetik (VAK). Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Novriani dan Dewi (2019) membuktikan bahwa materi pembelajaran
dengan model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) efektif meningkatkan
kemampuan penalaran matematis dan rasa percaya diri pada siswa.
15
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa metode Visual, Auditori, Kinestetik
(VAK) mampu meningkatkan skor keterlibatan siswa sehingga guru-guru dapat disarankan
untuk mencoba menerapkan metode VAK ini untuk pembelajaran matematika ataupun
mata pelajaran lainnya. Dengan berbagai kelebihan yang telah disebutkan diatas, penelitian
ini juga masih memiliki kekurangan dan keterbatasan. Salah satu keterbatasan yang terjadi
dalam penelitian ini yaitu waktu penelitian yang singkat dan terbatas, jumlah subjek yang
sedikit, tidak adanya pengetesan IQ pada subjek sehingga tidak mengetahui tingkat
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap subjek, guru tidak ada kesempatan untuk mempelajari
metode VAK secara detail, dan situasi pandemi yang membuat jam pelajaran di dalam
kelas menjadi sangat singkat sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan secara efektif.
Selain itu, kekurangan dari penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian pre-eksperimen
sehingga perbedaannya hanya terlihat secara semu dan subjek yang digunakan saat
diberikan perlakuan ke-1 dan perlakuan ke-2 merupakan orang yang sama. Oleh karena itu,
untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan desain penelitian true experimental design
atau quasi eksperimental design yang menggunakan dua kelompok subjek yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode Visual, Auditori,
Kinestetik (VAK) efektif meningkatkan skor keterlibatan siswa dalam pembelajaran
matematika pada siswa kelas 1 di SDN X. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan
skor keterlibatan siswa yang meningkat pada ketiga subjek yang diberikan pembelajaran
matematika dengan metode VAK dari fase baseline (sebelum diberikan intervensi melalui
metode VAK) sampai fase pasca intervensi (sesudah diberikan intervensi melalui metode
VAK). Pada fase baseline memiliki rentang skor 4-5, sedangkan pada fase pasca intervensi
memiliki rentang skor 8-9.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan trend yang positif sehingga peneliti berharap guru-
guru Sekolah Dasar mampu menerapkan metode VAK ini agar pembelajaran didalam kelas
menjadi lebih aktif, menyenangkan, dan memberikan pengalaman belajar secara langsung
bagi siswa. Selain itu, penggunaan media belajar yang konkret juga dapat meningkatkan
pemahaman siswa terkait materi pelajaran yang dibahas. Kemudian untuk peneliti
selanjutnya agar lebih mengembangkan metode VAK ini dengan desain penelitian
eksperimen yang berbeda, waktu penelitian yang lebih lama, dan menggunakan subjek
yang lebih banyak agar hasil penelitian selanjutnya dapat memperkaya literasi disiplin ilmu
psikologi.
REFERENSI Antara News. (2020). Belajar Daring, Ada Orang Tua Kerjakan Tugas Sekolah Anaknya.
Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/1857884/belajar-daring-ada-orang-
tua-kerjakan-tugas-sekolah-anaknya#mobile-src
Astuti, E., Dantes, N., & Marhaeni, A. (2013). Analisis Perilaku Instruksional Guru Dalam
Mengelola Pembelajaran Di Kelas Tinggi Sekolah Dasar (Ditinjau Dari Teori
16
Perkembangan Kognitif Piaget Pada Para Guru SD Di Gugus III Kecamatan Sukasada
Kabupaten Buleleng ) Jurusan Pendidikan Dasar. Jurnal Penelitian Pascasarjana
Undhiksa, 3, 1–11.
Dalimunthe & Simbolon. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Visualization, Auditory,
Kinestetic (VAK) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Kajian Pendidikan dan Pendidikan Dasar, 1–8.
Faturahman. (2015). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Dengan Penerapan Pendekatan Visual – Auditori – Kinestetik (VAK). Jurnal
Pendidikan Matematika & Matematika, 57–63.
Fikrie, & Ariani, L. (2019). Keterlibatan Siswa (Student Engagement) Di Sekolah Sebagai
Salah Satu Upaya Peningkaan Keberhasilan Siswa Di Sekolah. Seminar Nasional &
Call Paper Psikologi Pendidikan 2019: Menjadi Siswa Yang Efektif Di Era Revolusi
Industri 4.0, April 2019, 103–110. http://fppsi.um.ac.id/wp-
content/uploads/2019/07/13-KETERLIBATAN-SISWA-STUDENT-
ENGAGEMENT-DI-SEKOLAH-SEBAGAI-SALAH-SATU-UPAYA-
PENINGKATAN-103-110.pdf
Fredricks, J. A., Blumenfeld, P. C., & Paris, A. H. (2004). School Engagement Potential of
The Concept. Review of Educational Research, 74(1), 59–109.
Fredricks, J., McColskey, W., Meli, J., Mordica, J., Montrosse, B., Mooney, K., &
Regional Educational Laboratory, S. (2011). Measuring Student Engagement in
Upper Elementary through High School: A Description of 21 Instruments. Issues &
Answers. REL 2011-No. 098. Regional Educational Laboratory Southeast, 98, 1–88.
http://prx.library.gatech.edu/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=
true&db=eric&AN=ED514996&site=ehost-live
Handelsman, M. M., Briggs, W. L., Sullivan, N., & Towler, A. (2005). A Measure of
College Student Course Engagement. Journal of Educational Research, 98(3), 184–
192. https://doi.org/10.3200/JOER.98.3.184-192
Hasanah, H. (2017). Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan
Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21.
https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163
Jadid, U. N., Probolinggo, P., & Timur, J. (2018). Implementasi TQM Terhadap Mutu
Institusi Dalam Lembaga Pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 2, 107–
113.
Jimerson, S. R. (2003). Toward an Understanding of Definitions and Measures of School
Engagement and Related Terms. The California School Psychologist, 1-26.
https://doi.org/10.1007/BF03340893
Junianto, M., Bashori, K., & Hidayah, N. (2020). Validitas dan Reliabilitas Skala Student
Engagement. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 11(2),
139. https://doi.org/10.24036/rapun.v11i2.109771
Juwantara, R. A. (2019). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget pada Tahap Anak
Usia Operasional Konkret 7-12 Tahun dalam Pembelajaran Matematika. Al-Adzka:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 9(1), 27.
17
https://doi.org/10.18592/aladzkapgmi.v9i1.3011
Latipah, Eva. (2014). Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Deepublish.
Mustika, R. A., & Kusdiyati, S. (2015). Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa
Kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung. Prosiding Psikologi, 244–251.
Noorbaiti, R., Fajriah, N., & Sukmawati, R. A. (2018). Implementasi Model Pembelajaran
Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas VII E
MTsN Mulawarman Banjarmasin. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1),
108–116. https://doi.org/10.20527/edumat.v6i1.5130
Nurmawati, R., & Susilo, M. J. (2014). Penerapan Model Active Learning dengan Teknik
Learning Start With Question ( LSQ ) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa
Pada Pembelajaran IPA Kelas VII J Di SMP N 1 Bantul. Jupemasi-Pbio, 1(1), 147–
150. http://jupemasipbio.uad.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/32.-
NP_11A08012_RIZA-NURMAWATI.pdf
Putra, C. A. (2020). Efforts to Increase Learning Outcomes Using Kinesthetic Auditory
Visualization Model. Proceeding, 22–27. https://doi.org/10.5220/0009015800220027
Rohaendi, S., & Laelasari, N. I. (2020). Penerapan Teori Piaget dan Vygotsky Ruang
Lingkup Bilangan dan Aljabar pada Siswa Mts Plus Karangwangi. Prisma, 9(1), 65.
https://doi.org/10.35194/jp.v9i1.886
Sakti, R. A. S. & Holistika. (2019). Penerapan Model VAK Berbasis HOTS Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 SD. Jurnal.Ilmiah PGSD, 37–44.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika/article/view/5343
Setiawan, A. S., & Alimah, S. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Visual Auditory
Kinesthetic (Vak) Terhadap Keaktifan Siswa. Profesi Pendidikan Dasar, 1(1), 81–90.
https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.7284
Simamora, E. (2019). Development of Learning Materials with Visualization, Auditory,
Kinesthetic (VAK) Model to Improve Students’ Mathematics Reasoning Ability and
Self-Confidence. Journal of Education and Practice, 84-92.
https://doi.org/10.7176/jep/10-29-11
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Tutupoly, Siswati & Widodo. (2013). Efektivitas Metode Multisensori Terhadap
Kecakapan Mengingat Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas I Sekolah Dasar
(Studi Eksperimental di SD Negeri Tembalang Semarang). Jurnal Psikologi, 12(2),
100–202. https://doi.org/10.14710/jpu.12.2.100-202
Wang, M., & Peck, S. C. (2013). Adolescent Educational Success and Mental Health Vary
Across School Engagement Profiles. Developmental Psychology. 49(7), 1266–1276.
https://doi.org/10.1037/a0030028
Willms, J. D. (2000). Student Engagement At School A Sense Of Belonging And
Participation Result From PISA 2000. Paris: Organisation For Economic Co-
Operation Development.
18
LAMPIRAN
19
Lampiran 1. Rancangan Tahapan Pelaksanaan Praktikum
TAHAPAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Sesi Aktivitas Durasi Alat dan Material
Asesmen Awal
Guru membuka kelas
dengan memberi salam.
Guru memberikan
instruksi pengerjaan
soal matematika
Pretest.
Peneliti mengamati
perilaku keterlibatan
siswa selama belajar.
Guru mengakhiri kelas.
60 menit
Daftar Hadir
Kertas Soal
Pensil (1 buah)
Lembar Tabel
Pengamatan
Kamera Handphone
I
Guru membuka kelas
dengan memberi salam.
Guru memberikan
instruksi pengerjaan
soal matematika Sesi I.
Peneliti mengamati
perilaku keterlibatan
siswa selama belajar.
Guru mengakhiri kelas. 60 menit
Daftar Hadir
Poster berisi Angka
1-50
Alat bantu hitung
bentuk bintang (40
buah)
Kelereng Polos (40
buah)
Flash Card berisi
Benda Datar
Kertas Soal
Pensil (1 buah)
Lembar Tabel
Pengamatan
Kamera Handphone
II
Guru membuka kelas
dengan memberi salam.
Guru memberikan
instruksi pengerjaan
soal matematika Sesi
II.
Peneliti mengamati
perilaku keterlibatan
siswa selama belajar.
Guru mengakhiri kelas. 60 menit
Daftar Hadir
Poster berisi Angka
1-50
Alat bantu hitung
bentuk bintang (40
buah)
Kelereng Polos (40
buah)
Stik Es Krim (25
buah)
Flash Card berisi
Benda Datar
Kertas Soal
Pensil (1 buah)
Lembar Tabel
Pengamatan
Kamera Handphone
Asesmen Akhir
Guru membuka kelas
dengan memberi salam.
Guru memberikan
instruksi pengerjaan
soal matematika
Posttest.
Peneliti mengamati
perilaku keterlibatan
siswa selama belajar.
Guru mengakhiri kelas.
60 menit
Daftar Hadir
Kertas Soal
Pensil (1 buah)
Lembar Tabel
Pengamatan
Kamera Handphone
Lampiran 2. Tabel Pengamatan Keterlibatan Siswa
TABEL PENGAMATAN KETERLIBATAN SISWA
Inisial Subjek : __________ Tanggal Pengamatan : ____________________
Berikan tanda checklist () pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan
kondisi siswa saat pembelajaran berlangsung dari setiap pernyataan yang ada!
No. Aspek Indikator Perilaku Ya Tidak
1. Behavioral
Engagement
Siswa dapat menghadiri pembelajaran.
Siswa menyimak penjelasan dari guru.
Siswa mampu menjawab pertanyaan dari
guru.
Siswa mau mengerjakan tugas dari guru.
2. Cognitive
Engagement
Siswa memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Siswa memiliki konsentrasi yang tinggi
saat pembelajaran.
Siswa memiliki kemauan untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran.
3. Emotional
Engagement
Siswa memiliki antusiasme dalam belajar.
Siswa merasa puas mengikuti
pembelajaran.
Siswa senang bertemu dengan orang-
orang di sekolah.
DEFINISI OPERASIONAL
Menghadiri adalah siswa mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir.
Menyimak adalah siswa mendengarkan dan mempelajari apa yang diucapkan atau
dibaca oleh guru di kelas.
Menjawab adalah siswa menanggapi atau membalas perkataan dari guru.
Mengerjakan adalah siswa melaksanakan dan menyelesaikan tugas dari guru.
Memahami adalah siswa mengerti dan mengetahui materi yang diberikan oleh guru.
Konsentrasi adalah siswa memusatkan perhatian atau pikiran ketika belajar di kelas.
Kemauan adalah siswa memiliki keinginan untuk mengikuti pembelajaran di kelas.
Antusiasme adalah minat siswa terhadap kegiatan belajar di kelas.
Puas adalah siswa merasa senang mengikuti pembelajaran di kelas.
Senang adalah siswa menyelesaikan pembelajaran dengan bahagia atau gembira.
SKORING
Jawaban Skor
Ya 1
Tidak 0
KATEGORISASASI
Skor Kategori
0 – 5 Rendah
6 – 10 Tinggi
22
Lampiran 3. Tabulasi Data Pretest
Inisial
Subjek
Item Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AR 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4
NKSP 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 5
RP 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 4
Lampiran 4. Tabulasi Data Perlakuan I
Inisial
Subjek
Item Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AR 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7
NKSP 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 7
RP 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 5
Lampiran 5. Tabulasi Data Perlakuan II
Inisial
Subjek
Item Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AR 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
NKSP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
RP 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 7
Lampiran 6. Tabulasi Data Posttest
Inisial
Subjek
Item Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AR 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
NKSP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
RP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
23
Lampiran 7. Daftar Hadir Subjek Penelitian
24
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Pertemuan ke-1 (Baseline)
Pertemuan ke-2 (Perlakuan I)
25
Pertemuan ke-3 (Perlakuan II)
Pertemuan ke-4 (Pasca Intervensi)
26
Lampiran 9. Lembar Verifikasi Analisa Data dan Cek Plagiasi